0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
410 tayangan135 halaman

Evapro Final

Laporan ini membahas upaya peningkatan partisipasi ibu balita dalam menimbang balita di Posyandu Wilayah Pejaten Barat I periode Januari-Maret 2017. Laporan ini berisi tentang data umum dan khusus wilayah tersebut, tinjauan pustaka mengenai gizi dan Posyandu, serta perencanaan diagnosis komunitas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
410 tayangan135 halaman

Evapro Final

Laporan ini membahas upaya peningkatan partisipasi ibu balita dalam menimbang balita di Posyandu Wilayah Pejaten Barat I periode Januari-Maret 2017. Laporan ini berisi tentang data umum dan khusus wilayah tersebut, tinjauan pustaka mengenai gizi dan Posyandu, serta perencanaan diagnosis komunitas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 135

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah evaluasi program mengenai
upaya peningkatan cakupan balita yang ditimbang di Wilayah Pejaten Barat I periode
Januari Maret 2017.

Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Pasar Minggu periode 03 April 10 Juni
2017. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa
yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat
dimanfaatkan oleh pihak Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I, dalam rangka
menyempurnakan kinerjanya sehingga dapat menjadi Puskesmas unggulan di wilayah Jakarta.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. DR. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes, selaku pembimbing Kepaniteraan IKM.
2. Kepada dr.Dessy Anggraeni, selaku Kepala Puskesmas PB I, serta semua pihak di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I dan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang
telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Semua teman-teman Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Trisakti di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritikan yang
membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Jakarta, April 2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN


PENCAPAIAN BALITA YANG DITIMBANG DI WILAYAH PEJATEN BARAT I
PERIODE JANUARI MARET 2017

Diajukan untuk memenuhi tugas


kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas- Kesehatan Masyarkat Periode
03 April 10 Juni 2017
di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

Disusun oleh:

MARCELLA ANGELICA PUTRI YOSVARA (030.11.173)

GRACA JV MORENA (030.10.117)

Jakarta, April 2017

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Fakultas Pembimbing Puskesmas

DR. dr. Rina K. Kusumaratna, M.Kes dr. Dessy Anggraini

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR................ 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI............................... 3
DAFTAR TABEL....................... 8
DAFTAR GAMBAR ................. 10
BAB I PENDAHULUAN ................................. 11
1.1 Latar Belakang................ 11
1.2 Perumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian.. 13
1.3.1 Tujuan Umum................ 13
1.3.2 Tujuan Khusus 13
1.4 Manfaat .................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan. 15
2.1.1 Ciri ciri Pertumbuhan................... 16
2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan. 17
2.2 Status Gizi........................ 18
2.3 Gizi Buruk........................ 19
2.3.1 Definisi....................... 19
2.3.2 Epidemiologi.. 19
2.3.3 Etiologi........... 20
2.3.4 Diagnosis........ 23
2.3.5 Penatalaksanaan 24
2.3.6 Prognosis Anak dengan Gizi Buruk.. 24
2.4 Program Pembinaan Gizi Masyarakat.. 25
2.4.1 Latar Belakang .. 25
2.4.2 Tujuan ... 27
2.4.3 Sasaran dan Target Kegiatan .. 27
2.4.4 Kebijakan Teknis 28
2.4.5 Strategi Operasional ... 28
2.5 Posyandu .. 29
2.5.1 Pengertian Posyandu .. 29
2.5.2 Kegiatan Posyandu . 30
2.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dnegan Partisipasi Ibu Balita 31
Dalam Penimbangan Balita Ke Posyandu .....
BAB III DATA UMUM DAN DATA KHUSUS . 38
3.1 Data Umum Puskesmas ..... 38
3.1.1 Data Wilayah Kelurahan Pejaten Barta I ... 40
3.1.2 Keadaan Penduduk .. 43
3.1.3 Data 10 Besar Penyakit Terbnayak Di Kelurahan Pejaten Barat I 44
3.2 Data Khusus Puskesmas 44
3.2.1 Visi Puskesmas Keluarahan Pejaten Barat I .. 44
3.2.2 Misi Puskesmas .. 44
3.2.3 Motto Puskesmas 44
3.2.4 Kebijakan Mutu Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I . 44
3.2.5 Strategi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I .. 44

3
3.2.6 Nilai norma Organisai Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ... 45
3.2.7 Budaya Kerja Organisasi .... 45
3.2.8 Manajemen Puskesmas .. 45
3.2.9 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas .. 46
3.2.10 Program Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ... 47
3.2.10.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas . 48
3.2.10.2 Upaya Kesehatan Pengembangan .. 48
3.3 Struktur organisasi Puskesmas .. 49
3.3.1 Man/Data Ketenagakerjaan . 49
3.3.2 Money/Anggaran ................. 49
3.3.3 Material Saran dan Prasarana .. 50
3.3.3.1 Deskripsi Kerja . 50
3.3.4 Method/Program yang dimiliki Kelurahan Pejaten Barat I 58
3.4 Program Pokok Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I ................ 61
3.4.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas .. 61
3.4.1.1 Promosi Kesehatan . 61
3.4.1.2 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan KB . 63
3.4.1.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat ... 65
3.4.1.4 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular .. 65
3.4.1.5 Upaya pengobatan dasar ... 65
3.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan .. 66
3.4.2.1 Upaya Kesehatan Sekolah . 66
3.4.2.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut . 68
3.4.2.3 Upaya Kesehatan Usia Lanjut ... 69
3.4.2.4 Upay aPengendalian Penyakit Menular 70
BAB IV PERENCANAAN ............... 71
4.1 Rancangan Diagnosis Komunitas .. 71
4.2 Metode Diagnosis .. 71
4.2.1 Jenis Data . 71
4.2.2 Sumber Data . 71
4.2.3 Indikator Kesehatan ... 72
4.3 Lokasi dan Waktu . 72
4.3.1 Waktu Penelitian . 72
4.3.2 Tempat Penelitian .... 72
4.4 Sampel Diagnosis Komunitas ... 72
4.4.1 Populasi Penelitian .. 72
4.4.2 Kriteria Inklusi ................ 72
4.4.3 Kriteria Eksklusi .. 73
4.5 Analisis Komunitas ... 74
4.6 Analisa Masalah 75
4.6.1 Alur Pemecahan Masalah 75
4.6.2 Identifikasi Cakupan Program 76
4.6.3 Penentuan Proritas Masalah .. 78
4.6.3.1 Kriteria A : Besarnya Masalah ... 78
4.6.3.2 Kriteria B : Kegawatan Masalah ................ 90
4.6.3.3 Kriteria C : Kemudahan dalam Penanganan .. 91

