Evapro Final
Evapro Final
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah evaluasi program mengenai
upaya peningkatan cakupan balita yang ditimbang di Wilayah Pejaten Barat I periode
Januari Maret 2017.
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Pasar Minggu periode 03 April 10 Juni
2017. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa
yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat
dimanfaatkan oleh pihak Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I, dalam rangka
menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat menjadi Puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. DR. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes, selaku pembimbing Kepaniteraan IKM.
2. Kepada dr.Dessy Anggraeni, selaku Kepala Puskesmas PB I, serta semua pihak di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I dan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang
telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Semua teman-teman Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Trisakti di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritikan yang
membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR................ 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI............................... 3
DAFTAR TABEL....................... 8
DAFTAR GAMBAR ................. 10
BAB I PENDAHULUAN ................................. 11
1.1 Latar Belakang................ 11
1.2 Perumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian.. 13
1.3.1 Tujuan Umum................ 13
1.3.2 Tujuan Khusus 13
1.4 Manfaat .................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan. 15
2.1.1 Ciri ciri Pertumbuhan................... 16
2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan. 17
2.2 Status Gizi........................ 18
2.3 Gizi Buruk........................ 19
2.3.1 Definisi....................... 19
2.3.2 Epidemiologi.. 19
2.3.3 Etiologi........... 20
2.3.4 Diagnosis........ 23
2.3.5 Penatalaksanaan 24
2.3.6 Prognosis Anak dengan Gizi Buruk.. 24
2.4 Program Pembinaan Gizi Masyarakat.. 25
2.4.1 Latar Belakang .. 25
2.4.2 Tujuan ... 27
2.4.3 Sasaran dan Target Kegiatan .. 27
2.4.4 Kebijakan Teknis 28
2.4.5 Strategi Operasional ... 28
2.5 Posyandu .. 29
2.5.1 Pengertian Posyandu .. 29
2.5.2 Kegiatan Posyandu . 30
2.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dnegan Partisipasi Ibu Balita 31
Dalam Penimbangan Balita Ke Posyandu .....
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS . 38
3.1 Data Umum Puskesmas ..... 38
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Pejaten Barta I ... 40
3.1.2 Keadaan Penduduk .. 43
3.1.3 Data 10 Besar Penyakit Terbnayak Di Kelurahan Pejaten Barat I 44
3.2 Data Khusus Puskesmas 44
3.2.1 Visi Puskesmas Keluarahan Pejaten Barat I .. 44
3.2.2 Misi Puskesmas .. 44
3.2.3 Motto Puskesmas 44
3.2.4 Kebijakan Mutu Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I . 44
3.2.5 Strategi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I .. 44
3
3.2.6 Nilai norma Organisai Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ... 45
3.2.7 Budaya Kerja Organisasi .... 45
3.2.8 Manajemen Puskesmas .. 45
3.2.9 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas .. 46
3.2.10 Program Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ... 47
3.2.10.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas . 48
3.2.10.2 Upaya Kesehatan Pengembangan .. 48
3.3 Struktur organisasi Puskesmas .. 49
3.3.1 Man/Data Ketenagakerjaan . 49
3.3.2 Money/Anggaran ................. 49
3.3.3 Material Saran dan Prasarana .. 50
3.3.3.1 Deskripsi Kerja . 50
3.3.4 Method/Program yang dimiliki Kelurahan Pejaten Barat I 58
3.4 Program Pokok Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ................ 61
3.4.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas .. 61
3.4.1.1 Promosi Kesehatan . 61
3.4.1.2 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan KB . 63
3.4.1.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat ... 65
3.4.1.4 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular .. 65
3.4.1.5 Upaya pengobatan dasar ... 65
3.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan .. 66
3.4.2.1 Upaya Kesehatan Sekolah . 66
3.4.2.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut . 68
3.4.2.3 Upaya Kesehatan Usia Lanjut ... 69
3.4.2.4 Upay aPengendalian Penyakit Menular 70
BAB IV PERENCANAAN ............... 71
4.1 Rancangan Diagnosis Komunitas .. 71
4.2 Metode Diagnosis .. 71
4.2.1 Jenis Data . 71
4.2.2 Sumber Data . 71
4.2.3 Indikator Kesehatan ... 72
4.3 Lokasi dan Waktu . 72
4.3.1 Waktu Penelitian . 72
4.3.2 Tempat Penelitian .... 72
4.4 Sampel Diagnosis Komunitas ... 72
4.4.1 Populasi Penelitian .. 72
4.4.2 Kriteria Inklusi ................ 72
4.4.3 Kriteria Eksklusi .. 73
4.5 Analisis Komunitas ... 74
4.6 Analisa Masalah 75
4.6.1 Alur Pemecahan Masalah 75
4.6.2 Identifikasi Cakupan Program 76
4.6.3 Penentuan Proritas Masalah .. 78
4.6.3.1 Kriteria A : Besarnya Masalah ... 78
4.6.3.2 Kriteria B : Kegawatan Masalah ................ 90
4.6.3.3 Kriteria C : Kemudahan dalam Penanganan .. 91
4
4.6.3.4 Kriteria D : Faktor PEARL ... 92
4.6.3.5 Penilaian Prioritas Masalah 93
4.6.4 Urutan Prioritas Masalah 94
4.7 Analisa Pemecahan Masalah 94
4.7.1 Analisa Penyebab Masalah . 94
4.7.2 Penentuan Alternative Pemecahan Masalah .. 99
4.7.3 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah .. 101
4.7.4 Penentuan Prioritas Masalah dengan Kriteria Matriks ... 102
4.7.5 Plan Of Actions .. 104
BAB V PELAKSNAAN DAN PENGORGANISASIAN 107
5.1 Data Univariat Responden 107
5.2 Data Kualitatif 108
5.2.1 Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi 108
berupa leaflet, poster dan video yang menarik di lingkungan masyarakat
mengenai gizi dan tumbuh kembang anak
5.2.2 Menyediakan Layanan Konseling. 109
6.4 Dibentuk Tim Khusus Yang Berasal Dari Petugas, Kader Puskesmas Serta 120
Melibatkan Orang Tua Balita
6.5 Membuat Grup Chat WA Atau BBM Berisi Pemegang Program, Ibu Kader 120
Dan Orang Tua Balita..
5
DAFTAR PUSTAKA 142
DAFTAR TABEL
6
Tabel 11. Data Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk 63
Tabel 12. Data Pelayanan KIA. 64
Tabel 13. Data Pelayanan KB... 64
Tabel 14. Data Pelayanan Gizi. 65
Tabel 15. Pencapaian Balita yang Ditimbang Di Masing-Masing Posyandu... 65
Tabel 16. Data Penemuan kasusu susp. TB.. 65
Tabel 17. Hasil Kegiatan P2PM... 65
Tabel 18. Hasil Kegiatan Imunisasi.. 65
Tabel 19. Jumlah Kunjungan Pelayanan Pengobatan. 66
Tabel 20. Data Dasar UKS... 67
Tabel 21. Data Skrining Kesehatan UKS 68
Tabel 22. Tiga Kasus Terbanyak di Poli Gigi dan Mulut 69
Tabel 23. Data Penduduk Lansia.. 69
Tabel 24. Hasil Kegiatan Lansia.. 69
Tabel 25. Data Kegiatan PTM.. 70
Tabel 26. Penilaian Masalah Program 77
Tabel 27. Program yang belum mencapai target.. 78
Tabel 28. Pembagian interval Kelas 89
Tabel 29. Penentuan Nilai tiap Masalah Berdasarkan Kelas 90
Tabel 30. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan 91
Tabel 31. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Penanggualangan.. 92
Tabel 32. Kriteria D (PEARL FAKTOR) 93
Tabel 33. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan Perhitungan HANLON 95
Tabel 34. Kemungkinan penyebab masalah manajemen Puskesmas 96
denganPendekatan sistem
Tabel 35. Kemungkinan penyebab masalah menurut proses dan lingkungan.. 99
Tabel 36. Alternatif Pemecahan Masalah. 103
7
Tabel 37. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah. 106
Tabel 38. Daftar Intervensi Kegiatan 107
Tabel 39. Usia Responden 107
Tabel 40. Tingkat Pendidikan... 108
Tabel 41. Status Pekerjaan... 108
Tabel 42. Usia Anak. 116
Tabel 43. Plan of Action 122
Tabel 44. Plan of Action Monitoring dan Evaluasi. 129
DAFTAR GAMBAR
8
BAB I
PENDAHULUAN
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu,
yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan
bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan
Posyandu terdiri dari kegiatan utama mencakup lima program prioritas yaitu : KB,
Gizi, KIA, Imunisasi dan Penanggulangan diare. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
9
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat
menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah
layanan tumbuh kembang anak.1
Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator penting dari
status gizi dan kesehatan di suatu populasi. Bila kenaikan berat badan anak lebih
rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan
mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari
yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.2
Berjalannya layanan posyandu ini di dukung oleh kader posyandu yang siap
berperan serta didalam layanan kesehatan khususnya penimbanganberat badan balita
diposyandu sedangkan persepsi yang positif sendiri wajib dimiliki oleh setiap kader
sehingga layanan kesehatan ini dapat berjalan dengan maksimal. Kurangya persepsi
kader terkait pentingnya penimbangan berat badan balita menjadi hal yang fatal ketika
layanan kesehatan ini sedang berlangsung, baik tidaknya persepsi-persepsi kader ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Rendahnya partisipasi
kader berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk datang dalam kegiatan
pemantauan tingkat status gizi anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya
tidak dapat memenuhi kebutuhan data perkembangan status gizi anak balita di
posyandu.
Cakupan penimbangan balita dibagi jumlah sasaran balita yang ditimbang atau
disebut juga D/S dalam kegiatan posyandu di Indonesia menurut Riskesdas 2013,
Menunjukkan frekuensi pemantauan pertumbuhan anak umur 6- 59 bulan dalam enam
bulan terakhir pada tahun 2007 dan 2013 didapatkan frekuensi penimbangan >4 kali
sedikit menurun pada tahun 2013 (44,6%) dibanding tahun 2007 (45,4%). Anak umur
6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir meningkat dari
25,5 persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013). Cakupan puskesmas kecamatan pasar
minggu itu sendiri memperoleh 59%. Menurut laporan yang diperoleh di Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, persentasi D/S DKI Jakarta adalah 85% pada tahun 2016.
pencapain penimbangan balita di puskesmas kelurahan pada tahun 2015 sekitar 64,41
% sedangan pada tahun 2016 mengalami penurunan (37.02 %).3,4
10
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun
1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan (Kartu Menuju
Sehat) KMS. KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan
gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat
ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan
perannya dalam tindak kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi
balita.
