Teori Pemrosesan Informasi Dalam Memori Manusia Contoh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

TEORI PEMROSESAN INFORMASI DALAM MEMORI MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam
pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran
meliputi delapan fase:1) Motifasi, 2) Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali,
6) Generalisasi, 7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Dalam
beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses
komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang
berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi
adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi
informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas
dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis
dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak
mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang
mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan
jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara
pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan
tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses
belajar tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali dengan
informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika
proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar
tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran.
Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan
informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang
penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.
B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar
belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang ada sebagai berikut :
1. Apa definisi dari pengolahan informasi?
2. Apa definisi dari memori manusia?
3. Bagai mana teori-teori pengolahan informasi dalam memori manusia?
4. Bagai mana hubungannya pengolahan informasi dengan memori manusia?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Pemakalah harus memiliki tujuan yang jelas. Pemakalah dalam hal ini memiliki tujuan mengetahui
tentang konsep dasar dari teori pemrosesan informasi dalam memori manusia serta landasannya dan
penerapan teori pemrosesan informasi di kelas.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan
penelitian lanjutan.
b. Hasil penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah
wawasan, pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis diperoleh manfaat dan penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.
b. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan tentang teori pemrosesan
informasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengolahan Informasi


Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang secara
tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia
menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung, lidah,
dan kulit. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam
ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang
terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan
atau pelatihan), jika tidak maka akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Maka
ingatan jangka panjang merupakan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang
merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut sebagai pengetahuan deklaratif) dan
informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan
bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan
semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imajinasi visual yang kuat atau banyak
berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga
informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar
pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya
atau hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada
stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting
dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk
mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat
elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi
yang masuk. Dari penjabaran diatas secara sederhana, Irwanto (1999) mendefinisikan pengolahan
informasi sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang
akan datang. Galotti (2004) mendefinisikan pengolahan informasi sebagai suatu proses kognitif yang
terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage),retensi, dan pengumpulan informasi
(information gathering). Sebagai suatu proses pengolahan informasi memilikimarti menunjukkan suatu
mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan
pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund,Schneider, &
Hernández Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Stenberg, 2006).
B. Definisi Memori Manusia
Memori atau sering kita kenal sebagai ingatan menurut Santrock (2008) adalah
penahanan/penyimpanan informasi yang berlangsung dari waktu ke waktu. Pemrosesan informasi dalam
memory melibatkan kegiatan penyandian atau pengkodean (encoding), penyimpanan (storage) dan
pengambilan kembali (retrieval). Dalam bahasa sehari-hari kegiatan encoding umum dikenal dengan
istilah atensi/perhatian atau belajar. Menurut Santrock atensi adalah konsentrasi atau pemfokusan sumber
daya mental. Seiring dengan pertumbuhannya kemampuan atensi anak dapat bertahan lebih lama.
Kita mengenal tiga macam memori yaitu memori indra (sensory memory), memori jangka
pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori indra menahan
informasi asli yang di dapat dari dunia sekitar yang diperoleh dari pancaindera. Memori ini berlangsung
hanya sekejap. Memori jangka pendek menurut Santrock adalah memori dengan kapasitas terbatas dan
hanya bertahan 30 detik, kecuali jika informasi itu kita ulang atau latih atau diproses lebih lanjut.
Berkaitan dengan memori jangka pendek ini, Alan Baddeley seperti yang dikutip Santrock mengenalkan
apa yang disebut working memory yaitu tempat di mana informasi diolah dan dibentuk untuk membantu
kita menyelesaikan masalah, mengambil keputusan atau memahami bahasa lisan atau tertulis.
Sedangkan memori jangka panjang (long term memory) adalah jenis memori yang menyimpan
informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam jangka waktu yang panjang dan relatif menetap.
Manusia mempunyai memori jangka panjang yang tersusun apik. Kita bisa mengambil kembali informasi
yang ada pada memori jangka panjang kita untuk peristiwa lampau dalam waktu yang relatif cepat. Dalam
hal ini ada tiga model dalam kaitan memori seperti yang dijelaskan oleh Atkinson-Shiffrin seperti yang
dikutip oleh Santrock (2008) membuat model yang berkaitan dengan 3 macam memori yang melibatkan
urutan dari memori indra, memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Dari model tersebut
tergambarkan bahwa memori indra menahan informasi hanya sekejap. Dan informasi itu akan masuk ke
memori jangka pendek jika ada pemfokusan perhatian. Lalu menurut Atkinson dan Shiffrin, semakin
lama informasi berada dalam memori jangka pendek melalui kegiatan latihan atau pengulangan, semakin
besar besar kemungkinannya informasi itu tersimpan di memori jangka panjang.

