Revisi Tugas Final DR
Revisi Tugas Final DR
Revisi Tugas Final DR
Disusun oleh:
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan evaluasi program yang berjudul Evaluasi Program
Mengenai Upaya Meningkatkan Kesadaran mengenai pentingnya ASI Eksklusif di Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu .
Evaluasi Program ini disusun guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kelurahan pondok labu tahun 2018.
Tentunya kami berharap pembuatan proposal ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak
Puskesmas Kelurahan pondok labu, dalam rangka menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat
menjadi Puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian proposal ini, kami banyak memperoleh bimbingan dan
dukungan dari banyak pihak, dan dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Oktavinus, MARS, selaku pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk
memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan evaluasi program ini.
2. drg. Hj. Yosida dan dr. Heni Aryani selaku pembimbing di Puskesmas Kelurahan
pondok labu yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada kami selama
penyusunan evaluasi program ini.
3. Kepada semua pihak di Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan
pondok labu yang telah membantu dan membimbing selama kami berada di
puskesmas.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan proposal
ini.
Jakarta, Juli 2018
Penyusun
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Kelurahan
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..…………………………………………................. i
LEMBAR PENGESAHAN…..………………………………………………........ ii
DAFTAR ISI…..………………………………………………………………....... iii
DAFTAR TABEL……….…….……………………………………....................... v
DAFTAR GAMBAR…..……….……………………………………….................. viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………..................................... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………................... 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………............ 2
1.3 Tujuan Evaluasi Program…………………………………………................ 2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………….......... 3
1.4 Manfaat Evaluasi Program…………………………….................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….......... 5
2.1 ASI EKSKLUSIF……..………………...………………............. 5
2.2 ………………………….……………............................. 8
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS ……………………….….......... 18
3.1 Data Umum Puskesmas……………………………………………................ 18
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Pondok Labu......…………………….…………. 18
3.1.2 Data Demografi ……………………………………………..…………... 19
3.1.3 Gambaran Umum Puskesmas ………………………………................... 23
3.1.4 Program Pokok Puskesmas ……………………………………............... 27
3.1.5 Upaya Kesehatan Wajib dan Pengembangan……………………............ 27
3.1.6 Data 10 Besar Penyakit Terbanyak………………....…………………... 28
3.2 Data Khusus Puskesmas …………………………………………………….. 28
iv
BAB IV EVALUASI PROGRAM ……………………………………….............. 49
4.1 Alur Pemecahan Masalah …………………………………………………… 49
4.2 Identifikasi Cakupan Program .……………………….................................... 51
4.3 Penentuan Prioritas Masalah berdasarkan Hanlon Kuantitatif.......................... 52
4.4 Kerangka Pikir Masalah ................................................................................... 59
v
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 7. Data nama puskemas alamat dan jumlah tenaga kerja ........................ 21
vi
Tabel 16. Data Keluarga Berencana................................................................. 33
vii
Tabel 35. Penentuan prioritas masaalah berdasarkan matriks............................ 71
viii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Daya Manusia (SDM) dimulai sejak janin, bayi, anak, remaja, dewasa,
yang berbeda khususnya masalah gizi yang harus diatasi dengan cepat
dan tepat waktu. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang
yang baik adalah dengan pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan. Oleh karena itu menyiapkan dan mengajarkan ibu agar dapat
Karena bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka
Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah
2
kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Dalam era globalisasi banyak
ibu yang bekerja, keadaan ini sering menjadi kendala bagi ibu untuk
resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi mendapat
Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1, 3 juta bayi
enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan
3
pemberian ASI sampai lebih 2 tahun bersama makanan pendamping ASI
(4)
yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19 % . Jumlah
bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2016 sebanyak 9.490 bayi dari total 34.888 bayi atau hanya sekitar 59.5
tahun 2015 sebesar 67,1% persen dari jumlah total bayi. Salah satu yang
yang berusia 0-6 bulan sedangkan yang mendapatkan asi eksklusif 601
4
Tujuan dari evaluasi program ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan orang tua balita
1.3.2 Tujuan khusus
5
4. Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung
kebutuhan sumber daya Puskesmas dan urgensi pembinaan Puskesmas
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan
berbagai garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu yang berguna sebagai makanan yang utama bagi bayi
(4).
7
padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya
mendapat sedikit kolostrum.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol
dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah
kolesterol. Kandungan hidrat arang kolostrum lebih rendah
dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada tiga hari
pertama masih sedikit dan tidak banyak memerlukan banyak kalori.
Total kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum.
2. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi
pada hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah
volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan
terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah
beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI
mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada
payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu
ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam
makanan ibu.
1. ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari
hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi
yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain selain ASI.
8
laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian angka
kejadian diare yang disebabkan tidak dapat mencerna laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat
ASI. Hal ini karena penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibandingkan laktosa susu sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum
tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa
pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati
masa ini maka kadar kabohidrat ASI relatif stabil (2)Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya
berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein
dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein.
Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih
mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30%
dibanding susu sapi yang mengandung jumlah ini lebih tinggi
(80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein
whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat dalam
ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial
menyebabkan alergi.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis
senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen,
karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang
mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas
nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan
kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang di
dalam usus, dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan
tubuh (2)
2. Lemak
9
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan
susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi.
Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan
dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang
berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam
ASI. Disamping itu ASI banyak mengandung banyak asam lemak
rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam
arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan
saraf dan retina mata.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang
seimbang dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung
asam lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui konsumsi asam lemak
jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah (2)
3. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi
terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi
yang mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang
mendapat susu formula(2).
4. Vitamin
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang
berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah
bayi menderita penyakit tulang. Vitamin A berfungsi untuk
kesehatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel,
pembentukan kekebalan tubuh dan pertumbuhan bayi (2)
5. Mineral
10
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium
yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan
rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan
zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50%
dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula, sehingga bayi yang
mendapat ASI mempunyai risiko lebih kecil untuk mengalami
kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu
formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan
mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di
dalam tubuh
D. ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat
pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6
bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan
dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun.
Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat
meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama
kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian
ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan
makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.
Berdasarkan berbagai hal di atas, WHO/UNICEF membuat
deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang
11
dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada
pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini
memuat beberapa hal berikut.
“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan
mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat
memberikan ASI Eksklusif dan semua bayi diberi ASI Eksklusif sejak
lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi
makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk
bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan
pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga para ibu dapat
menyusui secara Eksklusif”.
Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun,
UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu
pemberian ASI Eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama
WHA dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2005).
12
c. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung
asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga
bayi ASI Eksklusif potensial lebih pandai.
13
i. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana
sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat
untuk menyusui.
14
4. Membantu para ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit
setelah melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu
mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar.
15
4. Kelainan ibu, seperti puting ibu lecet, puting ibu terbenam,
payudara bengkak, mastitis, abses.
16
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan.
3. Pekerjaan
Kesibukan dengan pekerjaan, sering sekali membuat seorang ibu
lupa dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Walaupun
kepada ibu telah diajarkan bagaimana mempertahankan produksi
ASI, yaitu dengan memompa ASI peras / perahnya selama ibu
bekerja dan malam hari lebih sering menyusui. Ternyata ibu yang
bekerja, lebih cepat memberikan susu botol. Alasan yang dipakai
ialah supaya membiasakan bayi menyusu dari botol bila nanti
ditinggal bekerja. Masalah ibu yang bekerja memang terdapat
hampir di seluruh dunia, kecuali di negara-negara Skandinavia
dimana ibu mendapat cuti selama masih menyusui bayinya
4. Pendapatan Keluarga
Pendapatan kelurga sangat mendukung pemberian ASI Eksklusif,
keluarga dengan pendapatan yang rendah akan cenderung lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan bagi
keluarga yang berpendapatan tinggi kecendrungan untuk berpikiran secara
instan.
5. Sikap
17
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek .Menurut Newcomb
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari
berbagai tingkatan, yaitu :
a. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
18
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
H. ASI Perah
ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah dari
payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada bayi.
Sampai waktu tertentu dan dengan penyimpanan yang benar, ASI tidak akan
basi. ASI tahan disimpan di dalam suhu ruangan sampai 6 jam. Jika disimpan
19
di termos yang diberi es batu, bisa tahan hingga 24 jam. Bahkan, kalau
disimpan di kulkas ketahanannya meningkat hingga 2 minggu dengan suhu
kulkas yang bervariasi. Jika disimpan di frezeer yang tidak terpisah dari
kulkas, dan sering dibuka, ASI tahan 3-4 bulan. Sedangkan pada freezer
dengan pintu terpisah dari kulkas dan suhu bisa dijaga dengan konstan, maka
ketahanan ASI mencapai 6 bulan.
1. Taruh ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam
microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan
dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
2. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
3. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan (+ 2 minggu).
4. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama
semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan
makanan), gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan (+ 3-6 bulan)
1. Faktor Predisposisi
Faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.
2. Faktor Pemungkin
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana
dan prasarana fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Termasuk juga fasilitas
20
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, dokter, bidan praktek swasta, dan sebagainya.
3. Faktor Penguat
Berbagai faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga di sini berbagai undang dan berbagai peraturan
baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat terkadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas kesehatan saja
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat,
tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan.
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari
berbagai tingkatan(7), yaitu :
a. Menerima.
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon.
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai.
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
d. Bertanggung jawab.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
21
J. Teori Pengetahuan Menurut Bloom
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap berbagai objek tertentu,
dimana penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (7).
Menurut Benyamin Bloom (7)pengetahuan yang tercakup
7domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya. Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu
dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman berbagai hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya
ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar.
4. Analisis (analysis)
22
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam berbagai komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau berbagai
rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Berbagai penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
berbagai kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya diare disuatu tempat dan sebagainya. Pengukuran
pengetahuan pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang pengetahuan yang dimiliki ibu tentang ASI
Eksklusif. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan berbagai tingkatan di atas.
23
BAB III
24
3.1.2 Data Demoggrafi
Penduduk
Jumlah
No RW Jumlah KK Jumlah
RT Laki-Laki Perempuan
25
masalah terbanyak adalah masalah kesehatan perempuan, seperti reproduksi
ataupun kandungan, walaupun kemungkinan penyakit lainnya tidak dapat
disingkirkan
26
Pedagang 492
TNI 173
Petani 6
Pertukangan 0
Tidak Masih Tamat Masih Tamat Masih Tamat Masi Tama Tidak
tamat SD SD SD SLTP SLTP SMA SMA h PT t PT Sekolah
111 1038 1337 589 1222 521 3781 149 741 1078
3.1.2.3 Sarana
27
paling banyak. Besarnya jumlah pasien dan minimalnya jumlah fasilitas
kesehatan di kelurahan Pondok Labu menjadi risiko terhadap munculnya
berbagai macam ancaman penyakit.
