Makalah Konsep Teknologi Pertambangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PERAN TEKNOLOGI DALAM EKONOMI

DISUSUN OLEH:

HUSNI MUBARAK (710016069)

TEKNIK PERTAMBANGAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS)

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM”.

Makalah ini disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai PERAN TEKNOLOGI
DALAM EKONOMI, dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Teknologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu
terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Penulis berharap, semoga informasi yang ada
dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan
kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 7 Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………….……………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN
PERAN TEKNOLOGI DALAM EKONOM2
1.1. Kemajuan Teknologi Dan Pertumbuhan Ekonomi……………………………2
1.2. Kemajuan Teknologi Netral dan Tidak Netral ………………………………3
1.3. Model Kemajuan Teknologi……………............……………………………3
2.1. Perkembangan Teknologi di NIM dan NIB ………………………………….4
2.2. Keunggulan Teknologi di NIM……………………………………………….4
2.3. Perkembangan Teknologi di NIB……………………………………………4
2.4. Kapabilitas Teknologi…………………………………………………………5
3.1. Pengembangan Teknologi untuk NSB……………………………………….6
3.2. Riset dan Pengembangan (R&D) …………………………………………….6
3.3. Alih Teknologi………………………………………………………………. 7
3.3.1. Konsep Alih Teknologi………………………………………………….7
3.3.2. Cara Untuk Alih Teknologi…………………………………………….7
3.4 Peran Pemerintah……………………………………………………………...8
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam 50 tahun terakhir ini, negara-negara di dunia menaruh perhatian yang besar pada
strategi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Setiap akhir tahun, masing masing negara
membuat statistik untuk menghitung pertumbuhan ekonominya dan membuat perbaikan bila
strategi yang telah ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan belum memuaskan. Terlepas
dari strategi yang digunakan, secara umum ada faktor-faktor yang sangat berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Empat faktor untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi baik di negara industri maju (NIM) maupun negara berkembang (NSB) adalah:
 Sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, disiplin, dan motivasi)
 Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, dan cuaca)
 Pembentukan modal (mesin, pabrik, dan jalan)
 Teknologi (ilmu pengetahuan, teknik, manajemen, dan ketrampilan) (Samuelson,
1998).
Sebagai pelengkap dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi, NSB harus memperhatikan
juga kualitas dari sumber daya manusia. Perencanaan pembangunan di NSB memerlukan
program yang spesifik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program tersebut
diantaranya:
• Meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat serta memerangi penyakit sehingga akan
dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja.
• Meningkatkan pendidikan, mengurangi buta huruf, dan mengadakan pelatihan bagi
para pekerja.

Secara umum masyarakat yang berpendidikan tinggi akan mempunyai produktivitas


yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Dengan demikian modal
yang tersedia dapat digunakan dengan lebih efisien. Kualitas tenaga kerja merupakan factor
yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi di NSB. Faktor lainnya seperti barang modal,
bahan baku, dan teknologi dapat dibeli atau dipinjam dari NIM. Tetapi menggunakan teknik
produksi yang maju dari NIM harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan memerlukan
manajemen dan pengetahuan yang memadai. Hal ini hanya dapat diperoleh dari tenaga kerja
yang mempunyai ketrampilan yang tinggi. Sumber daya alam berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai sumber daya yang produktif. Tanah di NSB sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
lahan pertanian. Dengan hasil dari lahan pertanian akan bisa meningkatkan produktivitas yang
selanjutkan akan meningkatkan pendapatan nasional. Pola kepemilikan tanah merupakan kunci
bagi petani untuk dapat meningkatkan produktvitasnya. Jika petani memiliki tanah sendiri maka
petani akan mempunyai kemauan yang lebih untuk menambah modal dan menggunakan
teknologi yang lebih baik. Petani yang memiliki tanah sendiri akan berusaha meningkatkan
produktivitasnya dengan menggunakan sistem irigasi dan dengan melakukan konservasi yang
sesuai.
NIM mempunyai mempunyai kelebihan dari pada NSB karena mempunyai modal sendiri
yang besar sehingga dapat lebih produktif. Pembentukan modal membutuhkan pengorbanan
dengan mengurangi konsumsi sepanjang beberapa dekade. Tetapi ini tidak mungkin diterapkan
di NSB yang sangat miskin mendekati subsisten. Oleh karena itu di NSB tersebut membutuhkan
modal dari luar negeri. Di NIM sekitar 10 – 20 % dari pendapatannya akan ditabung dan
menjadi pembentukan modal, sedangkan di NSB yang bercorak agraris sering hanya mampu
menabung sebesar 5 % dari pendapatannya. Secara umum di NSB mempunyai masalah dalam
pembangunan ekonomi karena tabungannya sangat sedikit (Samuelson, 1998). Sebagai
tambahan dari faktor-faktor dasar yang telah diuraikan, yaitu sumber daya manusia, sumber
daya alam dan pembentukan modal, adalah faktor teknologi. NSB mempunyai potensi untuk
lebih maju dalam pembangunan ekonomi dengan mengikuti kemajuan teknologi dari NIM. NSB
tidak perlu melakukan penelitian untuk menemukan teori gravitasi dari Newton dan bisa
langsung didapat dari buku-buku yang telah diterbitkan. NSB juga tidak harus mengikuti
perkembangan penelitian dari dasar tetapi dapat langsung meloncat mengikuti NIM setelah
Revolusi Industri. Teknologi seperti traktor, komputer dan peralatan telekomunikasi yang dapat
meningkatkan produktivitas dapat dibeli oleh NSB dari NIM.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Kemajuan Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi


Sejarah telah membuktikan bahwa penemuan dan kemajuan teknologi terus
berlangsung sehingga dapat meningkatkan kemungkinan produksi (production possibility) baik
di Eropa, Amerika Utara maupun di Jepang. Kemajuan teknologi ditandai dengan adanya
perubahan proses produksi, diperkenalkannya produk baru, ataupun peningkatan besarnya
output dengan menggunakan input yang sama. Penemuan yang telah dapat meningkatkan
produktivitas tersebut diantaranya mesin uap, motor bakar, proses Bessener untuk
memproduksi baja, dan mesin jet. Secara fundamental kemajuan teknologi termasuk juga
penemuan produk seperti telepon, radio, televisi, dan pesawat terbang. Kemajuan teknologi
yang sangat pesat dewasa ini dipacu oleh ditemukannya peralatan elektronika dan komputer.
Penemuan baru ini merupakan terobosan yang besar dalam kemajuan teknologi, namun
kemajuan teknologi juga merupakan proses yang masih terus menerus berlanjut. Salah satu
tolok ukur dari kemajuan teknologi ini dapat dilihat dari jumlah hak patent yang terus
bertambah. Pada masa lalu teknologi diasumsikan tetap sepanjang waktu. Sehingga seluruh
variabel pertumbuhan per kapita akan tetap untuk jangka panjang. Asumsi ini tidak sesuai
dengan pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi. Model Harrod-Domar tentang pertumbuhan
juga didasarkan pada asumsi bahwa koefisien produksi bersifat tetap. Begitu juga Model
Neoklasik masih menganggap kemajuan teknologi bersifat eksogen. Kendrik, Kaldor, dan Solow
antara lain merupakan pengkritik terhadap pendekatan ini (Jhingan, 1999). Sebelum membahas
model kemajuan teknologi akan dibahas dulu mengenai kemajuan teknologi yang bersifat
netral dan tidak netral yang akan melandasi model tersebut.

1.2. Kemajuan Teknologi Netral dan Tidak Netral


Kemajuan teknologi mempunyai sifat yang beragam. Kemajuan teknologi bersifat netral
(unbiased) bila perubahan tidak bersifat menghemat modal atau tidak menghemat tenaga
kerja. Dalam terminologi kemungkinan produksi, kemajuan teknologi bersifat netral bila
kenaikan output sebesar 2 kali lipat terjadi karena adanya kenaikan masing-masing input
sebesar 2 kali lipat (Todaro, 2000; Jhingan, 1999). Tidak semua kemajuan teknologi bersifat
netral. Dalam kenyataannya kemajuanteknologi dapat menghemat tenaga kerja ataupun
menghemat modal. Kemajuan teknologi yang dapat menghemat tenaga kerja ataupun modal
disebut bersifat tidak netral. Komputer, traktor dan mesin perkakas dapat digolongkan pada
kemajuan teknologi yang menghemat tenaga kerja. Sedangkan kemajuan teknologi yang
menghemat modal merupakan hal yang jarang terjadi. Hal ini disebabkan oleh pengembangan
teknologi yang kebanyakan dilakukan oleh NIM, yang pada dasarnya untuk menghemat tenaga
kerja bukan untuk menghemat modal. Untuk NSB yang kebanyakan mempunyai tenaga kerja
yang melimpah, adanya teknologi yang dapat menghemat modal merupakan hal yang
diharapkan.
Ada tiga definisi penting yang menyangkut kemajuan teknologi netral yang diajukan oleh
Hicks, Harrod, dan Solow. Menurut Hicks suatu kemajuan dikatakan netral bila rasio produk
marjinal modal terhadap produk marjinal tenaga kerja adalah tetap tidak berubahuntuk setiap
rasio modal dan buruh yang tetap. Secara matematis dapat dituliskan: 4 Y = A(t) F (K.L) (1)
Dengan Y, K, dan L masing-masing adalah output keseluruhan yang dapat diartikan juga
pendapatan nasional, input modal, dan input tenaga kerja. Sedangkan A(t) adalah kemajuan
teknologi. Netralitas Hicks dikritik oleh Harrod karena tidak praktis untuk digunakan dan
dibangun dalam kerangka analisis ekonomi statis. Menurut Harrod kemajuan teknologi netral
apabila pada tingkat keuntungan (atau suku bunga) yang konstan, rasio modal dan output juga
tetap konstan. Secara matematik dapat dinyatakan sebagai: Y = F (K, A(t)L) (2) Definisi Harrod
ini lebih unggul dibandingkan dengan definisi Hicks karena dapat diterapkan pada situasi yang
dinamis. Solow menunjukkan bahwa netralitas Harrod dapat benar-benar merupakan kemajuan
teknologi yang mendorong modal dengan fungsi produksi sebagai berikut: Y = F(A(t) K, L) (3)
Kemajuan teknologi dapat juga menjadi labor- augmenting atau capital-augmenting. Labor
augmenting terjadi bila kualitas atau kemampuan dari tenaga kerja meningkat, misalnya
dengan penggunaan video, televisi, dan peralatan komukasi media di dalam pelatihan.
Demikian pula halnya dengan capital-augmenting yang dapat lebih meningkatkan produktivitas
karena menggunakan barang modal yang lebih baik kualitasnya, seperti mengganti alat bajak
petani yang menggunakan kayu dengan menggunakan baja.