11
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penimbangan balita ke
Posyandu di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I masih rendah.
- Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagu Puskesmas
3. Bagi Masyarakat
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan
anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam
bentuk kecil. Ilmu Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan (Development)
merupakan dasar Ilmu Kesehatan Anak dan kedua istilah disatukan menjadi Ilmu
Tumbuh-Kembang oleh karena meskipun proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.5
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik, dan struktur tubuh dalam anak
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat
kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada
pengukuran pertumbuhan.
Dengan demikian, seorang anak bukanlah dewasa kecil, oleh karena anak
mempunyai ciri khas berbeda dengan orang dewasa baik anatomi, fisiologi maupun
biokimia.
Mempelajari Tumbuh-Kembang mempunyai tujuan umum; menjaga agar
seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap tahap pertumbuhan dan
13
perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang
dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna.
Di samping itu tujuan khususnya ialah mengetahui dan memahami proses
pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar kita dapat
mendeteksi kelainan yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan dan
segera dapat mengatasi permasalahannya.
14
Timbulnya ciri ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan
fungsi fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan
adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas,
dan munculnya tanda tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut
pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain lain.
2.1.2 Ciri Ciri Perkembangan
15
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain
lain.
2.2 Status Gizi
16
- Pendek-kurus : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- Pendek-normal : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- Pendek-gemuk : Zscore -2,0 s/d Zscore 2,0
- TB Normal-kurus : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- TB Normal-normal : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- TB Normal-gemuk : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0
2.3.1 Definisi
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan
istilah severely underweight (Kemenkes RI,2011), sedangkan menurut Depkes
RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atauditemukan tanda-tanda
klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
2.3.2 Epidemiologi
17
20,0-29,0 persen, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 30 persen
(WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang
pada anak balita sebesar 19,6 persen, yang berarti masalah gizi berat-kurang di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati
prevalensi tinggi.
2.3.3 Etiologi
Masalah gizi pada balita diperngaruhi oleh berbagai oleh berbagai
faktor baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung.
Menurut Depkes RI, faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada
balita adalah penyakit infeksi serta kesesuai pola konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor
seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibtu tentang kesehatan,
ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola konsumsi serta akses ke fasilitas
pelyanan. Selain pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting.
Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
balita, yaitu:
a. Tingkat Pendapatan Keluarga.
Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang
disediakan untuk konsumsi balita serta kuantitas ketersediannya. Pengaruh
peningkatan pengasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluar
lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir
universal. Selain itu diupayakan menanamkan pengertian kepada para orang
tua dalam halmemberikan makanan anak dengan cara yang tepat dan dalam
kondisi yang higienis.
18
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampumenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal.
Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajarmenggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan
gizi seseorang,makaia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah
makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
Pengetahuan gizi yang dimaksud disini termasuk pengetahuan tentang
penilaianstatus gizi balita. Dengan demikian ibu bias lebih bijak
menanggapi tentang masalahyang berkaitan dengan gangguan status gizi
balita.
19
anak dari ibu yang mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat
kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk
menerima perubahan atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak
maupun salah satu penjelasannya
2.3.4 Diagnosis
20
beda tergantung dari derjat dan lamanya deplesi protein dan energy, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan
mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak
terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta
pengukuranantropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
- BB/TB kurang dari -3SD (marasmus)
- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh(kwashiorkor :BB/TB > -3SD atau marasmik-kwashiorkor :
BB/TB < -3SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, dapat digunakan tanda
kelinis berupa anak tampat sangant kurus (visible severe wasting) dan tidak
mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu dengan
lengan pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya
edema.
2.3.5 Penatalaksanaan
21
Gambar 1. Alur Pelayanan Anak dengan Gizi Buruk
Gizi buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di
samping berbagaikonsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi
buruk akan mempengaruhi banyakorgan dan sistem, karena kondisi gizi buruk
ini juga sering disertai dengan defisiensiv(kekurangan) asupan mikro/makro
nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan menggangu
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berbagai disfungsi yagn dialami, ancaman yang timbul antara lain
hipotermi akibat jaringan lemak yang tipis, hipoglikemia, dan kekurangan
elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani namun tidak dilakukan
pemantauaan dengan baik, anak tidak dapat mengejar ketertinggalan
pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak buruk untuk anak.
22
Akibat gizi buruk terhadap pertunbuhan sangat merugikan pencapaian
anak, akibat dari kondisi stunting (postur tubuh yang kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat berat
lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini dapat menjadi fatal karena otak adalah salah satu aset
vitak bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangkan pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
gangguan penurunan rasa percaya dan tentu saja menurunnya prestasi anak.6
23
kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di bidang perbaikan gizi telah
ditetapkan 8 indikator keluaran setiap tahun sebagai berikut:
24
Tujuan dari pembinaan gizi adalah meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif.
25
4. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas
serta fortifikasi makanan.
5. Menyediakan PMT pemulihan bagi anak gizi kurang dan ibu hamil miskin
dan KEK.
6. Melaksanakan perawatan gizi buruk dengan pendekatan rawat inap di
Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan Pusat Pemulihan Gizi
(Terapheutic Feeding Center) maupun rawat jalan di Puskesmas dan Pos
pemulihan gizi berbasis masyarakat (Community Feeding Centre).
7. Memperkuat surveilan gizi nasional.
2.5 Posyandu
26
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan
posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama
mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
Penanggulangan diare.1
Tujuan penyelenggaraan posyandu menurut Depkes yaitu :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB), anak balita
dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera ( NKKBS).
c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
d. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.
Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu
sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara
empirik telah dapat memeratakan pelayanan tentang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan informasi, pendidikan gizi masyarakat serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran serta posyandu sangat penting karena
posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program guna meningkatkan
derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu.
Revitalisasi posyandu adalah supaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan
kinerja posyandu, pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan lembaga
kesehatan masyarakat desa, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga,
27
lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, sektor terkait serta lembaga
otonom yang berminat (Ulfah, 2005).
28
2.6 Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam
Penimbangan Balita ke Posyandu
29
faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang
baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998) Hasil studi kuantitatif yang
dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam
Gultom (2010), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan
mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa
balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil penelitian
Pardede (2010) menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status
pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi
kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari hasil pengamatan di
lapangan oleh Gultom (2010), terlihat adanya perbedaan dalam penimbangan
balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja
(termasuk ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa
bekerja menyebabkan ibu balita tidak membawa balitanya ke posyandu untuk
ditimbang, hal ini kemungkinan karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00
hingga 12.00 pada hari kerja.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Notoatmodjo (2007) adalah hasil 'tahu' dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai posyandu
tentunya akan terkait dengan cakupan penimbangan balita. Pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
30
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, 'tahu' ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenamya). Apiikasi di sini dapat
diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
31
sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko yang paling tinggi.
5. Kehadiran
Kader Posyandu Kader merupakan motor penggerak kegiatan
posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa (promkes) adalah
tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai
kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di posyandu
mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan
(Suparyanto, 2011). Kehadiran Kader Posyandu sangat menentukan
berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti
mengingatkan/mengajak ibu untuk penimbangan balita ke posyandu,
menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan
hasil dari penimbangan.
6. Jarak Posyandu
Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan
tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini
adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat
32
diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih
banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian
pelayanan kuratif (Muninjaya, 2004) Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan.
Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu
untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin (2011)
mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering dikemukakan ibu
yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi, dimana
letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis diantaranya
jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Hanafiah
membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita (jarak
posyandu dengan tempat tinggal responden) terhadap pemanfaatan
posyandu di Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang.
7. Kelengkapan
Peralatan Posyandu Peralatan posyandu merupakan semua alat yang
digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan
untuk mengukur status gizi maupun peralatan yang digunakan sebagai
penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat
penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita, timbangan dewasa, alat
pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan
(Angkat,2010). Menurut Puspasari (2002) untuk kelancaran kegiatan
posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh
ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita,
timbangan dewasa, alat pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk
mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi dan data yang
dikumpulkan sebanyak 54,5% posyandu yang belum memiliki sarana yang
memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan
sarana/peralatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang
33
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna
posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai. Angkat
(2010) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan
posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam
masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak balita
khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas membawa
anaknya ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia timbangan injak
untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang dengan menggunakan
timbangan dacin karena anak balita takut, terbukti saat ditimbang anak
menangis
.
8. Sikap Kader
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader
Kesehatan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan
kesehatan didesa, dalam Universitas Sumatera Utara pelayanan di
posyandmempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader
dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa
ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu
menimbangkan balita cukup baik.
9. Sikap Keluarga
Sikap keluarga terdekat/suami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke
posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang
mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara
dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan
system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan
yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga.
Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional
34
perawatan kesehatan.(Adin, 2011) Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga
ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu.
Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari partisipasi
ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.7
BAB III
35
Jl. Bangka Kel. Bangka Kec.Mampang Prapatan
36
3.1.2. Keadaan Penduduk
A. Penduduk Per Rukun Warga
Tabel 1. Tabel Data Penduduk Kelurahan Pejaten Barat Bulan Maret Tahun 2017
WNI WNA
Kepala
No RW Laki- Perem- Jumlah Laki- Perem- Jumlah Keluarga
laki puan laki puan
1 01 3.184 2.961 6.145 4 1 5 6.148
2 02 1.915 2.218 4.133 - - - 4.133
3 03 2.996 2.847 5.843 - - - 5.843
4 04 2.987 2.726 5.713 5 1 6 5.722
5 05 2.935 2.308 5.243 - - - 5.243
6 06 1.935 2.120 4.055 - - - 4.055
7 07 1.987 2.179 4.166 3 - 3 4.169
8 08 3.163 2.998 6.161 6 2 8 6.174
Jumlah 21.123 20.826 41.949 18 4 22 41.971
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017
Keterangan :
Jumlah Kepala Keluarga Laki-laki : 13.730
Jumlah Kepala Keluarga Perempuan : 941
Tabel 2. Tabel Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Bulan Maret 2017
37
C. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3. Tabel Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin Bulan Maret 2017
WNI WNA
Jum-
No Umur Laki- Perem Jumlah Laki- Perem Jumlah lah
laki -puan laki -puan
1 0-4 1.845 1.793 3.638 0 0 0 3.638
2 5-9 1.943 1.772 3.715 0 0 0 3.715
3 10-14 1.863 1.641 3.504 0 0 0 3.504
4 15-19 1.663 1.664 3.327 0 0 0 3.327
5 20-24 1.554 1.511 3.065 2 0 2 3.069
6 25-29 1.649 1.719 3.368 2 1 3 3.374
7 30-34 1.944 2.026 3.970 3 1 4 3.978
8 35-39 1.964 1.949 3.913 4 2 6 3.925
9 40-44 1.531 1.829 3.360 1 0 1 3.362
10 45-49 1.748 1.424 3.172 2 0 2 3.176
11 50-54 1.211 1.158 2.369 1 0 1 2.371
12 55-59 808 948 1.756 2 0 2 1.760
13 60-64 607 554 1.161 0 0 0 1.161
14 65-69 341 379 720 1 0 1 722
15 70-74 251 261 512 0 0 0 512
16 75> 202 224 426 0 0 0 426
Jumlah 21.124 20.853 41.976 18 4 22 42.020
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017
Keterangan :
Jumlah Penduduk Bulan Maret 2017 : 41.971 jiwa
Jumlah Wajib KTP : 30.082 jiwa
Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Dari tabel tersebut juga didapatkan
dependency ratio dari populasi di Kelurahan Pejaten Barat I adalah sebesar 0,42%,
atau dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 1 orang
usia non-produktif
38
A. Penduduk Menurut Agama
Sesuai tabel diatas, Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh
penduduk Kelurahan Pejaten Barat, sebanyak 38.294 jiwa atau 91% dari total
penduduk Kelurahan Pejaten Barat berdasarkan agama.
