Metode Numerik
Metode Numerik
METODE NUMERIK
BAB II
MODEL MATEMATIKA
Model matematika secara luas dapat didefinisikan sebagai perumusan atau persamaan
yang mengekspresikan feature pokok dari sistem atau proses fisis dalam istilah
matematis. Dalam penalaran yang sangat umum , model matematis dapat dinyatakan
sebagai suatu hubungan fungsional yang berbentuk
Peubah tak bebas = f ( peubah bebas, parameter, fungsi
pemaksa ) ..................................( 2. 1 )
peubah tak bebas : suatu karakteristik yang biasanya mencerminkan keadaan
atau perilaku sistem
peubah bebas : dimensi, seperti waktu dan ruang, sepanjang mana perilaku
sistem sedang ditentukan
parameter : pencerminan sifat sifat atau komposisi sistem
fungsi pemaksa : pengaruh eksternal yang bekerja padanya
Ekspresi matematis yang sebenarnya dari persamaan 2. 1 dapat berkisar dari suatu
hubungan aljabar sederhana sampai himpunan persamaan diferensial besar yang
rumit. Sebagai contohnya perhatikan model matematis dari hukum kedua Newton
dalam persamaan
F = m.a
..................................................................................................................................( 2.
2)
Persamaan 2.2 mempunyai sejumlah ciri yang khas dari model matematis di dunia
fisik
1. persamaan tersebut menggambarkan suatu proses atau sistem biasa dalam
istilah istilah matematis.
2. Persamaan tersebut menyatakan suatu idealisasi dan penyedderhanaan dari
keadaan yang sebenarnya. Yakni rincian yang sederhana dari proses almiah
diabaikan dan perhatian dipusatkan pada manifestasi yang penting.
3. Persamaan tersebut memberikan hasil yang dapat direproduksi, sehingga
dapat dipakai untuk tujuan peramalan.
Contoh 2.1
Pernyataan masalah : seorang penerjun payung dengan massa 68.100 gram melompat
v(t )
gm
c
1 e ( c / m )t t1 det v1 cm/det
0 0,00
Menghasilkan : 2 1640,00
980(68.100) 4 2777,00
v(t ) [1 e (12.500 / 68.100) t ]
12.500 6 3564,00
10 4487,00
5339,00
= v(t ) 5339,0[1 e 0,18355t ]
Menurut model tersebut, penerjun itu melaju dengan cepat. Kecepatan sebesar
4487,00 cm / det dicapai setelah 10 detik. Setelah waktu yang cukup lama, dicapai
kecepatan konstanta ( dinamakan kecepatan akhir )sebesar 5339,00 cm / det.
Persamaan v(t )
gm
c
1 e ( c / m ) t disebut penyelesaian analitis atau eksak.
Sayang sekali terdapat banyak model matematika yang tidak dapat diselesaikan
secara eksak. Dalam kebanyakan kasus kasus seperti itulah alternatifnya adalah
mengembangkan suatu penyelesaian numerik yang menghampiri
( mengakprosimasi ) penyelesaian yang eksak.
Penyelesaian Numerik
Pernyataan masalah : lakukan komputasi yang sama seperti contoh di atas namun
t1 det v1 m/det
0 0,00
2 19,60
4 32,00
6 39,85
10 47,97
53,39
GAMBAR
Hasil- hasilnya dilukiskan dalam Gambar 2.1 bersamaan dengan2.1
penyelesaian eksak.
Dapat dilihat bahwa secara cermat metode numerik mencakup segi segi utama dari
penyelesaian eksak. Tetapi karena digunakan ruas ruas garis lururs untuk
mengaproksimasi suatu fungsi melengkung yang kontinu maka terdapat
ketidakcocokan antara kedua hasil tersebut. Satu cara untuk meminimumkan
ketidakcocokan yang demikian adalah dengan menggunakan selang komputasi yang
lebih kecil. Misalnya dengan menerapkan pada masalah penerjun payung diatas
dengan selang 1 detik akan menghasilkan galat yang lebih kecil, karena lintasan ruas-
ruas garis lurus lebih dekat ke penyelesaian sebenarnya.
BAB III
APROKSIMASI DAN GALAT
3.1 Kekeliruan , Kesalahan perumusan dan Ketidakpastian Data
Walau sumber kesalahan di bawah ini secara langsung tak dihubungkan dalam
metode numerik, dampak dari kesalahan ini cukup besar.
Kekeliruan.
Kesalahan bruto/kekeliruan.
Tahun awal penggunaan komputer, komputer sering kali gagal pakai
(malfunction).
Sekarang kekeliruan ini dihubungkan dengan ketidaksempurnaan manusianya.
Kekeliruan dapat terjadi pada sembarang langkah proses
pemodelan matematika dan dapat mengambil bagian terhadap semua
komponen kesalahan lainnya. Ia hanya dapat dicegah oleh pengetahuan yang
baik tentang prinsip dasar dan berhati-hatilah dalam melakukan pendekatan dan
mendesain solusi untuk masalah anda.
Biasanya tak dianggap dalam pembahasan metode numerik. Ini terjadi, karena
kesalahan bruto sampai taraf tertentu tak dapat dihindari. Tapi tentu saja pasti
ada cara untuk memperbaiki keadaan ini.
Misalnya: kebiasaan pemrograman yang baik, seperti yang dibahas dalam
bab 2, sangat berguna untuk mengurangi kekeliruan pemrograman. Sebagai
tambahan, terdapat juga cara-
cara sederhana untuk memeriksa apakah suatu metode numerik tertentu
bekerja secara sempurna.
Kesalahan Perumusan.
Kesalahan perumusan model dihubungkan dengan penyimpangan yang dapat
dianggap berasal dari model matematika yang tak sempurna.
Contoh: fakta bahwa hukum Newton kedua tak menghitung efek relativistik. Ini
tak mengurangi
kelayakan solusi pada contoh sebelumnya, karena kesalahan-kesalahan ini adalah
minimal pada skala waktu dan ruang dari seorang penerjun payung.
