BAB III
KUAT TEKAN UNIAXIAL
(Uniaxial Compression Test)
3.1 Tujuan
1. Mengukur kuat tekan tertinggi yang dapat diterima batuan yang
membebaninya pada sumbu axial.
2. Mengukur deformasi axial dan diameteral untuk mendapatkan nilai sifat
elastisitas dan karakteristik batuan.
3.2 Landasan Teori
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika.
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan
dan massa batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang
dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan penerowongan,
pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya. Sehingga untuk
mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai macam
uji coba baik itu dilaboratorium maupun dilapangan langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu.
Mekanika batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh
dari penelitian ini adalah kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), Modulus
Young (E), Nisbah Poisson (v), selubung kekuatan batuan (strength envelope),
kuat geser (τ), kohesi (C), dan sudut geser dalam (φ).
Masing-masing karakter mekanik batuan tersebut diperoleh dari uji yang
berbeda. Kuat tekan batuan dan Modulus Young diperoleh dari uji kuat tekan
uniaksial. Pada penelitian ini nilai kuat tekan batuan dan Modulus Young diambil
dari nilai rata-rata hasil pengujian lima contoh batuan. Untuk kuat tarik batuan
diperoleh dari uji kuat tarik tak langsung (Brazillian test). Sama dengan uji kuat
tekan uniaksial, uji kuat tarik tak langsung menggunakan lima contoh batuan
untuk memperoleh kuat tarik rata-rata. Sedangkan selubung kekuatan batuan,
kuat geser, kohesi, dan sudut geser dalam diperoleh dari pengujian triaksial
konvensional dan multitahap.
Didalam praktikum ini, dilakukan uji kuat tekan unixial (UCS), dimana
penekanan uniaksial dilakukan terhadap contoh batuan silinder. Uji tekan uniaxial
ini merupakan uji sifat mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan
uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Batas Elastik
(σE)Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan.
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh.
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan
adalah 2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan
paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian
akan didapat beberapa data seperti:
1. Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai
kuat tekan dari contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur
didefinisikan sebagai kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan:
𝐹
σc =
𝐴
Keterangan :
Σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A = Luas penampang awal gaya (mm)
2. Batas Elastik
Yaitu batas batuan mencapai elastisitas tertinggi sebelum batuan tersebut
pecah dengan pembebanan tertentu.
3. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai
modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah
geologi ke daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi
batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi
oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus
elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan
daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan
persamaan :
Δσ
E=
Δεa
Keterangan :
E = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ. = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
modulus elastisitas, yaitu :
a. Tangent Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai
kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial.
b. Average Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva
tegangan- tegangan.
c. Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial
dengan regangan aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari
tegangan nol ke suatu titik pada kurva regangan-tegangan pada
persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari
nilai kuat tekan uniaksial.
4. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara
regangan lateral dan regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya
pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam
arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan persamaan :
V = ε1 /εa1
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan
pada saat runtuh. Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan
contoh batuan dan kualitas permukaan contoh batuan yang bersentuhan
langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan
tujuh tipe pecah, yaitu :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial (axial splitting)
c. Hancuran kerucut (cone runtuh)
d. Hancuran geser (homogeneous shear)
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to
corner)
f. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and
buckling)
3.3 Alat
3.2.1 Alat
1. Mesin kuat tekan
2. Sepasang plat baja berbentuk silinder
3. Dial gague untuk mengukur deformasi axial dan diameteral.
4. Stopwatch
5. Jangka sorong
3.3.2 Bahan
Bahan atau sampel yang digunakan dalam pengujian UCS adlah baruan
yang telah di preparasi berbentuk silinder dengan tinggi dua kali diameter dna
keua permukaan rata. Sampel yang di gunakan berupa beton dengan
perbandingan semen dan pasir 1:3 dan 1:1
3.4 Prosedur Percobaan
1. Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
dimensi panjang minimal dua kali diameter percontoh.
2. Contoh batuan diletakkan diantara plat baja dan diatur agar tepat dengan
plat form penekanan alat, kemudian mesin dinyalakan sehingga specimen
berada ditengah-tengah apitan plat baja dan pastikan bahwa kedua
permukaan specimen telah menyentuh plat baja tersebut.
3. Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral (nol).
4. Dial gauge dipasang pada sisi kanan dan kiri bagian tengah contoh
batuan,serta dibagian ata syang di tekan oleh plat baja. Dial gauge pada
posisi kanan dan kiri digunakan untuk menentukan deformasi lateral.
Sedangkang untuk bagian atas untuk deformasi axial
5. Selama pembebanan berlangsung, secara periodic dicatat nilai deformasi
aksial dan deformasi lateral yang ditunjukkan oleh dial gauge.
Pembacaan ini dilakukan dalam selang waktu per 30 detik.
6. pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen
pecah.
7. Pembebanan dihentikan setelah specimen mengalami pecah dan
hasilnya dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.
3.4.1 Rumus-rumus yang Digunakan
1. Menghitung tegangan :
𝑚
σc =
𝑎
2. Menghitung regangan axial :
𝛥𝐿
∆ =
𝐿0
3. Menghitung regangan diametral :
∆𝐷
d=
𝐷0
Keterangan :
σc =Kuat tekan Uniaxial 𝛥𝐿 =Perpedekan Aksial
M =Massa 𝐿0 =Tinggi awal
A =Luas d =Regangan diametrical
∆ =Regangan Axial ∆𝐷 =Perpanjangan diametrical
𝐷0 =Diameter awal
DAFTAR PUSTAKA
Zaemal,Ir., M.T. & staff asisten lab. Tambang unisba “Diktat Praktikum
Geomekanika” program studi teknik pertambangan unisba.
Aryansyah.2011 “rock mechanic “ aryansyah. wordpress.com /2011/05/03/
rockmechanics.