Teori Pemrosesan Informasi Dalam Memori Manusia Contoh
Teori Pemrosesan Informasi Dalam Memori Manusia Contoh
Teori Pemrosesan Informasi Dalam Memori Manusia Contoh
BAB I
PENDAHULUAN
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan
penelitian lanjutan.
b. Hasil penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah
wawasan, pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis diperoleh manfaat dan penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.
b. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan tentang teori pemrosesan
informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kognisi bisa diartikan pikiran. Menurut Gagne seperti yang dikutip Jamaris (2010) bahwa kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada saat manusia sedang berpikir. Teori
kognitif menekankan peranan struktur ingatan dan pengetahuan terhadap proses penerimaan, pemrosesan,
penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi.
Teori kognitif tertuju kepada hal-hal yang terjadi didalam kepala kita ketika kita belajar atau pun berpikir.
Teori kognitif juga mengambil perspektif bahwa siswa secara aktif memproses informasi dan
pembelajaran berlangsung melalui usaha-usaha siswa ketika siswa mengaturnya, menyimpannya dan
kemudian menemukan hubungan-hubungan antara informasi, hubungan baru dengan pengetahuan lama,
skema, dan teks, pendekatan kognitif menekankan bagaimana informasi di proses.
2.Teori Perkembangan Piaget
Psikolog Swis, Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia
memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti
yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas
dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram
secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya.
Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Piaget mengadakan penelitian pada anak mengenai perkembangan kognitif anak. Dari
penelitiannya Piaget mengusulkan 4 tahapan perkembangan kognitif yang tiap tahapannya berhubungan
dengan usia dan cara berpikir. Tahap-tahap itu adalah:
1. Tahap Sensorimotor (dari usia lahir sampai 2 tahun)
Pada tahap ini seorang bayi membangun pemahamannya tentang dunia sekitarnya melalui
koordinasi pengalaman indrawinya dengan gerakan motorik. Pada awal masa perkembangan bayi tak
berbeda jauh dari gerakan refleksnya. Di akhir tahapan seorang bayi mulai bisa membedakan dirinya dan
dunia sekitarnya dan mulai menyadai bahwa objek akan tetap ada walau tak terlihat atau tak terdengar.
2. Tahap Preoperasional (kira-kira usia 2 sampai 7 tahun)
Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta
suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan
konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan
gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan
kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel.
1. Robert Gagne
Robert M. Gagne, Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi, Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya
berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya
dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep Robert M Gagne, Jerome
Seymour Bruner, Albert Bandura dan Lev Vygotsky merupakan tokoh-tokoh penting yang telah
mencetuskan berbagai teori pembelajaran dan memberi sumbangan yang besar dalam dunia
pendidikan. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika,
yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan penggiriman pesan.
Pembelajaran di kelas merupakan teori proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan
proses kognitif. Teori informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang
akan menghasilkan belajar yang efektif.
Dalam teori pengolahan informasi terdapat persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam
memori jangka panjang. Teori ini mengajarkan kepada siswa untuk memecahkan masalah.
Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training Adalah Edgar
Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran modern.
Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience). Kolaborasi Robert
Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat
dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup dan
berkembang sesuai harapan. Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori
ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi,
menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. (Pada titik ini
sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total
terhadap konsep soul dan mind.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar
dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh individu
tersebut (peserta didik).
2.2 Sistem memori manusia
Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya
tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah koleksi potongan-
potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan.
Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa memori itu adalah sebuah
wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk
mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut Naisser, 1967. Ada juga
yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif, tetapi merupakan suatu yang aktif
memilih data penginderaan mana yang akan di olahnya, mengubah data data menjadi informasi
yang bermakna dan menyimpan infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini berarti
memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit
dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-
interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur memori
yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke sistem
memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar akan
diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan
selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera
ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan
di atas, dapatlah disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah
dinyatakan dua orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut
terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya, seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan
pengideraan hanya dapat bertahan di dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang
siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka
pendek adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa
adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat
bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat
penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses
pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan dari
para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang disajikan, di
samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang tepat sudah seharusnya
mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam
seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak
ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi suara
dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang
patut dihargai dari seorang guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya.
Namun hal yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para gurunya
selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari
memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi
yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi.
Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang,
sehingga dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka panjang adalah
penyimpanan jangka pendek yang mendapat pengulangan. Kata lainnya kata lainnya penyimpanan
jangka panjang tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.
Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran. Karenanya, latihan selama di kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan
sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60 menit.
Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu
Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah
daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para
siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis
menjadi 17–08–1945.
Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-
hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25
akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1,
4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa
untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan
mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak
menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.
2.3 Komponen belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu:
1. mengarahkan perhatian ke stimulus
2. mengkode stimulus
3. penyimpanan dan pemanggilan informasi.
a. Perhatian ke stimulus
Pengolahan sistem informasi dalam memori manusia diawali ketika isyarat fisik diterima pencatat
sensori melalui indera (visual, audio maupun kenestik ). Isyarat fisik ini disimpan sebenta di sebut
ikon dan memori audio disebut peniru bunyi (echo). Jenis retensi isyarat yang ke tiga disebut taktil
atau haptik, untuk retensi ini belum banyak penelitian yang di lakukan. Peranan perhatian ada dua
peran perhatian dalam sistem pengolahan informasi yaitu:
1) pengolahan informasi secara otomatik, peran perhatian terhadaap hal-hal yang sudah
sedemikian luasnya sehingga berlangsung tanpa kendali secara sadar dan tidak memerlukan
perhatian khusus. Misalnya pengenalan pola-pola yang sudah diketahui seperti pola perkalian 1 x
10. B) pros deliberate
2) peranan perhatian untuk mengolah informasi yang memerlukan usaha sadar yang dilakukan
secara terkosentrasi, yaitu untuk mengenal informasi yang diperlukan untuk pola-pola yang belum
diketahui (baru)
2. Mengkode stimulus
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai
memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka di perlukan pengkodean yaitu mengubah
stimulus sehingga dapat di simpan sehingga pada waktu lain dapat dimunculkan kembali dengan
mudah. Ada dua cara pengkodean yaitu: gladi pelihara atau gladi primer dan gladi elaboratif.
Pengulangan terhadap informasi yang ingin diingat ini adalah salah satu contoh gladi pelihara.
Kebalikannya gladi elaboratif adalah mengubah melalui berbagai cara yaitu:
a) diganti dengan lambang lain (subsitusi)
b) dilengkapi dengan informasi tambahan untuk memudahkan mengingatnya.
Contoh mengenai hal tersebut seperti pada hal di bawah ini: Mengasosiasikan pohon korma
(informasi baru) dengan pohon korma sawit (informasi lama) ini adalah contoh gladi elaboratif.
3. Penyimpanan dan retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka
panjang untuk dapat di ingat kembali sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini sangat
bergantung bagai mana informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan
informasi sebelumnya dari memori jangka panjang. Gladi pelihara dan gladi elaboratif ke duanya
dapat membantu individu dalam mengingat informasi dalam waktu yang akan datang. Sistem
mnemonik adalah cara untuk memudahkan kembali meliputi: akronim, catatan, kartu
pengisyaratan, titian ingatan, penggunaan kata-kata frase untuk mengingat not-not yang terletak
pada garis-garis paranada dan seterusnya.
2. memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka
panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna
memudahkan dan mengingat kembali di waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua
rancangan yang berbeda yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan
pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik.
Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk
kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang.
Teknik yang kurang dikenal juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang
dapat berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk mengubah atau
melakukan peengubahan dengan caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk
di ingat dan melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang berbasis
peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal yang berasal dari peserta didik
itu sendiri, yang dapat membantunya belajar memperoleh asosiasi yang sembarangsaja sifatnya
misalnya; sebuah daftar, methode dan sebagainya.
3. memperlancar penyimpanan dan retrival
Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak,
kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk
maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan
peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam proses mengingat kembali
terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori manusia
dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa
retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term
memori ( ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi
yang akan dimunculkan
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan dalam
melaksanakan penelusuran, yaitu:
Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan dari dalam
ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu peenyeleksian terhadap
informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.
Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup tindakan
peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di dalamnya, sampai
informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal
ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses
penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke
informasi yang umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan
kembali dapat didapatkan oleh individu.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa kesimpulan
antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term
Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dan penjelasan yang ada di dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian yang lebih mendalam mengenai materi ini. Dan demi perbaikan makalah kami
selanjutnya kami mohon saran dan ktitik pembaca yang tentunya membangun. Demikianlah hasil
karya tulis kami yang terangkim dalam suatu makalah semoga bermanfaat dan akhirnya kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://poncoputro-poncoputro.blogspot.com/2012/03/teori-pemrosesan-informasi-dalam-memori.html