PKM KALEKE Lapmen-HT IRMA
PKM KALEKE Lapmen-HT IRMA
PKM KALEKE Lapmen-HT IRMA
Puskesmas Kaleke
MANAJEMEN HIPERTENSI
DISUSUN OLEH:
Nama : IRMAYANTI
Stambuk : N 111 16 003
Pembimbing: dr. MIRANTI UMAR,M.KES
dr. RIKA APRIANTI
PENDAHULUAN
1
dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di
negara maju.Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan
jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat
terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan
tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau
penggunaan obat jangka panjang. [4]
1.2 Tujuan
2
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
3
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, apabila dikelola
dengan baik akan menghasilkan SDM yang potensial dan produktif yang
akan berperan dalam pelaksanaan pembangunan di masa yang akan
datang.
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
hipertensi yang akan dibahas antara lain :
1. Menentukan Prioritas Masalah
2. Menentukan Akar Penyebab Masalah
3. Menentukan Alternatif Masalah
2.2 Hipertensi
A. Definisi
B. Klasifikasi Hipertensi
4
Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi.
kemudian pada tahun 2017 American Heart Association membuat
klasifikasi terbaru. berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini4
C. Epidemiologi
D. Faktor Risiko
5
a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin
dan genetik. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,
dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi
terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia
lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%.
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.
Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada
6
hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi
faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang
menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua
orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka
sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
1. Kegemukan (obesitas)
7
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33%
memiliki berat badan lebih (overweight). Penentuan obesitas pada orang
dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal, pengukuran
persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT.
8
ansietas dankemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut
berhubungan dengan pening-katan tekanan darah dan manifestasi klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium
animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stress merupakan
faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan darah
tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara
kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena
pengelolaan stress dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah
kontroversial.
3. Merokok
4. Olah Raga
9
sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti
Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihanberpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi
sekunder di kelompok usia ini.
10
E. Identifikasi Tanda Dan Gejala Hipertensi
Metode Pemeriksaan
Lebih 25 -27
Obesitas : > 27
11
keadaan duduk bersandar, berdiri atau tiduran. Tekanan darah diukur
dalam posisi duduk atau berdiri, penurunan lengan dari posisi hampir
mendatar ( setinggi jantung ) ke posisi hampir vertikal dapat
menghasilkan kenaikan pembacaan dari kedua tekanan darah sistolik dan
diastolik. 4
Untuk mencegah penyimpangan baCaan sebaiknya pemeriksaan
tekanan darah dapat dilakukan setelah orang yang akan diperiksa
beristirahat 5 menit. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran
selang waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri. Ukuran manset
dapat mempengaruhi hasil. 4
Sebaiknya lebar manset 2/3 kali panjang lengan atas. Manset
sedikitnya harus dapat melingkari 2/31engan dan bagian bawahnya harus
2 em di atas daerah lipatan lengan atas untuk meneegah kontak dengan
stetoskop. 4
Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(Korotkoff I ), sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak
terdengar lagi ( Korotkoff V ).4
F. Tatalaksana Hipertensi
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU)
Fokus Pencegahan dan Pengendalian PTM diutamakan untuk:2
a) Menjaga agar masyarakat tetap sehat dan terhindar dari Faktor Perilaku
berisiko,
b) Mampu mengindentifikasi dan memodifikasi perilaku berisikonya
c) menemukan dini kasus-kasus berpotensi PTM agar dapat dirujuk ke FKTP
dan ditangani sesuai standar.
Penemuan dini faktor risiko biologis seperti :2
a. Obesitas
b. Tensi darah tinggi
c. Gula darah tinggi
d. Gangguan Penglihatan
e. Gangguan Pendengaran
f. Serta deteksi Dini kanker Serviks dan payudara
Dilakukan dengan pembudayaan Pemeriksaan Kesehatan secara berkala
setiap 6 bulan sekali atau minimal setahun sekali pada Posbindu PTM (Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM
pengembangannya berbasis wilayah, disetiap desa atau kelurahan diharapkan
minimal terdapat 1 Posbindu PTM untuk menjangkau seluruh Penduduk usia 15
tahun keatas di wilayah tersebut.2
1. Input
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab atas
terlaksananya program PTM khususnya dalam hal hipertensi. Saat ini, SDM
yang bertanggung jawab atas program PTM di Puskesmas Kaleke sudah baik,
yakni berjumlah 4 orang yang terdiri atas 1 orang penanggung jawab program
dan 3 orang pelaksana.
Money
Program ini tidak mengalami kendala dalam proses pendanaan. Dana
didapatkan dari BOK.
