Harmendo PDF
Harmendo PDF
Harmendo PDF
Proposal Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
HARMENDO
E4B007009
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
HARMENDO
E4B007009
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Desember 2008 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
yang mana atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis
ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program
Penulis menyadari bahwa, tesis ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dra. Nur
hingga tersusunnya tesis ini. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada :
2. Ibu dr. Onny Setiani, Ph.D, selaku ketua Program Studi beserta seluruh
Lingkungan
ini.
Bapanda dan ibunda tercinta yang telah menanamkan nilai-nilai yang baik sebagai
Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis curahkan kepada istri tercinta
mengasuh dan merawat anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dari kedua orang tuannya. Untuk anakku tersayang Gian Framedy Yulfan,
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari yang diharapkan, untuk
itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan tesis ini. Namun demikian, dengan segala keterbatasan
yang ada mudah-mudahan tesis ini ada manfaatnya. Akhirnya penulis hanya dapat
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Amin.
Semarang, … 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN......................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................... vi
DAFTAR ISI……………………………………………………... viii
DAFTAR TABEL………………………………………………... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... xvi
ABSTRAK...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................... 1
B. Perumusan Masalah........................................... 3
C. Tujuan Penelitian............................................... 4
1. Tujuan Umum.............................................. 4
2. Tujuan Khusus............................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................ 6
1. Bagi Dinas Kesehatan.................................. 6
2. Bagi Peneliti Lain......................................... 6
3. Bagi Masyarakat.......................................... 6
E. Keaslian Penelitian............................................ 7
F. Ruang Lingkup Penelitian................................. 9
BAB V PEMBAHASAN
A. Peran Lingkungan Dalam Rumah dengan
Kejadian Malaria............................................... . 95
B. Peran Lingkungan Luar Rumah Dengan
Kejadian malaria................................................ 100
C. Peran Kualitas Air Breeding Places Dengan
Kejadian Malaria............................................... 108
D. Peran Faktor Perilaku/ Praktik Dengan
Kejadian Malaria............................................... 109
E. Keterbatasan Penelitian..................................... 114
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................ 118
B. Saran.................................................................. 119
No Judul Lampiran
ABSTRAK
FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN
BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
( 36 Tabel, 16 Gambar, 10 Lampiran , 125 Halaman)
Malaria merupakan penyakit menular dan mematikan yang sangat dominan di
daerah tropis dan sub-tropis . Di Indonesia saat ini malaria masih menjadi
masalah, rata-rata kasus diperkirakan 15 juta kasus klinis per tahun. Di Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 AMI (Anual Malaria Incidence)
36,74 per 1000 penduduk, angka SPR (Slide Positive Rate) 38,51 %. Kabupaten
Bangka AMI sebesar 63,79 per 1000 penduduk dan SPR 58,30%. Untuk
Puskesmas Kenanga sendiri AMI 23,42 per 1000 penduduk dan SPR 25,90%.
Tujuan penelitian menganalisa faktor kejadian malaria dan mengukur besarnya
berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di wilayah
kerja Puskesmas kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka.
Penelitian ini menggunakan desain case control atau retrospective study , untuk
mencari hubungan faktor risiko meliputi lingkungan dalam rumah, lingkungan
luar rumah dan perilaku (praktik) mempengaruhi terjadinya penyakit (cause-effect
relationship) malaria. Kelompok kasus adalah semua orang yang dinyatakan
malaria klinis, sedangkan kontrol adalah semua orang yang dinyatakan bebas
malaria. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 152 orang responden, sampel
kasus diambil secara acak sebanyak 76 orang dan kontrol juga 76 orang.
Hasil analisis bivariat yang menjadi faktor risiko adalah : kerapatan dinding
(OR= 5,11, 95% Cl= 2,419-10,787), kasa pada ventilasi (OR= 6,50, 95% Cl=
3,197-13,215), kondidi langit-langit (OR= 4,72, 95% Cl= 2,378-9,371), genangan
air (OR= 3,128, 95% Cl= 1,611-6,075), keluar malam hari (OR= 4,69, 95% Cl=
2,369-9,303), dan menggunakan kelambu (OR= 7,84, 95% Cl= 3,427-17,969).
Dari analisis multivariat didapatkan faktor risiko yang berpengaruh terhadap
kejadian malaria adalah: kerapatan dinding, keberadaan kasa, keberadaan langit-
langit, kebiasaan di luar rumah malam hari, dan penggunaan kelambu. Faktor
yang paling dominan adalah keberadaan kain kasa pada ventilasi dengan p=
0,0001 Confidence Interval (CI) 95% = 2,234-13,786. Berdasarkan hasil analisis
dapat diketahui bila diding rumah tidak rapat, ventilasi tidak punya kasa, rumah
tidak punya langit-langit, diluar rumah malam hari dan tidur tidak memakai
kelambu memiliki probabilitas/ kemungkinan berisiko terkena malaria sebesar 97
%.
Untuk memperkaya hasil penelitian, diharapkan ada penelitian sejenis
memfokuskan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang belum ada dalam
penelitian ini.
Kata kunci : Malaria, faktor risiko dan vektor
Kepustakaan : 51 ( 1990-2008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tropis dan sub-tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk
dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi
memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang
nyamuk Anopheles.
kasus klinis per tahun. Penduduk yang terancam malaria adalah penduduk
85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah, sedang, dan tinggi. Penyakit
malaria dan mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat
galian timah, kebun kelapa, kebun lada, semak, rawa, cekungan batuan daerah
meningkat menjadi 36,09 per 1000 penduduk pada tahun 2007. Untuk angka
SPR (Slide Positive Rate) dari 36,09% pada tahun 2004 meningkat menjadi
mengalami peningkatan, dimana kasus malaria klinis pada tahun 2004 dari
47,18 per 1000 penduduk meningkat menjadi 63,79 per 1000 penduduk.
Untuk angka SPR terjadi juga peningkatan yang berarti dari 39,0% pada
tahun terakhir terjadi peningkatan, dimana AMI 22,81 per 1000 penduduk
tahun 2004 meningkat menjadi 22,91 per 1000 penduduk tahun 2005, dan
meningkat lagi menjadi 27,01 tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007 terjadi
penurunan menjadi 23,42 per 1000 penduduk. Angka SPR selama 4 tahun
terakhir berfluktuasi yaitu tahun 2004 SPR 28,70% dan menurun menjadi
26,10 tahun 2005, pada tahun 2006 terjadi lagi peningkatan menjadi 37,50%,
dan pada tahun 2007 menurun menjadi 25,90%. Selama kurun waktu 4 tahun
yang ada tidak menunjukkan penurunan yang berarti,bahkan ada satu desa
leukosphirus, An. aconitus, An. separatus, An. vagus, dan An. maculatus.
Sedangkan di Wilayah Puskesmas Kenanga ditemukan spesies An.
sektor terkait serta peningkatan peran serta masyarakat . Dari kegiatan yang
berarti.v
B. Perumusan Masalah
beriklim tropis dengan curah hujan bervariasi antara 70,1 mm hingga 384,5
Curah hujan yang cukup tinggi dan kelembaban nisbi yang tinggi berpengaruh
sehingga terjadi kasus malaria. Keadaan ini diperparah lagi dengan kondisi
rumah penduduk yang kurang memenuhi syarat kesehatan, kondisi
keluar rumah pada malam hari. Dari permasalahan di atas dan dari data yang
ada menunjukkan bahwa daerah ini endemis malaria dan punya kontribusi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Bangka.
2. Tujuan Khusus
Kecamatan Sungailiat.
c. Menganalisis hubungan faktor risiko lingkungan dalam rumah
Bangka.
Bangka.
D. Manfaat Penelitian
lebih lanjut.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain tentang kondisi lingkungan
malaria.
E. Keaslian Penelitian
lingkungan rumah, lingkungan luar rumah, dan faktor perilaku yang tidak baik
Kabupaten Bangka ada hal specific yang tidak ada di penelitian sebelumnya
yaitu kolong (bekas galian timah) yang tidak digunakan sebagai tempat
Sedangkan kolam/ tambak pada penelitian lain adalah bekas galian tanah yang
terdapat air digunakan untuk memelihara ikan dan berpotensi sebagai tempat
F. Ruang Lingkup
1. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2008 sampai bulan Oktober
2008
2. Lingkup Lokasi
3. Lingkup Materi
lingkungan luar rumah tempat tinggal penduduk serta faktor perilaku dari
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
udara kotor. Malaria adalah suatu penyakit kawasan tropika yang biasa tetapi
apabila diabaikan juga dapat menjadi serius, seperti malaria jenis Plasmodium
gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam
matahari.vii
yang terjadi karena polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan
gas rumah kaca, seperti CO2, CFC, CH3, NO, perfluoro carbon dan carbon
lapisan ozon, sehingga radiasi matahari yang masuk ke bumi semakin banyak
dan terjebak di lapisan bumi karena terhalang oleh rumah kaca, sehingga
karang dan sumber daya laut lainnya. Dampak berikutnya adalah terjadinya
pemanasan global (global warming). Pemanasan global yang terjadi saat ini
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih
sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan
malaria.ix
diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium ,
imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya
1. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria),
yaitu:
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat
b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih,
biasa.
pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam
waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan
berangsur-berangsur mengecil.
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih
panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi
makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid.
tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai
kira-kira 2 bulan.
matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan
C. Vektor Malaria
tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai,
betina dapat bertahan hidup selama sebulan. Siklus nyamuk Anopheles sebagai
berikut.xiv
1. Telur
bertelur. Telur-telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air.
Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3
mencari makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki
dipermukaan air.
Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu
lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air
bersih atau air payau yang memiliki kadar garam, rawa bakau, di sawah,
selokan yang dirtumbuhi rumput, pinggir sungai dan kali, dan genangan
air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat dengan tumbuhan.
Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di alam
jantan dan betina. Kepompong menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk,
dan pada umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk
4. Nyamuk dewasa
Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena. Antena nyamuk sangat
menghisap darah. Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu
perutnya perlahan-lahan.
hidungnya lebih panjang dan adanya sisik hitam dan putih pada sayapnya.
khas : jantan dan betina lebih suka beristirahat dengan posisi perut berada
5. Perbedaan Nyamuk Anopheles, Aedes, dan Culex mulai dari telur, larva
dan nyamuk Dewasaxvi
Gambar 2.5: Perbedaan Nyamuk Anopheles, Aedes, dan Culex mulai dari telur,
larva dan nyamuk Dewasa
Vektor utama malaria di Pulau Jawa dan Sumatera adalah An.
An.barbirostris, An. farauti, An. koleinsis, An. punctulatus, An. subpictus, dan
An. balabacensis.
1. Anopheles aconitus
dan Jawa. Spesies ini memiliki karakteristik menggigit antara pukul 18.00-
aliran air lambat. Pada umumnya nyamuk ini lebih tertarik kepada darah
ternak ketimbang manusia. Bila ada ternak dalam rumah merupakan salah
satu daya tarik, namun dapat saja secara berganti-ganti menggigit manusia
maupun ternaknya.
berteras dan saluran irigasi. Selain itu tempat perindukan nyamuk ini juga
dapat ditemukan di tepi sungai dengan aliran air perlahan atau kolam yang
2. Anopheles balabacensis
kebiasaan menggigit pada tengah malam hingga menjelang fajar sekitar jam
23.00 hingga 05.00 pagi dan setelah menggigit hinggap di kebun kopi,
pohon nanas. Habitat di rawa-rawa, kolam darat dan irigasi. Spesies ini di
pulau Sumatera dan Jawa jarang dijumpai menggigit orang, namun di Pulau
Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur banyak yang tertarik mengisap darah
manusia.
