152
152
152
Diajukan Oleh :
NOVI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERS ITAS S EBELAS MARET
2010
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
B. Pengertian Judul
C. Latar Belakang
1. Umum
2. Khusus
D. Permasalahan dan Persoalan
1. Permasalahan
2. Persoalan
E. Tujuan dan Sasaran
1. Permasalahan
2. Persoalan
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Batasan
2. Lingkup pembahasan
G. Metodologi dan Strategi Desain
1. Metode Pencarian Data
2. Metode Pembahasan
H. Sistematika Pembahasan
A. Dasar Pemikiran
B. Arah Penataan Kaw asan
1. Fungsi
2. Tujuan
C. Manfaat Penataan Kaw asan
1. Bagi pengunjung
2. Bagi masy arakat dan lingkungan
3. Bagi instansi terkait
D. Konsep Umum Penataan Kaw asan
1. Analisa SWOT
2. Pengelompokan zona w isata
E. Program Penataan Kaw asan
1. Penataan kegiatan w isata dan atraksi w isata
2. Strategi penataan kaw asan
3. Proses penataan kaw asan
F. Transformasi Fungsional
1. Tampilan fisik
2. Lansekap
3. System struktur, konstruksi, dan bahan
4. Utilitas
BAB V ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Analisa Kegiatan
1. Analisa Karekteristik Pelaku Kegiatan
2. Kegiatan y ang terpilih
3. Analisa alur kegiatan
B. Analisa Tata ruang
1. Analisa pengelompokan kegiatan dan kebutuhan ruang
2. Analisa penentuan konsep day a tampung
3. Analisa penentuan konsep besaran ruang
C. Analisa Kaw asan Perencanaan
1. Analisa kondisi kaw asan
2. Analisa pemilihan tapak
3. Strategi perencanaan pengembangan kaw asan
4. Realisasi strategi penataan kaw asan
D. Analisa Tapak
1. Analisa pengolahan lingkungan dan lansekap
2. Analisa tata olah tapak pada site terpilih
3. Analisa pencapaian
4. Analisa sirkulasi
5. Analisa klimatologis
6. Analisa kebisingan
7. Analisa v iew dan orientasi
8. Analisa zoning
9. Analisa lansekap
10. Analisa struktur dan bahan bangunan
11. Analisa sy stem utilitas
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata
B. PENGERTIAN JUDUL
Pengembangangan
proses, cara, perbuatan mengembangkan.
Kawasan
daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu seperti tempat tinggal, pertokoan, industri dsb.
Patai
1) tepi laut; pesisir; perbatasan daratan dengan laut atau massa air lainnya dan bagian yang dapat
pengaruh dari air tersebut
2)daerah pasang surut dan antara pasang tertinggi dan surut terendah; landai.
Jatimalang
Nama sebuah desa di wilayah kabupaten Purworejo, propinsi Jawa Tengah
Objek
Benda, hal, dsb yang dijadikan sasaran untuk diteliti, diperhatikan, dsb.4
Wisata
Perjalanan seseorang/ sekelompok orang yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha/ bekerja (bussines) atau mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.5
1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD.2005.Kamus Besar Bahasa
Indonesia.jil.3.Jakarta:Balai Pustaka
2 ibid 1
3 Ibid 1
4 Ibid 1
5 Ibid 1
BAB I-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
C. LATAR BLAKANG
1. UMUM
a. Pariwisata Telah Menjadi Industri yang Mendunia
Pariwisata telah menjadi industri yang mendunia, suatu bisnis yang semakin berkembang.
Penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 1960-an ternyata pariwisata merupakan industri
berkembang yang padat karya, dan menguntungkan segala pihak. Pada tahun 1970-an (Graburn
dan Jafari) P I Pearce di Australia lewat penelitian tentang gejala pariwisata, menunjukkan
keuntungan yang diperoleh adalah valuta asing, mempekerjakan banyak orang, dengan biaya
pengeluaran yang merangsang ekonomi daerah sehingga meningkatkan taraf
kehidupan.(F.Ross,Glen.Psikologi Pariwisata ,terj.Marianto Samosir.1998.Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia)
Untuk meningkatkan ekonomi daerah, peran daerah dalam membangun kepariwisataan
merupakan bagian penting. Daerah harus berupaya menggembangkan dan mengupayakan
penanganan terhadap potensi sumber daya yang ada. Kebutuhan akan pengembangan dan
penanganan tersebut semakin mendesak dengan semakin pesatnya perkembangan kegiatan
pariwisata, ditambah dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai
sektor andalan untuk penerimaan pendapatan daerah.
b. Potensi Alam sebagai Penunjang Kegiatan Wisata
Kegiatan Wisata Alam yang ditawarkan yaitu suatu kegiatan rekreasi atau wisata yang
menyuguhkan atraksi alam sebagai komponen utama penunjang rekreasi, antara lain adanya
pemandangan yang berpotensi dapat menenangkan, menyegarkan, dan menyehatkan fisik dan
mental. (Pendit, Nyoman S. 1980. Pariwisata Sebagai Ilmu. Hal: 160).
Sehingga untuk itu Kawasan Pantai Jatimalang dapat dikembangkan sebagai Objek
Wisata Alam.
BAB I-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
2. KHUSUS
a. Pantai Jatimalang
Pantai Jatimalang adalah pantai yang memiliki lokasi paling baik di antara pantai yang ada
di Kabupaten Purworejo. Pantai Jatimalang ini juga termasuk dalam Kawasan Bahari Terpadu (KBT),
sesuai dengan rencana strategi tata ruang nasional dan rencana tata ruang wilayah propinsi Jawa Tengah
bagian selatan. Pantai Jatimalang terletak di Desa Jatimalang kecamatan Purwodadi yang termasuk dalam
Sub SWP III dengan peruntukan: pusat pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan sosial ekonomi dan
jasa tingkat kecamatan, pusat perdagangan SWP III, pusat permukiman, pusat pengembangan pariwisata,
pengembangan tanaman lahan basah dan lahan kering, perikanan dan perindustrian. Wilayah
pendukungnya adalah Kecamatan Bagelen dan Kecamatan Ngombol.
Pantai ini terletak sekitar 18 km selatan Kota Purworejo dan sekitar 20 km dari D.I Yogyakarta.
Faktor lokasi inilah yang menyebkan pantai jatimalang menjadi pantai paling banyak diminati pengunjung.
Selain pemandangannya yang indah, pantai ini juga memiliki tempat pelelangan ikan dengan cakupan
regional Kabupaten Purworejo. Keunggulan lain yang dimiliki adalah adanya balai benih udang serta
tambak udang galah dan bandeng di sekitar pantai.
b. Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Salah Satu Tempat yang Memiliki Potensi Alam
Kabupatan Purworejo memiliki pantai Samudra Indonesia sepanjang kurang lebih 21 km
yang memiliki potensi sumber daya perikanan sangat besar. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal. Saat ini nelayan di sepanjang pantai Purworejo telah melakukan penangkapan ikan melalui
dua lokasi pendaratan ikan yaitu Pantai Keburuhan dan Jatimalang. Penangkapan ikan yang dilakukan
masih menggunakan kapal-kapal kecil dengan motor tempel, penangkapan ikan ini belum mencapai
daerah lepas pantai dan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Padahal diberlakukannya Zona Ekonomi Eksklusif
mulai tahun 1994 memungkinkan untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih besar karena wilayah
yang semakin luas.
Selain ikan tangkap, di pesisir pantai Purworejo juga dikembangkan budidaya karena
terdapat hamparan tambak yang cukup luas. Potensi tambak sekitar 1200 ha, 146 ha sudah dimanfaatkan.
Ini berarti baru sekitar 12% lahan tambak yang dimanfaatkan. Dari 146 ha yang sudah dimanfaatkan 18
ha terdapat di desa Jatimalang. Budidaya tambak yang dikembangkan adalah bandeng dan udang.(
BAB I-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
Akses transportasi Kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo sebagai Objek Wisata mudah
dijangkau. Desa Jatimalang berada 1 km dari Jalur jalan lintas selatan sehingga aksesnya mudah, selain
itu juga terletak di pusat kegiatan wilayah
Lokasi pantai jatimalang sendiri termasuk dalam sistem jalur perdagangan, transportasi
dan wisata sehingga cukup potensial untuk dikembangkan. Terlebih sekarang ini stasiun kereta api Jenar
yang terletak di kota kecamatan dilalui kereta prameks yang dapat dimanfaatkan untuk kemudahan akses
dari luar kota. Infrastruktur yang telah tersedia di Kawasan Pantai Jatimalang ini adalah : listrik,
komunikasi, dan jalan aspal.
BAB I-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
c. Masyarakat Setempat
Peran serta masyarakat setempat sangat diperlukan dalam suatu kawasan wisata untuk
membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan adanya peran
serta masyarakat dalam kawasan wisata ini diharapkan taraf hidup masyarakat sekitar juga meningkat.
Penduduk setempat dapat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti
penyediaan oleh-oleh, tempat-tempat kuliner, dan cinderamata.
