Makalah Konsep Teknologi Pertambangan
Makalah Konsep Teknologi Pertambangan
Makalah Konsep Teknologi Pertambangan
DISUSUN OLEH:
TEKNIK PERTAMBANGAN
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM”.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai PERAN TEKNOLOGI
DALAM EKONOMI, dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Teknologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu
terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Penulis berharap, semoga informasi yang ada
dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………….……………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
PERAN TEKNOLOGI DALAM EKONOM2
1.1. Kemajuan Teknologi Dan Pertumbuhan Ekonomi……………………………2
1.2. Kemajuan Teknologi Netral dan Tidak Netral ………………………………3
1.3. Model Kemajuan Teknologi……………............……………………………3
2.1. Perkembangan Teknologi di NIM dan NIB ………………………………….4
2.2. Keunggulan Teknologi di NIM……………………………………………….4
2.3. Perkembangan Teknologi di NIB……………………………………………4
2.4. Kapabilitas Teknologi…………………………………………………………5
3.1. Pengembangan Teknologi untuk NSB……………………………………….6
3.2. Riset dan Pengembangan (R&D) …………………………………………….6
3.3. Alih Teknologi………………………………………………………………. 7
3.3.1. Konsep Alih Teknologi………………………………………………….7
3.3.2. Cara Untuk Alih Teknologi…………………………………………….7
3.4 Peran Pemerintah……………………………………………………………...8
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam 50 tahun terakhir ini, negara-negara di dunia menaruh perhatian yang besar pada
strategi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Setiap akhir tahun, masing masing negara
membuat statistik untuk menghitung pertumbuhan ekonominya dan membuat perbaikan bila
strategi yang telah ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan belum memuaskan. Terlepas
dari strategi yang digunakan, secara umum ada faktor-faktor yang sangat berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Empat faktor untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik di negara industri maju (NIM) maupun negara berkembang (NSB) adalah:
Sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, disiplin, dan motivasi)
Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, dan cuaca)
Pembentukan modal (mesin, pabrik, dan jalan)
Teknologi (ilmu pengetahuan, teknik, manajemen, dan ketrampilan) (Samuelson,
1998).
Sebagai pelengkap dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi, NSB harus memperhatikan
juga kualitas dari sumber daya manusia. Perencanaan pembangunan di NSB memerlukan
program yang spesifik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program tersebut
diantaranya:
• Meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat serta memerangi penyakit sehingga akan
dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja.
• Meningkatkan pendidikan, mengurangi buta huruf, dan mengadakan pelatihan bagi
para pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari konsep-konsep di atas jelaslah bahwa kemampuan teknologi secara nasional baru benar-
benar dicapai jika alih teknologi telah sampai pada konsep terakhir yaitu pengembangan dan
adaptasi teknologi, yang dikenal juga sebagai rekayasa terbalik (reverse engineering). Pada
tingkat perusahaan, alih teknologi dapat dilihat sebagai suatu proses sejak dari kontak awal
dengan pemilik teknologi; negosiasi terutama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
disebabkan oleh perbedaan budaya dan gaya manajemen; implementasi; dan proses umpan
balik dan pertukaran yang terjadi secara terus menerus sampai hubungan antara perusahaan
pemilik dengan penerima teknologi terputus.
Pengalaman di NIB yang telah mengalami pertumbuhan teknologi dan industri yang
amat pesat menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada satu resep yang berlaku secara
universaluntuk mendorong pertumbuhan teknologi dan industri. Sebagai contoh, di satu pihak
campur tangan pemerintah Hongkong minimal sekali dan pada umumnya terbatas pada
campur tangan fungsional. Di pihak lain campur tangan pemerintah Taiwan dan terutama Korea
Selatan jauh lebih luas dan terperinci yang meliputi bukan saja campur tangan fungsional akan
tetapi juga campur tangan selektif yang luas dalam pasar produk (berupa proteksi yang kuatdan
subsidi yang tinggi bagi industri yang dinilai mempunyai potensi daya saing internasional yang
tinggi) maupun dalam pasar faktor produksi (berupa usaha memperkuat kemampuan lembaga
keuangan untuk mengevaluasi dan membiayai proyek pengembangan teknologi tertentu,antara
lain dengan subsidi, bantuan keuangan bagi upaya teknologi di industri tertentu yang penting
bagi kepentingan nasional). Ditinjau dari segi perkembangan teknologi dan industri,
pengalaman Taiwan dan Korea Selatan menunjukkan bahwa kebijakan industri yang bersifat
intervensi jauh lebih berhasil dari pada kebijakan industri yang tidak begitu bersifat intervensi,
seperti yang dilakukan pemerintah Hongkong yang lebih mengutamakan campur tangan
fungsional. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan administrasi birokrasi
pemerintah. Kemampuan administrasi merupakan kendala yang penting bagi campur tangan
selektif yang merupakan alat kebijakan yang sangat peka. Kelemahan administrasi ini sangat
penting untuk diperhatikan karena campur tangan pemerintah yang selektif untuk
menanggulangi kegagalan pasar justru bisa menimbulkan kegagalan pemerintah (government
failure) berupa pemborosan dan tidak efisien dalam penggunaan sumber daya produktif yang
langka maupun kegagalan dalam mencapai tujuan (misalnya pengembangan industri tertentu
dengan daya saing internasional yang tinggi). Di samping ini kegagalan pemerintah untuk
menanggulangi kegagalan pasar juga bisa disebabkan karena korupsi dan kolusi antara pejabat
dan pengusaha. Jika hal ini terjadi maka kepentingan khususnya (misalnya pengusaha tertentu)
berupa campur tangan pemerintah yang secara khusus menguntungkan pengusaha tersebut
tanpa dasar ekonomi yang jelas. Campur tangan fungsional yang sangat diperlukan bagi NSB
dapat dijelaskan lebih jauh sebagai berikut. Campur tangan fungsional ini dapat berupa
memperkuat prasarana fisik seperti: pembangunan jalan raya, pelabuhan laut dan udara,
jaringan telekomunikasi dan lain-lain. Juga dapat memperkuat institusi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sudah ada sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Campur tangan
fungsional ini dapat juga meliputi investasi yang memadai dalam bidang pendidikan, khususnya
pendidikan teknik yang dapat menghasilkan tenaga teknik yang trampil dalam berbagai
kegiatan industri. Campur tangan selektif sebaiknya baru dilaksanakan secara lebih luas seiring
dengan peningkatan etos kerja birokrat yang mengutamakan kepentingan nasional dari pada
kepentingan pribadi. Jika campur tangan selektif terlampau dipaksakan tanpa melihat kendala
administrasi birokrasi maka hasilnya sangat mungkin adalah merajalelanya kegiatan pemburu
rente (rent-seeking activities) yang tidak produktif, dan bukan munculnya industri yang efisien
dengan daya saing internasional yang tinggi.
BAB III
PENUTUP