0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
450 tayangan30 halaman

MENBI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 30

MAKALAH

ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PRODUK GABUNGAN


DAN PRODUK SAMPINGAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

1. REMA K ARYANTO C 301 16 242


2. MUSRIFAH C 301 15 257
3. MUNIFAH C 301 15 257
4. MOHAMMAD AZHAR WALIKROM C 301 15 271
5. ABDURRAHMAN AL-FAUZI KIDNAN C 301 15 320
6. NOWRA AYU TRIANA C 301 16 346

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI NON REGULER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN GANJIL 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang alokasi biaya departemen produk gabungan dan produk
sampingan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang alokasi biaya
departemen produk gabungan dan produk sampingan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palu, November 2017

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

Asal mula dari produk sampingan bervariasi. Produk sampingan yang


dihasilkan dari pembersihan produk utama, seperti gas dan tar yangn dihasilkan dari
produksi arang, biasanya memiliki nilai sisa. Dalam beberapa kasus, produk
sampingan adalah sisa atau sampah, seperti serbuk gergaji di tempat penggergajian
kayu. Dalam kasus lain produk sampingan timbul dari proses persiapan bahan baku
sebelum digunakan dalam proses produksi produk utama. Pemisahan biji kapas dari
kapas, buah apel dari biji apel, dan kulit dari daging merupakan contoh dari produk
sampingan semacam ini.
Produk sampingan dapat diklasifikasikan mejadi 2 kelompok menurut kondisi
dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas :
1) Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut,dan
2) Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual.
Contoh klasik dari poduk gabungan adalah industri pengemasan daging.
Berbagai jenis potongan daging dan beberapa produk sampingan dihasilkan dari
satu hewan potong dengan satu total biaya. Contoh lain dari produksi gabungan
adalah produksi bensin. Derivasi bensin biasanya menghasilkan produk nafta,
kerosin, dan minyak bakar terdistilasi. Contoh lain proses produksi produk
gabungan adalah produksi secara simultan dari berbagai jenis lem dan
pemprosessan kedelai menjadi minyak dan bahan pangan. Perhitungan biaya
produk gabungan juga ditemukan industri yang harus memilah bahan baku sebelum
diproses. Produsen tembakau kecuali dalam kasus tembakau yang sudah dipilah
dibeli dari luar dan semua barang perusahaan pengalengan buah dan sayuran
menghadapi masalah ganda dari alokasi biaya gabungan:
a) Biaya bahan baku berlaku untuk semua tingkatan mutu (grades) hasil
pemilahan, dan
b) Biaya proses produksi selanjutnya terjadi secara simultan untuk semua jenis
tingkatan mutu tersebut.

3
BAB II
ISI

I. Pengertian Produk Gabungan dan Produk Sampingan

Istilah Produk Sampingan (by product) umumnya digunakan


untuk mendefinisikan suatu produk dengan nilai total yang relatif kecil dan
dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan produk lain yang nilainya
lebih besar. Produk dengan nilai total yang lebih besar tersebut biasanya
disebut Produk Utama (main product). Produk utama biasanya
diproduksi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan produk
sampingan. Biasanya, produsen hanya memiliki sedikit kendali atas jumlah
produk sampingan yang dihasilkan. Sebaliknya, diperkenalkannya metode
teknik yang lebih maju seperti yang digunakan di industri perminyakan,
telah memungkinkan pengendalian yang lebih besar atas jumlah residu dan
produk sampingan lainnya. Misalnya saja, suatu perusahaan yang menyewa
truk untuk mengangkut bahan tertentu menemukan bahwa bahan buangan
tersebut dapat digunakan sebagai pupuk. Produk sampingan ini sekarang
menjadi sumber pendapatan lain untuk industri.
Produk Gabungan (joint product) dihasilkan secara simultan
melalui suatu proses atau serentetan proses umum, dimana setiap produk
yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki lebih dari sekedar nilai
nominal. Proses produksi tersebut bersifat simultan karena proses itu
menghasilkan seluruh produk tersebut tanpa kecuali. Peningkatan dalam
output salah satu produk pasti akan menyebabkan peningkatan kuantitas
dari produk atau produk-produk lain, dan demikian pula sebaliknya,
walaupun tidak harus dalam proporsi yang sama. Titik pisah batas (split-
off point) didefinisikan sebagai titik dimana produk-produk tersebut dapat
dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum titik tersebut, produk-
produk tadi masih dalam satu kesatuan yang homogen. Perbedaan Produk
Bersama dan Produk Sampingan seperti tertera dalam tabel dibawah ini :
Kriteria Produk Bersama Produk Sampingan

4
Nilai Jual Relatif Tinggi Lebih Rendah
Pembuatan Produk Tujuan Utama Sampingan (tidak bertujuan
memproduksi produk ini)
Harga Pokok Produksi Alokasi Sebanding Sering kali tidak dibebani biaya
produksi

II. Metode-metode Alokasi Biaya Produksi Gabungan ke Produk Gabungan

Untuk membebankan biaya bersama ke masing-masing poduk bisa


digunakan salah satu dari metode berikut :
1. Harga jual relatif
2. Unit produk rata-rata
3. Rata-rata tertimbang
Contoh :
PT.Ditiasa mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp.9.000.000,- Produk
bersama dihasilkan adalah Sabun A, Sabun B, dan Sabun C (Di singkat SA,
SB,dan SC) masing-masing jenis dibuat SA=30.000 unit; SB=40.000 unit;
SC= 20.000 unit,harga jual perunit @SA=Rp200,-;@SB=Rp150,-
;@SC=Rp150,- .
Metode Harga Jual Relatif
Dengan tidak mempertimbangkan adanya produk
sampingan(dianggap tidak ada) dan tidak ada biaya terpisah(separable cost).
Alokasi biaya bersama dengan metode relatif harga jual adalah :