1.3. Model Kemajuan Teknologi


Isu utama dalam pembuatan model ini adalah bagaimana memasukkan kemajuan
teknologi secara eksogen ke dalam model. Model ini untuk menunjukkan bahwa teknologi
akan terus berkembang sepanjang waktu. Ekonom seperti Abramovitz, Kendrick dan
Solow membuat model kemajuan teknologi dengan menggunakan fungsi produksi dalam
upaya untuk mengukur sumbangan kemajuan teknologi kepada pertumbuhan ekonomi
(Jhingan, 1999). Teori ini sering dinamakan kemajuan teknologi berwujud. Fungsi produksi ini
mengandung arti bahwa kemajuan teknologi adalah bersifat organisasional yang dampaknya
pada produktivitas tidak memerlukan perubahan apapun dalam jumlah input. Cara ini
mempunyai kelemahan karena meremehkan peran investasi dan membesar-besarkan peranan
kemajuan teknologi dalam proses pertumbuhan. Pada tahun 1960 Solow kemudian
memodifikasi pendekatan tersebut berdasarkan kemajuan teknologi tak berwujud yang
menganggap bahwa stok modal bersifat homogeny dan kemajuan teknologi mengalir dari luar,
yang selanjutnya disebut Model Solow. Di dalam model ini akumulasi modal baru dipandang
sebagai wahana untuk kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan
produktivitas mesin yang dibuat pada suatu periode dibandingkan dengan mesin yang dibuat
periode sebelumnya. Tetapi kemajuan teknologi ini tidak meningkatkan produktivitas mesin
yang sudah ada. Kemajuan teknologi terwujud di dalam mesin-mesin baru. Secara matematis
model ini dinyatakan sebagai: Yv(t) = AeλvLv(t)αKv(t)1-α Dengan Aeλv adalah tingkat kemajuan
teknologi yang meningkat secara netral dan eksponensial pada laju λv, Lv(t) merupakan jumlah
tenaga kerja yang menjalankan stok modal yang ada untuk tahun pembuatan v pada waktu t,
Kv(t) menunjukkan jumlah mesin mesin untuk tahun pembuatan v yang masih digunakan pada
waktu t ≥ v, sedangkan α dan (1-α) adalah elastisitas output yang berkenaan dengan L dan K.

2.1. Perkembangan Teknologi di NIM dan NSB


Dalam hal perkembangan teknologi, suatu masyarakat harus melewati sejarah yang
panjang untuk mendapatkan teknologi yang tepat. Mulai dari pengembangan teknologi
yang sederhana sampai pada yang kompleks, dari teknologi untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri sampai pada teknologi untuk pasar luar negeri, dan dari memakai sumber
lokal sampai yang memerlukan modal asing.

