Semedi
Semedi
Semedi
Desa Kepudang
meliputi area luas terdiri dari gunung, sungai, pedesaan, ladang, dan
menenangkan diri supaya lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agung Mukhriti, Kaki Semar Tunggul Sabdo Jati Among Rogo, Nini
Dewi Tanjung Sekar Sari, Sukmo Sejati atau Eyang Guru, Eyang Juragan
daerah ini lebih sering dikunjungi pada saat bulan Sura. Banyak pesemedi
42
yang datang dari jauh, bahkan luar pulau Jawa. Kebanyakan orang yang
menjadi pejabat, baik tingkat desa ataupun pejabat daerah dan juga untuk
B. Deskripsi Informan
orang warga desa Glempang Pasir, 1 orang juru kunci dan 2 orang
sebagai berikut:
1. Bapak Sutikno
43
untuk mendekati beliau untuk diajak wawancara. Beliau orangnya
3. Bapak Karman
44
mendatangi rumah beliau. Beliau sedang tidak berada di
kediamannya.
Kejawen yang kuat. Hal ini dapat dilihat dari pandangan beliau
4. Bapak Sanwikarta
45
Para pegawai Kelurahan menyarankan peneliti untuk menemui
5. Ibu Tati
46
Ibu Tati merupakan orang yang meyakinkan peneliti bahwa
berbicara.
7. Bapak Suratno
47
Bapak Suratno adalah seorang pengurus mesjid. Sehari-hari
ini bisa dilihat dari gaya berpakaian beliau yang ala kadarnya dan
diberikan oleh Pak Asik, namun di akhir sesi wawancara Pak Asik
48
jam 11 malam. Hal ini sangat tidak lazim dalam ajaran agama
manapun. Akan tetapi dilihat dari segi tawaf dan bertasbihnya, itu
oleh peneliti.
49
satu dari kepercayaan lokal tersebut adalah kepercayaan terhadap roh-
Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Pulau Jawa. Kata
kejawen berasal dari bahasa jawa yang mempunyai arti, segala sesuatu
“Sebagian besar itu agama islam. Ada agama yang lain, tapi
tidak banyak mas.” (Sanwikarta, wawancara Senin, 23 Februari
2015, pukul 11.35 WIB).
50
dengan kejawen. Sinkretisme adalah suatu gerakan di bidang filsafat
308).
moyangnya.
agama, akan tetapi lebih fokus kepada murni tidaknya suatu agama itu.
Bagi yang menganut faham sinkretisme, semua agama itu baik dan
51
mereka menjadikannya menjadi satu aliran, sekte dan bahkan agama
(Amin, 2000).
menjalankan ritual semedi. Hari yang mereka pilih adalah hari yang
semua hari itu bagus dan baik. Tidak masalah bersemedi di hari
apapun juga . Akan tetapi ada beberapa hari yang dipilih orang untuk
52
“Ya itu tidak masalah menentukan waktu maupun hari. Jadi hari
itu semuanya bagus. Akan tetapi dengan kebessaran orang-orang
jawa, hari-hari yang disebut kliwonan. Seperti Selasa Kliwon itu
kan hari orang Jawa yakan?. Kemudian Minggu Wage. Maupun
minggu Kliwon terus Jumat Kliwon. Kaya kemaren malem itu
baru pada selesei orang-orang (semedi), baru pada pulang.”
(Karman, wawancara Jumat 20 Februari 2015, pukul 16.18
WIB)
Kejawen juga nampak dalam hal kepada siapa orang yang bersemedi
gunung Srandil dalam meminta dan memohon itu kepada Tuhan, akan
salah satu orang yang bersmedi di Gunung Srandil, yaitu Pak Tarum.
Pak Tarum juga mengemukakan bahwa tidak ada salahnya apabila kita
mendoakan orang yang sudah meninggal. Itu merupakan hal yang baik.
Namun apabila kita meminta suatu hal kepada orang yang sudah
kemusyrikan.
sudah mulai faham dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang-
55
istirahat dari bersemedi). Orang-orang tersebut juga yakin dan percaya
kepada Tuhan.
melakukan prosesi ritual adalah orang Jawa, serta lokasi semedi itu
sendiri yaitu di Gunung Srandil yang masuk dalam wilayah Pulau Jawa.
itu kenthal dengan tradisi dan budaya yang ditinggalkan oleh nenek
moyangnya.
56
“Kemungkinan kalau orang islam dengan bismillah
hirrahmanirrahim. Karena orang jawa masih kental dengan
naluri, tradisi dan budaya. Sebelum memasuki tanah pertiwi itu,
orang Jawa punya kepercayaan. Bahwa jawa itu masih
meneruskan peninggalan dari nenek moyang. Sebelum kita lahir
itu kakek saya sudah mempunyai kepercayaan sendiri. Ibaratnya
jalan itu ada seribu jalan tapi tujuannya hanya ada satu yaitu
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah kita ritual, meditasi itu
rasanya tenang pikiran dan batinnya. Jadi kita seolah-olah
menyatu, kepercayaan kita dengan alam itu seolah seiring.”
