Blast Furnace
Blast Furnace
Blast Furnace
I. PENDAHULUAN
Pengoperasian Blast Furnace ditunjang oleh beberapa pabrik lainnya seperti Coke Oven sebagai pabrik
pengolah bahan bakar kokas, Sinter Plant sebagai pabrik pengolah bahan baku iron fine ore dan BOF
sebagai pabrik pengolah lanjutan untuk pembuatan baja. Disamping pabrik terdsebut diatas terdapat juga
pabrik/alat pengolah limbah seperti slag granulation dan gas holder untuk menampung gas buang dari
coke oven dan blast furnace untuk dimanfaatkan sebagai energi. Setiap satu ton hot metal di produksi
akan hasilkan limbah padat kurang lebih sebanyak 350 kg, dari limbah ini 7% dapat dimanfaatkan lagi di
sinter plant dan 88.5% berupa slag butiran dimanfaatkan untuk pabrik semen dan sisanya untuk bahan
urugan.
Untuk mengurangi pemakaian bahan bakar kokas dapat disubsitusi dengan batubara yang diinjeksikan
melalui tuyer Blast Furnace dikenal dengan sistem PCI (Pulverized Coal Injection) dengan kapasitas
batubara 150-200 kg/t hot metal.
System operasional Blast Furnace yang modern dikendalikan oleh system otomasi seperti THYBAS
yang dikembangkan oleh Thyssen Stahl atau Rabbit model yang digunakan di BHP. Keberhasilan
pengoperasian Blast Furnace modern tergantung pada system otomasinya. Informasi dari kondisi operasi
didapat dari alat-alat ukur dan cara-cara pengukuran yang dipasang di Blast Furnace dan kemudian
ditampilkan dilayar monitor dalam bentuk data dan gambar berdasarkan model matematika.
Pengoperasian blast furnace pada dasarnya adalah terus menerus tanpa terputus, maka untuk menjamin
hal tersebut diatas diperlukan stock house bahan bakar dan bahan baku dengan kapasitas yang cukup
beberapa hari untuk mengantisipasi terputusnya pengiriman meterial dari pabrik penunjang. Demikian
juga pada proses hilir, yaitu di BOF jika mengalami hambatan sehingga tidak dapat menerima kiriman
hot metal dari Blast Furnace, maka diperlukan dumping area untuk hot metal, dari sini didapat plate
iron.
Kualitas bahan baku dan bahan bakar, yaitu sinter dan kokas harus memenuhi persyaratan terutama
persyaratan permeabilitas pada burden yang berkaitan langsung dengan kekuatan sinter dan kokas dan
size distribusi. Parameter tersebut untuk sinter dikenal dengan RDI (Reduction Degredation Index), yaitu
indek kekuatan sinter selama proses reduksi pada temperatur 550-600 oC dihitung sebagai perbandingan
berat fraksi halus < 3.15 mm setelah tumbling test dibagi terhadap berat sample. Selain itu dikenal juga
parameter TI (Tumbling index), yaitu perbandingan berat fraksi size > 6.3 mm setelah tumbling test
dibagi dengan berat sample. Demikian juga mengenai kekuatan kokas yang dikenal dengan nama CSR
(Compressive Strenght Ratio) harus diatas 65 %. Semakin rapuh material tersebut maka semakin banyak
butiran halus yang terjadi dan membuat premeabilitas menjadi kecil dan distribusi aliran gas CO/CO2
Lumpy zone terletak pada bagin stack, pada daerah ini bahan baku dan kokas dimasukan melalui rotry
chute atau sistem bell, zona ini terdiri dari lapisan-lapisan kokas dan bahan ferrous (pellet, lump ore,
sinter). Sebagian besar proses yang terjadi pada zone ini adalah reduksi dan penpindahan panas.
Kecepatan gas pada daerah ini lebi kurang 3.5 m/detik.
Cohesive zone terletak dibagian tengah-bawah stack hingga sebelah pinggir-atas bosh, pada daerah ini
lapisan bahan ferrous mulai melunak dan padat sedangkan gas naik melalui celah lapisan kokas. Mass
dan heat tranfer akan berlangsung terus didalam dan dipermukaan sebelah bawah lapisan ferrous yang
padat, dan selanjutnya besi cair dan slag mulai terbentuk dan menetes.