4
4.6.3.4 Kriteria D : Faktor PEARL ... 92
4.6.3.5 Penilaian Prioritas Masalah 93
4.6.4 Urutan Prioritas Masalah 94
4.7 Analisa Pemecahan Masalah 94
4.7.1 Analisa Penyebab Masalah . 94
4.7.2 Penentuan Alternative Pemecahan Masalah .. 99
4.7.3 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah .. 101
4.7.4 Penentuan Prioritas Masalah dengan Kriteria Matriks ... 102
4.7.5 Plan Of Actions .. 104
BAB V PELAKSNAAN DAN PENGORGANISASIAN 107
5.1 Data Univariat Responden 107
5.2 Data Kualitatif 108
5.2.1 Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi 108
berupa leaflet, poster dan video yang menarik di lingkungan masyarakat
mengenai gizi dan tumbuh kembang anak
5.2.2 Menyediakan Layanan Konseling. 109

5.2.3 Pemantauan Secara Langsung Dan Wawancara Mendalam Kepada 109


Orang Tua Balita, Kader Dan Pemegang Program
5.2.4 Dibentuk Tim Khusus Yang Berasal Dari Petugas, Kader Puskesmas 113
Serta Melibatkan Orang Tua Balita
5.2.5 Membuat Grup Chat WA Atau BBM Berisi Pemegang Program, Ibu 113
Kader, Dan Orang Tua Balita...

5.2.6 Mengadakan Pelatihan Dan Pembekalan Pengetahuan Bagi Kader 114


Posyandu
BAB VI PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN 116
6.1 Kunjungan Rumah Dan Wawancara Secara Mendalam 119
6.2 Penyuluhan Terhadap Orang Tua Balita.. 119
6.3 Layanan Konseling. 119

6.4 Dibentuk Tim Khusus Yang Berasal Dari Petugas, Kader Puskesmas Serta 120
Melibatkan Orang Tua Balita

6.5 Membuat Grup Chat WA Atau BBM Berisi Pemegang Program, Ibu Kader 120
Dan Orang Tua Balita..

6.6 Pelatihan Dan Pembekalan Pengetahuan Bagi Kader Posyandu 121


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 126
7.1 Kesimpulan 126
7.2 Saran.. 127
LAMPIRAN.... 133

5
DAFTAR PUSTAKA 142

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Penduduk Kelurahan Pejaten Barat I. 40


Tabel 2. Data Penduduk menurut Mata Pencaharian 40
Tabel 3. Data penduduk berdasarkan Jenis Kelamin 41
Tabel 4. Data penduduk berdasarkan Agama... 42
Tabel 5. Jumlah fasilitas pendidikan 42
Tabel 6. Jumlah sarana kesehatan. 43
Tabel 7. Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Kelurahan Pejaten Barat I 43
Tabel 8. Data Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I. 49
Tabel 9. Data Program Puskesmas... 58
Tabel 10. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan. 61

6
Tabel 11. Data Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk 63
Tabel 12. Data Pelayanan KIA. 64
Tabel 13. Data Pelayanan KB... 64
Tabel 14. Data Pelayanan Gizi. 65
Tabel 15. Pencapaian Balita yang Ditimbang Di Masing-Masing Posyandu... 65
Tabel 16. Data Penemuan kasusu susp. TB.. 65
Tabel 17. Hasil Kegiatan P2PM... 65
Tabel 18. Hasil Kegiatan Imunisasi.. 65
Tabel 19. Jumlah Kunjungan Pelayanan Pengobatan. 66
Tabel 20. Data Dasar UKS... 67
Tabel 21. Data Skrining Kesehatan UKS 68
Tabel 22. Tiga Kasus Terbanyak di Poli Gigi dan Mulut 69
Tabel 23. Data Penduduk Lansia.. 69
Tabel 24. Hasil Kegiatan Lansia.. 69
Tabel 25. Data Kegiatan PTM.. 70
Tabel 26. Penilaian Masalah Program 77
Tabel 27. Program yang belum mencapai target.. 78
Tabel 28. Pembagian interval Kelas 89
Tabel 29. Penentuan Nilai tiap Masalah Berdasarkan Kelas 90
Tabel 30. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan 91
Tabel 31. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Penanggualangan.. 92
Tabel 32. Kriteria D (PEARL FAKTOR) 93
Tabel 33. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan Perhitungan HANLON 95
Tabel 34. Kemungkinan penyebab masalah manajemen Puskesmas 96
denganPendekatan sistem
Tabel 35. Kemungkinan penyebab masalah menurut proses dan lingkungan.. 99
Tabel 36. Alternatif Pemecahan Masalah. 103

7
Tabel 37. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah. 106
Tabel 38. Daftar Intervensi Kegiatan 107
Tabel 39. Usia Responden 107
Tabel 40. Tingkat Pendidikan... 108
Tabel 41. Status Pekerjaan... 108
Tabel 42. Usia Anak. 116
Tabel 43. Plan of Action 122
Tabel 44. Plan of Action Monitoring dan Evaluasi. 129