C. Teori-teori Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia


1.Teori kognitif dan kognisi

Kognisi bisa diartikan pikiran. Menurut Gagne seperti yang dikutip Jamaris (2010) bahwa kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada saat manusia sedang berpikir. Teori
kognitif menekankan peranan struktur ingatan dan pengetahuan terhadap proses penerimaan, pemrosesan,
penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi.
Teori kognitif tertuju kepada hal-hal yang terjadi didalam kepala kita ketika kita belajar atau pun berpikir.
Teori kognitif juga mengambil perspektif bahwa siswa secara aktif memproses informasi dan
pembelajaran berlangsung melalui usaha-usaha siswa ketika siswa mengaturnya, menyimpannya dan
kemudian menemukan hubungan-hubungan antara informasi, hubungan baru dengan pengetahuan lama,
skema, dan teks, pendekatan kognitif menekankan bagaimana informasi di proses.
2.Teori Perkembangan Piaget
Psikolog Swis, Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia
memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti
yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas
dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram
secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya.
Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Piaget mengadakan penelitian pada anak mengenai perkembangan kognitif anak. Dari
penelitiannya Piaget mengusulkan 4 tahapan perkembangan kognitif yang tiap tahapannya berhubungan
dengan usia dan cara berpikir. Tahap-tahap itu adalah:
1. Tahap Sensorimotor (dari usia lahir sampai 2 tahun)
Pada tahap ini seorang bayi membangun pemahamannya tentang dunia sekitarnya melalui
koordinasi pengalaman indrawinya dengan gerakan motorik. Pada awal masa perkembangan bayi tak
berbeda jauh dari gerakan refleksnya. Di akhir tahapan seorang bayi mulai bisa membedakan dirinya dan
dunia sekitarnya dan mulai menyadai bahwa objek akan tetap ada walau tak terlihat atau tak terdengar.
2. Tahap Preoperasional (kira-kira usia 2 sampai 7 tahun)
Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta
suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan
konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan
gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan
kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel.

3. Tahap Operasional Konkret (kira-kira usia 7 sampai 11 tahun)


Menurut Santrok juga Jamaris, pada usia ini anak sudah mempu melakukan seriasi dan
klasifikasi terhadap satu set objek dan juga menemukan hubungan logis antara elemen-elemen yang
tersusun secara teratur (transitivity). Pada tahap ini anak juga mampu memecahkan masalah secara
konkrit atau dalam bentuk kegiatan nyata. Selain itu anak juga sudah mulai mengurangi sifat
egosentrisnya. Anak pada tahap ini sudah mengerti konsep irreversibel dan konservasi. Misalnya. Anak
sudah mulai mengerti bahwa jika air dituangkan ke wadah lain maka volume/banyaknya tetap sama.
4. Tahap Operasional Formal (kira-kira usia 11- 15 tahun sampai dewasa. Tahap operasional formal
adalah tahap terakhir perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Siswa pada usia ini telah mampu
berpikir abstrak, idealistis dengan cara yang logis.
3.Teori Belajar Gagne
Gagne dikenal dengan teori pembelajarannya mengenai Condition Learning. Walaupun awalnya
ide-idenya banyak dipengaruh aliran behavourisme, dia banyak memunculkan ide mengenai teori
kognitif. Menurut Gagne ranah-ranah pembelajaran mencakup lima komponen utama yaitu: informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Gagne juga mengemukakan mengenai proses kognitif dalam belajar. Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4)
penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya
interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Kondisi internal mencakup atensi, motivasi, dan mengingat kembali (recall). Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Kondisi eksternal menyangkut pemrosesan stimulus yang berasal dari luar. Untuk pembelajaran
meliputi empat fase yaitu pertama menerima stimulus, fase ke dua tahapan akuisisi, fase ke 3
penyimpanan (storage) dan fase ke 4 mengambil informasi (retrieval)

D. Hubungan Pengolahan Informasi dengan Memori Manusia dan Landasannya

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemampuan mengingat seseorang. Ingatan


