Analisis Tingkat Kemantapan Lereng Di Quarry Batu Gamping PT Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Tenggara PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 134

i

ANALISIS TINGKAT KEMANTAPAN LERENG


DI QUARRY BATU GAMPING PT. SEMEN TONASA PANGKEP
SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


MENCAPAI DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH :

WIRA YUDHA
F3G212064

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
SEPTEMBER 2017

i
ii

ii
iii

KATA PENGANTAR

Bismillahi arrahmani arrahim


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puja dan puji syukur
senantiasa tercurahkan kepada Allah Subhana wataala tuhan yang Maha Esa,
dimana berkat segala karunia serta taufik dan kasih sayanga-Nya sehingga penulis
mempunyai kekuatan dan dimudahkan dalam penyusunan hingga dapat
menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ Analisis Tingkat Kemantapan Lereng
Di Quarry Batu Gamping PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan”.
Shalawat serta salam jua senantiasa tercurahkan kepada Junjungan kita Baginda
Rasulullah Muhammad Salallahi Alaihi Wassalam bersama para sahabatnya yang
mulia Radiallahu Anhum Ajmain serta doa kepada seluruh kaum muslimin
dimanapun berada semoga tetap istiqamah dijalan-Nya amin.

Karya ini penulis persembahkan khusus kepada kedua sosok yang sangat
berarti dalam hidup penulis, yang menjadi sandaran penulis, sumber energi penulis
setelah Allah dan Rasul-Nya, yakni kedua orang tua penulis, Bapak Salim Satri
dan Ibu Sitti Nurjanah yang selama ini telah membesarkan penulis, memberikan
bimbingan hidup, dan selalu memberikan dukungan hingga penulis bisa menjadi
sosok seperti apa yang ada hari ini, kepada kakak dan adik penulis serta seluruh
keluarga besar yang sama berartinya bagi penulis yang tidak bisa di tuliskan satu
persatu juga selama ini telah banyak memberikan Support kepada penulis.
Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis sangat banyak mendapatkan
masukan-masukan, saran-saran, serta banyak tambahan ilmu dan motivasi yang
pastinya tidak bisa terbalaskan secara materil oleh beberapa pihak yang
berpengalaman di bidangnya, olehnya itu dengan kerendahan hati izinkan penulis
untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Halu Oleo

iii
iv

2. Bapak Dr. Ida Usman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian yang memberikan motivasi kepada penulis agar dapat mencapai
target untuk menyelasaikan Tugas Akhir tepat waktu
3. Bapak Jahidin, S.Si.,M.Si. Selaku ketua Jurusan Teknik Pertambangan yang
senantiasa memberikan dukungan, kepada segenap mahasiswa Teknik
Pertambangan termasuk penulis agar kuliah dengan baik dan tepat waktu
4. Bapak Dr. La Ode Ngkoimani, S.Pd., M.Si selaku pembimbing 1 penulis atas
motivasi dan masukan-masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam
menyusun skripsi
5. Bapak Masykur Kimsan, ST.,MT. Selaku pembimbing 2 penulis atas kebaikan
dan kesabaran beliau dalam membimbing penulis, memberikan banyak
tambahan ilmu baru serta masukan-masukan yang sangat berharga bagi penulis
6. Bapak Drs. Firdaus, M.Si selaku Ketua Tim Penguji juga sebagai orang tua
Penulis di Fakultas yang telah memberi banyak masukan dan ilmu yang sangat
berharga bagi penulis baik dalam penyusunan skripsi ini maupun selama
penulis berproses sebagai mahasiswa di Universitas Halu Oleo
7. Bapak Dr. Ir. Muhammad Chaerul, ST.,S.KM.,M.Sc. selaku penguji atas segala
kebaikan dan kemurahan hati beliau yang tidak segan untuk memberikan
masukan-masukan positif bagi penulis serta ilmu-ilmu yang berharga yang
dapat menunjang skripsi penulis
8. Bapak Erwin Anshari, S.Si.,M.Eng. selaku sekertaris jurusan dan juga sebagai
penguji yang telah memberikan banyak masukan yang positif kepada penulis
9. Kepada dosen-dosen, Staff , serta tenaga pengajar yang ada di jurusan Teknik
Pertambangan yang telah memberikan Ilmu kepada Penulis selama penulis
mejalani proses perkuliahan
10. Seluruh Staff yang ada di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas
Halu Oleo yang telah membantu dan mensuport penulis dalam menyelasaikan
studi
11. Bapak H.A. Unggul Attas, MM selaku Direktur Utama PT.Semen Tonasa
12. Bapak Dr.Ir.H. Rego Devila, MM. selaku Kepala Biro Pemebelajaran
PT.Semen Tonasa

iv
v

13. Ibu Zam Zam, SE selaku Manager Of Training & Planing Organizing PT.
Semen Tonasa
14. Bapak Ir. Basri selaku Kepala Biro Tambang Batu Kapur PT.Semen Tonasa
yang telah menerima penulis dengan baik
15. Bapak Muhammad Syahrul Saleh, ST. yang telah meluangkan waktu dan
fikirannya dalam membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini
16. Kepada Bapak La Budu sekeluarga yang juga telah memberikan banyak
bantuan kepada penulis selama penulis menjalani proses Kerja Praktik di PT.
Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan
17. Kepada Saudara Masri Mas’ud selaku Partner penulis dalam melakukan
penelitian di Quarry PT.Semen Tonasa yang juga banyak memberikan
dukungan kepada Penulis
18. Rekan-rekan penulis keluarga besar Mahasiswa Teknik Pertambangan FITK
UHO angkatan 2012 atas kebersamaan dan dukunganya selama ini serta sudah
menjadi mood boster bagi penulis dalam berproses dan menyelesaikan skripsi
ini
Dalam menyusun Skripsi ini penulis menyadari masi banyaknya terdapat
kekurangan, oleh karenanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat penulis butuhkan. Akhir kata penulis ucapkan semoga karya ini dapat
bermanfaat baik bagi diri pribadi, bagi institusi derta dunia pertambangan secara
luas. Amin Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kendari, September 2017

Penyusun

WIRA YUDHA

v
vi

ANALISIS TINGKAT KEMANTAPAN LERENG


DI QUARRY BATU GAMPING PT. SEMEN TONASA PANGKEP
SULAWESI SELATAN

Wira Yudha

(Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Halu Oleo)

[email protected]

ABSTRAK

Kegiatan penambangan pada Quarry batu gamping PT.Semen Tonasa Pangkep


Sulawesi Selatan menggunakan metode Multy Banch System sehingga membentuk
lereng-lereng tambang pada bukit batu gamping dengan morfologi karst dengan
ketinggian 6 s/d 10 meter dengan kemiringan rata-rata 55o serta terdapat adanya
struktur batuan pada lereng. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kemantapan lereng pada Quarry batu gamping PT.Semen Tonasa
khususnya di Quarry B5 utara, Quarry B6 tengah, dan Quarry B8 Selatan. Tingkat
kemantapan lereng dapat di ketahui dengan melihat seberapa besar nilai Faktor
Keamanan dengan menggunakan ketetapan oleh Bowles 1989 dan Romana 1985
dengan mengukur beberapa parameter seperti kuailitas massa batuan pada lereng,
pola streografis batuan pada lereng, dimensi lereng serta parameter mekanika
batuan seperti nilai kohesi, sudut gesek dalam, dan bobot isi batuan. Nilai faktor
keamanan pada Quarry B5 utara adalah 2,838 dengan ketetapan Bowless dan 66,25
dengan ketetapan Romana keduanya dalam kategori lereng Stabil, Quarry B6
Tengah adalah 5,603 dengan ketetapan Bowless dan 69,25 dengan ketetapan
Romana keduanya dalam kategori lereng Stabil, Quarry B8 Selatan adalah 7,413
dengan ketetapan Bowless dan 63,40 dengan ketetapan Romana keduanya dalam
kategori lereng Stabil.

Kata Kunci : lereng tambang, faktor keamanan, kemantapan lereng

vi
vii

ANALYSIS OF SLOPE STABILITY LEVEL


IN THE LIMESTONE QUARRY PT. SEMEN TONASA PANGKEP
SOUTH SULAWESI

Wira Yudha

(Department Of Mining Engineering Faculty Of Earth Science And Technology

Halu Oleo University)

[email protected]

ABSTRAC
Mining activities in the limestone Quarry PT. Semen Tonasa Pangkep South
Sulawesi using Multy Banch System forming the quarry on the slopes of the Hill of
limestone with karst morphology with a height of 6 s/d 10 meters with an average
slope of 55o and there is the presence of rock structure on the slope. This research
aims to know the extent of the level of stability of slopes on a limestone Quarry PT.
Semen Tonasa especially in the North B5 Quarry , B6 Quarry and The South B8
Quarry. The level of stability of slopes can be determinated by looking at how
large the security Factor values by using the Statute by Bowles 1989 and Romana
1985 by measuring some parameters like rock mass quality in slopes, the
streografis patterns, dimensions and slope rock mechanics parameters such as the
value of the friction angle, cohesion, and the weight of the contents of the rocks.
The value of the safety factor in North B5 Quarry was 2.838 with bowles and 66,25
with romana where both of them are in the category of Stable slopes, B6 Quarry
was 5,603 with bowles and 69,25 with romana where both of them are in the
category of Stable slopes, South B8 Quarry was 7,413 with bowles and 63,40 with
romana where both of them are in the category of Stable slopes.

Keywords : slope mines, safety factor, slope stability

vii
viii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................vi
ABSTRAC...............................................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xiii
DATAR LAMPIRAN.............................................................................................xvi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN...............................................................xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Batasan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Geologi Regional...................................................................................5
1. Geomorfologi Regional..................................................................................5
2. Stratigrafi Regional........................................................................................6
3. Struktur Geologi Regional..............................................................................7
B. Sifat Geser Tanah..............................................................................................10
C. Percobaan Kuat Geser.......................................................................................12
D. Klasifikasi Rock Mass Rating ( Bienawski 1989 )............................................14
E. Analisis Kestabilan Lereng................................................................................23
1. Analisis Kinematik.......................................................................................23
2. Analisis Limit Equilibrium...........................................................................25
3. Klasifikasi Nilai Keamanan Lereng ( Bowloes 1989 ).................................28
F. Metode Bishop yang di sederhanakan (Bishop Simplified Method ) 1954........28
G. Metode SMR ( Slope Mass Rating ) Romana 1985..........................................30

viii
ix

H. Jenis Longsoran.................................................................................................32
1. Lonsoran Bidang ( Plane Failure )...............................................................33
2. Longsoran Busur ( Circular Failure )..........................................................33
3. Longsoran Baji ( Wedge Failure )................................................................34
4. Longsoran Guling ( Topling Failure )..........................................................35
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian...............................................................................................38
B. Prosedur Peneletian...........................................................................................39
1. Tahap Studi Literatur....................................................................................39
2. Tahap Pengambilan Data Lapangan.............................................................39
3. Tahap Pengolahan Data................................................................................40
C. Analisis Streografis...........................................................................................41
D. Perhitungan Nilai FK ( Faktor Keamanan )......................................................41
E. Instrumen Penelitian.........................................................................................42
F. Diagram Alir Penelitian....................................................................................43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Geometri Lereng................................................................................................45
B. Sifat Mekanik Batuan........................................................................................45
1. Uji Kuat Tekan.............................................................................................46
2. Kohesi ( c ) dan Sudut Geser Dalam............................................................49
C. Klasifikasi Massa Batuan dengan Rock Mass Rating ( Bienawski 1989 )........53
1. Pembobotan Nilai Rock Mass Rating pada Quarry B5 Utara......................53
2. Pembobotan Nilai Rock Mass Rating pada Quarry B6 Tengah...................55
3. Pembobotan Nilai Rock Mass Rating pada Quarry B8 Selatan...................57
D. Analisis Tipe Longsoran dengan metode Streografi..........................................59
1. Analisis Streografi Quarry B5 Utara.............................................................59
2. Analisis Streografi Quarry B6 Tengah.........................................................62
3. Analisis Streografi Quarry B8 Selatan..........................................................66
E. Analisis Kemantapan Lereng............................................................................69
1. Bishop Simplified Method.............................................................................69
a. Quarry B5 Utara......................................................................................69

ix
x

b. Quarry B6 Tengah.................................................................................74
c. Quarry B8 Selatan.................................................................................75
2. Metode Slope Mass Rating ( SMR )...........................................................76
a. Pembobotan parameter SMR pada Quarry B5 Utara............................76
b. Pembobotan parameter SMR pada Quarry B6 Tengah.........................77
c. Pembobotan parameter SMR pada Quarry B8 Selatan.........................78
V. PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................80
B. Saran...............................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA

x
xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kekuatan material batuan utuh ( Bienawski 1989 ).................................15

Tabel 2. Rock Quality Designation( Bienawski 1989 )..........................................16

Tabel 3. Jarak Antar ( Spasi ) kekar ( Bienawski 1989 )........................................18

Tabel 4. Penggolongan dan pembobotan kekasaran ( Bienawski 1989 )...............18

Tabel 5. Analisis Simplified Bishop Method (Bishop, 1954) Tingkat pelapukan


batuan ( Bienawski 1989 )..........................................................................19

Tabel 6. Panduan Klasifikasi Kondisi kekar ( Bienawski 1989 )..........................20

Tabel 7. Kondisi Air Tanah ( Bienawski 1989 ).....................................................22

Tabel 8. Kelas massa batuan , kohesi, dan sudut geser dalam berdasarkan nilai
RMR...........................................................................................................22

Tabel 9. Pendekatan yang ada pada metode Limit Equilibrium............................26

Tabel 10. Hubungan nilai Faktor Keamanan dengan Intensitas longsor ( Bowles
1989 )..........................................................................................................28

Tabel 11. Pembobotan Nilai F1,F2,dan F3 berdasarkan SMR ( Romana 1980 ).....31

Tabel 12. Pembobotan metode peledakan................................................................32

Tabel 13. Pembobotan massa jenjang ( Romana 1980 )...........................................32

Tabel 14. Instrumen Penelitian..................................................................................42

Tabel 15. Hasil pengukuran geometri lereng..........................................................45

Tabel 16. Nilai Uji Point Load Test.........................................................................47

Tabel 17. Rekapitulasi nilai kuat tekan....................................................................48

Tabel 18. Rekapitulasi Nilai Hasil Uji Triaxial........................................................51

xi
xii

Tabel 19. Rekapitulasi nilai Kohesi dan Sudut Geser dalam...................................52

Tabel 20. Rekapitulasi nilai kelas massa batuan......................................................59

Tabel 21. Rekapitulasi jenis/tipe longsoran...............................................................69

Tabel 22. Profil lereng Quarry B5 utara.........................................................................69

Tabel 23. Perhitungan manual Bishop Simplified Method Quarry B5 utara............72

Tabel 24. Perbandingan nilai Faktor Keamanan dengan cara manual dan dengan
software....................................................................................................73

Tabel 25. Profil lereng Quarry B6 tengah................................................................74

Tabel 26. Profil lereng Quarry B8 selatan...............................................................75

Tabel 27. Rekapitulasi nilai Faktor keamanan dengan Bishop Simplified


Method...................................................................................................76

Tabel 28. Rekapitulasi nilai RMR pada Quarry B5 utara, Quarry B6 tengah, dan
Quarry B8 selatan....................................................................................78

Tabel 29. Perbandingan nilai Keamanan pada Quarry B5 utara, Quarry B6 tengah,
dan Quarry B8 selatan dengan dua metode ( Bishop simplified method
dan SMR )................................................................................................79

xii
xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Gaya yang bekerja pada tebing tanah...................................................10
Gambar 2. Grafik hubungan antara nilai τ ,c ,σ dan Ф..........................................11
Gambar 3. Uji Kuat Geser pada Pasir (a) diagram skematik dari alat uji, (b) ploting
dari hasil pengukuran sehingga mendapatkan nlai sudut geser dalam
(ϕ)............................................................................................................13
Gambar 4.Pengukuran Jarak Antar Bidang Diskontinu pada Scanline
(Kramadibrata, 1996 ) ……...……........................................................17
Gambar 5. Analisis Simplified Bishop Method (Bishop, 1954)..............................29
Gambar 6. Bentuk Longsoran Bidang ( Hoek and Bray 1981)..............................33
Gambar 7. Bentuk Longsoran Busur ( Hoek and Bray 1981).................................34
Gambar 8. Bentuk Longsoran Baji ( Hoek and Bray 1981 )...................................35
Gambar 9. Bentuk Longsoran Guling ( Hoek and Bray 1981)................................36
Gambar 10. Hubungan Antara orientasi bidang-bidang diskontiniu dengan jenis (
Hoek and Bray 1981).............................................................................37
Gambar 11.Peta lokasi penelitian.............................................................................38
Gambar 12.Gambaran umum kondisi wilayah penelitian........................................39
Gambar 13. Sampel yang telah di lakukan Coring sebelum diuji............................46
Gambar 14. Foto pengujian Kuat tekan dengan menggunakan Point Load test......46
Gambar 15. Sampel batuan pada Quarry B5 sebelum (a) dan sesudah (b)
uji kuat tekan.........................................................................................47
Gambar 16. Sampel batuan pada Quarry B6 Tengah sebelum (a) dan sesudah (b) uji
kuat.........................................................................................................47
Gambar 17. Sampel batuan pada Quarry B8 Selatan sebelum (a) dan sesudah (b) uji
kuat tekan...............................................................................................40
Gambar 18. Sampel hasil coring sebelum proses uji kuat tekan..............................59
Gambar 19. Proses pengujian sampel batuan menggunakan alat uji triaksial........59

xiii
xiv

Gambar 20. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B5 setelah uji triaksial apparture..........50
Gambar 21. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B6 setelah uji triaksial apparture..........50
Gambar 22. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B8 setelah uji triaksial apparture...........50
Gambar 23. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B5 uatara........................51
Gambar 24. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B6 Tengah......................52
Gambar 25. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B8 Selatan......................52
Gambar 26. Area Penelitian dan Pengambilan data pada Quarry B5 Utara, Di Foto kearah
N 75oE..............................................................................................................60

Gambar 27. Contoh kondisi kekar di lapangan........................................................60


Gambar 28. Interpretasi set kekar pada Quarry B5 dengan menggunakan program
Dips..................................................................................................................61

Gambar 29. Hasil analisis stereografi pada Quarry B5 dengan menggunakan


program Dips 6 yang menunjukkan jenis longsoran guling berbentuk
baji...................................................................................................................62
Gambar 30. Area Penelitian dan Pengambilan data pada Quarry B5 Utara, Di Foto kearah
N 95oE..............................................................................................................63
Gambar 31. Contoh kondisi kekar di lapangan....................................................................64

Gambar 32. Interpretasi set kekar pada Quarry B6 Tengah dengan menggunakan
program Dips 6......................................................................................64
Gambar 33. Hasil analisis stereografi pada Quarry B6 dengan menggunakan
program Dips 6 yang menunjukkan jenis longsoran baji...........................65
Gambar 34. Quarry B8 Selatan yang merupakan tempat pengambilan data geometri
lereng dan kekar N 154oE......................................................................66
Gambar 35. Contoh kondisi kekar di lapangan...................................................................67
Gambar 36. Interpretasi set kekar pada Quarry B8 Selatandengan menggunakan
program Dips 6......................................................................................67
Gambar 37. Hasil analisis stereografi pada Quarry B8 dengan menggunakan
program Dips 6 yang menunjukkan jenis longsoran baji......................68
Gambar 38. Grafik Penentuan Nilai b dan posisi titik pusat lungkara bidang gelincir
oleh Hoek dan Bray 1974......................................................................70
Gambar 39. Gambar Aktual Lereng berserta titik pusat lingkaran bidang gelincir
yang telah di tentukan............................................................................71

xiv
xv

Gambar 40. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B5 Utara dengan
bantuan Softwere Slide 6.0.....................................................................73
Gambar 41. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B5 Utara dengan
bantuan Softwere Slide 6.00...................................................................74
Gambar 42. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B8 Selatan dengan
bantuan Softwere Slide 6.0.....................................................................75

xv
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Perhitungan Kuat Tekan Batuan dengan Point Load Test.................84


Lampiran B. Hasil pengukuran bidang diskontinuitas ( Kekar ) di lapangan yang
belum terkeoreksi................................................................................85
Lampiran C. Perhitungan Spasi kekar......................................................................91
Lampiran D. Perhitungan Rock Quality Designation ……......................................96
Lampiran E. Kondisi bidang kekar.........................................................................98
Lampiran F. Perhitungan Rock Mass Rating........................................................101
Lampiran G. Pembobotan Nilai Rock Mass Ratting ( RMR )...............................103
Lampiran H. Pembobotan Nilai SMR ( F1,F2,F3,dan F4 ) dan Massa jenjang.....109
Lampiran I. Perhitungan Slope Mass Rating..........................................................112

xvi
xvii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

FK Faktor Keamanan

RMR Rock Mass Rating

RQD Rock Quality Designation

SMR Slope Mass Rating

S Kuat Geser

α Besar sudut alas

γ Bobot isi

C Kohesi

C' Kohesi Efektiv

σ Tegangan Normal

τ Tegangan Geser

Φ Sudut Geser Dalam

Φ’ Sudut Geser Dalam Efektif

Lb Longsoran Bidang

αs Strike Lereng

Lg Longsoran Guling

βs Dip lereng

αj Strike Dinskontinuitas

βj Dip Diskontinuitas

xvii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri Pertambangan adalah suatu rangkaian kegiatan yang sangat

kompleks. Selain padat modal, industri pertambangan juga dikenal sebagai suatu

entitas yang tinggi akan resiko ( High Risk ). Untuk menjaga eksistensi dari sebuah

industri pertambangan, di butuhkan ketersediaan bahan baku yang stabil dan

continiu, karenanya menejemen system yang baik di lapangan ( front tambang )

dalam hal ini untuk menjamin tersedianya bahan baku sangat di butuhkan.