BAB I-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
2. Sasaran
Mendapatkan konsep perencanaan yang meliputi :
a. Konsep programming kegiatan/aktivitas wisata yang ditunjang dengan fasilitas pendukung
sebagai penunjang fasilitas wisata.
b. Konsep dasar penentuan dan pengolahan ruang luar/ tapak.
c. Konsep dasar peruangan fasilitas wisata.
d. Konsep dasar material lansekap.
e. Konsep dasar struktur lansekap.
f. Konsep dasar sirkulasi dan pola jalan.
g. Konsep dasar utilitas lansekap.
BAB I-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
Tabel I - 1
Metode Pencarian Data
Jenis Data Jenis Metode Data yang Dicari
Kondisi eksisting lingkungan di sekitar Kawasan
Observ asi
Pantai Jatimalang ,Purworejo.
Mengamati kondisi sosial ekonomi, kebiasaan dan
potensi y ang dimiliki w arga daerah Kaw asan Pantai
Jatimalang
Tugas Akhir y ang sesuai Referensi pola pikir dan metode pengerjaanny a
dengan pembahasan Bahan studi perbandingan
BAB I-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
Dari hasil pengumpulan data tersebut kemudian disusun konsep perencanaan dan perancangan
pengembangan pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek w isata.
2. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam melakukan pembahasan konsep perencanaan dan
perancangan pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek w isata adalah:
a. Metode Analisis
1) SWOT
2) Perumusan konsep
Perencanaan
Menentukan kegiatan-kegiatan yang akan hadir dalam pengembangan kawasan
Pantai Jatimalang,Purworejo.
Menentukan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan jenis-jenis kegiatan yang akan
berlangsung pada kawasan Pantai Jatimalang, Purworejo
Perancangan
Menentukan tata letak bangunan-bangunan pada kawasan (siteplan/ konsep
landscape) berikut sirkulasi kawasan sesuai dengan penzoningan hasil dari
analisis site.
Menentukan program ruang bangunan dan fasilitas-fasilitas penunjang.
Menentukan suasana kawasan dan fisik bangunan eksterior dan interior yang
memperhatikan aspek kenyamanan bagi pengunjung sehingga mampu
memunculkan imajinasi dan kreativitas pengunjung.
Menentukan karakter kawasan.
Menentukan konsep sistem utilitas yang mendukung keberadaan kawasan Pantai
jatimalang sebagai objek wisata.
b. Metode Sintesis
Membuat suatu simpulan tentang pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai
pendekatan konsep yang selanjutnya menuju konsep perencanaan dan perancangan.
BAB I-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
H. Sistematika Pembahasan
Tahap I Bab ini mengungkapkan penjelasan judul, latar belakang, perumusan masalah, tujuan,
lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan, dan pola pemikiran.
Tahap II Bab ini mengemukakan tinjauan mengenai pariwisata secara umum, dan pengolahan
tapak serta preseden.
Tahap III Bab ini mengemukakan tinjauan lokasi sebagai gambaran tentang kondisi dan potensi
yang dapat mendukung terhadap perencanaan dan perancangan pengembangan
kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata.
Tahap IV Bab ini mengemukakan tentang pengembangan kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek
wisata dan analisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan didasarkan pada
pendekatan teoritik.
Tahap V Bab ini merumuskan konsep desain perencanaan dan perancangan pengembangan
kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata.
BAB I-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab I
BAB I-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II
TINJAUAN TEORI
Bab ini membahas teori-teori yang relevan dengan tema pengembangan kawasan.
Dimana nantinya menjadi rambu-rambu atau arah dalam menganalisa. Tinjauan yang
akan dipaparkan meliputi:
A. Teori Pariwisata
B. Wisata pantai
C. Teori Urban Desain
D. Teori Arsitektur Lansekap
E. Preseden
BAB II-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pariwisata
1. Pengertian
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar
hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sector yang
kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.
Pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-hari serta kegiatankegiatan
yang mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup kepergian untuk
berbagi maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ekskursi.
Roberth Mcintosh bersama Sashikant Gupta mencoba mengunkapkan bahwa
pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis,
pemerintah, tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani
wisatawan serta para pengunjung lainnya. 1
Menurut Keputusan Presiden No.19 tahun 1967 ditegaskan bahwa kepariwisataan
merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup, seperti
hasil budaya, peninggalan sejarah, panorama atau pemandangan alam yang indah dan iklim
yang nyaman.
Pariwisata menurut Undang Undang No.9 tahun 1990 secara jelas dan tegas
dinyatakan bahwa :
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah.
1
Nyoman.S,Pendit.2003.Ilmu pariwisata: sebuah pangantar perdana
BAB II-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan
kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.
Pengertian wisata yang dimaksud pada dasarnya mengandung 4 unsur yaitu :
a) Unsur manusia (wisatawan).
b) Unsur kegiatan (perjalanan).
c) Unsur motivasi (menikmati).
d) Unsur sasaran (obyek dan daya tarik wisata).
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
4) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata
dan usaha lain di bidang tersebut.
6) Obyek dan daya tarik adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
7) Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
2. Bentuk Bentuk Pariwisata
Bentuk pariwisata dapat dibagi menurut beberapa kategori : menurut asal
wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu,
menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang dipergunakan. 2
2 Nyoman S. pendit ,P a r i w i sa t a Se b a ga i Il mu , Se b u a h P e n ga n t a r P e r d a n a ,
BAB II-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
1) Kedatangan wisatawan dari luar negeri memberi efek yang positif terhadap
neraca pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut pariwisata aktif.
2) Warga negara yang pergi keluar negeri memberi efek negative pada
pembayaran luar negeri. Pariwisata ini disebut pariwisata pasif.
c. Menurut jangka waktu
1) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang berkunjung ke daerah
tujuan wisata hanya menghabiskan waktu beberapa hari saja.
2) Pariwisata jangka panjang , apabila wisatawan berkunjung ke daerah tujuan
wisata hanya menghabiskan waktu sampai berbulan-bulan.
d. Menurut Jumlah Wisatawan
1) Wisatawan tunggal apabila yang bepergian hanya seorang, atau keluarga
2) Wisatawan robongan apabila yang bepergian berjumla lebih dari 20 orang.
e. Menurut alat angkut yang dipergunakan dibedakan menjadi
1) Pariwisata udara
2) Pariwisata darat
3) Pariwisata laut
3. Jenis Pariwisata
Jenis pariwisata dapat digolongkan menjadi sebagai berikut3
a. Wisata budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan untuk memperluas pandangan hidup sesorang
dengan cara mengadakan kunjungan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup, budaya dan seni. Perjalanan serupa ini
disajikan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan budaya, seperti
eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni music dan seni suara), atau kegiatan yang
bermotif kesejarahan.
b. Wisata kesehatan
Yaitu perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan
lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat
3
Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana
BAB II-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
h. Wisata sosial
Yang dimaksud dengan wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan
murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat
ekonomi rendah.
i. Wisata pertanian
Wisata pertanian adalah pengoraganisasian perjalanan y ang dilakukan ke proyek-
proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dimana wisatawan rombongan
dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan study maupun melihat-
lihat keliling sambil menikmati obyek-obyek pertanian. Biasanya obyek wisata ini
memiliki pramuwisata untuk menjelaskan segala sesuatunya kepada pengunjung.
j. Wisata bahari atau maritime
Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, seperti danau, pantai, teluk
atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan
pemotretan, kompetisi berselancar, mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan
pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang
banyak dilakukan di daerah-daerahatau Negara-negara maritim.
k. Wisata cagar alam
Yaitu perjalanan wisata ke tampat cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegungan
dan tempat-tempat yang kelestarianny a dilindungi oleh undang-undang.
l. Wisata buru
Jenis wisata ini dilakukan dinegera yang memiliki daerah atau tempat yang
pemerintahnya memperbolehkan dan digalakan oleh berbagai agen biro perjalanan.
Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah
ditetapkan pemerintah Negara bersangkutan, contoh dari wisata ini adalah di Negara
Afrika. Namun walaupun wisata buru ini disahkan Pemerintah tetap ada kebijaksanaan
yang mengatur agar satwa yang ada tidak punah.
m. Wisata Pilgrim
Yaitu jenis wisata yang berhubungan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.
BAB II-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
4. Peranan Wisata
Wisata memiliki beberapa peranan dalam berbagai bidang,antara lain: 4
a. Kesehatan
Persaingan dalam kehidupan membuat manusia harus berjuang agar dapat
memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan gangguan fisik dan mental.
Untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut salah satunya adalah
berwisata.
b. Ekonomi
Pengembangan tempat wisata memungkinkan tersedianya lapangan kerja
terutama bagi masyarakat sekitar.
c. Budaya
Wisata membatu peningkatan dan pelestarian seni budaya dan adat istiadat
yang terdapat pada daerah wisata.
