Firly
Firly
TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JANUARI 2012
TESIS
Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar Magister
Kenotariatan
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JANUARI 2012
NPM : 0906652715
Tanda Tangan :
ii
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 19 Januari 2012
iii
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat-Nya dan dengan diiringi usaha dan bantuan dari semua
pihak, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis ini.
Penulisan tesis ini ditujukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan, sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan tesis ini.
Sehubungan dengan penulisan ini, penulis menghaturkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Widodo Suryandono, S.H., M.H., selaku Ketua Program
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia;
2. Bapak Dr. Arsin Lukman, S.H., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan bantuan pemikiran, arahan serta
bimbingan dalam penyusunan tesis ini;
3. Para Dosen penguji;
4. Para dosen dan staf pengajar di Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Indonesia selama penulis menimba ilmu;
5. Mama, kakak-kakak dan adik penulis yang telah memberikan motivasi dan
dukungan moril;
6. Pemi Hermilani atas doa, perhatian dan kasih sayangnya;
iv
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per
satu yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak lain
terutama bagi pengembangan ilmu.
v
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
( Firly Irhamdani )
vi
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
ABSTRAK
Tanah hak milik non pertanian merupakan salah satu sumber utama yang
diperlukan yang diperuntukkan untuk perumahan,. Pembatasan kepemilikan tanah
hak milik non pertanian khususnya yang ditentukan dalam dalam pasal 7 dan
pasal 17 UUPAyang mempunyai tujuan agar tanah tidak tidak tertumpuk pada
satu golongan atau pihak-pihak tertentu saja, tetapi sampai saat ini belum terdapat
batas maksimum kepemilikan terhadap tanah non pertanian sebagaimana yang
telah diamanatkan dalam pasal 17 UUPA dimana agar segera mengatur mengenai
pembatasan khususnya pembatasan mengenai hak milik non pertanian. Tetapi
disatu sisi BPN menyatakan bahwa pembatasan hak milik non pertanian telah di
atur dalam Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998. Tetapi dengan alasan belum
adanya payung hukum maka BPN tidak melakukan pengawasan terhadap batas
maksimum kepemilikan tanah hak milik non pertanian. Mengenai sanksi terhadap
dilanggarnya batas maksimum kepemilikan tanah hak milik non pertanian
Keputusan KBPN No. Tahun 1998 tidak mengatur, sanksi mengenai batas
maksimum tanah hak milik non pertanian pertanian terdapat pada pasal 11
Undang Undang No. 56 Prp. Tahun 1960 dimana peraturannya sampai saat ini
belum ada atau belum diatur.
Kata kunci:
Batas maksimum, hak milik non pertanian, sanksi
vii
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
ABSTRACT
Non-agricultural land property rights is one of the major sources are required to
cater for housing. Restrictions on land ownership, especially non-agricultural
property specified in article 7 and article 17 UUPA have goals that are not stacked
on the ground no one group or certain parties only, but as yet there is a maximum
limit of ownership of non-agricultural land as a has been mandated in Article 17
UUPA in which to immediately set about restrictions, especially restrictions on
non-agricultural property. But one side BPN stated that the restrictions of non-
agricultural property has been set in Decree No. KBPN. 6 of 1998. But by
reason of the absence of legal protection is not to supervise the BPN maximum
limit of land ownership rights of non-agricultural property. Regarding sanctions
against the violation of the maximum limit of land ownership rights of non-
agricultural property Decision No. KBPN. Year 1998 is not set, the maximum
penalty on non-agricultural land agricultural property rights contained in article 11
of Law No.. 56 Prp. Where the rules of 1960 until now there is no or not yet
regulated.
Key Word:
The maximum limit, non-agricultural property, sanctions
viii
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
DAFTAR ISI
3. PENUTUP .........................................................................................................64
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................64
3.2 Saran ..........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
ix
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung,
1982),hal.197.
2
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain
Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 1.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
2
3
Maria S.W. Sumardjono. Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi.
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001). Hal. 158.
4
Indonesia, Undang Undang Dasar 1945, Ps 33 ayat (3).
5
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, ( Jakarta: Kencana, 2001 ), hal.
1-2
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
3
Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar dan
hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat6.
Pasal 2 ayat (2) UUPA menentukan, bahwa hak menguasai dari Negara
termaksud dalam Pasal 1 ayat (1) adalah Negara diberikan wewenang untuk:
6
Indonesia, Undang Undang tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok agraria, UU No. 5, LN
No. 104 Tahun 1960, TLN No. 2043, Ps 2 ayat (1).