2.2. Keunggulan Teknologi di NIM


NIM mempunyai keunggulan komparatif karena menguasai teknologi tinggi. Seperti
Amerika Serikat mempunyai keunggulan komparatif dalam bidang alat-alat kedokteran dan
Jerman dalam bidang peralatan cetak. Akan tetapi keunggulan teknologi pada umumnya hanya
dinikmati untuk jangka waktu tertentu, karena setiap teknologi, seunggul apapun mau tidak
mau akan menjadi barang publik internasional. Hal ini disebabkan oleh hak patent yang hanya
berlaku dalam jangka waktu tertentu saja. Bahkan selama masih berlaku pun, hak patent ini
seringkali tidak dapat dilindungi secara efektif. Hal ini dapat dilihat dari usaha Amerika Serikat
untuk memaksa NSB untuk menegakkan undang-undang patent. Meskipun teknologi dalam arti
informasi atau pengetahuan tentang suatu teknologi tertentu, tidak dapat menjadi keunggulan
komparatif dalam jangka panjang, tetapi lembaga atau institusi yang dapat menghasilkan
ternologi baru secara berkesinambungan dan dapat memberi pelatihan tentang kemajuan
teknologi dapat menjadi sumber keunggulan komparatif yang kuat dalam jangka panjang. Hal
ini jelas dapat dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang sejak lama dapat
mempertahankan industri alat kedokteran
di Amerika Serikat dan industri alat percetakan di Jerman. Keunggulan komparatif tersebut
dapat dipertahankan untuk jangka panjang karena teknologi tertentu merupakan masukan
pokok dalam menghasilkan teknologi generasi baru berikutnya.
2.3. Perkembangan Teknologi di NSB
Berbeda dengan NIM, di NSB termasuk Indonesia pada umumnya belum mampu untuk
menciptakan teknologi baru, dalam arti memperluas batas-batas pengetahuan teknologi.
Namun demikian, kemajuan teknologi merupakan sumber penting dalam pertumbuhan
ekonomi di NSB. NSB berusaha untuk dapat menguasai teknologi sehingga dapat mempunyai
keunggulan komparatif di bidang tertentu. Kemajuan teknologi di NSB lebih banyak berupa
peminjaman (borrowing) atau pembelian teknologi baru yang telah dikembangkan oleh NIM
serta penyesuaiannya dengan kondisi setempat. Kenyataan empiris telah menunjukkan bahwa
negara berkembang yang telah tumbuh dengan amat pesat seperti Jepang dan negara industri
baru (NIB) seperti Korea Selatan dan Taiwan, selama tahap industrialisasi sangat berhasil dalam
meminjam teknologi dari NIM. Hal ini dimungkinkan berkat adanya beberapa lembaga di
negara tersebut yang dapat mempermudah peminjaman teknologi baru dari NIM dan
menyesuaikan dengan kondisi setempat. Oleh karena itu, Jepang dan kemudian Korea
Selatan serta Taiwan pada tahap awal industrialisasi tidak mulai dengan mengembangkan
produk-produk baru dan proses produksi baru, tetapi dengan memanfaatkan sebaik
mungkin teknologi yang dipinjam dari NIM, misalnya dengan membangun pabrik yang lebih
modern berdasarkan teknologi yang mereka pinjam.
Dalam hubungan peminjaman atau pembelian teknologi maju dari NIM oleh NSB
akhir-akhir ini menghadapi kendala. NIM berusaha lebih keras lagi untuk memperluas dan
memperkuat perlindungan hak milik intelektual yang mereka peroleh dari kegiatan
penelitian dan pengembangan yang umumnya menelan biaya besar. Oleh karena itu
tidaklah mengherankan kalau perusahaan transnasional dari NIM sering enggan atau tidak
bersedia mengalihkan teknologi mereka ke perusahaan di NSB. Banyak juga persetujuan
lisensi (licensing agreement) dari NIM kepada NSB memuat berbagai syarat yang kurang
menguntungkan bagi pembeli teknologi (NSB) seperti misalnya pembayaran royalti yang tinggi.
Kelemahan lain bagi NSB dalam pembelian teknologi adalah masih kurang mampu
menggunakan teknologi yang diimport tersebut secara efisien. Akibat tidak efisien dalam
penggunakan teknologi ini maka produktivitas dan kinerjanya kurang memuaskan yang pada
akhirnya membawa biaya sosial yang tinggi.

