0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
281 tayangan19 halaman

Laporan Sthe

Modul praktikum membahas dua jenis heat exchanger, yaitu shell and tube heat exchanger serta double pipe heat exchanger. Tujuan praktikum adalah menghitung koefisien pindah panas dan mengetahui pengaruh laju alir terhadap koefisien tersebut.

Diunggah oleh

Anonymous AkjSkG
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
281 tayangan19 halaman

Laporan Sthe

Modul praktikum membahas dua jenis heat exchanger, yaitu shell and tube heat exchanger serta double pipe heat exchanger. Tujuan praktikum adalah menghitung koefisien pindah panas dan mengetahui pengaruh laju alir terhadap koefisien tersebut.

Diunggah oleh

Anonymous AkjSkG
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 19

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Shell and Tube Heat Exchanger (STHE) dan


Double Pipe Heat Exchanger (DPHE)

PEMBIMBING : Ir. Umar Khayam.

Tanggal Praktikum : November 2017


Tanggal Penyerahan : November 2017

Oleh :

Kelompok : VII
Nama : Siti Nazmiati (151411059)
Sunsun Sugianto (151411060)
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah
temperatur dan fasa suatu jenis fluida dengan memanfaatkan proses perpindahan kalor
dari fluida bertemperatur tinggi ke fluida bertemperatur rendah. Di dalam industri kimia,
peran dari heat exchanger sangan penting dan dapat meningkatkan efisiensi sistem. Selain
itu heat exchanger juga merupakan komponen utama dalam sistem mesin pendingin.
Pemilihan yang tepat suatu heat exchanger akan menghemat biaya operasional
harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan
logam dari pipa pemanas masih keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama
maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal
tipisnya kerak tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu heat
exchanger selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas
mencapai harga minimum.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) dengan cara neraca energi dan
menggunakan persamaan empiris.
2. Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan
(U).
3. Menghitung efisiensi pindah panas dari kalor yang dilepas dan kalor yang diterima
fluida.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpindahan Panas

Perpindahan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda panas
dan benda dingin, yang masing masing disebut source and receiver (sumber dan penerima).
Ada 3 macam cara perpindahan panas yaitu:

1) Hantaran, sering juga dinamakan konduksi


2) Aliran, sering juga disebut konveksi.
3) Pancaran, sering juga disebut radiasi.

Perpindahan panas konduksi adalah mekanisme perpindahan panas yang terjadi


dengan suatu aliran atau hambatan proses dari suatu benda yang bertemperatur lebih tinggi ke
benda yang bertemperatur lebih rendah atau dari suatu benda ke benda lain dengan kontak
langsung, dengan kata lain proses perpindahan panas secara molekuler dengan perantara
molekul-molekul yang bergerak. Perpindahan panas konduksi dapat berlangsung pada zat
padat, cair, atau gas.

Perpindahan panas konveksi adalah mekanisme perpindahan panas yang terjadi dari
suatu benda ke benda yang lain dengan perantara benda itu sendiri. Perpindahan panas
konveksi ada 2 macam yaitu konveksi paksa dan konveksi bebas. Konveksi alami adalah
perpindahan molekul-molekul didalam zat yang dipanaskan karena adanya perbedaan
densitas. Konveksi paksaan yaitu perpindahan panas konveksi yang berlangsung dengan
bantuan tenaga lain

Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat
ke zat yang lain. Apabila sejumlah energy kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan
dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan menembus bahan dan
terus keluar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik
permukaan.

(UNDIP, tt)
2.2 Alat Penukar Panas

Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah.
Karena panas yang dipertukarkan terjadi dalam suatu sistem maka kehilangan panas dari
suatu benda akan sama dengan panas yang diterima benda lain.

Secara umum ada 2 tipe penukar panas, yaitu:

1) Alat penukar kalor langsung, ialah dimana fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau
ruangan tertentu.
2) Alat penukar kalor tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya
itu mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnya.

2.3 Penukar Panas Pipa Rangkap (Double Pipe Heat Exchanger)

Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Double-Pipe Heat
exchanger ini menggunakan dua pipa dengan diameter yang berbeda. Pipa dengan diameter
lebih kecil dipasang paralel di dalam pipa berdiameter lebih besar. Perpindahan panas terjadi
pada saat fluida kerja yang satu mengalir di dalam pipa diameter kecil, dan fluida kerja
lainnya mengalir di luar pipa tersebut. Arah aliran fluida dapat didesain berlawanan arah
untuk mendapatkan perubahan temperatur yang tinggi, atau jika diinginkan temperatur yang
merata pada semua sisi dinding heat exchanger maka arah aliran fluida dapat didesain searah.

Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedangkan proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida
yang bertemperatur tinggi ke fluida bertemperatur rendah. Double pipe heat exchanger
merupakan penukar panas yang digunakan ketika tingkat aliran dari cairan dan tugas panas
kecil (kurang dari 500 kW). Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan
yang tinggi, dan karena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangatkecil.
Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil.
Gambar 1. Double Pipe Heat Exchanger

(Sumber: http://scopewe.com/wp-content/uploads/2013/07/double-pipe-hex.jpg)

(a) (b)
Gambar 2. Skema aliran fluida di double pipe heat exchanger

(Sumber: http://img.bhs4.com/ea/9/ea9f5fb4ba42b726243b65dc0bf819f4186bc76f_large.jpg)

Kelebihan Double-pipe Heat exchanger:


Dapat digunakan untuk fluida yang memiliki tekanan tinggi.
Mudah dibersihkan pada bagian fitting
Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa
Dapat dipasang secara seri ataupun paralel
Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai
dengan keperluan
Mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya
Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat
Kekurangan Double-pipe Heat exchanger:
Relatif mahal
Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2)
Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
2.4 Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industry perminyakan.
Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu
bundle (berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam
pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell.
Alat penukar panas shell dan tube terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara
parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (Shell). Fluida yang satu mengalir di
dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang
menempel pada Shell. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas Shell dan Tube dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat
turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga
laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

(UNILA, tt)

Keuntungan shell & tube heat exchanger:

- Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar


- Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk
operasi bertekanan
- Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
- Prosedur pengopersian lebih mudah
- Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
- Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
Gambar 3. shell & tube heat exchanger
(Sumber: https://cdn.comsol.com/wordpress/2013/09/Shell-and-tube-heat-
exchanger.png)

Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal:

- Koefisien overall perpindahan panas (U): menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas
menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
- Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas. Karena luas
perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas perpindahan
panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
- Selisih temperatur rata-rata logaritmik (T LMTD): perbedaan temperatur yang
dipukul rata-rata setiap bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE
tidak sama.
(Wibawa, 2012)
2.5 Perhitungan Heat Exchanger
1) Persamaan neraca energi

Q = . .
Dengan:
Q = perpindahan panas (J/s)
U = koefisien perpindahan panas overall (kJ/ m2.K)
A = luas permukaan (m2)
Tm = log mean themperature (K)
Tm = FT . Tlm

Harga Q dapat dihitung dari:


Q = (M.Cp.T)1 Kalor yang diberikan fluida panas
= (M.Cp.T)2 Kalor yang diterima fluida dingin

Harga Tm dapat dihitung dari:


1 2
=

1
2

Untuk Aliran Counter-current


T1 = Thi Tco
T2 = Tho Tci

Harga FT dapat diperoleh dari kurva dibawah ini:

Gambar 4. Kurva penentuan harga Ft

2) Persamaan neraca empiris


Untuk pipa sepanjang L
1
=
1 1
. + . +
1
=
ln( )
1 1
. 2. . + . 2. + . 2. .

Dengan:
hi dan ho = Koefisien pindah panas konveksi inside dan outside (W/m2.K) ;
K = Koefisien Konduksi (W/m.K);
ri,ro = Diameter (m) inside dan outside pipa yang kecil
L = panjang pipa yang diameternya kecil (m).

Harga (ri,ro) dan L dapat diukur dari alat, harga K dapat diperoleh dari buku referensi
dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.

Penentuan harga ho untuk aliran transisi


Gambar 5. Grafik L/D

Persamaan Untuk Menghitung ho

Harga m dan C dapat diperoleh dengan memasukan nilai S (clearence) dan D (diameter
tube) dari tabel dibawah:

Gambar 6. Tabel penentuan harga m dan C

3) Efisiensi kalor yang dipertukarkan

(. Cp. T)2
= 100%
(. Cp. T)1

Dengan:
m1 = massa fluida dingin (kg)
m2 = massa fluida panas (kg)
Cp = mass heat transfer coeficient (kJ/kg.K.s)
T = perbedaan temperatur (K)
T = T2-T1
BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum
Alat Bahan
1. Seperangkat peralatan heat 1. Steam
exchanger (shell and tube dan 2. Air
double pipe)
2. Stopwatch
3. Ember (3 buah)
4. Neraca massa teknis

Gambar 3.1 Alat shell and tube heat exchanger Gambar 3.2 Alat double pipe heat exchanger
yang digunakan pada saat praktikum yang digunakan pada saat praktikum
3.2. Skema Kerja
a. Kalibrasi laju alir
Shell and Tube Heat Exchanger (STHE)

Air

Saluran fluida panas

Mengatur laju air panas

Menutup saluran pembuangan


yang menuju cooling tower

Menampung massa air, t = 10 detik

Menimbang

Mengulang sebanyak 7 titik

Menutup saluran fluida panas

Membuka saluran fluida dingin

Mengkalibrasi laju alir fluida


dingin seperti pada fluida panas

Gambar 3.3 Skema kerja yang dilakukan pada saat praktikum


Double Pipe Heat Exchanger (DPHE)

Air

Saluran fluida panas

Mengatur katup pipa fluida panas

Menutup saluran pembuangan


yang menuju cooling tower

Menampung massa air, t = 10


detik

Menimbang

Mengulang sebanyak 7 titik

Menutup saluran fluida panas

Membuka saluran fluida dingin

Mengkalibrasi laju alir fluida


dingin seperti pada fluida panas

Gambar 3.4 Skema Kerja yang dilakukan pada saat praktikum


b. Percobaan

Air

Saluran fluida panas dan dingin

Menunggu steady state

Mengalirkan steam

Mengatur laju alir steam, hingga suhu


air panas 60C

Mengatur laju alir fluida panas dengan


2 buah variasi

Mengatur laju alir fluida dingin dengan


3 buah variasi

Mencatat suhu masuk dan keluar fluida


dingin dan panas

Menimbang massa kondensat

Gambar 3.5 Skema kerja yang dilakukan pada saat praktikum


BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


BAB V

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Awwaludin, Muhammad 2007. ANALISIS PERPINDAHAN KALOR PADA HEAT


EXCHANGER PIPA GANDA DENGAN SIRIP BERBENTUK DELTA WING
http://lib.unnes.ac.id/1164/1/2695.pdf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. http://digilib.unila.ac.id/5775/17/BAB%20II.pdf
Wibawa, indra https://indrawibawads.files.wordpress.com/2012/01/heat-exchanger.pdf
HEAT EXCHANGER
http://eprints.undip.ac.id/44619/4/BAB_II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18379/4/Chapter%20II.pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai