Logistik Ramah Lingkungan
Logistik Ramah Lingkungan
Logistik Ramah Lingkungan
php/jsinbis
DOI: 10.21456/vol6iss2pp154-163
Abstract
In this research the assessment of the processes green supply chain management for corporate financial performance
improvement. This research was based on the company goal to achieve profit by lowering the risk and environmental impact
while improving the ecological efficiency by implementing green supply chain management in order to improve the company's
financial performance. The method used in this research is a Green Supply Chain Management (GSCM). The management
process of the company was done with by giving weight to the indicators of the green supply chain and measuring supply chain
performance by using AHP method. Then compared with the acquired real weight of the Green SCOR model. While to
measuring the financial performance of the company to know the position of the company by using ROA and EVA calculation
that exist in the methods of Du Pont Ratio Analysis. The results of this research is a decision system information which is
capable of linking green supply chain performance with the company's financial performance. The results of the analysis
indicated that the supplying, making, delivering and returning are very sustainable. The assessment result shows 87.3% of
companies have increased the company's financial and 12.7% companies’ efficiency. This information system can be developed
to assist the manager in the company's decision-making started from the sustainable design. This research method can be
developed to assess the extent of each indicator of the supply chain performance related to the financial strategies.
Abstrak
Pada penelitian ini telah dilakukan penilaian terhadap proses rantai pasok yang ramah lingkungan, kinerja rantai pasok dan
kinerja keuangan. Penelitian ini didasarkan pada pola dasar perusahaan untuk mencapai keuntungan dengan cara menurunkan
risiko dan dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efesiensi ekologi. Dengan cara menerapkan manajemen rantai pasok
yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
manajemen rantai pasok yang ramah lingkungan. Proses pengelolaan pada perusahaan dilakukan dengan urutan : memberi
bobot pada indikator proses rantai pasok yang ramah lingkungan, mengukur kinerja rantai pasok dengan mengunakan metode
AHP. Kemudian di bandingkan dengan perolehan bobot riil dari model SCOR. Selanjutnya untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan dan mengetahui posisi perusahaan dengan mengunakan perhitungan model ROA dan EVA yang ada dalam metode
Du Pont Ratio Analysis. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem informasi pengambilan keputusan yang mampu
menguhungkan antara kinerja rantai pasok yang ramah lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil analisa
menunjukkan bahwa pengadaan, produksi, pengiriman dan pengembalian sangat ramah lingkungan. Serta hasil penilaian
menunjukan 87,3% perusahaan mengalami peningkatan keuangan dan 12,7% perusahaan efesien. Sitem informasi ini dapat
dikembangkan untuk membantu para menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan mulai dari tahap perencanaan yang
ramah lingkungan. Metode penelitian ini dapat dikembangkan untuk menilai sejauh mana setiap kategori kinerja rantai pasok
terkait dengan strategi keuangan.
Sejalan dengan tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasokan
untuk memaksimalkan keuntungan serta dapat dengan berkomunikasi secara efektif (Supply Chain
mengukur dan memantau tujuan organisasi serta Council, 2010).
memperhatikan lingkungan, hal ini dapat dicapai Lingkup dari proses SCOR adalah :
melalui identifikasi untuk meningkatkan kinerja. 1. Plan (perencanaan dan manajemen dari
Sedangkan pengukuran kinerja didefinisikan sebagai permintaan ataupun pasokan).
proses mengukur efektivitas dan efisiensi dari 2. Source (Pengadaan persediaan, membuat
tindakan (Wong et al., 2011). permintaan)
Perusahaan juga tidak akan mampu bersaing atau a. Jadwal pengiriman, penerimaan,
bertahan kecuali mereka mengembangkan strategi memverifikasi dan mengirim produk serta
untuk mencapai pengurangan biaya, peningkatan mengesahkan pembayaran pengadaan, juga
kualitas dan peningkatan produktivitas (Tipi et al., mengaturan bisnis langsung, menilai kinerja
2012). Permasalahanya adalah bagaimana mengelola pengadaan dan menyimpan data.