2.4. Kapabilitas Teknologi


Pentingnya peranan teknologi dalam pembangunan ekonomi sudah sedikit disinggung di
atas. Keberhasilan NIB dalam berorientasi ekspor dengan mengandalkan pada produk akhir dan
padat karya ke produk yang lebih tinggi teknologinya (padat modal) berlangsung sejalan dengan
peningkatan kapabilitas teknologi yang terarah serta dengan landasan yang kokoh.
Pengalaman beberapa negara juga menunjukkan bahwa peningkatan kapabilitas teknologi
berlangsung secara bertahap. Ini tidak berarti bahwa perkembangannya mutlak harus
mengikuti pola yang linier. Tidak berarti pula bahwa setiap tahapan harus dilaluisecara tuntas
untuk memasuki tahapan yang lebih maju. Pengertian tahapan di sini lebih mengacu pada
“kematangan” dalam menjalani setiap tahap yang sekaligus menjamin kesiapan dan landasan
yang kokoh untuk memasuki tahapan yang lebih lanjut. Salah satu faktor terpenting dalam
meningkatkan kapabilitas teknologi adalah cara meningkatkan social absorption capacity dari
suatu bangsa menghadapi proses transformasi yang meliputi: aspek sosio-kultural, kesiapan
sumber daya manusia, aspek kelembagaan, dan kesiapan birokrasi. Faktor lainnya adalah
kesiapan infrastruktur dalam arti luas, baik fisik maupun keuangan dan pemasaran. Dengan
demikian dimungkinkan terciptanya iklim yang sehat bagi pertumbuhan pelaku ekonomi.

3.1. Pengembangan Teknologi untuk NSB


Salah satu masalah yang dihadapi NSB adalah bagaimana menggunakan sumber sumber
yang tersedia untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Mayoritas NSB mempunyai tenaga
kerja yang berlebihan tetapi kekurangan modal. Kedua faktor tersebut menimbulkan masalah
bagi pemilihan teknologi yaitu antara menggunakan metode tradisional atau modern. Masalah
pemilihan teknologi mengacu pada berbagai jenis kombinasi untuk proyek atau perusahaan
tertentu. Alternatif yang dapat dipilih bagi NSB adalah antara teknologi padat karya dan padat
modal, antara industri ringan dan industri berat, dan antara pertanian dan industri. Teknologi
yang berbeda seringkali menunjukkan strategi pembangunan yang cukup berbeda dengan
upaya yang berbeda pula di dalam perjalanan perekonomiannya. Tujuan akhir adalah memilih
teknologi yang tepat sehingga dapat lebih efisien dibandingkan dengan teknologi lainnya
dengan mengingat keterbatasan yang ada. Teknologi yang efisien adalah teknologi yang
meminimumkan biaya dari suatu output tertentu atau memaksimumkan output dari input
tertentu. Persoalan pengembangan teknologi di NSB yaitu seberapa jauh teknologi harus
diperoleh dari NIM atau harus dikembangkan sendiri. Pada dasarnya kedua unsur ini tidak
saling meniadakan tetapi saling melengkapi. Dengan demikian persoalannya adalah
menentukan unsur teknologi yang diimpor dan unsur teknologi yang dapat dikembangkan di
dalam negeri. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa teknologi bukan suatu produk
yang dapat dijual atau dibeli begitu saja, tetapi suatu cara atau metode untuk melakukan
sesuatu sehingga memerlukan tiga hal penting yaitu: informasi mengenai metode tersebut
sarana untuk melaksanakan metode tersebut, serta pemahaman mengenai metode tersebut.

3.2. Riset dan Pengembangan (R&D)


Peranan teknologi dalam proses pertumbuhan secara umum telah diperlihatkan seperti
pada Model Solow. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan tingkat produktivitas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tingkat pengembangan teknologi akan menaikan tingkat
produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk
mengembangkan teknologi dapat dilakukan melalui riset dan pengembangan (R&D). Selama
beberapa dasawarsa yang lalu telah diadakan sejumlah penelitian di berbagai bidang industri
dan hasilnya mengungkapkan bahwa R&D membawa dampak yang positif terhadap kenaikan
tingkat produktivitas.
Aktivitas R&D dapat dilakukan oleh perguruan tinggi, perusahaan maupun pemerintah.
R&D ini sering mendapatkan dana dari institusi swasta maupun kadang kadang juga dibiayai
oleh pemerintah. Pengembangan teknologi di NSB masih sangat minim bila dibandingkan
dengan di NIM seperti tercermin dari jumlah pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan
dan jumlah sarjana ilmu alam dan teknik. Karena peranan swasta di NSB untuk melakukan R&D
sangat kecil maka pemerintah dapat memberikan insentif kepada institusi swasta yang
melakukan R&D.
3.3. Alih Teknologi
3.3.1. Konsep Alih Teknologi
Alih teknologi merupakan salah satu cara untuk memperoleh kemampuan teknologi.
Konsep alih teknologi ini dapat dibedakan pada dua tingkat yaitu tingkat nasional dan
tingkat perusahaan. Pada tingkat nasional ada empat konsep yang masing-masing konsep
membutuhkan kemampuan teknologi dan pendalaman teknologi yang berbeda.
• Alih teknologi secara geografis. Konsep ini menganggap, alih teknologi telah terjadi
jika teknologi tersebut telah dapat digunkan di tempat yang baru, sedangkan
sumbersumber input sama sekali tidak diperhatikan. Contohnya ekstrimnya adalah
meskipun pabrik dijalankan seluruhnya oleh tenaga asing, namun sepanjang lokasinya
berada di tempat yang baru berarti telah terjadi alih teknologi di negara penerima.
• Alih teknologi kepada tenaga kerja lokal. Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika
tenaga kerja lokal sudah mampu menangani teknologi dengan efisien: bisa menjalankan
mesin-mesin, memperbaiki kerusakan mesin, menyiapkan skema input output, dan
merencanakan penjualan. Konsep ini sesuai dengan kemampuan operasional pada
tingkat perusahaan penerima alih teknologi.
• Transmisi atau difusi teknologi. Dalam konsep ini, alih teknologi terjadi jika teknologi
tersebut dapat menyebar ke unit-unit produktif lokal lainnya di negara penerima. Hal ini
dapat terjadi melalui program sub-kontrak dan usaha sejenis lainnya.
• Pengembangan dan adaptasi teknologi. Dalam konsep ini, alih teknologi baru terjadi
jika tenaga kerja lokal yang telah memahami teknologi tersebut mulai mengadaptasi
untuk kebutuhan spesifik setempat ataupun dapat memodifikasi untuk berbagai
kebutuhan. Pada kasus yang telah berhasil, tenaga kerja lokal dapat mengembangkan
teknik baru berdasarkan teknologi impor tersebut.

Dari konsep-konsep di atas jelaslah bahwa kemampuan teknologi secara nasional baru benar-
benar dicapai jika alih teknologi telah sampai pada konsep terakhir yaitu pengembangan dan
adaptasi teknologi, yang dikenal juga sebagai rekayasa terbalik (reverse engineering). Pada
tingkat perusahaan, alih teknologi dapat dilihat sebagai suatu proses sejak dari kontak awal
dengan pemilik teknologi; negosiasi terutama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
disebabkan oleh perbedaan budaya dan gaya manajemen; implementasi; dan proses umpan
balik dan pertukaran yang terjadi secara terus menerus sampai hubungan antara perusahaan
pemilik dengan penerima teknologi terputus.

3.3.2. Cara untuk Alih Teknologi


Pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengimpor atau alih
teknologi yaitu:
• Penanaman modal asing secara langsung (FDI) baik dalam bentuk anak perusahaan
yang dikendalikan sepenuhnya oleh prinsipal atau usaha patungan dengan perusahaan
lokal. Melalui FDI ini teknologi asing dapat dialihkan secara cepat dan lancar. Akan tetapi
belum tentu dapat menjamin adanya alih pemahaman karena kebanyakan FDI pihak
prinsipal (mitra asing) yang memegang kendali manajemen yang kurang mendorong
bagi pengembangan teknologi lokal.
• Persetujuan lisensi juga memungkinkan alih teknologi secara cepat disertai
pengendalian ketat oleh pihak prinsipal. Setelah persetujuan lisensi ini tidak berlaku lagi
maka pihak pembeli lisensi yaitu perusahaan di NSB dapat melakukan penyesuaian dan
modifikasi terhadap teknologi yang dibeli. Di lain pihak masalah yang dihadapi pembeli
adalah untuk menyerap teknologi secara memadai dan mengikuti perkembangan yang
terjadi di NIM.
• Proyek putar kunci (turnkey project) juga memungkinkan alih teknologi secara cepat.
Akan tetapi karena turnkey project ini tenaga asing sepenuhnya bertanggung jawab atas
segala kegiatan yang bertalian dengan pembangunan (konstruksi) dari permulaan (start
up) proyek ini. Oleh karena itu turnkey project ini seperti kotak hitam (black box) yang
kurang dapat dipahami oleh pembeli, kecuali dilakukan usaha khusus untuk
mengikutsertakan pembeli dari NSB dalam penyusunan desain proyek ini.
• Pembelian barang modal merupakan cara lain untuk memperoleh teknologi baru yang
tertuang dalam bentuk peralatan produksi baru (embodied technology). Jika barang
modal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai model untuk rekayasa terbalik (reverse
engineering) maka diharapkan NSB akan dapat meniru dan membuat sendiri barang
modal ini. Cara rekayasa terbalik ini telah dilakukan secara berhasil oleh Korea Selatan
untuk menguasi teknologi baru.
• Pembelian bantuan teknis juga dapat mengisi kekurangan dalam informasi dan
pemahaman tentang teknologi asing yang dapat melengkapi kemampuan NSB dalam
bidang produksi, investasi, dan inovasi. Keuntungan dari bantuan teknis ini adalah
memperoleh cara alih teknologi dengan lebih murah, mudah, dan cepat untuk
menguasai teknologi dari NIM dari pada usaha untuk melakukan pengembangan
segalanya sendiri. Di lain pihak, kerugiannya adalah pihak pemberi bantuan teknis (NIM)
dapat memperkuat kecenderungan NSB untuk terus bergantung pada jasa tenaga NIM.
Untuk menentukan pilihan yang tepat mengenai cara teknologi baru dapat dialihkan ke
NSB maka perlu mengetahui betul kekurangan dalam penguasaan teknologi terutama
dalam hal informasi dan pemahaman tentang teknologi yang diperlukan. Dengan
mengetahui kekurangannya maka akan lebih mampu untuk menentukan yang lebih
tepat dan cepat unsur teknologi asing yang perlu dibeli. Dengan demikian diharapkan
dapat mampu untuk membuat penyesuaian dengan kondisi setempat, mengoperasikan,
dan memperbaiki teknologi tersebut sehingga dapat mencapai kemajuan teknologi yang
berarti. Segala upaya alih teknologi ini memerlukan biaya tambahan untuk investasi
yang dapat dibenarkan jika hasilnya cukup tinggi.

3.4. Peranan Pemerintah


Pemerintah dapat mendorong pertumbuhan teknologi dan industri melalui
kebijakan industri (industrial policy) dan niaga (trade regime). Kebijakan campur tangan
pemerintah didasarkan pada pertimbangan bahwa pasar di NSB tidak sempurnya sehingga
campur tangan pemerintah diperlukan untuk menanggulangi kegagalan pasar. Pada
dasarnya kebijakan tersebut terdiri atas dua unsur, yaitu:
• Campur tangan fungsional (functional interventions), yaitu campur tangan yang
dimaksudkan untuk menanggulangi kegagalan pasar tanpa mendahulukan atau
memprioritaskan suatu industri tertentu di atas industri lain. Campur tangan fungsional
ini dapat meliputi pembangunan prasarana fisik dan institusional, seperti prasarana dan
sarana ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan.
• Campur tangan selektif (selective interventions), yaitu campur tangan yang secara
khusus mendahulukan atau memprioritaskan suatu industri tertentu atas dasar
pertimbangan bahwa tanpa campur tangan selektif ini akan terjadi kegagalan pasar dan
dampak eksternalitas (externalities) akan menimbulkan suatu alokasi sumber daya yang
suboptimal. Campur tangan selektif ini bisa berupa suatu usaha untuk mengembangkan
suatu ketrampilan khusus yang diperlukan untuk mendorong suatu industri atau
kegiatan tertentu (misalnya, ketrampilan khusus untuk membuat desain tekstil yang
canggih).

Pengalaman di NIB yang telah mengalami pertumbuhan teknologi dan industri yang
amat pesat menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada satu resep yang berlaku secara
universaluntuk mendorong pertumbuhan teknologi dan industri. Sebagai contoh, di satu pihak
campur tangan pemerintah Hongkong minimal sekali dan pada umumnya terbatas pada
campur tangan fungsional. Di pihak lain campur tangan pemerintah Taiwan dan terutama Korea
Selatan jauh lebih luas dan terperinci yang meliputi bukan saja campur tangan fungsional akan
tetapi juga campur tangan selektif yang luas dalam pasar produk (berupa proteksi yang kuatdan
subsidi yang tinggi bagi industri yang dinilai mempunyai potensi daya saing internasional yang
tinggi) maupun dalam pasar faktor produksi (berupa usaha memperkuat kemampuan lembaga
keuangan untuk mengevaluasi dan membiayai proyek pengembangan teknologi tertentu,antara
lain dengan subsidi, bantuan keuangan bagi upaya teknologi di industri tertentu yang penting
bagi kepentingan nasional). Ditinjau dari segi perkembangan teknologi dan industri,
pengalaman Taiwan dan Korea Selatan menunjukkan bahwa kebijakan industri yang bersifat
intervensi jauh lebih berhasil dari pada kebijakan industri yang tidak begitu bersifat intervensi,
seperti yang dilakukan pemerintah Hongkong yang lebih mengutamakan campur tangan
fungsional. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan administrasi birokrasi
pemerintah. Kemampuan administrasi merupakan kendala yang penting bagi campur tangan
selektif yang merupakan alat kebijakan yang sangat peka. Kelemahan administrasi ini sangat
penting untuk diperhatikan karena campur tangan pemerintah yang selektif untuk
menanggulangi kegagalan pasar justru bisa menimbulkan kegagalan pemerintah (government
failure) berupa pemborosan dan tidak efisien dalam penggunaan sumber daya produktif yang
langka maupun kegagalan dalam mencapai tujuan (misalnya pengembangan industri tertentu
dengan daya saing internasional yang tinggi). Di samping ini kegagalan pemerintah untuk
menanggulangi kegagalan pasar juga bisa disebabkan karena korupsi dan kolusi antara pejabat
dan pengusaha. Jika hal ini terjadi maka kepentingan khususnya (misalnya pengusaha tertentu)
berupa campur tangan pemerintah yang secara khusus menguntungkan pengusaha tersebut
tanpa dasar ekonomi yang jelas. Campur tangan fungsional yang sangat diperlukan bagi NSB
dapat dijelaskan lebih jauh sebagai berikut. Campur tangan fungsional ini dapat berupa
memperkuat prasarana fisik seperti: pembangunan jalan raya, pelabuhan laut dan udara,
jaringan telekomunikasi dan lain-lain. Juga dapat memperkuat institusi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sudah ada sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Campur tangan
fungsional ini dapat juga meliputi investasi yang memadai dalam bidang pendidikan, khususnya
pendidikan teknik yang dapat menghasilkan tenaga teknik yang trampil dalam berbagai
kegiatan industri. Campur tangan selektif sebaiknya baru dilaksanakan secara lebih luas seiring
dengan peningkatan etos kerja birokrat yang mengutamakan kepentingan nasional dari pada
kepentingan pribadi. Jika campur tangan selektif terlampau dipaksakan tanpa melihat kendala
administrasi birokrasi maka hasilnya sangat mungkin adalah merajalelanya kegiatan pemburu
rente (rent-seeking activities) yang tidak produktif, dan bukan munculnya industri yang efisien
dengan daya saing internasional yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor dalam pertumbuhan ekonomi.