Puskesmas
Jenis Sarana
No Kel.Pondok Lokasi Jumlah
Kesehatan
Labu
1 Rumah Sakit 1 RW 1 1
2 Puskesmas 1 RW 7 1
3 Rumah Bersalin 1 RW 1 1
4 Balkesmas 1 RW 1 1
5 Apotik 3 RW 1 3
6 Optik 1 RW 1 1
7 Klinik Fisiotherapi 1 RW 1 1
8 Posyandu 18 Setiap RW 18
PT /Akademi 3
SMTA /MA 9
SMTP /MTs 11
28
SD /MI 21
SLB -
Pondok Pesantren -
TK /RA 8
PAUD 6
Jumlah 58
29
Tabel 10. Daftar Karyawan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Jenis
Nama Pendidikan Agama Gol Status Jabatan
Kelamin
Kepala
drg. Hj Yosida S1 Dokter Gigi Islam Perempuan IV A PNS
Puskesmas
Penjab. Kesmas
drg. Ira Mustika S1 Dokter Gigi Islam Perempuan - PNS UPG, CR,
UKGS, dan
UKGM
S1 Dokter Penjab
dr.Heni Aryani Islam Perempuan - TKK
Umum Lansia,UPU
S1 Dokter
dr.Nurjanah Islam Perempuan - TKK Penjab Mutu
Umum
30
Penjab KIA dan
Siti Fatimah D3 Kebidanan Islam Perempuan - TKK
KB
D3 Penjab RTD,
Lisa Elisabeth Kristen Perempuan - -
Keperawatan CHN, diare
1.Loket
3.Ruang Kerja KB
4.KIA
5.Ruang MTBS
6.Gudang Obat
7.Unit Obat
8.Ruang tunggu
9.Toilet pegawai
10.Apotik
13.Ruang Tindakan
14.Aula
31
15.Tata Usaha
16.Dapur
17.Laboratorium
Untuk menunjang berbagai sarana fisik yang ada, puskesmas kelurahan Pondok
Labu memiliki sarana penunjang yaitu sebagai berikut.
3.AC : 5 unit
4.Kipas : 1 unit
5.Telepon : 2 unit
6.Faximile : 1 unit
9.Printer : 3 unit
32
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:
33
3.1.6 Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas
Kode
No Nama Penyakit Jumlah Kasus %
Penyakit
Visi
34
Misi
1.Perencanaan
2.Pelaksanaan
a.Pengorganisasian
35
3. Penyelenggaraan
4.Pemantauan / Pengendalian
5.Evaluasi
Dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran. Masalah yang ditemukan disusun
dalam skala prioritas dan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan rencana
kegiatan.
36
Tabel 12. Data KIA Tahun 2017
Cakupan
Indikator Target Persen Pencapaian (%)
(%)
Kunjungan K1 83 83,8 100%
Kunjungan K4 83 80,3 96%
Persalinan oleh tenaga
83 82,5 99%
kesehatan
Kunjungan nifas 83 78,2 94%
Penangangan komplikasi
83 82,5 99%
ibu hamil
Kunjungan neonatus 1 83 84 100%
Kunjungan neonates 83 84 100%
Penanganan komplikasi
83 50,8 61%
neonates
Kunjungan bayi 83 83,4 100%
Kunjungan balita sakit 83 83,3 100%
37
DPT/HB- 100 877 877 100 100
Hib (1)
DPT/HB- 100 877 877 100 100
Hib (2)
DPT/HB- 100 877 877 100 100
Hib (3)
Campak 100 877 877 100 100
Cakupan
Target Sasaran
Persen Pencapaian (%)
(%) 1 tahun Kegiatan
(%)
Keluarga
berencana 100 8350 5858 70.16 70.16
aktif
38
Tabel 16. Data Keluarga Berencana
Cakupan Sasaran 3
Indikator Target % Pencapaian
bulan
39
balita
Indikator PHBS
1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
2. Menggunakan Air Bersih
3. Menggunakan Jamban Sehat
4. Sikat gigi minimal 2 kali sehari
5. Tidak merokok di dalam rumah
6. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
7. Bayi diberi ASI Ekslusif
8. Menimbang bayi dan Balita
9. Makan buah dan sayur setiap hari
10. Melakukan aktifitas fisik
11. Memberantas Jentik Dirumah
12. Rumah Tangga Ber-PHBS
40
Tabel 18Pencapaian Program PHBS
PHBS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Total 2439 2379 2185 2439 999 745 590 591 1339 1189 159 652
Data 4
Total 2835 2835 2835 2835 2835 745 745 745 2835 2835 283 283
KK 5 5
Persen 86% 84% 77% 86% 35% 100% 79% 79% 47% 42% 56% 23%
Tabel 19. Pencapaian Angka Tidak Merokok dalam Rumah Tahun 2016
Cakupan
Target Sasaran Pencapaian
Persen
(%) 1 tahun Kegiatan (%)
(%)
Tidak merokok
dalam rumah 23,63 3679 1553 42,2 9,9
41
Tabel 21. Identifikasi Masalah Kegiatan Pembinaan TTU pada Program
Kesehatan Lingkungan Tahun 2017
4. Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan
gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan yang
khusus untuk keperluan tersebut. Pada program pengobatan, keberhasilan
program dapat dilihat dengan menilai jumlah kasus yang ada. Kunjungan
ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator kinerja kerja
pada program pengobatan, yaitu:
42
endemis bahkan endemis tinggi dengan IR /100.000 diatas 50 penderita,
Dibandingkan dengan data penderita pada tahun 2011 (32 kasus) terjadi
peningkatan kasus sebanyak 26 kasus sehingga tahun 2012 mencapai 52
penderita (38 %).
