PKM KALEKE Lapmen-HT IRMA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MANAJEMEN MEI 2018

Puskesmas Kaleke

MANAJEMEN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

Nama : IRMAYANTI
Stambuk : N 111 16 003
Pembimbing: dr. MIRANTI UMAR,M.KES
dr. RIKA APRIANTI

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan pevelensi PTM
menjadi akibat gaya hidup tidak sehat, yang di pacu oleh urbanisasi,
modernisasi dan globalisasi. Bertabahnya usia harapan hidup sejalan dengan
perbaikan sosio-ekonomi dan pelayanan kesehatan , membawa konsekuensi
peningkatan penyakit degeneratif. [1]

Menurut catatan badan kesehatan dunia World Health Organization


(WHO) satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga di
antaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkattajam, dipredisikan pada tahun
2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, [2]

Hasil riset kesehatan dasar (Rikesdes) 2007 menunjukkan, kematian


akibat Stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di
perdesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya Stroke)
menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup
tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%),
dan cedera (7,5%). Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap
tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah
penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah,
seperti:Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah
[3]
Jantung, Hipertensi dan Stroke.

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.


Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global,

1
dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di
negara maju.Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan
tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau
penggunaan obat jangka panjang. [4]

Dalam populasi, risiko menjadi hipertensi bagi seorang individu


dengan riwayat hipertensi keluarga diperkirakan bisa sampai empat kali lebih
tinggi dari rata-rata [3]

Di kota palu, angka kejadian hipertensi masuk dalam 10 besar


penyakit tidak menular dengan penderta terbanyak. Pada tahun 2014 tercatat
sebanyak 8.361 penderita hipertensi. Kemudian kembali naik pada tahun
2015 dengan 8.397 penderita hipertensi dan angka tersebut naik secara
signifikan menjadi 8.752 penderita.[5,6]

Gambaran kejadian Hipertensi di Pusekesmas Kaleke sampai saat ini


masih cukup tinggi dalam kasus penyakit tidak menular (PTM). Hal ini yang
menjadi dasar mengapa penulis ingin membahas tentang manajemen
hipertensi di puskesmas Kaleke.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;


1. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai evaluasi manajemen hipertensi di Puskesmas Kaleke

2
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1.Gambaran Umum UPTD Urusan Puskesmas Kaleke


1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kaleke merupakan puskesmas yang berada di
kabupaten sigi kecamatan Dolo Barat. Secara geografis berada dari 63 %
dataran, 27,2 % Perbukitan, 9.2 % Pegunungan. Oleh karena keadaan
geografis wilayah kerja tersebut diatas maka ada beberapa desa maupun
dusun 10,5 % yang wilayahnya sulit dijangkau dengan kendaraan
bermotor sehinga hanya dicapai dengan berjalan kaki. Puskesmas kaleke
merupakan wilayah kecamatan Dolo Barat dengan luas wilayah kerjanya
kurang lebih 70,07 KM yang secara administratif pemerintah terdiri dari
10 Desa dan 34 Dusun.5

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kaleke sebagai berikut:


- Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Marawola
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Baluase
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dolo
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan kecamatan Rio Pakava
2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan Data BPS di Kecamatan Dolo Barat Tahun 2016
tercatat 12.884 jiwa dari jumlah laki—laki 6503 jiwa dan jumlah
perempuan 6381 jiwa, dengan rasio antara jumlah laki-laki dengan jumlah
perempuan 101.91 yang berarti jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah
penduduk Perempuan. Jumlah penduduk yang terbanyak desa Kaleke
dengan jumlah penduduk 2366 jiwa dan yang paling sedikit adalah Desa
Kalukutinggu dengan jumlah penduduk 483 jiwa. Penduduk Dola barat
mayoritas adalah Kaili dan beragama Islam.5

3
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, apabila dikelola
dengan baik akan menghasilkan SDM yang potensial dan produktif yang
akan berperan dalam pelaksanaan pembangunan di masa yang akan
datang.
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
hipertensi yang akan dibahas antara lain :
1. Menentukan Prioritas Masalah
2. Menentukan Akar Penyebab Masalah
3. Menentukan Alternatif Masalah

2.2 Hipertensi
A. Definisi

Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi


adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ~140 mm
Hg (tekanan sistolik) dan/ atau ~90 mmHg (tekanan diastolik) ( Joint
National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment
of High Pressure VII,2003).4
Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase darah yang
dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan
fase darah kembali ke dalam jantung.4

B. Klasifikasi Hipertensi

4
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi.
kemudian pada tahun 2017 American Heart Association membuat
klasifikasi terbaru. berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini4

C. Epidemiologi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah,


yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya,
terjadi pada manusia yang setengah umur (Iebih dari 40 tahun). Namun
banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal
ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo
dalam penelitiannya menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk
dewasa adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di seluruh
dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya dan muda,
hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada
golongan umum 55 -64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita
sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, penderita hipertensi wanita
lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa
tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa
penurunan tekanan darah dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.4

D. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari


penyakit hipertensi yang ditangani secara baik dibedakan menjadi 2
kelompok , yaitu :4

5
a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin
dan genetik. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,
dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi
terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia
lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%.
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.
Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada

6
hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi
faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua
orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka
sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

b) Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku


tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah
serat, kurang aktifitas gerak, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi
alkohol, Hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam
berlebih, sangat erat berhubungan dengan hipertensi.

1. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang


dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi.
Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang

7
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33%
memiliki berat badan lebih (overweight). Penentuan obesitas pada orang
dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal, pengukuran
persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT.

2. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa


marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress
adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber
daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang
(Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih besar pada individu
yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi (Pinzon,
1999). Dalam penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa
bagi wanita berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti
keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan,

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang


dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses
artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan
kaitan erat tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala

8
ansietas dankemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut
berhubungan dengan pening-katan tekanan darah dan manifestasi klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium
animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stress merupakan
faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan darah
tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara
kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena
pengelolaan stress dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah
kontroversial.

3. Merokok

Ada keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adanya


artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke
otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.

4. Olah Raga

Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan


darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang
tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun.

5. Konsumsi Alkohol Berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah


dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan
tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol

9
sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti
Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihanberpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi
sekunder di kelompok usia ini.

6. Konsumsi Garam Berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi
garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah,
sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan
darah rata-rata lebih tinggi.
7. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL dan/atau
penurunan kadar kolesterol HOL dalam darah. Kolesterol merupakan
faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.2

10
E. Identifikasi Tanda Dan Gejala Hipertensi

Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara


lain: 6
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit didada
7. Mudah lelah, dan lain-lain.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai sebagai berikut
1) Gangguan Penglihatan 2) Gangguan Saraf 3) Gangguan jantung 4)
Gangguan Fungsi Ginjal 5) Gangguan Serebral ( otak ) yang
mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. 6

Metode Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh


Indeks massa tubuh (IMT) adalah hasil pembagian berat badan
dalam kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter ( BB kg / TB 2
m ). Kriteria pengelompokan Indeks massa tubuh ( IMT )

Kurang : < 18,5

Normal : 18,25 -24,9

Lebih 25 -27

Obesitas : > 27

2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan menggunakan


alat tensi meter yang dipasang 1dihubungkan pada lengan pasien dalam

11
keadaan duduk bersandar, berdiri atau tiduran. Tekanan darah diukur
dalam posisi duduk atau berdiri, penurunan lengan dari posisi hampir
mendatar ( setinggi jantung ) ke posisi hampir vertikal dapat
menghasilkan kenaikan pembacaan dari kedua tekanan darah sistolik dan
diastolik. 4
Untuk mencegah penyimpangan baCaan sebaiknya pemeriksaan
tekanan darah dapat dilakukan setelah orang yang akan diperiksa
beristirahat 5 menit. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran
selang waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri. Ukuran manset
dapat mempengaruhi hasil. 4
Sebaiknya lebar manset 2/3 kali panjang lengan atas. Manset
sedikitnya harus dapat melingkari 2/31engan dan bagian bawahnya harus
2 em di atas daerah lipatan lengan atas untuk meneegah kontak dengan
stetoskop. 4
Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(Korotkoff I ), sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak
terdengar lagi ( Korotkoff V ).4
F. Tatalaksana Hipertensi

12
BAB III
PEMBAHASAN

Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular


didasari oleh kerangka dasar bloom, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan
Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang
mempunyai faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes
militus, penyumbatan saluran napas kronis.3
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
PTM untuk menurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan
memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen
kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :4
a) Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat
maupun Propinsi dan Kabupaten.
b) Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu :
rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
c) Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah
terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko
penyakit hipertensi yang berbasis komunitas, upaya-upaya kesehatan perlu
dilaksanakan melalui pola-pola struktur organisasi. Adapun peran puskesmas
dalam pengendalian hipertensi :4
a. Melakukan deteksi dini terhadap penyakit hipertensi dan faktor risiko
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan hipertensi dan faktor risiko
c. Melakukan penyuluhan
d. Melakukan pengobatan
e. Melakukan faktor rujukan

13
Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:2
a) Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku
berisiko,
b) Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya
c) menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP
dan ditangani sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti :2
a. Obesitas
b. Tensi darah tinggi
c. Gula darah tinggi
d. Gangguan Penglihatan
e. Gangguan Pendengaran
f. Serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
Dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala
setiap 6 bulan sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM
pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan diharapkan
minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk usia 15
tahun keatas di wilayah tersebut.2

1. Input
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab atas
terlaksananya program PTM khususnya dalam hal hipertensi. Saat ini, SDM
yang bertanggung jawab atas program PTM di Puskesmas Kaleke sudah baik,
yakni berjumlah 4 orang yang terdiri atas 1 orang penanggung jawab program
dan 3 orang pelaksana.
Money
Program ini tidak mengalami kendala dalam proses pendanaan. Dana
didapatkan dari BOK.