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pelayanan Anak dengan Gizi Buruk.. 24


Gambar 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan pada Balita di Indonesia 2010-2015. 26
Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas.. 39
Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas. 49
Gambar 5. Alur Pemecahan Masalah.. 75
Gambar 6. Fishbone. 97
Gambar 7. Pohon Masalah 98
Gambar 8. Penggabungan Alternatif 101

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu,
yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan
bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan
Posyandu terdiri dari kegiatan utama mencakup lima program prioritas yaitu : KB,
Gizi, KIA, Imunisasi dan Penanggulangan diare. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat

9
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat
menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah
layanan tumbuh kembang anak.1
Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator penting dari
status gizi dan kesehatan di suatu populasi. Bila kenaikan berat badan anak lebih
rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan
mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari
yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.2
Berjalannya layanan posyandu ini di dukung oleh kader posyandu yang siap
berperan serta didalam layanan kesehatan khususnya penimbanganberat badan balita
diposyandu sedangkan persepsi yang positif sendiri wajib dimiliki oleh setiap kader
sehingga layanan kesehatan ini dapat berjalan dengan maksimal. Kurangya persepsi
kader terkait pentingnya penimbangan berat badan balita menjadi hal yang fatal ketika
layanan kesehatan ini sedang berlangsung, baik tidaknya persepsi-persepsi kader ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Rendahnya partisipasi
kader berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk datang dalam kegiatan
pemantauan tingkat status gizi anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya
tidak dapat memenuhi kebutuhan data perkembangan status gizi anak balita di
posyandu.
Cakupan penimbangan balita dibagi jumlah sasaran balita yang ditimbang atau
disebut juga D/S dalam kegiatan posyandu di Indonesia menurut Riskesdas 2013,
Menunjukkan frekuensi pemantauan pertumbuhan anak umur 6- 59 bulan dalam enam
bulan terakhir pada tahun 2007 dan 2013 didapatkan frekuensi penimbangan >4 kali
sedikit menurun pada tahun 2013 (44,6%) dibanding tahun 2007 (45,4%). Anak umur
6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir meningkat dari
25,5 persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013). Cakupan puskesmas kecamatan pasar
minggu itu sendiri memperoleh 59%. Menurut laporan yang diperoleh di Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, persentasi D/S DKI Jakarta adalah 85% pada tahun 2016.
pencapain penimbangan balita di puskesmas kelurahan pada tahun 2015 sekitar 64,41
% sedangan pada tahun 2016 mengalami penurunan (37.02 %).3,4

10
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun
1974 melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan (Kartu Menuju
Sehat) KMS. KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan
gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat
ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan
perannya dalam tindak kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi
balita.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ingin digali dari penelitian ini adalah alternatif
masalah seperti apa yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan pencapaian balita yang ditimbang yang masih 75% menjadi sesuai
target yaitu 85% ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan
penimbangan ballita ke Posyandu di wilayah RW 007 Posyandu Anggrek III,
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui hasil pencapaian program D/S pada balita di Puskesmas


Kelurahan Pejaten Barat I.
- Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program D/S
pada balita di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penimbangan balita ke
Posyandu di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I masih rendah.
- Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.

11
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penimbangan balita ke
Posyandu di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I masih rendah.
- Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.

b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan


didalam program puskesmas.

2. Bagu Puskesmas

a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal.

b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas


yang belum memenuhi target SPM.

c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap


masalah tersebut.

3. Bagi Masyarakat

Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan kunjungan


balita ke Posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kelurahan
Pejaten Barat I, terutama tumbuh kembang balita.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan
anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam
bentuk kecil. Ilmu Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan (Development)
merupakan dasar Ilmu Kesehatan Anak dan kedua istilah disatukan menjadi Ilmu
Tumbuh-Kembang oleh karena meskipun proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.5
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik, dan struktur tubuh dalam anak
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat
kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada
pengukuran pertumbuhan.
Dengan demikian, seorang anak bukanlah dewasa kecil, oleh karena anak
mempunyai ciri khas berbeda dengan orang dewasa baik anatomi, fisiologi maupun
biokimia.
Mempelajari Tumbuh-Kembang mempunyai tujuan umum; menjaga agar
seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap tahap pertumbuhan dan

13
perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang
dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna.
Di samping itu tujuan khususnya ialah mengetahui dan memahami proses
pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar kita dapat
mendeteksi kelainan yang terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan dan
segera dapat mengatasi permasalahannya.

2.1.1 Ciri Ciri Pertumbuhan

Secara garis besar terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri


pertumbuhan yaitu :5
1. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,
tinggi badan, lingkaran kepala dan lain lain. Organ tubuh seperti jantung,
paru paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan
kebutuhan tubuh.
2. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak
memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang
dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda
dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa. Pada bayi baru lahir,
kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibandng dengan umur
umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi
umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang
lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi tubuh mulai usia
kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
3. Hilangnya ciri ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal hal yang terjadi perlahan
lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan
menghilangnya refleks refleks primitif.
4. Timbulnya ciri ciri baru

14
Timbulnya ciri ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan
fungsi fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan
adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas,
dan munculnya tanda tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut
pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain lain.
2.1.2 Ciri Ciri Perkembangan

Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh


yang berkelanjutan, teratur dan saling terkait. Seperti pertumbuhan,
perkembangan pun mempunyai ciri ciri tertentu sebagai suatu pola yang tetap
walaupun variasinya sangat luas.
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem
neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Semua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri ciri perkembangan adalah:
- Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan,
maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
sistem produksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ tubuh
tertentu.
- Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
- Perkembangan memiliki tahap yang berurutan :
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
- Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

15
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain
lain.
2.2 Status Gizi

Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator penting dari


status gizi dan kesehatan di suatu populasi. Status gizi dengan pengukuran
antropometri adalah metode yang dianjurkan oleh WHO, berupa penilaian standar
grafik bertumbuhan berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur, berat badan
menurut umur, berat menurut panjang, berat menurut tinggi dan IMT menurut umur.
Pertumbuhan anak juga dapat dinilai dengan proporsi tubuh, maturasi skelet (bone
age), perkembangan gigi, pertumbuhan fisiologi dan struktur tubuh.3
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang
memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan
dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB.5
Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari
masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak balita dengan batasan
sebagai berikut :3
a. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U
- Gizi buruk : Zscore < -3,0
- Gizi kurang : Zscore -3,0 s/d Zscore < -2,0
- Gizi baik : Zscore -2,0
b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U:
- Sangat pendek :Zscore <-3,0
- Pendek :Zscore - 3,0 s/d Zscore < -2,0
- Normal :Zscore -2,0
c. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:
- Sangat kurus :Zscore < -3,0
- Kurus :Zscore -3,0 s/d Zscore < -2,0
- Normal :Zscore -2,0 s/d Zscore 2,0
- Gemuk :Zscore > 2,0
d. Klasifikasi status gizi berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB:

16
- Pendek-kurus : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- Pendek-normal : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- Pendek-gemuk : Zscore -2,0 s/d Zscore 2,0
- TB Normal-kurus : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- TB Normal-normal : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- TB Normal-gemuk : Zscore TB/U -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0

2.3 Gizi Buruk

2.3.1 Definisi

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan
istilah severely underweight (Kemenkes RI,2011), sedangkan menurut Depkes
RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atauditemukan tanda-tanda
klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

2.3.2 Epidemiologi

Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,


secara nasional prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen,
terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun
2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi
buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7
persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen
dari 2007 dan 2013. Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementerian
Kesehatan RI tahun 2012 pada laporan Data/Informasi Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta dikatatakan bahwa prevalensi balita dengan gizi buruk di Jakarta
pada tahun 2010 adalah 2,6 persen. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015
yaitu 15,5 persen maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus
diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015. Masalah
kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi buruk-kurang antara

17
20,0-29,0 persen, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila 30 persen
(WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang
pada anak balita sebesar 19,6 persen, yang berarti masalah gizi berat-kurang di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati
prevalensi tinggi.

2.3.3 Etiologi
Masalah gizi pada balita diperngaruhi oleh berbagai oleh berbagai
faktor baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung.
Menurut Depkes RI, faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada
balita adalah penyakit infeksi serta kesesuai pola konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor
seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibtu tentang kesehatan,
ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola konsumsi serta akses ke fasilitas
pelyanan. Selain pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting.
Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
balita, yaitu:
a. Tingkat Pendapatan Keluarga.
Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang
disediakan untuk konsumsi balita serta kuantitas ketersediannya. Pengaruh
peningkatan pengasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluar
lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir
universal. Selain itu diupayakan menanamkan pengertian kepada para orang
tua dalam halmemberikan makanan anak dengan cara yang tepat dan dalam
kondisi yang higienis.

b. Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi.


Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan
gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:
Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

18
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampumenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal.
Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajarmenggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan
gizi seseorang,makaia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah
makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
Pengetahuan gizi yang dimaksud disini termasuk pengetahuan tentang
penilaianstatus gizi balita. Dengan demikian ibu bias lebih bijak
menanggapi tentang masalahyang berkaitan dengan gangguan status gizi
balita.

c. Tingkatan Pendidikan Ibu


Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu berkaitan erat kaitannya dnegan tingkat
pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, kebersihan pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan
gizi anak-anak dan keluarganya.
Di samping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor social
ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan,
perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerapdan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasanuntuk membedakan metode
penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan
diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di
dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. Tingkat
pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak-tanduk menghadapi
berbagai masalah, missal memintakan vaksinasi untuk anaknya,
memberikan oralit waktu diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-

19
anak dari ibu yang mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat
kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk
menerima perubahan atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak
maupun salah satu penjelasannya

d. Akses Pelayanan Kesehatan.


Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical
service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem
akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaranmasyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses
kesehatan masyarakat tidakmelakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan).
Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani
masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang
melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat.
Akses kesehatan yang selalu siapdan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu meningkatkan derajat kesehatan.Dengan akses kesehatan
masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi
masyarakat akan terpenuhi.

2.3.4 Diagnosis

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis,


antroprometri dan pmeriksaan laboratoitum.Gejala klinis gizi buruk berbeda

20
beda tergantung dari derjat dan lamanya deplesi protein dan energy, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan
mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak
terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.6
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta
pengukuranantropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
- BB/TB kurang dari -3SD (marasmus)
- Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh
tubuh(kwashiorkor :BB/TB > -3SD atau marasmik-kwashiorkor :
BB/TB < -3SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, dapat digunakan tanda
kelinis berupa anak tampat sangant kurus (visible severe wasting) dan tidak
mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu dengan
lengan pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya
edema.

2.3.5 Penatalaksanaan

Berikut pemeriksaan anak dengan gizi buruk.

21
Gambar 1. Alur Pelayanan Anak dengan Gizi Buruk

2.3.6 Prognosis Anak dengan Gizi Buruk

Gizi buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di
samping berbagaikonsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi
buruk akan mempengaruhi banyakorgan dan sistem, karena kondisi gizi buruk
ini juga sering disertai dengan defisiensiv(kekurangan) asupan mikro/makro
nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan menggangu
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berbagai disfungsi yagn dialami, ancaman yang timbul antara lain
hipotermi akibat jaringan lemak yang tipis, hipoglikemia, dan kekurangan
elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani namun tidak dilakukan
pemantauaan dengan baik, anak tidak dapat mengejar ketertinggalan
pertumbuhan dan perkembangan yang akan berdampak buruk untuk anak.