1) DBD
2) Penyelidikan epidemiologi
3) Fogging Fokus pada wilayah tempat tinggal penderita DBD dengan hasil
PE
4) PSN Dilakukan setiap hari Jumat bersama lintas sektoral, masyarakat dan
kader terkait
5) GJS dilakukan pada hari Jum’at setiap minggu Ke 2-4 tiap bulan
6) Pembentukan Jumantik Sekolah dan Jumantik Mandiri
3.3.2 Jenis Pelayanan Puskesmas Pondok Labu
1. Poli Umum
2. Poli Gigi
3. Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
4. Poli Keluarga Berencana (KB)
5. Poli Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
6. Poli Paru
7. Poli Gizi
3.3.2.2 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
43
1. Program Promosi Kesehatan
a. Penyuluhan di dalam dan luar gedung
b. Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)
c. Pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD)
d. Program Prioritas
e. Pembinaan PHBS di rumah tangga
2. Program Kesehatan Lingkungan
a. Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM)
b. Pemeriksaan Sampel Makanan dan Minuman
c. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
d. Pembentukan Jumantik Sekolah
3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
a. Pemeriksaan IVA test
b. Pemeriksaan penyakit tidak menular
4. Program Gizi
a. Informasi kesehatan Gizi
b. Distribusi vitamin A pada bulan Februari dan
Agustus
c. Posyandu dan 1000 HPK
d. Distribusi Tablet Fe pada remaja
5. Program KIA-KB
a. Pemasangan alat kontrasepsi baik di dalam atau di
luar gedung
b. Kegiatan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK)
c. Imunisasi kepada bayi dan anak sekolah
d. Pembentukan Kegiatan Kelompok Pendukung Ibu
(KP-IBU)
6. Program Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
44
a. Pendataan dan intervensi permasalahan yang
ditemukan
YANKES KESMAS
P.J. drg IRA M dr HENI A
UPU LOKET PERKESMAS UKS/ PKPR
dr HENI A DERI D ANDRI P ANDRI P
UPG RUJUKAN PROMKES
drg IRA M ANDRI P SITI F POSBINDU
dr TANTRI L
KIA/SDIDTK/IMUNISASI MATA PSM/ UKBM
SITI F LISA E ANDRI P
POSYANDU
KB/GIZI/IVA TEST PENY. MENULAR VICKY
VICKY dr HENI A
UPO
ARIE P KEMATIAN
ANDRI P
GOB
ANDRI P SURVEILANS DBD
ASNIAR ASNIAR
TB
ANDRI P WABAH
ASNIAR
RTD
LISA E
KESLING
GADAR KUKUH
ANDRI P
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka di tetapkan tugas organisasi di atas
sebagai berikut:
45
Kepala Puskesmas
Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Puskesmas adalah sebagai berikut:
Adapun tugas dan tanggung jawab Manajemen Revantitif adalah sebagai berikut:
Adapun tugas dan tanggung jawab Tata Usaha adalah sebagai berikut:
46
b. Membuat laporan tahunan
c. Melaksanakan administrasi umum/ surat menyurat.
d. Membantu pengetikan untuk karyawan yang membutuhkan
e. Melaksanakan program SIK
f. Membantu membuat Rujukan Askes
g. Memelihara, menjaga dan bertanggung jawab atas sarana dan prasarana di
unitnya.
h. Bertanggung jawab atas semua urusan kepegawaian.
i. Melaksanakan monitoring barang milik daerah.
j. Mengawasi semua keuangan di puskesmas.
4. Dokter Umum
Fungsi:
Fungsi :
47
b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja
Puskesmas secara teratur.
c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas.
e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran serta masyarakat.
f. Memberikan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
6. Perawat Gigi
Fungsi:
Fungsi:
48
e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
8. Petugas Pengobatan
Tugas pokok:
Fungsi:
49
10. Petugas KIA
Fungsi:
Fungsi:
50
h. Melakukan pembinaan Posyandu.
i. Melakukan rujukan kasus gizi.
12. Petugas Sanitarian
Fungsi:
51
3.2 Data Khusus
97% 100%
1 Cakupan Kunjungan Ibu HamilK4
98% 98%
4 Cakupan Ibu Nifas
97% 100%
6 Cakupan Kunjungan Bayi
95% 100%
7 Kelurahan Univesal Child Imunizationn ( UCI )
92% 100%
8 Cakupan Pelayanan anak Balita
100% -
9 anak usia 8 - 24 bulan keluarga miskin
100% 100%
10 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan
100% 100%
11 Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
76,9% 80,3%
12 Cakupan peserta KB Aktif
-
13 Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit :
≥2/100.0
Acut Flacid Paralysis ( AFP ) rate per 100.000 -
13.1 00 pddk
penddk < 15 tahun ( >=2 )
di bawah
15 thn
100% 8,3%
13.2 Penemuan Penderita Pnemonia Balita
100% %
13.3 Penemuan Penderita Baru TBC BTA Positif
100% 100%
13.4 Penderita DBD yang Ditangani
100% 100%
13.5 Penemuan Penderita Diare
100% -
16 Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1
53
IV PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
90% 90%
18 RW Siaga Aktif
NO KETERANGAN Lk Pr
1 Jumlah bayi 0 – 5 bulan 29 hari yang masih di beri ASI saja (ASI Eksklusif) 292 309
Jumlah bayi 0 – 5 bulan 29 hari yang sudah diberi makanan / minuman lain
2 420 402
selain ASI
3 Jumlah bayi 0 – 5 bulan 29 hari yang tidak datang ke Penimbangan 174 171
Total 1768
Tahun 2017
54
Jumlah dan prosentasi Posyandu dengan tingkat perkembangannya
1 01 2 - - - - - - 2 100%
2 02 3 - - - - - - 3 100%
3 03 4 - - - - - - 4 100%
4 04 1 - - - - - - 1 100%
5 05 1 - - - - - - 1 100%
6 06 0 - - - - - - 0 -
7 07 2 - - - - - - 2 100%
8 08 1 - - - - - - 1 100%
9 09 2 - - - - - - 2 100%
10 010 2 - - - - - - 2 100%
18 - - - - - - 18
55
BAB IV
PERENCANAAN
56
Gambar 4. Alur Pemecahan Masalah
Siklus pemecahan masalah diawali dengan identifikasi atau inventarisasi
masalah yang ada, setelah itu ditentukan masalah apa saja yang ada juga berbagai
penyebabnya, setelah ditemukan penyebab yang paling mungkin baru ditentukan dan
ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya, selanjutnya ditetapkan rencana
penerapan, dan yang terakhir baru dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut:
1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai,
kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu adalah
membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan
dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara.
Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi
dengan para ahli. Namun dalam penentuan masalah ini, metode yang kami
gunakan adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan
masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk
menganalisis penyebab masalah antara lain fish bone analysis system
(diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan H.L. Bloem, analisis
epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, kami menggunakan metode
fish bone analysis untuk menentukan penyebab masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara
lain dengan cara menetapkan tujuan dan sasaran dan mencari alternatif
pemecahan masalah.