4
Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana
5
Nyoman.S,Pendit.2003.lmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana
BAB II-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
6. Fasilitas Wisata
a. Pengertian Fasilitas Wisata
Fasilitas dapat diartikan sebagai sarana atau alat untuk mewadahi sebuah
kegiatan yang berfungsi untuk memudahkan kegiatan tersebut. Sedangkan wisata
adalah kegiatan perjalanan atau kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati Obyek dan daya tarik wisata. 6
Dari dua pengertian tersebut, fasilitas wista didefiniskan sebagai salah satu hal
yang memudahkan serta mendukung kegiatan penjalanan yang bersitat sukarela dan
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Dalam definisi yang lain,
fasilitas wisata adalah semua sarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yaitu: to
stay, to refresh, to shop, to eat, to get, yang memanfaatkan karakteristik lingkungan
alam sekitarnya untuk menciptakan rekreasi yang spesifik. Dari hal tersebut, maka
fasilitas terdiri dari :
1) Fasilitas rekreasi dan fasilitas informasi
6
UU no.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
BAB II-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Seseorang tanpa membedakan jenis kelamin , ras, bahasa, suku bangsa, dan
agama yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang
lain daripada negara dimana orang biasanya tinggal dan berada disitu lebih dari
24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut.
Untuk tujuan non imigran yang legal seperti perjanjian wisata,rekreasi, olah raga,
kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha.(Oka A.
Yoeti,1988)
Seorang pengunjung untuk sekurang-kurangnya satu malam tapi tidak lebih
dari satu tahun dan yang menjadi maksud utama kunjungannya adalah tidak
melaksanakan suatu kegiatan yang mendatangkan penghasilan dari negeri yang
dikunjungi.(Deparpostel 1992).
Orang yang melakukan kegiatan wisata. 8
b. Jenis dan Macam Wisatawan
Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi dimana perjalan dilakukan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.:
7
Inpres no 9 tahun 1969
8
UU Republik Indonesia No 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan).
BAB II-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
3) Exursionist
Pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di daerah yang dikunjunginya.
c. Motivasi Wisatawan Melakukan Kegiatan Wisata
Motivasi wisatawan dalam mengunjungi sebuah objek wisata ternyata penting
diketahui untuk menentukan jenis wisata, failitas yang diperlukan, dan
kebutuhannya. Pada hakikatnya tujuan seseorang melakukan kegiatan wisata
antara lain :
1) Untuk bersantai baik jasmani ataupun rohani
2) Menikmati keindahan alam serta menambah pengetahuan tentang budaya
setempat
3) Demi kesehatan dan kesegaran, seperti mendapat cahaya matahari, udara
segar, mandi air panas dan perjalanan khusus.
4) Mencari kesenangan, kenyamanan, kegembiraaan serta hal-hal lucu.
5) Melakukan kegiatan aktif dalam bidang olah raga terutama olah raga air,
seperti arung jeram, memancing, berenang.
6) Mencari hal yang bersifat spiritual dan perenungan.
d. Perilaku Dan Sifat Manusia Dalam Berwisata
Dalam berwisata, manusia rnempunyal sifat dan perilaku yang berbeda-beda.
antara lain
1) Bebas
Manusia akan bergerak bebas menurut kemauannya karena terpikat oleh
suatu obyek, karena merasa rnengalami tekanan perasaan yang ditimbulkan
oleh ruang.
2) Santai - rileks
Merasa lelah berkeliling menimbulkan keinginan berada pada kondisi santai. Wisatawan
selalu bersantai dan bersenang-senang tanpa dipengaruh oleh keterbatasan waktu seperti
saat-saat bekerja (kegatan yang tidak membebani pikiran )
BAB II-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
B. Wisata Pantai
1. Spesifikasi alam pantai
Daerah pantai adalah bagian wilayah daratan yang berbatasan langsung dengan laut,
berjarak kurang lebih 50 m -- 1000m dari laut dan tidak tergenang saat pasang.
Pantai /costal area mempunyai ciri-ciri yang spesifik yang berbeda dengan daerah lain seperti
pegunungan atau daratan.
Ciri-ciri pantai : laut merupakan pusat perhatian dan orientasi utama, panorama pantai selalu
menampilkan pemandangan khas perpaduan antara laut lepas dan daratan. Sedangkan
elemen pantai: perairan laut lepas dan ombaknya, daratan berpasir, vegetasi (kelapa,
bakau,nipah dll), fauna, angin dan iklim laut.
2. Karakteristik wilayah pesisir/ pantai
Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang unik baik dari aspek geofisik maupun aspek sosial,
ekonmi dan budaya.(dahuri, 2001) menyatakan beberapa karakteristik pesisir yaitu:
a. Terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun
kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas.
b. Dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari dua macam sumber daya
alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan
pembangunan.
c. Dalam satu kawasan pesisir,pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok
masyarakat yang memiliki ketrampilan atau keahlian dan kesenangan bekerja yang
berbeda. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada.
d. Baik secara ekologis maupun ekonomis,pemanfaatan suatu kawasan pesisir secara
mono cultural adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal
yang menjurus kepada kegagalan usaha.
e. Kawasan pesisir merupakan kawasan milik bersama (common property resources)
yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open acces).
f. Kawasan pesisir merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif dan subur.
Pada kawasan pesisir juga dilakukan berbagai aktivitas manusia sehingga terjadi
interaksi antara manusia dan sumberdaya pesisir dan laut.
BAB II-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
g. Wilayah pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat, laut dan
udara sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil keseimbangan dinamis dari
proses pelapukan dan pembangunan ketiga aspek di atas.
h. Berfungsi sebagai habitat berbagai jenis ikan ,mamalia laut dan unggas untuk tempat
pambesaran, pemijahan dan mencari makan. dan kehidupan darat dan laut.
i. Wilayahnya sempit, tetapi memiliki kesuburan yang tinggi dan sumber zat organik
penting dalam rantai makanan dan kehidupan darat dan laut.
j. Memiliki gradian perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada kawasan yang sempit
akan dijumpai kondisi ekologi yang berlainan.
BAB II-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
C. URBAN DESAIN
1. Urban Space Desain
Ada dua type utama dalam space design9
a. Hard Space Elements ( Ruang Keras)
BAB II-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Hard space adalah ruang terbuka yang tebentuk oleh elemen arsitektur
berupa dinding yang mengelilinginya yang biasanya dimanfaatkan sebagai ruang
publik.
Dalam hard space design terdapat 3 komponen vital yang mutlak disediakan agar
tercipta hard space yang berhasil yaitu :
1) Bentuk-bentuk tiga dimensional. Terbentuk dari edges, batas fisik hard space
serta karakter fasade dinding yang mengelilinginya.
2) Pola 2 dimensional. Adalah bermacam perlakukan terhadap desain lantai
seperti bahan, tekstur dan komposisinya serta warna-warna yang menarik dan
rekreatif.
3) Objek-objek pelengkap hard space. Berupa elemen arsitektur seperti
sculpture, kolam air, air mancur, pohon sebagai vocal point yang bisa
membuat ruang terbuka mudah diingat dan yang terakhir adalah manusianya
itu sendiri sebagai user yang bisa menghidupkan space.
BAB II-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
2) Urban Void
Adalah ruang terbuka dalam lingkup suatu kawasan perkotaan. Elemen
urban void dibedakan menjadi 2. yaitu :
BAB II-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
a) Internal Void
Adalah ruang terbuka dalam Iingkup suatu bangunan.
b) Eksternal Void
Adalah ruang terbuka di luar lingkup suatu bangunan.
Tipe urban void :
a) Ruang terbuka berupa pekarangan bersifat transisi antara publik dan
privat.
b) Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publik karena mewadahi
aktivitas publik berskala kota.
c) Area parkir bisa berupa taman parkir sebagai nodes yang berfungsi
preservasi kawasan hijau.
d) Sistem ruang terbuka yang berbentuk linear dan kurvalinier. Tipe ni
berupa daerah aliran sungai, danau. dan semua yang alami dan basah.
b. Teori Lingkage
Lingkage artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen
yang satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan yang lain, atau distrik yang
satu dengan yang lain. Garis ini berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian ruang
terbuka yang berbentuk segaris dan sebagainya.
Menurut Fumihiko Maki, linkage adalah semacam perekat kota yang
sederhana suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan
yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Dalam urban desain harus selalu
BAB II-18
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-19
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
3. Image Kota
Kevin Lynch menyatakan bahwa image suatu kota dibentuk oleh 5 elemen
pembentuk wajah kota, yaitu:
a. Paths
Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasa digunakan orang untuk melakukan
pergerakan, suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan
mudah. Path ini berupa jalan, jalur pejalan kaki, rel kereta api, dll..
BAB II-20
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
b. Edges
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang
merupakan batas di antara 2 jenis fase kegiatan. Edges bisa berupa dinding,
pantai, hutan kota dll.
c. Districs
Elemen ini hanya dirasakan ketika orang memasukinya atau bisa dirasakan
dari luar ketika ia memiliki kesan visual. Artinya district bisa dikenali karena
adanya karakteristik suatu kegiatan dalam suatu wilayah.
d. Nodes
Adalah berupa titik. Titik dimana orang bisa mempunyai pilihan untuk
memasuki district yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi
memisah, paths melebar dan tempat mengumpulnya karakteristik fisik.
e. Landmark
Adalah titik pedoman objek fisik, bisa berupa fisik natural seperti gunung,bukit,
atau berupa fisik buatan berupa menara, gedung, sculpture, kubah, dll. Sehingga
BAB II-21
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri dalam suatu kota atau
kawasan atau lingkungan .