22
Akibat gizi buruk terhadap pertunbuhan sangat merugikan pencapaian
anak, akibat dari kondisi stunting (postur tubuh yang kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat berat
lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini dapat menjadi fatal karena otak adalah salah satu aset
vitak bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangkan pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak
jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
gangguan penurunan rasa percaya dan tentu saja menurunnya prestasi anak.6

2.4 Program Pembinaan Gizi Masyarakat

2.4.1 Latar Belakang

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam


Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. Sasaran jangka
panjang yang ingin dicapai adalah bahwa masalah gizi tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat, berdasarkan ukuran-ukuran universal yang telah
disepakati. 2
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010-2014 bidang kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai,

23
kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di bidang perbaikan gizi telah
ditetapkan 8 indikator keluaran setiap tahun sebagai berikut:

Gambar 2. Cakupan pelayanan kesehatan pada balita di Indonesia


tahun 2010- 2015
(Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA/ Kesehatan Masyarakat, Ditjen PP dan PL/ P2P,
Kemenkes RI)

Untuk mencapai indikator Renstra tersebut perlu disusun kebijakan dan


strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di
pusat dan di daerah. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat disusun sebagai
acuan setiap pemangku kepentingan, untuk menyusun perencanaan,
mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan perbaikan gizi secara
berkesinambungan.
2.4.2 Tujuan

24
Tujuan dari pembinaan gizi adalah meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif.

2.4.3 Sasaran dan Target Kegiatan

Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2014


mencakup 2 (dua) indikator kegiatan dan 6 (enam) indikator penunjang.
1. Indikator Utama
a. Balita yang ditimbang berat badannya
b. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
1. Indikator Kegiatan
a. Balita mendapat kapsul vitamin A
b. Bayi 0 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
c. Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
d. Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium
e. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat
f. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi
Target Kegiatan :
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014 terdapat
8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarkat sebagai berikut:
1. 85 % balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
2. 100 % gizi buruk yang mendapat perawatan
3. 80 % bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
4. 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
5. 85 % balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A
6. 95 % ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi
7. 100 % kabupaten/kota yang melaksanakan surveilan gizi
8. 100 % penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana

2.4.4 Kebijakan Teknis

Kebijakan teknis Pembinaan Gizi Masyarakat 2010- 2014 adalah


sebagai berikut:
1. Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi masyarakat melalui
posyandu.
2. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia.
3. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak.

25
4. Meneruskan suplementasi gizi pada balita, remaja, ibu hamil, dan ibu nifas
serta fortifikasi makanan.
5. Menyediakan PMT pemulihan bagi anak gizi kurang dan ibu hamil miskin
dan KEK.
6. Melaksanakan perawatan gizi buruk dengan pendekatan rawat inap di
Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit dan Pusat Pemulihan Gizi
(Terapheutic Feeding Center) maupun rawat jalan di Puskesmas dan Pos
pemulihan gizi berbasis masyarakat (Community Feeding Centre).
7. Memperkuat surveilan gizi nasional.

2.4.5 Strategi Operasional

Strategi operasional Pembinaan Gizi Masyarakat 2014 adalah sebagai


berikut:
1. Meningkatkan pendidikan gizi masyarakat melalui penyediaan materi KIE
dan Kampanye.
2. Memenuhi kebutuhan obat program gizi terutama kapsul vitamin A, tablet
Fe, mineral mix melalui optimalisasi sumber daya Pusat dan daerah.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam pemantauan
pertumbuhan, konseling menyusui dan MPASI, tatalaksana gizi buruk,
surveilan dan program gizi lainnya.
4. Memenuhi kebutuhan PMT Pemulihan bagi balita menderita gizi kurang
(kurus) dan ibu hamil keluarga miskin KEK.
5. Pelayanan gizi pada ibu hamil berupa pemberian tablet Fe dan skrining ibu
hamil KEK diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan ibu.
6. Melaksanakan surveilen gizi di seluruh kabupaten/ kota, surveilans sentinel,
dan surveilan gizi darurat.
7. Menguatkan kerja sama dan kemitraan dengan lintas program dan lintas
sektor, organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
8. Menyusun NSPK gizi.

2.5 Posyandu

2.5.1 Pengertian Posyandu

26
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan
posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama
mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
Penanggulangan diare.1
Tujuan penyelenggaraan posyandu menurut Depkes yaitu :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB), anak balita
dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera ( NKKBS).
c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
d. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.
Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu
sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara
empirik telah dapat memeratakan pelayanan tentang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan informasi, pendidikan gizi masyarakat serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran serta posyandu sangat penting karena
posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program guna meningkatkan
derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu.
Revitalisasi posyandu adalah supaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan
kinerja posyandu, pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan lembaga
kesehatan masyarakat desa, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga,

27
lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, sektor terkait serta lembaga
otonom yang berminat (Ulfah, 2005).

2.5.2 Kegiatan Posyandu

Pada hakekatnya di posyandu diselenggarakan upaya kesehatan yang


bersifat promotif dan preventif atas dasar-dasar dari masyarakat, oleh
masyarakat sebagian besar pelayanan dalam posyandu dilakukan oleh kader
pada waktu-waktu hari buka posyandu, sebulan sekali. Hari buka posyandu
diatur atas dasar kesepakatan antara masyarakat kader dan petugas disesuaikan
menurut kemampuan dan kesempatan yang ada. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja, meliputi:
1. Meja 1 adalah meja untuk pendaftaran. Di meja ini kader bertugas
menuliskan nama balita pada KMS yang baru dan lengkap bagi bayi dan
balita yang belum mempunyai KMS.
2. Meja ke 2 adalah penimbangan, di meja ini kader bertugas menimbang
anak dan mencatat beratnya pada secarik kertas yang akan dipindahkan
pada KMS.
3. Meja ke 3 adalah pencatatan. Di meja ini dilakukan pencatatan satu dengan
membubuhkan titik pada titik KMS anak sesuai dengan berat badan anak
pada bulan tersebut seperti tercantum pada kertas.
4. Meja ke 4 adalah menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan
data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5. Meja ke 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan
oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain: Pelayanan
imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan pemberian pil,
vitamin A.