4. Anopheles sundaicus
luar rumah. Spesies ini termasuk memilki daya jelajah terbang cukup jauh,
dan Kampung Laut dan Nusakambangan. Nyamuk ini memilki habitat air
tanaman, dan pada lumut yang mendapat sinar matahari langsung. Bekas
galian pasir, muara sungai kecil tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola
5. Anopheles subpictus
namun lebih toleran terhadap salinitas yang rendah mendekati air tawar.
6. Anopheles maculatus
kebiasaan menggigit antara pukul 23.00 hingga 03.00 pagi. Spesies ini
juga lebih suka menggigit orang di luar rumah , serta istirahat di luar
dan mata air yang langsung kena sinar matahari. Pada musim kemarau
1. Parasit
macam siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini
terdiri dari :
merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat
dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit
(Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx )
(Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx )
yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa
(Sumber : www.dpd.cdc.gov/dpdx )
Gambar 2.8: Siklus dalam tubuh nyamuk
2. Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa
pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan
laut.
dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan
manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang
Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut atau
minggu.
kelembaban udara.
mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala
terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
4. Lingkungan
malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan,
5. Iklim
Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang
E. Diagnosa Malaria
klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain
demam dengue, ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya.xviii
yaitu :
kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis
manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam
darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
Digigit
Orang sakit Nyamuk malaria
malaria (belum terinfeksi)
Menjadi Menjadi
Menggigit
Orang tidak sakit Nyamuk malaria terinfeksi
malaria (mengandung sporozoid)
Gambar 2.9: Cara penularan malaria secara alamiah (Depkes RI, 2003)
a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
b. Secara mekanik
c. Secara oral
G. Epidemiologi Malaria
1. Penyebaran malaria
yakni antara garis bujur 600 di Utara dan 400 di Selatan yang meliputi
lebih dari 100 negara yang beriklim tropis. Penduduk yang berisiko
terhadap malaria berjumlah 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.
di dunia yang kini sudah bebas dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara,
Parasite Incidence) sebesar 0,12 per 1000 penduduk pada tahun 1997,
meningkat menjadi 0,62 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Begitu juga
meningkat, yakni 16,1 per 1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 26,2
penting, yaitu faktor Host (penjamu), factor Agent (penyebab), dan faktor
keturunan.xxi
a. Faktor lingkungan
pada jenis hujan, deras hujan, jumlah hari hujan, jenis vector
ke dalam atau keluar rumah dan salah satu faktor yang ikut
manusia
Tempat tinggal manusia yang tidak memenuhi syarat,
atau kandang ternak terlebih yang beratap dan yang terbuat dari
rumah yang kurang baik yang diukur berdasarkan nilai skor dari
nyamuk
An.sundaicus .9
kadar garam air payau meninggi dan menjadi habitat yang subur
larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain
juga adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi
penduduk.9.17
b) Pekerjaan
malaria.1.xxvii
malaria.xxviii
(Plasmodium) yaitu:
a). Umur
c). Ras
oksigen udara.
c. Faktor agent
Anopheles.xxx
Temperatur/ suhu
Immunitas
Gigitan nyamuk
(vector)
Faktor perilaku
Kebiasaan berada di
luar rumah malam hari
Nyamuk Nyamuk tdk
mengandung mengandungPlas
Plasmodium modium
Kebiasaan
menggunakan kelambu
Kebiasaan
menggunakan obat
anti nyamuk
Orang tdk sakit Orang sakit Kejadian
malaria malaria
Kebiasaan Malaria
menggunakan
repellent
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
dugaan atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam suatu penelitian.
Bangka .
menutup pintu dan jendela, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dan
dengan atribut efek positif, dan tidak sakit (kontrol) yaitu sebagai subyek
untuk mencari faktor penyebab (faktor risiko) untuk terjadinya akibat (hasil
jadi). Skema dasar dari kasus kontrol dapat digambarkan sebagai berikut.xxxi.
Penelitian
Apakah ada dimulai di sini
faktor risiko
Ditelusur retrospektif
Ya
Kasus
(Kelompok subyek
dengan penyakit
Tidak
Ya
Kontrol
(Kelompok subyek
tanpa penyakit
Tidak
a. Populasi referens
b. Populasi studi
Kabupaten Bangka.
kasus.
kurang dari 2 km
2. Sampel Penelitian
( OR ) P2
P1 =
( OR ) P2 + ( 1 – P2 )
0,90)
1,96.
n : Jumlah sampel
Maka didapatkan :
(2).0,6
P1 =------------------------- = 0,75
(2).0,6+(1-0,6)
1,962 [1/0,75(1-0,75)+1/0,6(1-0,6)]
n = ---------------------------------------------
[ln(1-0,5)]2
3,8416(1/0,1875+1/0,24)
n = -----------------------------------
[ln(1-0,5)]2
3,8416 (5,33+4,16)
n = -------------------------------
(0,693)2
36,4913
n =--------------------= 75,9
0,4802
sistem acak, yaitu dengan cara memberi kode angka pada nama-nama pasien
Variabel
Terikat
1 Kejadian Orang yang menderita Pemeriksaan 1. Kasus Nominal
malaria malaria klinis berdasarkan 2. Kontrol
berdasarkan data gejala klinis
registrasi di Puskesmas
Kenanga yang berumur
15-55 tahun
2 Variabel
Bebas
Kondisi Kondisi dinding rumah 1.Pengamatan 1.TidakRapat Nominal
dinding rumah responden yang terbuat langsung 2.Rapat
dari semen, papan, 2.Wawancara
anyaman dan dilihat dari
kerapatannya. Tidak
rapat apabila ada lubang
minimal lebar 1,5 cm2
1. Alat Penelitian
2. Cara Penelitian
pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan oleh peneliti
dibantu oleh 4 orang petugas dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang
kuesioner.