hubungan timbal balik antar strategi karena biasanya b. Mengelola persediaan, jaringan pengadaan,
menerapkan strategi untuk mencapai pengurangan persyaratan impor / ekspor, dan perjanjian
biaya bisa berdampak negatif terhadap kualitas atau pengadaan.
mengakibatkan penurunan produktivitas. 3. Make (proses yang mengubah produk ke tahap
Oleh karena itu mengukur kinerja perusahaan selesai) meliputi penjadwalan, pengolahan,
dengan menggunakan serangkaian langkah-langkah pengujian, pengemasan, pengiriman, mengatur
keuangan menjadi solosi. Dengan cara aturan dan kepatuhan terhadap peraturan produksi.
mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengukur 4. Deliver : termasuk pemesanan dan faktur dari
keuangan secara akurat agar dapat memprediksi pelanggan, manajemen transportasi (pengiriman),
kinerja perusahaan dan bahkan megambil keputusan strategi distribusi, menerima dan memverifikasi
yang tepat bagi perusahaan (Delen et al., 2013). produk, logistik, ekspor dan persyaratan impor.
Metode seperti pembobotan yang berkaitan 5. Return (pengembalian bahan baku (pengadaan)
dengan proses pengambilan keputusan seperti dan pengembalian barang jadi (dari pelanggan)
Analytic Hierarchy Process (AHP) (Chen et al., 2012) untuk setiap alasan, termasuk produk cacat).
model Supply Chain Operations Reference (SCOR) Sedangkan untuk mengukur kinerja dari rantai
(Tipi et al., 2012) serta (Wang et al., 2012) Mixed pasok ada lima kategori yaitu reliability (kehandalan),
Integer Linear Programming (MILP) (Povoa et al., responsiveness (daya tangkap), aglity (mudah
2013) Interpretive Structural Modeling (ISM) menyesuaikan), cost (biaya) dan asset management
(Giovanni et al., 2012). Banyak digunakan untuk (aset).
memfasilitasi proses GSCM. Namun metode seperti Langkah berikutnya adalah menyeleksi matrik
MILP dan ISM masih banyak kelemahan jika di kriteria tersebut menjadi Key Performance Indicator
imlepentasikan dengan manjemen yang ramah (KPI). Karena sebuah perusahaan tidak bisa menjadi
lingkungan. yang terbaik di semua mertik, jadi harus bijak
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan peneliti- menargetkan kekuatan di beberapa bidang saja
peneliti yang terdahulu. Perbedaan tersebut terletak (Huang et al., 2005).
pada analisis yang digunakan yaitu model Green Konsep dari Green SCOR cukup sederhana karena
SCOR untuk meningkatkan kinerja rantai pasok dan merupakan modifikasi dari model SCOR yaitu
kinerja keuangan perusahaan yang mengefektifkan manajemen rantai pasokan dan
mempertimbangkan faktor lingkungan. serta dapat dibangun dengan memasukkan unsur-unsur sistem
mengetahui dimensi-dimensi perioritas keuangan manajemen lingkungan. Tujuannya yaitu untuk
perusahaan. Model Green SCOR, AHP dan Du pont menciptakan suatu alat analisis yang memberikan
ratio analysis dapat memecahkan masalah pada gambaran tentang hubungan antara fungsi rantai
metode ISM dan MILP yaitu faktor kualitatif maupun pasokan dengan aspek lingkungan agar tercipta
penerapan GSCM pada industri manufaktur. peningkatan kinerja manajemen diantara keduanya
(Wilkerson et al., 2003 dan SCC, 2010).
