Lp-Menarik Diri
Lp-Menarik Diri
Lp-Menarik Diri
A. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu
menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri)
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlin, 1996).
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat,
1999).
Isolasi sosial ( menarik diri) merupakan keadaan dimana seseorang
individu berpartisipasi dalam kuantitas yang tidak cukup atau berlebihan atau
kualitas sosial yang tidak efektif. ( Towsend, 1998).
B. Etiologi
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
1. Faktor Predisposisi:
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang, individu mempinyai tugas
poerkembangan yang mesti dipenuhi, dan setiap tahap perkembangan
mempunyai spesifikasi sendiri. Bila tugas dalam perkembangan
1
selanjutnya dan terjadi gangguan hubungan sosial ( Stuart & Sundeen,
1990)
b. Faktor Biologik
Faktor Keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam berhubungan sosial dengan tubuh yang jelas mengalami
adalah otak, contoh pada pasien skizophrenia terdapat struktur abnormal
otak.
c. Faktor Sosial Cultural
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan sosial, hal ini dikarenakan
norma-norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau
adanya anggota masyarakat yang tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosialnya
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
2. Faktor Presipitasi:
a. Stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya antara lain
menurunnya stabilitas unit keluarga berpisah dengan orang yang
berarti dalam kehidupannya
b. Stressor Psikologis
Adanya kecemasan berat yang berkepanjangan yang terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan ber[isah
untuk orang terdekat atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dapat
menimbulkan kecemasan yang tinggi. ( Stuart & Sunden, 1990: 349)
C. Manifestasi Klinis
1. Apatis
2. Ekspresi wajah sedih
3. Afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain
2
5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain
6. Komunikasi kurang
7. Kontak mata kurang
8. Berdiam diri
9. Kurang mobilitas
10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)
11. Mengambil posisi tidur seperti janin
12. Kemunduran kesehatan fisik
13. Kurang memperhatikan keperawatan diri
D. Pohon Masalah
Perubahan Persepsi sensori : halusinasi akibat
3
E. Fokus Pengkajian
1. Data mayor:
a. Subjektif : - Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
b. Objektif : - Menyendiri dalam ruangan
- Tidak bisa memulai pembicaraan
- Tidak mau berkomunikasi dengan oramg lain
- Tidak melakukan kontak mata
2. Data minor:
a. Subjektif : - Curiga dengan oranglain
- Mendengar suara-suara, melihat bayangan
- Merasa malu untuk berbicara dengan orang lain
- Merasa sedih, takut bebbicara dengan oramg lain
b. Objektif : - Mematung
- Mondar-mandir
- Tidak berinisiatif berhubungan denga orang lain
- Banyak menunduk saat diajak berbicara
(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa)
F. Diagnosa Keperawatan
-Isolasi sosial : Menarik diri
- Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
- Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
G. Intervensi Keperawatan
Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan:
Pasien
4
SP1pasien
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraski dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SPII pasien
1. Mengevaluasi kegiatan jadwal harian pasien
2. Memberikan kesempatam pada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan
satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP III Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan denga dua orang atau
lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP I Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP II Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara mrawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
5
SP III keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
a. Tindakan Psikoterapeutik
Pasien:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Mendiskusikan bersama pasien tentang keuntungan/ manfaat berhubungan
dengan orang lain dan kerugian jika tidak berhubungan dengan orang lain
4. Mengajarkan pada pasien cara berkenalan denga satu orang
5. Menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan berkenalan dengan orang
lain dalam kegiatan harian di rumah sakit
6. Mengevaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian pasien
7. Memberikan kesempatan pada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan
dua orang
8. Mengajarkan pasien berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
9. Menjelaskan tentang obat yang diberikan (jenis, dosis, waktu, manfaat dan
efeksamping obat)
10. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bersosialisasi dalam jadwal
kegiatan di rumah
Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beseta proises terjadinya
3. Menjelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien isolasi sosial
4. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas pasien di rumah termasuk
minum obat ( discharge planning)
5. Menjelaskan follow up setelah pasien setelah pulang
6
b. Tindakan Psikofarmaka
1. Memberikan obat-obatan penenang sesuai program pengobatan pasien
2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum
3. Mengukur vital sign secara periodik ( tekanan darah, nadi, dan pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA
7
Keliat dkk, (1998), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Maramis, WF, (2004), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press,
Surabaya.
Stuart, GW, Sundeen, SJ, (1995), Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih
Bahasa Achir Yani S. Hamid, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Townsend, Mary C, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatrik, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa.(2007). Departemen
Kesehatan Republik Indonesia RS Jiwa. Prof. Dr. Soeroyo Magelang tahun
2007