B. Fasilitas Pendidikan
Tabel 5. Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Data Bulan Maret 2017
No Fasilitas Pendidikan Jumlah
1 SMTA/MA 5
2 SMTP /MTs 4
3 SD 13
4 SLB 0
5 Pondok Pesantren 0
6 TK 9
7 PAUD 8
Jumlah 39
Dari tabel diatas didapatkan data bahwa total fasilitas pendidikan sejumlah
39 tempat dengan SD adalah yang terbanyak yaitu 13 tempat.
C. Sarana Kesehatan
39
Tabel 6. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Data Bulan Maret 2017
1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 3
3 Rumah Bersalin 1
4 Apotik 4
5 Optik 0
6 Posyandu 30
7 Praktek Dokter Swasta 7
8 Klinik 0
Jumlah 46
Dari tabel diatas didapatkan data bahwa total sarana kesehatan sejumlah 46
dengan Posyandu adalah yang terbanyak yaitu 30 tempat.
40
No Jenis Penyakit Jumlah %
41
2. Pengembangan SDM yang berkesinambungan
3. Pengembangan Jenis Pelayanan
4. Pengembangan Promosi Kesehatan
5. Peningkatan dan pengembangan pemasaran puskesmas dan sistem
informasi
6. Peningkatan kemitraan dan lintas sektor
7. Memperbaiki sistem manajemen puskesmas
42
b) Pengorganisasian (Organizing)
Struktur organisasi puskesmas dibuat dan dapat terlihat dalam
organogram Puskesmas. Tujuan Pengorganisasian ini adalah untuk
mempermudah pelaksanaan tugas serta pengevaluasian masing-masing staf
puskesmas.
c) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan tugas sehari-hari diatur dalam uraian tugas pelaksanaan
kegiatan (Job Description) yang terdapat pada setiap orang dan ruangan.
d) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dilakukan dengan pencatatan, pelaporan, supervisi.
43
dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan jiwa, mata, khusus
lainnya dan pencatatan serta pelaporan;
d. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi pembinaan kader kesehatan, Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Karang Werda, serta peningkatan
kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat , dan lain-lain untuk mandiri
dalam bidang kesehatan;
e. Mengkoordinasikan temu lintas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan;
f. Menilai dan melaporkan kinerja Puskesmas Kecamatan.
44
3.2.10.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan
global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada
di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut meliputi :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2PM)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Bulan Maret
45
Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
1. Dokter umum 1 orang - 1 orang
2. Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3. Bidan 1 orang - 1 orang
4. Perawat 2 orang - 2 orang
5. Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6 Apoteker 1 orang - 1 orang
7. Loket 1 orang - 1 orang
7 orang - 8 orang
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
46
3.3.3 Material / Sarana dan Prasarana
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I beralamat di Jalan Pejaten Raya
no 2 Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
dengan spesifikasi, sebagai berikut :
Luas tanah : 965 M2
Luas bangunan : 200 M2
Sumber air : 1 Buah pompa air jet pump
Telephone : 1 Line
Fax : 1 Line
Daya listrik : 4400 watt
Ruangan yang tersedia : Tempat parkir kendaraan, 1 Ruang UGD /
Tindakan, 1 ruang apotek, 1 ruang Gudang obat, 1 ruang Kesehatan Ibu dan
Anak, 1 Ruang KB, 1 Ruang Imunisasi, 1 Ruang Poli Gigi, 1 Ruang Poli
Umum, 1 Ruang Mushola, 1 Ruang Dapur, 1 Ruang WC Karyawan, 1 Ruang
WC Pengunjung
2. Dokter Umum
47
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di
wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
b. Mengawasi Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu atau Pusling.
c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita
dan masyarakat.
d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran masyarakat.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan
baik.
Fungsi :
a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam
wilayah kerja Puskesmas secara teratur.
c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di
Puskesmas.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran serta masyarakat.
f. Memberikan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di
puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas.
b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan
mengobati gigi yang sakit.
c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter
gigi.
48
d. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.
5. Tata Usaha
Tugas pokok :
a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan
Puskesmas.
b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :
a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang
didisposisi.
b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
6. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar
berjalan dengan baik.
Fungsi :
7. Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif
atas delegasi dari dokter.
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan kegiatan Puskesmas.
49
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling
8. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi :
9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA
di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan anak.
b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
d. Melakukan pembinaan dukun bayi.
e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain
yang terkait dengan KIA.
g. Melakukan penyuluhan kesehatan.
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
50
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir
perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-
kasus kurang gizi.
c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait
dengan gizi.
d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
h. Melakukan pembinaan Posyandu.
i. Melakukan rujukan kasus gizi.
51
a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan
Puskesmas.
b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari
imunisasi.
e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya
kurang.
g. Memberikan penyuluhan kesehatan.
52
15. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di
puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan
obat di puskesmas.
b. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.
c. Mengatur penyimpanan obat.
d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD).
f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan
pencahayaan.
Target
No Program Identifikasi Program 2017
(%)
UPAYA KESEHATAN WAJIB
1. Promosi Kesehatan Kelurahan Siaga Aktif 100
RW Siaga Aktif 85
Rumah Tangga PHBS 85
Penyuluhan luar gedung 100
Penyuluhan dalam gedung 100
2. Kesehatan Lingkungan Desa/lokasi potensial yang
mendapat intervensi pemberantasan 100
vektor penyakit menular
3. KIA KB Kunjungan Ibu Hamil K1 100
Kunjungan Ibu Hamil K4 98
Angka Kematian Ibu -
53
Angka Kematian Bayi -
Kunjungan Bayi 97
Pelayanan Anak Balita 94
Pelayanan Ibu Nifas (KF3) 98
Kunjungan Neonatal (KN) 100
Peserta KB Aktif 85
4. Gizi Pemberian Makanan Pendamping
ASI pada anak 6-24 bulan dari -
keluarga miskin
5. P2P TB PARU
1. Pengobatan penderita TB Paru 95
(DOTS) BTA Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 95
Kusta
1. Penemuan tersangka penderita -
Kusta
2. Pengobatan penderita Kusta -
3. Pemeriksaan kontak penderita -
Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 100
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 100
54
3. Imunisasi campak pada bayi 100
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 100
SD
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 100
2&3
Diare 100
ISPA
1. Penemuan Kasus diare 100
pneumonia dan pneumonia berat
oleh puskesmas dan kader
55
thn yang dilakukan deteksi Ca
Cerviks dan Payudara
56
Program Dalam Gedung Peserta Luar Gedung Peserta
Kesehatan Ibu dan
12 240 12 251
Anak
Keluarga Berencana 12 210 13 316
Gizi 12 225 14 265
Imunisasi 12 225 13 255
Diare 12 255 13 350
Demam Berdarah
12 235 12 181
Dengue
AIDS 2 - 1 25
Hepatitis - - - -
ISPA 4 65 3 60
Rokok, Narkoba/
- - 5 30
obat berbahaya
Keganasan, kanker - - - -
- - 1
Penyakit Degeneratif 15
57
3.4.1.2 UpUpaya Kesehatan Lingkungan
Tabel. 11 Hasil kegiatan PSN di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
58
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk proses tumbuh kembang
yang optimal guna peningkatan kualitas hidup manusia seutuhnya.
Tabel 12 Hasil Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
Sasaran Bulan Cakupan
Target Pencapaian
Indikator Berjalan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
(%)
Kunjungan bumil K1 100 288 72 68 94 94
Kunjungan bumil K4 98 288 72 70 97 99
Kunjungan Ibu Nifas 98 265 66 63 95 97
Ibu Hamil Dengan Resti 98 220 55 50 91 93
Ibu hamil dengan 19
komplikasi yang 99 74 16 84 85
ditangani
Kunjungan Bayi 97 1023 256 240 94 97
Kunjungan Balita Sakit 99 1023 256 246 96 97
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
59
Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan
guna menjaga jarak antara kelahiran dan kehamilan yang selanjutnya.
Kegiatan ini diadakan salah satunya untuk mencapai MDGs untuk
menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan akses kesehatan
reproduksi. Pengguna KB akif adaah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu metode kontraseptif secara kontinu tanpa
diselingi kehamilan. Di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I, peserta
KB aktif belum mencapai standar 85%.