D. ARSITEKTUR LANSEKAP
Pada hakekatnya arsitektur lansekap adalah ilmu dan seni perencanaan (palling)
dan perancangan (design) serta pengaturan daripada lahan, penyusunan elemen-elemen
alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan
keseimbangan dan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga pada
akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis.
BAB II-22
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-23
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
menganalisis ini sangat dituntut seperti dalam penanganan : tapak resort daerah
rekreasi, tata ruang luar daerah industri, daerah pendidikan, dan sebagainya.
BAB II-24
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-25
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
pelelangan
Dokumen kontrak
STUDI
BANDING
BAB II-26
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai
dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap, tanaman
sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal 2 (dua) macam tanaman ditinjau
dari masa daunnya, yakni :
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah
jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan
musimnya. Setelah musim panas daunnya berguguran, sedangkan menjelang
musim hujan daun tumbuh lebat, ataupun sebaliknya. Contohnya antara lain
Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis
Gymnospermae.
BAB II-27
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-28
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-29
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
rerumputan, mengakibatkan rumput menjadi rusak dan mati, demikian pula dengan
tanaman hias. Pengadaan saluran air pada tapak yang dirancang sangat mutlak
dipikirkan. Penempatan dan pemikiran tentang sistem saluran pembuangan air limbah
atau air hujan bukanlah perkara mudah. Diperlukan adanya suatu pemikiran yang
komprehensif mengingat saluran pembuangan merupakan suatu jaringan yang
berhubungan dengan saluran perkotaan. Oleh karenanya pertimbangan terhadap sistem
aliran air dan bentuk-bentuk saluran perlu diperhatikan.
Untuk pengolahan tapak dengan permukaan tanah yang bergelombang atau
berkontur, maka pemecahan masalah drainase atau saluran air lebih rumit dibandingkan
dengan permukaan tanah yang relatif rata, namun kedua bentuk permukaan tanah
tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap saluran pembuangan. Pada
tanah yang berkontur, aliran air akan bergerak dari kontur tertinggi menuju kontur
terendah. Artinya akan selalu terjadi aliran air secara alamiah. Sedangkan pada tapak
dengan tanah yang relatif datar, maka kemiringan saluran perlu diperhitungkan agar air
buangan dapat mengalir menuju saluran pembuangan kota.
Air pada hakikatnya dapat bersifat statis dan dinamis yang dapat
menimbulkan kerusakan dan keuntungan bilamana air bergerak. Bergeraknya air
menjadi suatu aliran disebabkan karena adanya daya tarik bumi (gravitasi), serta
tekanan yang dapat menuju ke semua arah.
Cepat lambatnya aliran air di atas tanah tergantung dari kemiringan tanah dan daya
resap tanah. Daya resap (masuknya air ke dalam tanah) tergantung pada besar
kecilnya pori-pori tanah itu sendiri.
Air yang mengalir di permukaan tanah berasal dari :
- Buangan air hujan, dan
- Buangan air sisa kegiatan manusia.
BAB II-30
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Yang dimaksudkan dengan air buangan sisa (limbah cair) kegiatan manusia
adalah air buangan yang berasal dari pemakaian air untuk mandi, cuci, WC, dan
penyiraman pemeliharaan tanaman.
Sebelum menentukan sistem dan bentuk saluran pembuangan, maka perlu
diketahui beberapa hal yang menyangkut tentang air.
2) Sifat Air
Air adalah zat cair yang mempunyai permukaan rata. Karena pengaruh
gravitasi maka permukaan air selalu horizontal; tidak berwarna dan tembus cahaya
(dalam keadaan murni); mempunyai warna dan keruh (bila telah tercemar); tidak
berbetuk kekal selalu berubah sesuai dengan tempatnya. Air yang mengalir dapat
membawa benda-benda yang telah lapuk, menjadi butiran kasar dan halus, menuju
tempat yang lebih rendah. Aliran kecepatan air permukaan tanah tergantung dari
kemiringan tanah, kondisi tanah (besar kecilnya pori-pori tanah), banyaknya tanaman
permukaan tanah, dan pengaruh gravitasi bumi.
BAB II-31
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
c. Volume air buangan yang hendak ditampung dan dialirkan. Hal ini diperlukan
untuk menghitung secara matematik berdasarkan rumus-rumus kapasitas daya
tampung air guna menentukan besaran ukuran saluran.
Tentang hubungan antara sistem saluran pembuangan dengan aliran air
permukaan, White, dalam buku Concept Source Book (terjemahan Onggo Diputro,
Penerbit Intermedia Bandung) menuliskan pemecahan konsep sebagai berikut :
a. Sistem aliran air terbagi menjadi aliran permukaan dan aliran bawah tanah.
b. Untuk mempermudah aliran air, maka peletakan massa bangunan diusahakan
pada tempat yang tinggi atau naikkan bangunan di atas gundukan tanah.
c. Hindarkan drainase saluran pembuangan yang berada di bawah bangunan atau
perkerasan.
d. Hindarkan peletakan massa bangunan pada tanah yang rawan banjir atau pada
cekungan permukaan.
e. Hindarkan daerah-daerah yang terendam air dan susah dikeringkan.
f. Manfaatkan tempat-tempat yang diperkeras sebagai pengalir air.
g. Kumpulkan pengaliran air menuju arah reservoir (penampungan air buangan),
kolam atau danau.
h. Alirkan air ke saluran pembuangan di dalam tapak dan salurkan ke saluran
pembuangan di jalan utama (riol kota).
i. Jangan limpahkan drainase pada lahan di sebelah tapak.
j. Alirkan air ke tepi tapak atau ke sudut tapak dan alirkan ke tempat yang rendah.
k. Alirkan air ke pusat saluran utama dan keluarkan dari tapak
l. Gunakan perkerasan jalan di dalam tapak sebagai pengalir air menuju saluran
pembuangan.
m. Manfaatkan kontur secara alamiah.
n. Mengubah kontur untuk mengalirkan air seperti yang diinginkan.
4) Saluran Pembuangan
Saluran pembuangan terdiri dari :
BAB II-32
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-33
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Hal hal yang berkaitan dengan penggunaan sistem saluran bawah tanah
adalah sebagai berikut :
1). Tersedianya bak kontrol (main hole)
Bak kontrol ini berguna sebagai lubang penangkap aliran air
permukaan menuju saluran bawah tanah. Di samping itu berfungsi pula
sebagai tempat penangkap benda-benda atau sampah yang terbawa oleh
aliran air, tempat penangkap dan resapan air buangan hujan yang kemudian
diserap oleh saluran pipa bawah tanah untuk dialirkan.
2). Besaran lubang saluran
BAB II-34
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
d. Persediaan Air
Persediaan air dibutuhkan untuk pemenuhan kuantitas air. Langkah pertama
dalam memilih sumber persediaan air yang memadai adalah menentukan
perkiraan kebutuhan terhadap sumber air tersebut. Unsur-unsur penting untuk
menentukan kebutuhan air adalah pemakaian air rata-rata perhari dan tingkat
puncak kebutuhan. Pemakaian air rata-rata per hari harus diperkirakan untuk :
1) Menentukan kemampuan sumber air untuk memenuhi kebutuhan terus-
menerus sepanjang waktu genting seperti ketika aliran permukaan rendah
dan ketinggian muka air tanah minim.
2) Memastikan berapa jumlah air tertampung yang mendukung kebutuhan pada
masa genting tersebut.
BAB II-35
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-36
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-37
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-38
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-39
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
7. SIRKULASI
Kinetika dari sebuah gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan. Studi tentang
gerakan ini dilakukan oleh J.O. Simond, Landscape architecture;Eckbo, Urban Landscape
Desaign dan Rubenstein, Guide to site and Environmental planning.
1. Berbagi bentuk lintasan
Macam-macam bentuk lintasan, antara lain:
BAB II-40
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
8. FASILITAS PARKIR
Sejalan dengan perkembangan, maka kebutuhan akan tempat parkir meningkat terutama di
tempat yang padat aktivitas. Tempat rekreasi, kawasan perkantoran, kawasan permukiman,
dan kegiatan lain memerlukan tempat parkir.
Beberapa pengertian mengenai tempat parkir adalah sebagai berikut.
1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya,(Poerwadarminto,1984)
2. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau
sebentar bergantung pada kendaraan dan kebutuhannya(peraturan lululintas)
3. Parkir adalah menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan atau
barang(bermotor atau tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu
tertentu(Taju, 1996)
4. Parkir adalahkeadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara(
pedoman Teknis penyelenggaraan Fasilitas Parkir Direktur Jenderal Perhubungan
Darat)
Lokasi di mana kendaraan diparkirkan dinamakan fasilitas parkir. Peran fasilitas parkir dalam
system transportasi dapat dilihat dari fungsinya dalam menyediakan tempat untuk menyimpan
kendaraan di tempat-tempat tujuan perjalanan dari pergerakan lalulintas. Pergerakan-
pergerakan lalulintas tidak muncul dengan sendirinya, melainkan sebagai akibat dari
pergerakan yang menuju ke suatu tempat tujuan perjalanan.