57
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka
digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan
terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(Plan of Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
58
Tabel 25. Identifikasi Program Kegiatan
59
Tabel 26.Penghitungan Besar Masalah Berdasarkan Pencapaian
Indikator Target (%) Pencapaian Besar Masalah
(%) (%)
Pnemonia 100 43,8% 56.2
Diare 100 33.94 66,06
CPR KB aktif 100 83% 17
Kunjungan bayi 100 97% 3
ASI Kurang 6 bulan mendapatkan 40 34% 6
asi eksklusif
TTU yang memenuhi syarat 100 98% 2
TPM yang memenuhi syarat 100 93% 7
Langkah 2:
Rumus Sturgess
K= 1+3,3 Log n
Keterangan :
K= jumlah kolom/kelas
n= jumlah masalah
= 1 + 3,3 (1)
= 1 + 3,3
Langkah 3 :
60
80.5−1
Interval = = 19,87 dibulatkan menjadi 20
4
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah
kolom/kelas:
Skala 1 1 – 20 1
Skala 2 21 – 41 2
Skala 3 42 – 62 3
Skala 4 63 – 83 4
61
Kriteria B : Kegawatan Masalah
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G) dan sumber daya (P) yang dimiliki
untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
62
e. Tidak banyak :1
Tabel 29. Kegawatan Masalah
No Masalah U S G P JUMLAH
1 Pneumonia 2 2 1 2 7
2 Kasus diare pada balita 4 3 4 3 14
3 CPR KB aktif 3 3 2 2 10
4 Kunjungan bayi 2 3 1 1 7
5 Bayi kurang dari 6 bulan 4 4 4 4 16
mendapatkan asi eksklusif 1 1 1 1 4
6 TPM yang memenuhi syarat 2 1 1 3 7
7 TTU yang memenuhi syarat 2 1 1 2 6
1. Sangat mudah : 5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1
Tabel 30. Kriteria C: Kemudahan dalan Penanggulangan
No Masalah NILAI
1 Pneumonia 3
2 Kasus diare pada balita 2
3 CPR KB aktif 3
4 Kunjungan bayi 3
5 Bayi kurang dari 6 bylan yang 2
mendapatkan asi eksklusif 3
6 TPM yang memenuhi syarat 3
7 TTU yang memenuhi syarat 2
63
Kriteria D. PEARL faktor
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
PEARL FACTOR
No Masalah P E A R L Hasil
Kali
1 Pneumonia 1 1 1 1 1 1
2 Kasus diare pada balita 1 1 1 1 1 1
3 CPR KB aktif 1 1 1 1 1 1
4 Kunjungan bayi 1 1 1 1 1 1
5 Bayi kurang dari 6 bulan mendapatkan asi 1 1 1 1 1 1
eksklusif s
6 TPM yang memenuhi syarat 1 1 1 1 1 1
7 TTU yang memenuhi syarat 1 1 1 1 1 1
64
Tabel 32.Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif
No Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
1 Pneumonia 4 7 3 1 33 33 IV
2 Kasus diare pada balita 3 14 2 1 34 36 II
3 CPR KB aktif 1 10 3 1 33 33 III
4 Kunjungan nakes 1 7 3 1 24 24 V
5 Bayi kurang dari 6 bulan
yang mendapatkan asi 4 16 2 1 40 40 I
eksklusif
6 TTU yang memenuhi 4 3 1 16 16 VII
1
syarat
7 TPM yang memenuhi
1 7 3 1 21 21 VI
syarat
65
terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), P3 (Penilaian,
Pengawasan, dan Pengendalian).
66
4.6 Urutan Prioritas Masalah
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan antara target yang
ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk memudahkan menentukan kemungkinan
penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada
67
kerangka pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome dan environtment
sehingga dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu
masalah.
Tabel 33. Hasil in depth interview dengan Kader
68
Proses Kelebihan Kekurangan
69
FISH BONE I INPUT
FISH BONE MONEY dana operasional posyandu
pemegang program kader,
masyarakat setempat, lintas
sektor, sasaran usia 0-6 bulan MATERIAL
Lokasi untuk posyandu, media
MAN informasi
LINGKUNGAN
FISH BONE
Evaluasi data menggunakan buku dan
catatan pelaporan di puskesmas
P3 Pengetahuan masyarakat, kader, dan support
keluarga
PROSES
`
ROSES `
FISH BONE
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2005.
Manajemen Laktasi. Jakarta
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta, 2008. Bedah ASI - Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Roesli, U. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Elex Media Komputindo.
_______. 2005. Mengenal ASI Eksklusif – Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.
________.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
4. Suradi, R., Roesli, U. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Purwanti, H.S. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC
6. Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir
Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005.
(http://www.kopertis4.or.id/Pages/data%202007/jurnal/penkes/Faktor%20yang%20......pdf, diakses 04 Juni 2011).
7. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
8. Azwar. A. 2003. Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta: Warta Kesehatan Masyarakat, 27 Maret 2003,
hal 3.
72
4.9 Penentuan alternatif pemecahan masalah
Atas permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka kami menentukan
berbagai alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
74
kegiatan posbindu dan
silaturahmi rutin
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan Dengan nilai 1-5
dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati
angka 5.
2. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka
nilainya mendekati angka 5.
75
4. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.