Cohesive zone berfugsi sebagai distributor gas. Bentuk dan ketinggian zone ini sangat penting dan
mempengaruhi preamebility, produktiviti dan kualitas besi cair
Aktive zone (dripping zone) terletak dibawah cihesive zone dan diatas deadman didalam bosh. Pada
daerah ini besi cair dan slag dari permukaan bawah cohesive zone merembes melalui bed yang terbentuk
dari kokas aktive (kokas yang diperlukan untuk pembakaran) dan kokas statis (dead man).
Deadman (kokas statis) yaitu sebagian dari kokas yang mengunduk tidak terbakar yang mengapung
diatas slag cair. Premeabilitas atau celah kokas statis sangat penting untuk mengalirkan besi cair dan
slag cair secara tetap menuju heart.
Raceway terletak dekat tuyer berupa ruangan bakar dimana kokas aktif bergerak menuju ruang ini dan
dengan cepat terbakar membentuk gas reduksi (CO dan H2) bersuhu mencapai 2000 oC . Kecepatan gas
pada daerah ini mencapai 250 m/detik.
Cooling System
Pendinginan dinding atau shell dan bottom heart blast furnace menggunakan jacket atau pipa air yang
dipasang didalam refractory atau dekat shell plate blast furnace. Demikian juga untuk bagian stack dan
bosh menggunakan jacket yang dikenal dengan nama cooling stave, cooling plate yang terbuat dari besi
cor atau tembaga. Jacket pendingin tersebut dilapisi dengan bahan tahan api. Detail gambar cooling
stave dan cooling palte lihat pada lampiran.
Casthouse
Casthous merupakan salah satu bagian dari Blast Furnace dimana pada daerah ini kegiatan yang
dilakukan adalah Persiapan Tapping, Lining Runner dll. Jumlah tap hole blast furnace dapat mencapai 4
buah tergantung dari besarnya blast furnace.
Peralatan-peralatan yang terpasang pada areal ini adalah sebagai berikut :
Casthous Runner.
· Setiap tap hole dilengkapi dengan pool runner yang panjang.
· Mud Gun yang berfungsi untuk menutup lobang taphole.
Gambar proses dari masing-masing pernyataan diatas diperlihatkan pada gambar terlampir.
Casthous Dedusting.
Casthous dedusting berfungsi untuk mengisap debu pada saat hot metal mengalir pada taphole runner dan
tilting runner, pada daerah ini dipasang canopi penangkap debu dengan regulasi control polusi yang mana
kemampuan pengisapan udara yang besar. Dibawah peraturan perhatian lingkungan level maximum debu
adalah 10 mg/Nm3.
1450
1400
T em p. C
1350
Dom e
1300 S to v e 1
S to v e 2
S to v e 3
1250
0 1 2 3 4
w a k t u ( ja m )
Ada dua type konstruksi hot stove ditinjau dari ruang bakar yaitu :
- Internal Combustion Shaft
- External Combustion Shaft
Internal Combustion Shaft, yaitu burner shaft berada didalam checker shaft sehingga dibatasi satu
dinding.
· External Combustion Shaft,yaitu burner shaft berada diluar checker shaft sehingga dome yang
menghubungi kedua shaft tersebut berbentuk oval/dua lingkaran bersebrangan
Pemilihan konstruksi hot stove berdasarkan kapasitas Blast Furnace atau flowrate hot blast. Untuk
kapasitas Blast Furnace yang besar dianjurkan menggunakan external combustion chamber. Kelemahan
pada internal combustion chamber terletak pada dinding pemisah antara burner shaft dengan checker
shaft,jika ada kebocoran pada dinding pemisah tersebut tidak dapat dipantau dari luar. Expansi dinding
pembatas tidak sama pada sisi checker shaft dan sisi burner sahaft dapat mengakibatkan retak pada
dinding pemisah. Pada tabel berikut ditampilkan data hot stove yang terpasang di BF thyssen.
Tabel VI. Data - Data Hot Stove dari masing masing Blast Furnace di Thyssen.