1. Pengolahan data
atau belum, artinya data dalam kuesioner tersebut telah terisi semua
dengan lengkap, jelas dan relevan. Hal ini dilakukan dengan meneliti
dengan kode yang ada pada definisi operasional berdasarkan hasil ukur.
Kegiatan dengan tujuan untuk memudahkan pada saat analisis dan juga
2. Analisa Data
dianalisa dengan:
a. Analisa univariat
b. Analisa bivariat
Kuadrat.
c. Analisa multivariat
H. Jadwal Penelitian
bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan Oktober 2008. Untuk lebih jelasnya
jadwal penelitian mulai dari persiapan sampai dengan ujian tesis dapat dilihat
1. Kabupaten Bangka
a. Geografi
memiliki luas wilayah lebih kurang 2.950,68 Km2 atau 295.068 Ha yang
mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti, pasir kwarsa, kaolin,
dataran rendah rata-rata 50 meter dari permukaan laut dan perbukitan rata-
b. Demografi
2007 relatif lebih kecil dari tahun sebelumnya yakni bertambah 4.957
c. Iklim
d. Hidrologi
perikanan.
hanya ada bekas penembangan bijih timah yang luas dan hingga
1. Kecamatan Sungailiat
a. Letak Geografis
45-1070 BT dengan luas 146,380 Km2 atau 4,96 persen dari Kabupaten
Bangka.
b. Kondisi Iklim
permukaan laut.
c. Kependudukan
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kelurahan/ Desa
di Kecamatan Sungailiat Tahun 2007
d. Mata Pencaharian
a. Letak Geografis
lebih kurang 88 Km2 yang terdiri dari 2 Kelurahan dan 1 Desa. Luas
lebih kurang 25 Km2 dan Desa Rebo luasnya lebih kurang 20 Km2.
sebagaiberikut :
b. Demografi
ada di Kelurahan Parit Padang yaitu 461 Km2 dan sisanya Desa Rebo
c. Pendidikan
buah, SD/ sederajat 18 buah, SMP/ sederajat 3 buah, SMA/ sederjat ada
5 buah.
d. Mata pencaharian
e. Lingkungan
1) Suhu
Pada tahun 2007 keadaan suhu per bulan di wilayah kerja Puskesmas
2) Kelembaban
3) Curah Hujan
tahun 2007 yaitu tertinggi pada bulan Agustus (6,0 knots) dan
perbulan 3 knots.
5) Penyinaran Matahari
penyakit malaria yang setiap tahunnya kasus malaria tetap ada dan
laboratorium.
Tabel 4.4 Gambaran Annual Malaria Incidence (AMI) per Desa/ Kel di
Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga dari tahun 2003-2007
Tahun
No Desa/Kel
2003 2004 2005 2006 2007
1 Kenanga 35,1 11,96 11,75 21,58 16,84
2 Rebo 109,1 69,05 81,64 93,59 76,64
3 Paritpadang 31,0 16,6 8,42 15,43 14,73
Pada tabel 4.4 dari tiga desa/ kelurahan yang ada di wilayah kerja
120
100
80
AMI 60 Kenanga
40 Rebo
Paritpadang
20
0
2003 2004 2005 2006 2007
TAHUN
Pada tebel 4.4 dapat dilihat kasus malaria klinis yang terjadi dari
bulan Januari- Desember 2007. Kasus yang tertinggi terjadi pada bulan
21 kasus.
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Umur
b. Jenis Kelamin
Frekuensi; 96;
63%
Frekuensi; 56;
37%
Pria wanita
c. Pendidikan
3; 2%
18; 12%
36; 24%
95; 62%
d. Pekerjaan
29; 19%
19; 13%
83; 54%
4; 3%
14; 9%
3; 2%
perindukan nyamuk
suhu rata adalah 30,170C. Keadaan suhu ini sangat memungkinkan untuk
pH rata-rata pada air tempat perindukan adalah 6,5. Hal ini sangat
tempat perindukan.
18‰
perbedaan yang jelas antara kasus dan kontrol dalam hal keberadaan
Kejadian malaria
Keadaan bahan
atap rumah Kasus Kontrol Total
n % n % n %
Tidak Ada 9 11,8 11 14,5 20 13,2
Ada 67 88,2 65 85,5 132 86,8
Jumlah 76 100 76 100 152 100
Kejadian malaria
Keberadaan
kolong Kasus Kontrol Total
n % n % n %
Tidak Ada 56 73,7 57 75,0 113 74,3
Ada 20 26,3 19 25,0 39 25,7
Jumlah 76 100 76 100 152 100
perbedaan yang besar antara kasus dan kontrol, tetapi kolong ini
kontrol.
dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang besar. Kasus dan kontrol
perindukan nyamuk.
Kejadian malaria
Kebiasaan berada di Kasus Kontrol Total
luar rumah malah
hari n % n % n %
Ya 52 68,4 24 31,6 76 50
Tidak 24 31,6 52 68,4 76 50
Jumlah 76 100 76 100 152 100
kontrol.