Termasuk di dalamnya mengenai keselamatan para pekerja juga menjadi salah satu

hal utama yang harus di perhatikan.

Masalah Keselamatan pada lingkungan front tambang telah menjadi salah

satu masalah utama yang sering terjadi di industri pertambangan, seperti yang telah

kita ketahui bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan, telah terjadi

beberapa kecelakaan tambang yang sempat menghebohkan masyarakat dan juga

dunia industri di Indonesia. Menurut data Lakin Dirjen Minerba pada tahun 2015

telah terjadi kecelakaan tambang di indonesia dengan Frekuensi Rate sebesar 0,22

% dimana korban kecelakaan tambang meliputi; kecelakaan ringan sebanyak 49

orang, kecelakaan berat sebanyak 77 orang, dan yang mengalami kematian

sebanyak 25 jiwa ( Dirjen Minerba, 2015 ).

Dalam Undang – Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara tepatnya pada pasal 95 (a) yaitu pemegang IUP haruslah

menerapkan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik yang kemudian juga

1
2

dijelaskan pada pasal 96 poin (b) bahwa pemegang IUP harus melaksanakan yang

namanya keselamatan dalam operasi penambangan.

Salah satu aspek yang sering menimbulkan kecelakaan tambang di lapangan

yaitu adalah mengenai stabililitas lereng/jenjang yang ada di Front tambang.

dimana seperti yang kita ketahui bahwa dalam praktik penambangan dengan system

tambang terbuka apakah itu Open Pit mining ataupun Open Cut mining akan

menghasilkan jenjang-jenjang/bench yang akan membentuk lereng tambang.

Umumnya jenjang tersebut juga dimanfaatkan oleh enginer tambang sebagi jalan

alat angkut untuk membawa material dari pit ke Stockpyle.

Quarry Batu Gamping yang ada di wilayah PT.Semen Tonasa Pangkep

menerapkan model Multiple Banch System. Dalam Multiple Banch System jenjang-

jenjang yang terbentuk dari hasil kegiatan penambangan memiliki bentuk yang

tidak beraturan karena menyesuaikan kondisi sebaran bahan galian dan juga kondisi

morfologi yang berbentuk karts. Pengamatan yang dilakukan dilapangan

menunjukan jenjang yang membentuk lereng tambang memiliki ketinggian rata-rata

6 s/d 10 meter dengan kondisi batuan yang rapuh pada sisi atas jenjang ( crest ) di

jumpai adanya struktur ( kekar ) yang terbentuk di sisi bawah jenjang ( toe ).

Bertolak dari hal tersebut maka dilakukanlah penelitian mengenai

Kemantapan lereng ( tingkat keamanan lereng ) yang bertujuan untuk mengetahui

tingkat keamanan lereng tambang yang ada di lokasi Quarry Batu Gamping PT.

Semen Tonasa tepatnya pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan Quarry B8

Selatan.
3

B. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada masalah nilai FK ( Faktor Keamanan ) dan jenis

longsoran yang akan terbentuk jika nantinya terjadi longsor pada lereng-lereng di

Quarry PT.Semen Tonasa tepatnya pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan

Quarry B8 Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang diharapkan dapat tercapai adalah

sebagai berikut :

1. Dapat menghitung Nilai Faktor Keamanan Lereng di Quarry PT.Semen Tonasa

tepatnya pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan Quarry B8 Selatan

2. Dapat menentukan jenis longsoran seperti apa yang akan terbentuk jika suatu

saat terjadi longsoran tepatnya pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan

Quarry B8 Selatan

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui besaran nilai Nilai Faktor Keamanan Lereng di Quarry

PT.Semen Tonasa tepatnya pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan

Quarry B8 Selatan.

2. Dapat mengetahui jenis longsoran seperti apa yang akan terbentuk jika saja

terjadi longsoran di Quarry PT.Semen Tonasa tepatnya pada Quarry B5 Utara,

Quarry B6 tengah, dan Quarry B8 Selatan


4

3. Memberikan tambahan informasi kepada pihak perusahaan yang dapat di

jadikan sebagai bahan rekomendasi tentang nilai keamanan lereng di Quarry

Batu Gamping PT. Semen Tonasa pangkep


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Geologi Regional

1. Geomorfologi

Endapan batugamping di PT. Semen Tonasa telah diselidiki oleh PT.

Gondwana pada tahun 1982. Dari hasil penyelidikan tersebut ditunjukkan oleh

keadaan geologi yang memperlihatkan kondisi geomorfologi sebagai berikut yang

terdiri atas satuan morfologi dataran rendah dan satuan morfologi perbukitan.

a. Satuan Morfologi Dataran Rendah

Satuan morfologi ini merupakan suatu dataran rendah yang agak

bergelombang, dimana batuan penyusunnya berupa endapan sungai dan lempung.

Sungai yang mengalir di satuan morfologi ini adalah sungai pangkajene. Tebing

sungai pada satu sisi tegak dengan ketinggian 2-4 meter dan pada sisi lainnya

adalah landai. Daerah buanganaliran sungai tersebut luas, terdiri dari lembah yang

melebar sebagai hasil dari meander sungai yang berstadium tua.

b. Satuan Morfologi Perbukitan

Satuan morfologi ini terdiri atas daerah batugamping yang mempunyai ciri-

ciri morfologi seperti: gua, lubang rekahan, sungai bawah tanah, stalaktit dan

stalakmit. Ketinggian satuan ini berkisar antara 65-266 meter dari permukaan laut.

Umumnya batugamping berbentuk dinding-dinding perbukitan yang curam dan

terjal. Sedangkan bagian batugamping yang mengandung bahan rombakan (talus),

menempati perbukitan yang relatif rendah dengan vegetasi agak lebat, serta

5
6

ditemukan fosil-fosil binatang laut berupa foraminifera besar, seperti Alveolina,

Numinilites, Discysdina dan Biplanispira.

2. Stratigrafi Regional

Untuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis

litologi dari berbagai formasi yang tergolong ke dalam satuan batuan tertentu

berikut akan dibahas mengenai stratigrafi regional daerah penelitian berdasarkan

batuan tertua ke yang termuda.

a. Formasi Tonasa

Terdiri atas batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan, berwarna putih

dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat

muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal globigerina

tufaan, bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat

bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Di daerah Ralla

ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan

ultramafik, Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil

dan dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda)

dan siput (Gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat,

di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur

batugamping berlapis.

Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukan kisaran umur Eosen

Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga

dalam dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter,

menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi
7

Camba, diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt,

trakit dan diorite ( Surono, 2010 ).

Batu gamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima

bagian berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten

Barru, Central area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros

dan Nasara Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies

redeposit terdiri dari batugamping fragmental berselingan dengan napal, dibeberapa

tempat menunjukan batugamping dengan komponen foram besar, algae serta koral.

3. Struktur Geologi Regional

Lengan Selatan Pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu

Lengan selatan bagian Utara dan Lengan Selatan bagian Selatan yang sangat

berbeda struktur geologinya (Van Bemellen, 1949).

Lengan selatan bagian Utara berhubungan dengan orogen, sedangkan Lengan

Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang

merupakan sistem pegunungan Sunda.

Perkembangan struktur Lengan Selatan bagian Utara pulau Sulawesi di

mulai pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan

kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini

terlihat pada singkapan disepanjang pantai Utara – Selatan Teluk Bone.

Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan

tektonikanya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada,

bagian bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya
8

ditindih tak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan

masa yang terimfikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus dan

sebagian mencampur dengan malange. Berdasarkan himpunan batuannya diduga

Formasi Balangbaru dan Formasi Marada merupakan endapan lereng didalam

sistem busur palung pada zaman Kapur Akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa

Malange didaerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.

Pada kala Paleosen kegiatan gunungapi bawa laut yang hasil erupsinya dapat

terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru (Lembar Ujung Pandang, Benteng dan

Sinjai). Pada bagian barat berupa tepi dataran yang dicirikan oleh endapan darat

dan batubara pada Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur, berupa cekungan

laut dangkal tempat pengendapan batuan klastik bersisipan Karbonat formasi

Salokalupang. Pengendapan formasi Mallawa mungkin hanya berlangsung selama

awal Pliosen, sedangkan Formasi Salokalupang berlangsung hingga Oligosen akhir.

Sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal di daerah Barat terendapkan batuan

karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan

paparan laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur menurun atau mengalami

pendangkalan sejalan dengan adanya proses pengendapan yang terjadi.

Sedangkan pada daerah bagian timur terjadi proses gunungapi yang dimulai

sejak Miosen Akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan

Soppeng. Akhir kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan

terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat

pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung


9

sejak awal Miosen Tengah, dan mengalami penurunan perlahan-lahan selama

terjadi proses sedimentasi sampai Kala Pliosen. Proses menurunnya Terban

Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang

seluruhnya nampak hingga sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang

hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.

Selama terbentuknya Terban Walanae, ditimur kegiatan gunungapi yang

hanya terjadi di bagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan

gunungapi yang hampir merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari

Miosen Tengah sdampai Pliosen. Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat

diamati di daerah sebelah barat yang diantaranya Puncak Maros dan Gunung

Tondongkarambu serta tebing melingkar yang mengelilingi gunung Benrong yang

berada di utara gunung Tondongkarambu dan ini mungkin merupakan sisa kaldera.

Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah Utara-

Baratlaut dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir

sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan

mendatar yang kira-kira berarah timur-barat pada waktu sebelum Akhir Pliosen.

Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan

batuan pra Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan

penyesaran yang relatif lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian

barat timur Lembah Walanae dan dibagian barat pegunungan Barat, yang berarah

baratlaut-tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan

mendatar ke kanan sepanjang sesar besar ( Anisa Utari Humaira, 2015 ).


10

B. Sifat Kuat Geser Tanah

Kuat geser tanah yaitu : kemampuan tanah melawan tegangan geser yang

timbul dalam tanah. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai bahan konstruksi

digunakan misalnya :

 Analisis stabilitas lereng

 Menentukan daya dukung tanah

 Menghitung tekanan tanah aktif dan pasif

Misal pada longsoran tanah:

Tanah ABC di pandang akan longsor, berat W diuraikan menjadi Gaya

normal N .dan gaya geser T

Gambar 1. Gaya Yang bekerja pada tebing tanah

Dalam Made Astawa Rai ( 2003 ), Komponen T adalah gaya yang

mendorong longsoran. Didalam tanah timbul gaya geser yang melawan yaitu F.

Gaya F maksimum sama dengan kuat geser tanah. Jika gaya T melampaui F

maka tanah akan longsor.

Perlawanan geser tanah terdiri atas:


11

1. Gesekan Inter tanah butir kasar.

2. Lekatan (kohesi) lempung

3. Kombinasi Gesekan Lekatan

1. Hukum Coulomb

Gabungan benda kasar, lantai kasar diberi perekat. tegangan geser ultimitnya

τ = c + σ tan Ф .............................................. (i)

hubungan antara τ ,c ,σ dan Ф dapat di gambarkan sebagai grafik :

Gambar 2. Grafik hubungan antara nilai τ ,c ,σ dan Ф

Jika terjadi pergeseran di dalam tanah misalnya longsoran lereng

berarti terjadi pergeseran antara tanah dengan tanah. Yang melawan adalah

kuat geser tanah, yang terdiri atas:

1. Gesekan Intern: Gesekan antara tanah dengan tanah, sudut geseknya adalah sudut

gesek intern = Ф Terjadi pada tanah butir kasar.

2. Kohesi C lekatan antara tanah dengan tanah terjadi pada tanah butir halus. Untuk

tanah campuran antara tanah butir kasar dan butir halus, kuat geser tanah

berupa kombinasi kohesi dan gesekan dan berlaku hukum coulomb.


τ = c + σ tan Ф .............................................. (ii)
12

Tanah butir kasar sering disebut tanah non kohesif. Tanah butir halus sering

disebut tarah kohesif (khususnya lempung) Ф dan c disebut parameter kuat geser

tanah.

Menentukan nilai Ф dan c di laboratorium

Ada beberapa cara antara lain

1. Cara geser langsung (Direct Shear Test)

2. Cara Tekan Bebas (Uniconfixed Compression Test)

3. Cara Triaksial (Triaxial test)

C. Percobaan Kuat Geser

Kekuatan geser dari dari tanah dalam artian tekanan efektiv adalah

tergambar dalam persamaan berikut :

S = c + σ’ tan ϕ ............................................... ( iii )

Dimana σ’ = tegangan normal efektiv pada bidang geser

c = kohesi ( kPa )

ϕ = sudut geser dalam (o)

Pada persamaan tersebut di atas merujuk dari criteria kegagalan Mohr –

Coulomb. Nilai untuk c dari pasir dan lempung yang kompak biasanya setara

dengan nol. Untuk beberapa jenis lempung yang masiv nilai c > 0.

Parameter-parameter dari nilai kuat geser tanah ( c dan ϕ ) dapat di tentukan dari

dua jenis tes standar di laboratorium yaitu : Direct Shear test dan Triaxial test

1. Direct Shear Test ( Uji Kuat Geser Tes langsung )

Pasir kering dapat dengan mudah dilakukan Uji Kuat Geser Langsung,
13

sampel pasir diletakan dalam Shear Box yang nantinya akan terbagi dalam dua

bagian. Pertama-tama diberikan tagangan normal pada specimen , lalu kemudian

pada bagian atas dari shear box diberikan kekuatan geser sampai specimen sampel

dari pasir mengalami keretakan. Nilai Tegangan normal dan tegangan geser pada

saat specimen sampel retak

Gambar 3. Uji Kuat Geser pada Pasir (a) diagram skematik dari alat uji, (b) ploting dari
hasil pengukuran sehingga mendapatkan nlai sudut geser dalam (ϕ)

σ ‘ = . ....................................................................(iv)

S = . ...........................................................(v)

Dimana A = area bidang retak dari tanah – yang dimana itu adalah irisan melintang

dari Shear box

Beberapa test dengan tipe seperti ini dapat dilakukan dengan bermacam-

macam jenis beban normal. Nilai sudut gesek dalam dari sampel di atas ( pasir )

dapat ditentukan dengan melakukan ploting pada grafik diatas dengan nilai S (

tegangan geser ) terhadap σ ‘ (σ = jika pasir dalam keadaan kering ). Dimana σ


14

adalag teagangan normal seperti yang ditunjukan pada gambar 3 (b) atau dapat

dengan menggunakan persamaan :

Φ = tan -1 ( …..........................................................(vi)

Untuk pasir , nilai sudut geser dalamnya biasanya berkisar antara 26o sampai

45o, tergantung pada peningkatan densitas relative pada saat kompaksi (M.Das

Braja, 1998).

D. Klasifikasi Rock Mass Rating (Bienawski, 1989)

Bienawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang

disebut dengan Rock Mass Rating (RMR). Sistem klasifikasi rock mass rating yang

terakhir pada tahun 1989 (RMR89). Parameter pengukuran RMR89 menggunakan

enam parameter sebagai berikut (Tabel 3.1):

1. Kuat tekan batuan utuh (σc)

2. Rock quality designation (RQD)

3. Spasi bidang diskontinu

4. Kondisi bidang diskontinu

5. Kondisi airtanah pada bidang diskontinu

6. Orientasi bidang diskontinu

Kuat Tekan Batuan Utuh (σc)

Parameter kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh melalui indeks kekuatan

point load atau kuat uji tekan batuan. Kekuatan batuan utuh sangat berpengaruh

terhadap massa batuan yang akan diklasifikasikan International Society for Rock

Mechanics (ISRM, 1981) dalam Enginering Rocks Mechanick oleh John A


15

Hudson dan John P Harrison (1997), memberikan Index Classification of Rock

Material Strength untuk mengidentifikasi kisaran nilai kuat tekan batuan di

lapangan dengan menggunakan kuku, pisau, dan palu geologi seperti pada table

Tabel 1. Tabel Kekuatan Material Batuan Utuh ( Bienawski 1989 )

DESKRIPSI KUALITATIF UCS ( Mpa ) PLI ( Mpa ) RATING


Sangat Kuat Sekali ( exceptionally Strong ) >250 >10 15

Sangat Kuat ( Very Strong ) 100-250 4-10 12


Kuat ( Strong ) 50-100 2-4 7
Sedang ( Average ) 25-50 1-2 4
Lemah ( Weak ) 5-25 Penggunaan UCS 2
lebih di lanjutkan
Sangat lemah ( Very weak ) 1-5 1
Sangat lemah Sekali ( Extremelly Weak ) <1 0

Rock QualityDesignation (RQD)

Rock Quality Designation (RQD) merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk mendeskripsikan massa batuan. RQD merupakan parameter yang

dapat menunjukkan kualitas massa batuan. RQD dapat dihitung dari persentasi

perbandingan bor inti dengan panjang minimum 10 cm dengan panjang total

potongan inti bor.

RQD juga dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan

pengukuran orientasi dan jarak antar bidang diskontinu pada singkapan batuan.

Priest & Hudson (1976) mengajukan sebuah persamaan untuk menentukan RQD

sebagai berikut

RQD = 100e-0,1χx (0,1χ+ 1).................................................. ( vii )


16

Dengan χ adalah frekuensi diskontinu per meter.

Hubungan antara RQD dan kualitas batuan menurut Deere (1989) seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 2 berikut

Tabel 2 . Rock quality designation (RQD) ( bienawski 1989 )

RQD (%) KUALITAS BATUAN RATING


<25 Sangat Jelek ( very poor ) 3
25-50 Jelek ( poor ) 8
50-75 Sedang ( fair ) 13
75-90 Baik ( Good ) 17
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 20

Jarak Antar Spasi Kekar

Jarak antar spasi kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua

kekar berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang. Sementara

Sen dan Eissa ( 1991 ) mendefinisikan spasi kekar sebagai suatu panjang utuh pada

suatu selang pengamatan. Menurut ISRM jarak ( Spasi ) antar kekar adalah jarak

tegak lurus antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu set kekar. Pengukuran

spasi bidang diskontinu dilakukan di sepanjang garis bentangan pada singkapan

massa batuan. Pengukuran spasi bidang diskontinu pada permukaan massa batuan

akan mendapatkan data berupa jarak spasi bidang diskontinu semu, oleh karena itu

pengukuran spasi bidang diskontinu masih memerlukan koreksi untuk mendapatkan

spasi bidang diskontinu yang sebenarnya. Gambar menunjukkan pengukuran dan

perhitungan spasi bidang diskontinu sebenarnya dengan menggunakan metode

scanline. Dalam penentuan spasi kekar sebenarnya dapat digunakan persamaan

berikut, Kramadibrata (1996)


17

. .....................................(viii)

di+(i+1)adalah jarak sebenarnya bidang diskontinu, ji+(i+1)adalah jarak semu antar

bidang diskontinu dan ϴi adalah sudut antara garis normal dengan scanline.