Jenis Harga jual Unit Jumlah penjualan Persentase Alokasi biaya bersama
produk produk relatif
(1) (2) (3) (4) (5)
(1x2) (4x biaya bersama)
Sabun A Rp 200,- 30.000 Rp 6.000.000,- 40% Rp 3.600.000,-
Sabun B Rp 150,- 40.000 Rp 6.000.000,- 40% Rp 3.600.000,-
Sabun C Rp 150,- 20.000 Rp 3.000.000,- 20% Rp 1.800.000,-

Rp 15.000.000,- 100% Rp 9.000.000,-

6.000.000 40% Rp 9.000.000 = Rp


= 100% = 40%
15.000.000 3.600.000

6.000.000
= 100% = 40% 40% Rp 9.000.000= Rp 3.600.000
15.000.000
20% Rp 9.000.000= Rp
3.000.000
= 100% = 20% 1.800.000
15.000.000
5
Contoh :
Apabila timbul biaya terpisah misalnya produk SA= Rp 2.000.000; produk
SB=Rp 2.000.000 tetapi produl SC tidal memerlukan tambahan biaya, maka
alokasi biaya bersama dengan metode relatif harga pasar (dengan asumsi
harga jual perunit sesudah biaya terpisah ) SA=Rp 300,-; SB= Rp 250,-
maka perhitungan biaya bersama adalah :
Jenis Harga Unit Hasil penjualan Biaya Harga jual Persent Alokasi biaya
produ jual per produksi terpisah relatif ase bersama
k unit relatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(2) x (3) (4)-(5) (7)x biaya
bersama
SA Rp 300,- 30.000 Rp 9.000.000 Rp 2.000.000 Rp 7.000.000 38,89 Rp 3.500.100,-
%
SB Rp 250,- 40.000 Rp 10.000.000 Rp 2.000.000 Rp 8.000.000 44,44 Rp 3.999.600,-
%
SC Rp 150,- 20.000 Rp 3.000.000 - Rp 3.000.000 16,67 Rp 1.500.300,-
%
Rp 18.000.000 100% Rp 9.000.000
7.000.000
= 100% = 38,89%
18.000.000

8.000.000 38,88% Rp 9.000.000 = Rp 3.500.100


= 100% = 44,44%
18.000.000
44,44% Rp 9.000.000= Rp 3.999.600

3.000.000
= 100% = 16,67% 16,67% Rp 9.000.000= Rp 1.500.300
18.000.000

Metode Unit Produksi Rata-rata


Dalam metode unit produksi rata-rata, maka biaya bersama
dibebankan ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Makin
besar unit diproduksi makin besar dibebani biaya produksi. Metode ini
kurang tepat untuk digunakan bagi produk yang hasil jualnya mempunyai
perbedaan yang besar antara produk satu dengan lainnya.
Contoh :
Dengan data yang ada pada perusahaan sabun PT. Ditiasa, maka alokasi
biaya bersama metode unit produksi rata-rata PT. Nomi sebagai berikut :
Jenis Produk Unit Produksi Persentase Relatif Produksi Rata-rata Alokasi Biaya Bersama
(1) (2) (3) (4)
(2) : Total (2) (3) x Biaya bersama
SA 30.000 33,33% Rp 2.999.700,-
SB 40.000 44,44% Rp 3.999.600,-

6
SC 20.000 22,23% Rp 2.000.700,-
90.000 100% Rp 9.000.000,-

30.000
= 100% = 33,33%
90.000
33,33% Rp 9.000.000 = Rp 2.999.700
40.000
= 100% = 44,44% 44,44% Rp 9.000.000= Rp 3.999.600
90.000

20.000 22,23% Rp 9.000.000= Rp 2.000.000


= 100% = 22,23%
90.000
Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang digunakan untuk
menyempurnakan metode unit produksi. Dalam metode rata-rata
tertimbang, unit produksi harus dicari bobot sehingga pembagian biaya
bersama karena lebih tepat. Misalnya untuk membuat produk SA,SB, dan
SC tersebut diperlukan bahan SA= 0,6 liter; SB= 0,3 liter; dan SC= 1liter.
Maka alokasi biaya bersama dengan metode rata-rata tertimbang, akan
tampak sebagai berikut :
Jenis Unit Unit Relatif Persentase Alokasi Biaya
Produksi Produksi Tertimbang Produksi Material
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(2) x(3) (5)x material
SA 30.000 0,6 18.000 36% Rp 3.240.000
SB 40.000 0,3 12.000 24 % Rp 2.160.000
SC 20.000 1 20.000 40 % Rp 3.600.000
90.000 50.000 100 % Rp 9.000.000

= 30.000 0,6 = 18.000


36% Rp 9.000.000 = Rp 3.240.000
= 40.000 0,3 = 12.000
24% Rp 9.000.000= Rp 2.160.000
= 20.000 1 = 20.000
40% Rp 9.000.000= Rp 3.600.000

Tambahan atau Revisi dari Metode-metode Alokasi Biaya Produksi


Gabungan ke Produk Gabungan.
Biaya produk gabungan (terjadi sebelum titik pisah batas), dapat
dialokasikan ke produk gabungan menggunakan salah satu metode berikut
:
a. Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari produk
individual.

