MENBI
MENBI
MENBI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI NON REGULER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN AJARAN GANJIL 2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang alokasi biaya departemen produk gabungan dan produk
sampingan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang alokasi biaya
departemen produk gabungan dan produk sampingan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
ISI
4
Nilai Jual Relatif Tinggi Lebih Rendah
Pembuatan Produk Tujuan Utama Sampingan (tidak bertujuan
memproduksi produk ini)
Harga Pokok Produksi Alokasi Sebanding Sering kali tidak dibebani biaya
produksi
Jenis Harga jual Unit Jumlah penjualan Persentase Alokasi biaya bersama
produk produk relatif
(1) (2) (3) (4) (5)
(1x2) (4x biaya bersama)
Sabun A Rp 200,- 30.000 Rp 6.000.000,- 40% Rp 3.600.000,-
Sabun B Rp 150,- 40.000 Rp 6.000.000,- 40% Rp 3.600.000,-
Sabun C Rp 150,- 20.000 Rp 3.000.000,- 20% Rp 1.800.000,-
6.000.000
= 100% = 40% 40% Rp 9.000.000= Rp 3.600.000
15.000.000
20% Rp 9.000.000= Rp
3.000.000
= 100% = 20% 1.800.000
15.000.000
5
Contoh :
Apabila timbul biaya terpisah misalnya produk SA= Rp 2.000.000; produk
SB=Rp 2.000.000 tetapi produl SC tidal memerlukan tambahan biaya, maka
alokasi biaya bersama dengan metode relatif harga pasar (dengan asumsi
harga jual perunit sesudah biaya terpisah ) SA=Rp 300,-; SB= Rp 250,-
maka perhitungan biaya bersama adalah :
Jenis Harga Unit Hasil penjualan Biaya Harga jual Persent Alokasi biaya
produ jual per produksi terpisah relatif ase bersama
k unit relatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(2) x (3) (4)-(5) (7)x biaya
bersama
SA Rp 300,- 30.000 Rp 9.000.000 Rp 2.000.000 Rp 7.000.000 38,89 Rp 3.500.100,-
%
SB Rp 250,- 40.000 Rp 10.000.000 Rp 2.000.000 Rp 8.000.000 44,44 Rp 3.999.600,-
%
SC Rp 150,- 20.000 Rp 3.000.000 - Rp 3.000.000 16,67 Rp 1.500.300,-
%
Rp 18.000.000 100% Rp 9.000.000
7.000.000
= 100% = 38,89%
18.000.000
3.000.000
= 100% = 16,67% 16,67% Rp 9.000.000= Rp 1.500.300
18.000.000
6
SC 20.000 22,23% Rp 2.000.700,-
90.000 100% Rp 9.000.000,-
30.000
= 100% = 33,33%
90.000
33,33% Rp 9.000.000 = Rp 2.999.700
40.000
= 100% = 44,44% 44,44% Rp 9.000.000= Rp 3.999.600
90.000
7
b. Metode biaya-biaya per unit.
c. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan
yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti
berat, ukuran linear, atau volume.
Metode Harga Pasar
Pendukung metode harga pasar sering kali berpendapat bahwa harga
pasar dari produk apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi dari
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya. Anggapannya adalah
bahwa jika suatu produk harganya lebih mahal daripada produk lain, hal
tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya
lebih besar. Dengan kata lain, jika bukan karena biaya, maka harga jual tidak
akan ada. Tetapi, berdasarkan definisinya, usaha yang diperlukan. Jika dapat
ditentukan, maka alokasi dapat dihitung berdasarkan jumlah relatif dari
usaha yang diperlukan untuk setiap produk gabungan. Lebih lanjut lagi,
menurut teori ekonomi, harga dalam ekonomi dengan pasar yang kompetitif
ditentukan berdasarkan kelangkaan dari barang yang diminta oleh
pelanggan, bukan berdasarkan biaya relatif untuk memproduksi barang
tersebut.
Argumen lain untuk menggunakan harga pasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah bahwa metode ini netral. Berarti, metode ini tidak
mempengaruhi profitabilitas relatif dari produk gabungan. Keputusan yang
harus dibuat berdasarkan pada suatu analisis atas profitabilitas relatif dari
berbagai produk gabungan tidak terdistorsi oleh alokasi biaya metode harga
pasar akan menyebabkan setiap produk gabungan memiliki tarif laba kotor
yang sama per dolar penjualan.
Pilihan atas berbagai metode akuntansi cenderung untuk arbitrer
ketika proporsi produk gabungan yang menyusun bauran output tidak dapat
diubah. Tetapi, pilihan tersebut tidak akan arbitrer bila proporsi dapat
bervariasi dan terdapat hubungan antara total biaya gabungan dengan total
nilai output. Hal tersebut mengimplikasikan dukungan rasional yang kuat
8
bagi metode harga pasar atau harga jual jika, untuk input tertentu ke proses
produksi gabungan, dua kondisi berikut terpenuhi :
1. Bauran fisik dari output dapat diubah dengan mengeluarkan lebih
banyak (atau lebih sedikit) biaya gabungan relatif terhadap biaya
produksi lainnya, dan
2. Jika perubahan tersebut menghasilkan total nilai pasar yang lebih
besar (atau lebih kecil)
Produk Gabungan yang Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Metode
harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar relatif
dari produk gabungan. Metode ini total harga pasar dari setiap produk, yaitu
jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit. Untuk
mengilustrasikan hal ini, asumsikan produk gabungan A, B, C, dan D
diproduksi dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas yang
diproduksi adalah A= 20.000 unit, B= 15.000 unit, C= 10.000 unit, dan D=
15.000 unit. Produk A dijual seharga $0,25; B seharga $3,00; C seharga
$3,50; dan D seharga $5,00. Harga ini merupakan harga pasar dari produk
tersebut pada titik pisah batas. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa
produk-produk tersebut dapat dijual pada titik tersebut. Manajemen
mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih menguntungkan jika produk
tertentu diproses lebih lanjut sebelum dijual. Namun hal tersebut tidak akan
mengubah penggunaan harga jual pada titik pisah batas sebagai dasar
alokasi biaya gabungan. Alokasi biaya gabungan dapat dihitung sebagai
berikut :
Produ Unit Harga Total Rasio nilai Pembagian
k produksi pasar unit harga produk biaya produksi
pada titik pasar terhadap total gabungan
pisah batas harga pasar
A 20.000 $ 0,25 $ 5.000 3,125 % $ 3.750
B 15.000 3,00 45.000 28,125 33.750
C 10.000 3,50 35.000 21,875 26.250
D 15.000 5,00 75.000 46,875 56.250
Total $ 160.000 100,000 % $ 120.000
9
Hasil yang sama juga akan diperoleh apabila total biaya produksi gabungan
($120.000) dibagi dengan total harga pasar dari keempat produk($160.000).
Angka yang dihasilkan sebesar 0,75 merupakan rasio biaya produksi
gabungan dari setiap produk terhadap harga pasarnya. Dengan mengalikan
harga pasar dengan rasio tersebut, biaya gabungan dialokasikan
sebagaimana ditunjukkan ditabel sebelumnya.
Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa
pemprosessan lebih lanjut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut,
dengan asumsi bahwa tidak ada persediaan awal :
Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan-(dolar) 138.000 4.500 36.000 28.000 70.000
Biaya produksi 120.000 3.750 33.750 26.250 56.250
Dikurangi persediaan akhir 16.125 *375 6.750 5.250 3.750
Harga pokok penjualan 103.875 3.375 27.000 21.000 52.500
Laba kotor 34.625 1.125 9.000 7.000 17.500
Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%
*Biaya produksi $3.75020.000 unit produksi= $0.1875 2.000 unit persediaan akhir
=$375
Produk Gabungan yang Tidak Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas.