7
Sudargo Gautama dan Ellyda T. Soetijarto, Tafsiran UUPA (1960) dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaannya, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal. 51.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
4
Tanah merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan
penghidupan bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang terbagi secara adil dan merata, maka tanah adalah untuk diusahakan
ataudigunakan bagi pemenuhan kebutuhan yang nyata. Sehubungan dengan
itu, penyediaan, peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaannya
perlu diatur agar terjamin kepastian hukum dalam penguasaan dan
pemanfaatannyaserta sekaligus terselenggara perlindungan hukum bagi rakyat
banyak, terutama golongan petani, dengan tetap mempertahankan kelestarian
kemampuannya dalam mendukung kegiatan pembangunan yang
berkelanjutan.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
5
hal ini diatur dalam pasal 7 UUPA. Pasal 7 UUPA mengenai pembatasan
kepemilikan tanah ini berkaitan erat dengan pasal 16 UUPA dan pasal 17
UUPA.
1. Hak Milik.
2. Hak Guna Usaha.
3. Hak Guna Bangunan.
4. Hak Pakai.
5. Hak Sewa.
6. Hak Membuka Tanah.
7. Hak Memungut Hasil Hutan.
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hal-hal tersebut di atas yang
akan ditetapkan.
9
Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, (Jakarta: Visi Media, 2007),
hal. 5.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
6
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
7
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
8
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini adalah yuridis normatif melalui pengkajian peraturan
perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen serta wawancara
langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.
10
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1997), hal. 6
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hal. 10.
12
Ibid., hal. 251
13
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), hal.93.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
9
3. Jenis Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
Merupakan suatu pengumpulan data yang dilakukan melaui studi
dokumen atau bahan pustaka dan data diperoleh dinamakan data
sekunder. Data sekunder ini dapat diperoleh melalui penelusuran dari
bahan hukum primer, sekunder, tertier.
b. Penelitian Lapangan
Berdasarkan kedua tahapan penelitian diatas, maka teknik pengumpulan
data yang dilakukan penulis adalah :
4. Analisa Data
Analisa data merupakan proses pencarian dan perencanaan secara
sistematis semua data dan bahan lainnya yang telah terkumpul. Kemudian
atas data dan bahan tersebut penulis dapat menyajikan kepada pihak lain
secara jelas.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
10
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
11
BAB II
Pengertian tanah itu sendiri dimana dalam hukum tanah kata sebutan
tanah dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi
batasan resmi oleh UUPA.
Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam
pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
yang disebut tanah. Yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum.
14
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan. (Jakarta: Universitas Trisakti, 2005), Hal. 5.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
12
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia,
merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan
penghidupan bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan merata, sehingga tanah
adalah untuk diusahakan atau digunakan bagi pemenuhan kebutuhan yang
nyata. Sehubungan dengan itu penyediaan, peruntukan, penguasaan,
penggunaan dan pemeliharaannya perlu diatur, agar terjamin kepastian hukum
dalam penguasaan dan pemanfaatannya serta sekaligus terselenggara
perlindungan hukum bagi rakyat banyak terutama golongan petani, dengan
tetap mempertahankan kelestarian kemampuannya dalam mendukung kegiatan
pembangunan yang berkelanjutan.15
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
13
dan tanahnya akan menjadi milik negara. Larangan bagi pemegang hak atas
tanah berhubungan dengan pengambilan kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi, air dan ruang angkasa, karena menurut ketentuan dalam Pasal 4
ayat (2) UUPA hak-hak atas tanah itu hanya memberi hak atas permukaan
bumi saja.
a. Menetapkan isinya yaitu mengatur apa saja yang boleh, wajib dan
dilarang untuk diperbuat oleh pemegang haknya serta jangka waktu
penguasaannya;
b. Mengatur hak-hak mengenai subjeknya, siapa yang boleh menjadi
pemegang haknya dan syarat-syarat bagi penguasaannya.
c. Mengatur hak-hak mengenai tanahnya.
2. Ketentuan-ketentuan mengenai hukum tanah yang mengatur hak-hak
penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum kongkrit :
a. Mengatur hal-hal mengenai penciptaannya menjadi suatu hubungan
hukum yang kongkrit.
