Tinjauan Kinetika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan Kinetika :

Tinjauan kinetika digunakan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Menurut
Wenner dan Dibdal (1948), persamaan laju reaksi dari pembentukan styrene, benzene, dan toluene
menurut reaksi :

C6H5CH2CH3 (g) C6H5CH=CH2 (g) + H2 (g)

Ethylbenzene Styrene Hidrogen

C6H5CH2CH3 (g) C6H6 (g) + C2H4 (g)

Ethylbenzene Benzene Ethylene

C6H5CH2CH3 (g) + H2 (g) C6H5CH3 (g) + CH4 (g)

Ethylbenzene Hidrogen Toluene Methane

adalah sebagai berikut :

𝑃𝑆𝑇 𝑃𝐻2
r1 = 𝑘1 (𝑃𝐸𝐵 − )
𝐾𝐸𝐵

r2 = 𝑘2 𝑃𝐸𝐵

r3 = 𝑘3 𝑃𝐸𝐵 𝑃𝐻2

dimana :

r1 = kecepatan reaksi dehidrogenasi; lbmol/(hr)(lbcat)

k1 = konstanta kecepatan reaksi; lbmol/(hr)(atm)(lbcat)

KEB = konstanta kesetimbangan; atm

PEB = tekaanan parsial ethylbenzene; atm

PST = tekanan parsial styrene; atm


PH2 = tekanan parsial hidrogen; atm

nilai k (konstanta kecepatan reaksi) dapat diperoleh melalui persamaan Arhenius:

k = A. e – E/RT

untuk :

k = konstanta kecepatan reaksi

A = faktor tumbukan

E = energy aktivasi

R = konstanta gas

T = suhu reaksi.

Berdasarkan persamaan Arrhenius didapatkan nilai k untuk masing-masing reaksi adalah:

log k1 = (-31.370/5,575T0K) + 0,883

log k2 = (-50.800/5,575T0K) + 9,130

log k3 = (-21.800/5,575T0K) + 2,780

Dari persamaan konstanta kecepatan reaksi tersebut di atas, untuk memperbesar konstanta
kecepatan reaksi maka dilakukan dengan cara menggunakan katalis yaitu styromax-6 untuk
menurunkan energi aktivasi (E) dan menaikan suhu operasi, sehingga ruas kanan dari persamaan
tersebut dan konstanta kecepatan reaksi semakin besar atau reaksi berlangsung semakin cepat.

Pengaruh suhu terhadap persamaan konsatanta kecepatan reaksi dan konstanta


kesetimbangan di atas adalah jika suhu semakin besar maka konstanta kecepatan reaksinya akan
semakin besar pula, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar. Semakin besar suhu maka
harga K semakin besar, sehingga kecepatan reaksi (-rA) akan semakin besar. Sehingga naiknya
suhu operasi akan memperbesar kecepatan reaksi dehidrogenasi ethylbenzene.
Tinjauan Termodinamika

Tinjauan segi termodinamika adalah untuk mengetahui reaksi tersebut bersifat endotermis
(memerlukan panas) atau eksotermis (melepaskan panas), serta mengetahui apakah reaksi berjalan
searah atau bolak-balik.

Reaksi dehidrogenasi ethylbenzene:


C6H5CH2CH3 ↔ C6H5CH=CH2 + H2

Ethylbenzene Styrene Hydrogen

untuk mengetahui sifat reaksi dehidrogenasi endotermis atau eksotermis dapat diketahui dari harga

ΔH reaksi.

Data-data ΔHf0 pada T 298K adalah sebagai berikut (Smith et al, 2001) :

ΔHf0 H2 =0

ΔHf0 C6H5CH2CH3 = 29.920 J/mol

ΔHf0 C6H5CH=CH2 = 147.360 J/mol

Sehingga ΔHR0 reaksi = ΔHf0 produk - ΔHf0 reaktan

= (ΔHf0 C6H5CH=CH2 + ΔHf0 H2) – (ΔHf0 C6H5CH2CH3)

= (147.360 J/mol + 0) – (29.920 J/mol)

= 117.440 J/mol

ΔHR0 reaksi dehidrogenasi ethybenzene bernilai positif sehingga reaksi dehidrogenasi bersifat

endotermis dengan konstanta kecepatan reaksi sebagai berikut :

K=
C6 H 5C2 H 3 H 2  dan d ln K  H
 …………………Pers. 9-16. Smith Van-Ness
C6 H 5C2 H 5  dT RT

Dimana -∆H0 = panas reaksi standart

-∆H0 bernilai positif karena reaksi endotermis maka semakin tinggi suhu, harga K akan semakin

besar sehingga konversi semakin besar.


Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi kesetimbangan yang dapat dilihat dari perhitungan

konstanta kesetimbangan dapat dilihat melalui perubahan Energi Gibs. Perubahan Energi Gibs

dapat dihitung dari persamaan :

∆Go = -RT ln K ........................ Pers. 9 – 11. Smith Van Ness

Data-data ∆Go adalah sebagai berikut (Smith et al, 2001) :

∆Gfo H2 =0

∆Gfo C6H5CH2CH3 = 130.890 J/mol

∆Gfo C6H5CH=CH2 = 213.900 J/mol

Sehingga ∆Go reaksi = ∆Go produk - ∆Go reaktan

= (∆Gfo C6H5CH=CH2 + ∆Gfo H2) – (∆Gfo C6H5CH2CH3)

= (213.900 J/mol + 0) – 130.890 J/mol

= 83.010 J/mol

ln K = -∆G / RT

= (-83.010 J/mol) / (8,314 J/mol K x 298 K)

= -33,5045

K = 2,8128 x 10-15

d ln K H 0
 …………………..Pers. 9-16. Smith van Ness
dT RT 2

Apabila persamaan tersebut diintegrasikan dengan batas K’ sampai K dan T’ sampai T

maka diperoleh persamaan :

ln K H 0 1 1 
 T  T '  ………………….Pers. 9-17. Smith Van-Ness
K' R

117.440  1 1 
 
8,314  873 298 

ln K
 31,22
K'

K/K’ = 3,6224 x 1013

K = (3,6224 x 1013) x (2,8128 x 10-15)

= 0,1018

Sifat reaksi dapat diketahui dengan melihat harga K. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa

harga K pada suhu 298 K sangat kecil, demikian juga pada suhu operasi 873 K harga K relatif

kecil, oleh karena itu reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi kesetimbanga reversible. Harga K

dapat diperbesar dengan menaikkan suhu operasi yaitu dengan penambahan inert untuk menggeser

kesetimbangan. Inert yang digunakan berupa superheated steam yang diinjeksikan ke dalam

reaktor pada suhu sekitar 710oC (Mc. Ketta, vol 13, 1980), karena steam juga digunakan dalam

regenerasi katalis. Pada reaksi dehidrogenasi menghasilkan jumlah mol yang lebih besar, sehingga

jika tekanan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri, maka agar kesetimbangan

bergeser ke kanan, reaksi dehidrogenasi dilakukan pada tekanan rendah.

Anda mungkin juga menyukai