STOVE BF 2 BF 1 Schwelgern BF 4 BF 9
Schwelgern Hamborn Hamborn
Number of Stove 3 3 3 3
Year of contruction 1993 1973 1964/ref 74 1987
Manufacturer Type Didier MuP MuP MuP
diktat/BF/ prepared by : syahrialmalik & yaya s 6
Ext.Combustion Intern.Combustion Intern.Combustion Intern.Combustion
Heating Surface m2 3x108727 3x84400 3x42566 3x39366
Burner ceramic ceramic metalic ceramic
Burner Cap. MW 170 183 86 110
Heat Exchenger MW 41.1 25 12.3 15.9
Dome Temperatur C max.1450 max.1450 max.1370 max.1370
Hot Blast Temperatur 1300 1370 1200 1200
Weight of Checker Work 9782 8910 4070 3515
Refractory linning of silica silica silica silica
dome
Ditinjau dari kompigurasi cyclone dan scruber yang ada di Blast Furnace Thyssen, maka konfigurasi
dengan 2 cyclon dan 2 scruber lebih andal (BF1 Schwelgern ). Jika terjadi kerusakan pada salah satu
cyclon atau scruber maka pasangan yang lain masih dapat dioperasikan. Biasanya kerusakan terjadi pada
diktat/BF/ prepared by : syahrialmalik & yaya s 8
dinding cyclon karena erosi gaya sentrifugal dari debu yang mengesek dinding cyclon dan korosi pada
scruber karena asam. Masalah korosi pada scruber dapat diatasidengan pelapisan material tahan asam,
jadi konfigurasi 2 cyclon dan satu scruber cukup optimum dari segi investasi dan keandalan operasi. Gas
cleaning system dapat dilihat pada gambar lampiran.
Stockhaouse
Stoukhouse Bin digunakan untuk penyimpanan raw material dan bahan bakar sebelum material masuk
pada Blast Furnace. Material tersebut terdiri dari: Coke, Sinter, Lump Ore/Pellet dan Fluxs. Bin ini
berbentuk piramida, jumlah bin dan kapasitas terpasang serta jumlah weighing bin dan alat screening dari
masing - masing Blast Furnace yang ada di THYSSEN Stall AG adalah seperti tercantum pada tabel II,
III dan IV dibawah ini.
Tabel II. Kapasitas Bin dari setiap Blast Furnace.
Jumlah & Kapasitas bin pada setiap Blast Furnace
material satuan Schwelgern .1 Schwelgern. 2 Hamborn. 4 Hamborn .9
n Kapasitas n kapasitas n kapasitas n kapasitas
Coke m3 20 9.474 6 4200 4 6.938 6 3.429
Sinter m3 18 7.688 6 4.560 9 3.235 9 2.503
Ore/Pellet m3 6 2.186 4 1.720 5 1.996 10 2.903
Fluxs m3 6 2.374 7 1.610 6 1.405 4 1.160
Coke mm 12.5 28 20 20
Sinter mm 6.3 6.3 7.5 5 x 25
Ore/Pellet mm 6.3 6.3 7.5 -
NuteCoke/ mm - 10/6.3 - -
VI. Refractory.
Jenis material refractory yang dipakai pada Blast Furnace ditampilkan pada tabel dibawah ini dan untuk
keterangan gambar ditampilkan pada gambar (12) terlampir.
Tabel X. Refractory.
Company SGL DIDIER NDK NDK
Type RFN Cabural A BC 5 BC8SR
Raw Material Base Graphit Anthrasite Anthrasite Anthrasite
Komposisi Kimia ( % )
SiO2 < 0.10 1.91 2.13 6.60
Al2O3 < 0.10 1.42 3.24 6.48
Fe2O4 < 0.10 0.57 0.60 0.41
Ctotal 98.00 94.70 92.80 79.30
SiC < 0.10 0.10 0.70 8.80
Ash < 0.15 4.40 5.00 21.70
Bulk Density ( g/cm3 ) 1.65 1.56 1.56 1.71
Open Porosity (%) 21.00 11.10 15.70 17.10
Thermal Conductivity (W / mK) 150.00 5.00 13.00 18.00
Cold Crushing Strenght (N/mm2) 28.00 44.00 38.00 66.00
Modulus of Reture ( N/mm2) 13.00 7.20 7.70 14.50
Dyn . E- Modulus ( kN/mm2) 9.20 12.80 7.40 14.90
Dilatasion (%) nb 0.74 0.44 0.52
Creeping under load 1500oC nb 0.79 0.57 0.57
Ash Factor nb 0.74 0.91 0.65
Infritation Index nb 8.00 0.10 0.00