2. Kerangka Teori
2.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)
2.1. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Pada AHP keputusan diambil dengan cara
Model SCOR merupakan acuan dari operasi rantai membandingkan secara berpasangan alternatif-
pasokan yang berdasarkan proses. Model ini alternatif yang akan dipilih dengan menggunakan
menyediakan kerangka kerja manajemen rantai kuisioner. AHP menangani berbagai perspektif
pasokan yang konsisten, termasuk proses bisnis, (kriteria) dan tindakan (sub kriteria) dengan derajat
evaluasi kinerja dan praktik perbaikan. Hal ini dapat yang berbeda kepentingan dan menerjemahkan hasil
membantu semua komponen dari rantai pasokan, keseluruhan menjadi matrik terpadu. Hasil yang
termasuk produsen, pemasok, pengecer, distributor, diperoleh adalah memungkinkan para manajer untuk
penyedia layanan logistik dan pelanggan, untuk
156 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02(2016) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
mengetahui berbagai perspektif dari penilaian kinerja Tabel 1. Harga Random Index
dan memahami kemungkinan kegagalan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang h. Menghitung rasio konsistensi/consistency ratio
dihadapi. (CR) dengan rumus :
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan 𝐶𝐼
𝐶𝑅 = (2)
𝐼𝑅
menjadi unsur-unsurnya yaitu kriteria dan
alternatif kemudian disusun menjadi struktur
dimana :
hierarki.
CR= Consistency Ratio
2. Penilaian kriteria dan alternatif.
CI = Consistensy Index
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan
IR = Index Random Consistency
berpasangan untuk berbagai persoalan. Skala 1
i. Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya
sampai 9 adalah skala terbaik dalam
lebih dari 10%, maka penilaian data judgement
mengekspresikan pendapat.
harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi
3. Penentuan Prioritas.
(CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka
Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah
hasil perhitungan bisa dinyatakan benar (Chen
untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh
et al., 2012).
alternatif.
4. Konsistensi Logis.
2.3. Kinerja Keuangan
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk
Kinerja keuangan merupakan usaha formal yang
mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada,
dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengukur
karena kita tidak menginginkan keputusan
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi
laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan,
yang rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan
dan potensi perkembangan perusahaan dengan
langkah adalah :
mengandalkan sumber daya yang ada (Delen et al.,
a. Mengkalikan setiap nilai pada kolom pertama
2013).
dengan elemen prioritas pertama, nilai pada
Du Pont Ratio Analysis merupakan metode rasio
kolom kedua dengan elemen prioritas kedua,
keuangan yang umum digunakan untuk mengukur
dan seterusnya.
kinerja keuangan organisasi (Tipi et al., 2012). Dalam
b. Menjumlahkan setiap baris.
penelitian ini digunakan untuk mengevaluasi bidang
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan
profitabilitas dan efisiensi operasional dengan menilai
elemen prioritas yang bersangkutan.
komponen kinerja yang berberkontribusi untuk Return
d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya
On Assets (ROA) yang didalamnya merupakan
elemen yang ada, hasilnya disebut maks. pendapatan (penjualan), biaya dan total aset.
e. maks = nilai eigen terbesar dari matrik berordo ROA mengukur berapa banyak keuntungan
n. perusahaan yang dihasilkan kemudian dibandingkan
f. Nilai eigen terbesar didapat dengan dengan aset yang digunakan dalam bisnis yang terdiri
menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dari profitabilitas (Net Profit Margin) dan efisiensi
dengan eigen vector. Batas ketidak konsistenan (Total Assets Turnover) dapat dinyatakan dalam
diukur dengan menggunakan rasio konsistensi rumus sebagai berikut :
(CR), yakni perbandingan indeks konsistensi
(CI) dengan nilai konsistensi acak (RI). Nilai ROA = Net Profit Margin x Total Assets Turnover
ini bergantung pada ordo matrik n. = (Net Income/Sales) x (Sales/Total Assets)
g. Menghitung consistency index (CI) dengan (3)
rumus : Sedangkan untuk mengetahui indeks keuangan
−𝑛
𝐶𝐼 = 𝑚𝑎𝑘𝑠 (1) (2.1) perusahaan apakah baik atau dalam posisi gawat yaitu
𝑛−1
Dimana n adalah banyaknya elemen. dengan menggunakan komponen (Economic Value
𝑚𝑎𝑘𝑠 = harga rata-rata yang dihitung Added) EVA. Cara yaitu dengan menilai kontribusi
sebelumnya. masing-masing komponen kinerja keuangan yaitu
Jika CI = 0 maka pengambil keputusan adalah pendapatan, biaya, dan aset (revenue, cost, and assets)
konsisten sempurna. Sedangkan seberapa jauh terhadap peningkatan profitabilitas dan efisiensi
inkonsistensi tersebut dapat diterima. Maka operasional perusahaan.