76
kompeten dalam menentukan kriteria
rujukan
77
BAB V
a. Jenis Data
Pada ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat di RW01dan RW
02 Pondok Labu. Data sekunder diperoleh dari data penduduk di RW01 dan RW
02laporan kunjungan di Posbindu PTM RW02 Pondok Labu.
b. Sumber data
78
5.2 Indikator Keberhasilan
Cakupan program Posbindu PTM sesuai SPM Bidang Kesehatan Permenkes
Nomor 43 tahun 2016 adalah 100%.
a. Lokasi
Dilaksanakan di wilayahRW01 dan RW02Kelurahan Pondok Labu,
Jakarta Selatan.
b. Waktu
Survey dilakukan pada bulan Mei 2018 dengan mengukur pengetahuan
sikap dan perilaku terkait dengan pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM
pada warga di RW01 dan RW 02Pondok Labu.
b. Sampel
Semua masyarakat berusia 15-59 tahun yang tinggal di RW01 dan RW 02
Kelurahan Pondok Labu.
c. Besar Sampel
Untuk memperkirakan banyaknya sampel yang diperlukan, maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Populasi infinit
Keterangan :
n0 = Jumlah sampel infinit
79
Z = Tingkat kemaknaan dikehendaki adalah 95% maka 1,96
P = Presentase program Posbindu PTM di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
19,5% atau 0,195
d = Kesalahan absolut yang dapat diterima, berdasarkan pustaka yang ada pada
studi ini digunakan 10% atau 0,1
maka jumlah sampel infinit adalah :
= (1,96)2 x 0,195x (1-0,195)
(0,1)2
= 0,603
0,01
= 60 orang
Populasi Finit
n = jumlah sample
n0 = populasi infinit
N = Jumlah warga laki-laki dan perempuan di RW01 dan RW02
di kelurahan Pondok Labu yaitu 12026
Maka jumlah sampel finit adalah :
= 60a
1+60/12026
= 60
1,005
= 59
Besar sampel minimal yang diperlukan 62 orang. Dengan perkiraan drop out
15%, jadi besar sampel yang di butuhkan adalah
59 + (59 x 15%) = 68 orang
Dengan demikian, maka besar sampel adalah 68 orang
80
d. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan :
Kriteria inklusi :
81
5.5 PLAN OF ACTION Tabel 35. Tabel Plan of Action
Kriteria
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Dana Metode
Keberhasilan
1. Memberikan Meningkatkan Seluruh warga Posbindu RW Dokter Setiap bulan Tidak Metode Meningkatnya
penyuluhan pengetahuan umur 15-59 01 dan RW 02 Muda ada biaya penyuluhan pengetahuan
tentang tahun di langsung. masyarakat tentang
kepada Posbindu kelurahan Pelaksana PTM
masyarakat maupun PTM Pondok labu penyuluhan
kepada bertatap muka
tentang
masyarakat agar dengan sasaran
Posbindu dan lebih mengerti dan Didengar
Penyakit tentang oleh
pentingnya masyarakat.
Tidak Posbindu dan Dan dilakukan
Menular waspada pengisian
terhadap faktor kuesionerpre-
resiko penyakit test dan post-
tidak menular test
4. Melakukan Menambah Kader dan Posbindu Dokter 14 Mei Tidak Senam dan Meningkatnya
jumlah Pihak Muda 2018 ada biaya demo masak pengunjung Posbindu
perbaikan kunjungan yang Puskesmas yang dipandu
terhadap datang ke 16 Mei oleh kader
Posbindu 2018
kekurangan
kegiatan yang
sudah berjalan
dan
menambah
kegiatan yang
83
sudah ada
seperti senam
hipertensi
5 IVA Test dan Untuk deteksi Wanita usia Posbindu Petugas 14 Mei Tidak Menggunakan Meningkatkan
dini kanker subur yang ada Puskesmas 2018 ada biaya larutan asam pengujung posbindu
Sadari serviks dan di Kelurahan &Dokter asetat yang di
payudara. Selain Pondok Labu muda oleskan pada
itu untuk mulut rahim.
meningkatkan Kemudian
jumlah dilihat
pengunjung perubahan
posbindu warna pada
mulut rahim.
SADARI
secara mandiri
84
BAB VI
Dimana kegiatan yang dilakukan berupa penyebaran kuesioner dan Pre Test
kemudian memberikan penyuluhan mengenai Posbindu PTM. Setelah itu dilakukan
post test mengenai Posbindu PTM. Kemudian setelah responden selesai menjawab
kuesioner maka akan diberikan penyuluhan atau sosialisasi mengenai Posbindu
dengan media informasi berupa presentasi secara lisan untuk di RW 01 sedangkan di
RW 02 menggunakan power point.Sebelum menyebarkan
kuesionerdiberikaninformed consent kepada responden dalam bentuk lisan, setelah
responden setuju maka akan berikan kuesioner tersebut.
Dari data tersebut responden penelitian berjumlah 68 orang dan yang terbanyak
berusia 41-50 tahun dengan jumlah 26 orang(30,8%). Proporsi responden penelitian
berdasarkan pendidikan didominasi oleh responden yang berpendidikan rendah
dengan jumlah 56 orang (82,3%). Besar proporsi responden penelitian berdasarkan
pekerjaan didominasi oleh responden yang tidak bekerja sebanyak 47 orang
(69,1%).Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 63 orang (92,6%).
Tabel 38.Distribusi karakteristik sikap, dan perilaku tentang Posbindu PTM ( n = 68)
86
Untuk mengetahui sikap responden dilakukan penyebaran kuesioner dengan
berbagai pertanyaan tentang sikap responden terhadap posbindu PTM. Didapatkan
hasil baik sebanyak 41 orang (60,2%) dan buruk sebanyak 27 orang (39,7%). Dari
hasil data tersebut, dapat disimbulkan bahwa banyakwarga memiliki perilaku yang
baik terhadap Posbindu PTM. Dari 68 responden, 27 responden masih sikap buruk
terhadap Posbindu. Dari 68 Responden, didapatkan hasil baik sebanyak 23
(33,8%)dan buruk sebanyak 45 orang (66,1%). Dari hasil data tersebut, dapat
disimbulkan bahwa masih terdapat banyak warga yang memiliki perilaku yang buruk
terhadap Posbindu PTM.
Hasil Penilaian Pre Test dan Post Jumlah Nilai Rata-rata Pengetahuan
Test
Pre Test
RW 01 4,11
RW 02 6,18
Post Test
RW 01 10,2
RW 02 12,11
Tabel 39.Perbandingan antara hasil pretest dan posttest pengetahuan tentang Posbindu
PTM( n = 68 )
Metode
Variabel Z p – value
Analisis
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna dari sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan, maka dilakukan uji-t, yaitu Wilcoxon Test. Dengan
nilai probabilitas p = 0.000. Oleh karena nilai p <0,05, sehingga terdapat perbedaan
yang bermakna antara nilai rata-rata sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan, yang
diukur dengan kuisioner sebelum dan sesudah penyuluhan.