Kejadian malaria
Kebiasaan mengguna- Kasus Kontrol Total
kan kelambu n % n % n %
Tidak 67 88,2 37 48,7 104 68,4
Ya 9 11,8 39 51,3 48 31,6
Jumlah 76 100 76 100 152 100
Kejadian malaria
Kebiasaan menutup Kasus Kontrol Total
pintu dan jendela n % n % n %
Tidak 7 9,2 9 11,8 16 10,5
Yat 69 90,8 67 88,2 136 89,5
Jumlah 76 100 76 10 152 100
menutup pintu dan jendela pada malam hari. Dari persentase di atas
Kejadian malaria
Kebiasaan mengguna- Kasus Kontrol Total
kan obat anti nyamuk n % n % n %
Tidak 38 50 30 39,5 68 44,7
Ya 38 50 46 60,5 84 55,3
Jumlah 76 100 76 100 152 100
dalam rumah, lingkungan luar rumah dan faktor perilaku (praktik) dengan
5,1 kali lebih besar dibanding dengan orang yang punya dinding
rumah rapat.
dipasang kain kasa punya risiko terkena malaria 6,5 kali lebih besar
tidak punya langit-langit punya risiko terkena malaria 4,7 kali lebih
2,042. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa orang yang atap ada
bocor punya risiko 0,7 kali lebih besar terkena malaria dibanding
dari 1.
kali lebih besar dari orang tidak terdapat genangan air di sekitar
rumah mereka.
terkena malaria 1,3 kali lebih besar dari yang rumahnya tidak ada
dari 1.
orang yang punya kebiasaan keluar rumah malam hari punya risiko
terkena malaria 4,7 kali lebih besar dibanding orang yang tidak
kejadian malaria
malaria
Interval (CI) 95%= 0,26-2,14. Dari hasil ini tidak ada risiko
malaria
(CI) 95%= 0,81-2,92. Dari hasil ini menunjukan bahwa orang yang
tertular malaria 1,5 kali lebih besar dari orang yang menggunkan
obat anti nyamuk waktu tidur, namun nilai tersebut tidak konsisten
kurang dari 1.
3. Analisa Multivariat
Kenanga.
yang telah dilakukan analisa bivariat dan memiliki nilai p ≤ 0,25 dapat
di bawah ini.
dengan kondidi dinding tidak rapat, ventilasi rumah tidak pakai kasa,
1
P(Y | Xi) = -----------------
1 + e –(α + βі xі)
1
P(Y | Xi) = -------------------------------------------
1 + e –(- 4,412+1,216 x1+1,714 x2+1,248 x3+1,306 x4+2,592 x5)
1
P(Y | Xi) =---------------------
1 + 2,718 –3,664
1
P(Y | Xi) = ----------
1,025
P = 0,97
dinding rumahnya tidak rapat , ventilasi rumahnya tidak pakai kasa, pada
hari , dan kebiasaan tidak memakai kelambu waktu tidur malam, maka
Kenanga telah dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2008.
Disain peneltian case control digunakan sebagai panduan arah pengumpulan data
dari 76 kasus dan 76 kontrol. Penentuan kasus malaria berdasarkan data malaria
bahan atap rumah, dan suhu/ temperatur), terhadap lingkungan luar rumah
keberadaan semak-semak, dan kelembaban), kualitas air breeding places (pH dan
salinitas), serta perilaku/ praktik ( kebiasaan berada di luar rumah pada malam
hari, kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan menutup pintu dan jendela serta
tersebut, ternyata hanya 5 variabel yang dinyatakan sebagai faktor risiko kejadian
malaria di wilayah kerja Puskesmas Kenanga. Untuk melihat peran faktor risiko
malaria (p< 0,05), dengan OR = 5,1. Hal ini bearti orang yang tinggal di
malaria 5,1 kali lebih besar dari orang yang mempunyai rumah dengan
panas atau dingin serta kedap air, dapat melindungi penghuni dari
tidak rapat maka nyamuk Anopheles spp akan bebas masuk ke dalam
dengan ketegori dinding tidak rapat lebih berisiko tertular oleh malaria.
Ini berarti orang yang tinggal di rumah dengan kategori kondisi kasa pada
ventilasi tidak rapat atau tidak ada sama sekali mempunyai risiko terkena
malaria 6,5 kali lebih besar dari orang yang tinggal di rumah dengan
memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumahnya, ada juga yang terpasang
sebagian, serta ada juga terpasang tetapi terdapat lobang. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian bahwa proporsi rumah tidak memakai kasa
masuk ke dalam rumah pada malam hari. Hali ini tentumya akan
tinggi menyebabkan malaria dari pada yang memasang kasa nyamuk pada
terpasang kasa.xxxvii
antara dinding bagian atas dengan atap yang tentunya akan memudahkan
OR =4,7. Ini berarti orang yang tinggal di rumah yang tidak ada langit-
langit mempunyai risiko 4,7 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan
malaria, hal ini dapat dilihat dari rentangan nilai 95% Cl yang tidak
antara kasus dan kontrol dalam hal keberadaan langit-langit pada rumah
mereka, dimana rumah kasus yang tidak punya langit-langit sebesar
rumah yang ada langit-langit.34 Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh
Frist (2003), bahwa kondisi fisik rumah yang kurang baik termasuk
nyamuk ke dalam rumah seperti keadaan atap yang berlubang/ bocor dan
rumah tersebut tidak punya langit-langit lagi, sehingga orang yang berada
Dari hasil uji statistik didapat nilai p =0,81, dengan OR= 0,79
kejadian malaria.
kehujanan.
5. Suhu/ temperatur
kasus maupun kontrol berkisar antara 260C- 340C, sedangkan suhu rata-
diukur, 50% suhu dalam rumahnya sebesar 300C . Dari hasil penelitian
antara 200C -300C, sedangkan suhu yang sedikit dibawah suhu optimum
nyamuk, makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa
yang jaraknya dari rumah responden maksimal 350m, maka orang sehat
akan punya risiko digigit nyamuk Anopheles spp, hal ini akan diperparah
seandainya jarak kolong tersebut dekat dengan rumah yang kurang sehat
seperti dinding rumah yang berlobang, ventilasi yang tidak pakai kain kasa
Dari hasil uji statistik didapat nilai p =1,000 dengan OR= 0,93
malaria.
(73,7%) yang dekat dengan kolong, sedangkan pada kontrol ada 57 rumah
genangan air bekas galian timah (kolong), begitu juga pada lokasi
dengan rumah penduduk bervariasi sekali ada yang jauh dari pemukiman
penduduk ( lebih dari 350 meter), tetapi yang menjadi pengamatan dalam
penelitian ini adalah dibawah 350 meter, karena jarak ini masih
yang sekelilingnya kotor ditumbuhi oleh rumput dan lumut terbukti ada
tempat yang tertutup oleh tanaman dan lumut yang mendapat sinar
matahari langsung. Bekas galian pasir ini sangat cocok sekali sebagai
penyakit malaria. Salah satu spesies nyamuk malaria menyukai air yang
pH nya rendah atau air yang bersifat asam yaitu An.latifer. Hasil ini
dan tertinggi 11‰, sedangkan kadar garam rata-rata 6,8‰, ini sangat
sebagian besar kolong berada pada daerah-daerah dekat pantai dan rawa.
baru akibat dari penambangan rakyat yang nantinya akan digunakan oleh
hari, baik untuk mandi maupun memancing ikan. Situasi ini di perparah
yang suka tidur dikebun dengan kondisi pondok atau rumah dikebun
dilapangan serta lokasi kolong dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5 dari
tesis ini.
genangan air yang ada jentiknya dengan kejadian malaria (p < 0,05),
dengan OR = 3,1. Hal ini berarti orang yang sekitar rumahnya terdapat air
jenis ini dapat ditemukan di kolam/ tambak yang tidak terurus. Jentik akan
berkumpul pada tempat yang tertutup oleh tanaman, dan pada lumut yang
genangan air dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
semakin besar.
payau/ rawa digunakan oleh nyamuk sebagai breeding places dan pada
dibandingkan dengan rumah yang tidak terdapat genangan air dan tidak
selokan. Terhadap jentik nyamuk yang ditemui pada air tergenang harus
terlindung dari cahaya matahari dan lembab. Selain itu beberapa jenis
rumah memiliki risiko 1,3 kali menyebabkan malaria tetapi tidak terbukti
rumah dari pada di dalam rumah.32. Hal ini diperkuat lagi dengan Survey
kontak antara orang sehat dengan nyamuk penyebab malaria. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keberadaan sapi dan kerbau
dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang
ternak diletakkan di luar rumah tetapi jauh dari rumah (catttle barrier).xliii
antara keberadaan semak dengan kejadian malaria. Dari uji Chi Square
sekitarnya akan menjadi teduh dan lembab. Kondisi ini merupakan tempat
yang baik untuk untuk beristirahat bagi nyamuk dan juga tempat
tergenang.
responden kasus rumahnya yang ada semak (84,2%) dan rumah kontrol
yang ada semaknya (90,8%), jadi antara kasus dan kontrol sama-sama
punya risiko terhadap semak yang ada disekililing rumah mereka, tetapi
5. Kelembaban
Kelembaban lingkungan rumah kasus maupun kontrol di wilayah
Jawa Tengah, dimana suhu >60% sebagai pendukung untuk tumbuh dan
pernah juga ditemukan oleh peneliti dari Loka Litbang Baturaja Propinsi
1. pH
2. Salinitas
Kadar garam yang diperiksa pada tempat perindukan nyamuk di
yang tempat perindukannya pada air payau dan rawa dengan kadar garam
rata-rata 15‰. Dari hasil penelitian dengan kadar garam diatas masih
Dari tiori yang ada bahwa lingkungan kimia, seperti kadar garam
optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12‰-18‰
dan tidak dapat berkembang pada kadar garam 40‰ ke atas khususnya
kebiasaan di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria (p <
0,05), dengan OR = 4,6. Hal ini berarti orang yang mempunyai kebiasaan
mempunyai risiko untuk terkena malaria 4,6 kali lebih besar dari orang
nyamuk ini bersifat eksofagik dimana aktif mencari darah di luar rumah
pada malam hari. Kebiasaan ini akan semakin berisiko jika orang terbiasa
keluar rumah tanpa memakai pakaian pelindung seperti baju berlengan
mempunyai kebiasaan ke luar rumah dapat dilihat dari proporsi orang yang
punya kebiasaan di luar rumah pada malam hari lebih besar pada
wilayah Kerja Puskesmas Kota Jaya Pura yang menyatakan bahwa orang
kali lebih besar dibanding orang yang tidak mempunyai kebiasaan keluar
rumah pada malam hari.xlvi Hasil ini juga dipertegas oleh Pat Dale, dkk
rumah pada malam hari (night time activity outdoors).xlvii Hasil ini juga
mempunyai risiko terkena malaria 3,2 kali lebih besar dibanding orang
dengan OR = 7,8. Hal ini berarti orang yang tidak mempunyai kebiasaan
malaria 7,8 kali lebih besar dari orang yang mempunyai kebiasaan
dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proporsi orang
dengan orang sehat disaat tidur malam, disamping pemakaian obat penolak
yang tidak rusak atau berlubang pada malam hari dapat mencegah atau
anak balita, terasa panas dan gerah, dan sudah memakai obat nyamuk pada
waktu tidur. selain itu walaupun terdapat kelambu pada rumah mereka
tetapi kondisi dan cara memasangnya tidak baik dan berpeluang untuk
masuknya nyamuk.