Tabel 13. Hasil Kegiatan Pelayanan KB di Puskesmas Pejaten Barat I Tahun 2017
Sasaran Cakupan
Target Pencapaian
Indikator 1 Persen
(%) Kegiatan (%)
Tahun (%)
Cakupan balita yang datang 85 2592 1453 56.05 65.94
60
ditimbang
Cakupan asi eksklusif 98 2670 1690 63.29 64.58
Distribusi tablet fe ibu hamil 100 193 98 50.77 50.77
Distribusi vitamin A bulan Agustus
dan Februari dengan sasaran:
Bayi usia 6-11bulan 100 487 350 71.86 71.86
Balita usia 12-59 bulan 100 450 279 62 62
Tabel 14. Hasil kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I tahun 2017
61
Tabel 15 . Pencapaian balita yang ditimbang di masing-masing Posyandu
Posyandu Mawar Anggrek Anggrek Anggrek Melati Melati Melati Melati Melati
I II III I II III IV V
Jumlah Balita 134 133 155 142 220 266 236 236 194
yang ditimbang
Jumlah 199 160 226 228 345 354 255 293 249
keseluruhan
Balita
Pencapaian 67,3% 83,1% 68,6% 62,3% 63,8% 75,1% 92,5% 80,5% 77,9%
63
e. Indikator : cakupan balita dengan campak yang ditemukan dan yang
ditangani
f. Imunisasi
Tabel 16. Data penemuan kasus suspek TB dan TB baru BTA (+) pada Tahun 2017
Pencapaian
Cakupan
Target Sasaran Bulan (%)
Indikator
(%) 1 Tahun berjalan Persen
Kegiatan
(%)
Cakupan Suspek TB
85 480 120 76 63 74
PARU
Penemuan kasus TB
BTA (+) Case 70 48 12 5 42 60
detection rate
Sumber: Laporan Puskesmas Pejaten Barat I
Tabel 17. Hasil kegiatan P2PM di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
Tabel 18. Hasil kegiatan Imunisasi di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
64
Target Sasaran Cakupan
Indikator Pencapaian (%)
(%) 1 tahun Kegiatan Persen (%)
HB0 100 284 280 98.59 98.59
BCG 100 284 278 97.88 97.88
Polio (1) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (2) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (3) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (4) 100 284 277 97.53 97.53
DPT/HB-Hib (1) 100 284 278 97.88 97.88
DPT/HB-Hib (2) 100 284 277 97.53 97.53
DPT/HB-Hib (3) 100 284 263 92.60 92.60
Campak 100 284 277 97.53 97.53
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Pejaten Barat I
Tabel 19. Jumlah kunjungan pelayanan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Poli Jumlah Pasien
Umum 1630
Gigi dan Mulut 1100
TOTAL 2730
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
65
3.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
3.4.2.1 Upaya Kesehatan Sekolah
UKS merupakan wahana yang dilakukan di sekolah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat
kesehatan yang optimal. Tujuan diselenggarakannya program UKS,
secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
a. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
b. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi
aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak
sekolah.
e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh
buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya
lainnya.
Sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada
tingkat sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, maupun
pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Sementara pada tingkat
Sekolah Dasar program UKS lebih diprioritaskan pada kelas 1, 3, 6,
antara lain dengan pertimbangan, pada kelas 1, merupakan fase
penyesuaian pada lingkungan sekolah baru, juga terkait imunisasi
ulangan. dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak
dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar, saat yang baik untuk
diimunisasi ulangan. Pada kelas 3, dengan tujuan evaluasi hasil
pelaksanaan UKS pada kelas, sementara pada kelas 6 sebagai
66
persiapan kesehatan pada peserta didik ke jenjang pendidikan
selanjutnya.
Kegiatan UKS meliputi antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi dan mulut, mata telinga
dan tenggerokan, kulit dan rambut)
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
Tabel 21. Data skrining/penjaringan kesehatan UKS di SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA Tahun 2016
67
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan
level of care (kebijakan WHO) yang meliputi tindakan promotif,
preventif, 4 deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan
pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.
Tabel 22. Tiga Kasus Terbanyak di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Tahun 2017
Persentase
No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan
(%)
1. Karies Dentis 224 22
2. Gangren Pulpa 386 41
3. Gingivitis & Periodontal 284 37
Total 894 100
68
tekanan darah, serta apabila terpenuhinya Swadaya dapat pula
dilakukan pemeriksaan GDS, asam urat, dan kolesterol di dalam
kegiatan Posyandu Lansia.
Tabel 23. Jumlah Penduduk Lansia di Wilayah Puskesmas Keluarahan Pejaten Barat I
Tahun 2017
Data Dasar Jumlah
Jumlah usia 60-69 tahun 44
Jumlah usia 70 tahun 130
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Tabel 24. Hasil kegiatan lansia di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
Jenis Kegiatan Jumlah
Senam aerobik/SKJ 0
Penyuluhan 25
Pelayanan Kesehatan 25
Tabel 25. Tabel Kegiatan PTM Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
69
BAB IV
PERENCANAAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei yang dilakukan pada
bulan 03 April 10 Juni Tahun 2017 di Wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.
70
Jenis data pada evaluasi program ini adalah menggunakan data
kualitatif, Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu yang memiliki
balita yang berkunjung ke Posyandu dan kunjungan ke rumah warga Pejaten
Barat I serta hasil wawancara dengan pemegang program gizi di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Barat I.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari data
primer dan data sekunder, yaitu:
71
Penelitian akan dilaksanakan dari 03 April - 10 Juni 2017
Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah seluruh ibu yang memiliki
balita di Wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.
Kriteria eksklusi dalam laporan ini adalah ibu yang tidak bersedia di
wawancarai, dan tidak ada saat tempat dikunjungi.
Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan cara infinit dan
finit.
N0=Za2xpxq/d2
72
N0 = (1,96)2 x 0,75 x 0.25
0,052
= 0.7391
0,0025
= 288.12 dibulatkan menjadi 288
Setelah diketahui nilai n yaitu besar sampel optimal yang dibutuhkan
selanjutnya angka tersebut dimasukan kedalam rumus populasi finit.
n=n0/(1+n0/N)
N = No/ ( 1+No/N)
= 288/ (1+ 288/200)
= 288 / (2,44)
= 118
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka perhitungan
jumlah sampel diambil dari 20% dari populasi finit, sehingga jumlah sampel
keseluruhan yang dibutuhkan menjadi 24 orang.
73
1. Identifikasi Masalah
74
Gambar 5. Alur Pemecahan Masalah
75
leaflet, brosur, penyuluhan mengenai pentingnya penimbangan berat badan.
Setelah didapatkan pemecahan masalah terpilih lalu dibuat rencana kegiatan
dalam bentuk POA (Plan Of Action) yang akan dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Pejaten Barat I setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap rencana pemecahan masalah tersebut.
Tabel 26. Masalah program Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
76
Distribusi vit. A pada
8 100 100 74 70 95 95
Bayi usia 6-11bulan
Distribusi vit. A pada
9 100 455 450 441 98 98
Balita usia 12-59 bulan
Cakupan Suspek TB
10 85 480 120 76 63 74
PARU
Penemuan kasus TB BTA
11 70 48 12 5 42 60
(+) Case detection rate
Cakupan balita dengan
12 100 256 64 49 77 77
diare
Cakupan balita dengan
13 100 256 64 47 73 73
campak
14 Sadari 50 1262 316 44 14 28
Cakupan Skrining kanker
15 50 1262 316 57 18 36
serviks
77
4.6.3 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH (Berdasarkan Hanlon
Kuantitatif)
Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon
Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase
pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.
Tabel 27. Program yang belum mencapai target di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I periode
Tahun 2017
Pencapaian Besar
No Indikator Masalah
(%)
(%)
1 Kunjungan bumil K1 94 6
2 Ibu Hamil Dengan Resti 93 7
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 85 15
4 Peserta KB aktif 72 28
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 75 25
6 Cakupan asi eksklusif 64 36
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 50 50
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 95 5
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 98 2
10 Cakupan Suspek TB PARU 74 26
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 60 40
12 Cakupan balita dengan diare 77 23
13 Cakupan balita dengan campak 73 27
14 Sadari 28 72
15 Cakupan Skrining kanker serviks 36 14
Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 15
= 1+ 3,3 (1,2)
= 5,4 dibulatkan menjadi 5
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 72%
terkecil 2%
Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas
89
10 Cakupan Suspek TB PARU X 2
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate X 3
12 Cakupan balita dengan diare X 2
13 Cakupan balita dengan campak X 2
14 Sadari X 5
15 Cakupan Skrining kanker serviks X 5
90
2 Ibu Hamil Dengan Resti 2 3 2 2 9
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 3 2 2 2 9
4 Peserta KB aktif 3 3 3 3 12
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 4 3 4 4 15
6 Cakupan asi eksklusif 4 3 4 3 13
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 2 2 2 3 9
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 2 3 2 4 8
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 2 3 2 4 8
10 Cakupan Suspek TB PARU 3 3 3 3 12
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 3 3 4 3 13
12 Cakupan balita dengan diare 2 3 2 2 9
13 Cakupan balita dengan campak 2 2 2 2 8
14 Sadari 3 3 3 3 12
15 Cakupan Skrining kanker serviks 3 3 3 3 11
91
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kesesuaian (Propriety)
b. Secara Ekonomis murah (Economic)
c. Dapat diterima (Acceptability)
d. Tersedianya sumber (Resources availability)
e. Legalitas terjamin (Legality)
92
Tabel 33. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif
Urutan
No. MASALAH A B C D NPD NPT
Prioritas
1 Kunjungan bumil K1 1 8 4 1 36 36 VII
2 Ibu Hamil Dengan Resti 1 9 3 1 30 30 XII
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 9 3 1 30 30 XIII
4 Peserta KB aktif 2 12 3 1 42 42 V
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 2 15 4 1 68 68 I
6 Cakupan asi eksklusif 3 13 3 1 48 48 IV
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 4 9 3 1 39 39 VI
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 1 8 3 1 27 27 XIV
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 1 8 3 1 27 27 XV
10 Cakupan Suspek TB PARU 2 12 4 1 56 56 II
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection 3 13 2 1 32 32 X
12 Cakupan balita dengan diare 2 9 3 1 33 33 IX
13 Cakupan balita dengan campak 2 8 3 1 30 30 XI
14 Sadari 5 12 2 1 34 34 VIII
15 Cakupan Skrining kanker serviks 5 11 3 1 48 48 III
93
4.7.1 Analisis Penyebab Masalah
Tabel 34. Kemungkinan penyebab masalah manajemen Puskesmas dengan Pendekatan sistem
94
pemberian makan pada balita
Terdapat pencatatan nama
nama balita yang di timbang
setiap bulan
Memberikan pengetahun dan
edukasi tentang pentingnya
penimbangan
Kepemilkikan dan
pemanfaatan buku PINK oleh
setiap anak balita saat
posyandu
MATERIAL Terdapat buku PINK Tidak tersedia media
promosi yang menarik
(Perlengkapan) Terdapat buku panduan untuk bagi Ibu/variasi acara.
para kader posyandu
95
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN
Pencatatan dan
pelaporan
dilaksanakan rutin
setiap bulan.
Dilakukan evaluasi
setiap bulan.
Terdapat aturan
pencatatan yang baku
Lingkungan Terdapat Posyandu di Kurangnya pengawasan terhadap
(Fisik) setiap RW keluarga sadar gizi pada balita
yang terdapat di bawah garis
kuning dan merah pada KMS.
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya
(Non Fisik) pemantauan status gizi balita
Sebagian masyarakat pendatang 96
tidak mengetahui adanya posyandu
di sekitar tempat tinggal mereka.
FISHBONE
Gambar 6. Fishbone
Gambar 7. Pohon Masalah
99
4.7.2 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun alternatif
pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
1. Minimnya SDM untuk melakukan Dibentuk tim khusus yang berasal dari
evaluasi terhadap orang tua yang petugas, kader Puskesmas serta
memiliki balita untuk melakukan melibatkan orang tua balita.
penimbangan berat badan.
2. Beban kerja dan pemegang program Beban kerja dibagi kepada masing-
pekerjaan yang merangkap masing SDM
Dibentuk tim khusus yang berasal
dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkanorang tua balita.
3. Kurang optimalnya penyuluhan serta Memperbanyak kegiatan penyuluhan
konseling di dalam dan di luar gedung di dalam dan luar gedung
100
ke posyandu dan tingkat pengetahuan
terhadap posyandu dan pentingnya
gizi pada balita.
7. Kurang penyuluhan dan konseling Menyediakan layanan konseling
mengenai manfaat penimbangan berat individu bagi orang tua balita
badan untuk menilai gizi balita di luar mengenai tumbuh kembang,
gedung Puskesmas yang menarik pentingnya penilaian status gizi
perhatian masyarakat
Pelatihan dan pembekalan
pengetahuan mengenai gizi untuk
kader posyandu sehingga dapat
melakukan penyuluhan dan konseling
secara optimal
8. Jadwal yang telah ditetapkan berubah Membuat grup chat WA atau BBM
tapi kader tidak menginformasikan berisi pemegang program, ibu kader,
secara menyeluruh kepada orang tua dan ibu balita.
balita.
9. Tidak ada monitoring dan follow up Dibentuk tim khusus yang berasal
bagi orang tua balita untuk melakukan dari petugas, kader Puskesmas serta
penimbangan berat badan. melibatkanorang tua balita.
11. Kurangnya pengetahuan orang tua Mengadakan penyuluhan bagi orang tua
tentang pentingnya pemantauan status balita dengan tema gizi dan kesehatan
gizi balita anak
101
12. Sebagian masyarakat pendatang tidak Membuat grup chat WA atau BBM
mengetahui adanya posyandu di berisi pemegang program, ibu kader,
sekitar tempat tinggal mereka. dan ibu balita.
13. Kurangnya edukasi mengenai Menyediakan layanan konseling
pentingnya pengukuran berat badan individu bagi orang tua balita
balita kepada orang tua mengenai tumbuh kembang,
pentingnya penilaian status gizi
102
4.7.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
priorotas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C .
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
A. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
B. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
C. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
D. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.
103
Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas,
A kader Puskesmas serta melibatkan ibu balita 4 5 4 1 80 I
1. Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkan orang tua balita
3. Membuat grup chat WA atau BBM berisi pemegang program, ibu kader,
dan orang tua balita.
104
6. Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi
berupa leaflet, video yang menarik di lingkungan masyarakat mengenai
gizi dan tumbuh kembang anak
105
layanan konseling bagi orang tua yang ingin mengetahui tentang gizi balita ,
dan melakukan pembuatan jadwal rutin posyandu.
BAB V
106
PELAKSANAAN DAN PENGORGANISASIAN
Intervensi kegiatan yang dilakukan pada program peningkatan cakupan bayi yang di
timbang di Pukesmas Pejaten Barat I adalah:
No Tanggal Kegiatan
1 19 April 2017 Wawancara kepada pemegang program KIA dan gizi serta kader
mengenai permasalahan yang dihadapi
Melakukan pendataan kuantitas dan kualitas dari kunjungan balita
ke Posyandu
2. 20 April 2017, 15 Penyuluhan terhadap orang tua balita yang di lakukan di seluruh
Mei 2017, 17 Mei Posyandu yang menjadi cakupan wilayah Puskesmas Pejaten
2017 Barat I
Menyediakan layanan konseling
3. 22 Mei 2017 Kunjungan rumah terhadap orang tua balita yang tidak membawa
balitanya ke Posyandu untuk dilakukan penimbangan
Wawancara kepada orang tua balita mengenai alasan tidak
membawa anaknya untuk ditimbang ke Posyandu dan mencari
pemecahan masalahnya.
4. 24 Mei 2017 Pembuatan tim khusus untuk program cakupan bayi yang
ditimbang
Pembuatan group chat WA atau BBM
Beban dibagi ke masing-masing SDM
Melakukan penyuluhan dan pembekalan pengetahuan kepada
kader Posyandu
Dari semua kegiatan intervensi yang direncanakan, semua kegiatan sudah berhasil
dilakukan yaitu pada tanggal 19 April 2017 dilakukan wawancara kepada pemegang program
dan kader di Puskesmas, 20 April 2017, 15 Mei 2017, 17 Mei 2017 dilakukan penyuluhan
dan layanan konseling di Posyandu wilayah Pejaten Barat I, 22 Mei 2017 dilakukan
kunjungan rumah dan wawancara di rumah orang tua balita, dan pada tanggal 24 Mei 2017
dilakukan pembuatan tim khusus dan penyuluhan serta pembekalan kepada kader mengenai
gizi balita.
107
Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai alasan
mengapa orang tua balita tidak membawa balita datang untuk ditimbang ke Posyandu
di wilayah Pejaten Barat I dengan cara mendatangi rumah orang tua balita dan
melakukan wawancara langsung terhadap responden. Dari kegiatan tersebut
didapatkan data responden meliputi usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan
usia anak. Didapatkan hasil dari wawancara mengenai alasan tidak datang ke
Posyandu, pengetahuan seputar posyandu dan gizi, dan usulan kegiatan di Posyandu.
Usia N Persentase
108
Status Pekerjaan N Persentase
Bekerja 9 37,5%
Tidak Bekerja 15 62,5%
Berdasarkan hasil data status pekerjaan didapatkan ibu yang bekerja sebanyak
20 orang (83,3%) dan ibu yang tidak bekerja sebanyak 4 orang (16,7%).
Berdasarkan hasil data usia anak diperoleh anak usia 0-2 tahun sebanyak 6
orang (25%) dan anak usia 3-5 tahun sebanyak 18 orang (75%).
5.2.1 Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi berupa
leaflet, poster dan video yang menarik di lingkungan masyarakat mengenai gizi
dan tumbuh kembang anak
109
Konseling dilakukan terhadap ibu ibu balita yang memiliki pertanyaan
mengenai permasalahan tumbuh kembang balita. Selain itu pada konseling dibagikan
juga mengenai materi yang diberikan selama penyuluhan mengenai upaya upaya
peningkatan status gizi balita. Metode konseling dilakukan dengan wawancara secara
individual. Tatalaksana yang diberikan dalam konseling berupa edukasi bagaimana
meningkatkan pemantauan status gizi anak yang dampat meningkatkan derajat
kesehatan balita secara keseluruhan.
Pada pelaksanaannya hal yang sering ditanyakan adalah bagaimana
meningkatkan nafsu makan, berapa berat badan dan tinggi badan yang ideal,
mengenai pemberian vitamin A, pentingnya ASI eksklusif, bagiamana membuat
makanan MP-ASI yang baik, tanda tanda anak yang gizi kurang atau buruk
bagaimana dan mengenai imunisasi serta seputar kesehatan anak. Diharapkan
penyuluhan dan konseling boleh secara rutin diadakan setiap Posyandu untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai gizi balita yang dapat menunjang tumbuh
kembang balita.
5.2.3 Pemantauan Secara Langsung Dan Wawancara Mendalam Kepada Orang Tua
Balita, Kader Dan Pemegang Program
Hasil wawancara dengan pemegang program KIA dan Gizi dijelaskan bahwa
terdapat kemungkinan rendahnya angka cakupan balita yang datang untuk dilakukan
penimbangan di Posyandu di wilayah Pejaten Barat I dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya penimbangan BB dan pengukuran
TB terhadap penilaian status gizi anak yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan balita. Berikut wawancara kami dengan pemegang program:
Masih banyak ibu balita yang tidak mengetahui pentingnya untuk melakukan
penimbangan dan pengukuran tinggi badan, ibu balita hanya berpikiran bahwa hal
tersebut hanya untuk melihat anaknya naik atau tidak berat badan dan tingginya, hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang gizi balita. Selain
itu masih banyak ibu yang lebih memilih untuk bekerja daripada datang ke posyandu
untuk menimbang anaknya. Selain itu banyak kader yang masih malas untuk
melakukan evaluasi dan kunjungan langsung ke rumah ibu balita yang tidak datang
dan kurangnya pengetahuan kader mengenai gizi balita juga turut berperan serta.
110
Jika dari segi lainnya seperti pelaksanaan penyuluhan tentang pentingnya
penimbangan dan gizi sudah dilakukan di Posyandu namun penyuluhan yang
diberikan masih kurang memadai dan kurang mernarik media nya. Penyuluhan yang
dilakukan hanya sesekali ini juga membuat masyarakat kurang informasi mengenai
gizi balita. Berikut kutipan wawancara kami dengan pemegang program:
Sebenarnya sudah ada pendataan mengenai ibu balita yang tidak membawa
balotanya ke posyandu untuk ditimbang, namun untuk follow up sampai ke rumahnya
terkadang banyak kader yang mengeluh kalau rumahnya jauh dan suka tidak
dibukakan pintu karena rumahnya kosong tidak ada orang.
Konseling mengenai gizi balita juga suda dilakukan oleh kader di posyandu
namun diperlukan pelatihan yang berkala agar konseling dapat berjalan dengan baik
dan kader memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat memberikan penjelasan
yang baik sehingga ibu balita dapat memahami mengenai gizi balita secara baik dan
benar dan bagaimana cara penerapannya dalam menunjang gizi balita sehingga target
akan tercapai. Berikut kutipan wawancara dengan pemegang program:
111
rumah orang tua balita yang tidak membawa balita nya untuk dilakukan penimbangan.
Serta dilakukan wawancara kepada orang tua balita mengenai penyebab yang
membuat orang tua balita tidak membawa anaknya untuk dilakukan penimbangan.
Selain itu ditanyakan juga mengenai pengetahuan tentang Posyandu, peran serta orang
tua balita terhadap kegiatan di Posyandu dan usulan mengenai kegiatan yang akan
diadakan di Posyandu untuk meningkatkan partisipasi orang tua balita untuk datang
ke Posyandu. Para kader di lapangan juga diwawancarai mengenai data ibu balita
yang paling jarang datang ke Posyandu.
Dari hasil tanya jawab mengenai pentingnya Posyandu terhadap ibu balita.
Sebagian besar orang tua balita masih belum mengetahui pentingnya kegiatan yang
dilakukan di Posyandu, orang tua hanya mengetahui bahwa kegiatan posyandu untuk
menimbang dan mengukur tinggi badan anaknya saja. Pada kenyataannya kegiatan
posyandu diadakan tidak hanya sekedar untuk menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan saja, dari hal tersebut dilakukan pula pemantauan gizi terhadap anak
tersebut yang dapat dilihat dari grafik KMS, dimana bila terjadi gizi kurang atau
buruk harus dilakukan intervensi untuk memperbaiki keadaan gizi balita. Dari hasil
wawancara didapatkan bahwa hampir semua ibu yang tidak membawa balita datang
ke Posyandu memiliki alasan yang sama yaitu jadwal Posyandu yang tidak sesuai
dengan kesibukan ibu balita yang bekerja, tidak mengetahui mengenai jadwal
posyandu, tidak diizinkan oleh suaminya karena meninggalkan pekerjaan rumah, dan
ada juga beberapa ibu-ibu yang memang malas untuk membawa anaknya datang ke
Posyandu. Contoh kuotasi pasrtisipan adalah sebagai berikut:
Saya kerja shift malem dok, jadi kalo pagi ya suka ketiduran gitu capek jadi
ga bisa anter anak ke posyandu ( Pasrtisipasi ER).
112
melihat berapa berat badan dan tinggi badan anaknya saja. Mereka tidak mengetahui
bahwa pennimbangan dan pengukuran tersebut tidak hanya melihat bertambahnya
berat badan dan tinggi badan saja tapi melakukan evaluasi terhadap gizi anak tersebut
dan melakukan intervensi jika mengalami gangguan. Berikut kuotasi pasrtisipan:
penting dok, soalnya kita jadi tahu berat badan sama tinggi anak kita
berapa, sepertinya sih hanya itu saja dok yang saya tahu mengenai pentingnya
dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Emangnya ada yang lain ya
dok?
Saat ditanyakan mengenai peran serta dalam kegiatan posyandu ada beberapa
ibu-ibu yang menjawab: saya datang ke posyandu kalo lagi sempat dan gak males
aja dok, ga rutin tiap bulan. Tapi ada juga ibu-ibu yang menjawab seperti ini Saya
tidak pernah datang ke Posyandu dokter soalnya saya sibuk kalau pagi, harus bantu
suami saya kerja, belum lagi harus ngerjain pekerjaan rumah dokter.
diadain acara games atau hiburan gitu dok, biar anak saya mau dan gak
rewel kalo diajak ke Posyandu dok, soalnya kadang anak saya suka nangis karena
takut., terus kalau bisa ditambah alat timbang dan ukurnya dok jadi gak kelamaan
nunggu kan anak-anak kalo kelamaan nunggu malah jadi rewel dan akhirnya gamau
ditimbang dok.
113
datang dokter dan kadang ada yang rumahnya jauh jadi ga sampe berita tentang
jadwal posyandu nya dok.
5.2.4 Dibentuk Tim Khusus Yang Berasal Dari Petugas, Kader Puskesmas Serta
Melibatkan Orang Tua Balita
Dibentuk tim yang berisi SDM Puskesmas dan orang tua balita dimana terdiri
pemegang program lalu kader setiap posyandu dibentuk kelompok kecil bagi para
orang tua untuk saling memperdulikan satu sama lain sehingga cakupan balita yang
ditimbang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemegang program maupun kader
tetapi setiap orang tua diharapkan dapat membantu untuk mengingatkan kepada orang
tua yang tidak membawa anaknya melakukan penimbangan di posyandu.
Dibentuknya tim program cakupan bayi yang ditimbang akan berisi tim yang akan
memberikan penyuluhan pada setiap ibu yang memiliki balita yaitu mengenai
pentingnya penimbangan berat badan, manfaat penimbangan berat badan, pemahaman
mengenai status gizi balita, lalu kelompok kecil dengan penanggung jawab kader ini
akan mengevaluasi jalannya program cakupan balita yang ditimbang dengan
melakukan pencatatan, pelaporan dan pengawasan serta follow up kepada orang tua
balita yang melakukan penimbangan BB di posyandu. Pengawasan dan follow up ini
dilakukan dengan memantau orang tua yang tidak membawa balitanya untuk di
timbang dan didatangi secara langsung untuk mengetahui apa penyebabnya dan dapat
dicarikan solusi yang tepat. Diharapkan dengan adanya tim evaluasi program cakupan
bayi yang ditimbang ini dapat mengurangi ibu yang tidak membawa balita nya untuk
ditimbang di posyandu.
5.2.5 Membuat Grup Chat WA Atau BBM Berisi Pemegang Program, Ibu Kader, Dan
Orang Tua Balita.
114
Informasi mengenai jadwal dapat di infokan lewat chat media sosial pada satu hari
sebelum dan pada hari di laksanakannya posyandu tersebut.
115
Tabel 43. Plan of Action
Upaya Indikator Cara Hasil Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitungan Kegiatan Anggaran & target jawab & Pelaksan Pelaksana
sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya
Dibentuk tim Sistem - Terbentukn Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Dokter 24 Mei Puskesmas
khusus yang pencatatan, ya Tim pembentukan meningkatkan pembentukan program, puskesmas, 2017
berasal dari pelaporan, khusus. tim mutu dan tim khusus kader Kepala program
petugas, pengawasan kinerja dari yang terdiri puskesmas
kader , follow up Pelatihan dan petugas dari kepala dan orang
Puskesmas dan evaluasi pembekelan puskesmas program, tua balita
serta berjalan serta kader
melibatkan dengan baik. mempermuda puskesmas
orang tua h untuk serta orang
balita. melakukan tua balita.
evaluasi.
Pelatihan dan
pembekalan
mengenai
sistem
pencatatan
dan pelaporan
yang baik
116
Beban dibagi Peningkata Setiap Rapat untuk Sehingga Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas 24 Mei Puskesmas
kepada mutu dan orang pembagian pihak yang pembagian pelayanan 2017
masing- kinerja dari hanya tugas memegang tugas kesehatan
masing SDM petugas bertanggun program gizi di
yang g jawab balita dapat puskesmas
bertanggung untuk 1 lebih fokus
jawab program dalam
mengenai puskesmas menghadapi
gizi balita atau lebih kendala yang
selama ada
program
tersebut
saling
berkaitan
Mengadakan Setiap kader - Kader Pelatihan dan Meningkatka Pelatihan dan Konsumsi Kader Dokter 24 Mei Puskesmas
pelatihan dan posyandu dapat pembekalan n pembekalan untuk peserta posyandu Puskesmas, 2017
pembekalan dapat mengerti materi pengetahuan pengetahuan penyuluhan Kepala program,
pengetahuan menentukan mengenai dan mengenai gizi dokter muda.
bagi kader status gizi gizi balita keterampilan balita.
posyandu anak balita kader
serta Posyandu Sesi Tanya
memiliki jawab seputar
pengetahuan gizi balita
yang cukup
mengenai
gizi balita
117
Melakukan Peningkatan (Jumlah bayi Meningkat Penyuluhan Meningkatka Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter 20 April Posyandu
penyuluhan pengetahuan 0-59 bulan nya n dengan membuat balita puskesmas, dokter 2017, 15
dengan dan yang pengetahua pengetahuan menggunakan media muda, kepala Mei 2017,
membuat kesadaran ditimbang)/ n ibu balita ibu mengenai berbagai penyuluhan program, kader 17 Mei
media ibu tentang (jumlah bayi dan ibu gizi balita dan media yang yang menarik posyandu 2017
informasi dan gizi 0-59 bulan) x balita pentingnya menarik
promosi 100% menjadi penimbangan seperti video,
berupa leaflet, sadar akan berat badan leaflet, poster.
video yang Peningkatan pentingnya serta tumbuh Sesi Tanya
menarik di jumlah gizi serta kembang jawab seputar
lingkungan balita yang membawa balita peyuluhan
masyarakat ditimbang balitanya
mengenai gizi datang ke
dan tumbuh Posyandu
kembang
anak
Membuat Peningkatan (Jumlah bayi Penyebaran Menyebarkan Sehingga Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas 24 Mei Puskesmas
grup chat WA cakupan 0-59 bulan informasi informasi semua informasi program, 2017
atau BBM balita yang yang mengenai terkait pemberitaan terkait kader
berisi ditimbang ditimbang)/ posyandu kegiatan yang kegiatan posyandu
pemegang (jumlah bayi menjadi posyandu berkaitan posyandu dan orang
program, ibu 0-59 bulan) x lebih dengan tua balita
kader, dan 100% mudah kegiatan
orang tua posyandu
balita. dapat
tersampaikan
dengan baik
Pemantauan Meningkatn (Jumlah bayi Ditemukan Wawancara Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter 22 Mei Rumah
secara ya jumlah 0-59 bulan penyebab penyebab dan dengan cara untuk ke balita Puskesmas, 2017 orang tua
langsung dan D/S di yang dan solusi solusi yang mendatangi rumah warga Kepala program, balita
wawancara Posyandu ditimbang)/ untuk mengakibatka rumah ibu satu per satu Dokter muda,
mendalam tersebut (jumlah bayi meningkatk n rendahnya yang Kader puskesmas
0-59 bulan) x an partisipasi ibu bersangkutan
100% pasrtisipasi balita untuk
ibu balita datang ke
datang ke Posyandu
118
Posyandu
Menyediakan Meningkatn (Jumlah bayi Dengan Dialog Meningkatka Dialog - Orang tua Kader, Dokter 20 April Posyandu
layanan ya keinginan 0-59 bulan adanya interaktif n interaktif balita Muda, Petugas 2017, 15
konseling orang tua yang layanan seputar gizi pengetahuan yang Kesehatan Mei 2017,
untuk ditimbang)/ konseling balita. ibu dan dimaksud Puskesmas 17 Mei
membawa (jumlah bayi ini dapat meningkatkan adalah sesi 2017.
balita 0-59 bulan) x membantu kesadaran ibu tanya jawab
ditimbang 100% menjawab akan mengenai
agar semua pentingnya persoalan gizi
dipantau permasalah gizi balita balita
pertumbuha an
nnya mengenai
gizi balita
yang
dihadapi
oleh orang
tua
sehingga
banyak
orang tua
yang
membawa
balita nya
ke
posyandu
119
120
BAB VI
Setelah dilakukan pendataan terhadap orang tua balita yang tidak pernah
melakukan kunjungan ke Posyandu. Maka dilakukan kunjungan rumah ke masing-
masing orang tua balita dan dilakukan wawanacra. Wawancara tersebut meliputi usia
ibu balita, status pekerjaannya, pendidikan ibu balita, alasan ibu tidak membawa
anaknya ke posyandu, pengetahuan ibu tentenag posyandu dan gizi serta usulan
kegiatan yang dilakukan di Posyandu.
Penyuluhan ini belum mulai dilakukan dengan alasan akan diadakan di setiap
kegiatan posyandu oleh kader posyandu dan dokter muda, setelah kader posyandu
mendapatkan pelatihan dan pembekalan mengenai gizi balita.
Layanan konseling ini dilakukan terhadap ibu balita yang memiliki pertanyaan
mengenai gizi balita, tumbuh kembang balita dan datang ke posyandu untuk
melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Hal ini dilakukan untuk
menarik minat dan memberikan kesadaran kepada ibu balita mengenai pentingnya
gizi balita.
121
Layanan konseling ini belum mulai dilakukan dengan alasan akan diadakan di
setiap kegiatan posyandu oleh kader posyandu, setelah kader posyandu mendapatkan
pelatihan dan pembekalan mengenai gizi balita. Selama ini yang melakukan hanya
dokter muda.
6.4 Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkan orang tua balita
Dibentuknya tim program cakupan bayi yang ditimbang akan berisi tim yang
akan memberikan penyuluhan pada setiap ibu yang memiliki balita yaitu mengenai
pentingnya penimbangan berat badan, manfaat penimbangan berat badan, pemahaman
mengenai status gizi balita, lalu kelompok kecil dengan penanggung jawab kader ini
akan mengevaluasi jalannya program cakupan balita yang ditimbang dengan
melakukan pencatatan, pelaporan dan pengawasan serta follow up kepada orang tua
balita yang melakukan penimbangan BB di posyandu.
Tim khusus ini sudah berhasil terbentuk namun hanya terdiri dari pemegang
program dan kader puskesmas, hal ini dikarenakan masih rendahnya partisipasi dari
orang tua balita dan kurangnya pengetahuan orang tua balita mengenai pentingnya
penimbangan serta gizi balita.
6.5 Membuat grup chat WA atau BBM berisi pemegang program, ibu kader dan
orang tua balita
Pembuatan grup ini masih terus berjalan sampai dengan sekarang karena
masih dilakukan pendataan dan jumlah orang tua balita yang cukup banyak juga
menjadi kendala.
122
6.6 Pelatihan dan pembekalan pengetahuan bagi kader posyandu
123
Tabel 44. Plan of Action Monitoring dan Evaluasi
Upaya Indikator Cara Hasil Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitungan Kegiatan Anggaran & target jawab & Pelaksan Pelaksana
sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya
Dibentuk tim Peningkata (Jumlah bayi Tim khusus Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Kepala - Puskesmas
khusus yang n cakupan 0-59 bulan ini dapat pembentuka meringankan pembentukan program, puskesmas,
berasal dari balita yang yang membantu n Tim pekerjaan tim khusus kader Kepala program
petugas, ditimbang ditimbang)/ sistem petugas yang terdiri puskesmas
kader (jumlah bayi pencatatan, Pelatihan puskemas dari kepala dan orang
Puskesmas 0-59 bulan) x pelaporan, dan yang program, kader tua balita
serta 100% pengawasan pembekalan memiliki puskesmas
melibatkan , follow up tanggung serta orang tua
orang tua dan evaluasi jawab balita.
balita. rangkap dan
meningkatkan Pelatihan dan
mutu serta pembekalan
kinerja mengenai
petugas gizi sistem
pencatatan dan
pelaporan
yang baik
Beban dibagi Peningkata Setiap orang Rapat untuk Sehingga Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas - Puskesmas
kepada mutu dan hanya pembagian pihak yang pembagian pelayanan
masing- kinerja dari bertanggung tugas memegang tugas kesehatan
masing SDM petugas jawab untuk program gizi di
yang 1 program balita dapat puskesmas
bertanggun puskesmas lebih fokus
g jawab atau lebih dalam
mengenai selama menghadapi
gizi balita program kendala yang
tersebut ada
saling
berkaitan
124
Mengadakan Setiap Pencatatan Pelatihan Meningkatka Pelatihan Konsumsi Kader Dokter (belum Puskesmas
pelatihan dan kader dan dan n mengenai cara untuk peserta posyandu Puskesmas, dilakukan
pembekalan posyandu Pelaporan pembekalan pengetahuan membuat penyuluhan Kepala program, dengan
pengetahuan dapat berjalan materi dan laporan yang dokter muda. alasan
bagi kader melakukan dengan baik. keterampilan baik dan akan
posyandu pencatatan kader pembekalan dilakukan
dan Kader dapat Posyandu pengetahuan 3 bulan
pelaporan mengerti mengenai gizi sekali)
dengan mengenai balita.
benar serta gizi balita
memiliki Sesi Tanya
pengetahua jawab
n yang
cukup
mengenai
gizi balita
Melakukan Peningkata Meningkatn Penyuluhan Meningkatka Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter (belum Posyandu
penyuluhan n ya n dengan membuat balita puskesmas, dokter dilakukan
dengan pengetahua pengetahuan pengetahuan menggunakan media muda, kepala dengan
membuat n dan ibu balita ibu mengenai berbagai penyuluhan program, kader alasan
media kesadaran dan ibu gizi balita dan media yang yang menarik posyandu akan
informasi dan ibu tentang balita pentingnya menarik dilakukan
promosi gizi menjadi penimbangan seperti video, di setiap
berupa leaflet, sadar akan berat badan leaflet, poster. kegiatan
video yang pentingnya serta tumbuh Sesi Tanya posyandu
menarik di Peningkata gizi serta kembang jawab seputar setelah
lingkungan n jumlah membawa balita peyuluhan kadar
masyarakat balita yang balitanya mendapat
mengenai gizi ditimbang datang ke pelatihan
dan tumbuh Posyandu dan
kembang pembekal
anak an)
125
Membuat Peningkata Penyebaran Menyebarka Sehingga Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas Masih -
grup chat WA n cakupan informasi n informasi semua informasi program, berjalan
atau BBM balita yang mengenai terkait pemberitaan terkait kader
berisi ditimbang posyandu kegiatan yang kegiatan posyandu
pemegang menjadi posyandu berkaitan posyandu dan orang
program, ibu lebih mudah dengan tua balita
kader, dan kegiatan
orang tua posyandu
balita. dapat
tersampaikan
dengan baik
Pemantauan Meningkat Ditemukan Wawancara Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter Dilakukan Rumah
secara nya jumlah penyebab penyebab dan dengan cara untuk ke balita Puskesmas, dengan orang tua
langsung dan D/S di dan solusi solusi yang mendatangi rumah warga Kepala program, catatan balita
wawancara Posyandu untuk mengakibatka rumah ibu satu per satu Dokter muda, tidak
mendalam tersebut meningkatka n rendahnya yang Kader puskesmas melakuka
n partisipasi ibu bersangkutan n
pasrtisipasi balita untuk kunjungan
ibu balita datang ke 2x
datang ke Posyandu berturut-
Posyandu turut.
Menyediakan Meningkat Dengan Dialog Meningkatka Dialog - Orang tua Kader, Dokter (belum Posyandu
layanan nya adanya interaktif n interaktif yang balita Muda, Petugas dilakukan
konseling keinginan layanan seputar gizi pengetahuan dimaksud Kesehatan dengan
orang tua konseling ini balita. ibu dan adalah sesi Puskesmas alasan
untuk dapat meningkatkan tanya jawab akan
membawa membantu kesadaran ibu mengenai dilakukan
balita menjawab akan persoalan gizi di setiap
ditimbang semua pentingnya balita kegiatan
agar permasalaha gizi balita posyandu
dipantau n mengenai setelah
pertumbuh gizi balita kadar
annya yang mendapat
dihadapi pelatihan
oleh orang dan
tua sehingga pembekal
banyak an)
126
orang tua
yang
membawa
balita nya ke
posyandu
127
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Status gizi kurang dan gizi buruk pada balita diketahui dapat mempengaruhi
kesehatan serta tumbuh kembang balita. Anak tersebut akan lebih mudah terserang
penyakit serta mengalami keterlambatan dalam pertumubuhan dan pekembangan. Hal
ini akan berdampak sampai mereka usia dewasa dan menghasilkan SDM yang tidak
berkualitas. Untuk itu diperlukannya tindakan pencegaham sebelum hal tersebut
terjadi, salah satunya yaitu dengan melakukan kunjungan rutin ke Posyandu, sehingga
dapat diketahui status gizi balita tersebut dan segera dilakukan intervensi bila
mengalami gangguan.
128
menarik, konseling tumbuh kembang, pemantauan secara langsung dan wawancara
kepada ibu balita, dibentuk tim khusus untuk program gizi balita pembuatan grup
chat media sosial dan mengadakan pelatihan serta pembekalan pengetahuan kepada
kader posyandu . Hasil kegiatan tersebut yang signifikan adalah meningkatnya
partisipasi ibu balita untuk datang ke posyandu. Apabila terus dilakukan intervensi
dan evaluasi yang menyeluruh, diharapkan persentase D/S akan meningkat.
7.2 Saran
Bagi Puskesmas
129
Bagi Masyarakat
130
Tabel 45. Cakupan kegiatan 1 tahun
Upaya Indikator Cara Target Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitung Kegiatan Anggaran target jawab & Pelaksan Pelaksana
an 3 6 9 12 & sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya
Dibentuk tim Peningkata (Jumlah 75 77,5 82,5 85 Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Kepala September Puskesmas
khusus yang n cakupan bayi 0-59 pembentu meringa pembentukan program, puskesmas, 2017
berasal dari balita yang bulan yang kan Tim nkan tim khusus kader Kepala program
petugas, ditimbang ditimbang)/ pekerjaa yang terdiri puskesmas
kader (jumlah Pelatihan n dari kepala dan orang
Puskesmas bayi 0-59 dan petugas program, kader tua balita
serta bulan) x pembekal puskem puskesmas
melibatkan 100% an as yang serta orang tua
orang tua memilik balita.
balita. i
tanggun Pelatihan dan
g jawab pembekalan
rangkap mengenai
dan sistem
mening pencatatan dan
katkan pelaporan
mutu yang baik
serta
kinerja
petugas
gizi
Beban dibagi Peningkata Rapat Sehingg Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas September Puskesmas
kepada mutu dan untuk a pihak pembagian pelayanan 2017
masing- kinerja dari pembagia yang tugas kesehatan
masing SDM petugas n tugas memega di
yang ng puskesmas
bertanggun program
g jawab gizi
mengenai balita
gizi balita dapat
lebih
fokus
131
dalam
mengha
dapi
kendala
yang
ada
Mengadakan Setiap Pelatihan Mening Pelatihan Konsumsi Kader Dokter September Puskesmas
pelatihan dan kader dan katkan mengenai cara untuk posyandu Puskesmas, 2017
pembekalan posyandu pembekal pengeta membuat peserta Kepala program,
pengetahuan dapat an materi huan laporan yang penyuluhan dokter muda.
bagi kader melakukan dan baik dan
posyandu pencatatan keteram pembekalan
dan pilan pengetahuan
pelaporan kader mengenai gizi
dengan Posyand balita.
benar serta u
memiliki Sesi Tanya
pengetahua jawab
n yang
cukup
mengenai
gizi balita
132
Melakukan Peningkata Penyuluha Mening Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter September Posyandu
penyuluhan n n katkan dengan membuat balita puskesmas, dokter 2017
dengan pengetahua pengeta menggunakan media muda, kepala
membuat n dan huan berbagai penyuluhan program, kader
media kesadaran ibu media yang yang posyandu
informasi dan ibu tentang mengen menarik menarik
promosi gizi ai gizi seperti video,
berupa leaflet, balita leaflet, poster.
video yang dan Sesi Tanya
menarik di Peningkata penting jawab seputar
lingkungan n jumlah nya peyuluhan
masyarakat balita yang penimb
mengenai gizi ditimbang angan
dan tumbuh berat
kembang badan
anak serta
tumbuh
kemban
g balita
Membuat Peningkata Menyebar Sehingg Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas September -
grup chat WA n cakupan kan a semua informasi program, 2017
atau BBM balita yang informasi pemberi terkait kader
berisi ditimbang terkait taan kegiatan posyandu
pemegang kegiatan yang posyandu dan orang
program, ibu posyandu berkaita tua balita
kader, dan n
orang tua dengan
balita. kegiatan
posyand
u dapat
tersamp
aikan
dengan
baik
Pemantauan Meningkat Wawancar Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter September Rumah
secara nya jumlah a penyeba dengan cara untuk ke balita Puskesmas, 2017 orang tua
langsung dan D/S di b dan mendatangi rumah warga Kepala program, balita
133
wawancara Posyandu solusi rumah ibu satu per satu Dokter muda,
mendalam tersebut yang yang Kader puskesmas
mengak bersangkutan
ibatkan
rendahn
ya
partisip
asi ibu
balita
untuk
datang
ke
Posyand
u
Menyediakan Meningkat Dialog Mening Dialog - Orang tua Kader, Dokter September Posyandu
layanan nya interaktif katkan interaktif yang balita Muda, Petugas 2017
konseling keinginan seputar pengeta dimaksud Kesehatan
orang tua gizi balita. huan adalah sesi Puskesmas
untuk ibu dan tanya jawab
membawa mening mengenai
balita katkan persoalan gizi
ditimbang kesadar balita
agar an ibu
dipantau akan
pertumbuh penting
annya nya gizi
balita
134
LAMPIRAN 1
135
136
LAMPIRAN 2
Tema 2. Pengetahuan ibu balita tentang penting nya posyandu dan gizi seimbang untuk balita
Tema 3. Usulan
Apakah ibu memiliki usulan mengenai kegiatan yang akan dilakukan di Posyandu?
137
LAMPIRAN 3
6. Ny. W 22 th 34 SMA Tidak saya suka pulang kampung dok, penting dok,supaya Mungkin makanan
bulan bekerja jadi saya gak bisa datang ke kita tahu nya ditambah kali ya
posyandu. perkembangan anak dok soalnya
kita biasanya cuma dapet
satu macam
7. Ny. L 25 th 40 SD Tidak saya capek dok tiap dateng penting dok untuk mungkin kadernya
bulan bekerja dibilangnya anak saya kurus banget, tau kesehatan anak lebih baik lagi dalam
dikasih makan apa sih. Kan saya menyampaikan atau
kesel dok dikiranya saya gak bisa kasih taunya jangan
urus anak bikin orang sakit
hati
8. Ny. M 17 th 56 SMP Tidak Saya sering lupa jadwal posyandu Perlu lah dok, biar Bikin jadwal gitu
bulan bekerja dok, soalnya kan tiap bulan selalu tau berat anaknya kali ya dok, trus di
ganti-ganti tanggal berapa. tempel di posyandu
biar kita bisa foto
jadi gak lupa lagi.
Buat tempat
posyandu nya
menarik buat anak-
anak dok
9. Ny. 22 th 48 SD Tidak Anak saya masih tidur dok, tapi Penting dok untuk Ditambah
MA bulan bekerja kadang saya juga males dok, kan tahu tumbuh timbangannya dok
belum beres beres rumah dok kembang anak kita biar gak ngantri dan
lama, kan anaknya
jadi pada rewel dan
nangis karena
139
kelamaan
10. Ny. H 21 th 58 SD Tidak Anak saya banyak dok dan masih Penting banget dok Sudah cukup sih ya
bulan bekerja kecil-kecil, ribet dok. Lagipula jalan Cuma ya kerjaan saya dok menurut saya
ke posyandunya lumayan jauh dari banyak dok
tempat saya
11. Ny.Y 25 th 20 SD Tidak Dikasih tau tanggal posyandunya Penting dok, supaya Kalo bisa tanggal
bulan bekerja nggak jauh-jauh hari dok, kan saya kita tahu berat nya yang pasti dan
juga ada acara badannya bagus atau jangan mepet-mepet
tidak kasih taunya
12. Ny. D 23 th 37 SD Bekerja Saya dagang dok di kantin SD situ, Penting kok dok Mulainya siang
bulan anak saya bawa posyandu, trus biar atau sore aja gitu
tau juga kan ya berat habis pada kerja kan
sama tinggi badan enak jadi bisa
anaknya udah bagus dateng
apa belum.
13. Ny. AA 22 th 34 SD Tidak saya datang ke posyandu kalo lagi Penting sih dok Apa ya dok, udah
bulan bekerja sempat dan gak males aja dok, ga untuk tahu bagus sih menurut
rutin tiap bulan. perkembangan anak saya dok
bagaimana dan
anaknya sakit atau
nggak
14. Ny. I 16 th 6 SMA Tidak Saya tidak pernah datang ke Posyandu penting kurang banyak
bulan bekerja Posyandu dokter soalnya saya sibuk dok, untuk makanannya dok,
kalau pagi, harus bantu suami saya mengetahui tumbuh sama kurang hiburan
kerja, belum lagi harus ngerjain kembang anak kita anak biar anak kita
pekerjaan rumah dokter. mau ke posyandu
15. Ny. ER 33 th 42 SMA Bekerja Saya kerja shift malem dok, jadi Penting sekali dok Mungkin makanan
bulan kalo pagi ya suka ketiduran gitu untuk tahu aja sih dok
capek jadi ga bisa anter anak ke perkembangan anak ditambahin soalnya
posyandu kadang suka gak
kebagian kalo emang
lagi rame banget
140
16. Ny. W 24 th 47 SMA Bekerja Saya dagang dok dirumah, buka Penting biar tahu Timbangannya
bulan warung. Jadi gak bisa ditinggal anaknya sehat apa ditambah biar gak
warungnya nggak dok usah antre
17. Ny. L 21 th 26 SD Tidak Rumah saya jauh dok dari kantor Posyandu bagus dok Jadwal
bulan bekerja RW tempat posyandu diadan, capek biar tahu anaknya posyandunya lebih
dok jalan kesitunya pertumbuhan nya jelas dan dikasih
udah bagus apa taunya jangan
belum mendadak
18. Ny. DS 28 th 38 SMA Bekerja Saya seringnya gak tahu jadwal Penting banget dok Bikin grup
bulan terus dok terus memang saya juga biar tahu anaknya whatsapp atau BBM
kerja sih dok tiap bulan gitu dok biar semua
perkembangannya tahu jadwal
gimana posyandu kalo Cuma
mulut ke mulut kan
susah ya dok
19. Ny. Z 22 th 29 SD Tidak Anak saya suka susah dok bangun Sebenernya penting Mainan untuk anak
bulan bekerja paginya tiap mau dibawa kesitu sih dok biar tahu diperbanyak, biar
rewel anaknya sehat apa anak ga rewel
nggak sembari nunggu
waktu ditimbang
20. Ny. NN 23 th 23 SMA Tidak Saya kadang suka ga dapet info Posyandu penting Jadwal
bulan bekerja posyandu nya tanggal berapa dok banget untuk tahu posyandunya jangan
anak sehat apa nggak ganti-ganti tiap
dan pertumbuhan nya bulan harus jelas tiap
sesuai usia apa nggak minggu ke berapa
dok
21. Ny. AS 27 th 30 SMA Bekerja Saya kerja dok bantu suami jualan. Penting dok untuk Posyandu nya
bulan Anak saya titip sama tetangga. tahu tumbuh dibikin hari minggu
kembang anak kita kek gitu dok biar
saya bisa dateng.
22. Ny. SW 28 th 32 SMP Tidak Saya udah beberapa kali pindah Penting biar tahu Sudah bagus sih
bulan bekerja kontrakan dok, jadi sibuk gitu beres- perkembangannya dok menurut saya
141
beres sesuai usia apa gak
dok
23. Ny.G 29 th 15 SMA Bekerja Saya males dateng dok karena pasti Posyandu penting Timbangannya
bulan antre dok sedangkan saya dirumah dok buat ukur tinggi diperbanyak dok biar
ada warung yang harus dijagain badan sm berat badan gak antre gitu
kan. anak tiap bulan terus
dikasih vitamin juga
24. Ny. P 27 th 18 SMP Bekerja Saya dan suami kerja dok, anak Penting untuk Mungkin ibu
bulan diasuh sama keponakan mengetahui anak kadernya yang deket
sehat atau tidak dok rumah saya bisa gitu
dari tinggi dan berat dok dateng mampir
badannya untuk ukur tinggi
sama berat anak
saya
142
LAMPIRAN 4
143
144
145
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengaruh Kinerja Kader Posyandu terhadap Kepatuhan Ibu Balita untuk Menimbang di
Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. Available at
http://eprints.ung.ac.id/12181/2/2015-1-1-14201-841411013-bab1-26072015093318.pdf.
Accesed on april 20th 2017
2. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010
2014. http://www.gizikia.depkes.go.id/terbitan/rencana-aksi-pembinaan-gizi-masyarakat-
rapgm-tahun-2010-2014/?print=pdf
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Tabel Riskesdas
2015. Jakarta; Available from:
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2015.pdf. Accesed on
April 20th 2017
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Data/informasi kesehatan provinsi DKI
Jakarta. Jakarta:2012.
5. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H. Ranuh ING, Wiradisuria S Eds. Tumbuh
kembang anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:Sagung Seto; 2002.
6. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk: Buku I. Cetakatan
ke 7. Jakarta:2013.
7. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42703/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=D6A8C9F2DD59958079EB597F49584742?sequence=4. Accesed on
April 20th 2017
146