................................................... (ix)

dwsA adalah jarak rata-rata bidang diskontinu A sepanjang scanline,

dwsAi,i+1adalah jarak semu antar bidang diskontinu pada set bidang kekar A dan k

adalah junlah bidang diskontinu dalam satu famili.

.................................................................... ( x )

dws adalah jarak rata-rata bidang diskontinu sepanjang scanline, dwsmadalah

jumlah jarak bidang diskontinu sebenarnya sepanjang scanlinesetiap set dan m

adalah jumlah set bidang diskontinu. Tabel 3.5 menunjukkan hubungan antara spasi

bidang diskontinu dengan kondisi massa batuan menurut International Society of

Rock Mechanics (ISRM, 1981).

Gambar 4. Pengukuran Jarak Antar Bidang Diskontinu pada Scanline (Kramadibrata, 1996)

Perhitungan nilai RMR , parameter Jarak ( Spasi ) antar kekar di beri bobot

berdasarkan nilai spasi kekarnya, seperti yang tertera pada table 3


18

Tabel 3 . Jaraka antar (spasi) kekar ( bienawski 1989 )

DESKRIPSI SPASI KEKAR ( m ) RATING


Sangat Lebar ( very wide ) >2 20
Lebar ( wide ) 0,6-2 15
Sedang ( moderate ) 0,2-0,6 10
Rapat ( Close ) 0,006-0,2 8
Sangat Rapat ( Very Close ) <0,006 5

Kondisi Kekar

Ada lima karakterisitik Kekar yang masuk dalam pengertian Kondisi kekar,

meliputi : kemenerusan ( Presistence ), jarak antar permukaan kekear atau celah

(separation/aparture), kekasaran Kekar ( Roughnes ), material pengisi

(infiling/gouge), dan tingkat Pelapukan ( weathering ) . karakteristik tersebut

adalah sebagai berikut :

 Roughnes

Roughnes atau kekasaran permukaan bidang dikonsiniu merupakan patamer

yang paling penting untuk menentukan kondisi bidang dikonsiniu. Suatu

permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran antar kedua

permukaan bidang diskontiniu. Penilaian tingkat kekasaran permukaan dituntujak

pada table 4 berikut


Tabel 4. Tabel penggolongan dan pembobotan Kekasaran ( Bienawski 1989 )

KEKASARAN DESKRIPSI PEMBOBOTAN


PERMUKAAN
Sangat kasar Apabila di raba permukaan sangat tidak rata, membentuk
( Very Rough )
punggungan dengan sudut terhadapa bidang datar 6
mendekati vertikal,
Kasar Bergelombang,permukaan tidak rata, butiran pada
5
19

( rough ) permukaan terlihat jelas, permukaan kekar terasa kasar.


Sedikit Kasar Butiran permukaan terlihat jelas, dapat dibedakan, dan
3
( Slightly Rought ) dapat diraskan apabila di raba
Halus Permukaan rata dan terasa halus apabila di raba
1
( Smooth )
Licin berlapis Permukaan terlihat mengkilap
0
( Silkensided )

 Separation

Merupakan jarak antara kedua bidang diskontini. Jarak ini biasanya di isi oleh

material pengisi lainnya ( Infilling/gouge ) atau biasanya juga di isi oleh air. Makin

besar jarak ini,semakin lemah bidang diskontiniu tersebut.

 Contiunity

Continiuity merupakan kemenerusan dari bidanh dikontiniu atau juga merupakan

panjang dari suati bidang diskontiniu.

 Weathering

Weathering menunjukan tingkat pelapukan pada permukaan diskontiniu. Seperti

yang terlihat pada table 5

Tabel 5 . Tingkat Pelapukan Batuan ( Bienawski 1989 )


KLASIFIKASI KETERANGAN
Tidak terlapukan Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan , batuan segar,
butiran kristal terlihat jelas dan terang
Sedikit terlapukan Kekar terlihat berwarna atau kehitaman, biasanya terisi
dengan lapisan tipis material pengisi. Tanda kehitaman
biasanya akan nampak mulai menunjukan butiran batuan
mulai terdekomposisi menjadi tanah
Terlapukan Tanda kehitaman nampak pada permukaan batuan dan
sebagian material batuan terdekomposisi. Tekstur asli
20

batuan masih utuh namun mulai menunjukan butiran


batuan mulai terdekomposisi menjadi tanah
Sangat terlapukan Keseluruhan batuan mengalami perubahan warna atau
kehitaman. Dilihat secara penampakan menyerupai tanah,
namun tekstur batuan masih utuh, namun butiran batuan
telah terdekomposisi menjadi tanah.
 Infilling ( Gouge )

Filling atau material pengisi antara dua permukaan bidang diskontiniu

memperngaruhi stabilitas bidang diskontiniu dipengaruhi oleh ketebalan, konsisten

atau tidak nya dan sifat material pengisi tersebut. filling yang lebih tebal dan

memiliki sifat mengembang bila terkena air dan butir sangat halus akan

menyebabkan bidang diskontiniu menajdi lemah.

Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter diatas diberi bobot masing-

masing dan kemudian dijumlahkan sebagi bobot total kondisi kekar. Pemeberian

bobot berdasarkan tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar ( Bieniawski 1989 )

PARAMETER RATING
Panjang kekar <1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 m >20 m
Persistence Contiunity
6 4 2 1 0
Jarak Antar permukaan Tidak ada <0,1 mm 0,1-1,0 mm 1-5 mm >5 mm
kekar
( Separature/aperture) 6 5 4 1 0
Kekasaran Kekar Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slicken Sided
( Roughnes )
6 5 3 1 0
Material Pengisi Tidak ada Keras Lunak
( Infilling/gouge )
<5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
6 4 2 2 0
Kelapukan Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat Lapuk Hancur
( Weathering )
6 5 3 1 0
21

Kondisi Air Tanah


Debit aliran tanah atau tekanan air tanah akan mempengaruhi massa batuan.

Oleh sebab itu perlu di perhitungkan dalam klasifikasi masa batuan. Pengamatan

terhadap kondisi air tanah ini dapat dilakukan dengan 3 macam yaitu :

 Inflow per 10 m tunnel Length

Menunjukan banyaknya aliran air yang teramati tiap 10 m panjang terowongan.

Semakin banyak aliran air mengalir maka nilai yang dihasilkan untuk RMR

akan semakin kecuil.

 Joint water Pressure

Semakin besar nilai tekanan air yang terjebak dalam kekar ( bidang diskontiniu

) maka nilai yang dihasilkan untuk RMR akan semakin kecil.

 General condition

Mengamati atap dan dinding material secara visual , sehingga secara umum

dapat di nyatakan dengan keadaan umum dari permukaan seperti kering, lembab,

menetes atau mengalir

Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekar didefinisikan

sebagai salah satu kondisi berikut : kering ( Completely Dry ), Lembab ( Damp ),

Basah ( wet ), terdapat tetesan Air ( Dripping ), atau tedapat aliran air ( Flowing ).

Pada perhitungan RMR kondisi air tanah diberi penilaian dan bobot seperti dalam

table 7.
22

Tabel 7 . Tabel Kondisi Air Tanah ( Bienawski 1989 )


Kondisi Umum Kering Lembab Basah Terdapat Terdapat
( Completely Dry ) tetesan air Aliran air
( Dripping ) ( Flowing )
Debit air tiap 10 m <10 10-25 25-125 >125
Tidak ada
Panjang terowongan
( liter/menit )
Tekanan Air pada 0 <0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 >0,5
kekar / tegangan
prinsipal mayor
Rating 15 10 7 4 0

Penggunakan Rock Mass Ratting ( RMR )

Setalah nilai Bobot masing-masing paramter di atas diketahui, maka jumlah

keseluruhan bobot tersebut adalah nilai RMR. Nilai RMR ini dapat dipergunakan

untuk mengetahui kelas dari masa batuan, memperkirakan kohesi dan sudut geser

dalam untuk setiap kelas masa batuan seperti terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Tabel kelas masa batuan, kohesi dan sudut geser dalam berdasarkan nilai RMR ( bienawski, 1989 )
PROFIL MASA BATUAN DESKRIPSI
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas masa Batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi >40 kPa 30-40 kPa 20-30 kPa 10-20 kPa <10 kPa
Sudut Geser Dalam >45o 35O-45o 25o-35o 15o-25o <15o
Kondisis masa batuan dievaluasi untuk setiap bidang diskontiniu yang ada

(Bieniawski 1989), dengan menjumlahkan nilai rating dari semua paramter akan di

ketahui Nilai RMR dasar yang belum memperhitungkan orientasi bidang

diskontiniu.

Adjusmen terhadap orientasi bidang diskontiniu ini dipisahkan dalam


23

perhitungan nilai RMR karena pengaruh dari bidang disjontiniu tersebut tergantung

pada aplikasi Enginernignya seperti terowongan, chamber, lereng atau fondasi

Arah umum dari bidang diskontiniu berupa Strike dan Dip, akan

mempengaruhi kestabilan lereng bukaan. Hal ini ditentukan oleh sumbu dari lubang

bukaan tersebut, apakah tegak lurus strike atau sejajar strike, penggalian lubang

bukaan tersebut, apakah seraha Dip atau atau berlawanan arah dengan Dip dari

bidang diskontiniu.

RMR dapat digunakan sebagai panduan memilih penyangga terowongan.

Panduan ini tergantung dari beberapa faktor seperti kedalaman lubang bukaan ke

permukaan, ukuran dan bentuk terowongan serta metode penggalian yng dipakai

( Bieniawski 1998 ).

Sedangkan untuk menentukan kestabilan lubang bukaan dapat ditentukan

melalui Nilai Stand-Up Time darin nilai RMR menggunakan grafik Span terhadap

Stand-up time. Keakuratan dari Stand-up time ini menjadi diragukan karena nilai

Stand-up Time sangat dipengaruhi oleh metode penggalian, ketahanan terhadap

pelapukan ( durability ), kondisi tegangan insitu yang merpuakan paramter-

parameter penting yang tidak tercakup dalam metode Klasifikasi RMR. Oleh

karena itu sebaiknya grafik ini hanya digunakan hanya untuk tujuan perbandingan

semata.
24

E. Analisis Kestabilan Lereng

1. Analisis Kinematik

Metode kinematic lebih berkonsentrasi pada kerusakan translational yang

membentuk formasi baji ataupun bidang. Dimana metode-metode ini sangat

mengandalkan detil nilai evaluasi dari Struktur massa batuan yang ada dan

geometri dari set-set bidang diskontinuitas yang mungkin akan menjadi penyebab

ketidakstabilan massa batuan.

System penilaian dari metode ini dapat dilihat dari nilai-nilai hasil ploting

streonet dan/atau dikhususkan pada metode-metode komputasi yang mana berfokus

pada formasi baji dan planar. Contohnya seperti program DIPS (Rocksciense, 201

1 a) yang memungkinkan pengguna untuk menvisualisasikan dan menentukan

kemungkinan kinematic dari lereng massa batuan dengan menggunakan

pertimbangan pergeseran bidang kerucut, daylight , dan bidang guling yang

kemudian dimasukan untuk melakukan analisa statistic dan grafik dari property

bidang diskontinuitas.

Ini adalah perlu, bahwa para pengguna sadar, pendekatan-pendekatan seperti

itu hanya dapat mengenali potensi kelongosoran berdasarkan pada penilaian

beberapa bidang diskontinuitas/ set diskontinuitas atau deformasi internal dan

retakan-retakan. Data bidang diskontiniutas dan titik potong antar set kekar

diartikan pada Program DIPS dan dapat menjadi data tambahan dalam kode-kode

metode Limit equilibrium ( SWEDGE – Rocksciences 200 1 b ) untuk kemudian


25

dapat mengetahui perbandingan besar Nilai Faktor Keamanan terhadap potensi

longsoran baji.

Aplikasi-aplikasi seperti yang disebutkan diatas sering kali menggabungkan

fungsi-fungsi penunjang yang berkonsep probabilitas ( peluang ) , dengan

memasukan beragam variasi dari property set kekar dan juga memasukan nilai-nilai

tambahan yang berpengaruh pada penilaian nilai Faktor Keamanan.

2. Analisis Limit Equilibrium

Teknik Limit Equilibrium ini sangat sering digunakan dalam melakukan

analisis bidang gelincir dari suatu lereng dimana terjadi pergerakan Translasional

dan Rotasional pada permukaan bidang yang mengalami kerusakan dengan jelas.

Analisa dilakukan untuk memperlihatkan salah satu dari nilai Faktor kemanan atau,

pembuktian terbalik, rentang dari parameter tegagangan pada saat terjadi

kerusakan. Pada umumnya dalam metode-metode ini , sangatlah mengadopsi

konsep dari metode Teknik-Teknik Kemiringan Batuan. Bahkan banyak nilai-nilai

kerusakan termasuk didalamnya deformasi yang kompleks serta retakan yang mana

sedikit memiliki kemiripan dengan meotede rigid block 2-D juga dimasukan dalam

metode Limit Equilibrium. Apapun itu, metode analisis Limit Equilibrium mungkin

lebih relevan untuk menganalisa kerusakan block sederhana yang terjadi

disepanjang bidang diskontinuitas yang distu terdapat retakan dan terjadi

pelapukan.

Semua tipe analisis Limit Equilibrium ini memperlihatkan pendekatan yang

sama yang berdasarkan pada perbandingan pergerakan dari tenaga-tenaga yang


26

saling berlawanan dan distribusi dari tenaga-tenaga tersebut. Metode-metode yang

digunakan mungkin ada banyak jenisnya, namun apapun itu. Dengan tetap

mengutamakan mekanisme kerusakan lereng pada pertanyaanny dan asumsi-asumsi

yang dimasukan didalamnya untuk bagaimana menentukan solusinya (Erik

Eberhardt, 2003).

Dalam Slope Stability Evaluation by Limit Equilibrium and Finite Elemen

method oleh Khadija Baba at All (2012) disebutkan Metode limit Equilibrium ini

adalah metode yang masih sering digunakan dalam studi analisis stabilitas lereng.

Konsep dasar dari metode ini adalah dengan membag lereng menjadi beberapa

irisan agar dasar dari tiap irisan bisa di bandingkan dengan menulis sebuah garis

lurus untuk kemudian di tuliskan dalam sebuah persamaan kesetimbangan

(kesetimbangan gaya dan/atau kesetimbangan momen). Berdasarkan asumsi yang

terbangun dari adanya upaya antara tiap-tiap irisan yang telah terbagi dan

persamaan-persamaan kesetimbangan yang di pertimbangkan, ada beberapa

alternative yang dapat digunakan ( table 9 ). Disitu terdapat beberapa model

pendekatan dengan hasil perhitungan yang cukup dekat. Perbedaan nilai Faktor

keamanan dari tiap-tiap metode biasanya tidak lebih dari 6%.

Methods Equilibrium Condition Slip Surface Use


Statisfied
Ordinary method Momen equilibrium about Circulaire slip Applicable to non homogenious
of slices center of circle surface slopes and c-o soils where slip
( Felinius 1927 ) Kesetimbangan Momen surface can be approximated by a
pada pusat lingkaran circle. very conveinement fo hand
calculation. Inaccurate for effective
stress analysis with high pore water
pressure.
27

Bishop’s modified Vertical equilibrium and cricular Applicable to non homogenious


method ( Bhisop overall moment slopes and c-o soils where slip
1955 ) equilibrium surface can be approximated by a
circle. More accurate than ordinary
method of slices. Especially for
analysis with high pore water
pressure. Calculation feasible by
hand or spreashet.
Janbu’s Force equilibrium Any shape Applicable to non-criculare slip
generalized ( Vertical and Horizontal ) surfaces. Also for shallow, long
procedure of planar failure surface there are not
slices parallel to the ground surfaces.
( Janbu 1968 )
Morgenstern and All condition of Any shape Ann accurate procedure applicable
Price’s method equilibrium to virtually all slope geometries and
(Morgenstern and profiles rigorous. Well estabilished
Price’s method complete equilibrium procedure
1965 )
Spencer’s method All condition of Any shape Ann accurate procedure applicable
( spencer 1967 ) equilibrium to virtually all slope geometries.
The simple complete equilibrium
procedure for computing factor of
safety
Dalam Slope Stability Analisys ole Erik Eberhardt (2003), bahwa Dalam

beberapa tahun terakhir ini, telah banyak perkembangan-perkembangan metode

Limit Equilibrium berbasis computer yang kemudian tersedia secara komersial,

seperti :

 Integration of 2-D Limit Equilibrium Codes with Finite – Element

Groundwater flow and Stress Analysis ( terdapat dalam Program Geo – Slope’s

SIGMA/W, SEEP/W, and SLOPE/W – Geo Slope 2000 ).

 Development of 3-D Limit Equilibrium Methods ( Hungger et al 1989; Lam and

Fredlund 1993 ).
28

 Developmen of Limit Equilibrium Techniques ( seperti pada programa

SWEDGE – Rockscience 2001 b; ROCKPLANE – Rockscience 2001 c )

 Ability to allow for varied support and reinforcement

 Incorporations and unsaturated soil shear strength criteria

 Greatly improved visualization and pre-end post processing grapichs.

3. Klasifikasi Nilai Faktor Keamanan Lereng ( Bowles 1989 )

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang

menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang Faktor

Keamanan (F) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), sperti yang

diperlihatkan pada Tabel 10

Tabel 10 . Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor (Bowles, 1989)

NILAI FAKTOR KEJADIAN / INTENSITAS LONGSOR


F kurang dari 1,07 Longsor terjadi biasa/sering (lereng labil)
F antara 1,07 sampai 1,25 Longsor pernah terjadi (lereng kritis)
F diatas 1,25 Longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil)

F. Metode Bishop Yang Disederhanakan ( Bishop Simplified Method 1954)

Metode Bishop yang disederhanakan (Simplified Bishop Method)

merupakan salah satu metode kesetimbangan batas untuk menentukan faktor

keamanan. Metode ini menggunakan prinsip metode irisan dalam menguraikan

massa tanah atau batuan untuk menentukan faktor keamanan. Metode ini

mengabaikan gaya geser antar irisan dan kemudian mengasumsikan bahwa gaya

normal atau horizontal cukup untuk mendefinisikan gaya-gaya antar irisan. Gaya
29

normal di dasar tiap irisan ditentukan dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam

arah vertikal. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan dapat dilihat pada Gambar

Gambar 5. Analisis Simplified Bishop Method (Bishop, 1954)

Semua metode irisan menyatakan kondisi suatu lereng dalam suatu indeks

yang disebut faktor keamanan (FK) yang didefinisikan sebagai berikut:

.................. ( xi)

Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama untuk setiap

irisan. Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan material sehingga

lereng tidak longsor dinyatakan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb sebagai

berikut:

. .................................................... (xii)

dengan adalah kekuatan geser, adalah kohesi efektif, adalah sudut gesek

efektif, adalah tegangan normal total dan adalah tekanan air pori.

