0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
83 tayangan36 halaman

Dokkel Mety FIX FIX Yaa

Pasien berusia 23 tahun datang dengan keluhan keluar cairan kuning dari kemaluan selama 2 hari. Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2013. Pasien aktif berhubungan seks dengan berganti pasangan tanpa menggunakan kondom. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik dengan tanda vital stabil.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
83 tayangan36 halaman

Dokkel Mety FIX FIX Yaa

Pasien berusia 23 tahun datang dengan keluhan keluar cairan kuning dari kemaluan selama 2 hari. Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2013. Pasien aktif berhubungan seks dengan berganti pasangan tanpa menggunakan kondom. Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik dengan tanda vital stabil.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 36

KEDOKTERAN KELUARGA

Uretritis Gonore Berulang pada Pria Usia Muda

Metyana Cahyaningtyas
1610029005

Pembimbing:
dr. M. Khairul Nuryanto, M. Kes
dr. Sitti Nuriyatus Zahra, M.KM
dr. Tiara Ramadhani

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa
diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin
majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat,
banyak ditemukan penyakit penyakit yang baru, sehingga istilah tersebut tidak
sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease (STD) atau penyakit
menular seksual. (1)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi
menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. IMS perlu
mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian. Untuk
remaja perempuan, resiko untuk terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab
alat reproduksinya lebih rentan. Sering kali berakibat lebih parah karena gejala awal
tidak segera dikenali, sedangkan penyakit menjadi lebih parah.(2)
Peningkatan insiden infeksi menular seksual (IMS) dan penyebarannya
diseluruh dunia tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara
disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan
menurunkan insiden IMS atau paling tidak insidennya relatif tetap. Namun
demikian, di sebagian besar negara, insiden IMS relatif masih tinggi, dan setiap
tahun beberapa juta kasus baru terjadi beserta komplikasi medisnya. (1)
Gonore ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada
tahun 1882. Kuman Neisseria gonorrhoeae dimasukkan dalam kelompok
Neisseria. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N meningitidis dan 2
lainnya yang bersifat komensal N, catarrhalis serta N. Pharyngis sicca. Keempat
ini susah dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.(3)

2
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.
Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih,
leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera. Penyakit gonore ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan
persendian.(4)
Gonore pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan dengan
cepat meluas ke berbagai negara di dunia. Di Afrika Barat dan Timur, tempat
pertama kali ditemukan tetap merupakan endemik dan didapatkan pada lebih
sepertiga isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40%, dan terutama
ditemukan pada pekerja seks komersial. Di Jakarta mulai dilaporkan pada tahun
1980 dan sampai sekarang. Di kota besar NGPP (N. Gonorrhoeae penghasil
penicillin) terdapat sekitar 40-60% sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini
belum diperoleh data mengenai hal itu. (1)

3
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dilakukan di puskesmas dan di rumah pasien pada tanggal 30 Oktober


2017, pukul 14.00 WITA secara autoanamnesis dengan pasien.

2.1 Anamnesis
a) Identitas
Nama : Tn. AR
Usia : 23 tahun (DOB 26 Mei 1994)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. M. Yamin Gg. Kasturi I RT.27 No.81, Samarinda
Status Marital : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa dan Ojek online
Suku : Batak
Agama : Islam

b) Keluhan Utama:
Keluar cairan kuning kental dari kemaluan.

c) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluar cairan berwarna kuning kental
sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Pada awalnya pasien merasa
tidak enak dan sedikit nyeri saat buang air kecil pada pagi hari. Saat buang
air kecil lagi pada siang hari, pasien memperhatikan buang air kecilnya,
pasien melihat terdapat bercak putih di celana dalamnya serta keluar cairan
kuning kental bersamaan saat keluarnya air kencing, namun tidak terdapat
darah. Untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, pasien sering ganti
celana dalam, namun setelah 2 hari keluhannya tidak kunjung hilang, justru
semakin bertambah parah, oleh karena itu pasien memutuskan untuk
berobat ke puskesmas.

4
Pasien mengaku bahwa sekitar 1 minggu sebelum munculnya
keluhan, pasien datang ke klub malam dan melakukan hubungan seksual
dengan seorang teman wanitanya. Pasien mengaku hubungan seks terakhir
dilakukan pada saat 1 minggu lalu itu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
(kondom). Pasien mengaku bahwa cukup sering melakukan hubungan seks
dengan berganti-ganti pasangan wanita, kira-kira setiap 3 bulan sekali
melakukan hubungan seks. Pasien mengaku pertama kali melakukan
hubungan seks pada tahun 2013 dan juga pernah mengalami keluhan yang
sama yaitu keluar cairan kuning dari kemaluan pada tahun 2013 dan
melakukan pengobatan juga ke Puskesmas Sempaja hingga sembuh.