(Karman, wawancara Jumat 20 Februari 2015 pukul 16.00).
mengemukakan bahwa berdoa itu ada banyak sekali jenisnya dan itu
diperbolehkan.
“Wah kalau doa itu banyak sekali. Doa urusan dunia, atau
urusan apa yang lain. Semua masing-masing mas, tergantung.
Yang dzikir. ga ada yang bagus, yang tinggi yang rendah, semua
itu sama, tergantung tata cara mendalaminya. Ya doa Jawa ya
bisa, kalau arab tidak bisa ya pakai Jawa. Kalau saya kadang
Arab. Kalau yang bahasa arabnya saya tidak tahu, ya saya pakai
Jawa. Ngga papa, Allah Maha Tahu, yang penting kita sebagai
muslim, sholat tetep pakai bahasa Islam. Masalah doa
(memohon), ya nggak papa pakai Jawa. Bahasa Jawa pakai Ya
Gusti. Itu aslinya para Wali yang mengaji Islam, kemudian di
kerajaan-kerajaan bahasanya jadi Jawa (sejarahnya). Agar
mudah dipahami oleh orang-orang Jawa pada zaman dahulu.”
(Tarum, wawancara Senin 23 Februari 2015 pukul 14.17 WIB)
tertentu yang harus dipenuhi agar ritual tersebut dianggap sah dan
57
tersebut tidak wudlu, maka sholatnya dianggap tidak sah. Sama halnya
dengan baik.
oleh Bapak Karman bahwa syarat yang khusus dan utama untuk
berisi surat butuh perangko agar amplop dapat dikirim oleh pak Pos ke
tempat surat dituju. Maka agar doa dapat disampaikan ke Tuhan oleh
persyaratannya.
menemukan bekas-bekas atau sisa dari kembang dan dupa yang telah
padam. Pada saat itu memang sepi orang yang bersemedi, ada hanya
58
satu atau dua orang saja, sehingga yang ditemukan hanya kembang
(bunga) yang masih baru dan juga aroma kemenyan yang sangat kuat.
adalah kembang dan kemenyan. Pada hari itu memang lumayan banyak
lokasi petilasan untuk makan dan juga ada yang tidur di dalam petilasan
tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh Pak Tarum. Beliau hanya membawa buku
dan sore hari, namun menurut penuturan beliau, orang yang bersemedi
kemenyan.
“Kalau saya sih gak bawa apa-apa. Hanya membawa buku yang
isinya doa-doa islami. Tapi kalau umumnya orang semedi disini
ya membawa kembang menyan mas.” (Tarum, wawancara Senin
23 Februari 2015 pukul 14.21 WIB)
Semua agama boleh masuk dan juga boleh menjalankan ritual dengan
59
tatacara agama dan kepercayaan masing-masing. Sah-sah saja Pak
simbolis orang Jawa dalam hal religi. Ada beberapa tindakan simbolis
orang Jawa dalam hal religi, salah satunya adalah usaha untuk
alam semesta atau jagad gedhe. Usaha ini ditempuh dengan jalan
prihatin atau merasakan perihing batin dengan cara cegah dahar lawan
makan makanan yang serba putih, seperti nasi dan minum air putih atau
Mati geni salah satu jenis usaha untuk menambah kekuatan diri.
semedi di Gunug Srandil ada yang menerapkan Mati Geni dan Nganyeb
60
Berbeda dengan penuturan Pak Sutikno, dalam buku Karangan
geni berarti tidak makan dan tidak minum dan tidak melihat sinar
apapun selama 40 hari 40 malam. Pati geni merupakan jenis usaha yang
tidak. Ada beberapa informan yang menyatakan bahwa itu adalah suatu
menjalankan tradisi.
itu bukan tentang benar atau salah dari sudut pandang agama. Orang-
merupakan ritual yang dilindungi oleh hukum. Jadi tidak boleh ada
61
“Pernah ada dari orang-orang agama (pemuka agama)
memprotes. Kepercayaan itu ya dari nenek moyang, semedi itu
sudah seperti menjadi tradisi dan dia dilindungi oleh hukum. Ya
tidak boleh diganggu gugat kan?.” (Hadi, wawancara Jumat 20
Februari 2015 pukul 14.50 WIB)
respon yang baik dari masyarakat sekitar Gunung Srandil. Sudah sejak
62
jika kita mengenal terlebih dahulu dari daerah mana saja orang-orang
Srandil ini.
Hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Pak Hadi, Ibu
63
“Wah ya dari seluruh penjuru Indonesia mas. Bapak saya kan
Juru Kunci Gunung Srandil mas. Nah dulu pernah mengantarkan
orang dari Singapura mas. Hanya saja orang Singapura itu
dibawa sama Tour Guide dulu mas, sebelum diserahkan ke
Bapak saya.” (Tati, wawancara Senin 23 Februari 2015, pukul
12.05 WIB.
17 Februari 2015 pukul 12.56 WIB) selaku penjaga pos dan pengelola
orang, asal daerah, lama waktu menjalankan ritual dan alamat lengkap
semedi, namun ada juga yang hanya berziarah, berdoa, bahkan ada
Namun dalam sudut pandang sosial pakaian juga berfungsi sebagai alat
64
untuk menunjukkan identitas seseorang. Misalnya seorang anak SMA
khusus. Ada orang yang memakai pakaian adat orang Jawa, seperti
“Ya bisa saja, kadang pakai pakaian khusus. Kadang juga tidak.
Ya kaya kejawen, pakai blangkon, baju hitam, apa lerek-lerek ya
kaya jogjaan itu lah. Kalau Muharram, satu Sura itu ada yang
memimpin. Yang memimpin adalah Sarwodadi Ngadiono.
Datang ke Srandil, terus ke Laut. Tetapi sekarang udah
meninggal orangnya. Sekarang yang memimpin istrinya. Dia itu
terkenal orang pintar mas, banyak muridnya.” (Hadi Suwarto,
wawancara Jumat 20 Februri 2015 pukul 15.32 WIB)
65
“Ya karena orang mendengar kata Srandil menjadi tertarik
fikirannya. Juga dari petilasan orang-orang sakti dan penting ini
mas. Ibaratnya Srandil ini udah terkenal kemana mana mas, jadi
banyak orang dateng kesini untuk berdoa.” (Sutikno, wawancara
Selasa 17 Februari 2015 pukul 12.45 WIB)
Gunung Srandil ketimbang tempat semedi lain yang masih natural atau
“Yang jelas waktu dulu itu kan masih belum ada bangunan.
Setelah banyak orang ritual disitu, ada yang menjadi orang
mampu, kemudian tempat petilasan gunung Srandil di bangun
tembok keliling. Tempatnya menjadi bagus dan nyaman untuk
melakukan ritual.” (Sanwikarta, wawancara Senin 23 Februari
2015, puku 11.35 WIB)
pepohonan.
leluhur Jawa. Wisata spiritual minimal dalam satu tahun dilakukan dua
kali, khususnya pada bulan Sapar dan bulan Sura. Di tempat keramat
28).
sangat menghargai dan sangat percaya pada roh-roh para leluhur. Para
Selain diawali dari niat pribadi, terkadang orang melakukan sesuatu itu
karena adanya dorongan dari orang lain. Sama halnya dengan orang
karena niat pribadi dan ada yang karena dorongan dari orang lain.
Dorongan dari orang lain yang sifatnya mengikat dan memaksa kepada
Awalnya beliau pergi keluar dari rumah untuk melakukan napak tilas,
keluarga tersebut bisa dikenai sanksi. Sama halnya dengan Pak Asik, ia
pengalaman di luar.
69
“Orang yang ritual disini orang-orangnya banyak yang karena
dililit utang mas. Kebanyakan orang susah.” (Tati, wawancara
Senin 23 Februari 2015 pukul 12.35)
profesi yang sudah disebutkan oleh beliau, yaitu pengusaha dan dukun.
Pak Sutikno bahwa tujuan orang bersemedi tergantung dari profesi apa
71
Orang yang bersemedi di Gunung Srandil mempunyai tujuan
oleh bapak Karman, bahwa ketika orang yang selepas semedi dari
72
Orang yang bersemedi di Gunung Srandil pasti mempunyai
meminta izin kepada sang istri. Pada awalnya sang istri menolak untuk
mengizinkan Pak tarum pergi. Namun karena tekad Pak Tarum sudah
bulat, maka tidak ada orang yang bisa menghalangi niatnya untuk
istrinya.
dalam penetian ini (Pak Asik) justru mensertakan istrinya untuk ikut
73
yang sukses, namun ada juga beberapa dari mereka yang gagal.
“Beberapa ada yang sukses. Tapi yang enggak sukses juga ada.
Nggak mesti jadi sukses mas kalau selepas semedi dari sini.
Banyak orang Jakarta kesini ya ngaeng (gak sukses).” (Suratno,
wawancara Kamis 26 Februari pukul 13.03 WIB)
74
Sementara itu menurut pandangan Ibu Tati, kesuksesan dari
menaikinya ke Srandil.