Sebuah fasilitas parkir dikatakan berfungsi dengan baik apabila dengan adanya fasilitas parkir
tersebut tidak terjadi konflik pada ruas jalan di sekitar lokasi parkir tersebut. Masalah yang
BAB II-41
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
timbul pada fasilitas parkir adalah apabila kebutuhan parkir tidak sesuai atau melebihi
kapasitas parkir yang tesedia, sehingga kendaraan yang tidak tertampung pada tempat parkir
akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas pada ruas jalan sekitarnya.
Dalam menentukan tata letak parkir, mempunyai beberapa criteria antara lain sebagia berikut.
1. Parkir terletak pada muka tapak yang datar
2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan
Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat kegiatan
diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir dan tempat kegiatan
cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju area parkir.
Ditinjau dari penggunaanya, tempat parkir terbagi atas :
o Parkir kendaraan beroda lebih dari empat, misalkan bus dan truk
o Parkir kendaraan beroda empat,misalkan sedan dan minibus
o Parkir kendaraan beroda tiga,missal bemo dan motor sispan
o Parkir kendaraan beroda dua,missal sepeda dan sepeda motor.
Ditinjau dari sudut perancangannya maka criteria dan prinsip tempat parkir seacra garis besar
harus memperhatikan factor berikut.
1) Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu maka tempat parkir perlu
dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Penerangan dapat menggunakan lampu
taman setinggi 2 meter ataupun penempatan lampu jalan merkuri
2) Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir
3) Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampug
4) Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas pancaran sinar matahari
Untuk mengurangi panas sinar matahari di siang hari, tempat parkir sebaiknya
diberikan tanaman peneduh diantara pembatas parkir.
Pemilihan jenis tanaman dilakukan dengan pertimbangan:
Tanaman berbentuk pohon atau perdu
Tanaman cukup kuat dan tidak mudah patah
BAB II-42
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Parkir sudut
BAB II-43
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
Parkir parallel
E. PRESEDENT
1. Wisata Bahari Lamongan
Wisata bahari lamongan(WBL) hadir dengan keunikan hasil perpaduan aspek-aspek
nature(alam), culture(budaya), dan architecture(arsitek) yang bernuansa global dengan
tetap mempertahankan cirikhas lokal.
Sebagai penyeimbang terhadap yang telah ada sebelumnya, yaitu pantai tanjung kodok
dan Goa Maharani, terletak di pesisir bagian utara Pulau Jawa, tepatnya di kota
Paciran,kab.Lamongan, Jawa Timur,Indonesia. Berdiri di Atas tanah seluas 17 hektar
BAB II-44
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
dengan berbagai fasilitas yang siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop
service.
Selain wahana wisata yang siap menyambut, pada bagian depan pintu utama juga
terdapat souvenir shop dengan desain sangat megah yang menyajikan berbagai produk
unggulan. Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti pasar Hidangan, Pasar
Wisata, Pasar Buah dan Ikan serta fasilitas umum lainnya seperti Mushola,Klinik, ATM,
Tempat Menyusui Ibu dan bayi, Toilet, Tempat parkir dll
BAB II-45
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
2. Jatim Park
Jatim Park adalah sebuah tempat rekreasi dan taman belajar yang terdapat di Kota Batu,
Jawa Timur. Obyek wisata ini berada sekitar 20 km sebelah barat Kota Malang, dan kini
menjadi salah satu icon wisata Jawa Timur. Obyek wisata ini memiliki 36 wahana, diantaranya
kolam renang raksasa (dengan latar belakang patung Ken Dedes, Ken Arok, dan Mpu
Gandring), spinning coaster, dan drop zone. Wahana pendidikan yang menjadi pusat
perhatian diantaranya adalah Volcano dan Galeri Nusantara yang juga terdapat tanaman agro,
diorama binatang langka, dan miniatur candi-candi.
3. Marina Ancol
Adalah dermaga kapal pesiar bergaya kosmopolitan yang pertama di Indonesia dan
merupakan satu-satunya marina terlengkap di Indonesia. Dan sekaligus sebagai pusat
dermaga wisata bahari ke Kepulauan Seribu. Marina terletak di dalam kompleks Taman
Impian Jaya Ancol.
Dengan kelengkapannya membuat Marina Ancol bukan saja sebagai tempat bersandarnya
kapal pesiar, tetapi juga tempat rekreasi dan pusat olah raga laut seperti ski air, wind surfing,
memancing, menyelam dan lain-lain.
BAB II-46
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Bab
Wisata
II
BAB II-47
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III
TINJAUAN KOTA PURWOREJO
Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir selatan Jawa
Tengah. Memiliki hamparan pantai yang membentang dari barat ke timur di sisi selatan
serta dataran tinggi pada bagian utara . Gambaran lebih jauh tentang Kabupaten
Purworejo akan dibahas dalam bab ini. Bab ini terdiri dari:
A. Tinjauan Kabupaten Purworejo yang meliputi :letak geografiis, fisiografi,
geologi, iklim, hidrologi, penggunaan lahan, kemampuan lahan,
vegetasi/tumbuhan, sarana dan prasarana
B. Rencana Pengembangan Kawasan Pantai SWP II dan III Kabupaten Purworejo
C. Tinjauan Pariwisata Kabupaten Purworejo
D. Tinjauan Kawasan Pantai Jatimalang
BAB III-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III
TINJAUAN DATA
Letak Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109o 4728 110o 820 Bujur Timur
BAB III-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Luas wilayah Kabupaten Purworejo sebesar 1.034,81752 km2 dengan kondisi wilayah
sebagian merupakan daerah pantai, sebagian merupakan dataran rendah, dan
sebagian lagi merupakan dataran tinggi/ pegunungan.
Secara administratif, Kabupaten Purworejo terdistribusi ke dalam 16
kecamatan, 469 desa, serta 25 kelurahan.
2. Fisiografi
Keadaan rupa bumi (topografi) daerah Kabupaten Purworejo secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut :
Bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0
25 meter di atas permukaan air laut.
Bagian antara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian
antara 25 1050 meter di atas permukaan air laut.
Sedangkan kemiringan lereng atau kelerengan di Kabupatn Purworejo dapat
dibedakan sebagai berikut :
o Kemiringan 0 2 % meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten
Purworejo,
o Kemiringan 2 15 % meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener,
Loano, dan Bagelen,
o Kemiringan 15 40 % meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten
Purworejo,
o Kemiringan > 40 % meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano,
Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.
BAB III-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
3. Geologi
Secara garis besar penggolongan geologi yang terdapat di Kabupaten Dati II
Purworejo terdiri atas batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api. Sebagian besar
tanah terdiri atas batuan dengan prosentase kurang lebih 60 % dari luas seluruh Kabupaten
Purworejo. Sedangkan sisa dari luas tersebut berupa jenis aluvium atau dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Endapan vulkanik tua maupun endapan vulkanik campuran dengan endapan
sedimen, yang sebagian besar terdaapt di bagian utara (topografi tinggi)
2. Endapan aluvium dataran dan sungai, yang sebagian besar terdapat di wilayah
dengan topografi rendah (bagian selatan)
BAB III-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
4. Iklim
Secara umum Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu
musim penghujan dan musim kemarau yang datang setiap enam bulan silih berganti. Suhu
rata-rata maksimum di Purworejo antara 27o C 32o C dan suhu rata-rata minimum antara
20o C 25o C. Sedangkan kelembaban rata-rata antara 70 90 % . Curah hujan tertinggi pada
bulan Oktober sebesar 11.334 mm, diikuti bulan November sebesar 8.236 mm.
BAB III-5
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
5. Hidrologi
Di Kabupaten Purworejo potensi air berasal dari air permukaan dan air tanah.
Terdapat beberapa sungai yang mengalir di daerah ini, diantaranya Kali Bogowonto, Kali
Kodil, Kali Jali, Kali Gebang, Kali Bedono, dan anak sungainya. Sungai-sungai ini termasuk ke
dalam DAS Sedayu-Luk Ulo, yang umumnya bermuara di Samura Indonesia dan hulu sungai-
BAB III-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
sungai tersebut umumnya berada di bagian tengah dan utara kabupaten ini.
Identifikasi sungai-sungai yang ada di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada tabel berikut :
K. Kalibutek, K.
K. Kodil 962.500 310.855 Watugajah, K. Medana, K.
Awais, K. Juweh, K.
Kedungkudi, K. Kemijing,
K. Jebol, K. Klapa, K.
Sedayu, K. Sruni
K. Pawadan, K. Mangir, K.
K. Jali 1.300.100 469.684
Juweh, K. Promben, K.
Tlogosoro, K. Bebeng, K.
Semawung, K. Pulang, K.
Plojo, K. Jetak, K.