7
b. Metode biaya-biaya per unit.
c. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan
yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti
berat, ukuran linear, atau volume.
Metode Harga Pasar
Pendukung metode harga pasar sering kali berpendapat bahwa harga
pasar dari produk apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi dari
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya. Anggapannya adalah
bahwa jika suatu produk harganya lebih mahal daripada produk lain, hal
tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya
lebih besar. Dengan kata lain, jika bukan karena biaya, maka harga jual tidak
akan ada. Tetapi, berdasarkan definisinya, usaha yang diperlukan. Jika dapat
ditentukan, maka alokasi dapat dihitung berdasarkan jumlah relatif dari
usaha yang diperlukan untuk setiap produk gabungan. Lebih lanjut lagi,
menurut teori ekonomi, harga dalam ekonomi dengan pasar yang kompetitif
ditentukan berdasarkan kelangkaan dari barang yang diminta oleh
pelanggan, bukan berdasarkan biaya relatif untuk memproduksi barang
tersebut.
Argumen lain untuk menggunakan harga pasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah bahwa metode ini netral. Berarti, metode ini tidak
mempengaruhi profitabilitas relatif dari produk gabungan. Keputusan yang
harus dibuat berdasarkan pada suatu analisis atas profitabilitas relatif dari
berbagai produk gabungan tidak terdistorsi oleh alokasi biaya metode harga
pasar akan menyebabkan setiap produk gabungan memiliki tarif laba kotor
yang sama per dolar penjualan.
Pilihan atas berbagai metode akuntansi cenderung untuk arbitrer
ketika proporsi produk gabungan yang menyusun bauran output tidak dapat
diubah. Tetapi, pilihan tersebut tidak akan arbitrer bila proporsi dapat
bervariasi dan terdapat hubungan antara total biaya gabungan dengan total
nilai output. Hal tersebut mengimplikasikan dukungan rasional yang kuat

8
bagi metode harga pasar atau harga jual jika, untuk input tertentu ke proses
produksi gabungan, dua kondisi berikut terpenuhi :
1. Bauran fisik dari output dapat diubah dengan mengeluarkan lebih
banyak (atau lebih sedikit) biaya gabungan relatif terhadap biaya
produksi lainnya, dan
2. Jika perubahan tersebut menghasilkan total nilai pasar yang lebih
besar (atau lebih kecil)
Produk Gabungan yang Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Metode
harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar relatif
dari produk gabungan. Metode ini total harga pasar dari setiap produk, yaitu
jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit. Untuk
mengilustrasikan hal ini, asumsikan produk gabungan A, B, C, dan D
diproduksi dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas yang
diproduksi adalah A= 20.000 unit, B= 15.000 unit, C= 10.000 unit, dan D=
15.000 unit. Produk A dijual seharga $0,25; B seharga $3,00; C seharga
$3,50; dan D seharga $5,00. Harga ini merupakan harga pasar dari produk
tersebut pada titik pisah batas. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa
produk-produk tersebut dapat dijual pada titik tersebut. Manajemen
mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih menguntungkan jika produk
tertentu diproses lebih lanjut sebelum dijual. Namun hal tersebut tidak akan
mengubah penggunaan harga jual pada titik pisah batas sebagai dasar
alokasi biaya gabungan. Alokasi biaya gabungan dapat dihitung sebagai
berikut :
Produ Unit Harga Total Rasio nilai Pembagian
k produksi pasar unit harga produk biaya produksi
pada titik pasar terhadap total gabungan
pisah batas harga pasar
A 20.000 $ 0,25 $ 5.000 3,125 % $ 3.750
B 15.000 3,00 45.000 28,125 33.750
C 10.000 3,50 35.000 21,875 26.250
D 15.000 5,00 75.000 46,875 56.250
Total $ 160.000 100,000 % $ 120.000

9
Hasil yang sama juga akan diperoleh apabila total biaya produksi gabungan
($120.000) dibagi dengan total harga pasar dari keempat produk($160.000).
Angka yang dihasilkan sebesar 0,75 merupakan rasio biaya produksi
gabungan dari setiap produk terhadap harga pasarnya. Dengan mengalikan
harga pasar dengan rasio tersebut, biaya gabungan dialokasikan
sebagaimana ditunjukkan ditabel sebelumnya.
Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa
pemprosessan lebih lanjut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut,
dengan asumsi bahwa tidak ada persediaan awal :
Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan-(dolar) 138.000 4.500 36.000 28.000 70.000
Biaya produksi 120.000 3.750 33.750 26.250 56.250
Dikurangi persediaan akhir 16.125 *375 6.750 5.250 3.750
Harga pokok penjualan 103.875 3.375 27.000 21.000 52.500
Laba kotor 34.625 1.125 9.000 7.000 17.500
Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%
*Biaya produksi $3.75020.000 unit produksi= $0.1875 2.000 unit persediaan akhir
=$375
Produk Gabungan yang Tidak Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas.
Produk yang yidak dapat dijual dititik pisah batas, dan oleh karena itu tidak
memiliki harga pasar, memerlukan pemprosessan tambahan sebelum dapat
dijual. Dalam kasus semacam itu, dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah harga pasar hipotesis pada titik pisah batas. Untuk
mengilustrasikan alokasi ini asumsi berikut ini ditambahkan ke contoh
sebelumnya:
Kasus Harga pasar per Biaya pemprosessan lebih lanjut
unit (setelah titik pisah batas)
A $ 0,50 $ 2.000
B 5,00 10.000
C 4,50 10.000
D 8,00 28.000

10
Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemprosessan lebih lanjut dikurangi
dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Beban
pemasaran dan beban administratif yang dapat ditelusuri langsung ke
produk tertentu, serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika
jumlahnya berbeda secara proporsional untuk produk gabungan yang
berbeda. Tabel berikut ini mengindikasikan langkah-langkah yang harus
diambil:
Produk Harga Unit Harga Biaya Harga Pembagi Total Persenta
pasar produksi pasar pemproses pasar an biaya biaya se total
final final san setelah hipotesis produksi produksi biaya
per titik pisah * gabunga produks
unit batas n ** i **
A 0,50 20.000 10.000 2.000 8.000 4.800 6.800 68,0
B 5,00 15.000 75.000 10.000 65.000 39.000 49.000 65,3
C 4,50 10.000 45.000 10.000 35.000 21.000 31.000 68,8
D 8,00 15.000 120.000 28.000 92.000 55.200 83.200 69,3
Total 250.000 50.000 200.000 120.000 170.000 68,0

