0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
244 tayangan20 halaman

Askep Hydrocephalus

Askep hidrochepalus

Diunggah oleh

MELANIA RINCE WAWO
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
244 tayangan20 halaman

Askep Hydrocephalus

Askep hidrochepalus

Diunggah oleh

MELANIA RINCE WAWO
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 20

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam
ventrikel serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA, NIC-
NOC, 2012)
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi


yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam
sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari peyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem ventricular. (Nining, 2008)

Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel


cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. (Suriadi,2006)

B. Klasifikasi Hydrocephalus (menurut Carman Susan 2016)


Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Konginetal: Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh
banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial
sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat: Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya

1
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang
menyerang otak di pengobatannya tidak tuntas.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat. Gangguan
absorbsi CSS dapat disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid
disekeliling batang otak atau obliterasi ruang subarakhnoid
sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi

2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif


CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang
subarakhnoid misal aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.
Terdapat hambatan sirkulasi CSS dalam sistem ventrikel sendiri
akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai ruang
subarakhnoid. Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal
obstruksi.

C. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA,
NIC-NOC, 2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-
90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.

2
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat
tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum,
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel
terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah
losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah
3. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat
terjadi obliterasi ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan
piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan
pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain

3
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H.
Ropper, 2005:360).
5. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan
tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian
depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

D. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir),
infeksi (meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor
bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya
obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami
atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat
pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses
dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan


melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela
anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut

4
seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi
yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy
walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi
sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus
diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis


terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:

1. Produksi likuor yang berlebihan

2. Peningkatan resistensi aliran likuor

3. Peningkatan tekanan sinus venosa

Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan


intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi.

5
6
E. Manifestasi Klinis (menurut Alimul Aziz 2006)
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktu teraba tegang dan
mengkilat dengan pelebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbital
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tidak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempetegas adanya dilatasi ventrikel dan
membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma,
kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran)
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelanian dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur
otak tanpa kena radiasi

7
G. Komplikasi
1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian
Komplikasi hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

H. Pemeriksaan Medis (menurut Kyle Terri 2012)


Penanganan hidrocefalus masuk pada kategori “live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan
tempat absorbs, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

8
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubungkan selang
yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam
terapi pintas/”shunting”.
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar , dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain:
(1) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sistem magna (Thor-
Kjeldsen)

9
(2) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus segitalis superior
(3) Ventrikulo-Bronkhial , CSS dialirkan ke Bronhus
(4) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
(5) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
Teknik Shunting:
(1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi
foramen Monroe.
(2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
(3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak dalam proksimal dengan tipe bola atau diafragma
maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah.
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150
mm, H2O.
(4) Ventrikulo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui vena jugularis interna
(dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
(5) Ventrikulo-Peritneal Shunt
(a) Slang silastik ditanam dlam lapisan subkutan
(b) Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan slang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun
badan anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering
terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural,

10
obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS,
kraniosinostosis.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan


pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Pengumpulan data : nama, tempat/tanggal lahir, usia, agama, suku, status
perkawinan, pendidikan, bahasa yang digunakan, alamat, dx. medik.
2. Riwayat keperawatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita:
a. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
3. Riwayat keperawatan sekarang
Keluhan utama: Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer
4. Riwayat perkembangan perkembangan kelahiran
Prematur, pada waktu lahir menangis keras atau tidak, apakah pernah
terjaatuh dengan kepala terbentur, keluhan sakit perut.
5. Pengkajian persistem
a. B1 ( Breath ) :Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b. B2 ( Blood ) :Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c. B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat
keatas “ sunset eyes ”, kejang.
d. B4 ( Bladder ) : Oliguria
e. B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan

12
f. B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
6. Observasi tanda-tanda vital
a. Peningkatan systole tekanan darah
b. Penurunan nadi / bradikardia
c. Peningkatan frekuensi pernapasan

B. Diagnosa Keperawatan
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
volume cairan serebrospinal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelemahan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (Status kesehatan)