Adapun persamaan untuk menghitung nilai Faktor Keamanan dengan

menggunakan Bishop Simplified Method adalah sebagai berikut :


30

Dimana : F : Nilai faktor keamanan yang dicari


W : bobot ( kN )
c’ : Kohesi efektif ( kN/m2 )
u : tekanan air pori
b : jarak dari Crest ke tension crack (m)
: Sudur geser dalam (o)
: besar sudut (o)

Perhitungan dilakukan dengan cara iterasi ( aproximasi berulang ) untuk

setiap irisan hingga hasil F mendekati sama dengan F awal yang di asumsikan.

G. Metode SMR ( Slope Mass Rating ) Romana 1985

Bieniawski (1989) pada saat membuat pembobotan RMR tidak bermaksud

untuk mengevaluasi kemantapan lereng, dikarenakan tingginya bobot pengatur

orientasi kekar, yaitu bervariasi dari 60 hingga 100. Untuk dapat menggunakan

RMR, penentuan bobot pengatur orientasi kekar memerlukan pengertian sifat-sifat

kekar yang ada pada massa batuan dimana lereng dibentuk. Sehingga dalam

menggunakan klasifikasi massa batuan untuk evaluasi kemantapan lereng harus

diperhatikan berbagai model longsoran yang diatur oleh karakteristik kekar.

Untuk menyertakan bobot pengatur orientasi kekar, Romana (1985) dalam

Perhitungan Tingkat Stabilitas Lereng dengan Metode RMR dan SMR oleh

Virginia Sneruni Smurem Rumbiak (2016), telah memodifikasi RMR menjadi Slope

Mass Rating (SMR). Berdasarkan pengamatan Romana pada 28 lereng dengan

berbagai derajat potensi kelongsoran, ditemukan bahwa 6 lereng longsor. SMR

pada dasarnya tidak memperhatikan kelongsoran tanah dan longsoran baji secara

langsung, dan didefinisikan sebagai:


31

SMR = RMR – (F1 x F2 x F3) + F4 ( xiv )


Pembobotan massa jenjang yang dikembangkan oleh Romana (1985) ditentukan
dengan rumus :

SMR = RMR – (F1 x F2 x F3) + F4,


Dimana :

 F1 = Menggambarkan kepararelan antara strike lereng dengan strike kekar.

(F1 = [1-sin(αj – αs)]2 ).

 F2 = Menerangkan hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model

longsoran. (F2 = Tan2 βj).

 F3 = Selisih dari besar kemiringan kekar dikurangi dengan besar kemiringan

jenjang.

 F4 = Faktor penyelarasan yang berkaitan dengan metode ekskavasi.

Parameter yang digunakan adalah :

1. Klasifikasi massa batuan atau besarnya bobot massa batuan ( RMR )

2. Kedudukan dari bidang lemah yaitu jurus dan kemiringan kekar

3. Kedudukan dari jenjang gali yaitu jurus dan kemiringan jenjang gali

4. Melalui parameter ini dapat dilakukan pembobotan berdasarkan kualitasnya

yang dapat dilihat pada (tabel ). klasifikasi ini semua bobot dikalikan untuk

memperoleh bobot massa jenjang.

Tabel 11. Pembobotan Nilai F1, F2, dan F3 berdasarkan SMR ( Romana 1980 )

Tip e Formula Diskontinuitas Sangat B Biasa Tidak Sangat


baik ai baik tidak
Lb= (αj - αs ) k baik
Lg= (αj - αs Derajat > 30˚ 30 - 20˚ 20 - 10 -5˚ <
F1 10˚ 5˚
)-
180
Lb = Lg Bo 0, 0, 0,70 0, 1,0
bot 1 4 8 0
5 0 5
32

Lb = βj Derajat < 20 ˚ 20 - 30 30 - 35 35 - 45 ˚ 45
F2 ˚ ˚ ˚
Lb Bo 0, 0, 0,70 0, 1,0
bot 1 4 8 0
Lg Bo 1 1 1 1 1
5 0 5
bot
Lb= βj – βs Derajat 1 10 - 0 ˚ 0 0 - 10 ˚ < -10 ˚
0
F3 Lg= βj – βs Derajat <110 ˚ 110 - 120 > 120 - -
˚ ˚
˚ ˚
Lb = Lg Bo 0 - - - -
bot Lb = l ongs ora n bi da ng 6 2 αs5= Strike lereng 6
Keterangan : 5 0 0
Lg = l ongs ora n gul i ng βs = Di p l e re n g
αj = Stri ke d i s kon ti n u i ta s βj = Dip diskontinuitas

Tabel 12. Pembobotan Metode Peledakan

Natual Smoth Blasting or Deficient


Slope Presspliting Blasting mechanical
M etode blasting
F4 15 Presp
10iliting Smooth
8 0 -8

Tabel 13. Pembobotan Massa Jenjang ( Romana 1980 )

Klasifikasi V IV III II I

Bobot masa jenjang ( SMR ) 0-20 20-40 40-60 60-80 >80

Deskripsi Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kestabilan Lereng/Jenjang Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kemungkinan Bentuk Bidang seperti keruntuhan Bidang atau baji Di kotnrol oleh Berupa block

Lonngsoran material lepas Besar adanya kekar

atau baji kecil

H. Jenis Longsoran

Seperti yang dijelaskan oleh Hoek Bray dalam Ducan C Wyllie & Crishtoper

W Mah ( 2005 ), Secara umum jenis longsoran diklasifikasikan menjadi empat jenis

longsoran, yaitu longsoran bidang (plane failure), longsoran busur (circular

failure), longsoran baji (wedge failure) dan longsoran guling (toppling failure).
33

1. Longsoran Bidang (Plane Failure)

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi di

sepanjang bidang luncur yang dianggap rata (Gambar 5 ). Bidang luncur tersebut

dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun perlapisan. Syarat-syarat terjadinya

longsoran bidang adalah sebagai berikut:

a) Jurus bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar terhadap jurus bidang

permukaan lereng dengan perbedaan maksimal 20o.

b) Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil dari kemiringan bidang permukaan

lereng.

c) Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut gesek dalam.

d) Terdapat bidang diskontinu pada kedua sisi longsoran.

Gambar 6. Bentuk Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981)


dalam Ducan C Willy & Cristopher W Mah 2005

2. Longsoran Busur (Circular Failure)

Longsoran busur merupakan jenis longsoran yang sering terjadi di alam

terutama pada batuan lunak. Pada batuan yang keras longsoran busur hanya

dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai

bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak dapat dikenal lagi
34

kedudukannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu pada suatu

tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Adapun tanda

pertama pada suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik

permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya

sebagian permukaan atas lereng yang berada di samping rekahan. Penurunan ini

menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi kelongsoran

lereng seperti pada gambar 7

Gambar 7. Bentuk Longsoran Busur (Hoek & Bray, 1981)


dalam Ducan C Willy & Cristopher W Mah 2005

3. Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu

bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan (Gambar 8 ). Sudut perpotongan

antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut gesek dalam batuannya. Bidang

lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang perlapisan.

Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut:

a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang

lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.


35

b. Sudut garis potong kedua bidang diskontinu harus lebih kecil daripada sudut

kemiringan lereng.

c. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua

bidang lemah.

Gambar 8. Bentuk Longsoran Baji (Hoek & Bray, 1981)


dalam Ducan C Willy & Cristopher W Mah 2005

4. Longsoran Guling (Toppling Failure)

Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng yang

terjal dengan bidang-bidang lemah yang tegak lurus atau hampir tegak dan arahnya

berlawanan dengan arah kemiringan lereng (Gambar 9 ). Longsoran ini biasanya

berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur

ditentukan oleh sudut gesek dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok,

dan lebar balok yang terletak pada bidang miring.


36

Gambar 9. Bentuk Longsoran Guling (Hoek & Bray, 1981)


dalam Ducan C Willy & Cristopher W Mah 2005

5. Analisis Longsoran dengan Proyeksi Stereografis

Batuan yang mempunyai beberapa susunan (set) kekar, maka untuk mencari

arah utamanya dipakai analisis stereografis dengan stereonet. Stereonet juga

digunakan untuk mengevaluasi kestabilan lereng dengan cara memplot orientasi

dari lereng, sudut gesek dalam, dan orientasi bidang-bidang diskontinu.

Hubungan antara orientasi bidang-bidang diskontinu dengan tipe longsoran

dapat dilihat pada Gambar 10. Dengan proyeksi stereografis dapat diduga

kemungkinan terjadinya longsoran pada batuan melalui bidang-bidang diskontinu

secara tiga dimensi. Tetapi perlu diperhatikan proyeksi stereografis hanya dapat

mengetahui arah gaya-gaya yang bekerja serta arah luncuran, sedangkan besarnya

gaya-gaya tersebut tidak dapat diketahui


37

Gambar 10. Hubungan antara Orientasi Bidang-Bidang Diskontinu


dengan Tipe Longsoran (Hoek & Bray, 1991) dalam Ducan C Willy
& Cristopher W Mah 2005
38

III. METODE PENELITIAN

B. Lokasi Penelitian

Lokasi PT. Semen Tonasa secara administratif berada dalam wilayah

Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara astronomis lokasi penelitian berada pada kordinat119o55’ 27’’ dan 119o 48’

24’’ BT hingga 4o 34’ dan 4o 58’ 17’’ LS. Luas daerah izin usaha pertambangan

saat ini mencapai 715 Ha.

Kesampaian daerah lokasi dari Makassar dapat ditempuh dengan kendaraan

roda empat ke arah Utara + 40 km. Lokasi unit tambang berjarak +5 km dari Kantor

Biro Tambang PT. Semen Tonasa.

Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 11. Peta Lokasi Penelitian

38
39

gambaran Umum rona lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 12.Gambaran umum kondisi wilayah penelitian

C. Prosedur Penelitian

Adapun tahapan peneltian yang di lakukan dalam pengukuran nilai Faktor

Keamanan ( FK ) lereng tambang di Block Quarry adalah sebagai berikut :

1. Tahap Studi Literatur

Pada tahapan ini, yaitu dilakukan pengumpulan data-data sekunder informasi

mengenai metode-metode dalam perhitungan nilai Faktor Keamanan di lereng

tambang, terkhusus untuk tambang batu gamping ( Quarry ).

2. Tahap Pengambilan Data Lapangan

Pada tahapan ini, dilakukan pengukuran langsung di lapangan untuk

mendapatkan data primer. Adapun beberapa data Primer yang di butuhkan dalam

menghitung nilai Faktor Keamanan adalah

 Struktur Geologi ( kekar ) yang ada pada lereng-lereng tambang yang telah di

tentukan sebelumnya. Data kekar di tiap-tiap lereng nantinya akan di jadikan


40

data untuk menentukan nilai RMR ( Rock Mass Rating ) untuk

mengklasifikasi massa batuan pada lereng. Data kekar diambil dengan metode

Scanline.

 Sampel batuan utuh, yang diambil di lereng secara insitu untuk kemudian untuk

dilakukan penghitungan nilai Bobot isi batuan serta Untuk keperluan Uji Kuat

Geser Langsung ( Direct Shear Test ) yang nantinya akan di olah untuk

mendapatkan nilai FK ( Faktor Keamanan ) untuk tiap lereng.

 Data Dimensi lereng yang meliputi tinggi lereng, besar sudut/kemiringan

lereng, serta beban yang kemungkinan ada di atas lereng.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Pengolahan Data RMR ( Rock Mass Rating )

Pengolahan data RMR ini dimaksudkan untuk mengetahui Kualitas Massa

Batuan pada lereng. Adapun Metode yang di gunakan adalah metode RMR ( Rock

Mass Rating ) oleh Bienawski Tahun 1989.

Dalam menentukan nilai RMR ada beberapa data Struktur ( kekar ) yang di

butuhkan seperti ; jurus & kemiringan kekar, panjang kekar, lebar bukaan kekar,

jarak/Spasi antar kekar, isian kekar, kondisi keterdapatan air, serta nilai uji kuat

tekan batuan utuh ( Uniaxial Comphresive Strength ). Penggunaan data RMR ini,

selain untuk menentukan nilai Faktor Keamanan, Juga digunakan untuk

menganalisis jenis longsoran yang terbentuk, jika suatu saat terjadi longsor.
41

b. Penentuan Nilai Kohesi ( c ) dan Sudut Geser Dalam (ϕ )

Penentuan nilai Kohesi ( c ) dan Sudut gesek dalam ( ϕ ) ini di cari melalui

pengolahan data melalui Softwere Roclab dengan memasukan data GSI, mi, tinggi

lereng,nilai kuat tekan, serta factor hancuran ( D ).

Untuk lebih memastikan, dilakukan pula uji Kuat geser langsung di laboratorium

Mekanika Tanah.

D. Analisis Streografis

Analisis streografis di lakukan untuk mengetahui jenis longsoran apa yang

nantinya akan terbentuk jika saja terjadi longsor. Analisis dilakukan dengan

bantuan software DIPS untuk mencari sudur bidang lemah dari masa batuan.

E. Penghitungan Nilai FK ( Faktor Keamanan )

1. Dengan Bishop Simplified Method

Menentukan nilai FK dengan menggunakan Bishop Simplified Method di

lakukan dengan dua cara yakni dengan Cara manual menggunakan persamaan (

Xiii ) dan Cara Komputasi menggunakan Bantuan Softwere Slide 6.0.

Untuk menghitung nilai Faktor keamanan lereng, data-data yang di butuhkan

yaitu ; nilai Bobot isi batuan(ᵞ), nilai kohesi ( c), nilai sudut geser dalam ( ϕ ), tinggi

lereng (m), kemiringan lereng (o),dan panjang bidang lereng (m).

2. Dengan Metode SMR

Dalam Metode ini, FK di hitung dengan menggunakan persamaan ( Xiv )

dimana untuk mendapatkan Niai FK, nilai-nilai penunjang yang dibutuhkan yaitu
42

data RMR ( Rock Mass Ratting ), data orientasi bidang lemah ( kekar ), data model

penggalian yang di gunakan serta Data Jenis Longsoran yang diolah dengan

bantuan Software DIPS.

3. Analisis Nilai Kemantapan Lereng

Dalam menentukan stabil dan tidaknya lereng berdasarkan hasil perhitungan

dengan metode di atas di gunakan satu keteapan tentang nilai FK ( Faktor

Keamanan ) yaitu nilai Stabilitas Lereng menurut Bowles 1989 dan Romana 1985.

F. Instrumen Penelitian

Adapun beberapa instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 14. Instrumen Penelitian

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Form data untuk mengisi data-data hasil pengukuran
2 alat tulis sebagai alat tulis
3 GPS untuk mengetahui koordinat tempat pengambilan data
4 kompas Geologi untuk mengukur Strike dan Dip
5 palu geologi sebagai alat bantu mengambil sampel
6 mistar untuk membantu melakukan pengukuran kekar
7 kantong sampel sebagai tempat penyimpanan sampel
8 roll meter untuk membuat scanline dan mengukur dimensi lereng
9 kamera untuk mengambil gambar
10 laptop untuk melakukan analisis data dan pembuatan laporan
11 softwere Dips untuk mengalisis jenis longsoran
12 softwere Roclab untuk mencari nilai kohesi dan Sudut geser dalam
43

13 Softwere Slide 6.0 untuk melakukan penghitungan nilai FK


14 APD sebagai alat keamanan ketika mengambil data

G. Diagram Alir Penelitan

Mulai

Observasi dan Pendahuluan


- Pengamatan langsung di lapangan
- Studi literatur
- Hasil penelitian terdahulu

Pengambilan Data
Data Primer
- Data Strukur ( Kekar )
- Data Dimensi lereng (
tinggi,kemiringan dan panjang
bidang lereng
Data Sekunder
- Data Curah hujan lokasi penelitian
- Data Kuat Tekan Batuan Utuh
- Data Uji Kuat Geser Langsung

Pengolahan Data

- pengolahan data RMR ( Rock Mass Rating )

- perhitungan nilai Kohesi ( c ) dan sudut


geser dalam (ϕ)

- analisis Jenis Longsoran

Penghitungan
- perhitungan Nilai FK Nilai FK

- Bishop Simplified Method

- SMR ( Slop Mass Rating )


44

Analiss

- menggunakan ketetapan Bowles ( 1989 )

- Menggunakan Pembobotan massa batuan


Romana ( 1985 )

Hasil
Perbandingan Status Keamanan Lereng

Selesai
45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Geometeri lereng

Pengukuran geometri lereng bertujuan untuk mendapatkan data dimensional

lereng seperti data tinggi lereng, kemiringan lereng, arah lereng, arah kedudukan (

Dip direction ) lereng, serta panjang lereng. pengukuran dilakukan dengan

menggunakan alat bantu berupa meteran roll, Kompas geologi, dan Globall

Positioning System ( GPS )

Dari pengukuran dilapangan pada Quarry B5, B6 Tengah, dan B8 Selatan

didapatkan data geometri lereng sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil pengukuran geometri lereng


Orientasi Lereng
Slope/kemiringa Tinggi
Quarry Strike Dip Direction Panjang Lereng
n Lereng
(N…oE) (N…oE)
(…o)
B5 165 56 255 6 meter 7 meter

B6 185 53 275 8,5 meter 10,7 meter


B8 244 55 334 10 meter 12,2 meter

B. Sifat Mekanik Batuan

Uji sifat mekanik batuan di maksudkan untuk mengetahui kekuatan batuan

menggunakan Point Load Test juga mendapatkan nilai sifat mekanis batuan berupa

sudut geser dalam (ɸ) dan Kohesi ( c ) menggunakan Triaksial Apparture.

Sebelum diuji, sampel yang ada dilakukan Coring terlebih dahulu untuk

mendapatkan bentuk silinder agar dapat kompetibel dengan alat uji dengan ukuran

45
46

panjang 2,5 cm dan diameter 2,5 cm untuk Point Load Test dan ukuran panjang 10

cm dan diameter 5,5 cm untuk uji pada Triaksial Apparture.

1. Uji Kuat Tekan

Gambar 13 . Sampel yang telah di lakukan Coring sebelum diuji

Gambar 14Hasil
. Fotouji Kuat tekan
pengujian batuan
Kuat tekan dengan
dengan Point Load
menggunakan PointTest
Load: test
47

Tabel 16. Nilai uji Poin Load Test

Quarry d P D
B5 25 mm 1020 N 25 mm
B6 25 mm 1905 N 25 mm
B8 25 mm 2550 N 25 mm
Dimana :

d : Diamter Sampel
P : Beban Maksimum Hingga sampel pecah
D : Jarak antar dua Konus penekan
Berikut kondisi sampel setelah dilakukan Uji Kuat Tekan :

a b

Gambar 15 . Sampel batuan pada Quarry B5 sebelum (a) dan sesudah (b) uji kuat tekan

a b

Gambar 16 . Sampel batuan pada Quarry B6 Tengah sebelum (a) dan sesudah (b) uji kuat tekan
48

a b

Gambar 17. Sampel batuan pada Quarry B8 Selatan sebelum (a) dan sesudah (b) uji kuat tekan

Nilai kuat tekan batuan di dapatkan dari hasil olah nilai Point Load Test yang

dapat di lihat pada lampiran A sehingga mendapatkan nilai kuat tekan untuk masing-

masing sampel repsresentatif dari tiap quarry adalah sebagi berikut :

Tabel 17. Rekapitulasi Nilai Kuat Tekan

Quarry Nilai Kuat Tekan


B5 1,19 Mpa
B6 2,23 Mpa
B8 2,99 Mpa
49

2. Kohesi ( c’ ) dan Sudut Geser Dalam (ɸ’)

Sampel yang sudah berbentuk silinder berukuran panjang 10 cm dengan

diameter 5,5 cm dilakukan uji untuk mendapatkan nilai tegangan Axial dan

Uniaxial dengan menggunakan alat Triaxial Apparture. Nilai yang didapatkan

kemudian diolah dalam Mohr Coulomb untuk mendapatkan nilai Kohesi dan Sudut

geser dalam.