28
2.6 Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Dalam
Penimbangan Balita ke Posyandu

Dari hasil penelitian Pardede (2010) menyatakan bahwa cakupan penimbangan


balita di posyandu terdapat hubungan yang bermakna dengan faktor internal ibu balita
(karakteristik ibu) antara lain pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anggota
keluarga, pengetahuan dan sikap ibu mengenai posyandu. Karakteristik ibu yang
merupakan bagian dari karakteristik individu seseorang mempunyai peranan penting
terhadap pertumbuhan balita. Keturunan Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan
Lingkungan Perilaku Proses Perubahan Presdisposing factors, (pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, nilai, dsb. Enabling factors, (ketersediaan
sumbersumber/fasilitas) Reinforcing faktor, (sikap dan perilaku petugas) Komunikasi
Penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat Permbedayaan Social Training Pendidikan
Kesehatan (Promosi Kesehatan) Gultom (2010) menunjukkan bahwa variabel yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel partisipasi ibu dalam penimbangan
balita di posyandu yaitu variabel pekerjaan, pengetahuan, dan sikap. Dari hasil
penelitian Angkat (2010) menyatakan bahwa partisipasi ibu ke posyandu di Desa
Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2010 selama 1 tahun
masih rendah tetapi partisipasinya sudah baik. Faktor yang berhubungan dengan
partisipasi ibu ke posyandu adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, jarak, dukungan dari
petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan dan pendapat para
peneliti.7
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Pendidikan
dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka
dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan
adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik.
Sedangkan keluaran pendidikan adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai
kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan orang tua merupakan salah satu

29
faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang
baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998) Hasil studi kuantitatif yang
dilakukan Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam
Gultom (2010), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan
mendorong ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa
balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil penelitian
Pardede (2010) menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status
pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi
kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari hasil pengamatan di
lapangan oleh Gultom (2010), terlihat adanya perbedaan dalam penimbangan
balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja
(termasuk ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa
bekerja menyebabkan ibu balita tidak membawa balitanya ke posyandu untuk
ditimbang, hal ini kemungkinan karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00
hingga 12.00 pada hari kerja.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Notoatmodjo (2007) adalah hasil 'tahu' dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan ibu balita yang baik mengenai posyandu
tentunya akan terkait dengan cakupan penimbangan balita. Pengetahuan yang
dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

30
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, 'tahu' ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenamya). Apiikasi di sini dapat
diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi

31
sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko yang paling tinggi.
5. Kehadiran
Kader Posyandu Kader merupakan motor penggerak kegiatan
posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa (promkes) adalah
tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai
kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di posyandu
mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari pelaksanan
(Suparyanto, 2011). Kehadiran Kader Posyandu sangat menentukan
berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti
mengingatkan/mengajak ibu untuk penimbangan balita ke posyandu,
menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan
hasil dari penimbangan.
6. Jarak Posyandu
Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan
tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini
adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat

32
diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih
banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian
pelayanan kuratif (Muninjaya, 2004) Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan.
Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu
untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin (2011)
mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering dikemukakan ibu
yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi, dimana
letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis diantaranya
jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Hanafiah
membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita (jarak
posyandu dengan tempat tinggal responden) terhadap pemanfaatan
posyandu di Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang.
7. Kelengkapan
Peralatan Posyandu Peralatan posyandu merupakan semua alat yang
digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan
untuk mengukur status gizi maupun peralatan yang digunakan sebagai
penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat
penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita, timbangan dewasa, alat
pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan
(Angkat,2010). Menurut Puspasari (2002) untuk kelancaran kegiatan
posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh
ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita,
timbangan dewasa, alat pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk
mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi dan data yang
dikumpulkan sebanyak 54,5% posyandu yang belum memiliki sarana yang
memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan
sarana/peralatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang

33
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna
posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai. Angkat
(2010) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan
posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam
masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai anak balita
khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas membawa
anaknya ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia timbangan injak
untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang dengan menggunakan
timbangan dacin karena anak balita takut, terbukti saat ditimbang anak
menangis

.
8. Sikap Kader
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader
Kesehatan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan
kesehatan didesa, dalam Universitas Sumatera Utara pelayanan di
posyandmempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader
dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa
ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu
menimbangkan balita cukup baik.
9. Sikap Keluarga
Sikap keluarga terdekat/suami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke
posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang
mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara
dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan
system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan
yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga.
Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional

34
perawatan kesehatan.(Adin, 2011) Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga
ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu.
Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari partisipasi
ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.7

BAB III

DATA UMUM DAN DATA KHUSUS

3.1 DATA UMUM PUSKESMAS


3.1.1. Data Wilayah Kelurahan Pejaten Barat
Kelurahan Pejaten Barat merupakan salah satu kelurahan dari tujuh
kelurahan di kecamatan Pasar Minggu termasuk dalam wilayah kotamadya
Jakarta Selatan, wilayah Kelurahan Pejaten Barat dengan batas-batas:

A. Batas Wilayah Kelurahan Pejaten Barat


a. Utara : Jl. H. Samali, Kelurahan Kalibata
b. Timur : Jl. Raya Ps. Minggu, Kel Pejaten Timur
c. Selatan : Jl. Pejaten Raya, Kel Pasar Minggu, Kel Jati Padang,
Kelurahan Ragunan
d. Barat : Jl. Ampera Raya, Kel. Bangka