adalah kemampuan yang dimiliki manusia yang digunakan untuk menyimpan sesuatu yang akan
dikeluarkan pada waktu yang akan datang. Ingatan ini sangat diperlukan oleh individu, misalnya suatu
kejadian yang tidak menyenangkan terjadi karena suatu kesalahan yang kita buat sendiri sehingga pada
saat kita menghadapi masalah yang hampir sama maka kita dapat mengingat dan kesalahan tidak terulang
lagi. Ingatan juga sangat dibutuhkan sekali dalam proses pengolahan informasi.
Seperti yang dijelaskan oleh Roozendaal (2002) menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa
yang membangkitkan (arousing) dapat meningkatkan ingatan. Ketika peristiwa-peristiwa ini diingat,
terjadi perubahan hormon dalam otak yang akhirnya membuat ingatan akan peristiwa
tersebut meningkat. Penelitian Wolters & Goudsmit (2005) dan Otani (2007) mengindikasikan peristiwa-
peristiwa yang membangkitkan dapat meningkatkan ingatan.
Selain itu, Atkinson & Shriffin (1968, dalam Reed 2007) menjelaskan bagaimana informasi dari luar
masuk ke ingatan manusia : dimana informasi dari luar pertama kali masuk keingatan sensori, ingatan
sensori ini sangat mudah hilang karena kapasitasnya yang sedikit. Indera-indera yang bekerja untuk
menangkap informasi yang banyak akan mengakibatkan terjadinya kelupaan. Informasi yang dianggap
relevan dan penting bagi individu akan diteruskan dan masuk ke ingatan jangka pendek. Ingatan jangka
pendek juga memiliki kapasitasnya sendiri, yaitu sekitar 30 detik (Santrock, 2005) dan apabila informasi
yang dianggap relevan dan penting bagi individu ini tidak diulang maka informasi tersebut dapat hilang,
atau informasi tersebut dilupakan. Informasi yang berhasil masuk ke ingatan jangka pendek akan
diteruskan ke ingatan jangka panjang, ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi
yang relatif permanen (Lahey, 2007).
Dari hal teresebut yang di jebarkan, jelas pengolahan informasi dengan memori manusia memiliki
ketergantungan. Dimana informasi dan momen-momen yang di alami oleh suatu individu dapat di ingat
kembali melalui proses pengolahan yang dilakukan oleh otak sebagai suatu bentuk ingatan dari kejadian
yang dialami oleh suatu individu.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang
dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar.
Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-
beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar merupakan hal yang penting
dalam bidang pendidikan. Tentu saja dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan
adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar sebagai temuan
mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era globalisasi telah membawa
berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori – teori belajar yang baru guna
menyempurnakan teori – teori yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa
bertolak dengan adanya teori belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu
bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan bermunculnya teori
– teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat
dikaji dan diambil manfaat dengan adanya teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki
keistimewaan tersendiri. Bahkan, tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan –
kritikan untuk penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah teori
belajar pengolahan informasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi ?


2. Apa yang dimaksud sistem memori manusia ?
3. Bagaimanakah komponen belajar ?
4. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kulah Belajar dan Pembelajaran serta untuk
menambah wawasan pengetahuan tentang Teori Pengolahan Informasi dalam Memori Manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori pengolahan informasi


Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan informasi dapat
dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan
di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana
dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki
sutu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori
pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama
melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat
kemampuan memori seorang individu.
Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan
antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses
belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan
pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan
model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-gambarkan cara individu
memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi Anita E.
Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing,
karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya
disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working
memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di
sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya
dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu
menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa
sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau pemantau
bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam
long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi
kreativitas).

Adapun tokoh lain yang menjelaskan teori ini:

1. Robert Gagne
Robert M. Gagne, Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi, Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya
berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya
dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep Robert M Gagne, Jerome
Seymour Bruner, Albert Bandura dan Lev Vygotsky merupakan tokoh-tokoh penting yang telah
mencetuskan berbagai teori pembelajaran dan memberi sumbangan yang besar dalam dunia
pendidikan. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika,
yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan.
Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan
proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang
akan menghasilkan belajar yang efektif.
Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam
memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa untuk memecahkan masalah.
Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training Adalah Edgar
Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran modern.
Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert
Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat
dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup dan
berkembang sesuai harapan. Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori
ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi,
menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. (Pada titik ini
sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total
terhadap konsep soul dan mind.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu
tersebut (peserta didik).
2.2 Sistem memori manusia
Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya
tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi potongan-
potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan.
Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu adalah sebuah
wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk
mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada juga
yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang aktif
memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data data menjadi informasi
yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini berarti
memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit
dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-
interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur memori
yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke sistem
memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan
diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan
selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera
ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan
di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah
dinyatakan dua orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut
terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan
pengideraan hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang
siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka
pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa
adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses
pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari
para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di
samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya
mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam
seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak
ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara
dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang
patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya.
Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya
selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari
memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi
yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi.
Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang,
sehingga dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka panjang adalah
penyimpanan jangka pendek yang mendapat pengulangan. Kata lainnya kata lainnya penyimpanan
jangka panjang tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan
sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.
Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu
Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
 Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para
siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis
menjadi 17–08–1945.
 Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-
hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25
akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1,
4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
 Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa
untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan
mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak
menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.
2.3 Komponen belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu:
1. mengarahkan perhatian ke stimulus
2. mengkode stimulus
3. penyimpanan dan pemanggilan informasi.