87
6.2 Evaluasi Intervensi Kegiatan
a. Akan diadakan pelatihan kepada kader Posbindu setiap tahunnya yang akan
dibina oleh Puskesmas
6.2.2 Pembuatan Media Promosi dan edukasi untuk kader dan peserta
Posbindu-PTM
Pembuatan media promosi dan edukasi untuk kader berupa poster mengenai
Posbindu. Poster ini berisikan himbauan kepada masyarakat untuk membudayakan
88
gaya hidup sehat serta himbauan untuk mengecek kesehatan secara berkala ke
Posbindu PTM serta waktu pelaksanaan setiap bulannya. Selain itu, media promosi
lain leaflet tentang penyakit tidak menular, hipertensi, diabetes melitus,
hiperkolesterolemia, pedoman gizi seimbang, obesitas, dan stop merokok. Leflet
berisikan pengertian, penyebab, gejala, pencegahan, dan tindakan yang harus
dilakukan. Leaflet ini sengaja dibuat untuk mendukung kegiatan kader konselor
dalam memberikan edukasi ke pasien, sehingga mereka dapat menjelaskan sesuai
faktor resiko penyakit tidak menular yang dimiliki peserta tersebut, dan leaflet akan
diberikan kepada peserta sesuai sesuai faktor resiko penyakitnya.
89
dapat dijadikan sebagai kegiatan tambahan Posbindu tiap bulannya. Sehingga
diharapkan masyarakat sekitar mau berkunjung ke Posbindu PTM.
Pelaksanaa IVA dan Sadari dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2018 saat
Posbindu RW 02. Sasarannya adalah wanita usia subur yang berada di RW 02
Kelurahn Pondok Labu. Dengan jumlah pengunjung 38 orang dimana target minimal
kegiatan IVA test dan Sadari minimal 20 orang. Rangkaian kegiatan dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik lalu setiap peserta diajarkan cara melakukan Sadari.
Setelah itu dilakukan IVA test. Tujuannya adalah untuk skrining kanker serviks dan
kanker payudara. Diharapkan dengan diadakannya IVA test dan Sadari masyarakat
semakin sadar dan peduli akan pentingkan mengecek kesehatan secara berkala
terutama di Posbindu PTM.
Pada saat rapat yang diadakan di Puskemas Kelurahan Pondok Labu pada
tanggal 24 April 2018.Yang dihadiri oleh perwakilan dari pihak kelurahan, seluruh
kader posbindu, ketua PKK, Kepala Puskesmas serta Dokter Puskesmas. Dimana
dalam rapat tersebut juga membahas mengenai kekurangan dana untuk sarana dan
prasarana pelaksanaan Posbindu. Dalam rapat tersebut pihak Kelurahan menyetujui
untuk memberikan dana untuk pelaksanaan Posbindu. Selanjutnya masing-masing
posbindu akan mengajukan proposal mengenai kekurangan sarana dan prasarana
tersebut.
90
91
BAB VII
REKAPITULASI HASIL
93
memudahkan Kader
dalam mengedukasi
peserta Posbindu PTM
- Serta Poster diharapkan
masyarakat lebih
mengetahui mengenai
Posbindu serta tempat
dan waktu pelaksanaanya
5 [P1]
Menambah kegiatan Adanya kegiatan - Senam anti hipertensi 14 Mei Posbindu - Kader dan pengunjung
Posbindu tambahan Posbindu - IVA test dan Sadari 2018 RW 01 Posbindu dapat
16 Mei dan RW menerapkan senam anti
2018 02 hipertensi
- Sebanyak 38 orang
pengunjung
memeriksakan diri untuk
IVA test dan Sadari
6 [P2]
Belum terdapat kemitraan Terjalin kerja sama Pihak Kelurahan - - - Pihak kelurahan setuju
terkait untuk melengkapi dengan kemitraan terkait membarikan dana untuk untuk memberikan dana
kekurangan fasilitas alat atau pihak lain melengkapi kekurangan untuk melengkapi
94
pemeriksaan secara alat pemeriksaan kekurangan alat
menetap dan jangka pemeriksaan
panjang
7 [P3]
Kurangnya evaluasi Diadakan evaluasi - - - Belum ada sosialisasi
berkala kegiatan Posbindu setelah kegiatan kepada seluruh Posbindu
Posbindu selesai untuk melakukan evaluasi
setelah kegiatan selesai
95
DAFTAR PUSTAKA
INPUT
98
7. Apakah jumlah kader yang berperan aktif dalam kegiaan
posbindu sudah mencukupi?
Bila tidak, beri alasan!
8. Apakah kader sudah mendapatkan pelatihan/pembekalan
untuk menjadi petugas posbindu?
9. Berapa kali dilakukannya pelatihan untuk para petugas
posbindu selama 1 tahun
99
16 Apakah petugas melakukan evaluasi setelah melaksanakan
kegiatan posbindu?
17 Apakah posbindu menyelenggarakan forum komunikasi
baggi kader pelaksana posbindu?
Jika tidak, beri alasan!
18 Apakah pemilihan kader teladan diselenggarakan?
Jika tidak, beri alasan!
19 Apakah dilaksanakan studi banding ke posbindu-posbidu
lainnya?
Jika tidak, berikan alasan!
Kesediaan Dana
20 Apakah posbindu memiliki dana operasional?
100
27 Apakah tersedia alat pita pengukur?
Jika tidak, sebutkan alasan?
28 Apakah tersedia alat pengukur kadar lemak tubuh?
Jika tidak, sebutkan alasan?
29 Apakah tersedia alat peakflowmeter/alat uji fungsi paru?
Jika tidak, sebutkan alasan?
30 Apakah terdapat tensimeter?
Jika tidak, sebutkan alasan?
31 Apakah terdapat stetoskop?
Jika tidak, sebutkan alasan?
32 Apakah terdapat alat ukur gula darah?
Jika tidak, sebutkan alasan?
33 Apakah terdapat alat ukur kolestrol?
Jika tidak, sebutkan alasan?
34 Apakah terdapat alat ukur trigliserid?
Jika tidak, sebutkan alasan?
35 Apakah terdapat alat ukur pernafasan alcohol?
Jika tidak, sebutkan alasan?
36 Apakah terdapat alat tes amfetamin dan urin kit?
Jika tidak, sebutkan alasan?
37 Apakah terdapat IVA kit?
Jika tidak, sebutkan alasan?
38 Apakah terdapat ruangan khusus untuk melakukan IVA
test?
Jika tidak, sebutkan alasan?
39 Apakah Terdapat media KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) yang memadai?
Jika ya, sebutkan :
101
a.
b.
c.
d.
e.
Kegiatan POSBINDU
40 Apakah petugas posbindu melakukan wawancara tentang
102actor resiko PTM dan skrining penyakit?
Jika Tidakb, berikan alasan?
41 Apakah melakukan pemeriksaan BB, TB, IMT, analisa
lemak tubuh, TD, Lingkar Perut?
Berapa kali dalam satu bulan ?...........................
42 Apakah petugas melakukan Pemeriksaan fungsi paru
sederhana ?
Kapan dilakukannya pemeriksaan?......................
Berapa kali dilakukannya pemeriksaan tsb dalam
setahun?..............................................................
43 Apakah petugas melakukan pemeriksaan gula darah?
Kapan dilakukannya pemeriksaan ?......................
Berapa kali dilakukannya pemeriksaan tsb dalam
sebulan/setahun?.................................................
44 Apakah petugas melakukan pemeriksaan kolesterol total,
TG?
Kapan dilakukannya pemeriksaan ?......................
Berapa kali dilakukannya pemeriksaan tsb dalam
sebulan/setahun?.................................................
45 Apakah petugas melakukan IVA (Inspeksi Visual Asam
asetat) test?
Kapan dilakukannya pemeriksaan ?......................
46 Apakah petugas melakukan Pemeriksaan Kadar Alkohol
102
pernafasan dan amfemin urin?
Kapan dilakukannya pemeriksaan ?......................
Berapa kali dilakukannya pemeriksaan tsb dalam
sebulan/setahun?.................................................
47 Apakah petugas melakukan konseling dan Penyuluhan
terkait penyakit PTM ?
48 Apakah ada kegiatan aktivitas fisik/ olahraga?
Kapan dilaksanakannya ?....................................
Berapa kali dilaksanakan kegiatan tsb dalam
sebulan/setahun?.................................................
49 Apakah tersedia rujukan ke fasilitas layanan kesehatan
dasar di wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia?
Output
50 Apakah dilakukan evaluasi setiap setelah melakukan
kegiatan?
Jika Tidak, berikan alasann!
51 Apakah dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan
Posbindu?
52 Siapakah yang melakukan pencatatan?
A
b
c
53 Apakah pencatatan menggunakan KMS FR-PTM?
Jika tidak, sebutkan alasan!
54 Apakah tersedia catatan possbindu untuk pencatatan hasil
kegiatan posbindu?
Jika tidak, jelaskan alasan?
55 Apakah pasien dapat menggunakan fasilitas rujukan ke
puskesmas/rumah sakit tertentu jika tidak mengalami
103
perubahan selama 3 bulan setelah mengikuti kegiatan di
Posbindu?
Jika tidak, jelaskan alasan?
Kode Responden
104
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden
Nama
Umur ___tahun
Alamat
II. PENGETAHUAN
105
a. Untuk mendapatkan pengobatan penyakit tidak menular
b. Untuk mengetahui adanya faktor risiko penyakit tidak menular dan mencegah
komplikasi
pengobatan
c. Tidak merokok
e. Konsumsi alkohol
c. Rajin olahraga
d. Tidak merokok
a. 18-70 tahun
b. 25-50 tahun
c. 15-59 tahun
d. 50-70 tahun
106
a. Membaik,karena
…....................................................................................................
b. Sama saja
c. Menurun,karena
….....................................................................................................
di bawah ini ?
a. Ya, sejak…................
b. Tidak
8. Menurut Anda apakah Anda perlu memeriksa kesehatan Anda ke pusat kesehatan
a. Ya
b. Tidak
107
9. Menurut anda, seberapa perlu Posbindu bagi lingkungan dan anda sendiri?
a. Perlu
b. Tidak perlu
c. Tidak tahu
anda?
a. Ya
b. Tidak
11. Dari siapa Anda mengetahui kabar mengenai waktu diadakannya POSBINDU PTM?
c. Tetangga
12. Apakah Anda mengetahui lokasi diadakannya POSBINDU PTM setiap bulannya?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini anda pernah datang ke POSBINDU PTM ?
b. Tidak,alasannya.....................................................................................................
14. Menurut anda, apakah kendala yang anda hadapi untuk datang ke POSBINDU ?
a. Waktu
b. Trasportasi
c. Lokasi
d. Lain-lain.................................................................................................................
15. Apakah Anda keberatan untuk membayar biaya administrasi untuk dilakukan
a. Tidak keberatan
b. Keberatan
II.KUESIONER SIKAP
109
Anda perlu mengikuti kegiatan yang dilakukan di posbindu-
25. PTM rutin berupa pemeriksaan gula darah, kolesterol total,
trigliserida untuk mendeteksi dini.
III.KUESIONER PERILAKU
110
penyakit tidak menular?
a. Pengetahuan
Baik : 8-15
Buruk : 0-7
b. Sikap
Setuju :1
Tidak setuju :0
c. Perilaku
Ya :1
Tidak :0
111
LAMPIRAN
112
113
114
115
116
117
118
119