Gambar 18. Sampel hasil coring sebelum proses uji kuat tekan
batuan dengan alat triaksial apparture

Gambar 19. Proses pengujian sampel batuan menggunakan alat uji triaksial
apparture
50

kondisi sampel yang telah hancur setelah dilakukan uji pada Triaxial Apparture :

1 2

Gambar 20. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B5 setelah uji triaksial apparture

1 2

Gambar 21. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B6 setelah uji triaksial apparture

1 2

Gambar 22. Sampel 1 dan 2 pada Quarry B8 setelah uji triaksial apparture
51

Hasil pengujian tegangan Axial dan Uniaxial dengan menggunakan alat

Triaxial Apparture pada tiap sampel dari quarry B5, B6 tengah, dan B8 Selatan

adalah sebagai berikut :


Tabel 18. Rekapitulasi Nilai Hasil Uji Triaxial

Quarry Sampel Q1 Q3

1 7,3 Mpa 3 Mpa


B5
2 13,5 Mpa 6 Mpa

1 8,1 Mpa 3 Mpa


B6
2 14 Mpa 6 Mpa

1 9,8 Mpa 3 Mpa


B8
2 15,5 Mpa 6 Mpa

Keterangan:
Q1 Tegangan Unaksial (tegangan yang diberi secara vertikal)
Q3 Tegangan Aksial (tegangan yang diberi secara horizontal)

Setelah nilai tegangan axial dan Uniaxial di dapatkan maka dilakukan

pengolahan dengan menggunakan Mohr Coulomb untuk mendapatkan nilai Kohesi

dan Sudut Gesek dalam. Berikut adalah hasil pengolahan dengan Mohr Coulomb :

Keterangan :
ϕ = 21o
c = 0,30 Kg/Cm2

Gambar 23. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B5


52

Keterangan :
o
ϕ = 19
c = 0,80 Kg/Cm2

Gambar 24. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B6 Tengah

Keterangan :
ϕ = 18o
c = 1,50 Kg/Cm2

Gambar 25. Mohr Coloumb sampel batuan pada Quarry B8 Selatan


Berikut adalah rekapitulasi nilai Kohesi dan Sudut Gesek dalam sampel dari

tiap Quarry :

Tabel 19. Rekapitulasi Nilai Kohesi dan Sudut Gesek Dalam

No Nilai Satuan Quarry B5 Quarry b6 Quarry B8


o
1 Sudut Geser Dalam (ɸ) 21 19 18
Kg/cm2 0,3 0,8 1,5
2 Kohesi ( C ) Kn/m2 29,41 78,45 147
Mpa 0,0294 0,0784 0,1471
3 Bobot Isi Asli ( γ ) Kn/m3 12,81 11,2 12,5
53

C. Klasifikasi Massa Batuan dengan Rock Mass Ratting ( Bienawski 1989 )

Rock Mass Ratting ( RMR ) adalah suatu teori yang di kemukakan oleh

Bienawski yang digunakan untuk mengetahui Kelas masa batuan dengan

menggunakan beberapa parameter seperi nilai RQD, nilai kuat tekan batuan,

kondisi spasi kekar, dan kondisi air tanah.

1. Pembobotan Nilai Rock Mass Ratting pada Quarry B5 Utara

a. Nilai Kuat Tekan Batuan

Seperti yang telah di tampilkan sebelumnya, dari hasil pengolahan data Point

Load Indeks ( PLI ) nilai kuat tekan batuan adalah sebesar 1,19 Mpa sehingga

rating yang di dapatkan untuk nilai kuat tekan adalah sebesar 4 ( lampiran G ).

b. Nilai RQD (Rock QualityDesignation )

Dari data Spasi Kekar yang telah terkoreksi kemudian nilai RQD di hitung

dengan menggunakan persamaan (Vii) oleh Priest dan Hudson ( 1976 ). Adapun

hasil perhitungan nilai RQD ( lampiran D ) adalah sebesar 98,54 %. dari tabel nilai

RQD untuk persentase sebesar 98,54 % mendapatkan nilai Rating sebesar 20 (

lampiran G )

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

Jarak antar kekar ( Spasi ) yang telah di dapatkan melalui pengukuran

langsung di lapangan kemudian di lakukan koreksi untuk mencari jarak sebenarnya

dan jarak rata-rata sebenarnya dengan menggunakan persamaan (Xiii),(Ix),dan (X).

berdasarkan tabel hasil koreksi jarak kekar ( lampiran C ) didapatkan nilai spasi
54

kekar rata-rata untuk JS1 adalah 53.58266062 cm dan untuk JS2 adalah

56.54058378, sehingga nilai rata-ratanya adalah sebesar 55,06 cm atau 0,55 m.

nilai rating yang di peroleh untuk nilai Jarak Antar Kekar ( Spasi ) adalah 10 (

lampiran G ).

d. Nilai Kondisi Kekar

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan lima parameter kondisi kekar

sperti kemenerusan ( Presistence ), jarak antar permukaan kekear atau celah

(separation/aparture), kekasaran Kekar ( Roughnes ), material pengisi (

infiling/gouge ), dan tingkat Pelapukan ( weathering ) , rata-rata jarak kemenerusn

kekar adalah sepanjang 1,05 m dan bukaan kekar 3,09 mm, tidak ada material

pengisi, tidak pelapukan sedikit lapuk serta dengan tingkat kekasaran adalah Kasar.

sehingga dari hasil di atas di dapatkan rating sebesar 21 ( lampiran G ).

e. Nilai Kondisi Air Tanah

Dari hasil pengamatn dilapangan, di dapatkan bahwa tdak terdapat

rembesan air, dalam hal ini lereng berada dalam kondisi kering ( Dry ). sehingga

rating yang didapatkan adalah sebesar 15 ( lampiran G ).

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B5

Utara

Setelah semua nilai Parameter dari RMR di dapatkan kemudian di lakukan

penjumlahan dan pembobotan untuk mengetahui kelas massa batuan pada Quarry

B5 uatara. setelah melakukan penjumlahan nilai yang didapatkan adalah sebesar 70.
55

dengan demikian nilai Kelas masa batuan untuk Quarry B5 uatara adalah di

kategorikan Baik ( lampiran G ).

2. Pembobotan Nilai Rock Mass Ratting pada Quarry B6 Tengah

a. Nilai Kuat Tekan Batuan

Seperti yang telah di tampilkan sebelumnya, dari hasil pengolahan data Point

Load Indeks ( PLI ) nilai kuat tekan batuan adalah sebesar 2,23 Mpa sehingga

rating yang di dapatkan untuk nilai kuat tekan adalah sebesar 7 ( lampiran G ).

b. Nilai RQD (Rock QualityDesignation )

Dari data Spasi Kekar yang telah terkoreksi kemudian nilai RQD di hitung

dengan menggunakan persamaan (Vii) oleh Priest dan Hudson ( 1976 ). adapun

hasil perhitungan nilai RQD adalah sebesar 96,96 %. dari tabel nilai RQD untuk

persentase sebesar 96,96 % mendapatkan nilai rating sebesar 20 ( lampiran G ).

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

Jarak antar kekar ( Spasi ) yang telah di dapatkan melalui pengukuran

langsung di lapangan kemudian di lakukan koreksi untuk mencari jarak sebenarnya

dan jarak rata-rata sebenarnya dengan menggunakan persamaan (Xiii),(Ix),dan (X).

berdasarkan tabel hasil koreksi jarak kekar ( lampiran C ) didapatkan nilai spasi

kekar rata-rata untuk JS1 adalah 34.1218935 cm dan untuk JS2 adalah 40.14757803,

sehingga nilai rata-ratanya adalah sebesar 37,13 cm atau 0,37 m. nilai rating yang

di peroleh untuk nilai jarak antar kekar ( Spasi ) adalah 10 ( lampiran G ).


56

d. Nilai Kondisi Kekar

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan lima parameter kondisi kekar

sperti kemenerusan ( Presistence ), jarak antar permukaan kekear atau celah

(separation/aparture), kekasaran Kekar ( Roughnes ), material pengisi (

infiling/gouge ), dan tingkat Pelapukan ( weathering ) , rata-rata jarak kemenerusn

kekar adalah sepanjang 1,15 m dan bukaan kekar 3,20 mm, tidak ada material

pengisi, tidak pelapukan sedikit lapuk serta dengan tingkat kekasaran adalah kasar.

sehingga dari hasil di atas di dapatkan rating sebesar 21 ( lampiran G ).

e. Nilai Kondisi Air Tanah

Dari hasil pengamatn dilapangan, di dapatkan bahwa tdak terdapat

rembesan air, dalam hal ini lereng berada dalam kondisi kering ( Dry ). sehingga

rating yang didapatkan adalah sebesar 15 ( lampiran G ).

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B6

Tengah

Setelah semua nilai Parameter dari RMR di dapatkan kemudian di lakukan

penjumlahan dan pembobotan untuk mengetahui kelas massa batuan pada Quarry

B5 uatara. setelah melakukan penjumlahan nilai yang didapatkan adalah sebesar 73.

dengan demikian nilai kelas masa batuan untuk Quarry B5 uatara adalah di

kategorikan baik ( lampiran G ).


57

3. Pembobotan Nilai Rock Mass Ratting pada Quarry B8 Selatan

a. Nilai Kuat Tekan Batuan

Seperti yang telah di tampilkan sebelumnya, dari hasil pengolahan data

Point Load Indeks ( PLI ) nilai kuat tekan batuan adalah sebesar 2,99 Mpa

sehingga rating yang di dapatkan untuk nilai kuat tekan adalah sebesar 7 ( lampiran

G ).

b. Nilai RQD (Rock QualityDesignation )

Dari data Spasi Kekar yang telah terkoreksi kemudian nilai RQD di hitung

dengan menggunakan persamaan (Vii) oleh Priest dan Hudson ( 1976 ). Adapun

hasil perhitungan nilai RQD ( lampiran ) adalah sebesar 97,53 %. Dari tabel nilai

RQD untuk persentase sebesar 97,53 % mendapatkan nilai Rating sebesar 20 (

lampiran G ).

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

Jarak antar kekar ( Spasi ) yang telah di dapatkan melalui pengukuran

langsung di lapangan kemudian di lakukan koreksi untuk mencari jarak sebenarnya

dan jarak rata-rata sebenarnya dengan menggunakan persamaan (Xiii),(Ix),dan (X)

Berdasarkan tabel hasil koreksi jarak kekar ( lampiran C ) didapatkan nilai spasi

kekar rata-rata untuk JS1 adalah 34.97700863 cm dan untuk JS2 adalah

48.11168855, sehingga nilai rata-ratanya adalah sebesar 41,54 cm atau 0,41 m.

nilai rating yang di peroleh untuk nilai Jarak Antar Kekar ( Spasi ) adalah 10 (

lampiran G ).
58

d. Nilai Kondisi Kekar

Dari hasil pengamatan dengan menggunakan lima parameter kondisi kekar

sperti kemenerusan ( Presistence ), jarak antar permukaan kekear atau celah

(separation/aparture), kekasaran Kekar ( Roughnes ), material pengisi (

infiling/gouge ), dan tingkat Pelapukan ( weathering ) , rata-rata jarak kemenerusn

kekar adalah sepanjang 1,58 m dan bukaan kekar 4,06 mm, tidak ada material

pengisi, tidak pelapukan sedikit lapuk serta dengan tingkat kekasaran adalah Kasar.

sehingga dari hasil di atas di dapatkan rating sebesar 21 ( lampiran G ).

e. Nilai Kondisi Air Tanah

Dari hasil pengamatn dilapangan, di dapatkan bahwa tdak terdapat

rembesan air, dalam hal ini lereng berada dalam kondisi kering ( Dry ). sehingga

rating yang didapatkan adalah sebesar 15 ( lampiran G ).

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B8

Selatan

Setelah semua nilai parameter dari RMR di dapatkan kemudian di lakukan

penjumlahan dan pembobotan untuk mengetahui kelas massa batuan pada Quarry

B5 uatara. setelah melakukan penjumlahan nilai yang didapatkan adalah sebesar 73.

dengan demikian nilai kelas masa batuan untuk Quarry B5 uatara adalah di

kategorikan baik ( lampiran G ).


59

Berikut rekapitulasi nilai Kelas Massa Batuan dari hasil Klasifikasi Rock

Mass Ratting pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 Tengah, Serta Quarry B8 Selatan.

Tabel 20 . Rekapitulasi Nilai Kelas Massa Batuan


Quarry
Rock Mass Rating (RMR) Kelas Massa Batuan
B5 Utara
70 II (Baik)
B6 Tengah
73 II (Baik)
B8 Selatan
73 II (Baik)

D. Analisis Tipe Longsoran Dengan Metode Streografi

Analisis Tipe Longsoran dengan metode Streografi adalah analisis untuk

mengetahui jenis/tipe longsoran yang akan terbentuk pada suatu massa batuan

dengan menggunakan beberapa parameter seperti Arah kemiringan Lereng ( Dip

Direction ), Kemiringan lereng, Arah dan Kedudukan Kekar, serta Nilai Sudut

Geser Dalam

1. Ananlisis Streografi Quarry B5 Utara

Setelah melakukan pengamatan dan penukuran di lapangan yakni pada

Quarry B5 utara didapatkan data diantaranya yaitu kemiringan lereng sebesar 56o ,

arah kemiringan dari lereng ( Dip Direction ) adalah N 255o E, tinggi lereng adalah

6 meter, serta panjang bidangnya adalah 7 meter, dengan data bidang diskontinuitas

adalah sebanyak 42 bidang kekar dengan panjang Scanline 6,53 meter.


60

Gambar 26. Area Penelitian dan Pengambilan data pada Quarry B5 Utara,
Di Foto kearah N 75oE

Gambar 27 . Contoh kondisi kekar di lapangan


61

Dari proses pengelompokan kekar dengan menggunakan program Dips 6

didapatkan dua set kekar pada Quarry B5 yaitu JS1 dan JS2. Kedudukan umum JS1

adalah N 71oE / 79o dan kedudukan umum JS2 adalah N 266oE / 82o

Gambar 28. Interpretasi set kekar pada Quarry B5 dengan menggunakan program Dips 6

Berdasarkan hasil oleh data pola set kekar, arah dan kemiringan lereng serta

sudut geser dalam menunjukkan adanya jenis longsoran guling berbentuk baji

dengan arah penunjaman (trend) yang dibentuk oleh kedua set kekar yaitu N 80oE

yang berlawanan arah dengan arah kemiringan (dip direction) lereng yaitu N 255oE.

Model longsoran yang terjadi dibentuk oleh set kekar JS1 dan JS2 yang

memiliki sudut penunjaman yang dibentuk oleh perpotongan kedua set kekar

tersebut (plunge intersection) Ψi sebesar 38o dengan sudut geser dalam (ϕi) sebesar

21o dan kemiringan lereng (Ψf) adalah 56o. Berdasarkan salah satu syarat kinematik

yang ditetapkan untuk jenis longsoran guling berbentuk baji yaitu ϕi < Ψi < Ψf , dapat

dikatakan bahwa longsoran guling berbentuk baji dapat terjadi pada Quarry B5
62

karena syarat – syarat terjadinya longsoran tersebut telah terpenuhi. Berikut hasil

analisis stereografi pada Quarry B5 dengan menggunakan program Dips 6 yang

menunjukkan jenis longsoran guling berbentuk baji.

Gambar 29. Hasil analisis stereografi pada Quarry B5 dengan menggunakan program Dips
6 yang menunjukkan jenis longsoran guling berbentuk baji

2. Ananlisis Streografi Quarry B6 Tengah

Setelah melakukan pengamatan dan penGukuran di lapangan yakni pada

Quarry B6 Tengah didapatkan data diantaranya yaitu kemiringan lereng sebesar 53o

, arah kemiringan dari lereng ( Dip Direction ) adalah N 275o E, tinggi lereng

adalah 8,5 meter, serta panjang bidangnya adalah 10,7 meter, dengan data bidang

diskontinuitas adalah sebanyak 34 bidang kekar dengan panjang Scanline 7,53

meter.
63

Gambar 30. Area Penelitian dan Pengambilan data pada Quarry B6 Tengah,
Di Foto kearah N 95oE

Gambar 31. Contoh kondisi kekar di lapangan


64

Dari proses pengelompokan kekar dengan menggunakan program Dips 6

didapatkan dua set kekar pada Quarry B6 yaitu JS1 dan JS2. Kedudukan umum JS1

adalah N 289o E / 78o dan kedudukan umum JS2 adalah N 74o E / 74o.

Gambar 32. Interpretasi set kekar pada Quarry B6 Tengah dengan menggunakan program Dips 6

Berdasarkan pola set kekar, arah dan kemiringan lereng serta sudut geser

dalam menunjukkan adanya jenis longsoran guling berbentuk baji dengan arah

penunjaman (trend) yang dibentuk oleh kedua set kekar yaitu N 94oE yang

berlawanan arah dengan arah kemiringan (dip direction) lereng yaitu N 275oE.

Model longsoran ini dibentuk oleh set kekar JS1 dan JS2 yang memiliki sudut

penunjaman yang dibentuk oleh perpotongan kedua set kekar tersebut (plunge

intersection) Ψi sebesar 49o dengan sudut geser dalam (ϕi) sebesar 19o dan

kemiringan lereng (Ψf) adalah 53o. Berdasarkan salah satu syarat kinematik yang

ditetapkan untuk jenis longsoran guling berbentuk baji yaitu ϕi < Ψi < Ψf , dapat

dikatakan bahwa longsoran guling berbentuk baji dapat terjadi pada Quarry B6
65

karena syarat – syarat terjadinya longsoran tersebut telah terpenuhi. Berikut hasil

analisis stereografi pada Quarry B6 dengan menggunakan program Dips 6 yang

menunjukkan jenis longsoran guling berbentuk baji.

Gambar 33. Hasil analisis stereografi pada Quarry B6 dengan menggunakan program Dips
6 yang menunjukkan jenis longsoran baji

3. Ananlisis Streografi Quarry B8 Selatan

Setelah melakukan pengamatan dan pengukuran di lapangan yakni pada

Quarry B8 Selatan didapatkan data diantaranya yaitu kemiringan lereng sebesar

53o , arah kemiringan dari lereng ( Dip Direction ) adalah N 334o E, tinggi lereng

adalah 10 meter, serta panjang bidangnya adalah 12,2 meter, dengan data bidang

diskontinuitas adalah sebanyak 30 bidang kekar dengan panjang Scanline 6,29

meter.
66

Gambar 34. Quarry B8 Selatan yang merupakan tempat pengambilan data


geometri lereng dan kekar N 154oE

Gambar 35. Contoh kondisi kekar di lapangan


67

Dari proses pengelompokan kekar dengan menggunakan program Dips 6

didapatkan dua set kekar pada Quarry B8 yaitu JS1 dan JS2. Kedudukan umum JS1

adalah N 309o E / 82o dan kedudukan umum JS2 adalah N 138o E / 79o.

Gambar 36. Interpretasi set kekar pada Quarry B8 Selatandengan menggunakan program Dips 6

Berdasarkan pola set kekar, arah dan kemiringan lereng serta sudut geser

dalam menunjukkan adanya jenis longsoran baji baji dengan arah penunjaman

(trend) yang dibentuk oleh kedua set kekar yaitu N 312oE yang searah dengan arah

kemiringan (dip direction) lereng yaitu N 334oE. Model longsoran ini dibentuk oleh

set kekar JS1 dan JS2 yang memiliki sudut penunjaman yang dibentuk oleh

perpotongan kedua set kekar tersebut (plunge intersection) Ψi sebesar 25o dengan

sudut geser dalam (ϕi) sebesar 18o dan kemiringan lereng (Ψf) adalah 55o.

Berdasarkan salah satu syarat kinematik yang ditetapkan untuk jenis longsoran baji

yaitu ϕi < Ψi < Ψf , dapat dikatakan bahwa longsorn baji dapat terjadi pada Quarry B8

karena syarat – syarat terjadinya longsoran tersebut telah terpenuhi. Berikut hasil
68

analisis stereografi pada Quarry B8 dengan menggunakan program Dips 6 yang

menunjukkan jenis longsoran baji.