a. Perhatian ke stimulus
Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima pencatat
sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan sebenta di sebut
ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang ke tiga disebut taktil
atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan. Peranan perhatian ada dua
peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:
1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah
sedemikian luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak memerlukan
perhatian khusus. Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui seperti pola perkalian 1 x
10. B) pros deliberate
2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang dilakukan
secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-pola yang belum
diketahui (baru)
2. Mengkode stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai
memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah
stimulus sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali dengan
mudah. Ada dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi elaboratif.
Pengulangan terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh gladi pelihara.
Kebalikannya gladi elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:
a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)
b) dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.
Contoh mengenai hal tersebut seperti pada hal di bawah ini: Mengasosiasikan pohon korma
(informasi baru) dengan pohon korma sawit (informasi lama) ini adalah contoh gladi elaboratif.
3. Penyimpanan dan retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka
panjang untuk dapat di ingat kembali sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini sangat
bergantung bagai mana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan
informasi sebelumnya dari memori jangka panjang. Gladi pelihara dan gladi elaboratif ke duanya
dapat membantu individu dalam mengingat informasi dalam waktu yang akan datang. Sistem
mnemonik adalah cara untuk memudahkan kembali meliputi: akronim, catatan, kartu
pengisyaratan, titian ingatan, penggunaan kata-kata frase untuk mengingat not-not yang terletak
pada garis-garis paranada dan seterusnya.

2.4 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar


Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa meemori manusia
itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi suatu
sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam hal ini
individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu
penyleksian, pengorganisasian danpengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu
sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani
dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil sangat
bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini menunjukan
bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang mempengaruhi
terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal ini menyangkut aspek
perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan di atas, bahwakomponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada stimulus,
pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran adalah
a. Membimbing untuk menerima stimulus
b. Memperlancar pengkodean
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival
Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu kesatuan yang harus
dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan di dapat atau hasil belajar
dari peserta didik itu sendiri.
1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan diperhatikannya,
ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap
stimulus-stimulus yang di perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan
dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:
a. Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan
memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi
dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan.
b. Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan awal stimulus
melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di
simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean
ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah
tertanam dalam memori manusia.
Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta didik dalam
menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan lain apakah informasi yang
diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta didik. Untuk memudahkan penerimaan
informasi untuk tujuan behavioral dapat dilakukan dengan organise muka (advance organize),
yaitu merupakan konsep-konsep paying bagi bahan baru.
Tujuan dengan pemberian kerangka ini atau advance organize yaitu untuk membantupeserta didik
untuk mengetahui dan memperhatikan hal-hal penting dari material atau bahan pelajaran yang
baru. Adapun yang mengatakan bahwa advance organizer juga berguna untuk memberikan
kerangka konseptual untuk belajar. Selain itu melalui advance organizer akan menjadi suatu
penghubung antara simpanan informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar
yang baru. Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan struktur
kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat memperlancar proses
mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan (mayer:
19979) yaitu:
a. Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan logis dalam
materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah bagaimana membuat hubungan yang
singkron/ masuk akal antara informasi yang di miliki peserta didik dengan informasi yang akan di
peroleh saat proses belajar.
b. Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan informasi yang baru
dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam hal ini dapat diartikan juga bahwa
melalui organizer ini, peserta didik akan dibantu untuk memahami informasi yang sama sekali
belum dikenal dan belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh
pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru tersebut dan setelah itu akan
diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan motivasi pada peserta didik agar
mampu untuk memahami informasi baru tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data
pendukung dan penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk mengkode dan
memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).

2. memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka
panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna
memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua
rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan
pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik.
Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk
kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang.
Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang
dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk
di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang berbasis
peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal dari peserta didik
itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang sembarangsaja sifatnya
misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.
3. memperlancar penyimpanan dan retrival
Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak,
kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk
maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan
peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam proses mengingat kembali
terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa
retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term
memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi
yang akan dimunculkan
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
 Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari dalam
ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian terhadap
informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.
 Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup tindakan
peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya, sampai
informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal
ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses
penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke
informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan
kembali dapat didapatkan oleh individu.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa kesimpulan
antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term
Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah hasil
karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami
ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Karwono dan Heni Mularsih.2010.Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber


Belajar.Ciputat:Penerbit Cerdas Jaya
2. Muhibbin Syah.2001. Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
3. Rasyad, A. 2003. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press
https://agungekonugroho23.blogspot.com/2017/10/teori-pengolahan-informasi-dalam-memori.html
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimulan
Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi yang dapat diolah dalam
memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga
menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka dan
mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan misalnya, teks
dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja
yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi.
B. Saran
Dengan penjabaran makalah Teori Pengolahan Informasi Dalam memori Manusia Dan Landasanya.
Penulis menyadari masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis sangat memerlukan saran dan kritik
demi kesempurnaan tugas-tugas di kemudian hari.

http://poncoputro-poncoputro.blogspot.com/2012/03/teori-pemrosesan-informasi-dalam-memori.html

Anda mungkin juga menyukai