Sejarah Aksara Bali

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH AKSARA BALI

1.ASAL USUL AKSARA BALI

Sejarah aksara Bali erat kaitannya dengan perkembangan aksara India.


Aksara Bali berasal dari bahasa dan aksara yang dibawa dari India ketika
zaman penyebaran agama Hindu dan Buddha di negara Indonesia.
Awalnya di India terdapat aksara yang disebut aksara Karosti. Dari
aksara Karosti ini kemudian berkembang menjadi aksara Brahmi.
Aksara Brahmi kemudian berkembang lagi menjadi
aksara Devanagari dan aksara Pallawa. Aksara Devanagari digunakan di
India Utara dalam menulis bahasa Sansekerta. Sedangkan
aksara Pallawa digunakan di India Selatan dalam menulis bahasa Pallawa.
Perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa di Indonesia mengikuti
perkembangan agama Hindu dan Buddha. Perkembangan
aksara Devanagari dan Pallawa ini kemudian menghasilkan
aksara Kawi atau aksara Indonesia kuno. Dari aksara Kawi ini kemudian
lama-kelamaan berubah menjadi aksara Jawa, aksara Bali, dan
aksara-aksara lainnya yang saat ini ada di Indonesia. Bukti peninggalan
yang menunjukkan perkembangan ini salah satunya terdapat
pada yupa yang bertuliskan aksara Devanagari di Kutai, Kalimantan
Timur.

Di Bali, bukti perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa dapat


ditemukan di Pura Penataran Sasih Pejeng, Kecamatan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar. Di pura ini terdapat stupa-stupa kecil yang berisi cap
dari tanah legit. Cap-cap tersebut berisi tulisan dalam
aksara Pradewanegari atau Siddhamatrka. Aksara tersebut digunakan
untuk menulis mantra Buddha Tathagata. Bukti perkembangan berikutnya
dapat ditemukan di Pura Blanjong Sanur. Di sana terdapat tugu
peringatan raja Sri Kesari Warmadewa yang berisi tulisan dalam
aksara Devanagari dan aksara Bali kuno. Aksara Devanagari digunakan
untuk menuliskan bahasa Bali kuno, sedangkan aksara Bali kuno
digunakan untuk menuliskan bahasa Sansekerta. Aksara berikutnya yang
berkembang adalah aksara Pallawa. Terdapat tulisan aksara Pallawa yang
disebut aksara Semi Pallawa. Dari aksara Semi Pallawa tersebut
kemudian berkembang bentuknya menjadi aksara Kediri Kwadrat, yang
kemudian berubah menjadi aksara Jawa dan terakhir berubah lagi
menjadi aksara Bali. Bukti penulisan dalam aksara Pallawa tersebut ada
yang diletakkan di Pura Bale Agung Sembiran.
Bentuk aksara Bali yang seperti membulat merupakan contoh bentuk
aksara Bali yang berasal dari aksara Pallawa. Contoh perkembangan
aksara Bali dari aksara Devanagari adalah bentuk huruf akara dalam
aksara Bali yang sangat mirip dengan bentuk huruf a dalam
aksara Devanagari.

Sejarah aksara Bali di atas, saya rangkum dari buku ‘Pedoman Pasang
Aksara Bali‘ oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali yang sayangnya
ditulis dalam bahasa Bali. Untuk mengetahui lebih jauh Anda bisa
membaca sendiri buku tersebut

Menurut website Omniglot, aksara Bali disebut juga dengan ‘Carakan‘.


Dalam buku ‘Unicode Standard version 5.0‘ dinyatakan bahwa aksara
Bali berasal dari aksara Brahmi purba dari India. Selain itu, buku tersebut
juga menyebutkan bahwa aksara Bali memiliki banyak kemiripan dengan
aksara-aksara modern di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang berasal
dari rumpun aksara yang sama. Aksara Bali pada abad ke-11 banyak
memperoleh pengaruh dari bahasa Kawi atau Jawa kuno. Versi
modifikasi aksara Bali ini digunakan juga untuk menuliskan bahasa Sasak
yang digunakan di Pulau Lombok. Beberapa kata-kata dalam bahasa Bali
meminjam dari bahasa Sansekerta yang kemudian juga mempengaruhi
aksara Bali. Tulisan Bali tradisional ditulis pada daun
pohon siwalan (sejenis palma), tumpukannya kemudian diikat dan
disebut lontar.