harus dibandingkan CI dengan indeks random Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
yaitu indeks konsistensi dari matriks EVA = NOPAT- Capital Charges
komparasi pasangan secara random. Harga RI (4)
dapat dilihat pada Tabel 1 Dimana :
NOPAT = Net Operating After Tax
Capital Charges = Invested Capital atau Cost Of
Capital
Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02(2016) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis 157
3. Metodologi
Gambar 1. Tahapan prosedur penelitian
3.1. Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini mengunakan data yang diperoleh
dari laporan keuangan serta data dari bagian gudang,
logistik dan TUK yang akan diolah dengan
mengunakan kerangka model Green SCOR. Selain itu
juga mengunakan data dari kuesioner yang akan di isi
oleh 5 narasumber dalam hal ini kabag pada PG
Trangkil. Bentuk kuesioner yang digunakan mengacu
pada model AHP dengan memilih tingkat kepentingan
mengenai seberapa green proses dan kinerja rantai
pasok serta kinerja keuangan perusahaan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem operasi Microsoft Windows 7 dan perangkat
lunak untuk pengolahan data dan pembuatan interface Gambar 2. Kegiatan manajemen rantai pasok ramah
menggunakan PHP dan MySQL. Sedangkan lingkungan
perangkat keras mengunakan Processor Intel (R) Core
2 Duo, RAM 1 Gb, HDD 160 Gb. 1. Pengadaan Ramah Lingkungan
Merupakan bagian dari proses green Procurement
3.2. Prosedur Penelitian yang meliputi kegiatan pemiliah bahan ketel tebu yang
Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan sudah terseleksi oleh bagaian QC, pemilihan zat-zat
prosedur penelitian yang dilakukan untuk memastikan kimia yang digunakan harus bersertifikat ISO 14000,
agar supaya mencapai hasil yang maksimal dan mudah bahan untuk karung pembungkus dari daur ulang,
untuk di imlementasikan. Adapun gambaran dari pesanan pengadaan dilakukan lewat email sehingga
tahapan prosedur penelitian seperti pada Gambar 1. paperless. Maka KPI dari proses pengadaan yang
Sedangkah langkah selanjutnya adalah penyusunan ramah lingkungan, seperti pada Tabel 2 berikut.
dan pengkelompokan KPI ke dalam proses rantai
pasok yang ramah lingkungan. Berikut ini adalah Tabel 2. KPI Pengadaan yang Ramah Lingkungan
proses rantai pasok ramah lingkungan yang ada di PG Kriteria Kode KPI
Tarangkil, meliputi pengadaan, produksi, pengiriman, SI Bahan lolos Quality Control.
dan pengembalian. Kegiatan GSCM dapat di lihat S2 Zat kimia berstandart ISO 14000.
seperti pada Gambar 2. Pengadaan
S3 Menggunakan daur ulang karung.
S4 Order via email.
158 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02(2016) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
Karena ROA adalah untuk mengetahui seberapa besar Memperbaharui produk = 67%, (R2) Daur Ulang
pengembalian aset atas perusahaan. Limbah = 24% dan (R3) Minimal pengembalian =9%.
Pada langkah yang ke dua yaitu dengan cara Jadi secara umum proses pengiriman dan
mencari EVA perusahaan supaya mengetahui pengembalian sudah berjalan baik dan dapat dikatakan
seberapa jauh efektifitas perusahaan dalam beroperasi. ramah lingkungan. Sedangkan bobot kinerja rantai
Maka dari data keuangan di hitung mengunakan pasok untuk kriteria reliability = 56%, responsiveness
rumus EVA untuk menghasilkan indikator pabrik = 28%, Aglity = 11%, Cost = 5% dan Asset
apakah pada posisi baik, impas atau tidak sehat. Hasil Management = 1%. Hasil kinerja tersebut kemudian di
dari sistem ini dapat dijadikan saran bagi perusahaan bandingkan dengan hasil riil kinerja rantai pasok dan
agar lebih maksimal dalam mengelola kinerja rantai jika di konfersi dalam prosentase untuk reliability
pasok dan strategi keuangan perusahaan. Sehingga mendapat = 32%, responsiveness = 31%, Aglity =
akan dihasilkan output dari sistem ini yaitu prioritas 14%, Cost = 9% dan Asset Management = 15%. Maka
kinerja keuangan, bobot kepentingan kinerja rantai ada 2 kriteria yang harus di evaluasi yaitu pada
pasok yang di bandingkan dengan hasil riil kinerja reliability yang belum memenuhi target perusahaan
rantai pasok, indeks proses rantai pasok yang ramah dan pada Asset Management yang terlalu besar
lingkungan, indek ROA serta EVA perusuhaan. dikeluarakan dari yang sudah di tentukan.