16
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan. (Jakarta: Universitas Trisakti, 2005), Hal. 5.. 12-13.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
14
17
Ibid., hal. 13
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
15
Dalam Pasal 2 ayat (2) Hak Menguasai Negara memberi wewenang untuk:
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
16
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
17
c. Tanah Wakaf
Pasal 49 ayat (1) UUPA menyatakan Hak Milik tanah badan-badan
keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam
bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi. Perwakafan
tanah Hak Milik diakui dan dilindungi dalam Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
seseorang untuk berbuat sesuatu akan tanahnya. Di dalam Pasal 16 ayat (1)
a. Hak Milik
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
18
Ibid., h. 23.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
18
h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut yang akan
ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53.
Ayat (1) Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) huruf h, ialah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak
menumpang dan hak sewa tanah pertanian. Diatur untuk
membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan dengan undang-undang
ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya di dalam waktu yang
singkat.
Ayat(2) Ketentuan dalam Pasal 52 ayat (2) dan (3) berlaku terhadap
peraturanperaturan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
19
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
20
a. Tanah negara yaitu tanah yang masih langsung dikuasai oleh negara
b. Tanah ulayat masyarakat hukum adat
c. Tanah hak yaitu tanah yang sudah dihaki dengan salah satu hak
yaitu hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atau
hak pengelolaan.
19
Ibid., hal. 49.
20
Arie Sukanti Hutagalung, Condominium dan Permasalahannya.(Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum UI, 2007). Hal. 24.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
21
2. Status hukum dari pihak yang memerlukan tanah akan menentukan cara
yang akan digunakan, oleh karena terkait dengan ketentuan dan syarat-
syarat sebagai subjek hak atas tanah.
a. Bagi Instansi Pemerintah yang oleh UUPA hanya dimungkinkan
mempunyai tanah dengan Hak Pakai atau Hak Pengelolaan,
perolehan tanahnya dilakukan dengan pelepasan hak.
b. Bagi perusahaan, baik Badan Hukum Milik Swasta dapat
mempunyai tanah dengan Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atau
dalam hal tanah digunakan untuk usaha perkebunan dan sejenisnya
dapat dipunyai dengan Hak Guna Bangunan.
3. Apabila tanah yang bersangkutan berstatus tanah hak, maka cara yang
digunakan tergantung pada ada atau tidak adanya kesedian yang empunya
tanah untuk menyerahkan kepada yang memerlukan, dengan
kemungkinan:
a. Apabila ada kesediaan untuk menyerahkan dengan sukarela, maka
ditempuh melalui:
1) Acara pemindahan hak, misalnya jual beli, tukar menukar, atau
hibah, yaitu jika yang memerlukan tanah memenuhi syarat
sebagai subjek hak tanah yang dipindahkan itu.
2) Acara pembebasan tanah, diikuti dengan permohonan hak baru
yang sesuai, yaitu jika pihak yang memerlukan tanah tidak
memenuhi syarat sebagai subjek hak atas tanah yang
bersangkutan.
b. Jika tidak ada kesediaan untuk menyerahkannya dengan sukarela,
apabila syarat-syaratnya dipenuhi, maka dapat ditempuh melalui
acara pencabutan hak untuk kepentingan umum sebagai cara
pengambilan tanah secara paksa.
Untuk menguasai dan memperoleh tanah, ada beberapa cara yang dapat
ditempuh oleh calon pemegang hak, antara lain:
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
22
2. Pembebasan Hak22
3. Pemindahan Hak23
4. Pencabutan Hak24
Tata cara pencabutan hak ini adalah upaya terakhir untuk memperoleh
tanah yang tersedia. Dalam keadaan yang memaksa yaitu jika tanah
diperlukan untuk menyelenggarakan kepentingan umum dan tidak
mungkin digunakan tanah lain, sedang musyawarah yang diadakan tidak
21
Irene Eka Sihombing, , Segi-segi Hukum Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan. (Jakarta: Universitas Trisakti, 2005). Hal. 50.
22
Ibid., h. 61.
23
Ibid., h. 56.
24
Ibid., h. 63.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
23
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.25
25
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 1 butir 1
26
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003),hal. 475.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
24
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
25
Tujuan dari pendaftaran tanah ini adalah sesuai dengan tugas pokok
lembaga pendaftaran tanah yaitu :28
1. Melaksanakan inventarisasi pertanahan lengkap di seluruh wilayah
Republik Indonesia dengan melaksanakan pengukuran dan pemetaan tanah
desa demi desa.
2. Menyelenggarakan pemberian tanda bukti hak sebagai jaminan kepastian
hukum atas tanah dengan melaksanakan pendaftaran tanah/ pendaftaran
hak atas tanah yang meliputi setiap peralihannya, penghapusannya dan
pembebanannya jika ada dengan memberikan tanda bukti berupa sertipikat
tanah.
3. Pemasukan, penghasilan keuangan negara dengan memungut biaya
pendaftaran hak atas tanah.
Manfaat Pendaftaran Tanah
Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dengan diselenggarakan
pendaftaran tanah, adalah :29
28
Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia Dan Peraturan Pelaksanaannya,
(Bandung : Alumni, 1983), hal. 20-21.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
26
29
Urip Santoso Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, ( Jakarta: Kencana, 2010 ), hal.
21.
30
R. Soeprapto, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek, (Jakarta: Mitra Sari, 1986),
hal. 69.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
27
c. Penerbitan sertifikat
untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran,
31
Diktat Hukum Agraria, Garis Besar Hukum Tanah Indonesia Landasan Hukum
Penguasaan Dan Penggunaan Tanah, (Diktat), hal. 30
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
28
daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan
berikut:
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
29
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha,
3. Tanah wakaf
5. Hak tanggungan.
6. Tanah Negara.
adalah suatu tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik
atas satuan rumah susun dan hak hak tanggungan yang masing-masing sudah
terdapat. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang
tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai
Surat Ukur sedangkan data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum
bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan
hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. dibuktikan dengan
buku tanah.
34
Ibid, Pasal 9
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
30
Untuk memperoleh data fisik maupun data yuridis tersebut, maka perlu
Kemudian diukur, dibuatkan petanya dan Surat Ukur sebagai alat bukti
letaknya, batas-batasnya dan luasnya. Setiap Surat Ukur diberi nomor urut
pemegang hak dan ada atau tidaknya hak pihak lain yang membebannya
dokumen/ surat-surat bukti tertulis. Data yuridis mengenai jenis hak dan
siapa pemegang haknya dicatat dalam buku tanah, yaitu daftar isian yang
c. Selanjutnya diterbitkan sertifikat sabagai tanda bukti hak yang terdiri dari
sertifikatnya.
yang konkrit, dan alat bukti yang lazim berlaku adalah bukti administratif,
bukti phisik, dan bukti yuridis, termasuk dalam kepemilikan tanah tanpa
35
Diktat Hukum Agraria, Diktat Hukum Agraria, Garis Besar Hukum Tanah Indonesia
Landasan Hukum Penguasaan Dan Penggunaan Tanah, (Diktat), hal. 31.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
31
adanya alat bukti yang syah, artinya bukti secara administratif dan yuridis,
1. Sertifikat, merupakan alat bukti yang paling kuat tetapi tidak mutlak
terhadap kepemilikan suatu tanah dan surat yang disebut sertifikat ini
disebut alat bukti yang paling terkuat tetapi tidak mutlak artinya alat bukti
terkuat di antara alat bukti yang lainnya, dikatakan tidak mutlak karena
alat bukti sertifikat ini masih bisa dianggap tidak syah, apabila ada pihak
pembuktiannya, maka bagi pemegang alat bukti yang paling lengkap serta
cara peralihan hak dan pembuatan alat buktinya melalui prosedur yang
2. Akta merupakan alat bukti kepemilikan suatu benda. Untuk tanah akta ini
berupa akta peralihan hak termasuk akta jual beli, waris, hibah dan lain
(dahulu Camat bisa bertindak sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah). Alat
sejarah peralihan hak atas tanah termasuk akta jual beli, akta waris, akta
36
Mudakir Iskandar Syah, Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
(Jakarta: Jala Permata, 2007). Hal. 44.
.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
32
hibah dan sebagainya. Secara yuridis alat bukti ini juga sudah mempunyai
kekuatan hukum, akan tetapi tidak sekuat alat bukti yang dinamakan
sertifikat.
3. Alat bukti yang lain, seperti Girik, Petok dan sejenisnya, alat bukti
semacam ini termasuk alat bukti yang lemah, namun di Indonesia terutama
dimiliki para pemilik tanah. Sedangkan surat PBB (Pajak Bumi dan
membayar pajak.
Kaitannya antara alat bukti tanah dengan pembebasan tanah sangat erat
sekali, bahkan secara yuridis kepemilikan suatu benda tanpa disertai alat bukti
Hak Milik menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Pasal 20 ayat (1)
adalah : hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah dengan mengingat ketentuan Pasal 6 UUPA yaitu mengenai fungsi
sosial hak atas tanah.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
33
Kata-kata terkuat dan terpenuh itu tidak berarti hak milik merupakan hak
yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat akan tetapi harus diingat bahwa
semua hak atas tanah termasuk hak milik mempunyai fungsi sosial
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPA37.
Sifat terkuat dan terpenuh berarti yang paling kuat dan paling penuh,
berarti pula bahwa pemegang hak milik atau pemilik tanah itu mempunyai hak
untuk berbuat bebas, artinya boleh mengasingkan tanah miliknya kepada
pihak lain dengan jalan menjualnya, menghibahkan, menukarkan, dan
mewariskannya.
Semua hak atas tanah termasuk hak milik mempunyai fungsi sosial, ini
berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang tidak
dibenarkan bahwa tanahnya itu akan dipergunakan semata-mata untuk
kepentingannya sendiri. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaan
dan sifat haknya, sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan
yang punya maupun bermanfaat bagi masyarakat dan Negara. Tetapi dalam
pada itu ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan perseorangan
akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat) melainkan
antara keduanya harus seimbang, sehingga pada akhirnya akan tercapai tujuan
pokok kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya.
Berhubung dengan fungsi sosialnya, maka adalah suatu hal yang sewajarnya,
bahwa tanah itu harus dipelihara baik-baik, agar bertambah kesuburannya
serta dicegah kerusakannya.
37
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, (Bandung : Ghalia Indonesia, 1985), hal : 23
38
Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Nasional sampai Orde Reformasi,( Bandung : Alumni,
1999), hal. 52
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
34
a. Merupakan hak atas tanah yang kuat, bahkan menurut Pasal 20 UUPA
adalah yang terkuat, artinya tidak mudah hapus dan mudah dipertahankan
terhadap gangguan pihak lain ;
b. Merupakan hak turun temurun dan dapat beralih, artinya dapat dialihkan
pada ahli waris yang berhak ;
c. Dapat menjadi hak induk, tetapi tidak dapat berinduk pada hak-hak atas
tanah lainnya. Berarti dapat dibebani dengan hak-hak atas tanah lainnya,
seperti Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Gadai, Hak Usaha
Bagi Hasil dan Hak Menumpang ;
f. Dapat dilepaskan oleh yang punya sehingga tanahnya menjadi milik Negara;
g. Dapat diwakafkan ;
Ketentuan tentang siapa saja yang dapat mempunyai hak milik diatur
dalam Pasal 21 UUPA yaitu :
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
35
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
36
2. Ketentuan Undang-undang
Hak-hak atas tanah yang dikonversi menjadi hak milik adalah yang
berasal40 :
c. Hak milik Indonesia dan hak-hak semacam itu, yang pada tanggal
24 September 1960, dipunyai WNI atau badan hukum yang
mempunyai syarat sebagai subyek hak milik
3. Penetapan Pemerintah
40
Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum,(Jakarta : CV. Rajawali, 1986), hal. 243
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
37
Suatu hak milik dapat hapus, artinya dapat hilang atau terlepas dari yang
berhak atasnya, seperti yang ditentukan dalam Pasal 27 UUPA, karena
1) Pencabutan hak
3) Ditelantarkan
4) Ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2) yaitu jatuh kepada
b. Tanahnya musnah
41
Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona sebagai Pelaksanaan
Mekanisme Fungsi Agraria, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), hal. 11
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
38
42
Erman Rajagukguk Judicial Review Peraturan Menteri: PenerapanStufentheorie
http://ermanhukum.com/Makalah%20ER%20pdf/JUDICIAL%20REVIEW%20PERATURAN%2
0MENTERI.pdf diunduh 3 Januari 2012.
43
Ibid.
44
Mustafa Modul 9 Konsep Dasar Politik Dan Pemerintahan
mustofacayo.files.wordpress.com/2011/06/kelompok-5.pdf diundauh 5 januari20112
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
39
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
3. Undang-undang;
5. Peraturan Pemerintah;
6. Keputusan Presiden;
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
40
7. Peraturan Daerah.
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah.
(2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
41
45
R. Herlambang Perdana Wiratraman HierarkiPeraturan
www.scribd.com/doc/49448334/herlambang-hirarki-peraturan diunduh 5 Januari 2012
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
42
Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa jelas dirumuskan dalam pasal 1 ayat 2,
yang bunyinya sebagai berikut :
Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
Pernyataan tersebut, yang sering kali kurang diperhatikan oleh umum yang
membaca UUPA, sesungguhnya, bersama-sama denganapa yang
tercantumdalam ayat 1 dan 3, mengandung makna yang sangat mendalam.