* Pada titik pisah batas


** Persentase untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan :
$120.000
= = 0,60
$200.000
= 60%; 60%
=
** Persentase biaya produksi dihitung dengan membagi total biaya
* produksi dengan harga pasar final. Misalnya:
$49.000 $170.000
= 0,653 = 65,3% , = $0,68 =
$75.000 $250.000

68%
Jika produk tertentu dapat dijual dititik pisah-batas sementara yang lain
tidak, maka harga pasar pada titik pisah-batas digunakan untuk kelompok
yang pertama. Untuk kelompok yang terakhir, digunakan harga pasar
hipotesis.
Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual yang sama
dengan yang digunakan diilustrasi sebelumnya, tetapi harga jual telah
dinaikkan sebagai akibat dari pemprosessan lebih lanjut.

11
Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan (dolar) 217.000 9.000 60.000 36.000 112.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi 120.000 4.800 39.000 21.000 55.200
gabungan
Biaya pemprosessan 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lebih lanjut
Total 170.000 6.800 49.000 31.000 83.200
Dikurangi persediaan 22.227 680* 9.800 6.200 5.547
akhir
Harga pokok penjualan 147.773 6.120 39.200 24.800 77.653
Laba kotor 69.227 2.280 20.800 11.200 34.347
Persentase laba kotor 32% 32% 35% 31% 31%
* Biaya produksi $6.80020.000unit produksi=$0,34;$0,34x2.000 unit di
persediaan akhir=$680
Laporan sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga semua produk
gabungan memiliki profitabilitas yang sama. Untuk mencapai hal tersebut,
teknik nilai jual dapat dimodifikasi dengan menggunakan persentase laba
kotor secara keseluruhan untuk menentukan laba kotor dari setiap produk.
Dalam tabel berikut ini, laba kotor (23%) dikurangi dari nilai jual untuk
menentukan total biaya. Total biaya kemudian dikurangi dengan biaya
pemprosessan lebih lanjut dari setiap produk untuk menentukan alokasi
biaya gabungan untuk masing-masing produk gabungan tersebut.
Total A B C D
Harga jual final 250.000 10.000 75.000 45.000 120.000
Dikurangi laba kotor 80.000 3.200 24.000 14.400 38.400
32%
Total biaya 170.000 6.800 51.000 30.600 81.600
Biaya pemprosessan 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lebih lanjut

12
Persentase laba kotor 120.000 4.800 41.000 20.600 53.600

Jika harga jual persentase laba kotor, atau biaya pemprosessan lebih lanjut
merupakan estimasi dan bukannya jumlah aktual, maka saldo yang berjudul
biaya gabungan berfungsi sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan aktual.
Metode Biaya Rata-rata per Unit
Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost
method)berusaha untuk mengalokasikan biaya gabungan keproduk
gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya
gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut sebagai biaya
rata-rata per unit. Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi
total biaya gabungan denga total jumlah unit yang diproduksi. Perusahaan
yang menggunakan metide ini berpendapat bahwa semua produk yang
dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya menerima pembagian
biaya gabungan yang besarnya proporsional dengan jumlah unit yang
diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur dengan unit fisik yang
sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga pasar per unit, metode ini
wajar. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur denga satuan yang
sama, dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini
sebaiknya tidak digunakan.
Dengan menggunakan angka-angka dari contoh untuk harga pasar, metode
rata-rata per unit dapat diilustrasikan sebagai berikut :
$120.000
= = $2
$60.000
Produk Unit produk Pembagian biaya produksi
gabungan
A 20.000 $ 40.000
B 15.000 30.000
C 10.000 20.000
D 15.000 30.000
60.000 $ 120.000

13
Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam beberapa kasus, Metode biaya rata-rata per unit (average
unit cost method) tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas
masalah alokasi biaya gabungan, karena unit-unit individual dari berbagai
produk gabungan berbeda secara signifikan. Dalam kasus semacam ini
faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke
setiap unit. Faktor pembobotan disarkan pada atribut-atribut seperti ukuran
unit, tingkat kesulitannya, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit
tersebut, perbedaan dalam jenis tenaga kerja yang digunakan, dan perbedaan
dalam jumlah bahan baku yang digunakan. Barang jadi dari semua jenis
dikalikan dengan faktor pembobotan guna menghitung dasar untuk
mengalokasikan biaya gabungan.
Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan faktor pembobotan yang
dibebankan ke keempat produk di contoh sebelumnya sebagai berikut:
Produk A-3 poin
Produk B-12 poin
Produk C-13,5 poin
Produk D-15 poin
Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya gabungan
diilustrasikan sebagai berikut:
Produ Unit x poin = Rata-rata x Biaya = Pembagian
k produk tertimbang per biaya
unit* produksi
gabungan
A 20.000 3 60.000 $0,20 $ 12.000
B 15.000 12 180.000 $0,20 $ 36.000
C 10.000 13,5 135.000 $0,20 $ 27.000
D 15.000 15 225.000 $0,20 $ 45.000
600.000 $ 120.000
$120.000
* = $600.000 = $0,20

14
Metode Unit Kuantitatif
Metode unit kuantitatif (quantitative unit method)
mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan satuan pengukuran yang
sama, misalnya pon,galon, ton, atau meter persegi. Jika produk gabungan
tidak biasanya diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran
tersebut harus dikonversikan kesatuan yang sama. Misalnya, ketika arang
diproduksi, batu bara, benzol, amonia sulfat, dan gas juga ikut diproduksi
dan masing-masing diukur dalam satuan yang berbeda.
Tabel berikut ini mengilustrasikan metode unit kuantitatif, menggunakan
berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya batu bara
adalah sebesar $40 per ton.
Produk Produk yang Distribusi Bobot produk Biaya per
diperoleh per ton limbah ke yang dihasilkan produk per
batu bara produk yang setelah revisi ton batu
(dalam pon) dihasilkan bara
Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs* 1.389,474 lbs $ 27,790**
Batu bara 120,0 6,316 126,316 2,526
Benzol 21,9 1,153 23,053 $ 0,461
Amonia 26,0 1,368 27,368 $ 0,547
sulfat
Gas 412,1 21,689 433,789 8,676
Limbah (air) 100,0
Total 2.000,0 lbs 100,000 lbs 2.000,00 lbs $ 40,000

