Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran
Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran
Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran
PEMBELAJARAN
Mohammad Asrori1
Abstarak
Untuk menghasilkan pendidikan yang baik, tentunya harus memiliki strategi
dalam proses belajar mengajar (pembelajaran). Oleh karena itu penetapan
strategi yang relevan merupakan suatu keharusan. Strategi pembelajaran
yang tepat akan membina peserta didik (mahasiswa) untuk berfikir mandiri,
kreatif dan sekaligus adaptif terhadap berbagai situasi yang terjadi dan yang
mungkin terjadi. Karena penetapan strategi yang tidak tepat akan berakibat
fatal. Sebab akan terjadi kontraproduktif dan berlawanan dengan apa yang
ingin dicapai, misalnya seorang dosen mengajar agar mahasiswa menjadi
kreatif, akan tetapi mengajar dengan cara-cara otoriter dan kaku. Maka dalam
hal ini yang akan mengakibatkan kefatalan terhadap mahasiwa tersebut.
Key Word: Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Strategi Pembelajaran
A. Pendahuluan
Membicarakan masalah pendidikan, sudah barang tentu akan
melibatkan banyak hal yang harus direnungkan. Sebab, pendidikan
meliputi keseluruhan tingkah laku manusia yang dilakukan demi
memperoleh kesinambungan, pertahanan dan peningkatan hidup.
Untuk menghasilkan pendidikan yang baik, tentunya harus memiliki
strategi dalam proses belajar mengajar (pembelajaran). Oleh karena itu
penetapan strategi yang relevan merupakan suatu keharusan. Strategi
pembelajaran yang tepat akan membina peserta didik (mahasiswa)
untuk berfikir mandiri, kreatif dan sekaligus adaptif terhadap berbagai
situasi yang terjadi dan yang mungkin terjadi. Karena penetapan strategi
yang tidak tepat akan berakibat fatal. Sebab akan terjadi kontraproduktif
dan berlawanan dengan apa yang ingin dicapai, misalnya seorang dosen
mengajar agar mahasiswa menjadi kreatif, akan tetapi mengajar dengan
cara-cara otoriter dan kaku. Maka dalam hal ini yang akan mengakibatkan
kefatalan terhadap mahasiwa tersebut.
1 Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Jl. Gajayana No. 50 Malang 65144
163
Mohammad Asrori - Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Strategi ...
Dalam hal ini juga dikatakan, pengetahuan dan teori bagaimana berlari
yang baik tentu saja akan menambah pemahaman seseorang tentang
hal-ihwal berlari. Akan tetapi tori-teori tersebut tidak dapat membuat
ia menjadi pelari yang baik apabila ia mencukupkan pada teori itu saja.
Untuk mencapai hasil yang optimal, ia harus mendapatkan kesempatan
guna mengaplikasikan teori-teori tersebut dan berlatih berlari tahap
demi tahap dengan perbaikan-perbaikan seperlunya. Hal yang sama
juga berlaku untuk pembelajaran yang lain, seperti kemampuan berpikir,
keterampilan bergaul dan manajemen. (Mansyur, 1991: 6)
Dengan demikian, cara mengajar yang seperti ini bisa berlangsung
apabila peserta didik (mahasiswa) secara leluasa dapat melatih
kemampuannya dalam berbagai bentuk kegiatan. Proses pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas diharapkan mampu mem bantu
proses belajar peserta didik dan merangsang serta mendorong mereka
untuk secara mandiri aktif melakukan sesuatu. Oleh karena itu, ketika
mempersiapkan perkuliahan, guru atau dosen harus memikirkan cara
agar peserta didik (mahasiswa) memproses informasi yang disampaikan.
Di sisi lain, guru atau dosen juga harus mempertimbangkan cara
mengaitkan informasi yang disampaikan dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya oleh peserta didik (mahasiswa)-(piror knowledge)-.
Dengan demikian, seluruh rangkaian proses pembelajaran mulai dari
mendengar, beraktivitas dan berdiskusi diharapkan menjadi pengalaman
yang berkesan kuat dan bermanfaat bagi peserta didik (mahasiswa).
B. Pengertian
1. Pengertian Strategi Secara Umum dan Khusus
Istilah Strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan
sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang
erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam polisi
perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh
kemenangan. Penetapan strategi tersebut harus didahului oleh analisis
kekuatan musuh yang meliputi jumlah personal, kekuatan senjata,
kondisi lapangan, posisi musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya,
strategi tersebut akan dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi
tindakan- tindakan nyata dalam medan pertempuran. (Abu Ahmadi,
dan Joko Tri Prasetya, 1997: 11)
pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada
dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran atau
Instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri
guru secara fisik. Oleh karena dalam Instruction yang ditekankan adalah
proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita
sebut pembelajaran. (Arief S. Sadirman, 1996: 7)
Learning Objectives (LO) adalah istilah yang menggabungkan
(compounding) dua kata, yaitu kata Learning yang berarti “belajar”
atau pembelajaran dan kata Objectives yang berarti “tujuan”. Secara
harfiah LO itu berarti tujuan belajar, sedangkan menurut istilah adalah
sebagai berikut:
Cranton mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
pernyataan-pernyataan tentang pengetahuan dan kemampuan yang
diharapkan dari peserta setelah selesai pembelajaran (Cranton, 1989).