Riwayat pasien menggunakan narkoba suntik maupun pemasangan


tatto dan tindik disangkal. Riwayat pasien mengalami sakit yang sulit
sembuh disangkal.

d) Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebanyak 1 kali pada tahun
2013.
 Riwayat penyakit lain hanya ISPA dan demam tifoid.
 Riwayat penyakit lain seperti sariawan, diare kronis ataupun
penyakit lain yang sulit sembuh disangkal.

e) Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat keluhan yang
serupa dengan pasien.
 Riwayat penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melitus, asma,
alergi, maupun penyakit jantung di keluarga disangkal.

f) Riwayat Pernikahan dan Pola Hubungan Seksual


Status pernikahan pasien saat ini adalah belum menikah.
Pasien mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis. Pertama kali berhubungan seksual pada tahun 2013 saat usia
pasien 19 tahun. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual dilakukan
5
hingga saat ini dengan frekuensi kira-kira setiap 3 bulan sekali dan selalu
bergonta ganti pasangan. Pasien hanya melakukan hubungan seksual
dengan lawan jenis dan tidak pernah dengan lawan jenis. Pasien mengaku
berhubungan seksual hanya melalui kelamin ke kelamin, tidak pernah
melakukan oral seks maupun anal seks. Pasien mengaku pernah
menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom saat melakukan hubungan
seksual, namun lebih sering tidak memakai kondom.

g) Riwayat Pengobatan
Untuk keluhan saat ini, pasien belum ada mengkonsumsi obat.
Pada tahun 2013, untuk keluhan yang serupa, pasien berobat ke puskesmas
dan diberikan 2 macam obat (pasien lupa nama obatnya) dan hanya diminum
untuk sekali saja menurut anjuran dokter. Setelah mengkonsumsi obat
tersebut, keluhan pasien membaik dan sembuh.

h) Riwayat Kebiasaan dan Psikososial


Pasien tinggal serumah bersama orang tua dan saudaranya. Pasien
sehari-hari menjalani aktivitas sebagai mahasiswa dan mempunyai
pekerjaan sampingan berupa ojek online. Pasien juga mengaku memiliki
kebiasaan merokok ± 5 batang per hari, kadang-kadang minum alkohol,
namun tidak menggunakan obat-obatan terlarang.

6
i) Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien : Tinggal serumah

2.2 Pemeriksaan Fisik


A. Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 21,4 kg/m2
B. Keadaan Umum : Baik
C. Kesadaran : Komposmentis (GCS 15 E4V5M6)
D. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg

7
Frekuensi nadi : 84 kali/menit, reguler, adekuat
Frekuensi nafas : 22 kali/menit, reguler
Suhu : 36.8 0C per axiller
E. Status Generalisata
 Kepala : Normocephal, rambut hitam lurus
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Telinga : Tidak ditemukan kelainan
 Hidung : Tidak ditemukan kelainan
 Tenggorok : Hiperemis (-), candidiasis (-), stomatitis (-)
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Thoraks
- Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada dan pergerakan nafas simetris
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan sepanjang parasternal line dextra
Batas kiri pada ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Flat, distended (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas
- Superior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-)
- Inferior : Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-)

8
F. Pemeriksaan Khusus Status Genitalis
Regio orificium uretra externa : Tampak discharge (+), berwarna putih
kekuningan dan kental yang keluar dari orificium uretra externa.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan tanggal 30 Oktober 2017
Pewarnaan gram dari sediaan langsung swab duh uretra, ditemukan :
 Sel PMN +1
 Diplococcus intraseluler +1
 Kandida +1
Pemeriksaan tanggal 31 Oktober 2017
Tes antibodi HIV, dengan Rapid test menggunakan reagen Intec.
Hasil pemeriksaan : Non Reaktif

2.4 Diagnosis
- Uretritis Gonore

2.5 Penatalaksanaan

- Non medikamentosa
o Edukasi mengenai penyakit infeksi menular seksual khususnya
gonore, mengenai cara penularannya, salah satu cara penularan yang
paling dominan adalah melalui hubungan seksual. Dan edukasi
bahwa pasien dapat menularkan gonore kepada pasangan seksnya.
o Edukasi mengenai komplikasi penyakit IMS jika sering berulang
serta dampak yang ditimbulkan dikemudian hari.
o Edukasi mengenai pentingnya mematuhi pengobatan yang
diberikan.
o Edukasi mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan screening
HIV berkala guna mendeteksi secara dini adanya infeksi virus HIV
karena pasien merupakan kelompok risiko tinggi untuk terinfeksi
virus HIV (walaupun status pemeriksaan pertama hasilnya non
reaktif).

9
o Edukasi untuk menghindari hubungan seksual sebelum sembuh dan
selalu menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual
untuk mencegah penularan IMS kepada pasangan. Juga memberi
pengertian untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan rute
lain selain kelamin ke kelamin, misalnya hubungan seks anal
maupun oral.
o Edukasi bahwa pengobatan juga harus dilakukan pada pasangan
seks, sehingga sebisa mungkin membawa pasangan seksnya untuk
berobat ke puskesmas.
o Menganjurkan untuk kontrol kembali ke puskesmas jika keluhan
masih menetap dan tidak ada perbaikan.
o Pasien dianjurkan untuk memiliki pasangan tetap.
o Memberikan dukungan psikososial yang baik agar pasien dapat
merubah kebiasaan seksnya dan bersikap optimis bahwa ia dapat
merubah kebiasaan buruknya tersebut.
o Edukasi bahwa menjaga privasi dan kerahasiaan status penyakit
yang diderita pasien adalah salah satu tugas dari tenaga kesehatan.
- Medikamentosa
Pengobatan Puskesmas
o Single dose :
 Cefixime 400 mg (2 x 2 tab 200 mg) PO
 Azitromisin 1000 mg (2 x 2 tab 500 mg) PO