B. Batas Wilayah Puskesmas Kelurahan Pejatan Barat I adalah sebagai berikut


a. Utara : Jl. H.Samali Kel. Kalibata Kecamatan Mampang
Prapatan
b. Timur : Jl. Raya Pasar minggu Kel Pejaten Timur
c. Selatan : Jl. Pejaten Raya Kelurahan Pasar Minggu
d. Barat : Jl. Ampera Kemang Barat

35
Jl. Bangka Kel. Bangka Kec.Mampang Prapatan

PETA KELURAHAN PEJATEN BARAT


Gambar 3. Peta GGambar 3. Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

C. Luas dan Jumlah Penduduk Wilayah Kelurahan Pejaten Barat


Luas Wilayah Kelurahan Pejaten Barat 289, 79 Ha. Yang dibagi dalam 8
Rukun Warga (RW) yang terdiri dari 101 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah
Kepala Keluarga 14.671 KK, adapun jumlah penduduk bulan Desember tahun
2016 tercatat sebanyak 41.971 jiwa yang terdiri dari Warga Negara Indonesia
(WNI) sebanyak 41.949 jiwa, laki-laki sebanyak 21.123 jiwa dan perempuan
sebanyak 20.826 jiwa dan untuk Warga Negara Asing sebanyak 22 jiwa terdiri dari
laki-laki sebanyak 18 dan perempuan 4 jiwa.

36
3.1.2. Keadaan Penduduk
A. Penduduk Per Rukun Warga
Tabel 1. Tabel Data Penduduk Kelurahan Pejaten Barat Bulan Maret Tahun 2017

WNI WNA
Kepala
No RW Laki- Perem- Jumlah Laki- Perem- Jumlah Keluarga
laki puan laki puan
1 01 3.184 2.961 6.145 4 1 5 6.148
2 02 1.915 2.218 4.133 - - - 4.133
3 03 2.996 2.847 5.843 - - - 5.843
4 04 2.987 2.726 5.713 5 1 6 5.722
5 05 2.935 2.308 5.243 - - - 5.243
6 06 1.935 2.120 4.055 - - - 4.055
7 07 1.987 2.179 4.166 3 - 3 4.169
8 08 3.163 2.998 6.161 6 2 8 6.174
Jumlah 21.123 20.826 41.949 18 4 22 41.971
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

Keterangan :
Jumlah Kepala Keluarga Laki-laki : 13.730
Jumlah Kepala Keluarga Perempuan : 941

B. Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Bulan Maret Tahun 2017


Berdasarkan data pendataan penduduk wilayah kelurahan Pejaten Barat I,
mata pencaharian terbanyak di wilayah ini adalah sebagai pegawai swasta.

Tabel 2. Tabel Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Bulan Maret 2017

No Jenis Pekerjaan Jumlah


1 Swasta 4.357
2 Buruh 3.038
3 Pedagang 1.517
4 PNS 2.852
5 Pensiunan 998
6 ABRI/POLRI 2.489
7 Petani -
8 Lain-lain 2.886
JUMLAH 18.137
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

37
C. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3. Tabel Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin Bulan Maret 2017

WNI WNA
Jum-
No Umur Laki- Perem Jumlah Laki- Perem Jumlah lah
laki -puan laki -puan
1 0-4 1.845 1.793 3.638 0 0 0 3.638
2 5-9 1.943 1.772 3.715 0 0 0 3.715
3 10-14 1.863 1.641 3.504 0 0 0 3.504
4 15-19 1.663 1.664 3.327 0 0 0 3.327
5 20-24 1.554 1.511 3.065 2 0 2 3.069
6 25-29 1.649 1.719 3.368 2 1 3 3.374
7 30-34 1.944 2.026 3.970 3 1 4 3.978
8 35-39 1.964 1.949 3.913 4 2 6 3.925
9 40-44 1.531 1.829 3.360 1 0 1 3.362
10 45-49 1.748 1.424 3.172 2 0 2 3.176
11 50-54 1.211 1.158 2.369 1 0 1 2.371
12 55-59 808 948 1.756 2 0 2 1.760
13 60-64 607 554 1.161 0 0 0 1.161
14 65-69 341 379 720 1 0 1 722
15 70-74 251 261 512 0 0 0 512
16 75> 202 224 426 0 0 0 426
Jumlah 21.124 20.853 41.976 18 4 22 42.020
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

Keterangan :
Jumlah Penduduk Bulan Maret 2017 : 41.971 jiwa
Jumlah Wajib KTP : 30.082 jiwa
Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Dari tabel tersebut juga didapatkan
dependency ratio dari populasi di Kelurahan Pejaten Barat I adalah sebesar 0,42%,
atau dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 1 orang
usia non-produktif

38
A. Penduduk Menurut Agama

Tabel 4. Tabel data Penduduk Menurut Agama Bulan Maret 2017


No Agama Jumlah Ket
1 Islam 38.294 91 %
2 Kristen 2.102 5%
3 Khatolik 1.261 3%
4 Hindu/ Budha 421 1%
Jumlah 41.998 100
Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

Sesuai tabel diatas, Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh
penduduk Kelurahan Pejaten Barat, sebanyak 38.294 jiwa atau 91% dari total
penduduk Kelurahan Pejaten Barat berdasarkan agama.

B. Fasilitas Pendidikan
Tabel 5. Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Data Bulan Maret 2017
No Fasilitas Pendidikan Jumlah

1 SMTA/MA 5
2 SMTP /MTs 4
3 SD 13
4 SLB 0
5 Pondok Pesantren 0
6 TK 9
7 PAUD 8

Jumlah 39

Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

Dari tabel diatas didapatkan data bahwa total fasilitas pendidikan sejumlah
39 tempat dengan SD adalah yang terbanyak yaitu 13 tempat.