Semua output ditampilkan dalam bentuk tabel dan Selanjutnya untuk indek kinerja keuangan,
grafik. Kerangka hasil sistem informasi GSCM seperti perusahaan menetapkan profitability 87,3% dan
pada Gambar 4 berikut. efeciency 12,7%. Jika kemudian dibandingkan dengan
hasil riil indek EVA perusahaan 130.893.000.000
serta ROA sebesar 16,4%. Jadi bisa dikatakan
keuntungan perusahaan melebihi target
Rp.23.331.000.000 dan pengembalian atas aset
perusahaan melebihi target 3,7%. Artinya dalam hal
ini metode Du Pont Rasio Analysis mampu
menganalisa dan mengevaluasi kinerja keuangan
supaya lebih efektif
4.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dibahas tentang penilaian
kinerja rantai pasok ramah lingkungan dan penilaian
kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari front
end sistem dan back end sistem. Front end ada 5 kabag
pabrik sebagai responden yang akan memasukkan
data kuesioner model AHP. Kuesioner tersebut untuk
Gambar 4. Kerangka hasil penelitian sistem mencari bobot dari masing-masing kriteria. Back end
informasi sistem dikelola oleh administrator dalam manajemen
konten, menggelola data, memasukan data pabrik,
Dari kerangka sistem informasi ini akan dihasilkan standart dan target perusahaan sesuai model SCOR.
output dari sistem ini yaitu indeks proses rantai pasok Hasilnya adalah performance green rantai pasok dan
yang ramah lingkungan untuk kriteria pengadaan level kinerja keuangan.
dengan alternatif (S1) Bahan lolos Quality Control =
58%, (S2) Zat kimia berstandart ISO 14000 = 20%, 4.2.1. Tahap Pembobotan dengan Metode AHP
(S3) Menggunakan daur ulang karung = 17% dan (S4) Setiap KPI yang telah tersusun dalam sebuah
Order via email = 5%. Jadi untuk proses pengadaan hirarki, kemudian diberi pembobotan dengan
yang order via email perlu perhatian dan peningkatan menggunakan metode AHP. Tujuan dari pembobotan
karena masih sedikit. ini adalah untuk mendapatkan bobot tingkat
Kriteria produksi dengan alternatif (M1) Produk kepentingan atau seberapa besar KPI berpengaruh
Berkwalitas = 36%, (M2) Bebas zat timbal = 44%, terhadap penilaian kinerja rantai pasok dan kinerja
(M3) Waktu lebih cepat dari target = 14% dan (M4) keuangan perusahaan. Serta sebagai bahan acuan
Efesiensi bahan = 6%. Secara umum proses produksi untuk strategi perusahaan yang akan digunakan.