Pengobatan menurut dokter muda sesuai panduan WHO tahun 2016 :


o Single dose :
 Ceftriaxone 250 mg injeksi IM
 Azitromisin 1000 mg (2 x 2 tab 500 mg) PO

2.6 Prognosis

Prognosis Ad Vitam : Dubia ad bonam


Prognosis Ad Functionam : Dubia ad bonam
Prognosis Ad Sanationam : Dubia ad malam

10
BAB III

ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

3.1 Data Pasien

No I. Pasien

1 Nama Tn. AR
2. Umur 23 tahun
3. Jenis kelamin Laki-laki
Status
4. Belum menikah
perkawinan
5. Agama Islam
6. Suku bangsa Batak
7. Pendidikan Tamat SMA
8. Pekerjaan Mahasiswa dan ojek online
Alamat
9. Jl. M. Yamin Gg. Kasturi I RT.27 No.81, Samarinda
lengkap

3.2 Data Anggota Keluarga

Nama
Hub. Status Serumah
No Anggota Usia Pekerjaan
Keluarga Nikah
Keluarga Ya Tdk Kdg

1 Tn. MJT 49 th Wiraswasta Ayah √ √ - -


2 Ny. KG 44 th Wiraswasta Ibu √ √ - -
3 AMA 19 th Mahasiswa Saudara - √
4 AH 9 th Siswa Saudara - √

11
3.3 Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga dan Lingkungan

No Ekonomi Keluarga Keterangan

1 Luas tanah 15 x 6 meter


2 Luas bangunan 12 x 5 meter
3 Pembagian ruangan Rumah adalah rumah sewa,
dinding terbuat dari kayu,
lantai terbuat dari semen,
terdiri dari 1 ruang tamu, 3
kamar tidur, 1 dapur yang
merangkap ruang makan,
dan 1 WC yang jadi satu
dengan tempat mencuci
baju.
4 Besarnya daya listrik 900 watt
5 Tingkat pendapatan keluarga :
a. Pengeluaran rata-rata/bulan
Bahan makanan : Beras, lauk,
sayur, air minum Rp. 3.000.000,00
Di luar bahan makanan :
- Pendidikan Rp 1.000.000,00
- Kesehatan
- Listrik Termasuk dalam biaya sewa
rumah
- Air Rp 500.000,00
- Transportasi Rp. 300.000,00
- Lain-lain (sewa rumah) Rp. 2.500.000,00
b. Penghasilan keluarga/bulan Rp. 10.000.000,00

12
No Perilaku Kesehatan Keterangan

1 Pelayanan promotif / preventif Puskesmas


2 Pemeliharaan kesehatan anggota Puskesmas /dokter praktek
keluarga lain
3 Pelayanan pengobatan Puskesmas / dokter praktek

4 Jaminan pemeliharaan kesehatan BPJS

No Pola Makan Keluarga Keterangan

1 Pasien dan anggota keluarga Makan 3 kali sehari dengan


porsi sedang.
Menu : Nasi, sayur, lauk
(ikan, ayam, tempe), buah
(kadang-kadang).

No Aktivitas Pasien dan Keluarga Keterangan

1 Aktivitas fisik
A. Pasien Pasien bangun pagi pukul
06.30 dan bersiap untuk
kuliah. Pukul 07.30
berangkat ke kampus dan
pulang sekitar pukul 12.00
WITA. Setelah itu
membantu orang tua di
rumah makan milik orang
tuanya dan ojek online jika
ada order pelanggan hingga
dini hari pukul 01.00 WITA.

13
2 Aktivitas mental Pasien jarang melaksanakan
shalat 5 waktu.
Pasien sering jalan-jalan atau
refreshing di sela-sela
pekerjaannya menjadi ojek
online. Sering ke tempat
klub malam untuk
berkumpul dengan teman-
temannya dan pulang larut
malam. Pasien mengaku
lebih sering ke klub malam
seminggu sekali untuk
menghilangkan rasa jenuh
karena saat ini sedang dalam
proses mengerjakan skripsi
di kampus.

No Lingkungan Keterangan

1 Sosial Hubungan dengan


lingkungan sekitar baik,
tetangga saling mengenal
satu sama lain.
Namun pasien jarang ikut
serta dalam kegiatan
kumpul-kumpul tetangga
seperti kerja bakti dan lain-
lain.
2 Fisik/Biologik
Perumahan dan fasilitas Cukup
Luas tanah 15 x 6 meter
Luas bangunan 12 x 5 meter

14
Jenis dinding terbanyak Kayu
Jenis lantai terluas Semen
Sumber penerangan utama Lampu listrik
Sarana MCK WC dan kamar mandi
tergabung menjadi satu.
Tempat mencuci pakaian
berada di kamar mandi

Limbah dari kloset dibuang


Sarana Pembuangan Air Limbah di septic tank. Air cucian
piring dan baju dibuang
melalui pipa dari kamar
mandi ke selokan kecil di
belakang rumah pasien.