Ketaron, K. Budekan
BAB III-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
6. Penggunaan Lahan
Dari hasil interpretasi dan kakulasi peta rupa bumi skala 1 : 25.000 yang juga merupakan
hasil interpretasi foto udara, telah didapatkan data bentuk penggunaan lahan di Kabupaten
Purworejo. Adapun bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai berikut :
Sawah Irigasi
Rumput/Tanah
Kosong Rawa Permukiman
Selanjutnya jika dilihat dari tingkat pertumbuhan luasan penggunaan lahan dari Tahun
1990 2001 menunjukkan adanya pertumbuhan luasan berbagai bentuk penggunaan
lahan.
BAB III-8
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
7. Kemampuan Lahan
Fungsi kaw asan dan luasanny a berdasarkan kemampuan lahan Kabupaten
Purw orejo
BAB III-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
8. Vegetasi/Tumbuhan
Di w ilay ah kabupaten Purw orejo sub sektor pertanian tanaman pangan y ang berkembang
meliputi tanaman padi , serta tanaman palaw ija berupa jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kay u,
dan ubi jalar. Sedangkan sub sector tanaman perkebunan y ang berkembang meliputi tanaman
kopi, cengkeh, kelapa. Sedangkan di kaw asan Pantai Jatimalang didominasi oleh tanaman
kelapa,nipah dan pandan.
Fungsi primer merupakan fungsi kawasan dengan pelayanan dan peran yang luas khususnya
skala kawasan di UWP 2.1 dan UWP 3.1 di SWP II dan III. Sedangkan fungsi sekunder adalah
fungsi kegiatan pendukung kawasan yang pelayanannya bersifat lokal. Di dalam rencana
BAB III-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
struktur kawasan pantai yang dituju juga mencakup gambaran dan hierarki system jaringan
jalan yang dapat dibedakan ke dalam beebrapa jenis yaitu unit wilayah pembangunan (UWP)
pelayanan lokal dan lingkungan desa-desa di wilayah UWP 2.1 dan UWP 3.1.
2. Rencan Peruntukan Lahan UWP 2.1 Dan UWP 3.1
Rencana zona pertumbuhan lahan di UWP 2.1 dan UWP 3.1 dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Kawasan konservasi pantai minimal 200m dari gelombang pasang.
b. Kawasan budidaya perikanan *tambak
c. Kawasan perkebunan
d. Kawasan terbangun komersial dan jasa
e. Kawasan permukiman dan industri kecil
f. Kawasan agrowisata hortikultura
g. Kawasan pertanian tanaman pangan
h. Kawasan konservasi sungai
i. Kawasan wisata
Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.9 rencana peruntukan lahan UWP 2.1 dan UWP 3.1
No Kode Kode SUWP Peruntukan Dominasi Lahan
UWP
1 UWP 2.1 SUWP Konservasi lahan pantai
2.1.a. Budidaya perikanan/ tambak
Perkebunan
Konservasi sungai
Hutan lindung
Daerah campuran
Perdagangan dan jasa
Agrowisata Holtikultura
Wisata tirta
BAB III-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Permukiman/perkampungan
2 SUWP2.1.b Konservasi sungai
Permukiman
Lahan pertanian tanaman
pangan(padi)
BAB III-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Wilayah UWP 2.1 dan UWP 3.1 sebagai sentral kota pelayanan ada di IKK
Grabag untuk UWP 2.1 dan IKK Ngombol untuk UWP 3.1.
Sedangkan akses primer adalah jalan jalur Selatan-Selatan dan Jalur
Kulonprogo-Purwodadi
Akses sekunder dibagi menjadi:
Jalan dari IKK Kutoarjo-Grabag arah utara- Selatan
Jalan dari Purwodadi-Ngombol-Grabag-Desa Sidomulyo
Secara rinci akses pelayanan dan struktur tata ruang di UWP 2.1 dan UWP
3.1 dapat dilihat pada peta rencana struktur pengembangan tata ruang
kawasan.
Jika dilihat dari peruntukan lahan yang direncanakan maka secara ruang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
BAB III-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-18
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-19
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Kelembagaan
Kelembagaan dalam kaw asan perencanaan secara struktural merupakan bagian dari Desa
Jatimalang. Akan tetapi dalam pengembangaanny a kaw asan pantai Jatimalang langsung
berada di baw ah kelembagaan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Purw orejo.
BAB III-20
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Sosial Buday a
Kondisi sosial buday a masy arakat Desa Jatimalang dipengaruhi beberapa hal antara lain:
a. Karakter masy arakat pedesaan berupa sikap y ang kekeluargaan dan mementingkan
gotong roy ong. Ini merupakan potensi y ang bagus karena keramah tamahan
penduduk dapat menjadi day a tarik pengunjung.
b. Tingkat pendidikan penduduk y ang sebagian besar hany a tamatan SLTP, sehingga
pola pemikiran masih rendah.
c. Buday a tradisional Jaw a. Hal ini dikarenakan letak kota Purw orejo y ang sangat dekat
dengan Yogy akarta. Masy arakat Jatimalang juga mengenal sedekah laut seperti
daerah-daerah pesisir lain.
Ekonomi Masy arakat.
Masy arakat Desa Jatimalang rata-rata adalah masy arakat ekonomi menengah ke baw ah
dengan mata pencaharian paling bany ak adalah bertani tetapi sekarang ini mata pancaharian
sebagai nelay an lebih diminati dengan ditunjukkan peningkatan jumlah w arga y ang menjadi
nelay an.
2. Potensi Pariwisata
a. Jumlah wisatawan
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi Kebudayaan
Dan Pariwisata, jumlah wisatawan yang datang ke Pantai Jatimalang ini adalah
sebagai berikut:
Jumlah
Tahun Wisman Winus
2005 - 3.255
2006 - 9.600
2007 - 22.908
2008 - 24.494
BAB III-21
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
b. Bangunan Cafe
Bangunan cafe dan karaoke ini milik pengusaha sw asta dan di bangun di pinggir
jalan lingkungan. Tampilan bangunan sederhana dengan bahan bangunan batako
dan atap genteng.
gambar 3.5.cafe
sumber:dokumen pribadi
BAB III-22
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
c. Shelter /gazebo.
Shelter ini berfungsi untuk tempat beristirahat y ang terlindung dari panas matahari
ataupun hujan.
gambar 3.6.shelter
sumber:dokumen pribadi
d. Bangunan Parkir.
Bangunan parkir ini di bangun di kiri dan kanan jalan akhir pemberhentian
kendaraan.
gambar 3.7.parkir
sumber:dokumen pribadi
gambar 3.8..warung
sumber:dokumen pribadi
BAB III-23
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
f. Rumah-rumah penduduk y ang berada di sekitar lokasi site, sebagian besar adalah
bangunan rumah konv ensional. Jenis atap y ang dipergunakan adalah atap limasan
dan tidak sedikit pula y ang menggunakan atap kampung.
c. Karakteristik Wisatawan
Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Jatimalang
ini adalah wisatawan domestik (wisatawan nusantara) segala usia.
Pembagian usia tersebut yaitu:
- Pengunjung anak-anak (usia < 12 th)
- Pengunjung remaja (usia 12-21 th)
- Pengunjung dewasa (usia > 21 th)
BAB III-24
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
3. Site
Jalur jalan lintas selatan
Gambar 3.10.site
Sumber:dokumen pribadi
4.Potensi S ite
Site memiliki panorama alam pantai yang indah. Lokasi site berada tidak
jauh dari Jalur Jalan Lintas Selatan dan DI Yogyakarta sehingga mudah diakses
dari dalam maupun luar kabupaten Purworejo. Site memiliki keunikan,selain
pantai pada site juga terdapat tambak bandeng,sungai serta sawah. Pada site juga
terapat tempat pelelangan ikan dan balai benih udang yang mendukung
dikembangkannya Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata.
BAB III-25
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
Gambar 3.11.site
Sumber:dokumen pribadi
BAB III-26
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab III
BAB III-27
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV
OBJEK WISATA YANG DIHARAPKAN
BAB IV-1
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV
OBJEK WISATA YANG DIHARAPKAN
A. DASAR PEMIKIRAN
Ide Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata muncul sebagai akibat
dari adanya tinjauan teori dan tinjauan data yang diperoleh. Kawasan ini diperuntukkan bagi wisatawan
yang ingin menikmati pesona alam, berekreasi, bersantai, berlibur, atau mencari pengetahuan.
Pengunjung yang datang tidak terbatas pada golongan muda saja tetapi untuk semua kalangan baik
tua maupun anak-anak.
Kawasan Pantai Jatimalang dengan fasilitas yang ada kurang memperkenalkan dan
mempromosikan aspek pariwisata serta potensi yang ada. Fasilitas saat ini tidak berorientasi jauh ke
depan, yaitu kurang memadukan daya tarik atau potensi yang ada. Fasilitas yang tersedia secara apa
adanya hanya mencoba memenuhi kebutuhan rekreasi dan tempat hiburan bagi masyarakat sekitar.
Padahal keberadaan pariwisata Kabupaten Purworejo masih sangat memerlukan promosi, agar
wisatawan mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang berbagai potensi Kabupaten Purworejo.
