Makalah Agama Islam Tentang Takwa
Makalah Agama Islam Tentang Takwa
Makalah Agama Islam Tentang Takwa
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
II. PEMBAHASAN
1
Imam Syafe’i, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2015), hlm. 147.
3
Imam Ali bin Abi Thalib radliyallah ‘anhu berkata, “takwa adalah al Khaufu
minal Jalil (takut kepada Allah yang Mahaagung), al ‘Amal bil Tanziili
(mengamalkan al Qur’an dan al Sunnah), al Ridla bil Qalil (ridla atas
pembagian rizki yang sedikit), dan al isti’dad liyaum al Rahiil
(mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).”
Allah berfirman:
ِ ون يَا أُو ِلي ْاْل َ ْلبَا
ب َّ َوت َ َز َّودُوا َف ِإنَّ َخي َْر
ِ ُالزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّق
3
Ruang lingkup dalam takwa mencakup:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendiri
2
K. Permadi, Imam & Takwa menurut Al-Quran (Jakarta: PT Rineka cipta,1995), hlm. 51.
3
M Cholid, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi (Bandung: STPDN Press, 2003) hlm.
23.
4
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup
Ketakwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah
menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang
sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup
manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:
“inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa “. (QS. Ali-imran 3:138)
manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima
waktu, menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun,
melakukan ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan
menurut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagai hamba
Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat yang telah
diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh
Allah serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.
5
B. Hubungan Manusia Dengan Dirinya Sendiri
Selain kita harus bertakwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan
sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati
nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad
SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang
amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan
hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya
menjadi budak nafsu belaka.
Maka dari itu umat manusia harus bertakwa kepada Allah dan diri sendiri
agar mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri
sendiri dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :
1. Sabar
2. Tawaqal
3. Syukur
4. Berani
Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja
yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar
dalam menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah
tersebut terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa
dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia juga harus
selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan
hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana
tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah
diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari seemua perbuatan
yang telah ditentukan.
6
manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai ajaran
kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan
bernegara. Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia
dirsebut sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka
saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu
kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari
jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya
dimata allah, yang membedakannya adalah ketakwaannya. Artinya orang
yang paling bertakwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.
7
Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertakwa ialah orang yang beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan
dasar keyakinan yang dimiliki orang yang bertakwa dan dasar hubungan
dengan Allah. Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan kemanusiaan,
yaitu mengeluarkan harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini
Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek
tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa
saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta
diposisikan antar aspek keimanan dan shalat.
Orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan
sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat
dan juga memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan
lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dariketakwaan.
Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi
pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi
kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat
habis oleh manusia mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga
terjadi longsor yang dapat merugikan manusia.
Bagi orang yang bertakwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus
disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut
8
dengan sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang
harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allahdengan
cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada
manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan
diberi azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah
bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan
manusia.
Sesungguhnya kita semasa di alam roh telah berjanji dengan Allah swt
bahawa kita akan mengiktiraf Allah swt sebagai tuhan kita dan memenuhi
hak-hak Nya sebagai seorang tuhan. Dengan selalu merasa mu’ahadah, maka
manusia akan sentiasa mengingati perjanjian itu seterusnya berusaha
bersungguh untuk memenuhi janjinya itu.
Seperti yang kita fahami qishaash adalah salah satu bentuk hukuman yang di
kenakan atas kesalahan/ jenayah yang dilakukan oleh manusia.Ini adalah
bertujuan untuk mencegah agar manusia itu takut untuk melakukan kesalah /
jenayah seterusnya menjamin agar kehidupan manusia itu dilindungi.
9
Maka pengertian muaqabah bolehlah dikatakan sebagai hukuman atas dirinya
sendiri sekiranya ia melakukan maksiat bahkan jika ia meningglkan kebaikan
yang biasa ia lakukan , ia akan menentukkan hukuman keatas dirinya sendiri,
dengan itu ia tidak kan kekal dalam kemaksiatan ataupun bersungguh-
sungguh untuk kekal melakukan kebaikkan dan takut akan hukuman itu
sekiranya ia lalai dan malas sebelum ia dihukum oleh Allah swt di hari
penghisaban kelak.
3. Mujahadah ( Bersungguh-Sungguh )
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-
benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(Q.S Al Baqarah:69)
Mereka yang bersungguh untuk mencari keredhaan Allah swt, maka Allah
akan menunjukki jalan dan adalah golongan yang membuat kebaikan. Ini
adalah satu sikap yang mana walaupun seseorang itu berada di dalam
kemalasan, kepenatan dan lain lain keadaan, ia tetap melakukan amalan-
amalan kebaikkan. Dan juga telah bertahun lamanya ia membuat kebaikkan ia
tetap jua melakukan kebaikkan dengan kadar yang terbaik.karena usia
manusia itu tidak ada yang tahu maka kita diharuskan bersungguh sungguh
dalam hal apapun.
10
itu, sedang kamu beri'tikaf [115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (Q.S Al Baqarah:187)
Cara untuk merasa muraqabah ialah mengamati dirinya di awal dan ditengah
sesuatu pekerjaan atau amal.Apakah tujuan amalnya itu?Adakah untuk
mendapat pujian manusia atau ingin menjadi mashyur?
Semestinya sebab utama pelaksanaan amal itu adalah semata- mata untuk
mendapat keridhaan Allah swt. Sekirannya ia melaksanakan sesuatu amal itu
kerana manusia , maka ia dikira telah melakukan sesuatu kesyirikan kepada
Allah swt.
Orang beriman diperintahkan oleh Allah swt supaya memilih waktu yang
mana kiranya digunakan untuk memerhatikkan amalannya sepanjang hari.
Apakah ia telah melakukan apa yang diperintahkan ataupun apakah ia telah
meninggalkan larangan-larangan Allah swt. Walupun detik atau masa yang
diambil itu mungkin tidak lebih dari setengah jam dari jumlah masanya yang
Allah swt kurniakan selama 24 jam sehari kepadanya, namun cukup berharga
untuk menentukkan tindakan hidupnya yang seterusnya. Ia merenung dan
memikirkan dimanakah kekurangan, pengabaian dan maksiat atau dosa yang
telah ia lakukan sepanjang hari.
Orang yang cerdik di dalam hidupnya ialah mereka yang selalu menghisab,
memperbaiki amalan hidupnya dan menambah amalan – amalan solehnya,
11
hasil dari muhasabah terhadap dirinya. Sementara orang yang rugi ialah
mereka yang terus bermaksiat sehingga sampai ajalnya kerana ia tidak pernah
memperuntukkan masa untuk menilai dirinya. 4
B. Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
1. Beriman kepada Allah (Tuhan YME) ,hari akhir, malaikat-
malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak
yatim,orang-orang miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang
meminta-minta.
3. Membebaskan perbudakan
4. Mendirikan salat
5 Menunaikan zakat
6. Memenuhi janji bila berjanji
7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu
peperangan.
4
Sanerya Hendrawan, Spiritual Management (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2009) hlm. 41.
12
C. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :
Orang yang bertaqwa secara fisik mungkin terlihat sama saja dengan orang
pada umumnya. Namun, perlu diketahui bahwa banyak hal yang sebenarnya
menjadi keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepadanya.
5
Farid Ahmad, Quantum Takwa (Solo: Pustaka Arafah, 2008) hlm. 20.
13
Maka bagi siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hal itu
tidak akan dicapai dengan sekedar harta, kemewahan, ataupun keturunan
yang banyak, namun hanya dengan taqwa.
3. Meraih Ma`iyyatullah
Dengan ketakwaanya, pribadi bertaqwa akan dicintai Allah SWT, dengan
cinta-Nya, Allah akan senantiasa menganugerahkan mai`iyyah-Nya
(kebersamaan-Nya), inilah kesertaan dan kebersamaan khusus yang Allah
berikan kepada mereka orang-orang yang bertaqwa, seperti yang tertulis
dalam surat QS. Al-Baqarah ayat 194, yang artinya : “dan bertaqwaah
kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang bertaqwa”
Tentunya tidak ada kebersamaan yang lebih nikmat, tidak ada kesertaan yang
lebih indah, tidak ada kedekatan yang lebih syahdu daripada ketika seorang
hamba sedang merasa dekat dengan Tuhannya, merasa Allah SWT sesantiasa
menyertai dalam setiap langkahnya dalam menapaki jalan kehidupan ini.
Maka dia akan berjalan mengarungi kehidupan ini; segala yang akan dia lalui
dia lewati, semua itu dengan ketaqwaannya akan ia tempuh dengan
ma`iyyatullah.
4. Dimudahkan urusannya
Allah subhanahu wa ta`aala telah menegaskan dalam firman-Nya, yang
artinya : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
14
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.[QS. Al-Lail (92) :
5-7]
Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang gemar berbagi, mereka mau
mencurahkan sebagian harta yang mereka miliki untuk kepentingan fi
sabilillah, sanggup memberi di saat lapang maupun sempit, di waktu mudah
maupun sulit, semua itu karena mereka benar-benar yakin akan adanya
balasan syurga, maka kelak Allah akan memberi balasan yang baik dari apa
yang telah mereka lakukan dan akan menyediakan jalan kemudahan bagi
mereka dalam melakukan berbagi kebaikan .
Jika kita melakukan perbuatan dengan didasari iman dan dibingkai dengan
nilai ketaqwaan kepada Allah SWT maka ada jaminan bahwa Dia akan
memudahkan segala urusan baik kita.
5. Dilapangkan Rizkinya
Rizki adalah segala hal yang manfaat baiknya kembali kepada kita. Termasuk
dalam kategori rizki adalah harta, kesehatan, ilmu, kesempatan dan peluang.
Jadi rizki tidak terbatas pada harta.. Allah SWT menjanjikann kepada mereka
yang bertakwa untuk mendapatkan kemudahan jalan keluar termasuk di
dalamnya jalan meraih rizki.
15
akherat, dan di antara mereka adalah pribadi bertakwa, demikianlah firman
Allah SWT dalam Surah An-Nur ayat yang ke-52, yang artinya : “Dan
barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan”. [QS. An-Nur (24) : 52]
Artinya: “Syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa”. [QS. Ali Imran (3) : 133]
6
Mustafa Dib Al-Bugha, Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi (Jakarta: PT Mizan
Publika, 2007) hlm. 181.
16
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18