Sumber air sehari-hari Air PDAM dan sumur bor


Sumber air minum Air galon isi ulang (tanpa
dispenser)
Penampungan air Air dari PDAM dialirkan
melalui pipa langsung ke
ember dan drum di kamar
mandi pasien
Pembuangan sampah Sampah dikumpulkan
menjadi satu plastik
kemudian dibuang ke
belakang rumah dan dibakar
3 Lingkungan kerja pasien Pasien bekerja sebagai ojek
online

15
PENILAIAN APGAR KELUARGA

Hampir
Hampir Kadang
tidak
Kriteria Pernyataan Selalu Kadang
pernah
(2) (1)
(0)
Adaptasi Saya puas dengan keluarga saya √
karena masing-masing anggota
keluarga sudah menjalankan
peran sesuai dengan seharusnya
Kemitraan Saya puas dengan keluarga saya √
karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Pertumbuhan Saya puas dengan kebebasan √
yang diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
Kasih sayang Saya puas dengan kehangatan √
dan kasih sayang yang diberikan
keluarga saya
Kebersamaan Saya puas dengan waktu yang √
disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Jumlah 10
Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor ≤ 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan :
Nilai skor keluarga ini adalah 8, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
sehat.

16
POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELUARGA
Jawaban
No Indikator Pertanyaan Keterangan
Ya Tdk

A. Perilaku Sehat

1 Tidak merokok
Tidak ada yang memiliki Ayah pasien dan pasien
kebiasaan merokok? √ adalah perokok aktif. Pasien
menjadi perokok aktif sejak
usia 14 tahun hingga
sekarang.
2 Persalinan
Di mana ibu pasien melahirkan √ Pasien dan saudara-
anak-anaknya? saudaranya dilahirkan di
rumah sakit dibantu oleh
bidan.
3 Imunisasi
Apakah pasien dan saudaranya √ Pasien dan saudaranya sudah
sudah diimunisasi lengkap? mendapatkan imunisasi
lengkap.
4 Balita ditimbang
Apakah saat balita pasien sering √ Pasien ketika balita sering
ditimbang? Di mana? ditimbang di Posyandu
5 Sarapan pagi
Apakah seluruh anggota √ Pasien dan keluarga selalu
keluarga memiliki kebiasaan sarapan pagi sebelum
sarapan pagi? memulai aktivitas.
6 Dana sehat / Askes
Apakah pasien ikut menjadi √ Pasien merupakan peserta
peserta askes? BPJS
7 Cuci tangan

17
Apakah anggota keluarga Pasien dan keluarga selalu
mempunyai kebiasaan mencuci mencuci tangan dengan
tangan menggunakan sabun sabun sebelum makan dan
sebelum makan dan sesudah sesudah BAB.
buang air besar?
8 Sikat gigi
Apakah anggota keluarga √ Pasien dan keluarga selalu
memiliki kebiasaan gosok gigi menggosok gigi
menggunakan pasta gigi? menggunakan pasta gigi 2
kali sehari yaitu setiap kali
mandi.
9 Aktivitas fisik / Olahraga
Apakah anggota keluarga √ Pasien dan keluarga jarang
melakukan aktivitas fisik atau berolahraga.
olah raga teratur?

B. Lingkungan Sehat

1 Jamban
Apakah di rumah tersedia √ Tersedia jamban jongkok di
jamban dan seluruh keluarga rumah dan pasien beserta
menggunakannya? keluarga menggunakannya.
2 Air bersih dan bebas jentik
Apakah di rumah tersedia air √ Di rumah menggunakan
bersih dengan tempat / tandon sumber air berasal dari
air tidak ada jentik ? PDAM dan dialirkan melalui
pipa langsung ke ember dan
drum di kamar mandi pasien.
Tidak ada tempat
penampungan air yang
berjentik.
3 Bebas sampah

18
Apakah di rumah tersedia Tersedia tempat sampah di
tempat sampah? Apakah di rumah. Rumah terlihat bersih
lingkungan sekitar rumah tidak dan tidak tampak sampah
ada sampah berserakan? berserakan di sekitar rumah.

4 SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL di √ Limbah dari kloset dibuang di
sekitar rumah? septic tank. Air cucian piring
dan baju dibuang melalui pipa
dari kamar mandi ke selokan
kecil di belakang rumah
pasien.
5 Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara di √ Ventilasi di ruang tamu,
dalam rumah? dapur dan kamar tidur cukup.
6 Kepadatan
Apakah ada kesesuaian luas √ Rumah cukup untuk 5 orang
rumah dengan jumlah anggota penghuni.
keluarga?
7 Lantai Seluruh lantai rumah terbuat
Apakah lantai bukan dari tanah? √ dari semen. Lantai ruang
tamu dan kamar tidur dialasi
karpet.

C. Indikator Tambahan

1 ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan √ Pasien dan saudara-
yang hanya mendapat ASI saja saudaranya mendapat ASI
sejak lahir sampai 6 bulan? eksklusif sampai usia 6 bulan
2 Konsumsi buah dan sayur Pasien dan keluarga rutin
√ mengonsumsi sayur setiap

19
Apakah dalam 1 minggu hari namun jarang makan
terakhir anggota keluarga buah
mengkonsumsi buah dan sayur?
Jumlah 16 2

Klasifikasi
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru)
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 16 pertanyaan yang berarti
identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masuk dalam
klasifikasi SEHAT IV.