Anggap bahwa tahanan udara bukan proporsi linier terhadap kecepatan
jatuh seperti dalam persamaan tetapi merupakan sebuah fungsi kuadrat
kecepatan. Kalau hal ini benar, baik
kedua solusi analitis maupun numerik yang diperoleh dalam bab 1 hasilnya
menjadi salah
karena kesalahan perumusan.
Ketidakpastian Data.
Kesalahan-kesalahan seringkali masuk ke dalam suatu analisis karena
ketidakpastian data fisika yang mendasari suatu model.
Misalnya kita ingin menguji model penerjun payung dengan loncatan-loncatan
berulang yang dibuatnya, mengukur kecepatan orang tersebut setelah interval
waktu tertentu.
Ketidakpastian yang menyertai pengukuran-pengukuran ini tak diragukan,
karena penerjun akan jatuh lebih cepat selama beberapa loncatan daripada
loncatan lainnya. Kesalahan-
kesalahan ini dapat memunculkan ketidak akuratan dan ketidak presisian.
Jika instrumen kita menaksir terlalu rendah atau terlalu tinggi terhadap
kecepatan, kita menghadapi suatu alat yang tak akurat atau menyimpang.
Pada keadaan lainnya, jika pengukuran tinggi dan rendah secara acak, kita akan
berhadapan dengan sebuah pertanyaan mengenai kepresisian.
Kesalahan-kesalahan pengukuran dapat dikuantifikasikan dengan
meringkaskan data dengan
satu atau lebih statistik yang dipilih yang membawa sebanyak mungkin
informasi mengenai sifat-sifat data tertentu.
Statistik yang deskriptif ini kebanyakan sering dipilih untuk menyatakan (1)
letak pusat distribusi data, dan (2) tingkat penyebaran data. Hal demikian
memberikan suatu ukuran penyimpangan dan ketidakpresisian.
Ukuran galat kurang bermakna karena tidak menceritakan seberapa besar galat itu
dibandingkan dengan nilai sejatinya. Untuk mengatasi interpretasi nilai galat
tersebut , maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya. Gagasan ini
melahirkan apa yang dinamakan galat relatif.
Galat Relatif didefinisikan sebagai
R
a
Atau dalam persentase
R x100%
a
Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif tersebut dinamakan
juga relatif sejati. Dalam praktek ketika kita tidak mengetahui nilai sejati a, karena itu
galat sering dinormalkan terhadap solusi hampirannya, sehingga galat relatifnya
dinamakan galat relatif hampiran
RA
a
Salah satu tantangan metode numerik adalah menentukan taksiran galat tanpa
mengetahui nilai sejatinya. Misalnya, metode numerik tertentu memakai pendekatan
secara iterasi untuk menhitung jawaban. Dalam pendekatan yang demikian, suatu
aproksimasi sekarang dibuat berdasarkan aproksimasi sebelumnya. Proses ini
dilakukan secara berulang , atau secara iterasi dengan maksud secara beruntun
menghitung aproksimasi yang lebih dan lebih baik. Jadi, persen galat relatif :
aproksimasi sekarang - aproksimasi sebelumnya
a 100%
aproksimasi sekarang
Nilai s menentukan ketelitian solusi numerik. Semakin kecil nilai s semakin teliti
solusinya.
Soal
1. Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3.333. hitunglah galat, galat
mutlak, dan galat relatif hampiran.
2. Prosedur iterasi sebagai berikut x r 1 ( x r3 3) / 6 r = 0, 1, 2, 3, ...
x0 0.5 dan s = 0.00001
Sumber Utama Galat Numerik
Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan numerik
1. Galat pembulatan ( round-off error )
2. Galat Pemotongan ( truncation error )
Selain kedua galat ini, terdapat sumber galat lain :
1. Galat eksperimental , galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya
karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur dan sebagainya.
2. Galat pemrograman. Galat yang terdapat di dalam program sering dinamakan
dengan bug. Dan proses penghilangan galat dinamakan debugging.
3.3 Algoritma
Algoritma merupakan rentetan langkag langkah logika yang diperlukan untuk
melakukan suatu tugas tertentu seperti pemecahan masalah.
Ciri ciri suatu algoritma yang baik
1. Aksi yang dilaksanakan harus dirinci secara jelas untuk tiap kasus. Hasil
akhir tidak boleh tergantung kepada yang mengalami algoritma
2. Proses algoritma harus selalu berakhir setelah sejumlah berhingga langkah
tidak boleh berakhir terbuka ( oppen ended )
3. Algoritma harus cukup umum untuk menangani keperluan yang lebih
banyak.
Cara pembuatan algoritma
1. Flow chart ( diagram alir )
2. Kode psudo ( menggunakan kalimat kalimat yang kata-katanya sudah
punya aturan aturan tertentu )
3.4 Hitungan Langsung dan Tak Langsung
a. Hitungan langsung
Hitungan melalui serangkaian operasi hitung untuk memperoleh hasil
b. Hitungan Tak langsung ( hitungan iterasi )
Solusi diperoleh dengan melakukan pengulangan pada suatu perhitungan
langsung dimulai dengan suatu tebakan awal untuk memperoleh suatu nilai
hampiran sebagai perbaikan atas nilai tebakan awal sampai diperoleh nilai
hampiran yang diinginkan.
Soal 3.2 : Gunakan tebakan awal x0 1 untuk menghitung
( x1 2 / xi )
xi 1 untuk i 0,1,2,...
2
BAB 4
METODE PENGURUNG (BRACKETING METHOD)
Salah satu masalah yang sering terjadi pada bidang ilmiah adalah masalah untuk
mencari akar-akar persamaan berbentuk f(x) = 0 .(1)
Fungsi f di sini adalah fungsi atau persamaan tak linear. Nilai x = x 0 yang memenuhi
(1) disebut akar persamaan fungsi tersebut. Sehingga x 0 di sini menggambarkan
fungsi tersebut memotong sumbu-x di x = x0.
Persamaan atau fungsi f dapat berbentuk sebagai berikut:
Persamaan aljabar atau polinomial
f(x) = pn(x) = anxn + an-1xn-1 + + a1x + a0 .(2)
Persamaan transenden
Yaitu persamaan yang mengandung fungsi antara lain trigonometri, logaritma, atau
eksponen
Contoh: (i) ex + cos(x) = 0 (ii) ln(x) + log(x2) = 0
Persamaan campuran
Contoh: (i) x3 sin(x) + x = 0 (ii) x2 + log(x) = 0
Untuk polinomial derajat dua, persamaan dapat diselesaikan dengan rumus
akar persamaan kuadrat. Misalkan bentuk persamaan kuadrat adalah: ax2 + bx + c =
0
dapat dicari akar-akarnya secara analitis dengan rumus berikut.
b b 2 4ac
X 1, 2
2a
Untuk polinomial derajat tiga atau empat, rumus-rumus yang ada sangat kompleks
dan jarang digunakan. Sedangkan untuk menyelesaikan polinomial dengan derajat
yang lebih tinggi atau persamaan tak linear selain polinomial, tidak ada rumus yang
dapat digunakan untuk menyelesaikannya. Metode Numerik memberikan cara-cara
untuk menyelesaikan bentuk tersebut, yaitu metode hampiran. Penyelesaian numerik
dilakukan dengan hampiran yang berurutan (metode iterasi), sedemikian sehingga
setiap hasil adalah lebih teliti dari perkiraan sebelumnya. Dengan melakukan
sejumlah prosedur iterasi yang dianggap cukup, akhirnya didapat hasil perkiraan yang
mendekati hasil eksak (hasil yang benar) dengan toleransi kesalahan yang diijinkan.
Metode iterasi mempunyai keuntungan bahwa umumnya tidak sangat terpengaruh
oleh merambatnya error pembulatan.
Metode Grafik.
Untuk memperoleh taksiran akar persamaan f(x) = 0 ialah dengan membuat
grafik fungsi itu dan mengamati dimana ia memotong sumbu x. Titik ini, yang
menyatakan harga x untuk f(x) = 0, memberikan suatu pendekatan kasar dari akar
tersebut.
e-x x.
X f(x)
0,0 1,000
0,619
0,4 0,270
0,6 -0,051
Gambar 4.1
Gambar 4.1. Ilustrasi pendekatan grafik untuk memecahkan persamaan
aljabar dan transendental. Grafik f(x) = e -x x terhadap x. Akar sesuai dengan
harga x dimana
f(x) = 0, yaitu titik dimana fungsi memotong sumbu x. Pemeriksaan secara
visual mengenai plot memberikan taksiran kasar 0,57. Harga sebenarnya
adalah 0,56714329
Teknik grafik praktis digunakan, dan dapat memberikan taksiran akar secara
kasar, tapi tidak presisi.
Ia dapat digunakan sebagai tebakan awal dalam metode numerik.
Interpretasi grafik penting untuk memahami sifat-sifat fungsi dan dapat
memperkirakan jebakan pada metode numerik, seperti terlihat pada gambar
4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 memperlihatkan sejumlah cara dimana akar bisa berada
dalam interval yang dijelaskan oleh suatu batas bawah a dan batas atas b.
Gambar 4.2b memperlihatkan kasus dmana sebuah akar tunggal
dikurung oleh harga-harga positif dan negatif dari f(x).
Gambar 4.2
Gambar 4.2. Ilustrasi sejumlah cara yang umum bahwa sebuah akar bisa
terjadi dalam sebuah interval yang dijelaskan oleh batas bawah a dan batas
atas b. Bagian (a) dan (c) menunjukkan bahwa bila f(a) dan f(b) mempunyai
tanda yang sama, tidak akan ada akar-akar atau akar dalam jumlah genap
pada interval. Bagian (b) dan (d) menunjukkan bahwa bila fungsi mempunyai
tanda yang berbeda pada kedua titik ujung, akan terdapat akar dalam jumlah
ganjil pada interval. Tetapi gambar 4.2d, dimana f(a) dan f(b)
berlawanan tanda terhadap sumbu x, memperlihatkan 3 akar yang
berada di dalam interval. Umumnya jika f(a) dan f(b) mempunyai tanda yang
berbeda akan terdapat akar yang jumlahnya ganjil dalam interval.
Seperti ditunjukkan oleh gambar 4.2 a dan c, jika f(a) dan f(b) mempunyai
tanda yang sama, tidak terdapat akar-akar atau akar yang jumlahnya genap
berada diantara harga-harga itu.
Meskipun generalisasi ini biasanya benar, namun terdapat kasus-kasus
dimana hal itu tak dapat dipegang.
Misalnya akar ganda. Yakni fungsi yang menyinggung sumbu x
(gambar 4.3a) dan fungsi- fungsi diskontinu (gambar 4.3b) bisa menyalahi
prinsip ini.
Gambar 4.3. Ilustrasi beberapa perkecualian terhadap kasus-kasus umum
yang ditunjukkan dalam gambar 4.2. (a) Akar ganda yang terjadi sewaktu
fungsi menyinggung sumbu x. Dalam hal ini, walaupun titik-titik ujungnya
berlawanan tanda, terdapat akar-akar dalam jumlah genap untuk interval
tersebut. (b) Fungsi diskontinu dimana titik-titik ujung tanda yang
berlawanan juga mengurung akar-akar dalam jumlah genap.
maka semua akar real pn(x) terletak pada interval [-r, r].
xl xu
xr
2
Step 3 : Buat evaluasi yang berikut untuk menentukan subinterval, di dalam
mana akar terletak:
a. Jika f(xl) f(xr) < 0, akar terletak pada subinterval pertama, maka
xu = xr, dan lanjutkan ke step 2.
b. Jika f(xl) f(xr) > 0, akar terletak pada subinterval kedua, maka xl
= xr, dan lanjutkan ke step 2.
c. f(xl) f(xr) = 0, akar = xr, komputasi selesai.
Contoh Metode Bagidua.
Gunakan Bagidua untuk menentukan akar dari f(x) = e-x - x.
Dari grafik fungsi tersebut (gambar 4.1) terlihat bahwa harga akar terletak
diantara 0 dan 1.
Karenanya interval awal dapat dipilih dari xl = 0 hingga xu = 1. Dengan
sendirinya,
taksiran awal akar terletak di tengah interval tersebut:
0 1
xr 0,5
2
0,5 1
xr 0,75
2
Taksiran ini menunjukkan kesalahan dari (harga sebenarnya adalah
0,56714329):
Et = 0,5 = 0,06714329
( 0,63212)(1 0)
xr 1 0,6127
0,63212 1
0,56714329 0,6127
t x100% 8%
0,56714329
Iiterasi ke-2
f(xl) f(xr) = -0,0708
akar pada subinterval I. xr di batas atas berikutnya
xl = 0 f(xl) = 1
xu = 0,6127 f(xu) = -0,0708
(0,0708)(0,6127 0)
x r 0,6127 0,572179
0,63212 1
0,572179 0,6127
t x100% 7,8%
0,572179
24
disebabkan rancangan yang lebih efisien untuk penempatan akar dalam
Regula Falsi.
25
4.3.1. Jebakan pada Metode Regula Falsi.
Contoh 4.5. Bagidua lebih baik dari Regula Falsi.
Gunakan Bagidua dan Regula Falsi untuk menempatkan akar di antara x = 0
dan 1,3 untuk:
f(x) = x10 1.
Ternyata dengan Regula Falsi, a ternyata meleset. Lebih jelas terlihat dalam
grafik:
26
Grafik dari f(x) = x10 1, menunjukkan konvergensi metode Regula Falsi
yang lambat
Terlihat, kurva menyalahi perjanjian yang mendasar Regula Falsi, yakni
jika f(xl) lebih mendekati 0 dibanding f(xu), sehingga akan lebih dekat
ke xl daripada ke xu
Karena bentuk fungsi yang sekarang, kebalikannya tentu juga benar. Yang
harus dilakukan adalah memasukkan taksiran akar ke dalam persamaan
semula dan ditentukan apakah hasil itu mendekati nol. Pengecekan semacam
ini juga harus dilakukan pada program komputer untuk penempatan akar.
27
4.4. Metode Newton-Raphson.
Gmbar 5.2
f xi
xi 1 xi
f ' xi
28
Dimana i = 0,1,2,3,
Syarat f(xi) 0
f(xi) = 0 maka garis singgung sejajar sumbu x
Algoritma Metode Newton Rapson
Masukan: f(x), f(x), x0 (tebakan awal), (criteria penghentian), M
(maksimum iterasi
Keluaran : akar
Langkah-langkah
Iterasi
Jika f(x0) = 0, proses gagal, stop
1. f x0
xbaru x0
f ' x0
xbaru x 0
2. jika , maka stopdan x(akar) x baru
xbaru
3. x0 = xbaru
4. Iterasi: I = i + 1
5. Jika iterasi I M kembali ke langkah 2
6. Prosesnya konvegen atau divergen
A 0, N genap
Ambil N = 2
andaikan bahwa A>0 suatu bil real dan misal x0 > 0 A 0 l
adalah tebakan awal untuk A A R, N ganji
29
barisan x k k 0
yaitu : A = lim xk
x
Bukti : A>0
Missal x = A
2
X = A
2
X A = 0, f(x) = 0 maka f(x) = x2 - A
F(x) = x2-A
f x
g x x
F(x) = 2x f ' x
Defenisi fungsi iterasi Newton Rapson
g x x
x A
2
2x
g x x
2 x 2 x 2 A
2x
x A
g x x
2 2x
x A
g x
2 2x
1 A
g x x
2 x
x x A
g ( x)
2
30
Atau xk 1 g xk
pk 1 A
pk 1
pk , K 1,2,3,...
2
4.5. Metode Secant.
Masalah yang didapat dalam metode Newton-Raphson adalah terkadang
sulit mendapatkan turunan pertama, yakni f(x). Sehingga dengan jalan
pendekatan
f xn f xn 1
f ' x
xn xn 1
Menjadi
f ( xi ) f ( xi xi 1 )
xi 1 xi yi
f ( xi ) f ( xi 1 )
31
Gambar 5.3
Teknik ini serupa dengan teknik Newton-Raphson dalam arti bahwa suatu
taksiran akar diramalkan oleh ekstrapolasi sebuah garis singgung dari fungsi
terhadap sumbu x. Tetapi metode Secant lebih menggunakan diferensi
daripada turunan untuk memperkirakan kemiringan/slope
32
4.5.1 Perbedaan Metode Secant dan Regula Falsi.
Persamaan di metode Secant maupun Regula Falsi identik suku demi suku.
Keduanya menggunakan 2 taksiran awal untuk menghitung aproksimasi
slope fungsi yang digunakan untuk berproyek terhadap sumbu x untuk
taksiran baru akar.
Perbedaannya pada harga awal yang digantikan oleh taksiran baru.
Dalam Regula Falsi, taksiran terakhir akar menggantikan harga asli
mana saja yang mengandung suatu harga fungsi dengan tanda yang
sama seperti f(xr). Sehingga 2 taksiran senantiasa mengurung akar.
Secant mengganti harga-harga dalam deretan yang ketat, dengan
harga baru xi+1 menggantikan xi, dan xi menggantikan xi-1. Sehingga
2 harga terkadang dapat terletak pada ruas akar yang sama. Pada kasus
tertentu ini bisa divergen.
Pada gambar grafik di bawah ini disajikan penggunaan metode Regula Falsi
dan Secant untuk
menaksir akar f(x) = ln x, dimulai dari harga x1 = xi-1 = 0,5 dan
xu = xi = 5,0:
Gambar 5.3.1
Perbandingan metode Regula Falsi dan Secant. Iterasi pertama (a) dan (b)
untuk iterasi kedua metode adalah identik. Tetapi pada iterasi kedua (c) dan
(d), titik yang dipakai berbeda.
34
Gambar 5.3.2
f(x) = x3 - 5x2 + 7x - 3
Persamaan diatas memiliki akar dobel, karena 1 akar x membuat kedua suku
dalam persamaan itu sama dengan nol. Secara grafik, ini sesuai dengan kurva
yang menyentuh sumbu x secara tangensial pada akar dobel. Ini dapat dilihat
35
pada gambar 5.4a di bawah ini pada
x = 1.
Gambar 5.4
Gambar 5.4 Contoh akar ganda yang menyinggung sumbu x. Perhatikan
bahwa fungsi tak memotong sumbu pada kedua sisi akar ganda genap (a) dan
(c), sedangkan ia memotong sumbu untuk kasus ganjil (b) ([CHA1998] hal.
159).
Akar tripel untuk kasus dimana satu harga x membuat 3 suku dalam suatu
persamaan menjadi nol, misal:
f(x) = (x 3)(x 1)(x 1)(x 1)
atau dengan pengalian suku-suku:
36
f(x) = x4 6x3 + 12x2 10x + 3
P ( x) x 3 x 3
P( x) x 4 2 x 3 5 x 2 4 x 3
37
3.Tentukan akar f ( x) x 5 x 2 di dalam selang (0,1) dan 0.00001
dengan
metode Bagi Dua dan Regula Falsi
4.Tahun 1225 Leonardo da Pissa mencari akar persamaa
f ( x) x 3 2 x 2 10 x 20 0 dan menemukan x = 1.368808107 tidak
seorangpun tahu cara Leonardo menemukan niai ini. Gunakan metode
Bagidua dan metode Regula Falsi untuk menemukan akar persamaa
Mengapa?
6. Gunakan metode Newton-Raphson untuk menghitung ( 47)1 / 4 sampai enam
angka bena.
7. Misalkan f ( x) cos x .
Tentukan prosedur iterasi Newton Raphsonnya.
Jika kita ingin menghitung akar x 3 / 2 , dapatkah kita gunakan
38
Masalah ini dapat dipecahkan dengan cara menentukan akar persamaan
dengan memakai parameter t=10, g=9.8, v=40, dan m=68.1
9.8(68.1)
f (c) (1 e ( c / 68.1) / 10 ) 40
c
9. Gunakan metode bagi dua untuk memecahkan masalah pada no. 8
10. Tentukan akar akar real dari
f ( x ) 2.0 6.2 x 4.0 x 2 0.70 x 3
Secara grafis
Dengan memakai metode bagi dua untuk menemukan akar-akar
persamaan. Gunakan terkaan awal 0.4 dan 0.6, serta iterasikan
12. Tentukan akar akar riil dari f ( x ) 9.34 21.97 x 16.3x 2 3.704 x 3
secara grafis dan memakai metode regula falsi dengan nilai s yang
berpadanan samapi dengan dua angka bena.
1 0.61x
13. Tentukan akar akar riil dari f ( x) secara analitis, grafis dan
x
memakai tiga iterasi dari metode Regua Falsi, dengan tebakan awal 1.5 dan 2.
14. Tentukan akar akar persamaan e x x dengan metode Newton Raphson (
15. Tentukan akar akar riil berikut dengan metode Newton raphson
f ( x ) 0.9 x 2 1.7 x 2.5 ( tebakan awal 3.1 )
39
f ( x) 0.51x sin x ( tebakan awal 2.0 )
1 0.61x
16. Tentukan akar riil dari f ( x) dengan menggunakan tiga iterasi
x
metode Secant dan tebakan awal xi 1 1.5 dan x1 2.0 hitung hampiran
galat setelah iterasi yang kedua dan ketiga
17. Tentukan akar riil dari f ( x) 5.9 11 x 6 x 2 x 3
Secara grafis
Metode Bagi Dua ( tebakan awal 2.5 dan 3.5 )
Metode Posisi Palsu ( tebakan awal 2.5 dan 3.5 )
Metode Newton Raphson ( tebakan awal 3.5 )
Metode Secant ( tebakan awal xi 1 2.5 dan x1 3.5 )
s 1%
19. Gunakan baik metode Newton Rapson yang baku maupun yang dimodifikasi
Soal.B
1.Dari metode metode yang telah ada , temukanlah metode mana yang lebih
cepat atau efisien dalam mendapatkan akar akar persamaan .
40
2. Temukanlah persamaan dan perbedaan perbedan dari metode metode yang
telah dipelajari.
3. Temukan kasus / masalah dalam bidang ilmu tertentu yang dapat diselesaikan
dengan metode metode dalam menentukan akar akar persamaan diatas.
41
BAB IV
SISTEM PERSAMAAN LINIER
Bentuk Umum :
a11 x1 a12 x 2 ... a1n x n b1
a 21 x1 a 22 x 2 ... a 2 n x n b2
.
.
a m1 x1 a m 2 x 2 ... a mn x n bm
Bentuk Matriks
A. Dekomposis LU
Jika terdapat matriks A non singular maka dapat difaktorkan / diuraikan /
dikomposisikan menjadi matriks Segitiga Bawah L ( Lower ) dan matriks Segitiga
atas U ( Upper ).
A = LU
42
a11 a12 . a1n 1 0 . 0 u11 u12 . u1n
a a 22 . a 2 n l 21 1 . 0
0 u 22 . u 2 n
21 =
. . . . . . . . . . . .
a m1 . . a mn l m1 . . 1 0 . . u mn
1 0 . 0 y1 b1
l 1 . 0
y b
21 2 = 2
. . . . . .
l m1 . . 1 y m bm
43
a11 a12 . a1n 1 0 . 0 a11 a12 . a1n
a . a 2 n 0 a . a 2 n
21 a 22 1 . 0 21 a 22
=
. . . . . . . . . . . .
a m1 . . a mn 0 . . 1
a m1 . . a mn
a 21
l 21u11 a 21 l 21
u11
Dst.......
44
B. Iterasi Jacobi dan Seidel
a11 x1 a12 x 2 ... a1n x n b1
a 21 x1 a 22 x 2 ... a 2 n x n b2
.
.
a m1 x1 a m 2 x 2 ... a mn x n bm
Iterasi Jacobi
(k ) (k )
k 1 b1 a12 x 2 ... a1n x n
x1
a11
(k ) (k )
k 1 b2 a 21 x1 ... a 2 n x n
x2
a 22
(k ) (k )
k 1 bm a m1 x1 ... a mn 1 x n 1
xn
a mn
Iterasi Seidel
(k ) (k )
k 1 b1 a12 x 2 ... a1n x n
x1
a11
( k 1) (k )
k 1 b2 a 21 x1 ... a1n x n
x2
a 22
( k 1) (k )
k 1 bm a m1 x1 ... a mn 1 x n 1
xn
a mn
Dengan k = 0, 1, 2, ....
Untuk menghitung kekonvergenan atau berhentinya iterasi digunakan galat
relative
45
( k 1) (k )
xi xi
( k 1)
i= 1, 2, 3, ....n
xi
Syarat cukup iterasi konvergen : Dominan secara diagonal.
a ij a
j 1, j i
ij i= 1, 2, 3, ... n
Agar iterasi konvergen , cukup dipenuhi syarat ini. Jika dipenuhi pasti konvergen.
Kekonvergenan juga ditentukan oleh pemilihan tebakan awal.
4 1 3
8 1
Contoh : 4
2 1 5
4 1 3
8 4 1
5 2 1
Soal A.
1.Selesaikan SPL berikut dengan iterai Jacobi dan Seidel
46
2 x1 8 x 2 x3 1 4x y z 7
5 x1 x 2 x3 10 4 x 8 y z 21
a. b. 2 x y 5 z 15
x1 x 2 4 x3 3
( x10 , x 20 , x30 ) (0,0,0) ( x 0, y 0, z 0) (1,2,2)
Soal B
47
Dapatkah sistem persamaan inier berikut
2 x y 5z 9
5x 3 y 6 5x 3 y 6
a. b. 6 x 8 y 4 c. x 5 y z 14
4x 2 y 8
7 x y 3 z 26
BAB V
INTERPOLASI DAN EKSTRAPOLASI
5.1 Interpolasi
Interpolasi dapat digunakan untuk menghitung prakiraan nilai yang terletak
dalam rentangan titik-titik data, (Chapra, 1990). Bentuk interpolasi yang paling
banyak digunakan adalah interpolasi polinom orde n.
Bentuk umum persamaan polinom orde n adalah sebagai berikut:
48
f ( x ) a 0 a1 x a 2 x 2 a3 x 3 ..... a n x n , a n 0 ..................................(11)
Untuk n+1 titik data hanya terdapat satu polinom orde n atau kurang yang
melalui sebuah titik. Misal polinom orde (1) terdapat 2 titik data dengan grafik
garis lurus, dan polinom orde 2 terdapat 3 titik data dengan grafik berbentuk
parabol. Di dalam operasi interpolasi ditentukan suatu persamaan polinom orde
n yang melalui n+1 titik data yang kemudian digunakan untuk menentukan
suatu nilai di antara titik-titik data tersebut.
a.Interpolasi Linier
Interpolasi linier merupakan bentuk interpolasi yang paling sederhana, yang
hanya membutuhkan dua titik data.
f(x1) E
f(x) C
f(x0)
A X BX D
X
0 1
sehingga
49
f 1 ( x) f ( x 0 ) f ( x1 ) f ( x 0 )
x x0 x1 x0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f 1 ( x ) f ( x0 ) x x0
x1 x0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f1 ( x) f ( x0 ) x x0 .......................................(12)
x1 x 0
(13)
f 2 ( x ) merupakan polinom orde dua sehingga fungsinya merupakan
fungsi kuadrat.
dari titik data yang diketahui ( x 0 , f ( x 0 )), ( x1 , f ( x1 )), ( x 2 , f ( x 2 )),
50
f ( x0 ) b0 ..................................................................................... (14)
b0 f ( x0 )
o Hitung b1
Dengan mensubtitusi persamaan (14) ke persamaan (13) dan subtitusi
x x1 ke persamaan (13) diperoleh
f ( x1 ) f ( x 0 ) b1 ( x1 x 0 ) b2 ( x1 x 0 )( x1 x1 )
f ( x1 ) f ( x 0 ) b1 ( x1 x 0 ) 0
b1 ( x1 x 0 ) f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x1 ) f ( x0 )
b1 f x1, x 0 .......... .......... .......... .......... .......... .......
x1 x0
o Hitung b2
Substitusi persamaan 14 ke persamaan 15 dan juga subtitusi x=x 2 ke
persamaan
51
Substitusi persamaan 14 ke persamaan 15 dan juga subtitusi x=x 2 ke
persamaan
52
f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x2 ) f ( x0 ) x 2 x0 b2 ( x 2 x0 )( x 2 x1 )
x1 x 0
f ( x1 ) f ( x 0 )
b2 ( x 2 x 0 )( x 2 x1 ) f ( x 2 ) f ( x 0 ) x 2 x0
x1 x 0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x2 ) f ( x0 ) x 2 x1 x1 x0
x1 x 0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x2 ) f ( x0 ) x 2 x1 f x1 f x0
x1 x 0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x 2 ) f ( x1 ) x 2 x1
x1 x 0
f ( x1 ) f ( x 0 )
f ( x 2 ) f ( x1 ) x 2 x1
x1 x 0
b2
( x 2 x 0 )( x 2 x1 )
f ( x2 ) f ( x1 ) f ( x1 ) f ( x0 )
( x2 x1 ) x1 x0
x2 x 0
f x 2, x1 f x1 , x 0
b2 .......... .......... .......... .......... .......... .......... .
x 2 x0
53
atau b2 f x2 , x1 , x0 maka
f 2 ( x) f ( x0 ) f x1 , x0 ( x x0 ) f x2 , x1 , x0 ( x x0 )( x x1 )
b0 b1 ( x x0 ) b2 ( x x0 )( x x1 )
f ( x1 ) f ( x0 )
f x1 , x0
x1 x0
f x2, x1 f x1 , x0
f x 2 , x 1 , x0
x 2 x0
f ( x2 ) f ( x1 ) f ( x1 ) f ( x0 )
( x2 x1 ) x1 x0
( x 2 x0 )
f x3 , x 2 , x1 f x 2 , x1 , x0
f x 3, x 2 , x 1 , x 0
x3 x 0
f x3, x2 f x2 , x1 f x 2 , x1 , x0
x3 x 0
c. Interpolasi Polinomial
Untuk polinomial orde n digunakan n 1 titik data. Bentuk umum Polinom
orde n adalah
f n ( x) b0 b1 ( x x 0 ) b2 ( x x 0 )( x x1 )
....bn ( x x0 )( x x1 )...( x x n 1 )..................................................17
b1 f [ x1 , x 0 ] ............................................................................19
b2 f [ x 2 , x1 , x0 ] ........................................................................20
bn f [ x n , x n 1 ..... x1 , x 0 ] ............................................................
.21
54
Dengan [] adalah pembagian beda hingga
n 3 maka
f 3 ( x ) b0 b1 ( x x 0 )( x x1 ) b3 ( x x 0 )( x x1 )( x x 2 ).......................22
Dengan b0 f ( x 0 )
f ( x1 ) f ( x 0 )
b1 f [ x1 , x 0 ]
x1 x 0
f [ x 2 , x1 ] f [ x1 , x 0 ]
b2 f [ x 2 , x1 , x 0 ]
x 2 x0
f [ x3 , x 2 , x1 ] f [ x 2 , x1 , x0 ]
b3 f [ x3 , x 2 , x1 , x0 ]
x3 x 0
( f [ x3 , x 2 f [ x 2 , x0 ]) f [ x 2 , x1 , x 0 ]
=
x3 x0
Misal pembagian beda hingga pertama
f [ xi ] f [ x j ]
f [ xi , x j ] ..............................................................................23
xi x j
55
f [ x n , x n 1, ...x1 , x 0 ]
f [ x n , x n 1 ,....x1 ] f [ x n 1 ,....x1 , x 0 ]
................................ ...26
xn x0
Bentuk pembagian beda hingga digunakan untuk menghitung koefisien b0,
b1,...,bn kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (17). untuk mendapatkan
interpolasi polinomial ordo n.
fn(x ) =
f ( x 0 ) f [ x1 , x 0 ]( x x0 ) f [ x 2 , x1 , x0 ]( x x0 )( x x1 ) f [ x3 , x 2 , x1 , x0 ]
PBH
i xi f ( xi ) Pertama Kedua Ketiga
0 x0 f ( x0 ) f [ x1 , x 0 ] f [ x 2 , x1 , x 0 ] f [ x 3 , x 2 , x1 , x 0 ]
1 x1 f ( x1 ) f [ x 2 , x1 ] f [ x3 , x 2 , x1 ] f f [ x 4 , x3 , x 2 , x1 ]
2 x2 f ( x2 ) f [ x3 , x 2 ] f [ x 4 , x3 , x 2 ]
3 x3 f ( x3 ) f [ x 4 , x3 ]
4 x4 f ( x4 )
56
IPL orde 1
f 1 ( x) f ( x0 ) f [ x1 , x0 ]( x x0 ) ...........................................................27
f ( x1 ) f ( x0 )
f1 [ x1 , x0 ]
x1 x0
f ( x1 ) f ( x0 )
Atau f x1 , x0
x1 x0 x0 x1
................................................................28
Substitusi 27 ke 28
x x0 x x0
f1 ( x) f ( x0 ) f ( x1 ) f ( x0 )
x1 x 0 x0 x1
x x1 x x0 x x0
f1 ( x0 ) 0 f ( x0 ) f ( x1 )
x0 x1 x0 x1 x1 x0
x x1 x x0
= f ( x0 )
f ( x1 ) .......................................................29
x0 x1 x1 x0
57
x0 1971 f ( x 0 ) 2295279
x1 1990 f ( x1 ) 3268644
( x x )( x x )( x x ) ( x x 0 )( x x1 )( x x 2 )
x f ( x1 )1980 f0 1( x) 1...........3? f ( x 2 ) f ( x3 )
( x 2 x 0 )( x 2 x1 )( x 2 x 3 ) ( x 3 x 0 )( x3 x1 )( x 3 x 2 )
Bentuk umum IPLf (orde
x1 ) n f ( x 0 )
f 1( x) f ( x 0 )
n x1 x0
x x0
f n ( x) Li ( x) f 3268644
( xi ) .........................................................................3
2295279
2295279
i 0 (1980 1971)
1990 1971
1 2756346,63
selisih 2756 n x,347
xj
Li ( x) 2756346 ,63 2737166
RE j 0 xi x j x100
2737166
atau
0,7%
n n
x xi 2295279
f 1971
x 0 f n ( x)1971
x x
f ( xi )
x1 2000 f 2000 3808477
i 0 j 0 i j
x j i 1990 f x ........... ?
1
3808477 2295279
f1 ( x) 2295279 (1990 1971)
2000 1971
2.5.1. Ekstrapolasi
3286684,59
Ekstrapolasi adalah,59
selisih 18040 penaksiran nilai f(x) untuk x yang terletak di luar selang
titik data, dan3286684,59
analisis kecendrungan
- 3268644dari masalah ekstrapolasi diarahkan
RE x100
dengan menggunakan 3268644
polinomial interpolasi.
0,5%
1.1.1 Interpolasi
x0 Polinomial
1980 fNewton
1980 2737166
4.2.1.1 Manual
x1 2000 f 2000 3808477
x 1990 f 1 x ........... ?
3808477 2737166
Interpolasi
f 1 ( x ) dan ekstrapolasi
2737166 polinomial orde I (1990 1980)
2000 1980
3272821,5
selisih 4177,5
3272821,5 - 3268644
RE x100
3268644
0,3%
58
Model pertumbuhan penduduk NTT berdasarkan Teknik Ekstrapolasi
yang diarahkan dengan polinom interpolasi
59
Model pertumbuhan penduduk NTT didapatkan dengan mensubtitusikan
nilai b1 ke bentuk umum polinom Newton
Yaitu sebagai berikut:
f1(x) = 2737166 +53147,8(x-x0),
sehingga model pertumbuhan penduduk NTT berdasarkan teknik
interpolasi polinom Newton orde I, dengan menggunakan tahun 1980
sebagai x0 adalah sebagai berikut:
f1(x) = 2737166 +53147,8(x-x0),
maka jumlah penduduk NTT pada tahun 2000
f1 x 2737166 53147.8( 20)
3800122
Selisih = - 8355
Gallat =0,2%
60
Interpolasi dan ekstrapolasi polinomial orde 2
Ekstrapolasi kuadrat diarahkan dengan menggunakan polinomial
interpolasi orde 2
61
f x 2 , x1 f x1 , x 0
b2 f x 2 , x1 , x 0
x2 x0
53147,8 49098,5
1990 1971
4049,3
19
213,12
62
f ( x1 ) f ( x0 )
b1 f x1, x0
x1 x0
2737166 2295279
1980 1971
49098,5
f ( x2 ) f ( x1 )
f x2 , x1
x2 x1
3268644 2737166
1990 1980
f x2 , x1 f x1 , x0
b2 f x2 , x1 , x0 53147,8
x2 x0
53147,8 49098,5
1990 1971
4049,3
19
213,12
f x3 , x2 f x2 , x1
f x3 , x2 , x1
x3 x1
53983,3 53147,8
2000 1980
41,775
f x3 , x2 , x1 x2 , x1 , x0
b3 f x3 , x2 , x1 , x0
x3 x0
41,775 213,12
2000 1971
5,908
63
Sehingga model pertumbuhan penduduk NTT dengan menggunakan tehnik
interpolasi polinom Newtonl orde 3
F3(x) = 2295279 + 49098,5 (x-x0) + 213,12 (x-x0)(x-x1)+(-5,908)(x-x0)
(x-x1)(x-x2)
F3(x) = 2295279 + (x-x0) (49098,5 + 213,12 (x-x1)+(-5,908)(x-x1)(x-x2))
Berdasarkan model di atas, maka jumlah penduduk NTT pada tahun 2004
F3(x) = 2295279 + 49098,5 (33) + 213,12 (33)(24)+(-5,908)(33)(24)(14)
= 4018717,596
4018812,6 4188774
RE
4188774
4%
Maka prediksi terhadap jumlah penduduk NTT tahun 2004 dengan
menggunakan teknik polinomial Newton orde ke- 3 adalah 4018718
1.1.2 Interpolasi Polinomial Langrange
4.2.1.2 Manual
64
Sehingga model pertumbuhan penduduk NTT berdasarkan
polinom Langrange orde ke II
( x x1 )( x x2 ) x x0 x x2
f 2 ( x) 2295279 2737166
( x0 x1 )( x0 x2 ) x1 x0 x1 x2
( x x 0 )( x x1 )
3268644 ...................................................................
( x 2 x 0 )( x 2 x1 )
..30
Sedangkan model pertumbuhan penduduk NTT berdasarkan
polinom Langrange orde ke III
( x x1 )( x x 2 )( x x3 ) ( x x0 )( x x 2 )( x x3 )
f 3 ( x) 2295279
( x0 x1 )( x0 x 2 )( x0 x3 ) ( x1 x0 )( x1 x 2 )( x1 x3 )
( x x 0 )( x x1 )( x x 3 ) ( x x 0 )( x x1 )( x x 2 )
2737166 3268644 3808477
( x 2 x 0 )( x 2 x1 )( x 2 x 3 ) ( x3 x 0 )( x3 x1 )( x3 x 2 )
65
Sehingga jumlah penduduk tahun 2004 berdasarkan model ini adalah
2004 1980 2004 1990 2004 2000
p3 x 2295279
1971 19801971 19901971 2000
2737166
2004 19871 2004 1990 2004 2000
1980 19711980 19901980 2000
3268644
2004 1971 2004 1980 2004 2000
1990 19711990 19801990 2000
3808477
2004 1971 2004 1980 2004 1990
2000 1971 2000 1980 2000 1990
2295279
2414 4 2737166 3314 4
9 19 29 9 10 10
3268644
33 24 4 3808477 33 2414
1910 10 29 2010
622071.985 2810157.093 5450033.785 7280757.410
4018808,733
4018809
4018809 4188774
RE
4188774
4.5%
Soal A.
1. Taksirlah logaritma asli dari 2 ( ln 2) dengan memakai interpolasi linier.
Pertama , lakukan komputasi dengan menginterpolasi antara ln 1 = 0 dan ln 6
= 1.7917595. kemudian ulangi prosedurnya tetapi dengan menggunakan
selang yang lebih kecil mulai ln 1 sampai ln 4 ( 1.3862944 ). Perhatikan
bahwa nilai sejati ( true value ) dari ln 2 adalah 0.69314718
2. Cocokkan polinom orde kedua terhadap tiga titik yang dipakai dalam nomor
1.
66
3. Dengan menambahkan titik keempat ln 5 = 1.6094379. taksirlah ln 2 dengan
polinom interpolasi beda terbagi newton orde ketiga.
4. Gunakan polinom interpolasi langrange orde pertama dan kedua untuk
menghitung ln 2 berdasar data pada no 1.
5. Taksirlah logaritma bilangan pokok 10 dari 4 ( log 4 ) dengan memakai
interpolasi linear
a. Interpolasikan antara log 3 dan log 5
b. Interpolasikan antara log 3 dan log 4.5 untuk setiap interpolasi hitung
persen galat relatif berdasar nilai sejati log 4.
6. Cocokkan polinom interpolasi newton orde kedua untuk menaksir log 4
dengan memakai data no. 5. Hitung persen galat relatif
7. Cocokkan polinom interpolasi newton orde ke tiga untuk menaksir log 4
dengan data pada no 5 dengan titik tambahan log 3.5 . Hitung persen galat
relatif
8. Ulangi soal 5 - 7 dengan memakai polinom Langrange
9. Diberi data
x 1 2 3 5 6
f(x) 4.75 4 5.25 19.75 36
Hitung f(3.5) dengan memakai polinom polinom interpolasi newton
orde 1 sampai 4. Pilih urutan titik titik untuk taksiran anda untuk mencapai
ketelitian yang bagus.
10. Ulangi soal nomor 9 dengan memakai polinom langrange.
Soal B.
67
1. Prediksikan jumlah penduduk NTT pada tahun 2012 berdasarkan data
jumlah penduduk pada tahun 1971, 1980, 1990, dan 2000
x0 1971 f 1971 2295279
x1 1980 f 1980 2737166
x 2 1990 f (1990) 3268644
x3 2000 f (2000) 3808477
68
69