Gambar 37. Hasil analisis stereografi pada Quarry B8 dengan menggunakan program Dips 6
yang menunjukkan jenis longsoran baji

Berikut adalah rekapitulasi Jenis/Tipe Longsoran pada Quarry B5 Utara,

Quarry B6 Tengah, dan Quarry B8 Selatan

Tabel 21. Rekapitulasi Jenis/Tipe Longsoran

Quarry Tipe Longsoran Set Kekar


B5 Utara Longsoran Guling (Toppling) berbentuk baji JS1 dan JS2

B6 Tengah Longsoran Guling (Toppling) berbentuk baji JS1 dan JS2

B8 Selatan Longsoran Baji (Wedge Failure) JS1 dan JS2


69

E. Analisis Kemantapan Lereng

Analisis Kemantapan lereng merupakan suatu upaya untuk mengetahui nilai

status tingkat kemantapan dari suatu lereng alami ataupun buatan dengan

menggunakan sebuah metode ( Kinematik atau Kesetimbangan Batas ). dengan

beberapa parameter yakni ; Dimensi dari lereng dan Data Mekanika Tanah seperti

Kohesi ( c ), Sudut Geser Dalam ( ɸ ), serta Bobot isi tanah ( γ ).

1. Bishop Simplified Method

a. Quarry B5 Utara

Tabel 22. Profil lereng Quarry B5 Utara

No Geometri Lereng Nilai Lokasi


1 Tinggi 6m
S 4O 47’10,7”
2 Kemiringan 56o E 119O 37’33,2”
3 Panjang 7m
Sifat Mekanik Arah Kedudukan
2
1 Kohesi ( c ) 29,41 Kn/m
2 Sudut Geser Dalam ( ɸ ) 21o N 225o E
Sifat Fisik
1 Bobot Isi Batuan (γ) 12,81 Kn/m3
70

Penggambaran Kondisi Aktual lereng di lapangan beserta penentuan Lokasi

titik Pusat Lingkaran bidang gelincir dan luasan bidang irisan dengan Asusmsi

Irisan yang di gunakan adalah sebanyak 5 ( lima ) buah irisan adalah sebagai

berikut:

Penentuan Lokasi titik pusat lingkaran bidang gelincir :

Gambar 38. Grafik Penentuan Nilai b dan posisi titik pusat lungkara bidang gelincir
oleh Hoek dan Bray 1974

dari gambar dapat di ketahui bahwa Distance x adalah -0,2 H sedangkan

Distance y adalah 1,3 H sehingga posisi x adalah – 1,2 m sedangkan posisi y adalah

7,8 m dari kaki lereng.


71

Gambar 39. Gambar Aktual Lereng berserta titik pusat lingkaran bidang
gelincir yang telah di tentukan

Setelah luasan dari setiap irisan di dapatkan kemudian melakukan

penghittungan FK untuk tiap irisan dengan cara Aproximasi berulang menggunakan

persamaan ( Xii ), Hingga mendapatkan perbedaan antara nilai Faktor Keamanan

asumsi ( F ) dengan nilai Faktor Keamanan baru dengan selisih sekecil mungkin.
72

Hasil perhitungan Faktor Keamanan dengan cara aproximasi berulang (

manual ) untuk lereng

Tabel 23. Perhitungan manual Bishop Simplified Method dengan cara aproximasi berulang B5 Utara

no sudut alas Kohesi Sudut Gesek Dalam Bobot isi Lebar Luas
w
(α) ( c’ ) (υ’ ) (ɣ) segmen ( m2 )
1 16,00 29,42 21,00 12,81 1,30 1,61 20,62
2 26,00 29,42 21,00 12,81 1,30 4,51 57,82
3 37,00 29,42 21,00 12,81 1,30 6,86 87,91
4 50,00 29,42 21,00 12,81 1,30 7,14 91,44
5 66,00 29,42 21,00 12,81 1,30 3,18 40,79
no sudut alas Kohesi Sudut Gesek Dalam Bobot isi
b l u
(α) ( c’ ) (υ’ ) (ɣ)
1 16,00 29,42 21,00 12,81 1,19 1,35 0
2 26,00 29,42 21,00 12,81 1,19 1,45 0
3 37,00 29,42 21,00 12,81 1,19 1,63 0
4 50,00 29,42 21,00 12,81 1,19 2,02 0
5 66,00 29,42 21,00 12,81 1,19 3,20 0
no sin α tan α sec α tan υ' W.sin α
1 0,27563736 0,286745386 1,040299436 0,383864 5,683007
2 0,43837115 0,487732589 1,11260194 0,383864 25,34571
3 0,60181502 0,75355405 1,252135658 0,383864 52,90473
4 0,76604444 1,191753593 1,555723827 0,383864 70,05031
5 0,91354546 2,246036774 2,458593336 0,383864 37,26667
0,005229
no Pembilang 1 Penyebut 1 Faktor 2
1 49,62403477 1,039032355 47,75986
2 72,03741492 1,066391135 67,55253
3 102,2170175 1,102575283 92,70752
4 147,1751258 1,16222388 126,6323
5 269,6843252 1,305735014 206,5383
541,1906
FK asumsi ( F ) FK baru

2,82 2,82974823
73

Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Softwere Slide 6.0

untuk lereng B5 Utara adalah sebagai berikut :

Gambar 40. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B5 Utara dengan bantuan
Softwere Slide 6.0

Dari gambar dapat kita lihat bahwa nilai Faktor Keamanan yang diperoleh

adalah sebesar 2,838 dan berikut adalah perbandingan nilai Faktor keamanan

dengan cara manual dan dengan menggunakan bantuan Software Slide 6.0

Tabel 24. Perbandingam Nilai Faktor Keamanan dengan Cara amanual dan dengan Softwere

Cara Aproximasi berulang ( manual ) Slide 6.0

Nilai Faktor Keamanan 2,829 2,838


74

b. Quarry B6 Tengah

Tabel 25. Profil lereng Quarry B6 Tengah

No Geometri Lereng Nilai Lokasi


1 Tinggi 8,5 m
o
S 4O 47’23,7”
2 Kemiringan 53 E 119O 37’37,7”
3 Panjang 10.7 m
Sifat Mekanik Arah Kedudukan
1 Kohesi ( c ) 78,45 Kn/m2
2 Sudut Geser Dalam ( ɸ ) 19 o N 275o E
Sifat Fisik
1 Bobot Isi Batuan (γ) 11,2 Kn/m3

Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Softwere Slide 6.0

untuk lereng B6 Tengah adalah sebagai berikut :

Gambar 41. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B6 Tengah dengan
bantuan Softwere Slide 6.0

Dari gambar dapat kita lihat bahwa nilai Faktor Keamanan yang diperoleh

adalah sebesar 5,603


75

c. Quarry B8 Selatan

Tabel 26. Profil lereng Quarry B8 Selatan


No Geometri Lereng Nilai Lokasi
1 Tinggi 10 m
o
S 4O 47’27,9”
2 Kemiringan 55 E 119O 37’42,9”)
3 Panjang 12,2 m
Sifat Mekanik Arah Kedudukan
1 Kohesi ( c ) 147 Kn/m3
2 Sudut Geser Dalam ( ɸ ) 18o N 334o E
Sifat Fisik
1 Bobot Isi Batuan (γ) 12,5 Kn/m3

Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Softwere Slide 6.0

untuk lereng B6 Tengah adalah sebagai berikut :

Gambar 42. Penentuan Nilai Faktor Keamanan Pada Quarry B8 Selatan dengan bantuan
Softwere Slide 6.0
Dari gambar dapat kita lihat bahwa nilai Faktor Keamanan yang diperoleh

adalah sebesar 7,413


76

Berikut rekapitulasi Nilai Faktor Keamanan dari ketiga lereng menggunakan

Bishop Simplified Method :

Tabel 27. Rekapitulasi Nilai Faktor Keamanan dengan Bishop Simplified Method

No Quarry Nilai FK Kriteria Keamanan Bowles ( 1989 ) Status Kejadian


1 B5 Utara 2,838 Lereng Relatif Stabil Longsor Jarang Terjadi
2 B6 tengah 5,603 Lereng Relatif Stabil Longsor Jarang Terjadi
3 B8 Selatan 7,413 Lereng Relatif Stabil Longsor Jarang Terjadi

2. Metode Slope Mass Ratting ( SMR )

Salah satu metode dalam melakukan analisis tingkat kemantapan lereng

adalah dengan analisis Kinematika dengan menggunakan metode Slope Mass

Rating ( SMR ), beberapa parameter yang dibutuhkan dalam melakukan

perhitungan dengan mtetode ini diantaranya yaitu; arah kemiringan lereng ( Dip

Direction Lereng ), arah dari kedudukan kekar ( Dip Direction Kekar ), arah

penujaman yang terbentuk dari kedua set kekar ( trend ), besar sudut kemiringan

lereng, besar sudut kemiringan kekar, serta sudut penujaman yang terbentuk dari

kedua set kekar ( Plunge ), metode penggalian/ekskavasi yang digunakan, serta

hasil analisis streografis juga di butuhkan untuk melakukan analisis.

a. Pembobotan parameter Slope Mass Rating pada Quarry B5 Utara

Berdasarkan hasil pembobotan pada Quarry B5 utara, Nilai F1 pada set JS1

dan JS2 masing-mesing medapat nilai sebesar 86o dan 79o , sedangkan untuk F2

pada Set JS1 dan JS2 masing-masing mendapat nilai 79 o dan 82 o, serta untuk nilai

F3 mendapatkan nilai untuk masing-masing set JS1 dan JS2 adalah sebesar 135 o

dan 138 o . untuk nilai F4 karena tipe peledakan yang di gunakan adalah peledakan
77

Normal maka bobotnya adalah 0 dan hasil analisis streografis Quarry B5 Utara

menunjukan jenis longsoran Guling. pembobotan nilai F1, F2, F3, dan F4

menggunakan tabel SMR oleh Romana dapat dilihat pada lampiran H

Setelah bobot dari keempat parameter tersbut didapatkan kemudian nilai SMR di

olah dengan menggunakan persamaan. Hasil pengolahan data menunjukan nilai

yaitu sebesar 66,25 untuk kedua Set. Sesuai dengan tabel pembobotan massa

jenjang yang dikemukaan oleh Romana ( 1985 ), nilai 66,25 masuk dalam kategori

II dengan Deskripsi Stabil ( lampiran H )

b. Pembobotan parameter Slope Mass Rating pada Quarry B6 Tengah

Berdasarkan hasil pembobotan pada Quarry B5 utara, Nilai F1 pada set JS1

dan JS2 masing-mesing medapat nilai sebesar 76o dan 69o , sedangkan untuk F2

pada Set JS1 dan JS2 masing-masing mendapat nilai 78 o dan 74 o, serta untuk nilai

F3 mendapatkan nilai untuk masing-masing set JS1 dan JS2 adalah sebesar 131 o

dan 127 o . untuk nilai F4 karena tipe peledakan yang di gunakan adalah peledakan

Normal maka bobotnya adalah 0 dan hasil analisis streografis Quarry B5 Utara

menunjukan jenis longsoran Guling. pembobotan nilai F1, F2, F3, dan F4

menggunakan tabel SMR oleh Romana dapat dilihat pada lampiran H.

Setelah bobot dari keempat parameter tersbut didapatkan kemudian nilai SMR di

olah dengan menggunakan persamaan. Hasil pengolahan data menunjukan nilai

yaitu sebesar 69,25 untuk kedua Set. Sesuai dengan tabel pembobotan massa

jenjang yang dikemukaan oleh Romana ( 1985 ), nilai 66,25 masuk dalam kategori

II dengan Deskripsi Stabil ( lampiran H ).


78

c. Pembobotan parameter Slope Mass Rating pada Quarry B8 Selatan

Berdasarkan hasil pembobotan pada Quarry B5 utara, Nilai F1 pada set JS1

dan JS2 masing-mesing medapat nilai sebesar 22 o , sedangkan untuk F2 pada Set
o
JS1 dan JS2 masing-masing mendapat nilai 25 dan 74 o, serta untuk nilai F3

mendapatkan nilai untuk masing-masing set JS1 dan JS2 adalah sebesar 30 o . untuk

nilai F4 karena tipe peledakan yang di gunakan adalah peledakan Normal maka

bobotnya adalah 0 dan hasil analisis streografis Quarry B5 Utara menunjukan jenis

longsoran Guling. pembobotan nilai F1, F2, F3, dan F4 menggunakan tabel SMR

oleh Romana dapat dilihat pada lampiran H

Setelah bobot dari keempat parameter tersbut didapatkan kemudian nilai

SMR di olah dengan menggunakan persamaan. Hasil pengolahan data menunjukan

nilai yaitu sebesar 63,40 untuk kedua Set. Sesuai dengan tabel pembobotan massa

jenjang yang dikemukaan oleh Romana ( 1985 ), nilai 64,30 masuk dalam kategori

II dengan Deskripsi Stabil ( lampiran H ).

Berikut rekapitulasi nilai Status keamanan pada Quarry B5 Utara, Quarry B6

tengah, dan Quarry B8 Selatan dengan menggunakan metode Slope Mass Rating

Tabel 28. Rekapitulasi Nilai SMR pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan Quarry B8
No Quarry Nilai Deskripsi Tingkat keamanan ( Romana 1985 )
SMR
1 B5 Utara 66,25 Stabil
2 B6 tengah 69,25 Stabil
3 B8 Selatan 63,4 Stabil
79

Rekapitulasi dan Perbandingan Nilai Kemantapan lereng pada Quarry B5 Utara,

Quarry B6 tengah, dan Quarry B8 Selatan dengan menggunakan Bishop Simplified

Method dan Slope Mass Rating

Tabel 29. Perbandingan Nilai Keamanan pada Quarry B5 Utara, Quarry B6 tengah, dan Quarry B8
Dengan dua metode ( Bishop Simplified dan SMR )

Bishop Simplified Method


no Quarry Nilai FK Kondisi Lereng
1 B5 Utara 2,838 Lereng Relatif Stabil
2 B6 tengah 5,603 Lereng Relatif Stabil
3 B8 Selatan 7,413 Lereng Relatif Stabil
Slope Mass Rating
no Quarry Nilai SMR Kondisi Lereng
1 B5 Utara 66,25 Stabil
2 B6 tengah 69,25 Stabil
3 B8 Selatan 63,40 Stabil
80

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Faktor Keamanan lereng dengan

menggunakan Bishop Simplified Method ( Metode Bishop yang di

sederhanakan ) diketahui bahwa Nilai Faktor Kemanan Pada Quarry B5 Utara

adalah 2,838 Quarry B6 Tengah adalah 5,603 dan Quarry B8 Selatan adalah

7,413 dengan kategori status keamanan adalah kondisi lereng Relatif Stabil.

Sedangkan untuk perhitungan nilai Faktor keamanan dengan menggunakan

metode SMR ( Slope Mass Rating ) diketahui bahwa nilai SMR pada Quarry

B5 Utara adalah sebesar 66,25 Quarry B6 Tengah adalah 69,25 dan B8

Selatan adalah 63,40 dengan kategori status keamanan adalah kondisi lereng

stabil.

2. Adapun Jenis/tipe longsoran yang akan terbentuk jika terjadi longsoran adalah

longsoran guling ( Toppling Failure ) pada Quarry B5 Utara, longsoran guling

( Toppling Failure ) pada Quarry B6 Tengah, dan longsoran baji ( Wedge

Failure ) pada Quarry B8 Selatan.

B. Saran

1. Kondisi lereng yang ada terkhusus di Quarry B5 Utara, Quarry B6 Tengah,

dan Quarry B8 Selatan dalam kondisi stabil agar di pertahankan dengan

kemiringan dan ketinggian yang ada.

2. Dalam satu stasiun ( Quarry ) pengambilan data agar di kembangkan dengan

melakukan pengambilan data di beberapa titik dalam satu stasiun agar lebih

mendetil dan representatif

80
81

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, RW, V., 1949, The Geology of Indonesia Vol. 1A General geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Government Printing Office, The
Hague

Baba, K., Bahi, L., Ouadif, L., Akhssas, A., 2012 , Slope Stability Evaluation by
Limit Equilibrium and Finite Element Methods Applied to A Raillway in the
Morrocan rif , Mohammadia Enginering School,Mohammed V-Agdal ,
Rabat, Marocco

Bieniawski, Z.T., 1989, Enginering Rock Mass Classification a Complete Manual


for Engineers and Geologists in Mining, Civil, and Petroleoum Engineers,
John Wiley & Sons Inc : Canada

Bishop, A.W., 1954, General Theory of Stability Slope : The Use of The Slip
Circle in the Stability Analisys of Slope

Braja, D.M., 1998 , Principles of Foundtaion Engineering – Fourth Edition , PWS


Publishing, California State University , Scramento

Deere, D.U., 1989, Rock Quality Designation ( RQD ) After Twenty Years, U.S
Departement Of Commerce National Technical Information Serfice :
Springfield

Direktorat Jendral Mineral dan Batubara, Laporan Kinerja ( LAKIN ) Tahun 2015
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta
Eberhardt, E., 2003 , Rock Slop Stability Analysis – Utilization of Advance
Numerical Techniques ¸ University of British Colombia , Canada

Hudson, J.A., Harrsion, J.P., 1997, Engineering Rocks Mechanics an Introduction


into the Principles, Elsevier Science , United Kingdom

Humaira A, U., 2015, Pengaruh Bidang Diskontiniu terhadap kestabilan lereng


dan Aplikasinya dalam peledakan PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep,
Sulawesi Selatan, Skripsi, Universitas Diponegoro
82

Kramadibrata, S., 1996, The Influence of RockMass and Intact Rock Properties
on the Design of Surface Mines with Particular Reference to the
Excavatability of Rock. Ph. D. Thesis, Curtin University of Technology

Rai A. M., 2013, Mekanika Batuan , Insititut Teknologi Bandung Press, Bandung

Rumbiak, S.S.V., 2016 , Analisis Perhitungan Tingkat Kestabilan Lereng dengan


menggunakan metode Rock Mass Rating dan Slope Mass Rating pada Area
West Wanagon Slope Stability di PT. Freeport Indonesia, Skripsi,
Universitas Cendrawasih

Surono., 2010, Publikasi Khusus, Geologi Lengan Tenggara Sulawesi,


Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung

Wilson, M.E.J., 1995 , The Tonasa Limestone Formation, Sulawesi, Indonesia:


Development of a Tertiary Carbonate Platform, University of London,
London UK.
Wyllie, C.D., Mah, W.C., 2005, Rock Slope Engineering Civil and Mining 4th
Edition, Spon Press Taylor and Francis Group, New York
83

LAMPIRAN
84

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN KUAT TEKAN BATUAN DENGAN
POINT LOAD TEST

I(50) = ( )0.45.