RESUME FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KELUARGA

Faktor Risiko

Biologi  Tidak ada


 Pasien sedang dalam proses pengerjaan skripsi di kampus, sehingga pasien
mengaku sedang jenuh dan memerlukan hiburan untuk melepas kejenuhan.
 Waktu kebersamaan dengan keluarga kurang, sehingga pasien tidak selalu
mengungkapkan semua permasalahan dan mencari solusi kepada keluarga.
Psiko-Sosio-  Pasien tidak ingin memberi tahu orang tuanya mengenai penyakit IMS yang ia
Ekonomi derita karena takut menimbulkan masalah lebih lanjut dengan orang tuanya.
 Stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap pasien dengan penyakit infeksi
menular seksual.
 Pasien memiliki lingkungan pergaulan yang bebas, dimana pasien mengaku
sering bergonta ganti pasangan.
Perilaku  Pasien jarang memeriksakan kesehatan di Puskesmas, hanya melakukan
Kesehatan pemeriksaan jika ada keluhan yang sangat mengganggu.

20
 Kurangnya pengetahuan pasien mengenai Infeksi Menular Seksual yang dapat
berulang jika tidak merubah perilaku dan kebiasaan seksual.
 Kurangnya pengetahuan pasien mengenai komplikasi penyakit IMS jika sering
diderita berulang.
 Pasien memiliki riwayat hubungan seksual yang berisiko, yaitu pasien sering
bergonta ganti pasangan seksual dengan lawan jenis, serta berhubungan seksual
di luar nikah. Pasien aktif melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
kondom.
 Kurangnya kesadaran pasien tentang tingginya risiko terinfeksi virus HIV
terhadap dirinya sehingga enggan melakukan pemeriksaan tes HIV secara
sukarela.
 Melakukan perilaku seks bebas sejak 4 tahun lalu hingga sekarang.
 Pasien adalah seorang perokok aktif.
Gaya Hidup
 Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan.
 Jarang berolahraga.

DIAGNOSIS KELUARGA (Resume Masalah Kesehatan)


Status Kesehatan dan Faktor Risiko (Individu, Keluarga, dan Komunitas)
1. Secara umum, pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat pada pasien
cukup baik dan penerapannya juga baik.
2. Kategori PHBS masuk dalam sehat IV.
3. Status fungsi keluarga sehat.
4. Pengetahuan pasien mengenai penyakit IMS kurang, baik mengenai cara
penularan, pencegahan, serta komplikasinya, terbukti dengan berulangnya
kejadian IMS pada pasien dan pengakuan pasien yang tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seksual.
5. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai tingginya risiko terinfeksi virus HIV
pada pasien sendiri.
6. Pasien jarang memeriksakan kesehatan di Puskesmas, hanya melakukan
pemeriksaan jika ada keluhan yang sangat mengganggu.
7. Memiliki riwayat hubungan seksual yang berisiko karena sering gonta ganti
pasangan.

21
8. Melakukan perilaku seks bebas sejak 4 tahun lalu hingga sekarang.
9. Pasien merupakan perokok aktif, jarang mengonsumsi buah-buahan dan jarang
berolahraga.

Status Upaya Kesehatan (Individu, Keluarga dan Komunitas)


1. Pasien memiliki jaminan kesehatan berupa BPJS
2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas dan Praktek Dokter. Pasien
jarang memeriksakan kesehatan di Puskesmas, hanya melakukan pemeriksaan
jika ada keluhan yang sangat mengganggu.
3. Pasien mengikuti anjuran dokter dalam mengkonsumsi obat.

Status Lingkungan
1. Rumah tempat tinggal terlihat bersih dan tertata rapi, halaman depan rumah
pasien digunakan untuk membuka rumah makan, tidak ada sampah berserakan.
2. Ukuran luas rumah cukup memadai untuk menampung anggota keluarga dan
ventilasi cukup.
3. Hubungan dengan tetangga baik, saling mengenal satu sama lain.
4. Sanitasi dasar baik, tersedia air bersih dan sarana pembuangan air limbah.

Diagnosis Keluarga
Sebuah keluarga dengan kepala keluarga ayah pasien Tn. MJT terdiri dari 4
orang anggota keluarga inti yaitu ibu pasien Ny. KG, pasien sendiri AR, saudara
kandung AMA dan AH. Pasien merupakan pasien rawat jalan di Puskesmas
Sempaja yang didiagnosis uretritis gonore dengan status HIV non reaktif. Secara
umum keluarga ini memiliki kesadaran PHBS yang baik dan fungsi keluarga yang
sehat. Keluarga ini menempati rumah yang cukup sehat. Keluarga ini juga memiliki
penerapan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang cukup baik. Pasien
memiliki pola pergaulan bebas. Pengetahuan pasien mengenai cara penularan dan
pencegahan penyakitnya kurang. Pasien meminum obat untuk penyakitnya sesuai
anjuran dokter.