malam hari mampu mencegah risiko terkena malaria dibanding yang tidak
penelitian yang dilakukan oleh Estifanos B. Shargie (et al) di Ethiopia juga
dari UNICEF sebanyak 2 juta kelambu (tahun 2005), kemudian pada tahun
saat tidur malam.36 Hasil ini diperkuat lagi dari penelitian Munawar (2004)
menggunakan kelambu punya risiko terkena malaria 8,09 kali lebih besar
terbiasa membuka pintu dan jendela pada malam hari, sehingga nyamuk
yang masuk kedalam rumah bukan melewati pintu atau jendela melainkan
melewati ventilasi atau lubang angin yang tidak terpasang kain kasa,
dinding rumah yang berlobang/ tidak rapat dan ada celah antara dinding
nyamuk sebagai vektor malaria tetapi ada faktor lain sepertii faktor
lingkungan dan faktor manusia dalam hal ini daya tahan tubuh orang yang
malaria
obat anti nyamuk lebih besar pada kelompok kasus (50,0%) dibanding
kelompok kontrol (39,5 %). namun tidak cukup bukti adanya hubungan
antara kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk yang berisiko dengan
peluang terjadinya kontak antara nyamuk dengan orang sehat tidak hanya
dan penggunaan kelambu. Dari uji regresi logistik bahwa masyarakat yang
terhadap kejadian malaria adalah keberadaan kain kasa pada ventilasi (p=
39,789.
E. Keterbatasan Penelitian
Rancangan penelitian kasus kontrol mempunyai beberapa kelemahan,
terutama rawan terhadap beberapa bias dan pengaruh faktor perancu. Bias
adalah suatu kesalahan yang terjadi secara sistematis (systematic error) dalam
mempengaruhi validitas internal suatu penelitian, secara umum ada dua jenis
bias yang terpenting untuk diketahui, yaitu bias seleksi dan bias informasi.li
yang dapat terjadi dalam cara mengamati, mengukur, mencatat dan lain-
beberapa faktor risiko luar yang disebut faktor perancu. Faktor ini juga
risiko lainnya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kerja Puskesmas Kenanga dan analisis statistik serta pembahasan, maka dapat
disimpulkan :
1. Karakteristik usia yang terpilih sebagai sampel populasi rata- rata berumur
populasi wanita (63%) lebih banyak dari pria (36,8%). Pendidikan sampel
10,78), keberadaan kasa pada ventilasi dengan OR- 6,5, Cl 95%= 3,19-
yang tidak ada hubungan adalah keadaan bahan atap rumah yang bocor.
semak.
adalah: kebiasaan di luar rumah malam hari dengan OR= 4,69, Cl 95%=
kasa pada ventilasi (p= 0,0001) Cofidence Interval (Cl) 2,234-13,786 dan
4,480-39,789
B. Saran
malaria yang disebabkan oleh fisik rumah yang tidak sehat, seperti
2. Bagi masyarakat
tergenang , payau, rawa dan lagoon-lagoon ditepi pantai dari jentik dan
pada waktu tidur dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.
hari dengan mengurangi frekuensi keluar atau tidak keluar rumah pada
jam aktif nyamuk vektor malaria menggigit. Jika harus keluar rumah
faktor lingkungan fisik lainnya seperti curah hujan, arah angin, ketinggian
tempat, sinar matahari dan arus air. Dari informasi pengelola program
terpantau setiap bulannya. Faktor ini mungkin saja tidak sesuai lagi
dengan tiori yang ada, dan bisa terjadi pergeseran dari kebiasaan
permukaan laut dan arus air tempat perindukan. Salah satu bukti di
pegunungan Irian Jaya yang dulunya jarang ditemukan malaria kini lebih
i
. Achmad Umar Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Buku Kompas,
Jakarta 2005
ii
. Dinkes. Kab. Bangka, Laporan Tahunan Program Pemberantasan Malaria.
Sungailiat 2007
iii
. Dinkes Prop. Kep.Babel, Laporan Tahunan Program Pemberantasan Malaria,
Pangkalpinang. Tahun 2007
iv
. Dinkes. Kab. Bangka , Laporan Tahunan Program Pemberantasan Malaria,
Dinkes. Kabupaten Bangka, Tahun 2007
v
. Puskesmas Kenanga, Laporan Tahunan Puskesmas Kenanga, Kenanga, Tahun
2007
vi
. Dinkes Kab. Bangka, Propil Dinaskesehatan Kabupaten Bangka. Sungailiat,
2007
vii
. Suara Merdeka, Apakah itu Malaria. http://www. Suara Merdeka.com/
harian/0208/06/dar 25.htm as retrieved on 5 Maret 2004
viii
Soemirat, J. Kesehatan Lingkungan.Gadjah Mada University Press, Bandung
2004
ix
Harijanto P.N, Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Penanganan, EGC, Jakarta 2000
x
. Depkes RI, Epidemiologi Malaria, Direktorat Jenderal PPM-PL, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta 2003
xi
. Depkes RI, Pengobatan Malaria kabupaten, Direktorat Jenderal PPM-PL,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2003
xii
. Damar T, Mata Kuliah Pengendalian Vektor Nomenklatur, klasifikasi dan
Toxonomi Nyamuk, Pasca Sarjana Undip, Semarang 2008
xiii
. Gandahusada S, Parasitologi kedokteran , fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2006
xiv
. CDC, Malaria, Anopheles Masquitoes, National Center For Infectious
Diseases, Division Of Parasitic Diseses 2004
xv
CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite, http://www.encarta.msn.com diakses
tanggal 20 Oktober 2008
xvii
. UPF PVRP, Pedoman Penyakit Bagi Petugas Malaria Kabupaten,
Banjarnegara 2002
xviii
. Depkes RI, Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria, Direktorat Jenderal PPM-
PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2003
xix
. Ridad, Agoes. Pemanasan Global dan Antisifasi Dampaknya pada Perubahan
Pola Sebar Penyakit Parasitik yang Ditularkan Nyamuk, Pikiran Rakyat 16
Oktober 2002
xx
. Page, Randy M, Cole, Galen E, Timmreck, Thomas C. Basic Epidemiologi
Methodes and Biiostatistics, Jones and Bartlett Publishers, Health Policy,
boston, London 1998
xxi
. Muninjaya, AA Gde, Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta 1999
xxii
. Depkes RI, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Direktorat Jenderal
PPM-PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2001
xxiii
. Day 1998. Nyamuk Penular Malaria, Dalam Jurnal Data dan Informasi
Kesehatan, Pusdatin, Depkes RI, Jakarta 2003
xxiv
. Frits, Wamaer. Hubungan Kondisi Fisik Bangunan Rumah dan Tempat
Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Malaria Pada Anak Umur 6-59 Bulan
di Unit Pelayanan Kesehatan di Fakfak, Thesis Program Pasca Sarjana FKM-
UI Depok 2003
xxv
. Masra, Ferizal. Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian
Malaria di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, Thesis
Program Pasca Sarjana, FKM-UI Depok 2002
xxvi
. Notoatmojo, Soekidjo. Pengantar Ilmu Perilaku, FKM-UI, Depok 1990
xxvii
. Probowo A. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya, Puspa Swara, Jakarta
2004
xxviii
. Susanna. Dinamika Penularan Malaria di Ekosistem Persawahan,
Perbukitan dan Pantai (Studi di Kabupaten Jepara, Purwokerto dan Kota
Batam), Disertasi, Program Doktor, IKM. PS-FKM-UI, Depok 2005
xxix
. Masra, Ferizal, Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian
Malaria di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, Thesis
Program Pasca Sarjana FKM-UI, Depok 2002
xxx
. Kandun, I Nyoman. Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Edisi 17,
Jakarta 2000
xxxi
. Murti B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua Jilid Pertama,
Gadjah Mada University, Yokyakarta 2003
xxxii
Lemeshow, S. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada
University Press, Yokyakarta, 1990
xxxiii
Siswatiningsing, Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Malaria di Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2002, Thesis Program
Pascasarjana UNDIP, Semarang 2003
xxxiv
Hayati. F, Wahyuningsih, N.E (2008) . Hubungan Kondisi Fisik Rumah,
lingkungan Sekitar Rumah dan Praktik Pencegahan dengan Kejadian Malaria
di Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis, (Dalam Proses
Publikasi) 2007
xxxv
Pusdatin. Malaria dan Kemiskinan, Jurnal dan Informasi Kesehatan Nomor 3,
November, Depkes RI, Jakarta 2003
xxxvi
Husin,H. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Merindu
Kota Bengkulu, Thesis Program Pascasarjana UNDIP, Semarang 2007
xxxvii
Munawar, A. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Malaria di Desa Sigeblog
Wilayah Puskesmas Banjarmangun I Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah,
Tesis Universitas Diponegoro, Semarang, 2004
xxxviii
Raharjo, M. Studi Karakteristik Wilayah Sebagai Determinan Penyebaran
Malaria di Lereng Barat dan Timur Pegunungan Muria Jawa Tengah, Tesis
Universitas Gadjah Mada, Jokyakarta 2003.
xxxix
Loka Litbang P2B2 Baturaja. Laporan Hasil survey Entomologi Di
Kabupaten Bangka, Baturaja, 2006
xl
Suwito. Studi Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat Sebagai
Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng
Kabupaten Bangka Tengah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Tesis
Universitas Diponegoro, Semarang 2005
xli
Anies. Mewaspadai Penyakit Lingkungan, Penerbit PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta 2007
xlii
Loka Litbang P2B2 Ciamis. Laporan Hasil Survey Entomologi Pasca Tsunami
di Pesisir pantai Selatan Kabupaten Ciamis, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Pangandaran 2006
xliii
Ruliansyah, A. Presentasi: Morfologi dan bionomic Nyamuk Anopheles spp.
Loka Litbang P2B2 Ciamis. Badan Litbangkes Depkes RI. Ciamis 2006
xliv
Hustache S, Nacher M, Djossou F, Carme B. Malaria risk factors in
Amerindian Children in French Guinea. Am. J. Trop. Med. Hyg., 76 (4),
2007, pp.619-625
xlv
Kusumawati. Studi Efikasi Kelambu Olyset di Kabupaten Bangka, Bagian
Parasitologi dan Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor, Bogor 2008
xlvi
Babba, I. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Jaya Pura, Thesis Program Pascasarjana UNDIP,
Semarang 2007
xlvii
Dale P, Sipe N, Anto S (et al). Malaria in Indonesia: A Summary of Recent
Research into Its Environmental Relationship. Southead Asian J Trop Med
Public Health, vol 36 no.1 Januari 2005, pp.1-3.
xlviii
Alexander N, Rodrigues M, Peres L, Caicedo J.C, Cruz J, Prieto G, et al.
Case-Control Study of Mosquito Nets Agains malaria in the Amazon Region of
Colombia. Am. J. Trop. Med. Hyg., 73(1), 2005, pp.140-148
xlix
Sargie E.B, Gebre T, Ngondi J, Graves P.M, Mosher A.W, Emerson P.M,
Malaria Prevalence and Mosquito Net Coverage in Oromia and SNNPR
Region of Ethiopia. Research Article in BMC Public Health, 2008
l
Basuki, B. Aplikasi Metode Kasus Kontrol, bagian Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta 2000
li
Rothman, K. (terjemahan Sanusi, Rossi).Epidemiologi Modern, Yayasan
Pustaka Nusantara, Jakarta, 1995