Quarry d P D I(50)
B5 25 mm 1020 N 25 mm 1,19 Mpa
B6 25 mm 1905 N 25 mm 2,23 Mpa
B8 25 mm 2550 N 25 mm 2,99 Mpa
Keterangan:
d = Diameter sampel
P = Beban maksimum hingga percontoh pecah
D = Jarak antar dua konus penekan

1. Quarry B5

0.45
I(50) = ( ) .
0.45
I(50) = ( ) .

I(50) = 1,19 N / mm2 = 1,19 Mpa

2. Quarry B6

0.45
I(50) = ( ) .
0.45
I(50) = ( ) .

I(50) = 2,23 N / mm2 = 2,23 Mpa

3. Quarry B8

0.45
I(50) = ( ) .
0.45
I(50) = ( ) .

I(50) = 2,99 N / mm2 = 2,99 Mpa


85

LAMPIRAN B
HASIL PENGUKURAN BIDANG DISKONTINUITAS ( KEKAR )
DILAPANGAN YANG BELUM TERKOREKSI
STASIUN 1
LOKASI QUARRY B5 UTARA
KOORDINAT S 4O 47’10,7” dan E 119O 37’33,2”
KEDUDUKAN PERLAPISAN -
KEDUDUKAN LERENG N 165O E / 56 O
TINGGI LERENG 7 METER

STRIKE DIP BUKAA PANJANG SPASI


NO ISIAN
(N…..OE) (….O) N (cm) (cm) (cm)
1 265 83 0,3 81 0 -
2 240 73 0,6 77 20 -
3 8 83 0,3 94 19 -
4 5 84 0,6 71 21 -
5 81 84 0,5 60 17 -
6 253 80 0,4 47 21 -
7 295 79 0,4 93 30 -
8 296 84 0,5 100 21 -
9 291 83 0,2 101 26 -
10 189 70 0,5 44 32 -
86

11 280 71 0,6 55 10 -
12 264 81 0,6 73 7 -
13 252 81 0,5 90 35 -
14 303 85 0,6 95 40 -
15 300 85 0,1 80 21 -
16 291 71 0,6 95 12 -
17 290 84 0,5 48 22 -
18 261 84 0,3 84 25 -
19 205 82 0,5 60 13 -
20 108 85 0,2 66 33 -
21 268 78 0,5 73 30 -
22 260 83 0,5 103 39 -
23 73 83 0,6 94 7 -
24 247 83 0,1 44 5 -
25 255 81 0,1 40 5,5 -
26 258 70 0,2 75 31 -
27 71 75 0,1 78 12 -
28 64 80 0,1 50 9 -
29 64 76 0,2 38 21 -
30 71 82 0,4 114 11 -
31 70 74 0,3 89 19 -
32 77 81 0,2 46 6 -
33 71 80 0,1 63 9 -
34 71 82 0,1 52 8 -
35 81 80 0,3 54 18 -
36 30 71 0,3 40 4 -
37 68 80 0,5 51 15 -
38 264 85 0,4 88 51 -
39 274 80 0,5 90 14 -
40 272 83 0,2 69 9 -
41 271 84 0,1 68 5 -
42 286 77 0,6 68 9 -
87

STASIUN 2
LOKASI QUARRY B8 SELATAN
KOORDINAT S 4O 47’27,9” dan E 119O 37’42,9”
KEDUDUKAN PERLAPISAN -
KEDUDUKAN LERENG N 244O E / 55 O
TINGGI LERENG 12,2 METER

STRIKE DIP BUKAA PANJA SPASI


NO ISIAN
(N…..OE) (….O) N (cm) NG (cm) (cm)
1 325 76 0,5 140 0 -
2 334 75 0,5 60 12 -
3 128 83 0,6 31 21 -
4 120 85 0,4 85 30 -
5 140 84 0,4 50 35 -
6 300 84 0,4 94 10 -
7 305 83 0,4 105 13 -
8 315 81 0,5 127 17 -
9 305 80 0,2 96 45 -
10 310 81 0,6 126 21 -
11 313 82 0,4 99 52 -
12 300 83 0,1 79 11 -
88

13 136 85 0,2 160 42 -


14 135 73 0,5 141 9 -
15 149 85 0,3 103 18 -
16 316 72 0,3 53 13 -
17 328 65 0,3 114 14 -
18 145 60 0,2 95 34 -
19 122 78 0,5 65 11 -
20 144 79 0,4 180 10 -
21 130 65 0,4 132 21 -
22 324 80 0,5 73 23 -
23 129 84 0,5 61 45 -
24 134 76 0,2 62 19 -
25 321 76 0,5 40 20 -
26 313 79 0,7 84 15 -
27 312 81 0,3 60 6 -
28 316 82 0,4 100 7 -
29 140 72 0,5 140 31 -
30 140 85 0,5 150 102 -
89

STASIUN 3
LOKASI QUARRY B6
KOORDINAT S 4O 47’23,7” dan E 119O 37’37,7”
KEDUDUKAN PERLAPISAN -
KEDUDUKAN LERENG N 188O E / 53 O
TINGGI LERENG 10,7 METER

SPA
STRIKE DIP BUKAA PANJA
NO SI ISIAN
(N…..OE) (….O) N (cm) NG (cm)
(cm)
1 244 85 0,4 39 0 -
2 72 69 0,5 113 14 -
3 269 80 0,5 111 20 -
4 72 86 0,2 56 40 -
5 73 76 0,6 31 27 -
6 281 84 0,6 103 11 -
7 276 69 0,2 75 7,5 -
8 75 80 0,4 30 28 -
9 96 71 0,2 77 22 -
10 281 84 0,4 98 20 -
11 288 73 0,2 114 9 -
12 305 85 0,2 107 11 -
90

13 114 66 0,2 83 13 -
14 95 84 0,1 36 26 -
15 298 70 0,2 28 5 -
16 302 68 0,1 56 10 -
17 35 85 0,4 75 37 -
18 87 83 0,1 100 26 -
19 300 80 0,5 120 43 -
20 301 84 0,3 46 17 -
21 285 85 0,1 76 43 -
22 102 76 0,1 70 197 -
23 293 77 0,1 45 17 -
24 285 72 0,2 150 56 -
25 283 79 0,3 150 22 -
26 264 84 0,3 69 20 -
27 294 83 0,1 38 6 -
28 300 76 0,2 53 13 -
29 286 84 0,1 38 10 -
30 60 78 0,3 64 10 -
31 295 78 0,1 70 6 -
32 303 67 0,1 28 10 -
33 295 79 0,2 37 10 -
34 297 78 0,1 23 4,5 -
91

LAMPIRAN C
PERHITUNGAN SPASI KEKAR

di,1+1 = ji,1+1 cos

1. Quarry B5
 JS1
cos sin j d (i,i+1)
No αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (i,i+1) (cm)
1 171 351 165 84 6 0 186 -0.99452 0.994522 1 0.104528 0 -0.98907 0.989074 8.477512 - - - -

2 163 343 165 83 7 0 178 -0.99939 0.992546 1 0.121869 0 -0.99194 0.991942 7.278741 424 7.878127 0.990562 419.9982

3 161 341 165 75 15 0 176 -0.99756 0.965926 1 0.258819 0 -0.96357 0.963573 15.51234 53.5 11.39554 0.980287 52.44533

4 154 334 165 80 10 0 169 -0.98163 0.984808 1 0.173648 0 -0.96671 0.966714 14.8245 9 15.16842 0.965161 8.686448

5 154 334 165 76 14 0 169 -0.98163 0.970296 1 0.241922 0 -0.95247 0.952469 17.7363 21 16.2804 0.959901 20.15793

6 161 341 165 82 8 0 176 -0.99756 0.990268 1 0.139173 0 -0.98786 0.987856 8.938448 11 13.33737 0.973029 10.70331

7 160 340 165 74 16 0 175 -0.99619 0.961262 1 0.275637 0 -0.9576 0.957604 16.74355 19 12.841 0.974991 18.52482

8 167 347 165 81 9 0 182 -0.99939 0.987688 1 0.156434 0 -0.98709 0.987087 9.217757 6 12.98065 0.974446 5.846676

9 161 341 165 80 10 0 176 -0.99756 0.984808 1 0.173648 0 -0.98241 0.982409 10.76277 9 9.990262 0.984837 8.863535

10 161 341 165 82 8 0 176 -0.99756 0.990268 1 0.139173 0 -0.98786 0.987856 8.938448 8 9.850608 0.985257 7.882057

11 171 351 165 80 10 0 186 -0.99452 0.984808 1 0.173648 0 -0.97941 0.979413 11.64618 18 10.29231 0.983909 17.71036

12 158 338 165 80 10 0 173 -0.99255 0.984808 1 0.173648 0 -0.97747 0.977467 12.1861 19 11.91614 0.978451 18.59057

Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS1 53.58266


92

 JS2
cos sin d (i,i+1)
No αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ j (i,i+1) θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (cm)
1 355 175 165 83 7 0 10 0.984808 0.992546 1 0.121869 0 0.977467 0.977467 12.1861 - - - -
2 343 163 165 80 10 0 -2 0.999391 0.984808 1 0.173648 0 0.984208 0.984208 10.19604 98 11.19107 0.980985 96.137
3 354 174 165 81 9 0 9 0.987688 0.987688 1 0.156434 0 0.975528 0.975528 12.70164 126 11.44884 0.980102 123.49
4 342 162 165 81 9 0 -3 0.99863 0.987688 1 0.156434 0 0.986335 0.986335 9.482924 35 11.09228 0.981319 34.346
5 351 171 165 84 6 0 6 0.994522 0.994522 1 0.104528 0 0.989074 0.989074 8.477512 120 8.980218 0.987742 118.53
6 358 178 165 78 12 0 13 0.97437 0.978148 1 0.207912 0 0.953078 0.953078 17.62139 76 13.04945 0.974176 74.037
7 350 170 165 83 7 0 5 0.996195 0.992546 1 0.121869 0 0.988769 0.988769 8.595082 39 13.10823 0.973943 37.984
8 337 157 165 83 7 0 -8 0.990268 0.992546 1 0.121869 0 0.982887 0.982887 10.61512 12 9.605102 0.985981 11.832
9 345 165 165 81 9 0 0 1 0.987688 1 0.156434 0 0.987688 0.987688 9 5.5 9.807562 0.985385 5.4196
10 348 168 165 70 20 0 3 0.99863 0.939693 1 0.34202 0 0.938405 0.938405 20.21463 31 14.60732 0.967677 29.998
11 354 174 165 85 5 0 9 0.987688 0.996195 1 0.087156 0 0.98393 0.98393 10.28562 183 15.25013 0.964787 176.56
12 4 184 165 80 10 0 19 0.945519 0.984808 1 0.173648 0 0.931154 0.931154 21.38457 14 15.8351 0.962051 13.469
13 2 182 165 83 7 0 17 0.956305 0.992546 1 0.121869 0 0.949177 0.949177 18.34536 9 19.86497 0.940496 8.4645
14 1 181 165 84 6 0 16 0.961262 0.994522 1 0.104528 0 0.955996 0.955996 17.06044 5 17.7029 0.952646 4.7632
Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS2 56.541
93

2. Quarry B6
 JS1
cos sin d (i,i+1)
No Αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ j (i,i+1) θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (cm)
1 11 191 185 84 6 0 6 0.994522 0.994522 1 0.104528 0 0.989074 0.989074 8.477512 - - - -
2 6 186 185 69 21 0 1 0.999848 0.93358 1 0.358368 0 0.933438 0.933438 21.02272 7.5 14.75012 0.967045 7.2528
3 11 191 185 84 6 0 6 0.994522 0.994522 1 0.104528 0 0.989074 0.989074 8.477512 70 14.75012 0.967045 67.693
4 18 198 185 73 17 0 13 0.97437 0.956305 1 0.292372 0 0.931795 0.931795 21.28367 9 14.88059 0.966463 8.6982
5 35 215 185 85 5 0 30 0.866025 0.996195 1 0.087156 0 0.86273 0.86273 30.37551 11 25.82959 0.900094 9.901
6 28 208 185 70 20 0 23 0.920505 0.939693 1 0.34202 0 0.864992 0.864992 30.11825 44 30.24688 0.863863 38.01
7 32 212 185 68 22 0 27 0.891007 0.927184 1 0.374607 0 0.826127 0.826127 34.2971 10 32.20767 0.846122 8.4612
8 30 210 185 80 10 0 25 0.906308 0.984808 1 0.173648 0 0.892539 0.892539 26.80596 106 30.55153 0.861172 91.284
9 31 211 185 84 6 0 26 0.898794 0.994522 1 0.104528 0 0.89387 0.89387 26.6363 17 26.72113 0.893206 15.184
10 15 195 185 85 5 0 10 0.984808 0.996195 1 0.087156 0 0.98106 0.98106 11.16895 43 18.90263 0.946071 40.681
11 23 203 185 77 13 0 18 0.951057 0.97437 1 0.224951 0 0.926681 0.926681 22.07678 214 16.62287 0.958208 205.06
12 15 195 185 72 18 0 10 0.984808 0.951057 1 0.309017 0 0.936608 0.936608 20.51053 56 21.29366 0.931731 52.177
13 13 193 185 79 11 0 8 0.990268 0.981627 1 0.190809 0 0.972074 0.972074 13.57243 22 17.04148 0.956093 21.034
14 24 204 185 83 7 0 19 0.945519 0.992546 1 0.121869 0 0.938471 0.938471 20.20368 26 16.88805 0.956874 24.879
15 30 210 185 76 14 0 25 0.906308 0.970296 1 0.241922 0 0.879387 0.879387 28.43155 13 24.31761 0.911277 11.847
16 16 196 185 84 6 0 11 0.981627 0.994522 1 0.104528 0 0.97625 0.97625 12.51225 10 20.4719 0.936844 9.3684
17 25 205 185 78 12 0 20 0.939693 0.978148 1 0.207912 0 0.919158 0.919158 23.19669 16 17.85447 0.951838 15.229
18 33 213 185 67 23 0 28 0.882948 0.920505 1 0.390731 0 0.812758 0.812758 35.63377 10 29.41523 0.871083 8.7108
19 25 205 185 79 11 0 20 0.939693 0.981627 1 0.190809 0 0.922428 0.922428 22.71637 10 29.17507 0.873134 8.7313
20 27 207 185 78 12 0 22 0.927184 0.978148 1 0.207912 0 0.906923 0.906923 24.91651 4.5 23.81644 0.914844 4.1168
Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS1 34.122
94

 JS2
cos sin j d (i,i+1)
No αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (i,i+1) (cm)
1 162 342 185 69 21 0 157 -0.9205 0.93358 1 0.358368 0 -0.85937 0.859365 30.75461 - - - -
2 162 342 185 86 4 0 157 -0.9205 0.997564 1 0.069756 0 -0.91826 0.918263 23.32661 60 27.04061 0.890685 53.441
3 163 343 185 76 14 0 158 -0.92718 0.970296 1 0.241922 0 -0.89964 0.899643 25.88888 27 24.60775 0.90918 24.548
4 165 345 185 80 10 0 160 -0.93969 0.984808 1 0.173648 0 -0.92542 0.925417 22.26874 46.5 24.07881 0.912985 42.454
Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS2 40.148

3. Quarry B8
 JS1
cos sin j d (i,i+1)
No αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (i,i+1) (cm)
1 55 235 244 76 14 0 -9 0.987688 0.970296 1 0.241922 0 0.95835 0.95835 16.59454 - - - -
2 64 244 244 75 15 0 0 1 0.965926 1 0.258819 0 0.965926 0.965926 15 12 15.79727 0.962231 11.547
3 30 210 244 84 6 0 -34 0.829038 0.994522 1 0.104528 0 0.824496 0.824496 34.46257 96 24.73129 0.90828 87.195
4 35 215 244 83 7 0 -29 0.87462 0.992546 1 0.121869 0 0.8681 0.8681 29.76136 13 32.11197 0.847011 11.011
5 45 225 244 81 9 0 -19 0.945519 0.987688 1 0.156434 0 0.933878 0.933878 20.95242 17 25.35689 0.903658 15.362
6 35 215 244 80 10 0 -29 0.87462 0.984808 1 0.173648 0 0.861332 0.861332 30.5335 45 25.74296 0.900752 40.534
7 40 220 244 81 9 0 -24 0.913545 0.987688 1 0.156434 0 0.902298 0.902298 25.53818 21 28.03584 0.882654 18.536
8 43 223 244 82 8 0 -21 0.93358 0.990268 1 0.139173 0 0.924495 0.924495 22.40769 52 23.97294 0.913737 47.514
9 30 210 244 83 7 0 -34 0.829038 0.992546 1 0.121869 0 0.822858 0.822858 34.62807 11 28.51788 0.878668 9.6653
10 46 226 244 72 18 0 -18 0.951057 0.951057 1 0.309017 0 0.904508 0.904508 25.24283 82 29.93545 0.866588 71.06
11 58 238 244 65 25 0 -6 0.994522 0.906308 1 0.422618 0 0.901343 0.901343 25.66484 14 25.45384 0.902932 12.641
12 54 234 244 80 10 0 -10 0.984808 0.984808 1 0.173648 0 0.969846 0.969846 14.10604 99 19.88544 0.940375 93.097
13 51 231 244 76 14 0 -13 0.97437 0.970296 1 0.241922 0 0.945427 0.945427 19.01609 84 16.56107 0.958516 80.515
14 43 223 244 79 11 0 -21 0.93358 0.981627 1 0.190809 0 0.916428 0.916428 23.59067 15 21.30338 0.93167 13.975
15 42 222 244 81 9 0 -22 0.927184 0.987688 1 0.156434 0 0.915769 0.915769 23.68487 6 23.63777 0.916099 5.4966
16 46 226 244 82 8 0 -18 0.951057 0.990268 1 0.139173 0 0.941801 0.941801 19.64377 7 21.66432 0.929363 6.5055
Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS1 34.977
95

 JS2
cos sin j d (i,i+1)
No αd αn αs βd βn βs αn-αs cos (αn-αs) cos βn sin βn cos θ ABS (cos θ) θ θi+ θ(i+ 1) / 2 cos (θi+ θ(i+ 1) / 2)
βs βs (i,i+1) (cm)
1 218 38 244 83 7 0 -206 -0.89879 0.992546 1 0.121869 0 -0.89209 0.892095 26.86236 - - - -
2 210 30 244 85 5 0 -214 -0.82904 0.996195 1 0.087156 0 -0.82588 0.825883 34.3219 30 30.59213 0.860812 25.824
3 230 50 244 84 6 0 -194 -0.9703 0.994522 1 0.104528 0 -0.96498 0.96498 15.2079 35 24.7649 0.908034 31.781
4 226 46 244 85 5 0 -198 -0.95106 0.996195 1 0.087156 0 -0.94744 0.947437 18.65936 211 16.93363 0.956643 201.85
5 225 45 244 73 17 0 -199 -0.94552 0.956305 1 0.292372 0 -0.9042 0.904204 25.28372 9 21.97154 0.92737 8.3463
6 239 59 244 85 5 0 -185 -0.99619 0.996195 1 0.087156 0 -0.9924 0.992404 7.066574 18 16.17515 0.960415 17.287
7 235 55 244 60 30 0 -189 -0.98769 0.866025 1 0.5 0 -0.85536 0.855363 31.20012 61 19.13335 0.944758 57.63
8 212 32 244 78 12 0 -212 -0.84805 0.978148 1 0.207912 0 -0.82952 0.829516 33.95093 11 32.57552 0.842682 9.2695
9 234 54 244 79 11 0 -190 -0.98481 0.981627 1 0.190809 0 -0.96671 0.966714 14.8245 10 24.38771 0.910772 9.1077
10 220 40 244 65 25 0 -204 -0.91355 0.906308 1 0.422618 0 -0.82795 0.827953 34.11093 21 24.46772 0.910195 19.114
11 219 39 244 84 6 0 -205 -0.90631 0.994522 1 0.104528 0 -0.90134 0.901343 25.66484 68 29.88789 0.867002 58.956
12 224 44 244 76 14 0 -200 -0.93969 0.970296 1 0.241922 0 -0.91178 0.91178 24.24753 19 24.95619 0.906631 17.226
13 230 50 244 72 18 0 -194 -0.9703 0.951057 1 0.309017 0 -0.92281 0.922806 22.66018 79 23.45386 0.917381 72.473
14 230 50 244 85 5 0 -194 -0.9703 0.996195 1 0.087156 0 -0.9666 0.966603 14.84925 102 18.75471 0.946904 96.584
Jarak Spasi Rata – Rata Bidang JS2 48.112
96

LAMPIRAN D
PERHITUNGAN ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD)

RQD = 100e -0.1λ. (0.1λ + 1)

Quarry λ RQD
B5 1,82 kekar / meter 98,54 %
B6 2,70 kekar / meter 96,96 %
B8 2,44 kekar / meter 97,53 %
Keterangan:
λ = Frekuensi kekar per meter
RQD = Rock Quality Designation

1. Quarry B5

λ=

= = 1,82 kekar / meter

-0,1λ
RQD = 100e . (0,1λ + 1)
-0,1(1,82)
RQD = 100e x (0,1(1,82) + 1)
RQD = 98,54 %

2. Quarry B6

λ=

= = 2,70 kekar / meter

-0,1λ
RQD = 100e . (0,1λ + 1)
-0,1(2,70)
RQD = 100e x (0,1(2,70) + 1)
RQD = 96,96 %
97