Secara matematis hubungan antara kemajuan teknologi dengan pertumbuhan ekonomi
telah dikemukan oleh para ekonom seperti Abramovitz, Kendrick dan Solow. Dengan
model yang dikembangkan tersebut dapat ditentukan besarnya sumbangan kemajuan
teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dalam usaha untuk meningkatkan keunggulan komparatif, NSB berusaha untuk
dapat menguasai teknologi yang sebagian besar dikembangkan oleh NIM. Untuk
menguasai teknologi ini dapat digunakan beberapa cara seperti: FDI, persetujuan lisensi,
proyek putar kunci, pembelian barang modal, dan pembelian bantuan teknis. Pemerintah
dapat melakukan campur tangan untuk mendorong pertumbuhan teknologi dan industri.
Campur tangan ini dapat bersifat fungsional dan selektif. Masing-masing campur tangan
yang tertuang dalam kebijakan pemerintah harus tetap memperhatikan kepentingan negara
dan harus melihat kondisi kemampuan administrasi birokrat.
Daftar Pustaka
Barro, R.J. and Martin, X.S. (1995) Economic Growth, McGraw-Hill, Inc., New York.
Djojohadikusumo, S. (1994) Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Hogendorn, J.S. (1996) Economic Development, Harper Collins College Publisher, New
York.
Jhingan, M.L. (1999) Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Nakayama, S. (1978) “Science and Technology in Modern Japanese Development”, in
Beranek Jr., W. and Ranis, G. (eds.), Science, Technology, and Economic
Development: A Historical and Comparative Study, Praeger Publisher, New York.
Pangestu, M. dan Basri, F.H. (1995) “Perdagangan Internasional dan Strategi
Pengembangan Teknologi”, dalam Anwar, M.A., Basri, F.H. dan Ikhsan, M. (eds.),
Sumber Daya, Teknologi, dan Pembangunan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Samuelson, P.A. and Nordhaus, W.D. (1998) Economics, The McGraw-Hill Companies,
Inc., Singapore.
The World Bank (1999) World Development Report 1998/99: Knowledge for
Development, Washington, D.C., http://www.worldbank.org/wdr/previous.html.
Todaro, M.P. (2000) Economic Development, Addison-Wesley, Massachusetts.
Wie, T.K., Jusmaliani, dan Indrawati, S.M. (1995) “Pengembangan Kemampuan
Teknologi Industri dan Alih Teknologi di Indonesia”, dalam Anwar, M.A., Basri, F.H.
dan Ikhsan, M. (eds.), Sumber Daya, Teknologi, dan Pembangunan, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wie, T.K. (1995a) “Pertumbuhan Ekonomi dan Kemajuan Teknologi di Indonesia dalam
Jangka Panjang”, dalam Alumni FEUI dan Tantangan Masa Depan: Beragam
Pemikiran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai