Makalah Metode Recall 24 Jam
Makalah Metode Recall 24 Jam
Makalah Metode Recall 24 Jam
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh.
Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Agar
kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai
dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan
kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.
Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survei konsumsi, terutama metode Recall 24 Jam banyak digunakan dalam
penelitian kesehatan dan gizi. Di Amerika serikat survei konsumsi makanan digunakan
sebagai salah satu cara dalam penetuan status gizi (Willet, 1990). Di Indonesia, survei
konsumsi sudah sering digunakan dalam penelitian di bidang gizi.
1
mengetahui konsumsi makan seseorang, bisa dengan menggunakan metode tingkat individu,
antara lain metode recall 24 jam, metode estimated food records, metode penimbangan
makanan (food weighing), metode dietary history, dan metode frekuensi makanan (food
frequency).
Sampai saat ini yang banyak digunakan adalah metode recall 24 jam. Metode ini
banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data konsumsi pangan karena merupakan
metode yang relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas
untuk wawancara, tetapi mempunyai tingkat akurasi yang rendah, karena hanya
mengandalkan kemampuan mengingat responden.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode recall 24 jam adalah metode wawancara dengan meminta responden untuk
menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya dalam waktu 24 jam
sebelumnya. Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat mengungkapkan
jenis bahan makanan yang dikonsumsinya. Agar wawancara berlangsung dengan baik, maka
perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut mengarahkan wawancara
menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan bahan makanan. Urutan waktu makan
sehari dapat berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan.
Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati,
sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain (Riyadi,1995).
Dalam metode ini, responden, ibu ataupun pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin).
Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya,
atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai
24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka
konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang
sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah
terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang
diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan
menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa
dipergunakan sehari-hari.
3
Survey hanya dilakukan satu kali, sehingga dianggap tidak cukup menggambarkan pola
konsumsi makan dari individu atau kelompok.
2. Multiple 24-hours recall
Survey pada multiple 24-hours recall adalah pengkajian pada individu yang sama namun
dengan permintaan pengukuran beberapa hari. Metode ini dapat juga digunakan untuk
mengukur pada individu yang berbeda jika ingin mengukur dalam 1 kelompok maka akan
didapatkan hasil data yang lebih valid.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (124 jam), maka data yang diperoleh
kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu,
recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-
turut, sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake.harian individu (Sanjur, 1997).
4
j. Perkiraan waktu saat mengonsumsi makanan/ minuman
k. Jumlah bahan yang dimakan, contoh: 6 sendok makan, 1 cup, 1 potong, dsb.
l. Jenis makanan, contoh: jus jeruk, cokelat, dsb.
m. Deskripsi makanan (pengolahan, penyajian, merek, dll)
n. Tambahan komposisi selama persiapan dan pengolahan, contoh: gula, minyak, dsb.
2. Menyediakan kuesioner
Agar wawancara berlangsung sistematis, perlu disiapkan kuesioner
sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urutan waktu dan pengelompokan
bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang,
malam, dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokan bahan makanan dapat
5
berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-
buahan, dan lain-lain
6
dimakan di luar rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara.
Konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya
pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A. Mendeskripsikan dengan detail setiap
bahan makanan yang dikonsumsi.
c) Tahap Penutupan Wawancara
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengakhiri wawancara dengan responden :
1. Menyelesaikan wawancara ketika melihat responden merasa lelah
2. Bersama-sama dengan responden mereview 24-hours list
3. Mendiskusikan pertanyaan/comment dari responden apabila memiliki masalah
4. Berterima kasih kepada responden terkait kerjasama dan kesabarannya
d) Tahap Pengolahan dan Pengintepretasian Data Responden
1. Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama
kurun waktu 24 jam yang lalu.
Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan
waktu kegiatannya seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari
sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama,
makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah
seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat
perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta
adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam
menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan
berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan
lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat
dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang
akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi.
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis
bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak,
7
karbohidrat, dan beberapa mineral penting (seperti : kalsium, zat besi, vitamin A,
vitamin B, niasin dan vitamin C).
3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar kecukupan yang
dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA) untuk populasi yang diteliti.
Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang digunakan saat ini secara
nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa,
2001). Dasar penyajian Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebagai berikut:
a. Kelompok umur
b. Jenis kelamin
c. Tinggi badan
d. Berat badan
e. Aktivitas
f. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)
8
6. Menyelidiki mengenai aktivitas
a. Ketika Saudara bekerja, saat istirahat apa yang Saudara lakukan terkait makan atau
minum?
b. Apakah Saudara menonton TV? Jika iya, apakah Saudara mengkonsumsi sesuatu?
c. Apakah Saudara berhenti untuk mengkonsumsi sesuatu saat perjalanan pulang dari
kantor?
7. Menyelidiki tentang makanan
a. Jenis pangan
b. Metode persiapan
c. Nama jenis
d. Bagian yang dimakan
e. Bahan-bahan
f. Tambahan pangan
8. Membagi wawancara dalam tiga tahap:
a. Quick List : Pertama, membuat daftar lengkap makanan/minuman yang telah
dkonsumsi tanpa berusaha memperkirakan porsinya terlebih dahulu.
b. Detailed description : Kedua, setelah semua makanan/minuman disebutkan oleh
responden, petugas dapat melengkapi deskripsi detail makanan/minuman responden
serta menentukan jumlahnya.
Jika responden menanyakan pertanyaan seputar gizi pada saat pelaksanaan recall,
beritahu responden bahwa Anda (pewawancara) akan menjawabnya nanti setelah
menyelesaikan recall.
c. Review : Setelah responden memberitahukan tentang makanan/minuman yang ia
konsumsi selama 24 jam lalu beserta jumlahnya, petugas wawancara dapat
membacakan daftar tersebut kembali kepada responden, kemudian petugas dapat
meminta responden untuk memberitahukan apapun yang mungkin lupa disebutkan
oleh responden.
Petugas wawancara mengucapkan terima kasih kepada responden atas
kerjasamanya dan sebaiknya tidak memberikan komentar apapun terhadap hasil
recall.
9
c) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara dengan responden
a. Sabar
b. Jangan menekan responden
c. Mengijinkan responden untuk berbicara tanpa penyelaan
d. Mengijinkan untuk bertanya dan berkomentar
e. Jagan menunjukkan ekspresi tidak setuju dengan body language atau kata-kata
f. Menggunakan food model terkait petanyaan porsi penyajian makan
g. Menggunakan pertanyaan terbuka
h. Bertanya tentang komposisi makan dan bahan-bahannya
i. Melarang pertanyaan yang sudah pasti
j. Memberikan pertanyaan dengan berbagai model, antara lain:
1. Membuka pertanyaan dengan netral
2. Menghindari pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban iya atau tidak
3. Pertanyaan terkait kebiasaan
4. Pertanyaan kebiasaan sangat bermanfaat untuk bimbingan di masa depan
dibandingkan pertanyaan keilmuwan saja
10
b. Kelemahan metode recall 24 jam :
1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukan
recall satu hari.
2. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu
responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok
dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan
orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa.
3. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang
gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate).
4. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan
alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan
masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-
apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan
serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum.
5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk
mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat
panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara
keagamaan, selamatan dan lain-lain.
6. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan
pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara
keagamaan, selamatan dan lain-lain.
7. Rawan kesalahan dalam memperkirakan ukuran porsi yang dikonsumsi.
8. Mungkin tidak mencerminkan kelompok asupan jika ingatan tidak mewakili semua
hari dalam seminggu.
9. Pewawancara harus terlatih dengan baik.
10. Pewawancara harus terlatih dengan baik
11. Terus-menerus bertanya-jawab akan sangat melelahkan baik bagi responden dan
pewawancara dan dapat berakibat pada kesalahan
12. Rentan terhadap kesalahan ketika bagian estimasi ukuran dikonversi ke gram
11
13. Rawan kesalahan dalam pengkodean item makanan jika terbatas jumlah item
makanan dalam database
14. Kelalaian dressing, saus, dan minuman dapat mengakibatkan perkiraan rendahnya
asupan energy
15. Data entry bisa sangat padat .
16. Karena sifat retrospektif nya, 24 hour recall kurang cocok untuk digunakan dengan
anak-anak dan orang tua.
17. Rawan kesalahan dalam memperkirakan ukuran porsi yang dikonsumsi.
18. Mungkin tidak mencerminkan kelompok asupan jika ingatan tidak mewakili semua
hari dalam seminggu.
19. Kelalaian dressing, saus, dan minuman dapat mengakibatkan perkiraan rendahnya
asupan energi.Pewawancara harus terlatih dengan baik.
20. Terus-menerus bertanya-jawab akan sangat melelahkan baik bagi responden dan
pewawancara dan dapat berakibat pada kesalahan.
21. Rentan terhadap kesalahan ketika bagian estimasi ukuran dikonversi ke gram.
22. Rawan kesalahan dalam pengkodean item makanan jika terbatas jumlah item
makanan dalam database.
12
3. Interviewer Bias / Kesalahan Pewawancara bisa terjadi jika ada perbandingan
pertanyaan diantara para pewawancara untuk informasi yang merubah tingkat atau
catatan jawaban dari subjek tidak benar.
4. Respondent Memory Lapse / Terbatasnya Daya Ingat Responden bisa
mengakibatkan kesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu tambahan memori untuk
mengingat kembali.
5. Incorrect Estimate of Protein Size / Kesalahan perkiraan ukuran porsi dapat
terjadi dari responden yang gagal mengukur dengan akurat jumlah dari konsumsi
makanan atau kurang paham rata-rata ukuran porsi.
6. Supplement Kause / Pemakaian Suplemen bisa menghilangkan catatan makanan
atau mengingat kembali atau kesalahan dalam kalkulasi asupan gizi.
7. Coding Error / Kesalahan Pengkodean dapat terjadi ketika perkiraan ukuran porsi
telah dikonversi dari ukuran rumah tangga ke ukuran gram dan ketika makanan
memakai kode (e.g.,2% susu adalah kode untuk keseluruhan susu).
8. Mistakes in the Holding of Mixed Disease / Kesalahan dalam Perlakuan
Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan perkiraan dari kandungan gizi
per gram dan juga kesalahan dalam penilaian kelompok makanan tertentu.
13
Sosial Ekonomi: tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan asupan energi yang
rendah. Dalam beberapa kasus, perbedaan budaya termasuk ke dalam ketidak-sesuaian
tersebut.
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan: termasuk merokok dan diet, selama
ini sering dikaitkan dengan pelaporan energy yang rendah, biasanya asupan energy pada
orang yang diet dilaporkan lebih rendah terhadap penambahan berat badannya daripada
orang yang tidak melakukan diet.
Sikap/Perilaku: menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh mana batas pencatatan
asupan makanan dapat bertanggung jawab terhadap pelaporan energy yang rendah yang
dihubungkan dengan kurangnya asupan makanan (Goris dan Westerterp, 1999).
Efek-efek Psikologis: Hubungan antara pelaporan energy yang rendah dan depresi,
keinginan untuk mendapatkan nilai sosial, dan masalah emosional (Price dkk., 1997)
juga telah diperiksa, dengan hasil yang telah digabungkan. Sekali lagi, tidak ada hasil
yang sesuai yang telah dicatat.
Makanan atau minuman yang spesifik mungkin merupakan salah satu pelaporan yang
sudah dengan cara yang masih tidak dapat dipahami dengan baik. Peneliti telah
mengemukakan bahwa perbedaan pelaporan yang rendah dapat muncul dari beberapa
makanan atau minuman yang dianggap buruk, seperti alcohol, kue, cookies, gula,
permen, dan lemak. Sebaliknya, daging, ikan, sayuran, salad, dan buah-buahan yang
dianggap makanan baik (Livingstone dkk., 1990).
14
Kekurangan respon tertentu, namun pemilihan subjek secara acak menghasilkan
bias non responden yang signifikan dan dapat terjadi pada semua tipe dari sistem
penilaian gizi. Selama survey atau intervensi bias responden bisa terjadi jika responden
kurang memahami apa yang ditanyakan oleh pewawancara, atau tidak memahami
isyarat non lisan dari pewawancara yang mungkin hanya membutuhkan jawaban-
jawaban umum. Adanya kelemahan dalam pelaporan dapat ditaksir melalui
perbandingan-perbandingan yaitu:
Perbandingan total pengeluaran energy dengan laporan asupan energy (schoeller,
1990)
Menaksir keperluan energy dengan laporan asupan energy (Goldber et al., 1991).
Kebutuhan asupan energy untuk menjaga berat tubuh dengan laporan asupannya.
Penegluaran kation urin dengan laporan asupannya (Zhang et.al., 2000).
f) Kesalahan Pewawancara
Kesalahan pewawancara mungkin termasuk kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan
memeriksa pertanyaan, mencatat jawaban, kelalaian yang tidak disengaja, kesalahan yang
terkait dengan pengaturan wawancara, gangguan, kerahasiaan dan anonimitas dari
responden, dan tingkat hubungan antara pewawancara dan responden. Penyimpangan dapat
dikurangi dengan standarisasi recall 24 jam dengan mikro-komputer berbasis wawancara
diet.
Pendekatan yang paling umum untuk menilai kesalahan pewawancara adalah dengan
cara membandingkan asupan nutrisi yang dihitung dari beberapa pewawancara yang
dilakukan secara sendiri-sendiri pada subjek yang sama selama 24 jam waktu makan,
menggunakan beberapa pewawancara yang terlatih. Perbedaan signifikan dalam
15
penghitungan energi, lemak, dan lemak tak jenuh akibat perbedaan kode makanan pada
makanan ringan, juga ditemukan.
Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber potensial kesalahan
dalam penyelidikan diet. Suatu kecermatan dan acuan standar wawancara, sebaiknya
dijalankan melalui komputer, sehingga dapat membantu meminimalkan efek. Survei diet
yang melibatkan beberapa kelompok etnis atau budaya, disarankan untuk menggunakan
pewawancara yang akrab dengan setiap bahasa dan budaya. Secara umum, pewawancara
perempuan itu lebih baik daripada laki-laki karena perempuan umumnya memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai makanan, bahan-bahan, persiapan dan pengolahan,
dan ukuran porsi.
16
responden kesulitan dalam mengestimasi ukuran porsi untuk daging, terutama dalam
mengestimasi ketebalan daging.
Selain yang telah disebutkan di atas, menurut Supariasa, sumber bias dalam pengukuran
konsumsi makanan berasal dari beberapa faktor, diantaranya :
1) Kesalahan atau bias dari pengumpul data
a. Pengaruh sikap dalam bertanya, dalam mengarahkan jawaban, mencatat hasil
wawancara, atau sengaja membuat sendiri data tersebut.
b. Pengaruh situasi, misalnya perbedaan sikap pewawacara di rumah responden,
karena ada orang lain yang ikut mendengarkan, dan keinginan untuk merahasikan data
responden.
c. Pengaruh hubungan timbal-balik antara pewawancara dengan responden, misalnya
perbedaan status dan penerimaan masyarakat kurang baik terhadap pewawancara.
d. Kesalahan dalam melakukan konversi makanan masak ke mentah dan dari ukuran
rumah tangga ke ukuran berat (gram).
2) Kesalahan/bias dari responden
a. Gangguan atau terbatasnya daya ingat.
b. Perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi.
c. Kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan
menambah makanan yang sedikit dikonsumsi (The Flat Slope Syndrome)
d. Membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi.
e. Keinginan untuk menyenangkan pewawancara.
f. Keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan
g. Kesalahan dalam mencatat (food record)
h. Kurang kerjasama, sehingga menjawab asal saja atau tidak tahu dan lupa.
3) Kesalahan/bias karena alat
a. Penggunaan alat timbang yang tidak akurat karena belum distandarkan sebelum
digunakan.
b. Ketidaktepatan memilih Ukuran Rumah Tangga (URT).
4) Kesalahan/bias dari daftar komposisi bahan makanan (DKBM)
a. Kesalahan penentuan nama bahan makanan/jenis bahan makanan yang digunakan
17
b. Perbedaan kandungan zat gizi dari makanan yang sama, karena tingkat
kematangan, tanah dan pupuk yang dipakai tidak sama.
c. Tidak adanya informasi mengenai komposisi makanan jadi atau jajanan.
5) Kesalahan/bias karena kehilangan zat gizi dalam proses pemasakan, perbedaan
penyerapan, dan penggunaan zat gizi tertentu berdasarkan perbedaan fisiologis tubuh.
18
Kalau kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin, maka tingkat presisi
terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi sesungguhnya pada kedua pengukuran, jadi
hasil pengukuran yang berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh metodenya yang tidak
dipercaya.
Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok masyarakat, perbedaan antara
dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Berbedanya konsumsi antara anggota kelompok (variasi antara individu/responden).
2. Berbedanya konsumsi dari hari ke hari pada setiap anggota kelompok (variasi intra
individu/responden).
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet harus dibedakan
dan dihitung.
Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi ditentukan oleh beberapa hal, antara
lain :
1. Lama waktu pengamatan yang digunakan.
2. Macam populasi yang diteliti.
3. Zat gizi yang ingin diketahui.
4. Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya.
5. Varians antara dan intra responden.
19
20
21
22
Tabel Food Recall Selama 3 kali 24 Jam Penderita Hipertensi Yang Diteliti
Nama : Nurhaedah
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 70
Tinggi Badan ; 158
Lingkar Lengan Atas : 46
Pekerjaan : URT
Alamat : Desa Balusu, Kec. Balusu, Kab. Barru
Jumlah Anggota Keluarga : 5 Orang
Kebiasaan Makanan : 3 x Sehari
Waktu Banyaknya
No Nama Masakan Bahan Makanan
Makan URT Gr
1. HARI I
23
- Ikan bandeng, Lombok
- Ikan Asap Besar, Merica Ptg Kcl 40
- Labu, Santang Kelapa
- Sayur Labu - Kerupuk Udang, Minyak 3 Sdm 60
- Kerupuk Prg Sdg 25
2. HARI II
- Teh cap cangkir, Gula
07.00 - Teh. - Beras 1 Gls 200
08.30 - Nasi Putih - Ikan layang, Asam, 1 Prg Sdg 75
- Ikan Layang Minyak I ekor 30
- Pisang, Tepung beras,
10.45 - Kue Kambeng- Minyak 7 Btr 60
kambeng - Beras
13.15 - Nasi Putih - Ikan awu-awu, Jeruk 2 Prg Sdg 150
- Ikan Bakar nipis 2 ekor 80
- Daun kacang, Kacang
- Sayur Bening panjang, Labu, Kemangi 5 Sdm 70
Campur - Telur, Terigu, Margaring
16.00 - Kue bolu - Beras 2 Ptg 40
19.10 - Nasi Putih - Ikan banyara, Minyak 1 Prg Sdg 125
- Ikan goreng - Tempe, Tepung bumbu, 1 Ptg 50
- Tempe goring Minyak 2 Ptg Sdg 100
- Pepaya, Asam, Masako
- Sayur Asam - Tahu, Kol, Toge, Minyak 2 Sdm 40
21.10 - Tahu Isi 2 Ptg Sdg 100
24
15.00 - Bakwan - Beras 3 Biji 90
- Ikan bolu, Minyak
20.00 - Nasi Putih - Ikan teri, Minyak, 1 Prg Sdg 75
- Ikan Goreng Lombok 1 Iris Kcl 30
- Ikan Asin Kering - Daging Sapi, Santang, 1 Sdm 10
Lombok
- Semur Daging 3 Sdm 50
25
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Metode recall 24 jam adalah metode wawancara dengan meminta responden untuk
menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsinya dalam waktu 24 jam
sebelumnya.
2. Pelaksanaan metode recall 24 jam meliputi berbagai tahapan yaitu persiapan,
pelaksanaan, penutupan wawancara dan juga pengolahan serta intepretasi data dari
responden.
3. Dalam pelaksanaan recall 24 jam, petugas di haruskan membawa food models untuk
membantu responden agar tidak terjadi bias.
4. Metode recall 24 jam memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
metode lain.
5. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain adalah metodenya sederhana, mudah dan
cepat, serta biayanya relatif murah.
6. Kelemahan metode recall 24 jam antara lain adalah ketepatannya sangat tergantung pada
daya ingat responden dan tidak dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari, jika
hanya dilakukan satu kali recall.
B. Saran
Dalam melakukan wawancara recall 24 jam petugas diharapkan tetap menjaga
kesopanan dalam melakukan wawancara, selain sopan petugas juga harus menunjukkan
sikap yang bersahabat sehingga bisa membuat responden merasa nyaman dan tenang.
Petugas juga harus membawa food model supaya porsi dari makanan yang dikonsumsi oleh
responden bisa lebih akurat. Selain itu dalam pelaksanaanya, sebaiknya metode recall tidak
hanya dilakukan 1 kali saja, tetapi dilakukan minimal 2 kali recall karena jika hanya
dilakukan sekali tidak bisa menggambarkan asupan makan dari responden.
26
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., Soetardjo, Susirah., Soekarti, Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Cindy, Luh. 2012. Pengukuran Konsumsi Makanan. Gizi Kesehatan masyarakat: UNAIR
George A Bray, Jean-Pierre Flatt, Julia Volaufova, James P DeLany, and Catherine M
Champagne. 2008. Corrective responses in human food intake identified from an analysis of 7-d
food-intake records13. The American Journal Clinical Nutrition: USA.
27
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada tanggal 12 April 2013 pukul 19.00 WIB.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56245/BAB%20II%20Tinjauan%
20Pustaka.pdf?sequence=3. Diakses pada tanggal 13 April 2013 pukul 08.30 WIB.
http://www.nifa.usda.gov/nea/food/efnep/ers/documentation/24hour-recall.pdf. Diakses
pada tanggal 13 April 2013 pukul 13.00 WIB.
http://dapa-toolkit.mrc.ac.uk/dietary-assessment/methods/recalls/index.html. Diakses
pada tanggal 13 April 2013 pukul 13.17 WIB.
Silvia, Merryna Nia. 2007. Perbedaan konsumsi Energi dan Zat-Zat Gizi Menurut
Metode Recall dan Record berdasarkan Interval Waktu Konsumsi Makanan pada Remaja Putri:
Universitas Esa Unggul Jakarta.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wolmarans P, Kunneke E, and Laubscher R.2009. Use of the South African Food
Composition Database System and its products in assessing dietary intake data: Part II .
University of the Western Cape.
28
29