*[1.320 : (2.000-100)]=69,474
**(1.389,474 : 2.000)X $40=$27,790
Metode biaya rata-rata per unit, metode rata-rata tertimbang, dan
metode unit kuantitatif dapat menghasilkan biaya produk yang melebihi
harga pasar dari satu atau lebih produk gabungan. Akibatnya, produk
gabungan tersebut tampaknya tidak menguntungkan sementara produk
gabungan yang lain tampaknya menguntungkan. Oleh karena itu pilihan
cara perhitungan biaya memengaruhi biaya produk dan merupakan pilihan
yang arbitrer, maka biasanya dianggapa bahwa metode perhitungan biaya
yang dipilih tidak boleh mengakibatkan timbulnya rugi artifisial (rugi untuk
salah satu produk gabungan sementara laba untuk produk gabungan yang

15
lain). Pada titik pisah-batas, sekelompok produk gabungan bersifat
menguntungkan atau tidak menguntungkan sama sekali. Metode harga
pasar memiliki kelebihan karena metode tersebut menghindari perbedaan
dalam tarif profitabilitas dari produk gabungan. Jika alokasi arbitrer harus
dilakukan, maka paling tidak alokasi tersebut harus bersifat netral.
III. Metode Kalkulasi Produk Sampingan
Metode yang dapat diterima untuk menghitung biaya produk
sampingan terbagi atas dua kategori. Dalam kategori Pertama, biaya
produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan. Dlam kategori
ini, ada dua metode. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk
sampingan dikreditkan ke pendapatan atau biaya produk utama. Metode ini
dibedakan oleh perlakuannya atas pendapatan kotor dari produk sampingan
dan disebut sebagai metode 1. Alternatifnya, biaya produk sampingan
setelah titik pisah batas di-offset dengan pendapatan bersih dari produk
sampingan dan disebut sebagai metode 2.
Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk
sampingan ditampilkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari
kategori ini:
a. Pendapatan lain-lain
b. Tambahan pendapatan penjualan
c. Pengurangan harga pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurangan biaya produksi utama
Dalam metode 2, pendapatan bersih dari produk
sampingan,(pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan
biaya administratif dan pemasaran untuk memasarkan produk sampingan,
kemudian dikurangi lagi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut setelah
titik pisah batas) ditampilkan dilaporan laba rugi sebagai salah satu keempat
kategori untuk metode 1 seperti yang disebutkan diatas.
Dalam kategori yang kedua untuk menghitung biaya produk
sampingan, sebagian biaya gabungan dialoksikan ke produk tersebut.
Alokasi biaya gabungan seperti ini hampir sama dengan perlakuan terhadap
produk gabungan. Nilai persediaan didasarkan pada besarnya biaya

16
gabungan yang digunakan. Metode 3 merupakan metode biaya penggantian,
sedangkan metode 4 adalah metode nilai pasar atau yang juga dikenal
sebagai metode pembatalan atau pembalikan biaya (reversal cost method).
Metode 1 : Pengakuan Pendapatan Kotor
Dengan metode pendapatan kotor, biaya persediaan final dari
produk utama dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung biaya
yang seharusnya dibebankan ke produk sampingan. Keterbatasan ini
dikoreksi di metode 1d, tetapi hanya sebagian, karena yang dikurangi dari
biaya produksi produk utama dalam metode ini adalah nilai jual produk
sampingan dan bukannya biaya produksinya.

Metode 1a : Pendapatan Produk Sampingan sebagai Pendapatan Lain-


lain. Metode ini diilustrasikan dalam laporan laba rugi dibawah ini. Dengan
asumsi bahwa pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan adalah
sebesar $ 1.500:
Penjualan (produk utama, 10.000 unit @$2) $ 20.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal (1.000 unit @ $ 1,50) $ 1.500
Total biaya produksi(11.000 unit @$ 1,50) $ 16.500
Tersedia untuk dijual $ 18.000
Persediaan akhir (2.000 unit @ $ 1,50) $ 3.000 $ 15.000
Laba kotor $ 5.000
Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000
Laba operasi $ 3.000
Pendapatan lain-lain: pendapatan penjualan produk $ 1.500
sampingan
Laba sebelum pajak $ 4.500

Metode 1b : Pendapatan Produk Sampingan sebagai Tambahan


Pendapatan Penjualan. Untuk metode ini, laporan laba rugi diatas akan
menampilkan $ 1.500 dari pendapatan penjualan produk sampingan sebagai
bahan penjualan atas produk utama. Akibatnya, total pendapatan penjualan
berubah menjadi sebesar $15.000 harga pokok penjualan produk utama,
sehingga laba kotor dan laba operasi akan meningkat sebesar $ 1.500

17
dibandingkan dengan yang ditampilkan dilaporan laba rugi diatas. Laba
sebelum pajak akan tetap sebesar $4.500.

Metode 1c : pendapatan Produk Sampingan sebagai Pengurang Harga


Pokok Penjualan. Dalam metode ini, $1.500 dari pendapatan penjualan
produk sampingan dikurangkan dari $15.000 harga pokok penjualan produk
utama, sehingga laba kotor dan laba operasi akan meningkat sebesar $1.500
dibanding dengan yang ditampilkan di laporan laba rugi diatas. Laba
sebelum pajak akan tetap sebesar $ 4.500.

Metode 1d : Pendapatan Produk Sampingan Mengurangi Biaya


Produksi. Dalam metode ini, $ 1.500 dari pendapatan penjualan produk
sampingan dikurangkan dari $16.500 total biaya produksi, sehingga biaya
produksi bersih yang ditampilkan dalam laporan laba rugi berikut ini $
1.500. Biaya produksi yang sudah direvisi ini mengakibatkan rata-rata biaya
over unit produk utama menjadi sebesar $ 1,3625. Biaya yang dibebankan
ke persediaan akhir produk utama menjadi sebesar $2.725 dan bukannya
$3.000. Dengan cara yang hampir sama, biaya persediaan awal yang
berkurang ($1,35 per unit seperti yang diilustrasikan dilaporan laba rugi
berikut ini), disebabkan karena pendapatan dari penjualan produk
sampingan diperiode sebelumnya dikreditkan ke biaya produksi produk
utama diperiode yang sama. Dan ketiga metode sebelumnya, tidak ada
satupun yang mempengaruhi biaya perunit yang dilaporkan untuk produk
utama. Hal ini adalah perbedaan penting dalam perhitungan biaya produk,
meskipun pada umumnya dampak dari metode ini dalam nilai dolar adalah
relatif kecil. Laporan laba rugi akan ditampilkan sebagai berikut:
Penjualan (produk utama 10.000 unit @$ 2) $ 20.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal(1.000 unit @$1,35) $ 1.350
Total biaya produksi(11.000 unit @$1,50) $ 16.500
Pendapatan dari penjualan produk sampingan $ 1.500
Biaya produksi bersih $ 15.000

18
Tersedia untuk dijual (12.000 unit @ $1,3625 $ 16.350
biaya rata-rata)
Persediaan akhir(12.000 unit @$1,3625) $ 2.725 $ 13.625
Laba kotor $ 6.375
Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000
Laba operasi $ 4.375

Untuk metode yang terakhir dijelaskan ini, tidak diperlukan ayat jurnal yang
rumit. Pendapatan yang diterima dari penjualan produk sampingan didebit
ke kas atau piutang usaha. Dalam ketiga metode sebelumnya, Pendapatan
dari Penjualan Produk Sampingan yang dikreditkan; sedangkan dalam
metode yang keempat, biaya produksi dari produk utama. Hal ini biasanya
dilakukan dengan mengkreditkan barang dalam proses.

Metode 2 : Pengakuan Pendapatan Bersih


Dalam metode ini menyadari adanya kebutuhan untuk
membebankan biaya yang dapat ditelusuri ke produk sampingan. Akan
tetapi, metode ini tidak berusaha untuk mengalokasikan biaya produksi
gabungan ke produksi gabungan ke produk sampingan. Biaya yang terjadi
setelah titik pisah batas guna memproses maupun memasarkan produk
sampingan dicatat dalam akun yang terpisah dari produk utama. Angka
produk sampingan ditampilkan dilaporan laba rugi dengan menggunakan
salah satu tampilan yang dijelaskan dalam metode 1
Ayat jurnal dalam metode 2 melibatkan pembebanan biaya yang terjadi
setelah titik pisah batas ke pendapatan produk sampingan. Beban pemasaran
dan administratif juga dialokasikan ke produk sampinngan. Beberapa
perusahaan memiliki satu akun yang berjudul Produk Sampingan. Semua
biaya terjadi setelah titik pisah batas didebit ke akun ini, sementara
pendapatan yang diperoleh dikreditkan ke akun tersebut. Saldo dari akun ini
ditampilkan dilaporan laba rugi, dengan mengikuti salah satu cara yang
dijelaskan dalam metode 1. Akumulasi biaya produksi yang dapat

19
dibebankan ke persediaan produk sampingan yang belum terjual dilaporkan
dineraca.

Metode 3 : Metode Biaya Penggantian


Dalam metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan itu sendiri.
Adanya produk sampingan menghilangkan kebutuhan untuk membeli
bahan baku yang serupa dari pemasok. Biaya produksi dari produk utama
dikreditkan, dan debitnya diposting ke departemen yang menggunakan
produk sampingan tersebut. Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebut
merupakan biaya pembelian atau biaya penggantiannya.
Perhitungan biaya produk sampingan yang digunakan dalam perusahaan.
Misalnya, suatu harga transfer bisa diterapkan berdasarkan biaya untuk
berdasarkan harga arbitrer mungkin saja digunakan. Apa pun harga yang
dipakai, biaya produksi produk utama yang menghasilkan produk
sampingan dikredit, dan debitny diposting ke departemen yang
menggunakan produk sampingan tersebut.

Metode 4 : Metode Harga Pasar (Pembatalan Biaya Reversal Cost)


Metode harga pasar, atau metode pembatalan biaya pada dasarnya
hampir serupa dengan teknik yang diilustrasikan metode 1d. Tetapi, metode
tersebut mengurangi biaya produksi dari produk utama, bukan dengan
pendapatan aktual yang diterima, melainkan dengan estimasi nilai produk
sampingan pada saat dijual. Akun produk sampinngan dibebankan dengann
nilai estimasi ini, dan biaya estimasi dari produk utama di kredit. Tambahan
biaya bahan baku, tenaga kerja, atau overhead pabrik yang terjadi setelah
titik pisah batas dibebankan ke produk sampingan. Saldo dari akun ini dapat
ditampilkan di laporan laba rugi dengan salah satu cara yang telah dijelaskan
di metode 1. Biaya produksi yang dapat dibebankan ke persediaan produk
sampingan yang belum terjual dilaporkan di neraca.
Metode harga pasar (pembatalan biaya) dalam menghitung biaya produk
utama dan produk sampingan dapat diilustrasikan sebagai berikut :