3. Quarry B8

λ=

= = 2,44 kekar / meter

-0,1λ
RQD = 100e . (0,1λ + 1)
-0,1(2,44)
RQD = 100e x (0,1(2,44) + 1)
RQD = 97,53 %
98

LAMPIRAN E
KONDISI BIDANG KEKAR

1. Quarry B5

Kondisi Kekar
Bidang No Strike (N…OE) Dip (...O)
Kemenerusan (cm) Lebar bukaan (cm) Kekasaran Pengisi celah Pelapukan
1 81 84 96 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
2 73 83 130 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
3 71 75 114 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
4 64 80 86 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
5 64 76 74 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
6 71 82 150 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
JS1
7 70 74 125 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
8 77 81 82 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
9 71 80 99 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
10 71 82 88 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
11 81 80 90 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
12 68 80 87 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
1 265 83 117 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
2 253 80 83 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
3 264 81 109 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
4 252 81 126 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
5 261 84 120 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
6 268 78 109 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
7 260 83 139 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
JS2
8 247 83 80 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
9 255 81 76 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
10 258 70 111 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
11 264 85 124 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
12 274 80 126 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
13 272 83 105 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
14 271 84 104 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
99

2. Quarry B6

Kondisi Kekar
Bidang No Strike (N…oE) Dip (...O)
Kemenerusan (cm) Lebar bukaan (cm) Kekasaran Pengisi celah Pelapukan
1 281 84 140 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
2 276 69 120 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
3 281 84 310 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
4 288 73 114 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
5 305 85 107 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
6 298 70 98 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
7 302 68 56 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
8 300 80 160 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
9 301 84 178 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
10 285 85 78 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
JS 1
11 293 77 166 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
12 285 72 220 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
13 283 79 150 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
14 294 83 40 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
15 300 76 55 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
16 286 84 167 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
17 295 78 85 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
18 303 67 35 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
19 295 79 45 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
20 297 78 30 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
1 72 69 150 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
2 72 86 66 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
JS 2
3 73 76 68 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
4 75 80 118 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
100

3. Quarry B8

Kondisi Kekar
Bidang No Strike (N…oE) Dip (...O)
Kemenerusan (cm) Lebar bukaan (cm) Kekasaran Pengisi celah Pelapukan
1 325 76 160 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
2 334 75 168 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
3 300 84 94 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
4 305 83 105 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
5 315 81 192 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
6 305 80 168 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
7 310 81 275 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
8 313 82 99 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
JS 1
9 300 83 79 0.1 Kasar none Sedikit lapuk
10 316 72 170 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
11 328 65 114 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
12 324 80 168 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
13 321 76 90 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
14 313 79 140 0.7 Kasar none Sedikit lapuk
15 312 81 130 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
16 316 82 165 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
1 128 83 162 0.6 Kasar none Sedikit lapuk
2 120 85 85 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
3 140 84 64 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
4 136 85 160 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
5 135 73 193 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
6 149 85 280 0.3 Kasar none Sedikit lapuk
7 145 60 95 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
JS 2
8 122 78 65 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
9 144 79 180 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
10 130 65 132 0.4 Kasar none Sedikit lapuk
11 129 84 330 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
12 134 76 85 0.2 Kasar none Sedikit lapuk
13 140 72 300 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
14 140 85 305 0.5 Kasar none Sedikit lapuk
101

LAMPIRAN F
PERHITUNGAN ROCK MASS RATING (RMR)

RMR = A + B + C + D + E

Keterangan :
A = Nilai Rating Kuat Tekan Point Load Test
B = Nilai Rating Spasi Kekar
C = Nilai Rating RQD
D = Nilai Rating Kondisi Kekar
E = Nilai Rating Kondisi Air Tanah

1. Quarry B5

Parameter Nilai / Kondisi Bobot


Kuat Tekan Batuan 1,19 Mpa 4
Spasi Kekar 550,06 mm 10
RQD 98,54 % 20
Kemenerusan kekar 1 - 3 m, bukaan kekar 1 - 5 mm,
Kondisi Kekar permukaan kasar, tidak ada material pengisi, dan 21
sedikit lapuk
Kondisi Air Tanah Kering 15
Nilai RMR 70
Kelas Massa Batuan II (Baik)

2. Quarry B6

Parameter Nilai / Kondisi Bobot


Kuat Tekan Batuan 2,23 Mpa 7
Spasi Kekar 371,3 mm 10
RQD 96,96 % 20
Kemenerusan kekar 1 - 3 m, bukaan kekar 1 - 5 mm,
Kondisi Kekar permukaan kasar, tidak ada material pengisi, dan 21
sedikit lapuk
Kondisi Air Tanah Kering 15
Nilai RMR 73
Kelas Massa Batuan II (Baik)
102

3. Quarry B8

Parameter Nilai / Kondisi Bobot


Kuat Tekan Batuan 2,99 Mpa 7
Spasi Kekar 415,4 mm 10
RQD 97,53 % 20
Kemenerusan kekar 1 – 3 m, bukaan kekar 1 - 5 mm,
Kondisi Kekar permukaan kasar, tidak ada material pengisi, dan 21
sedikit lapuk
Kondisi Air Tanah Kering 15
Nilai RMR 73
Kelas Massa Batuan II (Baik)
103

LAMPIRAN G
PEMBOBOTAN NILAI ROCK MASS RATING (RMR)

1. Quarry B5 Utara

a. Nilai Kuat Tekan

DESKRIPSI KUALITATIF UCS ( Mpa ) PLI ( Mpa ) RATING


>250
Sangat Kuat Sekali ( exceptionally Strong ) >10 15

Sangat Kuat ( Very Strong ) 100-250 4-10 12


Kuat ( Strong ) 50-100 2-4 7
Sedang ( Average ) 25-50 1-2 4
Lemah ( Weak ) 5-25 2
Penggunaan UCS
Sangat lemah ( Very weak ) 1-5 1
lebih di lanjutkan
Sangat lemah Sekali ( Extremelly Weak ) <1 0

b. Rock Quality Designation ( RQD )

RQD (%) KUALITAS BATUAN RATING


<25 Sangat Jelek ( very poor ) 3
25-50 Jelek ( poor ) 8
50-75 Sedang ( fair ) 13
75-90 Baik ( Good ) 17
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 20

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

DESKRIPSI SPASI KEKAR ( m ) RATING


Sangat Lebar ( very wide ) >2 20
Lebar ( wide ) 0,6-2 15
Sedang ( moderate ) 0,2-0,6 10
Rapat ( Close ) 0,006-0,2 8
Sangat Rapat ( Very Close ) <0,006 5
104

d. Nilai Kondisi Kekar

PARAMETER RATING

Panjang kekar <1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 m >20 m


Persistence Contiunity 6 4 2 1 0
Jarak Antar permukaan >5 mm
Tidak ada <0,1 mm 0,1-1,0 mm 1-5 mm
kekar
( Separature/aperture) 6 5 4 1 0

Kekasaran Kekar Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slicken Sided
( Roughnes ) 6 5 3 1 0
Keras Lunak
Material Pengisi Tidak ada
<5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
( Infilling/gouge )
6 4 2 2 0

Kelapukan Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat Lapuk Hancur


( Weathering ) 6 5 3 1 0

e. Nilai Kondisi Air Tanah


Kering Terdapat Terdapat
Kondisi Umum ( Completely Dry Lembab Basah tetesan air Aliran air
) ( Dripping ) ( Flowing )
Debit air tiap 10 m
Panjang terowongan <10 10-25 25-125 >125
Tidak ada
( liter/menit )
Tekanan Air pada
kekar / tegangan 0 <0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 >0,5
prinsipal mayor
Rating 15 10 7 4 0

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B5

Utara

PROFIL MASA BATUAN DESKRIPSI


Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas masa Batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi >40 kPa 30-40 kPa 20-30 kPa 10-20 kPa <10 kPa
105

Sudut Geser Dalam >45o 35O-45o 25o-35o 15o-25o <15o

2. Quarry B6 Tengah

a. Nilai Kuat Tekan Batuan

DESKRIPSI KUALITATIF UCS ( Mpa ) PLI ( Mpa ) RATING


>250
Sangat Kuat Sekali ( exceptionally Strong ) >10 15

Sangat Kuat ( Very Strong ) 100-250 4-10 12


Kuat ( Strong ) 50-100 2-4 7
Sedang ( Average ) 25-50 1-2 4
Lemah ( Weak ) 5-25 2
Penggunaan UCS
Sangat lemah ( Very weak ) 1-5 1
lebih di lanjutkan
Sangat lemah Sekali ( Extremelly Weak ) <1 0

b. Nilai RQD ( Rock Quality Designation )

RQD (%) KUALITAS BATUAN RATING


<25 Sangat Jelek ( very poor ) 3
25-50 Jelek ( poor ) 8
50-75 Sedang ( fair ) 13
75-90 Baik ( Good ) 17
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 20

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

DESKRIPSI SPASI KEKAR ( m ) RATING


Sangat Lebar ( very wide ) >2 20
Lebar ( wide ) 0,6-2 15
Sedang ( moderate ) 0,2-0,6 10
Rapat ( Close ) 0,006-0,2 8
Sangat Rapat ( Very Close ) <0,006 5
106

d. Nilai Kondisi Kekar

PARAMETER RATING

Panjang kekar <1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 m >20 m


Persistence Contiunity 6 4 2 1 0
Jarak Antar permukaan >5 mm
Tidak ada <0,1 mm 0,1-1,0 mm 1-5 mm
kekar
( Separature/aperture) 6 5 4 1 0

Kekasaran Kekar Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slicken Sided
( Roughnes ) 6 5 3 1 0
Keras Lunak
Material Pengisi Tidak ada
<5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
( Infilling/gouge )
6 4 2 2 0

Kelapukan Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat Lapuk Hancur


( Weathering ) 6 5 3 1 0

e. Nilai Kondisi Air Tanah


Kering Terdapat Terdapat
Kondisi Umum ( Completely Dry Lembab Basah tetesan air Aliran air
) ( Dripping ) ( Flowing )
Debit air tiap 10 m
Panjang terowongan <10 10-25 25-125 >125
Tidak ada
( liter/menit )
Tekanan Air pada
kekar / tegangan 0 <0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 >0,5
prinsipal mayor
Rating 15 10 7 4 0

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B6

Tengah

PROFIL MASA BATUAN DESKRIPSI


Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas masa Batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi >40 kPa 30-40 kPa 20-30 kPa 10-20 kPa <10 kPa
o O o o o o o
Sudut Geser Dalam >45 35 -45 25 -35 15 -25 <15o
107

3. Quarry B8 Selatan

a. Nilai Kuat Tekan Batuan

DESKRIPSI KUALITATIF UCS ( Mpa ) PLI ( Mpa ) RATING


>250
Sangat Kuat Sekali ( exceptionally Strong ) >10 15

Sangat Kuat ( Very Strong ) 100-250 4-10 12


Kuat ( Strong ) 50-100 2-4 7
Sedang ( Average ) 25-50 1-2 4
Lemah ( Weak ) 5-25 2
Penggunaan UCS
Sangat lemah ( Very weak ) 1-5 1
lebih di lanjutkan
Sangat lemah Sekali ( Extremelly Weak ) <1 0

b. Nilai RQD (Rock QualityDesignation )

RQD (%) KUALITAS BATUAN RATING


<25 Sangat Jelek ( very poor ) 3
25-50 Jelek ( poor ) 8
50-75 Sedang ( fair ) 13
75-90 Baik ( Good ) 17
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 20

c. Jarak Antar Kekar ( Spasi )

DESKRIPSI SPASI KEKAR ( m ) RATING


Sangat Lebar ( very wide ) >2 20
Lebar ( wide ) 0,6-2 15
Sedang ( moderate ) 0,2-0,6 10
Rapat ( Close ) 0,006-0,2 8
Sangat Rapat ( Very Close ) <0,006 5
108

d. Nilai Kondisi Kekar

PARAMETER RATING

Panjang kekar <1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 m >20 m


Persistence Contiunity 6 4 2 1 0
Jarak Antar permukaan >5 mm
Tidak ada <0,1 mm 0,1-1,0 mm 1-5 mm
kekar
( Separature/aperture) 6 5 4 1 0

Kekasaran Kekar Sangat kasar Kasar Sedikit kasar Halus Slicken Sided
( Roughnes ) 6 5 3 1 0
Keras Lunak
Material Pengisi Tidak ada
<5 mm >5 mm <5 mm >5 mm
( Infilling/gouge )
6 4 2 2 0

Kelapukan Tidak lapuk Sedikit lapuk Lapuk Sangat Lapuk Hancur


( Weathering ) 6 5 3 1 0

e. Nilai Kondisi Air Tanah


Kering Terdapat Terdapat
Kondisi Umum ( Completely Dry Lembab Basah tetesan air Aliran air
) ( Dripping ) ( Flowing )
Debit air tiap 10 m
Panjang terowongan <10 10-25 25-125 >125
Tidak ada
( liter/menit )
Tekanan Air pada
kekar / tegangan 0 <0,1 0,1-0,2 0,1-0,2 >0,5
prinsipal mayor
Rating 15 10 7 4 0

f. Kalkulasi dan Pembobotan Nilai Kelas Massa Batuan pada Quarry B8

Selatan

PROFIL MASA BATUAN DESKRIPSI


Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas masa Batuan Sangat baik Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
Kohesi >40 kPa 30-40 kPa 20-30 kPa 10-20 kPa <10 kPa
o O o o o o o
Sudut Geser Dalam >45 35 -45 25 -35 15 -25 <15o
109

LAMPIRAN H
PEMBOBOTAN NILAI SMR ( F1,F2,F3, dan F4 )
DAN MASSA JENJANG

1. Quarry B5 Utara

Tip e Formula Diskontinuitas Sangat baik Baik Biasa Tidak baik Sangat tidak
baik

Lb= (αj - αs )
Lg= (αj - αs )-
Derajat > 30˚ 30 - 20˚ 20 - 10˚ 10 -5˚ < 5˚
F1 180
Lb = Lg Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
Lb = βj Derajat < 20 ˚ 20 - 30 ˚ 30 - 35 ˚ 35 5- 45 ˚ >45 ˚
Lb Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
F2 Lg Bobot 1 1 1 51 1
Lb= βj – βs Derajat 10 ˚ 10 - 0 ˚ 0˚ 0 - 10 ˚ < -10 ˚
Lg= βj – βs Derajat <110 ˚ 110 - 120 ˚ > 120 ˚ - -
F3 Lb = Lg Bobot 0 -6 -25 - -60
Lb = l ongs ora n bi da ng αs = 50
Strike lereng
Keterangan : Lg = l ongs ora n gul i ng βs = Di p l e re n g
αj = Stri ke d i s kon ti n u i ta s βj = Dip diskontinuitas

Natual Smoth Blasting or Deficient


Slope Presspliting Blasting mechanical
M etode blasting
F4 15 Presp
10iliting Smooth
8 0 -8

Klasifikasi V IV III II I

Bobot masa jenjang ( SMR ) 0-20 20-40 40-60 60-80 >80

Deskripsi Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kestabilan Lereng/Jenjang Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kemungkinan Bentuk Bidang seperti keruntuhan Bidang atau baji Di kotnrol oleh

Lonngsoran material lepas Besar adanya kekar Berupa block

atau baji kecil


110

2. Quarry B8 selatan

Tip e Formula Diskontinuitas Sangat baik Baik Biasa Tidak baik Sangat tidak
baik

Lb= (αj - αs )
Lg= (αj - αs )-
Derajat > 30˚ 30 - 20˚ 20 - 10˚ 10 -5˚ < 5˚
F1 180
Lb = Lg Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
Lb = βj Derajat < 20 ˚ 20 - 30 ˚ 30 - 35 ˚ 35 5- 45 ˚ >45 ˚
Lb Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
F2 Lg Bobot 1 1 1 51 1
Lb= βj – βs Derajat 10 ˚ 10 - 0 ˚ 0˚ 0 - 10 ˚ < -10 ˚
Lg= βj – βs Derajat <110 ˚ 110 - 120 ˚ > 120 ˚ - -
F3 Lb = Lg Bobot 0 -6 -25 - -60
Lb = l ongs ora n bi da ng αs = 50
Strike lereng
Keterangan : Lg = l ongs ora n gul i ng βs = Di p l e re n g
αj = Stri ke d i s kon ti n u i ta s βj = Dip diskontinuitas

Natual Smoth Blasting or Deficient


Slope Presspliting Blasting mechanical
M etode blasting
F4 15 Presp
10iliting Smooth
8 0 -8

Klasifikasi V IV III II I

Bobot masa jenjang ( SMR ) 0-20 20-40 40-60 60-80 >80

Deskripsi Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kestabilan Lereng/Jenjang Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kemungkinan Bentuk Bidang seperti keruntuhan Bidang atau baji Di kotnrol oleh

Lonngsoran material lepas Besar adanya kekar Berupa block

atau baji kecil


111

3. Quarry B8 Selatan

Tip e Formula Diskontinuitas Sangat baik Baik Biasa Tidak baik Sangat tidak
baik

Lb= (αj - αs )
Lg= (αj - αs )-
Derajat > 30˚ 30 - 20˚ 20 - 10˚ 10 -5˚ < 5˚
F1 180
Lb = Lg Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
Lb = βj Derajat < 20 ˚ 20 - 30 ˚ 30 - 35 ˚ 35 5- 45 ˚ >45 ˚
Lb Bobot 0,15 0,40 0,70 0,8 1,00
F2 Lg Bobot 1 1 1 51 1
Lb= βj – βs Derajat 10 ˚ 10 - 0 ˚ 0˚ 0 - 10 ˚ < -10 ˚
Lg= βj – βs Derajat <110 ˚ 110 - 120 ˚ > 120 ˚ - -
F3 Lb = Lg Bobot 0 -6 -25 - -60
Lb = l ongs ora n bi da ng αs =50Strike lereng
Keterangan : Lg = l ongs ora n gul i ng βs = Di p l e re n g
αj = Stri ke d i s kon ti n u i ta s βj = Dip diskontinuitas

Natual Smoth Blasting or Deficient


Slope Presspliting Blasting mechanical
M etode blasting
F4 15 Presp
10iliting Smooth
8 0 -8

Klasifikasi V IV III II I

Bobot masa jenjang ( SMR ) 0-20 20-40 40-60 60-80 >80

Deskripsi Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kestabilan Lereng/Jenjang Sangat tidak stabil Tidak stabil Sedang Stabil Sangat stabil

Kemungkinan Bentuk Bidang seperti keruntuhan Bidang atau baji Di kotnrol oleh

Lonngsoran material lepas Besar adanya kekar Berupa block

atau baji kecil


112

LAMPIRAN I
PERHITUNGAN SLOPE MASS RATING (SMR)

SMR = RMR + ( F1 . F2 . F3 ) + F4

Tipe Longsoran Guling (Toppling Failure)

T T T Kestabilan
Quarry Set αj αs βj βs (αj – αs) - 180 F1 βj F2
βj + βs
F3 F1 . F2 . F3 F4 RMR SMR
Lereng
JS1 161 255 79 56 86 0,15 79 1 135 -25 -3,75 0 70 66,25 Stabil
B5
JS2 356 255 82 56 79 0,15 82 1 138 -25 -3,75 0 70 66,25 Stabil

JS1 19 275 78 53 76 0,15 78 1 131 -25 -3,75 0 73 69,25 Stabil


B6
JS2 164 275 74 53 69 0,15 74 1 127 -25 -3,75 0 73 69,25 Stabil

Tipe Longsoran Baji (Wedge Failure)

W W W Kestabilan
Quarry Set αi αs βi βs αi - αs F1 βi F2 βi - βs F3 F1 . F2 . F3 F4 RMR SMR
Lereng
JS1 dan
B8 JS2
312 334 25 55 22 0,4 25 0,4 -30 -60 -9,60 0 73 63,40 Stabil
113
114
115
116
1

Anda mungkin juga menyukai