Dukungan pengembangan sektor wisata pada kawasan Pantai Jatimalang di Purworejo juga
terdapat dalam program pemerintah Kabupaten Purworejo dan Jawa Tengah. Program yang
dimaksudkan dapat mewujudkan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai objek wisata. Program
pemerintah yang mendukung Kawasan Pantai Jatimang sebagai objek wisata adalah ditetapkannya
kawasan ini sabagai Kawasan Bahari Terpadu. Dalam salah satu rencana penataannya, kawasan ini
akan dikembangkan dengan fokus utama pada wisata air, Kawasan Pantai Jatimalang ini menjadi
salah satu sektor pariwisata andalan di Kabupaten Purworejo.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu penataan pada Kawasan Pantai Jatimalang yaitu pada
orientasi wisata yang menyatu dengan potensi pembangunan Kabupaten Purworejo, sehingga
terbangun karakter kawasan khususnya kawasan wisata dengan gambaran potensi lokal yang ada.
Agar diperoleh pengolahan tapak yang baik pada kawasan wisata yang direncanakan, maka
harus diperhatikan beberapa aspek, seperti kondisi fisik maupun non fisik. Diantaranya angin, sinar
matahari, view dan lain-lain. Lokasi kawasan wisata ini, mudah dijangkau dengan transportasi darat.
BAB IV-2
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
Penataan kawasan perlu dilakukan karena masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dan perlu
mendapatkan perhatian lebih lanjut agar keberadaan objek wisata ini mampu bertahan lebih lama,
lebih banyak pengunjung, dan lebih menarik minat pengunjung.
Hal-hal tersebut adalah :
1. Kawasan Pantai Jatimalang merupakan daerah untuk penatan kegiatan pariwisata baik ketirtaan
maupun pariwisata alam, serta kegiatan penunjang lainnya. Namun hingga saat ini belum terlihat
adanya tindakan antipasi dan optimalisasi penataan ruang di dalam Pantai Jatimalang ini.
2. Potensi alam, khususnya tambak bandeng dan udang yang sangat mendukung, hingga saat ini
belum dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Pantai
Jatimalang sehingga diperlukan perencanaan kawasan yang terpadu.
Dari gambaran tentang Kawasan Pantai Jatimalang yang sudah ada dapat diambil kesimpulan
bahwa konsep rencana ke depan mengenai Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata
tersebut lebih lanjut.
BAB IV-3
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
b. Terbukanya lapangan kerja baru khususnya bagi penduduk setempat sehingga dapat
menambah pendapatan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Dalam
pengelolaannya menghendaki keikutsertaan dan peran serta pemerintah daerah yang dapat
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya.
c. Dapat memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan budaya daerah
setempat yang secara tidak langsung dapat mengangkat citra penduduk setempat melalui
retribusi pariwisata yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan daerah setempat.
3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam Penataan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata
adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan kegiatan wisata dan rekreasi yang bervariasi, mempunyai daya tarik yang kuat,
dan karakter yang khas.
b. Menciptakan tata ruang dan fasilitas yang dapat menggerakkan kegiatan masyarakat agar
berpartisipasi aktif dalam penataan kegiatan pariwisata.
BAB IV-4
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
Selama ini publik cenderung menyoroti potensi tsunami di barat Sumatera dan selatan Jawa,
padahal tsunami tercatat paling banyak terjadi di Laut Banda dan Laut Maluku.
Kepala Subdirektorat Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan pada Departemen Kelautan
dan Perikanan, Subandono Diposaptono mengatakan hal itu, terkait dengan terjadinya gempa
tektonik berkekuatan 5,7 Skala Richter yang mengguncang Gorontalo, Rabu (30/5) pada pukul
03.12 WIB.
Urutan lokasi paling sering menimbulkan tsunami meliputi Laut Banda (33 persen) dan Laut
Maluku (29 persen). Kemudian baru disusul di Samudera Hindia barat Sumatera, selatan Jawa,
dan selat Makassar. Saat terjadi tsunami di pangandaran Jawa Barat berdampak hingga ke Jawa
Timur, meskipun Kawasan Pantai Jatimalang dilewati gelombang tinggi namun tidak menimbulkan
kerusakan. Oleh karena itu dalam Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek
Wisata ini potensi tsunami diabaikan.
Analisa SWOT yang diperoleh dengan mempertimbangkan alasan diatas adalah sebagai berikut
BAB IV-6
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV-7
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV-9
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV-10
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
Dari strategi yang diperoleh berdasar analisa SWOT di atas tidak semuanya diterapkan pada
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata. Strategi yang terpilih disesuaikan
dengan site pada kawasan yang akan dikembangkan.
BAB IV-11
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
Ticket box dan pintu masuk merupakan bagian dari area penerimaan ini, sehingga
pengunjung yang ingin memasuki area objek wisata harus melewati ticket box ini sebelum
memasuki area objek wisata.
Di dalam area wisata ini terdapat tiket untuk sistem paket yang artinya pengunjung
dapat menikmati semua atraksi wisata yang ada (terkecuali cottage). Tetapi ada juga yang non
sistem paket yang artinya pengunjung hanya menikmati area wisata tertentu. Sehingga jumlah
perletakkan tiket box ini disesuaikan dengan jumlah zona wisata yang ada.
b. Zona Wisata
Zona atraksi wisata merupakan zona yang digunakan untuk menampung kegiatan-kegiatan
rekreatif yang berlangsung di area kawasan wisata. Zona atraksi wisata ini terbagi menjadi dua
jenis yaitu atraksi wisata darat/ alam dan atraksi wisata air.
1) Atraksi Wisata Darat/ Alam
Adapun kebutuhan ruang yang termasuk dalam kelompok kegiatan atraksi wisata darat/ alam
adalah :
a) Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan yang sudah tersedia bisa dimanfaatkan pengunjung untuk
berbelanja/membeli ikan hasil tangkap nelayan dari laut ataupun budidaya masyarakat
sekitar.
b) Balai Benih Udang
Pada balai benih udang ini pengunjung dapat mendapatkan informasi tentang bagaimana
pembenihan serta pembudidayaan udang galah yang dapat hidup di air tawar maupun air
payau.
c) Panggung terbuka (open stage)
Panggung terbuka dibuat yang memungkinkan bagi para pengunjung untuk menikmati
sajian hiburan baik itu kesenian tradisonal, musik, maupun tarian.
d) Play Ground
Play ground merupakan area yang diperuntukkan bagi para pengunjung yang mengajak
anak-anak untuk ikut serta. Area ini berupa taman bermain dengan berbagai atraksi wisata
seperti ayunan, jungkat-jungkit, papan luncur, komedi putar, dll. Sebagai elemen
BAB IV-12
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
pelengkap paga play ground ini ditambahkan lampu taman, tata hijau yang mendukung,
sitting group, dan perkerasan untuk berjalan-jalan.
e) Gazebo dan Gardu Pandang
Gazebo dan gardu pandang merupakan sebuah tempat yang disediakan bagi pengunjung
yang menikmati keindahan alam kawasan Pantai Jatimalang,atau sekedar beristirahat
untuk menuju zona wisata selanjutnya.
f) Plaza
Plaza meliputi area terbuka untuk bersantai yang merupakan penghubung antar zona dan
kegiatan. Plaza dilengkapi dengan tata hijau yang mendukung, sitting group, lampu taman,
air mancur, pedestrian untuk berjalan-jalan berkeliling.
g) Out Bond
Aoutbond meliputi menanam padi, menangkap ikan dan juga bermain ATV. Sawah yang
terdapat pada site dimanfaatkan untuk menanam padi sedangkan sebagian tambak
dimanfaatkan untuk kegiatan menagkap ikan.
h) Lapangan voli
Lapangan voli disediakan untuk bermain voli pantai
2) Atraksi Wisata Air
Adapun kebutuhan ruang yang termasuk dalam kelompok kegiatan atraksi wisata air adalah :
a) Dermaga
Dermaga merupakan kegiatan utama wisata air yang direncanakan. Dermaga yang
direncanakan terdapat pada tambak dan juga pada laut. Area dermaga diperuntukkan bagi
seluruh anggota keluarga. Area dermaga ini merupakan stasiun dari atraksi wisata perahu
motor (pada laut) dan sepeda air dan kano (dermaga pada tambak). Di sini para
pengunjung diharapkan dapat menikmati suguhan wisata air yang sesungguhnya dengan
puas.
b) Area Pemancingan dan Warung Terapung
Kolam pemancingan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rumah makan
terapung karena keberadaan area pemancingan yang menyatu dengan rumah makan
terapung. memberi suatu kenikmatan tersendiri bagi pengunjung yang akan makan di
BAB IV-13
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
warung terapung tersebut jika menikmati hasil pancingannya sendiri. Untuk itu, warung
makan terapung tersebut sengaja diletakkan pada area yang cukup luas dengan kolam
pemancingan.
c. Zona Akomodasi
Merupakan zona yang digunakan untuk mewadahi kegiatan-kegiatan penunjang dari
kegiatan-kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu, perletakannya menyebar sesuai dengan
kebutuhan masing-masing kelompok kegiatan. Adapun kebutuhan ruang dari kelompok kegiatan
ini adalah :
1) Rumah makan/ restaurant
Rumah makan yang termasuk dalam zona akomodasi ini berbeda dengan rumah makan
terapung. Rumah makan berada di tengah-tengah area persawahan. Hidangan dan
perlengkapan makan yang disajikan juga merupakan hal-hal yang berkaitan dengan suasana
pedesaan. Selain wisatawan dapat menikmati makanan yang tersaji, juga dapat menikmati
pemandangan di sekitar area persawahan dan sungai serayu.