22
RENCANA PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN
Masalah
No Penatalaksanaan
kesehatan
1. Kurangnya  Memberikan edukasi bahwa penularan penyakit IMS paling
pengetahuan dominan melalui hubungan seksual, terutama bagi individu yang
pasien tentang sering bergonta ganti pasangan.
cara  Memberi penjelasan bahwa cara pencegahan penularan penyakit
penularan, IMS dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom saat
pencegahan berhubungan seksual, dan pencegahan paling penting adalah
dan berhubungan seksual dengan pasangan tetap.
komplikasi  Memberikan edukasi tentang komplikasi yang dapat timbul pada
penyakit IMS penyakit IMS yang berulang dan risiko tinggi untuk terinfeksi virus
HIV.
 Edukasi untuk meminum obat yang diberikan dokter sesuai anjuran.
 Memberikan dukungan psikososial.
2. Kurangnya  Memberikan edukasi bahwa perilaku seks pasien berisiko tinggi
pengetahuan untuk tertular infeksi virus HIV.
pasien  Memberikan saran untuk melakukan screening HIV secara berkala
mengenai untuk deteksi dini virus HIV.
tingginya  Menjelaskan bahwa gejala awal AIDS seperti bercak putih pada
risiko mulut, berat badan yang menurun cepat, diare yang berkepanjangan
terinfeksi dapat muncul kapan saja sehingga penting mencermati tanda dan
virus HIV gejala ini kemudian memeriksakan diri ke puskesmas maupun
pada pasien fasilitas kesehatan lainnya jika terdapat gejal-gejala tersebut.
sendiri.

3. Pasien  Edukasi untuk merubah pola pergaulan yang kurang sehat.


memiliki  Memberikan penjelasan mengenai IMS serta HIV-AIDS dan cara
riwayat penularannya, salah satu cara penularan yang paling dominan adalah
hubungan melalui hubungan seksual.

23
seksual yang  Memberikan pengertian untuk setia pada satu pasangan dan tidak
berisiko berganti-ganti pasangan seks.
 Edukasi untuk selalu menggunakan kondom setiap melakukan
hubungan seksual untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan.
 Edukasi untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan rute lain
selain kelamin ke kelamin, misalnya hubungan seks anal maupun
oral.
 Edukasi untuk melakukan pemeriksaan IMS dan status HIV pada
pasangan seks untuk memutus rantai penularan penyakit.
4. Pasien  Memberi pengertian kepada pasien untuk pelan-pelan mengurangi
merupakan konsumsi rokok.
perokok aktif,  Memberikan penjelasan bahwa pasien perlu menjaga sistem imun
jarang dengan makan makanan bergizi seimbang dan olahraga cukup.
mengonsumsi  Memberi penjelasan bahwa makanan sehat tidak harus mahal dan
buah-buahan mudah didapatkan seperti buah, sayur dan lain-lain.
dan jarang  Memberikan penjelasan bahwa pasien dapat melakukan olahraga
berolahraga ringan di sekitar rumah seperti jalan-jalan pagi atau sore hari.

24
PERAWATAN MASALAH KESEHATAN KELUARGA

Masalah Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)


Kesehatan Individu Keluarga Komunitas
 Memberikan edukasi bahwa  Edukasi mengenai KIE/Penyuluhan
penting sekali untuk IMS, cara mengenai IMS,
merubah pola perilaku penularan serta cara penularan
berhubungan seks bebas. pencegahan serta pencegahan
 Memberikan edukasi penularannya. dan juga
mengenai penyakit cara  Edukasi kepada mengenai
penularan dan pencegahan anggota keluarga komplikasinya.
penyakit IMS serta untuk tidak Serta memberikan
komplikasinya. mendiskriminasi pengertian kepada
Uretritis  Menjelaskan bahwa penting pasien. masyarakat untuk
Gonore sekali membawa pasangan  Edukasi untuk menghilangkan
seks untuk memeriksakan selalu memberi stigma dan
diri agar memutus rantai dukungan dan diskriminasi
penularan. semangat bagi terhadap
 Memberikan saran untuk pasien dalam penderita
melakukan screening HIV menyelesaikan penyakit IMS.
secara berkala untuk pendidikan agar
deteksi dini virus HIV. tidak terlalu jenuh
dan stres
berlebihan.