Sementara itu, Meger dalam bukunya yang berjudul Preparing Instructional
Objetives (1975), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah gambaran
kemampuan mahasiswa yang menunjukkan kinerja yang diinginkan
yang sebelumnya mereka tidak mampu.
Di samping tersebut di atas, ada juga yang mengemukakan bahwa
tujuan pembelajaran adalah Learning Objectives are statement articulating
the learning your will achieve in your cours (Lihat Hand Out Workshop
Sistem Pendidikan, 1996). Artinya bahwa tujuan pembelajaran ialah
pernyataan-pernyataan yang menyatakan hasil belajar yang akan
dicapai oleh mahasiswa pada mata kuliah anda. (Hisyam Zaini, 2002:
57)
Ada beberapa istilah semakna dengan Learning Objectives (LO), di
antaranya adalah Learning Outcomes dan Tujuan Intruksional. Istilah yang
populer digunakan di Indonesia adalah tujuan instruksional. Adapun
tujuan intruksional dibagi menjadi dua, yaitu: (1) tujuan intruksional
umum (TIU), yaitu pernyataan yang menggambarkan kemampuan
umum yang seharusnya dicapai oleh mahasiswa setelah menyelesaikan
satu bidang studi atau mata kuliah selama satu semester. (2) tujuan
intruksional khusus (TIK), yaitu tujuan yang menggambarkan hasil
belajar yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah tatap muka dengan
satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu. (Hisyam Zaini, 2002:
58)
5. Macam-Macam Strategi.
Secara umum strategi pembelajaran dibagi menjadi tiga:
1). Strategi Indukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang memulai
dari hal-hal yang khusus barulah menuju hal yang umum.
2). Strategi Dedukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang umum
menuju hal-hal yang khusus
3). Strategi campuran adalah gabungan dari strategi indukatif dan
dedukatif. Adapula strategi regresif yaitu strategi pembelajaran yang
memakai titik tolak jaman sekarang untuk kemudian menelusuri
balik (kebelakang) ke masa lampau yang merupakan latar belakang
dari perkembangan kontemporer tersebut.
Menurut Gagne mengemukakan ada lima pendekatan yang
diistilahkan dengan proses atau jalur belajar yaitu: 1. informasi verbal,
2. kemahiran intlektual, 3. pengaturan kegiatan kognitif, 4. keterampilan
motorik dan 5. sikap. Sedang merumuskan tujuan pembelajaran Gagne
tetap berpedoman dengan taksonomi Bloom dan kawan-kawan dengan
3 ranah perwujudan pembelajaran menurut Gagne pada Tabel.
Ranah Kognitif Ranah Afektif Ranah Psikomotorik
Bloom Gagne Bloom Gagne Bloom Gagne
Pengetahuan Informasi 1. Penerimaan Sikap 1. Persepsi Keterampilan
Verbal 2. Pertisipasi 2. Persiapan motorik
komponen antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan
evaluasi. Agar tujuan tercapai, maka semua komponen yang ada harus
diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama.
Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen tertentu saja,
tetapi harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Tujuan
2. Ranah Afektif
Ranah Afektif ini dibagi menjadi lima level belajar yang disusun
mulai dari yang paling sederhana sampai tahap yang paling kompleks
dan secara singkat, yaitu:
1. Penerimaan (receiving) yaitu kesediaan seseorang atau mahasiswa
untuk mengikuti suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan di
dalam kelas, buku teks, musik dan Iain-lain.
2. Pemberian Tanggapan (responding) yaitu menunjuk pada
keikutsertaan secara aktif dari mahasiwa atau siswa agar dapat
memberikan reaksi kesiapan dalam memberikan respon atau
minat.
3. Penentuan Sikap (value) yaitu berhubungan dengan nilai yang
melekat pada mahasiwa atau siswa terhadap suatu peristiwa
atau tingkah laku, seperti ingin meningkatkan keterampilan
kelompok.
4. Pengorganisasian (organization) yaitu menggabungkan beberapa
nilai yang berbeda-beda serta membangun sistem yang konsisten
secara internal.
Lebih Sulit
5. Pembentukan Pola (characterization by a value or a complex) yaitu
menunjuk pada proses afeksi di mana seseorang memiliki suatu
sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya untuk waktu
yang lama dan pada gilirannya akan membentuk gaya hidupnya.