14
Method
Program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kaleke dikelola oleh
seorang penanggungjawab yang bekerjasama dengan dokter-dokter yang ada
di puskesmas Kaleke. Adapun program kerja yang dilakukan di Puskesmas
Kaleke terkait dengan penanggulangan hipertensi antara lain:
1. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Kaleke dilaksanakan secara aktif dan
pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas
kemauan sendiri atau saran orang lain dan dicurigai sebagai penderita
hipertensi. Dan secara aktif pasien ditemukan pada saat dilakukannya
posbindu.
2. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas Kaleke berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang berobat ke poliklinik.
Yaitu dengan cara mengukur tekanan darah menggunakan alat
spygmomanometer. Jika didapatkan tekanan darah menurut pedoman JNC
VII yakni tekanan darah sistol dan diastol 121-139 mmHg dan 81-89
mmHg di katakan pre hipertesni , untuk tekanan darah sistol dan diastol
140-159 mmHg dan 90-99 mmHg di katakan hipertensi stage 1 dan untuk
tekanan darah sistol dan diastol > 160 mmHg dan > 100 mmHg di katakan
hipertensi stage 2
3. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi maka
akan diterapi dengan pemberian obat penurun tekanan darah yang tersedia
di Puskesmas. Pasien diedukasi tentang jenis obat, waktu minum obat.
4. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang Hipertensi dilakukan pada saat
melakukan kegiatan kunjungan rumah pada posbindu. Salah satu bentuk
promosi kesehatan yaitu dengan membagikan pamflet tentang penyakit
Hipertensi dan menjelaskannya kepada masyarakat. Hal ini yang
seharusnya menjadi pondasi utama dalam membantu pencerdasan

15
mengenai Hipertensi tapi terkadang karena waktu datangnya warga saat
kegiatan yang kurang tepat waktu sehingga waktu untuk promkes sangat
kurang efektif. Sehingga dilakukan pendekatan promosi kesehatan secara
individu dengan memberikan edukasi dan konseling pada pasien
hipertensi.
Material
Tidak ada kendala dalam pengadaan alat dan bahan pada program PTM
khususnya hipertensi
Machine
Tidak ada kendala dalam akomodasi, kegiatan program menggunakan
kendaraan operasional puskesmas.

2. Proses
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan PTM.
Organizing
Pelaksanaan program dipipimpin langsung oleh kordinator manajemen
PTM dibantu oleh 3 orang staff, sehingga pelaksana program sudah baik dan
tidak ada kendala.

Actuating
Pengunjung datang secara langsung ke Puskesmas atau berdasarkan
rujukan Posbindu/Posyandu Lansia yang tentunya telah terdiagnosa
Hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan. Setelah dipuskesmas pasien
diperiksa kembali oleh dokter yang bertugas di Poli. Setelah dipastikan
pasien mengalami hipertensi, maka akan diberikan terapi untuk mengontrol
tekanan darah dan dilakukan konseling kepada pasien mengenai pola hidup
yang sehat.
Dalam pelaksanaannya, hanya sedikit masyarakat yang mau ke puskesmas
dan mendapat terapi rutin untuk mengontrol tekanan darahnya.

16
Controlling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin memeriksakan
tekanan darahnya di puskesmas maupun posyandu. Namun seiring dengan
perjalanan proses pemantauan tersebut, ada beberapa kendala yang
ditemukan yaitu kurangnya kesadaran pasien untuk memeriksakan tekanan
darahnya serta kurangnya kepatuhan dalam meminum obat serta belum
terbiasa untuk menjalankan pola hidup sehat

3. Output
Output yang diharapkan dari program Manajemen PTM khususnya
hipertensi yaitu menurunnya angka kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kaleke. Namun, berdasarkan laporan beberapa bulan terakhir terus
terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi. Hal ini diduga terjadi akibat
beberapa faktor seperti ketidakpatuhan pasien untuk minum obat serta
kurangnya kesadaran untuk menjalankan pola hidup yang sehat.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
1. Dalam menjalankan kegiatan program kerja penanggulangan hipertensi
di Puskesmas Kaleke hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Kaleke telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program
penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kaleke adalah kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur
hidupnya, dan tidak adanya kesadaran untuk menjalani pola hidup sehat
4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan untuk mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya berobat secara rutin
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai faktor resiko
hipertensi seperti penanggulangan masalah rokok, peningkatan gizi
seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan aktivitas fisik.
3. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
4. Dalam upaya pengendalian faktor risiko Hipertensi, perlu diadakannya
GERMAS sehingga masyarakat bisa lebih aktif berperan dalam
pengendalian hipertensi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksan Hipertensi Di


rektorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular , Republik Indonesia Jakarta
2. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penyelanggaraan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular Di Puskesmas
3. Kemenkes,2014. Pusat Data Dan Informasi , Jakarta Selatan
4. Muchid et al, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina
Farmasi Kemenkes. Jakarta.
5. Tim Penyusun. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Kaleke Tahun 2016. Dinas
Kesehatan Kota Palu.
6. Zades dkk, 2012Infuence Of Family Hypertension On Blood Pressure Serum
Cholestrol High Density Lipoprotein Cholestrol In General Population ,
Departemen Of Zoology, Rtm Nagpur Universuty Campus , India Vol 3/Issue
1/Jan – Mar 2012

19

Anda mungkin juga menyukai