2.PERBEDAAN AKSARA JAWA DAN AKSARA BALI

A.AKSARA BALI

adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang berkembang di


Pulau Bali, Indonesia. Aksara ini umum digunakan untuk menulis bahasa
Bali dan bahasa Sanskerta. Dengan sedikit perubahan, aksara ini juga
digunakan untuk menulis bahasa Sasak yang digunakan
di Lombok.[1] Aksara ini berkerabat dekat dengan dengan aksara Jawa

Aksara Bali adalah sebuah abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan


sebuah suku kata dengan vokal /a/ atau /ə/ di akhir kata yang dapat
diubah dengan penggunaan tanda baca.[2]Aksara ditulis tanpa spasi
(scriptio continua).
Aksara Bali memiliki 47 huruf. Bahasa Bali murni dapat ditulis dengan
18 huruf konsonan dan 7 vokal saja, sementara terjemahan Sanskerta atau
kata serapan dari bahasa Sanskerta dan Kawi menggunakan keseluruhan
set huruf. Huruf untuk menulis bahasa Sanskerta dan Kawi ini umum
diucapkan setara dengan padanan Bali-nya, walau dalam bahasa
Sanskerta huruf-huruf tersebut merepresentasikan bunyi yang berbeda.
Semisal pengucapan vokal panjang seringkali dibaca pendek, karena
bahasa Bali tidak membedakan arti kata dari panjang vokal.[1]
Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad
Arab), menambahkan konsonan akhir, dan menandakan ejaan asing.
Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, namun tidak semua
kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, titik dua,
serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks. Notasi
musik ditulis dengan simbol mirip-huruf dengan tanda baca untuk
informasi metrik.[1]

B.AKSARA JAWA

kenal juga sebagai Hanacaraka (ꦲꦤꦕꦫꦏ )


dan Carakan (ꦕꦫꦏꦤ꧀ ),[1] adalah salah
satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa
Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti bahasa
Sunda dan bahasa Sasak[2] Tulisan ini berkerabat dekat dengan aksara
Bali.

Aksara Jawa adalah sistem tulisan Abugida yang ditulis dari kiri ke kanan.
Setiap aksara di dalamnya melambangkan suatu suku kata dengan
vokal /a/ atau /ɔ/, yang dapat ditentukan dari posisi aksara di dalam kata
tersebut. Penulisan aksara Jawa dilakukan tanpa spasi (scriptio
continua)[3], dan karena itu pembaca harus paham dengan teks bacaan
untuk dapat membedakan tiap kata. Selain itu, dibanding dengan
alfabet Latin, aksara Jawa juga kekurangan tanda baca dasar, seperi titik
dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru, dan tanda hubung.
Aksara Jawa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya.
Aksara dasar terdiri dari 20 suku kata yang digunakan untuk
menulis bahasa Jawa modern, sementara jenis lain meliputi aksara suara,
tanda baca[4], dan angka Jawa[2]. Setiap suku kata dalam aksara Jawa
memiliki dua bentuk, yang disebut nglegena (aksara telanjang), dan
pasangan (ini adalah bentuk subskrip yang digunakan untuk menulis
gugus konsonan).
Kebanyakan aksara selain aksara dasar merupakan konsonan teraspirasi
atau retrofleks yang digunakan dalam bahasa Jawa Kuno karena
dipengaruhi bahasa Sanskerta. Selama perkembangan bahasa dan aksara
Jawa, huruf-huruf ini kehilangan representasi suara aslinya dan berubah
fungsi.

Anda mungkin juga menyukai