75
rombongan. Jadi beberapa orang patungan untuk menggelar slametan
“Yang saya tahu jika beberapa dari mereka ada yang berhasil,
mereka melakukan selametan besar-besaran. Biasanya
rombongan slametannya, misal slametan habis 100 juta
dirombong oleh sejumlah orang. Kan yang berhasil dan tdak
berhasil ikut selametan.” (Charub, wawancara Selasa 15 April
2015 pukul 14.30 WIB)
dibangun paving dan tembok tinggi memutari Gunung Srandil. Hal ini
mencari informasi melalui salah satu warga desa Glempang Pasir yaitu
Srandil, yaitu Pak Tarum. Di satu sisi Pak Hadi menepis isu tersebut
“Saya belum pernah tahu. Itu berita bohong. Yang saya tahu
yang pernah kesini ya hanya artis Tukul Arwana. Buat acara
syuting yang uji nyalian itu.” (Hadi, wawancara Jumat 20
Februari 2015 pukul 16.00 WIB)
Kades lebih memilih aksi diam dan tidak menjawab pertanyaan yang
lebih mudah dan fokus untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Faktor
dari orang tua salah satu informan pesemedi Srandil, untuk pergi
77
bersemedi di petilasan-petilasan yang dijumpainya. Salah satu
tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai
transaksi sosial nilai yang ditukarkan juga ada yang nyata dan juga
ada yang tidak nyata. Model timbal balik akan tetap ada selama ada
78
orang yang memberi dan berharap memperoleh imbalan barang
ganjaran intrinsik, berupa harga diri yang naik dan juga kehormatan
maka akan terlihat pada interaksi antara pelaku semedi dengan juru
79
tersebut berupa ganjaran ekstrinsik, berupa sejumlah uang, dan bisa
tersebut.
Proposisi Sukses:
80
mereka sukses, mereka secara rutin (setahun dua kali) melakukan
semedi di Srandil.
tujuannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor juga
rasional tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang
81
yang sedikit, pencapaian tujuan mungkin sukar atau mustahil sama
mencapai tujuan.
82
c) Terjadinya Sinkretisme di Gunung Srandil, terlihat dari
Srandil).
tahap metafisis.
83
semedi dianggap suatu tradisi yang sudah dilakukan secara
turun temurun.
Gunung Srandil.
84
m) Gunung Srandil mempunyai beberapa daya tarik yang
85
benar-benar percaya dengan kekuatan para pepunden (roh-roh
mereka secara berkala (misal satuh tahun tiga atau empat kali)
diberikan kesuksesan.
86
BAB V
A. Kesimpulan
Srandil), maka apa yang mereka inginkan dapat tekabulkan. Mereka yakin
kepada Tuhan.
87
Makna tahlilan yang sesungguhnya adalah mendoakan arwah orang yang
telah meninggal agar tenang di sisi Allah. Akan tetapi dalam kasus semedi
punya banyak hutang dan dagangan kurang laris atau sepi. Mereka percaya
batin yang dapat membuat bisnis mereka lancar. Faktor eksternal lebih
pertukaran sosial dan teori pilihan rasional. Teori pertukaran sosial dipilih
88
Keberhasilan tersebut tidak akan bisa dicapai tanpa saran, masukan dan
tinggi untuk mencapai tujuan rasional si aktor tersebut Dalam hal ini,
pelaku semedi percaya bahwa dengan jalan semedi maka tujuan rasional
irrasional, karena aneh, janggal, tidak masuk akal. Tetapi tujuan pelaku
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
89
b. Perlunya menambah asupan dana kepada pengelola Gunung
Gunung Srandil.
melakukan ritual.
pertolongan.
3. Bagi Masyarakat
suku bangsa.
90
b. Perlunya menambah wawasan tentang berbagai macam
berbuat kebaikan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Petir. (2009). Mistik Kejawen Menguak Rahasia Hidup Orang Jawa.
Yogyakarta: Banyu Media
Amin, Darori. (2000). Islam & Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Anwar, Yesmil & Adang. (2013). Sosiologi untuk Universitas. Bandung: Refika
Aditama
Bento, Ted & Craib (2009). Filsafat Ilmu Sosial Pendasaran Filosofis Bagi
Pemikiran Sosial. Yogyakarta: Ledalero
Johnson, Doyle Paul. (1988). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT.
Gramedia
Megaluh, S. (2012). Makna ritual semedi dalam budaya Jawa : studi kasus
Pandan Kuning petanahan Kebumen. Skripsi S1. Tidak Diterbitkan.
Universitas Indonesia
Mulder, Niels. (1984). Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka
Nasution, S.. (2011). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara
Poloma, Margaret M.. (2013). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. (2011). Teori Sosiologi: Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post
Modern. Bantul: Kreasi Wacana
Sixteen, Muzakki (2010). Ritual Malem Minggu Wage Paguyuban Tunggul Sabdo
Jati di Gunung Srandil, Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi S1. Tidak Diterbitkan.
Universitas Negeri Yogyakarta
94