20
Item sampingan Produk Produk
utama
Bahan baku $ 50.000
Tenaga kerja $ 70.000
Overhead pabrik $ 40.000
Total biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000
Harga pasar (5.000 unit @$1,80) $ 9.000
Estimasi laba kotor terdiri atas:
Asumsi laba operasi (20% dari harga $ 1.800
jual)
Beban pemasaran dan administrasi (5% $ 450 $ 2.250
dari harga jual)
$ 6.750
Estimasi biaya produksi setelah titik
pisah batas
Bahan baku $ 1.000
Tenaga kerja $ 1.200
Overhead pabrik $ 300 $ 2.500
Estimasi nilai produk nilai sampingan $ 4.250 $ 4.250
dititik pisah batas yang akan
dikreditkan ke produk utama
Biaya bersih dari produk utama $ 155.000
Ditambah biaya produksi aktual setelah $ 2.300
titik pisah batas
Total $ 6.550
Total jumlah unit $ 40.000 $ 5.000
Biaya per unit $3.894 $1,31
Ilustrasi ini menunjukkan bahwa nilai estimasi dari produk
sampingan pada titik pisah batas, dihitung dengan cara mengestimasikan
laba kotor dan biaya produksi setelah titik pisah batas, dari produk
sampingan, lalu mengurangkannya dari harga pokok pasar finalnya.
Alternatif lain, jika produk sampingan memiliki nilai pasar pada titik pisah
batas, maka akun produk sampinga dibebankan dengan nilai pasar tersebut

21
dikurangi dengan estimasi laba kotor. Lawannya dikreditkan ke biaya
produksi produk utama.
Metode 4 didasarkan pada ide bahwa biaya produk sampingan
berkaitan dengan nilai jualnya. Mungkin juga untuk menggunakan
gabungan total dasar pasar dari produk utama dan produk sampingan pada
titik pisah batas sebagai dasar untuk mengalokasikan bagian biaya ke
produk sampingan. Lawannya dikredit ke biaya produksi dari produk utama.
Dalam pendekatan ini, perlakuan terhadap produk sampingan serupa
dengan produk gabungan, sebagaimana dijelaskan baik dalam kasus
apapun, biaya produk sampingan yang terjadi setelah titik pisah batas
dibebenakan ke produk sampingan.
IV. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan

Terdapat beberapa metode mengakui produk sampingan, yaitu :


a. Sebagai tambahan penjualan
b. Beban pada harga pokok penjualan
c. Beban pada harga pokok produksi
d. Diakui sebagai pendapatan lain-lain
Contoh :
Perusahaan minyak kelapa yang membuat produk minyak kelapa dengan
kapasitas 100.000 liter pertahun. Dari poduk minyak, dihasilkan juga
ampas minyak sebanyak 5.000 kg. Harga minyak per liter Rp 1.000,- dan
ampas minyak yang bisa dijual sebesar Rp 100,-/kg. Biaya produksi untuk
minyak Rp 60.000.000,- biaya operasi Rp 10.000.000,- pendapatan bunga
Rp 2.500.000,-. Tahun 2011 minyak yang terjual 80.000 liter.
Produk Sampingan diakui sebagai Tambahan Penjualan
LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan minyak 80.000 x @Rp 80.000.000
1.000,-
Penjualan ampas minyak 5.000 x @Rp 500.000
100,-

22
Jumlah Penjualan 80.500.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Produk siap dijual 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.500.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan diluar operasi
Bunga bank 2.500.000
Laba bersih 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Penjualan


LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan minyak 80.000 x @ Rp 1.000 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
Harga Pokok Penjualan 48.000.000
Penjualan produk sampingan 500.000
Harga pokok penjualan bersih 47.500.000
Laba kotor operasi 32.500.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan bunga 2.500.000
Laba operasi 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Produksi


LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2011

23
Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Hasil produk sampingan (500.000)
Biaya produksi bersih 59.500.000
Persediaan 31 Desember 2011 (11.900.000)
Harga Pokok Penjualan 47.600.000
Laba kotor 32.400.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan bunga 2.500.000
Laba bersih 24.900.000
Diakui sebagai Pendapatan Lain-lain
LAPOAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.000.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 2.500.000
Penjualan produk sampingan 500.000
3.000.000
Laba bersih 25.000.000

V. Analisis Biaya Gabungan untuk Pengambilan Keputusan

Metode alokasi biaya gabungan mengindikasikan bahwa jumlah


biaya yang akan dibebankan ke berbagai produk yang akan dihasilkan pada
titik pisah batas adalah sulit untuk pembebanan biaya gabungan tidak

24
memecahkan masalah. Ide yang lebih maju mengatakan bahwa penentuan
biaya individual atas produk sampai pada titik pisah batas tidak diperlukan,
karena adalah lebih penting untuk pengambilan keputusan apakah akan
melakukan pemprosesan lebih lanjut atau tidak. Konsep biaya dalam
pengambilan keputusan jenis biaya yang harus diketahui oleh Decision
Maker:

1. Biaya Eksplisit (Explisiy Cost)


Biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan input yang dibutuhkan
dalam proses produksi. Contoh : biaya material, upah, gaji, bunga,
sewa dll.
2. Biaya Implisit (Implicit Cost)
Harga dari setiap input yang dimiliki oleh perusahaan dan yang
digunakan dalam produksi. Biaya implisit bukan pengeluaran,
namun harus dikurangkan dari pendapatan agar dapat dihitung
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari suatu keputusan secara
tepat. Contoh : pabrik, mesin dan peralatannya yang mempunyai
opportunity cost.
3. Opportunity Cost
Biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan.
Contoh : gaji pemilik perusahaan.
4. Incremental Cost
Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output.
5. Sunk Cost
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum terjadinya
suatu keputusan.
Keputusan Proses Bersama
Terdapat empat poin keputusan manajemen dalam proses produksi
bersama. Sebelum mencurahkan sumber daya untuk proses produksi
bersama, manajemen terlebih dahulu harus memutuskan apakah perkiraan
pendapatan total dari penjualan produk bersama cenderung melebihi
perkiraan biaya pengelolahan total. Biaya bersama, biaya pengolahan