Produk yang yidak dapat dijual dititik pisah batas, dan oleh karena itu tidak
memiliki harga pasar, memerlukan pemprosessan tambahan sebelum dapat
dijual. Dalam kasus semacam itu, dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan adalah harga pasar hipotesis pada titik pisah batas. Untuk
mengilustrasikan alokasi ini asumsi berikut ini ditambahkan ke contoh
sebelumnya:
Kasus Harga pasar per Biaya pemprosessan lebih lanjut
unit (setelah titik pisah batas)
A $ 0,50 $ 2.000
B 5,00 10.000
C 4,50 10.000
D 8,00 28.000
10
Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemprosessan lebih lanjut dikurangi
dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Beban
pemasaran dan beban administratif yang dapat ditelusuri langsung ke
produk tertentu, serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika
jumlahnya berbeda secara proporsional untuk produk gabungan yang
berbeda. Tabel berikut ini mengindikasikan langkah-langkah yang harus
diambil:
Produk Harga Unit Harga Biaya Harga Pembagi Total Persenta
pasar produksi pasar pemproses pasar an biaya biaya se total
final final san setelah hipotesis produksi produksi biaya
per titik pisah * gabunga produks
unit batas n ** i **
A 0,50 20.000 10.000 2.000 8.000 4.800 6.800 68,0
B 5,00 15.000 75.000 10.000 65.000 39.000 49.000 65,3
C 4,50 10.000 45.000 10.000 35.000 21.000 31.000 68,8
D 8,00 15.000 120.000 28.000 92.000 55.200 83.200 69,3
Total 250.000 50.000 200.000 120.000 170.000 68,0
68%
Jika produk tertentu dapat dijual dititik pisah-batas sementara yang lain
tidak, maka harga pasar pada titik pisah-batas digunakan untuk kelompok
yang pertama. Untuk kelompok yang terakhir, digunakan harga pasar
hipotesis.
Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual yang sama
dengan yang digunakan diilustrasi sebelumnya, tetapi harga jual telah
dinaikkan sebagai akibat dari pemprosessan lebih lanjut.
11
Total A B C D
Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan (dolar) 217.000 9.000 60.000 36.000 112.000
Harga pokok penjualan:
Biaya produksi 120.000 4.800 39.000 21.000 55.200
gabungan
Biaya pemprosessan 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lebih lanjut
Total 170.000 6.800 49.000 31.000 83.200
Dikurangi persediaan 22.227 680* 9.800 6.200 5.547
akhir
Harga pokok penjualan 147.773 6.120 39.200 24.800 77.653
Laba kotor 69.227 2.280 20.800 11.200 34.347
Persentase laba kotor 32% 32% 35% 31% 31%
* Biaya produksi $6.80020.000unit produksi=$0,34;$0,34x2.000 unit di
persediaan akhir=$680
Laporan sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga semua produk
gabungan memiliki profitabilitas yang sama. Untuk mencapai hal tersebut,
teknik nilai jual dapat dimodifikasi dengan menggunakan persentase laba
kotor secara keseluruhan untuk menentukan laba kotor dari setiap produk.
Dalam tabel berikut ini, laba kotor (23%) dikurangi dari nilai jual untuk
menentukan total biaya. Total biaya kemudian dikurangi dengan biaya
pemprosessan lebih lanjut dari setiap produk untuk menentukan alokasi
biaya gabungan untuk masing-masing produk gabungan tersebut.
Total A B C D
Harga jual final 250.000 10.000 75.000 45.000 120.000
Dikurangi laba kotor 80.000 3.200 24.000 14.400 38.400
32%
Total biaya 170.000 6.800 51.000 30.600 81.600
Biaya pemprosessan 50.000 2.000 10.000 10.000 28.000
lebih lanjut
12
Persentase laba kotor 120.000 4.800 41.000 20.600 53.600
Jika harga jual persentase laba kotor, atau biaya pemprosessan lebih lanjut
merupakan estimasi dan bukannya jumlah aktual, maka saldo yang berjudul
biaya gabungan berfungsi sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya
gabungan aktual.
Metode Biaya Rata-rata per Unit
Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost
method)berusaha untuk mengalokasikan biaya gabungan keproduk
gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya
gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut sebagai biaya
rata-rata per unit. Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi
total biaya gabungan denga total jumlah unit yang diproduksi. Perusahaan
yang menggunakan metide ini berpendapat bahwa semua produk yang
dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya menerima pembagian
biaya gabungan yang besarnya proporsional dengan jumlah unit yang
diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur dengan unit fisik yang
sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga pasar per unit, metode ini
wajar. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur denga satuan yang
sama, dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini
sebaiknya tidak digunakan.
Dengan menggunakan angka-angka dari contoh untuk harga pasar, metode
rata-rata per unit dapat diilustrasikan sebagai berikut :
$120.000
= = $2
$60.000
Produk Unit produk Pembagian biaya produksi
gabungan
A 20.000 $ 40.000
B 15.000 30.000
C 10.000 20.000
D 15.000 30.000
60.000 $ 120.000
13
Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam beberapa kasus, Metode biaya rata-rata per unit (average
unit cost method) tidak memberikan jawaban yang memuaskan atas
masalah alokasi biaya gabungan, karena unit-unit individual dari berbagai
produk gabungan berbeda secara signifikan. Dalam kasus semacam ini
faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke
setiap unit. Faktor pembobotan disarkan pada atribut-atribut seperti ukuran
unit, tingkat kesulitannya, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit
tersebut, perbedaan dalam jenis tenaga kerja yang digunakan, dan perbedaan
dalam jumlah bahan baku yang digunakan. Barang jadi dari semua jenis
dikalikan dengan faktor pembobotan guna menghitung dasar untuk
mengalokasikan biaya gabungan.
Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan faktor pembobotan yang
dibebankan ke keempat produk di contoh sebelumnya sebagai berikut:
Produk A-3 poin
Produk B-12 poin
Produk C-13,5 poin
Produk D-15 poin
Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya gabungan
diilustrasikan sebagai berikut:
Produ Unit x poin = Rata-rata x Biaya = Pembagian
k produk tertimbang per biaya
unit* produksi
gabungan
A 20.000 3 60.000 $0,20 $ 12.000
B 15.000 12 180.000 $0,20 $ 36.000
C 10.000 13,5 135.000 $0,20 $ 27.000
D 15.000 15 225.000 $0,20 $ 45.000
600.000 $ 120.000
$120.000
* = $600.000 = $0,20
14
Metode Unit Kuantitatif
Metode unit kuantitatif (quantitative unit method)
mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan satuan pengukuran yang
sama, misalnya pon,galon, ton, atau meter persegi. Jika produk gabungan
tidak biasanya diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran
tersebut harus dikonversikan kesatuan yang sama. Misalnya, ketika arang
diproduksi, batu bara, benzol, amonia sulfat, dan gas juga ikut diproduksi
dan masing-masing diukur dalam satuan yang berbeda.
Tabel berikut ini mengilustrasikan metode unit kuantitatif, menggunakan
berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya batu bara
adalah sebesar $40 per ton.
Produk Produk yang Distribusi Bobot produk Biaya per
diperoleh per ton limbah ke yang dihasilkan produk per
batu bara produk yang setelah revisi ton batu
(dalam pon) dihasilkan bara
Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs* 1.389,474 lbs $ 27,790**
Batu bara 120,0 6,316 126,316 2,526
Benzol 21,9 1,153 23,053 $ 0,461
Amonia 26,0 1,368 27,368 $ 0,547
sulfat
Gas 412,1 21,689 433,789 8,676
Limbah (air) 100,0
Total 2.000,0 lbs 100,000 lbs 2.000,00 lbs $ 40,000
*[1.320 : (2.000-100)]=69,474
**(1.389,474 : 2.000)X $40=$27,790
Metode biaya rata-rata per unit, metode rata-rata tertimbang, dan
metode unit kuantitatif dapat menghasilkan biaya produk yang melebihi
harga pasar dari satu atau lebih produk gabungan. Akibatnya, produk
gabungan tersebut tampaknya tidak menguntungkan sementara produk
gabungan yang lain tampaknya menguntungkan. Oleh karena itu pilihan
cara perhitungan biaya memengaruhi biaya produk dan merupakan pilihan
yang arbitrer, maka biasanya dianggapa bahwa metode perhitungan biaya
yang dipilih tidak boleh mengakibatkan timbulnya rugi artifisial (rugi untuk
salah satu produk gabungan sementara laba untuk produk gabungan yang
15
lain). Pada titik pisah-batas, sekelompok produk gabungan bersifat
menguntungkan atau tidak menguntungkan sama sekali. Metode harga
pasar memiliki kelebihan karena metode tersebut menghindari perbedaan
dalam tarif profitabilitas dari produk gabungan. Jika alokasi arbitrer harus
dilakukan, maka paling tidak alokasi tersebut harus bersifat netral.
III. Metode Kalkulasi Produk Sampingan
Metode yang dapat diterima untuk menghitung biaya produk
sampingan terbagi atas dua kategori. Dalam kategori Pertama, biaya
produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan. Dlam kategori
ini, ada dua metode. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk
sampingan dikreditkan ke pendapatan atau biaya produk utama. Metode ini
dibedakan oleh perlakuannya atas pendapatan kotor dari produk sampingan
dan disebut sebagai metode 1. Alternatifnya, biaya produk sampingan
setelah titik pisah batas di-offset dengan pendapatan bersih dari produk
sampingan dan disebut sebagai metode 2.
Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk
sampingan ditampilkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari
kategori ini:
a. Pendapatan lain-lain
b. Tambahan pendapatan penjualan
c. Pengurangan harga pokok penjualan dari produk utama
d. Pengurangan biaya produksi utama
Dalam metode 2, pendapatan bersih dari produk
sampingan,(pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan
biaya administratif dan pemasaran untuk memasarkan produk sampingan,
kemudian dikurangi lagi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut setelah
titik pisah batas) ditampilkan dilaporan laba rugi sebagai salah satu keempat
kategori untuk metode 1 seperti yang disebutkan diatas.
Dalam kategori yang kedua untuk menghitung biaya produk
sampingan, sebagian biaya gabungan dialoksikan ke produk tersebut.
Alokasi biaya gabungan seperti ini hampir sama dengan perlakuan terhadap
produk gabungan. Nilai persediaan didasarkan pada besarnya biaya
16
gabungan yang digunakan. Metode 3 merupakan metode biaya penggantian,
sedangkan metode 4 adalah metode nilai pasar atau yang juga dikenal
sebagai metode pembatalan atau pembalikan biaya (reversal cost method).
Metode 1 : Pengakuan Pendapatan Kotor
Dengan metode pendapatan kotor, biaya persediaan final dari
produk utama dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung biaya
yang seharusnya dibebankan ke produk sampingan. Keterbatasan ini
dikoreksi di metode 1d, tetapi hanya sebagian, karena yang dikurangi dari
biaya produksi produk utama dalam metode ini adalah nilai jual produk
sampingan dan bukannya biaya produksinya.
17
dibandingkan dengan yang ditampilkan dilaporan laba rugi diatas. Laba
sebelum pajak akan tetap sebesar $4.500.
18
Tersedia untuk dijual (12.000 unit @ $1,3625 $ 16.350
biaya rata-rata)
Persediaan akhir(12.000 unit @$1,3625) $ 2.725 $ 13.625
Laba kotor $ 6.375
Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000
Laba operasi $ 4.375
Untuk metode yang terakhir dijelaskan ini, tidak diperlukan ayat jurnal yang
rumit. Pendapatan yang diterima dari penjualan produk sampingan didebit
ke kas atau piutang usaha. Dalam ketiga metode sebelumnya, Pendapatan
dari Penjualan Produk Sampingan yang dikreditkan; sedangkan dalam
metode yang keempat, biaya produksi dari produk utama. Hal ini biasanya
dilakukan dengan mengkreditkan barang dalam proses.
19
dibebankan ke persediaan produk sampingan yang belum terjual dilaporkan
dineraca.
20
Item sampingan Produk Produk
utama
Bahan baku $ 50.000
Tenaga kerja $ 70.000
Overhead pabrik $ 40.000
Total biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000
Harga pasar (5.000 unit @$1,80) $ 9.000
Estimasi laba kotor terdiri atas:
Asumsi laba operasi (20% dari harga $ 1.800
jual)
Beban pemasaran dan administrasi (5% $ 450 $ 2.250
dari harga jual)
$ 6.750
Estimasi biaya produksi setelah titik
pisah batas
Bahan baku $ 1.000
Tenaga kerja $ 1.200
Overhead pabrik $ 300 $ 2.500
Estimasi nilai produk nilai sampingan $ 4.250 $ 4.250
dititik pisah batas yang akan
dikreditkan ke produk utama
Biaya bersih dari produk utama $ 155.000
Ditambah biaya produksi aktual setelah $ 2.300
titik pisah batas
Total $ 6.550
Total jumlah unit $ 40.000 $ 5.000
Biaya per unit $3.894 $1,31
Ilustrasi ini menunjukkan bahwa nilai estimasi dari produk
sampingan pada titik pisah batas, dihitung dengan cara mengestimasikan
laba kotor dan biaya produksi setelah titik pisah batas, dari produk
sampingan, lalu mengurangkannya dari harga pokok pasar finalnya.
Alternatif lain, jika produk sampingan memiliki nilai pasar pada titik pisah
batas, maka akun produk sampinga dibebankan dengan nilai pasar tersebut
21
dikurangi dengan estimasi laba kotor. Lawannya dikreditkan ke biaya
produksi produk utama.
Metode 4 didasarkan pada ide bahwa biaya produk sampingan
berkaitan dengan nilai jualnya. Mungkin juga untuk menggunakan
gabungan total dasar pasar dari produk utama dan produk sampingan pada
titik pisah batas sebagai dasar untuk mengalokasikan bagian biaya ke
produk sampingan. Lawannya dikredit ke biaya produksi dari produk utama.
Dalam pendekatan ini, perlakuan terhadap produk sampingan serupa
dengan produk gabungan, sebagaimana dijelaskan baik dalam kasus
apapun, biaya produk sampingan yang terjadi setelah titik pisah batas
dibebenakan ke produk sampingan.
IV. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan
22
Jumlah Penjualan 80.500.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Produk siap dijual 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.500.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan diluar operasi
Bunga bank 2.500.000
Laba bersih 25.000.000
23
Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Hasil produk sampingan (500.000)
Biaya produksi bersih 59.500.000
Persediaan 31 Desember 2011 (11.900.000)
Harga Pokok Penjualan 47.600.000
Laba kotor 32.400.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan bunga 2.500.000
Laba bersih 24.900.000
Diakui sebagai Pendapatan Lain-lain
LAPOAN LABA RUGI
31 Desember 2011
Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan 1 Januari 2011 -
Biaya produksi 60.000.000
Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)
48.000.000
Laba kotor 32.000.000
Biaya operasi (10.000.000)
Pendapatan lain-lain
Pendapatan bunga 2.500.000
Penjualan produk sampingan 500.000
3.000.000
Laba bersih 25.000.000
24
memecahkan masalah. Ide yang lebih maju mengatakan bahwa penentuan
biaya individual atas produk sampai pada titik pisah batas tidak diperlukan,
karena adalah lebih penting untuk pengambilan keputusan apakah akan
melakukan pemprosesan lebih lanjut atau tidak. Konsep biaya dalam
pengambilan keputusan jenis biaya yang harus diketahui oleh Decision
Maker:
25
terpisah setelah split-off, dan biaya penjualan atau pengolahan limbah harus
dimasukkan ke dalam perhitungan ini. Oleh karena proses bersama
memberikan hasil berupasekeranjang produk, beberapa biaya pengolahan
tambahan mungkin timbul dalam pembuatan produk yang akan dijual, atau
biaya pengolahan limbah mungkin memerlukan banyak bahan limbah.
Setelah biaya proses bersama muncul, biaya tersebut akan beralih menjadi
sunk cost terlepas apakah produk dapat dijual pada akhir proses bersama
atau pada jumlah berapa.
Jika pendapatan total yang dperkirakan dari sekeranjang produk
melebihi biaya bersama dan biaya terpisah(separate cost) yang diperkirakan,
manajer harus membandingkan pendapatan dari penggunaan sumber daya
perusahaan. Jika pendapatan proses bersama melebihi pendapatan dari
penggunaan lain, manajemen akan memutuskan bahwa proses produksi
bersama adalah penggunaan terbaik dari kapasitas yang dimiliki dan
produksi akan dapat dimulai.
Dua keputusan berikutnya dibuat di batas split-off. Keputusan ketiga
adalah untuk menentukan bagaimana mengklasifikasikan produk proses
bersama. Beberapa produk akan diutamakan,yang lainnya akan
digolongkan produk sampingan, sisa, atau limbah. Klasifikasi keputusan ini
diharuskan oleh fakta bahwa biaya bersama hanya diarahkan pada produk
bersama. Bagaimanapun, sebelum mengalokasikan biaya bersama perlu
diingat bahwa total biaya mungkin dikeluarkan untuk ini dapat dikurangi
dengan nilai penjualan produk sampingan dan sisa.
Keputusan keempat adalah yang paling kompleks manajemen harus
memutuskan apakah akan menjual (salah satu atau semua) produk bersama
pada batas split-off atau memprosesnya lebih lanjut. Jika produk primer
dapat terjual pada split-off, pengelolahan lebih lanjut harus dilakukan hanya
jika nilai yang ditambahkan untuk produk, seperti tercermin dari pendapatan
tambahan melebihi biaya tambahan. Jika produk primer tidak dapat dijual
pada split-off, biaya tambahan harus dikeluarkan untuk produk yang dapat
dijual. Untuk produk nonprimer,manajemen juga harus memperkirakan
apakah pendapatan bertambah dari pengolahan lanjut akan melebihi biaya
26
pengolahan lanjutan.jika proses tambahan tidak memberikan keuntungan
neto, produk, yang dapa dijual tidak harus dijual tanpa proses lanjutan
setelah batas split-off.
Untuk menggambarkan keputusan pengolahan lanjutan, misalnya
bahwa daging ayam untuk memiliki harga jual $0,96 per pon di split-off
dan berapa harga jual minimum untuk bagian ayam yang dapat dimakan
setelah proses lanjutan adalah $1,06 per pon.jika biaya pengolahan lanjutan
kurang dari $0,10 per pon, pendapatan tambahan $0,10 ($1,06-$0,96)
melebihi biaya tambahan dalam proses lanjutan harus dilaksanakan.
Perhatikan bahwa tidak ada bagian dari biaya bersama yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan karena biaya tersebut tenggelam/
sink dan tidak bisa diperoleh kembali. Dengan demikian satu-satunya aset
yang relevan dalam keputusan untuk proses lanjutan adalah pendapatan
tambahan dan biaya tambahan.
Dalam membuat keputusan pada titik penjualan yang potensial,
manajer harus memiliki perkiraan wajar atas harga jual untuk setiap jenis
produk bersama. Harga jual yang diharapkan harus didasarkan pada faktor
pasar. Dlam jangka panjang, harga jual dan volume produk harus cukup
untuk menutup biaya total. Namun, pengaruh ekonomi langsung pada harga
jual pengaturan, seperti harga pesaing dan kepekaan konsumen terhadap
perubahan harga juga perlu diperhitungkan ketika memperkirakan harga
jual dan pendapatan.
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam
produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai
produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari
sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan
terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya dua atau
lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual
atau diproses lebih lanjut.
Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total
relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih
besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Produk
sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi
perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan
produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk,
kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai
keseluruhan produk.
Pembedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya.
Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka
dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang
dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama.
28
Bahwa dari ringkasan data diatas dimana telah dijelaskan mengenai apa itu
produk sampingan dan gabungan dimana pada resume ini terdapat :
1. Pengertian produk gabungan dan produk sampingan.
2. Metode -metode alokasi biaya produksi gabungan ke produk gabungan.
3. Metode kalkulasi produk sampingan.
4. Perlakuan akutansi produk sampingan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2004
Mulyadi.2010.Akuntansi biaya.Yogyakarta:Ykpn
risa riztanti. 2016. Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan,
http://risaristanti.blogspot.co.id/2016/04/makalah-harga-pokok-produk-bersama-
dan.html, Di akses pada 14 November 2017 Pukul 11.38.
30