25
SKORING KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH
DALAM KELUARGA

Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal
Faktor Perilaku Kesehatan 4  Edukasi mengenai cara penularan, pencegahan
Keluarga dan komplikasi penyakit IMS, serta
 Kurangnya pengetahuan kemungkinan berisiko tinggi untuk terinfeksi
mengenai penyakit IMS virus HIV.
 Pasien memiliki riwayat  Memberikan pengertian untuk setia pada satu
hubungan seksual yang pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan
berisiko seks, selalu menggunakan kondom setiap
 Pasien merupakan melakukan hubungan seksual, tidak melakukan
perokok aktif, jarang hubungan seksual dengan rute lain selain
mengonsumsi buah- kelamin ke kelamin, melakukan pemeriksaan
buahan dan jarang screening HIV secara berkala.
berolahraga  Memberi saran untuk mengurangi konsumsi
rokok, pentingnya menjaga sistem imun dengan
makan makanan bergizi seimbang dan olahraga
cukup.
Faktor Psiko-Sosio-Ekonomi 3  Memberi dukungan dan semangat bagi pasien
 Pasien sedang jenuh dalam dalam menyelesaikan pendidikan agar tidak
proses pengerjaan skripsi terlalu jenuh dan stres berlebihan. Jika
di kampus, memerlukan membutuhkan refreshing, maka disarankan
hiburan untuk melepas untuk mencari kegiatan hiburan yang positif.
kejenuhan.  Edukasi bahwa jika ada masalah dalam keluarga
 Waktu kebersamaan sebaiknya masalah itu didiskusikan ke keluarga,
dengan keluarga kurang, jika tidak bisa maka masalah dapat diceritakan
sehingga pasien tidak kepada teman, pendamping atau tenaga
selalu mengungkapkan kesehatan yang dipercaya yang dapat
semua permasalahan dan memberikan tanggapan secara bijak terhadap
mencari solusi kepada permasalahan yang sedang dihadapi.
keluarga.

26
Keterangan :
 Skor 1 = Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi
 Skor 2 = Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, hanya ada keinginan;
penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
 Skor 3 = Keluarga mau melakukan namun perlu pengendalian sumber
yang belum dimanfaatkan; penyelesaian masalah dilakukan
sebagian oleh provider.
 Skor 4 = Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya; masih
tergantung pada upaya provider
 Skor 5 = Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. AR usia 23 tahun (belum menikah)
dengan diagnosis Uretritis Gonore. Pasien merupakan pasien rawat jalan
Puskesmas Sempaja. Pasien datang berobat dengan keluhan keluar cairan kuning
kental dari kemaluan. Keluhan ini terjadi setelah terakhir kali melakukan hubungan
seksual dengan seorang wanita sekitar 1 minggu sebelum timbul keluhan. Pasien
pernah mengalami keluhan serupa pada tahun 2013. Keluhan saat ini merupakan
keluhan yang sama untuk kedua kalinya. Pasien melakukan hubungan seks pertama
kali saat tahun 2013 dan masih melakukan kebiasaan berhubungan seks tersebut
hingga saat ini, dengan frekuensi setiap 3 bulan sekali. Pasien mengaku saat ini
sedang jenuh dengan tugas skripsi di kampus dan sering mencari hiburan ke klub
malam. Saat berobat ke puskesmas, pasien bersedia dilakukan pemeriksaan swab
duh tubuh dan pemeriksaan HIV. Dari hasil pemeriksaan, pasien positif terinfeksi
gonore, namun status HIV pasien non reaktif. Pasien meminum obat untuk
penyakitnya sesuai anjuran dokter.
Pasien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu, dan 2 saudara kandungnya.
keluarga ini menempati rumah yang cukup luas dengan ventilasi yang cukup,
kebersihan diri dan lingkungan pasien dan keluarga tergolong sehat. Pengetahuan
pasien mengenai cara penularan dan pengobatan penyakitnya kurang. Pemasukan
keuangan keluarga pasien didapat dari pekerjaan orang tua pasien sebagai
wiraswasta.
Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang diambil pada penangananan
penyakit IMS yang sesuai dengan prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut :
1) Personal
1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit IMS : penyebab, cara
penularan dan cara mencegah penularannya, pengobatan serta
komplikasinya.
2. Memberikan penjelasan bahwa orang dengan penyakit IMS berisiko tinggi
juga untuk tertular virus HIV di kemudian hari, sehingga perlu kesadaran
diri untuk melakukan screening HIV secara berkala.

28
3. Memberikan edukasi bahwa penting sekali untuk merubah pola perilaku
berhubungan seks bebas yang bergonta ganti pasangan, sebaiknya
hubungan seks dilakukan dengan pasangan tetap.
4. Memberikan saran untuk membawa pasangan seks untuk berobat dan
memeriksakan diri juga untuk memutus rantai penularan IMS.

2) Komprehensif
Komprehensif meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,
sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan ini dilaksanakan sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit tersebut pada pasien dan anggota keluarga yang
lain.

Pencegahan primer :
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak
terjadi proses penyakit dan mengurangi insiden penyakit dengan cara
mengendalikan faktor penyebab dan faktor risikonya. Karena pada pasien
sudah mengalami penyakit ini, sehingga pencegahan primer ditujukan kepada
lingkungan pergaulan pasien. Upaya yang dilakukan untuk memutus mata
rantai infeksi dari ”agent – host – environment ”antara lain :
 Health promotion seperti melakukan penyuluhan dengan memberikan
penjelasan mengenai faktor risiko penyakit.
 Specific protection seperti menjaga kebersihan perorangan dan sanitasi
lingkungan.
 Sanitasi lingkungan seperti menganjurkan mengubah lingkungan kamar
pasien seperti membuka korden dan jendela kamar, agar sinar matahari
bisa masuk ke kamar, menjaga kebersihan kamar.
 Menganjurkan kepada keluarga untuk mengawasi bersama kondisi
kesehatan pasien, juga mendukung pengobatan pasien.