25
terpisah setelah split-off, dan biaya penjualan atau pengolahan limbah harus
dimasukkan ke dalam perhitungan ini. Oleh karena proses bersama
memberikan hasil berupasekeranjang produk, beberapa biaya pengolahan
tambahan mungkin timbul dalam pembuatan produk yang akan dijual, atau
biaya pengolahan limbah mungkin memerlukan banyak bahan limbah.
Setelah biaya proses bersama muncul, biaya tersebut akan beralih menjadi
sunk cost terlepas apakah produk dapat dijual pada akhir proses bersama
atau pada jumlah berapa.
Jika pendapatan total yang dperkirakan dari sekeranjang produk
melebihi biaya bersama dan biaya terpisah(separate cost) yang diperkirakan,
manajer harus membandingkan pendapatan dari penggunaan sumber daya
perusahaan. Jika pendapatan proses bersama melebihi pendapatan dari
penggunaan lain, manajemen akan memutuskan bahwa proses produksi
bersama adalah penggunaan terbaik dari kapasitas yang dimiliki dan
produksi akan dapat dimulai.
Dua keputusan berikutnya dibuat di batas split-off. Keputusan ketiga
adalah untuk menentukan bagaimana mengklasifikasikan produk proses
bersama. Beberapa produk akan diutamakan,yang lainnya akan
digolongkan produk sampingan, sisa, atau limbah. Klasifikasi keputusan ini
diharuskan oleh fakta bahwa biaya bersama hanya diarahkan pada produk
bersama. Bagaimanapun, sebelum mengalokasikan biaya bersama perlu
diingat bahwa total biaya mungkin dikeluarkan untuk ini dapat dikurangi
dengan nilai penjualan produk sampingan dan sisa.
Keputusan keempat adalah yang paling kompleks manajemen harus
memutuskan apakah akan menjual (salah satu atau semua) produk bersama
pada batas split-off atau memprosesnya lebih lanjut. Jika produk primer
dapat terjual pada split-off, pengelolahan lebih lanjut harus dilakukan hanya
jika nilai yang ditambahkan untuk produk, seperti tercermin dari pendapatan
tambahan melebihi biaya tambahan. Jika produk primer tidak dapat dijual
pada split-off, biaya tambahan harus dikeluarkan untuk produk yang dapat
dijual. Untuk produk nonprimer,manajemen juga harus memperkirakan
apakah pendapatan bertambah dari pengolahan lanjut akan melebihi biaya

26
pengolahan lanjutan.jika proses tambahan tidak memberikan keuntungan
neto, produk, yang dapa dijual tidak harus dijual tanpa proses lanjutan
setelah batas split-off.
Untuk menggambarkan keputusan pengolahan lanjutan, misalnya
bahwa daging ayam untuk memiliki harga jual $0,96 per pon di split-off
dan berapa harga jual minimum untuk bagian ayam yang dapat dimakan
setelah proses lanjutan adalah $1,06 per pon.jika biaya pengolahan lanjutan
kurang dari $0,10 per pon, pendapatan tambahan $0,10 ($1,06-$0,96)
melebihi biaya tambahan dalam proses lanjutan harus dilaksanakan.
Perhatikan bahwa tidak ada bagian dari biaya bersama yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan karena biaya tersebut tenggelam/
sink dan tidak bisa diperoleh kembali. Dengan demikian satu-satunya aset
yang relevan dalam keputusan untuk proses lanjutan adalah pendapatan
tambahan dan biaya tambahan.
Dalam membuat keputusan pada titik penjualan yang potensial,
manajer harus memiliki perkiraan wajar atas harga jual untuk setiap jenis
produk bersama. Harga jual yang diharapkan harus didasarkan pada faktor
pasar. Dlam jangka panjang, harga jual dan volume produk harus cukup
untuk menutup biaya total. Namun, pengaruh ekonomi langsung pada harga
jual pengaturan, seperti harga pesaing dan kepekaan konsumen terhadap
perubahan harga juga perlu diperhitungkan ketika memperkirakan harga
jual dan pendapatan.

27
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam
produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai
produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari
sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan
terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya dua atau
lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual
atau diproses lebih lanjut.
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih
besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk
sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi
perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk,
kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai
keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya.
Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka
dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang
dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama.

28
Bahwa dari ringkasan data diatas dimana telah dijelaskan mengenai apa itu
produk sampingan dan gabungan dimana pada resume ini terdapat :
1. Pengertian produk gabungan dan produk sampingan.
2. Metode -metode alokasi biaya produksi gabungan ke produk gabungan.
3. Metode kalkulasi produk sampingan.
4. Perlakuan akutansi produk sampingan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2004

Mulyadi.2010.Akuntansi biaya.Yogyakarta:Ykpn

Nuri Bisinarawati. 2014. Produk Gabungan dan Sampingan.


https://www.academia.edu/6618661/produk_gabungan_dan_sampingan, di akses
pada 14 November 2017 Pukul 11.34.

risa riztanti. 2016. Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan,
http://risaristanti.blogspot.co.id/2016/04/makalah-harga-pokok-produk-bersama-
dan.html, Di akses pada 14 November 2017 Pukul 11.38.

Junia Purnami. 2016. Akuntansi Produk Bersama dan Produk Sampingan.


http://purnamiap.blogspot.co.id/2016/01/akuntansi-produk-bersama-dan-
produk.html, di akses pada 14 November 2017 Pukul 11.41

30

Anda mungkin juga menyukai