(Hisyam Zaini, 2002 : 74-76)
Gambar 2. Kesatuan dan saling berkaitan antar sub-ranah dalam
ranah afektif
Lebih Sulit
5 Pembentukan Pola Hidup
4 Pengorganisasian
3 Penentuan Sikap
2 Penanggapan
1 Penerimaan
Sederhana
3. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik ini dibagi menjadi tujuh level belajar yang
disusun mulai dari yang paling sederhana sampai tahap yang paling
kompleks dan secara singkat, yaitu:
1. Persepsi (perception) yaitu berkenaan dengan penggunaan
organ-indra untuk menangkap isyarat yang membimbing aktivitag
gerak.
2. Kesiapan (set) yaitu menunjukkan pada kesiapan untuk melakukan
tindakan atau kesiapan mental dan fisik untuk bertindak.
3. Gerakan Terbimbing (guided respons) yaitu tahapan awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks seperti peniruan
4. Gerakan Terbiasa (mechanism) yaitu berkenaan dengan kinerja di
mana respon mahasiswa atau siswa telah menjadi terbiasa dan
gerakan-gerakan dengan penuh keyakinan dan kecakapan.
5. Gerakan Kompleks (complex overt respons) yaitu merupakan
gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang
sangat kompleks.
6. Penyesuaian Pola Gerakan (adaptation) yaitu berkenaan dengan
keterampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga seseorang
dapat memodifikasi pola-pola gerakan untuk menyesuaikan
tututan tertentu atau menyesuaikan situasi tertentu.
7. Kreativitas (organitation) yaitu menujuk kepada pencitaan
pola-pola gerakan baru untuk menyesuaikan situasi tertentu atau
problem khusus. (Harjanto, 2003: 61)
Gambar 3: Kasatuan dan saling berkaitan antar sub-ranah dalam7
ranah Psikomotorik
Lebih Sulit 6 Penyesuaian
5 Respon Nyata
Komplek
4 Mekanisme
3 Gerakan Terbimbinmg
2 Kesiapan
Sederhana 1 Persepsi
Upaya
1. Proses, mengajar belajar-mengajar (PMB) memahami, meyakini, mengapiikasikan isi dan nilai mated
pelajaran.
2. Proses, mengajar belajar-mengajar (PMB) memecahkan masaiah mengapiikasikan ini dan nilai meteri
pelajaran
Hasil
Upaya
tes atau item tes yang terbaik yang akan menggambarkan tujuan
dari pelaksanaan pembelajaran.
Berkaitan dengan itu, Meger mengemukakan tiga alasan pokok
mengapa objective itu penting, yaitu sebagai berikut:
a. Dasar bagi perencanaan mata kuliah.
b. Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi hasil.
c. Memberikan arah yang jelas bagi mahasiswa. (Margareth E. Bell
Gredler, 1991 : 56)
G. Kesimpulan
1. Proses belajar mengajar konvesional umumnya berlangsung satu
arah yang merupakan proses transfer atau pengalihan pengetahuan,
informasi, norma, nilai, dan lain-lainnya dari seorang guru atau
dosen kepada peserta didik, murid atau mahasiswa. Proses seperti
itu dibangun atas dasar anggapan bahwa siswa atau peserta didik
ibarat bejana kosong atau kertas putih. Guru, dosen atau pengajarlah
yang harus mengisi bejana tersebut atau menulis apapun di kertas
putih tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. dan Tri Prasetya, Joko, 1997. Strategi Belajar Mengajar,
Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet. I.
Barnadib, Imam Sutari, 1993. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis.
Yogyakarta : Andi Ofset, Cet. XIV.
Gredler, Margareth E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Terj :
Munandir, Jakarta: Rajawali Press.
H. Nata, Abudin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, Cet. I.
H. Ni’am, M. Asrorun, 2006. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta :
eLSAS, Cet. I.
Harjanto, 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet.
III.
Indra Jati, Sidi, 2001. Menuju Masyarakat Belajar ; Menggagas Paradigma
Pendidikan, Jakarta : Logos, Cet. I.
Jamrah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, 1996. Strategi Belajar Mengajaar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mansyur, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas
Terbuka.
Marimba, Ahmad D, 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung
: PT. Al-Ma’arif.
Muhaimin dkk., 1996. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama), Surabaya: Citra Media.
Partanto, Pius A dan Al Barry, M. Dahlan, 2001. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arloka.
Ramayulis, 1998. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, Juli,
Cet. II.
Rohani Ahmad dan Ahmadi, Abu. Pengelolan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sadirman, Arief S. dkk., 1996. Media Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafmdo
Persada, ed. I, Cet. IV.
Saputro, Supriadi dkk. 2000. Strategi Pembelajar, Bahan Sajian Prograam
Pendidikan Mengaajar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suharyono, dkk. 1991. Strategi Belajar Mengajar 1, Semarang : IKIP
Semarang Press.
Sujiono, Anas, 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja
Grafmdo Persada, Agustus, Cet. III.
Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos, Cet. I.
Syah, Muhibbin, 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekaatan Baru.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Zaini, Hisyam. dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta : CTDS IAIN Sunan Kalijaga.