29
Pencegahan sekunder :
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat
proses penyakit sudah berlangsung dan mulai timbul tanda/gejala sakit
(patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
 Pencegahan yang dilakukan untuk menghentikan proses penyakit lebih
lanjut dan mencegah komplikasi yang terdiri dari deteksi dini seperti
pemeriksaan duh tubuh pada penyakit IMS dan skrining HIV, melakukan
pemeriksaan khusus dengan tujuan menyembuhkan dan mencegah
penyakit berlanjut, mencegah penyebaran penyakit menular, mencegah
komplikasi dan akibat lanjutan, serta memperpendek masa penyakit.
 Pemberian pengobatan yang tepat untuk menghentikan proses penyakit,
mencegah komplikasi, serta penyediaan fasilitas khusus untuk membatasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian.

Pencegahan tersier :
Pencegahan penyakit tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat
proses sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan mencegah cacat
dan mengembalikan penderita ke status sehat. Tujuan dari pencegahan ini yaitu
menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan
membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisinya yang terdiri dari disability limitation dan rehabilitation. Juga
memberikan konseling kepada keluarga.
1. Disability limitation seperti penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan
lanjutan agar tidak terjadi komplikasi, pencegahan terhadap komplikasi
maupun cacat setelah sembuh, perbaikan fasilitas kesehatan sebagai
penunjang untuk pengobatan dan perawatan yang lebih intensif serta
mengusahakan pengurangan beban – beban medis dan non medis (sosial)
pada penderita.
2. Rehabilitasi seperti penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi
tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan penyadaran masyarakat
untuk menerima mereka dalam fase rehabilitasi.

30
3) Berkesinambungan
Pemantauan kesehatan dan kepatuhan dalam perawatan dan
pengobatan pasien oleh keluarga setelah pasien mendapatkan pengobatan yang
tepat, karena ketidakpatuhan cek kesehatan dan berobat dapat menimbulkan
banyak masalah dalam keberhasilan upaya penanggulangan penyakit menular
seperti IMS.

4) Koordinatif dan Kolaboratif


Koordinatif dan kolaboratif yaitu bekerjasama dan membagi peran
dengan pihak stakeholder terkait seperti kelompok dokter, terapis, analisis,
pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri. Dokter, terapis
dan pasien harus bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Diagnosis dan terapi secara dini, dan disusul dengan perawatan yang cermat
akan mencegah pengembangan terjadinya komplikasi.

5) Memberdayakan Keluarga, Masyarakat, dan Lingkungannya


Memberikan KIE dan mempromosikan perilaku hidup yang sehat :
 Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini kepada keluarga.
Jelaskan bahwa penyakitnya merupakan penyakit infeksi yang
membutuhkan support dan dukungan.
 Jika memungkinkan berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang IMS
dan cara penularannya dan pencegahannya.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi DS. Gonore In: Zubier Farida (editor). Infeksi menular Seksual edisi
keempat. FKUI. Jakarta: 2015. Pp:65
2. Nyoman K, Ni. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi.
Diskes Bali. Bali: 2011.
3. Fahmi, DS. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketujuh. FKUI. Jakarta:
2015.
4. Clevere S,R dan Ari M, GA Made. Penyakit kulit dan kelamin. Nuha
Medika. Yogyakarta:2013. Pp:131

32
Mandala of Health

GAYA HIDUP
- Perokok aktif
- Jarang konsumsi buah-buahan
- Jarang berolahraga
PERILAKU KESEHATAN LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI
- Pasien jenuh dengan pengerjaan skripsi yang tak
- Kurangnya pengetahuan pasien kunjung selesai.
mengenai penularan dan - Pasien memiliki lingkungan pergaulan yang
FAMILY bebas, dimana pasien mengaku sering bergonta
pencegahan penyakit IMS serta PASIEN ganti pasangan.
komplikasinya.
- Stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap
- Pasien memiliki pola perilaku - Uretritis Gonore pasien dengan penyakit IMS.
hubungan seksual yang berisiko
- Keluhan : keluar cairan kuning
kental dari kemaluan.
- Riwayat mengalami keluhan LINGK. KERJA
PELAYANAN KES. yang sama tahun 2013. - Pasien kerja sebagai ojek
- - Perilaku seks bebas bergonta online hingga sering pulang
larut malam.
ganti pasangan. - Teman kerja seringmengajak
- Pem. Fisik : discharge (+) kuning pasien ke klub malam
kental keluar dari orificium uretra
eksterna
- Pem. Penunjang : pewarnaan
gram diplucoccus intraseluler +1, LINGK. FISIK
status HIV non reaktif
FAKTOR BIOLOGI
- Sarana sanitasi dasar baik
- - Kondisi rumah dan lingkungan baik
- Hygiene perorangan dan anggota
Komunitas:
keluarga baik
- Stigma masyarakat mengenai penyakit IMS
- Cara penularan dan pencegahan penyakit yang
kurang dipahami oleh masyarakat.

33
DOKUMENTASI

Gambar 1. Rumah Pasien Tampak Depan

Gambar 2. Rumah makan sebagai tempat usaha keluarga pasien


34
Gambar 3. Kamar tidur pasien

Gambar 4. Dapur

35
Gambar 5. WC dan kamar mandi

Gambar 6. Anamnesis pasien

36

Anda mungkin juga menyukai