14
Method
Program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kaleke dikelola oleh
seorang penanggungjawab yang bekerjasama dengan dokter-dokter yang ada
di puskesmas Kaleke. Adapun program kerja yang dilakukan di Puskesmas
Kaleke terkait dengan penanggulangan hipertensi antara lain:
1. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Kaleke dilaksanakan secara aktif dan
pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas
kemauan sendiri atau saran orang lain dan dicurigai sebagai penderita
hipertensi. Dan secara aktif pasien ditemukan pada saat dilakukannya
posbindu.
2. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas Kaleke berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang berobat ke poliklinik.
Yaitu dengan cara mengukur tekanan darah menggunakan alat
spygmomanometer. Jika didapatkan tekanan darah menurut pedoman JNC
VII yakni tekanan darah sistol dan diastol 121-139 mmHg dan 81-89
mmHg di katakan pre hipertesni , untuk tekanan darah sistol dan diastol
140-159 mmHg dan 90-99 mmHg di katakan hipertensi stage 1 dan untuk
tekanan darah sistol dan diastol > 160 mmHg dan > 100 mmHg di katakan
hipertensi stage 2
3. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi maka
akan diterapi dengan pemberian obat penurun tekanan darah yang tersedia
di Puskesmas. Pasien diedukasi tentang jenis obat, waktu minum obat.
4. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang Hipertensi dilakukan pada saat
melakukan kegiatan kunjungan rumah pada posbindu. Salah satu bentuk
promosi kesehatan yaitu dengan membagikan pamflet tentang penyakit
Hipertensi dan menjelaskannya kepada masyarakat. Hal ini yang
seharusnya menjadi pondasi utama dalam membantu pencerdasan
15
mengenai Hipertensi tapi terkadang karena waktu datangnya warga saat
kegiatan yang kurang tepat waktu sehingga waktu untuk promkes sangat
kurang efektif. Sehingga dilakukan pendekatan promosi kesehatan secara
individu dengan memberikan edukasi dan konseling pada pasien
hipertensi.
Material
Tidak ada kendala dalam pengadaan alat dan bahan pada program PTM
khususnya hipertensi
Machine
Tidak ada kendala dalam akomodasi, kegiatan program menggunakan
kendaraan operasional puskesmas.
2. Proses
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan PTM.
Organizing
Pelaksanaan program dipipimpin langsung oleh kordinator manajemen
PTM dibantu oleh 3 orang staff, sehingga pelaksana program sudah baik dan
tidak ada kendala.
Actuating
Pengunjung datang secara langsung ke Puskesmas atau berdasarkan
rujukan Posbindu/Posyandu Lansia yang tentunya telah terdiagnosa
Hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan. Setelah dipuskesmas pasien
diperiksa kembali oleh dokter yang bertugas di Poli. Setelah dipastikan
pasien mengalami hipertensi, maka akan diberikan terapi untuk mengontrol
tekanan darah dan dilakukan konseling kepada pasien mengenai pola hidup
yang sehat.
Dalam pelaksanaannya, hanya sedikit masyarakat yang mau ke puskesmas
dan mendapat terapi rutin untuk mengontrol tekanan darahnya.
16
Controlling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin memeriksakan
tekanan darahnya di puskesmas maupun posyandu. Namun seiring dengan
perjalanan proses pemantauan tersebut, ada beberapa kendala yang
ditemukan yaitu kurangnya kesadaran pasien untuk memeriksakan tekanan
darahnya serta kurangnya kepatuhan dalam meminum obat serta belum
terbiasa untuk menjalankan pola hidup sehat
3. Output
Output yang diharapkan dari program Manajemen PTM khususnya
hipertensi yaitu menurunnya angka kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kaleke. Namun, berdasarkan laporan beberapa bulan terakhir terus
terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi. Hal ini diduga terjadi akibat
beberapa faktor seperti ketidakpatuhan pasien untuk minum obat serta
kurangnya kesadaran untuk menjalankan pola hidup yang sehat.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
1. Dalam menjalankan kegiatan program kerja penanggulangan hipertensi
di Puskesmas Kaleke hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Kaleke telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program
penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kaleke adalah kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur
hidupnya, dan tidak adanya kesadaran untuk menjalani pola hidup sehat
4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan untuk mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya berobat secara rutin
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai faktor resiko
hipertensi seperti penanggulangan masalah rokok, peningkatan gizi
seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan aktivitas fisik.
3. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
4. Dalam upaya pengendalian faktor risiko Hipertensi, perlu diadakannya
GERMAS sehingga masyarakat bisa lebih aktif berperan dalam
pengendalian hipertensi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19