2) Cottage
Cottage merupakan rumah penginapan yang terpisah-pisah perumah dengan luasan
yang cukup kecil, dengan kapasitas pengunjung yang relatif sedikit pula. Lebih mengutamakan
keselarasan dengan alam sehingga bertema alam. Cottage ini ditujukan bagi para pengunjung
yang ingin menginap di kawasan wisata ini. Adapun sasaran kunjungan adalah pada hari libur
akhir pekan dan libur panjang.
3) Kios Jajanan, Kios Kuliner, dan Kios Cenderamata
Kios merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari suatu objek wisata, Purworejo
mempunyai berbagai aset yang bisa ditawarkan sebagai souvenir baik berupa cinderamata
maupun makanan khas daerah.
4) Terminal Kereta Kelinci
Penggunaan kereta kelinci diperuntukkan bagi pengunjung yang sudah merasa
kelelahan karena menempuh perjalana atau pengunjung yang sengaja berkeliling untuk
menikmati pemandangan. Jalan untuk kereta kelinci bersebelahan dengan jalan untuk
pedestrian dan terdapat stasiun kereta kelinci bagi pengunjung yang akan menggunakan jasa
BAB IV-14
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
ini. Stasiun kereta kelinci tersebar,terletak dekat dengan zona wisata sehingga memudahkan
pengunjung untuk mencapainya.
d. Zona Pengelola Kantor Pengelola
Zona pengelola merupakan zona yang digunakan untuk mewadahi kegiatan pengelolaan
dari kawasan wisata, yaitu berupa :
1) Kantor Pengelola Pusat
Dengan adanya pengembangan objek wisata, diperlukan suatu struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan keberadaan dan fungsinya sehingga objek wisata ini dapat dikelola dengan
baik.
Kantor pengelola pusat ditempatkan pada area yang tepat sehingga dapat memudahkan
bagi para pengelola untuk mencapainy a dan mengontrol kegiatan yang berlangsung dalam objek
wisata ini.
2) Kantor Pengelola Cabang
Di setiap area wisata terdapat kantor pengelola dan pengawas sehingga memudahkan bagi
para pengelola untuk mengawasi dan mengontrol dengan lebih maksimal untuk kegiatan yang
berlangsung dalam tiap zona objek wisata tersebut.
e. Zona Pelayanan Umum
1) Pusat Informasi Pariwisata
Pusat informasi ini diperlukan keberadaannya untuk memberikan keterangan dan
informasi bagi pengunjung yang kurang jelas tentang objek wisata yang ada. Selain itu, pusat
informasi ini juga memberikan informasi lain akan berbagai macam objek wisata lain yang
mungkin dapat menjadi alternatif lain untuk dikunjungi.
2) Musholla
Musholla digunakan oleh para pengunjung yang beragama Islam yang akan
melaksanakan ibadah sholat di sela-sela kegiatan rekreasi yang dilakukan di lokasi. Oleh
karena itu, musholla dilengakpi dengan tempat wudhu dan lavatory. Mushola diletakkan di
tengah kawasan wisata. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pengunjung tidak terlalu
jauh untuk mencapainya.
BAB IV-15
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
BAB IV-16
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
d. Penataan landsekap dan tata ruang luar yang mampu mendukung keberadaan kegiatan
rekreatif, menjadi pemisah antara kegiatan yang berlainan, memberi rasa nyaman melalui tata
hijau yang menjadi barier dari debu, sinar matahari, sekaligus sebagai peneduh.
2. Strategi Penataan Kawasan
Dalam pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai Objek Wisata, akan dilakukan
penataan kawasan dengan memanfaatkan potensi alam berupa air dan pemandangan alam yang
ada di kawasan ini. Hal ini menuntut adanya suatu strategi penataan yang komprehensif sekaligus
tidak merusak ekosistem yang telah ada. Strategi tersebut adalah untuk :
a. Menciptakan pola sirkulasi dan pola jalan yang nyaman, aman, menarik dan atraktif sehingga
dapat antara tempat wisata yang satu dengan yang lainnya dapat menjadi satu kesatuan
secara konstektual.
b. Menciptakan Kawasan Pantai Jatimalang sebagai salah satu objek wisata yang potensial di
Purworejo sebagai tempat wisata alam, air, rekreasi, dan olahraga. Dan ditunjang dengan
fasilitas pendukung lainnya seperti penjualan souvenir, cottage, dll.
3. Proses Penataan Kawasan
Proses penataan kawasan kegiatan dan atraksi wisata tersebut dilakukan dengan jalan
redesain (perencanaan ulang). Redesain dilakukan dengan mengubah sebagian atau keseluruhan
desain yang telah ada di kawasan. Pada proses perencanaan kawasan Pantai Jatimalang sebagai
Objek Wisata, redesain diperlukan untuk mendapatkan desain yang serasi dan selaras dengan
lingkungan atau alam.Penampilan bangunan yang akan direncanakan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar berupa bangunan rumah yang termasuk sudah modern.
F. TRANSFORMASI FUNGSIONAL
Merupakan perwujudan program penataan ke dalam bentuk fisik bangunan. Program
penataan tersebut yang akan diwujudkan dalam fisik tersebut meliputi :
1. Tampilan Fisik
Tampilan fisik bangunan yang rekreatif, menarik, atraktif, dinamis, dan alami akan lebih
menarik perhatian pengunjung dibanding tampilan fisik yang bersifat modern dan metropolis.
BAB IV-17
Pengembangan Kawasan Pantai Jatimalang Sebagai Objek Wisata
Bab IV
2. Landscape
Penataan landscape yang mampu memberi rasa nyaman bagi pengunjung, menarik,
mengundang, dan mudah dimengerti akan sangat mendukung keberadaan objek wisata tersebut.
3. Sistem Struktur, Konstruksi, dan Bahan
Sistem struktur dan konstruksi yang didukung oleh pemakaian bahan bangunan yang
mampu meningkatkan nilai jual dari objek wisata tersebut akan dapat mendukung berhasilnya
penataan objek wisata ini.
4. Utilitas
Pengaturan sistem utilitas bangunan dan lingkungan yang terpadu dan mampu menciptakan
suatu kesinambungan yang harmonis akan sangat diperlukan dalam proses penataan yang akan
dilakukan pada objek tersebut.
BAB IV-18
DAFTAR PUSTAKA
Text Book
DK Ching Franchis. 1985. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Jakarta: Erlangga.
Frick, Heinz.1996. Arsitektur Dan Lingkungan. Yogyakarta:Kanisius
Hakim, Rustam. 2003. Arsitektur Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.
Hary Karyono, A. 1997. Kepariwisataan, Jakarta: PT. Gramedia.
Suryowinoto, Sutarmi M. 2002. Flora Eksotika Tanaman Peneduh
Neufret, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid II, Terj.Sunarto Tjahyadi.2002. Jakarta : Erlangga
Pendit, Nyoman S. 1980. Pariwisata Sebagai Ilmu, Sebuah Pengantar Perdana,
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia jil.3. Jakarta : Balai Pustaka.
Rencana Strategi Pengembangan Kawasan Bahari Terpadu (Kbt) Selatan-Selatan
Kabupaten Purworejo,bappeda purworejo 2004
Pengembangan Daerah Pantai Selatan Cokroyasan-Bogowonto,Dinas Pengairan 2003
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Daerah Tingkat II Purworejo Tahun
1996/1997-2019/2020
Laporan Akhir Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan SWP II Dan III Kabupaten
Purworejo, Bappeda
Rencana detail tata ruang kawasan koridor jalur jalan lintas selatan(jjls) jawa tengah tahun
anggaran 2007, dinas permukiman & tata ruang pemprov jawa tengah
Laporan akhir kegiatan penyusunan kawasan terpilih pusat pengembangn desa(ktp2d)
geparang kec.purwodadi kabupaten purworejo 2006
Penusunan bisnis plan kegiatan perikanan kabupaten purworejo 2008
Undang Undang No. 9 Tahun 1990 tanggal 18 Oktober 1990 tentang : Kepariwisataan.
Badan Instansi
Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi Dan Pariwisata Kabupaten Purworejo
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purworejo
Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo
Badan Pembangunan Perencanaan Daerah Purworejo
Situs Internet
http://www.purworejokab.ac.id
http://www.puriasrikyailanggeng.com
http://www.pemandiansumberairpanaskalibacin.com
http://www.urbanspace.com
http://www.wisataalam.com
http://www.wikipedia.com
http://www.jatimpark.com