sudah berjalan baik hanya pada efesiensi bahan yang
perlu di tingkatkan lagi supaya hasilnya lebih 1. Pembobotan dari masing-masing kriteria
maksimal. Langkah pertama adalah menghitung tingkat
Kriteria pengiriman dengan alternatif (D1) kepentingan perbandingan berpasangan masing-
Pengiriman diatas target = 54%, (D2) Kendaraan masing kriteria. Adapun data kepentingan
berbahan bakar alternatif = 17%, (D3) Distribusi skala perbandingan berpasangan antar kriteria dapat dilihat
besar = 22% dan (D4) Desain kemasan fleksibel = 7%. pada Tabel 7 berikut ini :
Kriteria pengembalian dengan alternatif (R1)
Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02(2016) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis 161
Tabel 7. Koesioner para ahli menentukan prioritas n adalah jumlah orde matriks, pada kasus ini adalah
kinerja keuangan matriks berorde 2, maka Consistency Index-nya adalah
Kriteria Kabag 1 Kabag 2 Kabag 3 Kabag 4 Kabag 5 :
P dan E 7 5 7 7 9
𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛 2− 2
𝐶𝐼 = = = (7)
𝑛−1 2−1
2. Menghitung tingkat kepentingan perbandingan
berpasangan
Langkah selanjutnya adalah menghitung Consistensi
Dalam metode AHP menghitung tingkat
Rasio (CR), dimana Random Index (RI) dengan n = 2
kepentingan perbandingan berpasangan antar kriteria.
adalah 0.00 (diperoleh dari tabel random indeks),
digunakan rata-rata geometrik dari penilaian yang
maka nilai CR adalah :
diberikan oleh 5 narasumber.
5
𝐺𝑀 = √7 𝑥 5 𝑥 7 𝑥 7 𝑥 9 𝐶𝐼 0.00
(5) 𝐶𝑅 = = 0 (8)
𝐼𝑅 0
= 6.88
Hasil perhitungan nilai di atas adalah CR ≤ 0,1 untuk
Tabel 8. Rata-rata geometrik kinerja keuangan matriks 2x2 maka dapat disimpulkan bahwa
Kriteria Profitability Efficiency narasumber pada kuesioner ini konsisten terhadap
Profitability 1 6.88 jawabannya.
Efficiency 0.15 1
4. Matrik perbandingan berpasangan antar masing-
Di mana 6.88 adalah nilai rata-rata sedangkan 0,15 masing kriteria
adalah nilai kebalikan dari Geometrik. Selanjutnya Pada tahap ini adalah untuk mengetahui bobot
untuk matriks perbandingan berpasangan, mencari masing-masing setiap alternatif setelah pengaruh dari
eigen vector dengan mengunakan perhitungan bobot prioritas kinerja keuangan. Sedangkan untuk
dan prioritas dari kinerja keuangan faktor ditentukan mengetahui bobot alternatif pada kriteria profitability
sebagai berikut: langkah-langkahnya adalah seperti berikut.
Tabel 9. Bobot matrik kinerja keuangan Tabel 11. Matrik perbandingan antar alternatif kriteria
Kriteria Profitability Efficiency Bobot profitability
Profitability 0.873 0.873 0.873 Kriteria RL RS AG CO
Efficiency 0.127 0.127 0.127 RL 1 3.32 5.35 6.54
Jumlah 1.000 1.000 1.000 RS 0.30 1 4.36 5.35
AG 0.19 0.23 1 4.08
Jadi untuk perusahaan ini, prioritas yang lebih CO 0.15 0.19 0.25 1
tinggi untuk meningkatkan kinerja keuangan Jumlah 1.64 4.74 10.95 16.97
diberikan kepada faktor profitabilitas dengan bobot
prioritas dari 87,3% dibandingkan dengan hanya Dari hasil penjumlahan matriks perbandingan
12,7% diberikan untuk faktor efisiensi. berpasangan di atas, selanjutnya dihitung matriks
normalisasi seperti pada Tabel 12 dengan cara
3. Mencari konsistensi rasio membagi masing-masing angka di setiap kolom
Langkah selanjutnya adalah menghitung dengan jumlah kolom masing-masing dan dilanjutkan
Consistensi Rasio (CR) untuk mengetahui seberapa dengan menghitung nilai rata-rata di masing-masing
konsisten jawaban para responden dalam mengisi baris.
koesioner.
Tabel 12. Matriks normalisasi dan rata–rata baris
Tabel 10. Konsistensi rasio untuk kriteria profitability
Kriteria Profitability Efficiency Bobot Hasil Kali Kriteria RL RS AG CO Bobot
Profitability 1 6.9 0.873 1.746
RL 0.61 0.70 0.49 0.39 0.55
Efficiency 0.15 1 0.127 0.254
RS 0.18 0.21 0.40 0.32 0.28
AG 0.11 0.05 0.09 0.24 0.12
Setelah diperoleh perhitungan konsistensi di atas,
CO 0.09 0.04 0.02 0.06 0.05
dilakukan perhitungan Consistency Vector sebagai
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
berikut :
1.746 / 0.873 = 2
0.254 / 0.125 = 2 Jadi diperoleh bobot kriteria alternatif profitability
Maka rata – rata kedua entri terakhir, yaitu : untuk (RL) Reliability 0.55, (RS) Responsiveness
0.28, (AG) Aglity 0,12 dan (CO) Cost 0.05.
2+2 Sedangkan langkah-langkah untuk mengetahui
𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2
=2 (6) bobot masing-masing alternatif pada kriteria
162 Jurnal Sistem Informasi Bisnis 02(2016) On-line : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jsinbis
efficiency setelah pengaruh dari prioritas kinerja Dari data diatas di analisa dan diolah dengan
keuangan seperti berikut. mengunakan metode Du Pont Rasio Analysis untuk
menentukan seberapa besar laba dan pengembalian
Tabel 13. Matrik perbandingan antar alternatif kriteria aset pabrik pada periode pertama ini. Maka dilakukan
efficiency perhitungan dengan mengunakan rumus ROA.
Kriteria RL RS AM Langkah-langkahnya adalah sebaga berikut :
RL 1 3.68 7.74
RS 0.27 1 5.72 ROA= Net Profit Margin x Total Assets Turnover (9)
AM 0.13 0.17 1 = (Net Income/Sales) x (Sales/Total Assets)
Jumlah 1.40 4.85 14.46 137,900,000,000 700,700,000,000
ROA= X = 0.164
700,700,000,000 840,000,000,000
Setelah matriks tersebut dihitung dengan cara
membagi masing-masing angka di setiap kolom dan Jadi dari proses tersebut di peroleh ROA (Return
jumlah kolom kemudian dilanjutkan dengan On Assets) pabrik sebesar 0.164 atau sama dengan
menghitung nilai rata-rata di masing-masing baris, 16,4 % maka dapat dikatakan posisi keuangan
yang diperoleh bobot masing-masing alternatif perusahan pada periode ini dalam kedaan sehat.
kriteria efficiency untuk (RL) Reliability 0.67, (RS) Selanjutnya untuk mencari nilai tambah bagi
Responsiveness 0.27 dan (AM) Asset Management perusahaan. Masih dari data keungan pabrik seperti
0.07. pada Tabel 16 diatas serta pajak sebesar 1% dari laba
kotor yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
5. Mencari skor total setiap alternatif Maka analisa proses yang dilakukan yaitu dengan
Setelah diperoleh bobot masing-masing alternatif mengunakan rumus EVA (Economic Value Added).
dan di jumlahkan antara alternatif profitability dan Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
efficiency, maka tinggal mengalikan dengan hasil
bobot dari kriteria profitability dan efficiency dan akan NOPAT = Laba Kotor – Pajak (10)
menghasilkan skor total NOPAT= 700,700,000,000 - 7,007,000,000
dari setiap alternatif. Selain itu juga bisa ditentukan = 693,693.000.000
rangking masing-masing kriteria alternatifnya, seperti
pada Tabel 14 berikut ini. Capital Charges = Total biaya modal (11)
Tabel 14. Total skor setiap alternatif Sedangkan total biaya modal yang dikeluarkan
Kriteria W (Bobot) Rangking oleh perusahaan dalam periode ini sebesar 67% dari
(RL) Reliability) 0.56 1 aset manajemen yang di miliki.
(RS) Responsiveness) 0.28 2
(AG) Aglity 0.11 3 Maka Capital Charges = 67/100 x 840,000,000,000
(CO) Cost 0.05 4 = 562,800,000,000
(AM) Asset Management 0.01 5
EVA = NOPAT- Capital Charges (12)
4.2.2. Pengolahan Data Keuangan
Berikut ini adalah data keuangan dari PG Trangkil = 693,693.000.000 - 562,800,000,000
periode I sampai pada bulan April 2014. Dari hasil = 130,893,000,000
produksi gula sebanyak 637.000 ton, jika 1 ton sama
dengan 100 kg sedangkan harga gula per kg Rp.11.000 Jadi dari proses analisa tersebut di atas di peroleh
pada periode ini dan total biaya yang dikeluarkan hasil penilaian kinerja keuangan pabrik dengan
sebesar 67% dari total aset manajemen yang dimiliki mengunakan EVA sebasar Rp. 130,893,000,000 jadi
pabrik, maka akan didapat data keuangan secara lebih besar 0 maka dapat dikatakan kinerja keuangan
global dari jumlah total laba penjualan, jumlah total pabrik dalam keadaan baik. Karena kreditur tetap
biaya yang di keluarkan, jumlah total laba kotor yang mendapat bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan
diperoleh dan jumlah total aset yang dimiliki pengembalian yang sama atau lebih dari yang
perusahaan seperti pada Tabel 15 berikut. ditanam.
yang ada pada Green SCOR dan di hubungkan Delen, D., Kuzey, C., Uyar, A., 2013. Measuring firm
dengan kinerja keuangan, kemudian dianalisa untuk performance using financial ratios: A decision tree
mencari bobot masing-masing kriteria mengunakan approach, Expert Systems with Applications 40,
metode AHP. Dari hasil analisa kemudian 3970–3983
dibandingkan dengan hasil riil sistem SCOR, supaya Giovanni, P.D., Vinzi, V.E., 2012. Covariance versus
bisa dievaluasi, dikontrol dan dimonitoring. component-based estimations of performance in
Karena hasil analisis yang diperoleh menunjukkan green supply chain management, Int. J. Production
bahwa proses produksi, pengiriman dan pengembalian Economics 135, 907–916
sudah berjalan baik dan dapat dikatakan ramah Kurien, G.P., Qureshi, M.N., 2012. Performance
lingkungan. Hanya pada proses pengadaan yang order measurement systems for green supply chains
via email perlu perhatian dan peningkatan karena using modified balanced score card and analytical
masih sedikit yang mengunakan cara ini. Juga ada 2 hierarchical process, Academic Journals 36, 149-
kriteria yang harus di evaluasi yaitu pada reliability 161
yang belum memenuhi target perusahaan dan pada Póvoa, B., Cardoso, S.R., Paula, F.D., 2013. Design
Asset Management yang terlalu besar dikeluarakan and planning of supply chains with integration of
dari yang sudah di tentukan. reverse logistics activities under demand
Bahkan keuntungan perusahaan melebihi target uncertainty, European Journal of Operational
sebesar Rp.23.331.000.000 dan pengembalian atas Research 226, 436-451
aset perusahaan melebihi target 3,7% dari yang sudah Supply chain council., 2010. Supply Chain Operations
ditentukan. Artinya dalam hal ini metode yang Reference (SCOR) model, www.supply-chain.org,
digunakan mampu menganalisa dan mengevaluasi United States and Europe.
kinerja perusahaan dan keuangan lebih efektif. Tipi, N.S., Hubbard, N. J., Leach, D.Z., 2012. Linking
supply chain processes’ performance to a
Ucapan Terima Kasih company’s financial strategic objectives,
European Journal of Operational Research 223,
Terima kasih diucapkan pada PG Trangkil Pati 276 - 289
yang telah memberikan data dalam penelitian ini. Wang, X., Chan, H.K., Rachel W.Y., Rainey, I.D.,
2012. A two-stage fuzzy-AHP model for risk
Daftar Pustaka assessment of implementing green initiatives in
the fashion supply chain, Int. J. Production
Chen, C.C., Shih, H.S., Shyur, H.J., Wu, K.S., 2012. Economics 135, 595-606
A business strategy selection of green supply chain Wilkerson., Taylor., 2003. LMI, GreenSCOR:
management via an analytic network process, Developing a Green Supply Chain Analytical
Computers and Mathematics with Applications 64, Tool, Logistics Management Institute,
2544 – 2557 Washington, DC, 8-98