13
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Perfusi jaringan cerebral Status Sirkulasi a. Pantau tanda – tanda vital
tidak efektif berhubungan Kriteria hasil: b. Pemantauan TIK dan respon
dengan peningkatan volu a. TD sistolik dan diatolik dalam rentang neurologis pasien terhadap
me cairan serebrospinal yang diharapkan aktivitas perawatan
b. Tidak ada hipotensi ortostatik c. Pantau tekanan perfusi jaringan
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan d. Perhatikan perubahan pasien
intrakranial sebagai respon terhadap stimulus
d. Tidak ada bising pembuluh darah besar e. Pantau status cairan termasuk
Menunjukkan kemampuan kognitif, ditandai asupan dan haluaran
dengan indikator: Aktivitas Kolaboratif:
a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai a. Berikan obat-obatan untuk
dengan usia serta kemampuan meningkatkan volume
b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi intravaskuler
serta orientasi b. Tinggikan bagian kepala tempat
tidur 0 sampai dengan 45 derajat,
tergantung pada kondisi pasien
dan permintaan medis

14
2. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri:
dengan peningkatan TIK Kriteria hasil : a. Tampilkan pengkajian secara
a. Tingkat nyeri berkurang menyeluruh tentang nyeri
b. Mampu mengenali nyeri (skala, intensi termasuk lokasi, karakteristik,
tas, frekuensi, dan tanda nyeri ) durasi, frekuensi, kualitas,
c. Tidak ada kegelisahan intensitas dan faktor predisposisi
Kontrol Nyeri : nyeri.
a. Mampu mengenali kapan nyeri terjadi b. Observasi isyarat nonverbal dari
b. Mampu menggambarkan faktor ketidaknyamanan, terutama jika
penyebab nyeri tidak dapat berkomunikasi secara
c. Dapat melaporkan nyeri yang efektif.
terkontrol c. Pastikan pasien menerima
d. Menggunakan analgesik sesuai indikasi analgesik yang tepat.
d. Tentukan dampak nyeri terhadap
kualitas hidup (misal ; tidur,
aktivitas).
e. Kaji pasien dan keluarga untuk
mencari dan menyediakan

15
pendukung.
f. Berikan informasi tentang nyeri,
misalnya; penyebab, berapa lama
akan berakhir dan antisipasi ketid
aknyaman an dari prosedur.
g. Kontrol faktor lingkungan yang
mungkin mempengaruhi respon
pasien untuk ketidaknyamanan (m
isalnya: temperatur ruangan
cahaya dan kebisingan).

16
3. Kekurangan volume Keseimbangan cairan: Manajemen Cairan:
cairan berhubungan denga Kriteria hasil: a. Pertahankan catatan intake dan
n kelemahan a. Tanda-tanda vital dalam batas normal output yang akurat
(tekanan darah, nadi, dan pernafasan) b. Timbang berat badan setiap hari
b. Keseimbangan intake dan output dalam 24 dan monitor status pasien
jam c. Monitor status hidrasi (misalnya,
c. Berat badan normal membrane mukosa lembab,
d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi denyut nadi adekuat)
e. Kelembaban membran mukosa d. Monitor tanda-tanda vital
f. Turgor kulit baik e. Monitor status gizi
f. Monitor makanan/cairan yang
dikonsumsi
g. Berikan cairan dengan tepat
h. Distribusikan asupan cairan
4. Ketidakseimbangan Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
nutrisi kurang dari a. Adanya peningkatan berat badan sesuai a. Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh dengan tujuan b. Tentukan apa yang menjadi
berhubungan dengan b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi preferensi makanan bagi pasien
kurang asupan makanan badan c. Tentukan jumlah kalori dan jenis

17
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk
nutrisi memenuhi persyaratan gizi
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi d. Monitor kalori dan asupan
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang makanan
berarti e. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
Monitor Nutrisi :
a. Timbang berat badan pasien
b. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
c. Monitor adanya mual muntah

5. Ansietas berhubungan Kontrol Ansietas Penurunan Cemas:


dengan perubahan besar Kriteria Hasil: a. Ciptakan lingkungan yang tenang
(Status kesehatan) a. Monitor intensitas dari cemas untuk mengurangi cemas
b. Mencari informasi untuk menurunkan b. Menyediakan informasi yang
cemas benar dan jelas tentang diagnosis
c. Gunakan teknik relaksasi untuk dan program perawatan yang

18
menurunkan cemas diberikan
d. Melakukan hubungan sosial untuk c. Kaji penyebab kecemasan pasien
memusatkan konsentrasi d. Anjurkan keluarga untuk
e. Kontrol respon cemas mendampingi pasien guna
mengurangi kecemasan
e. Identifikasi perubahan tingkat
kecemasan pasien
Teknik Ketenangan:
a. Pertahankan kontak mata dengan
pasien
b. Ciptakan suasana yang tenang
c. Gunakan teknik distraksi
d. Berikan obat anti cemas
e. Instruksikan pasien dengan
metoda decrease anxiety
(mengurangi cemas)

19
20

Anda mungkin juga menyukai