Ia serta mengantarkan kita kedalam suasana keagamaan hukum tanah
nasional kita, yang juga merupakan kekhasan hukum adat. Konsepsi
komunalistik-religius, kebangsaan, wawasan nusantara, semangat
persatuan dankesatuan tampak jelas tampak jelas tersurat dan tersirat di
dalamnya,yang semuanya mempengaruhi serta terwujud dalam isi
rumusan pasal-pasal UUPA selanjutnya.
46
Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum (Jakarta: Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indaonesia, 2005), hal. 2.
47
Ibid. hal. 3.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
43
Sedangkan dalam pasal 49, yang terdapat tentang hak-hak atas tanah untuk
keperluan suci dan sosial, diakui dan dilindungihak milik tanah badan-
badan keagamaan. Badan-badan keagamaan dijaminpula akan perolehan
tanah yang cukup untuk membangun dan usahanya dalam bidang
keagamaan. Dalam ayat 2 nya Untuk keperluan peribadatan dan keperluan
suci lainnya akan diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
dengan hak pakai.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
44
hubungan hukum dengan tanah, agar dapat dicapai tujuan yang disebut
dalam pasal 1 ayat 2 dan dicegah penguasaan atas kehidupan dan
pekerjaan orang lain yang melampaui batas.
Sesuai dengan dasar kebangsaan tersebut pada pasal 1 maka dalam pasal 9
ayat 1 dinyatakan, bahwa: hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai
hubungan yang sepenuhnyadengan bumi, air dan ruang angkasa, dalam
batas-batas ketenytuan pasal 1dan 2. Pernyataan dasar tersebut mendapat
penerapan dalam pasal-pasal yang mengatur hak milik atas tanah, sebagai
hak yang memberikan hubungan yang terpenuh dengan tanah. Menurut
pasal 21 ayat 1 hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
45
yang diberikan kepada orang asing untuk berparti sipasi dalam kehidupan
ekonomi Negara dimana ia bertempat tinggal, tidak sampai meliputi
pemilikan semua benda-benda tertentu, baik benda-benda bergerak
maupun benda-benda tetap.
Bukan hanya hak milik yang tidak dapat dipunyai oleh orang-orang asing,
lelainkan juga hak guna usaha dan hak guna bangunan (pasal 30 dan 36).
Sesuai dengan ketentuan hukum adat, orang asing hanya dapat menguasai
tanah dengan hak pakai, jika ia benar-benar berkedudukan di(dalam arti
menjadi penduduk) Indonesia (pasal42), atas dasar pertimbangan bahwa
ini hanya member wewenang yang terbatas(penjelasan pasal 42).
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
46
b. Pasal-Pasal Landreform
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
47
48
Ibid. hal. 11.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
48
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-
pokok kemakmuran rakyat.sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (LN 1959-75)
Penfsiran Hukum
Menurut teori penafsiran hukum ada beberapa macam penafsiran, antar
49
lain
49
C.S.T.Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka,
1989), hal. 66
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
49
Ialah penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
diberikan oleh pembentuk undang-undang.
5. Penafsiran nasional
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
50
7. Penafsiran ekstensif
8. Penafsiran restriktif
9. Penafsiran analogis
Ialah member tafsiran pada suatu peraturan hukum dengan member ibarat
(kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan asa hukumnya sehingga
suatu peristiwa sebenarnya tidak dapat dimasukkan lalu dianggap sesuai
dengan bunyi peraturan tersebut, misalnya menyambung aliran listrik
dianggap sama dengan mengambil aliran listrik
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
51
Tanah sebagai suatu sumber yang sangat amat vital bagi manusia, bagi
kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa dalam mencapai sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan merata, maka tanah
adalah untuk diusahakan atau digunakan bagi pemenuhan kebutuhan yang
nyata.
Hal tersebut tersebut diatas disadari oleh para pendiri bangsa kita
sehinga mengenai hal kekayaan alam bangsa kita tak luput dari perhatiannya,
hal ini dapat kita liat pada isi konstitusi kita yaitu pada batang tubuh Undang
Undang Dasar 1945 yakni pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi sebagai
berikut:
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat51.
50
KADIN BatamEkonomi Lintas Batas www.kadinbatam.or.id/imu/elb.pdf diunduh 30
Desember 2011.
51
Indonesia, Undang Undang Dasar 1945, Ps 33 ayat (3).
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
52
harus baerdasarkankepada aturan yang lebih tinggi yang pada akhirnya dapat
dipertanggung jawabkan pada ketentuan Undang Undang 1945.52
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
53
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
54
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
55
mengenai tanah hak milik non pertanian saja,tetapi juga pengatur tanah
dengan hak lainnya juga.
Dengan kata lain bahwa Surat Keputusan No. 59/DDA/1970 disatu sisi
ingin membatasi tetapi disisi yang lain memberikan kesempatan untuk
seseorang (keluarga bati) memiliki tanah sebanyak-banyaknya, selama izin
yang dimintakan selalu disetujui oleh kantor pertanahan, Jika dikaitkan
dengan pasal 7 UUPA maka apa yang di atur dalam Surat Keputusan No.
59/DDA/1970 adalah bertentangan, karena dampak dari pemberian atau
kesempatan/peluang yang di berikan oleh pemberian izin tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
56
Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas
Tanah Untuk Rumah tinggal, yang mulai berlaku pada tanggal 26 juni 1998,
yang terdiri dari 4 pasal pada pokoknya mengaur mengenai peningkatan hak.
Yaitu mengatur mengenai hak guna bangunan atau hak pakai atas tanah untuk
rumah tinggal kepunyaan perseorangan warganegara Indonesia yang luasnya
600 m2 atau kurang, atas permohonan yang bersangkutan dihapus dan
diberikan kembali bekas pemegang haknya dengan hak milik.56
Tanah hak guna bangunan atau hak pakai atas untuk rumah tinggal
kepunyaan perseorangan warganegara Indonesia yang luasnya 600 m2 atau
kurang yang sudah habis jangka waktunya dan masih dipunyai oleh bekas
pemegang hak tersebut, atas permohonan yang bersangkutan diberikan hak
milik kepada bekas pemegang haknya.57
Pada pasal 1 ayat 2 nya diatur bahwa penerima hak harus membayar
uang pemasukan kepada Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sselanjutnya dalam pasal 2 dan 3 diatur mengenai tata cara pengajuan
permohonan peningkatan hak dan juga jangka waktu pengajuan permohonan
peningkatan hak tersebut, Sedangkan pada pasal 4 Keputusan KBPN No. 6
Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk Rumah tinggal
diatur mengenai ketentuan diproses atau tidaknya permohonan peningkatan
hak tersebut, yang didasari Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1997 jo. No. 15 Tahun 1997 dan No. 1
Tahun 1998 tentang Pemberian Pemberian Hah Milik Atas Tanah untuk
rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Sederhana (RS), Keputusan
Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1998
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah tinggal Yang Dibeli
Oleh Pegawai negeri dari Pemerintah dan Keputusan ini, diproses dengan
ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 jo. No. 5 Tahun
56
Indonesia, Keputusan kepala Badan Pertanahan, No. 6 tahun 1998, Ps.1, ayat 1.
56
Ibid.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
57
197358, yang mana Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 jo. No.
5 Tahun 1973 telah dicabut dan diganti dengan PMNA/KBPN No. 3Tahun
1997.
58
Ibid. Ps.4, ayat 1.
59
Ibid. Ps.4, ayat 2.
60
Ibid. Ps.4, ayat 3.
61
Wawancara dengan bapak Reiner Manurung SH. selaku Kasi Bidang Perundang-undangan
BPN, dijakrta ,tgl. 29 Desember 2011, pukul 13.00 WIB.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
58
a. Permohonan Hak dan pemberian hak atas tanah jika tanah yang
diperlukan berstatus tanah Negara
b. Pemindahan Hak :
62
Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum (Jakarta: Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indaonesia, 2005), hal. 174.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
59
1) Tanah yang diperlukan berstatus tanah hak atau tanah hak ulayat
suatu masyarakat hukum adat
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
60
terjadinya monopoli terhadap tanah hak milik non pertanian, tetapi penulis
mengagnggap Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998 adalah kemunduran.
63
Wawancara dengan bapak Reiner Manurung SH. selaku Kasi Bidang Perundang-undangan
BPN, dijakrta ,tgl. 29 Desember 2011, pukul 13.00 WIB.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
61
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
62
belum terintegrasinya sistem data yang ada pada BPN.64 Seharusnya jika
Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998 dianggap atau telah menjadi aturan yang
membatasi kepemilikan tanah hak milik non pertanian, maka seharusanya
Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998 adalah payung hukum terhadap proses
pengawasan yang dilakukan BPN.
Baik dalam Keputusan KBPN No. 6 Tahun 1998 dan Surat Keputusan
No. 59/DDA/1970 tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai sanksi
apabiala seseorang memiliki tanah hak milik non pertanian yang melampaui
batas maksimum. Idealnya apabiala peraturan tersebut mengatur mengenai
pembatasan maka semestinya juga memuat mengenai ketentuan sanksi.
Mengherankan jika menemukan suatu sanksi tetapi peraturannya tidak ada.
Tetapi hal ini terjadi di Negara kita dimana sanksinya telah tersesia tetapi
peraturan yang memuat sanksi tersebut belum ada atau belum diatur.
Pada pasal 11 Undang Undang No. 56 Prp. Tahun 1960 memuat sansksi
yang diperuntukkan bagi pelaku pelanggaran terhadap pasal 5 dan pasal 12
yang mana sanksinya adalah ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 10000.65 Adapaun tindak pidana yang dimaksud pada pasal
11 ayat 1 tersebut merupakan pelanggaran.66
64
Ibid.
65
Indonesia, Undang Undang Penetapan Luas Tanah Pertanian, No. 56 Prp. tahun 1960,
Ps.11, ayat 1.
66
Ibid. Ps.11, ayat 2.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
63
Dari kententuan 12 Undang Undang No. 56 Prp. Tahun 1960 sampai saat
ini belum dilaksanakan secara utuh, baru berupa langkah menuju pembatasan
terhadap tanah non pertanian yang mana diatur dalam Keputusan KBPN No.
6 Tahun 1998.
Universitas Indonesia
Analisis yuridis..., Firly Irhamdani, FHUI, 2012
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Universitas Indonesia
2. Bahwa upaya pengawasan BPN terhadap pembatsan tanah hak milik non
pertania sampai saat ini tidak dilakukan dengan dalih tidak adanya payung
hukum yang mengatur hal tersebut, dan juga terkendala dengan sistem
administrsi dalam BPN yang belum terintegrasi. Mengenai sanksi terhadap
kepemilikan yang melampaui batas sebenarnya telah ada, sebagaimana
yang detalah diatur dalam pasal 11 Undang Undang No. 56 Prp. Tahun
1960 yaitu sanksi bagi seseorang yang melanggar atau melampau batas
kepemilikan maksimum tanah hak milik non pertanian dimana dalam pasal
12 di sebutkan bahwa maksimum luas dan jumlah tanah untuk perumahan
dan pembangunan lainnya, yang mana sanksinya adalah ancaman pidana
atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya
3 bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10000. Tetapi yang
mengherankan adalah dimana sanksi telah ada namun peraturan yang
dapat mengakibatkan dikenakan sanksi tersebut sampai saat ini belum ada
atau belum diatur.
3.2 Saran
Universitas Indonesia
2. BPN harus segera membuat suatu data base untuk sistem administrasinya,
karena dengan terintegrasinya sistem administrasi maka akan
mempermudah BPN dalam melakukan pengawasan dan juga menerapakan
pembatasan terhadap tanah khususnya pembatasan tanah hak milik non
pertanian
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Effendi, Bachtiar. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Bandung : Alumni, 1993.
Erwiningsih, Winahyu, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, (Yogyakarta:
Total Media, 2009
Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta :
Djambatan, 2003.
_____________ Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan
Hukum Tanah, Jakarta :Djambatan, 2006
_____________ Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional. Jakarta :
Universitas Trisakti Press, 2007.
Hasan, Djuhaendah, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda
Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas
Pemisahan Horisontal, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Hutagalung, Arie S. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah.
Jakarta : Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, 2005.
__________________Condominium dan Permasalahannya. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Hukum UI, 2007
.Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Jakarta, :
Balai Pustaka, 1989
Perangin, Effendi, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut
Pandang Praktisi Hukum Jakarta : CV. Rajawali, 1986
Prakoso, Djoko dan Budiman Adi Purwanto, Eksistensi Prona sebagai
Pelaksanaan Mekanisme Fungsi Agraria, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1985
Universitas Indonesia
Saleh, K. Wantjik, Hak Anda Atas Tanah, (Bandung : Ghalia Indonesia, 1985
Sangsun, Florianus SP, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Jakarta: Visi
Media, 2007
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Undang-Undang Peraturan Pokok-Pokok Agraria. UU No.5 Tahun
1960.
Universitas Indonesia
C. INTERNET
Universitas Indonesia