C. Sarana Kesehatan

39
Tabel 6. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Data Bulan Maret 2017

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 3
3 Rumah Bersalin 1
4 Apotik 4
5 Optik 0
6 Posyandu 30
7 Praktek Dokter Swasta 7
8 Klinik 0

Jumlah 46

Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

Dari tabel diatas didapatkan data bahwa total sarana kesehatan sejumlah 46
dengan Posyandu adalah yang terbanyak yaitu 30 tempat.

3.1.3. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Kelurahan Pejaten Barat I

Tabel 7. Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Kelurahan Pejaten Barat I


Sumber : Laporan Kelurahan Pejaten Barat Tahun 2017

40
No Jenis Penyakit Jumlah %

1 Peny. Saluran Napas Atas 1,527 19.53%


2 Peny. Ispa 1,387 17.74%
3 Peny. Darah tinggi 1,328 16.99%
4 Peny. Gastritris Duodentis 943 12.06%
5 Peny. Pada sistem otot dan jaringan 603 7.71%
6 Peny. Diabetes Melitus 584 7.47%
7 Peny. Tonsilis /Pharangitis 468 5.99%
8 Penyakit Diare 386 4.94%
9 Penyakit Kulit Infeksi 313 4.00%
10 Peny. Kulit Alergi 278 3.56%
Jumlah 7,817
Dari 10 besar penyakit terbanyak di wilayah kelurahan pejaten barat, Penyakit
saluran napas atas menempati urutan pertama sebanyak 1.527 orang.

3.2. DATA KHUSUS PUSKESMAS


3.2.1 Visi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Puskesmas sebagai unit pelayanan Prima yang profesional, terjangkau,
berkesinambungan, mandiri dan mengutamakan kepuasan pelangan.

3.2.2 Misi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


1. Memberdayakan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi
2. Mengembangkan mutu pelayanan secara optimal baik promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.

3.2.3 MOTTO Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


Kesehatan dan kepuasan anda adalah perhatian utama kami

3.2.4 Kebijakan Mutu Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


Puskesmas Kel.Pejaten Barat I mengutamakan kepuasan pelanggan
dengan memberikan pelayanan prima melalui penerapan sistem manajemen
mutu ISO 9001-2000 didukung oleh SDM yang kompeten dan peralatan medis
yang memadai.

3.2.5 Strategi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


1. Peningkatan mutu pelayanan

41
2. Pengembangan SDM yang berkesinambungan
3. Pengembangan Jenis Pelayanan
4. Pengembangan Promosi Kesehatan
5. Peningkatan dan pengembangan pemasaran puskesmas dan sistem
informasi
6. Peningkatan kemitraan dan lintas sektor
7. Memperbaiki sistem manajemen puskesmas

3.2.6 Nilai Norma Organisasi Puskesmas Pejaten Barat I


1. Menjunjung tinggi etika profesi
2. Mengutamakan mutu pelayanan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat
yang berkesinambungan dan terjangkau
3. Mengembangkan SDM yang profesional ditunjang oleh sarana yang
memadai
4. Memberdayakan masyarakat agar berperilaku sehat dan mandiri
5. Mengutamakan kepuasan pelanggan

3.2.7 Budaya Kerja Organisasi (8 Etos Kerja Profesional) Puskesmas Pejaten


Barat I
1. Kerja adalah Rahmat (Aku bekerja Tulus Penuh Syukur)
2. Kerja adalah Amanah (Aku Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab)
3. Kerja adalah Panggilan (Aku Bekerja untas Penuh Integritas)
4. Kerja adalah Aktualisasi (Aku Bekerja Keras Penuh Semangat)
5. Kerja adalah Ibadah (Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan)
6. Kerja adalah Seni (Aku Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas)
7. Kerja adalah Kehormatan (Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan)
8. Kerja adalah Pelayanan (Aku Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati)

3.2.8 Manajemen Puskesmas


a) Perencanaan (Planning)
Diadakan mini lokakarya bulanan untuk mengevaluasi kegiatan yang
telah lalu dan merencanakan kegiatan yang akan datang serta
menginformasikan keseluruh staf puskesmas kelurahan mengenai hal-hal
baru yang didapat dari rapat staf rutin di puskesmas kecamatan dari sumber-
sumber lain.

42
b) Pengorganisasian (Organizing)
Struktur organisasi puskesmas dibuat dan dapat terlihat dalam
organogram Puskesmas. Tujuan Pengorganisasian ini adalah untuk
mempermudah pelaksanaan tugas serta pengevaluasian masing-masing staf
puskesmas.

c) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan tugas sehari-hari diatur dalam uraian tugas pelaksanaan
kegiatan (Job Description) yang terdapat pada setiap orang dan ruangan.

d) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dilakukan dengan pencatatan, pelaporan, supervisi.

3.2.9 Tugas Pokok Dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan dan pengendalian,
pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di
wilayah kerjanya. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, Puskesmas
mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan kesehatan klinis yang meliputi:
i. Kesehatan Dasar (BP Umum, BP Gigi, KIA, KB, MTBS, Imunisasi)
ii. Program Pengembangan (Poli Mata, Anak, Kandungan, Neurologi, Paru,
Konsultasi Jiwa, Remaja, DM, Gizi)
iii.Penunjang (Lab, EKG, USG, Apotek)
iv. Pelayanan Kesehatan Lainnya (Medical Check Up Karyawan,
Pemeriksaan Haji, dsb);
b. Melakukan penyediaan pengelolaan dan pelayanan kesehatan
c. Mengkoordinasikan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan
Puskesmas Kelurahan, yang meliputi : program KIA, KB, perbaikan gizi,
perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular termasuk imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM, UKS,
pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi

43
dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan jiwa, mata, khusus
lainnya dan pencatatan serta pelaporan;
d. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi pembinaan kader kesehatan, Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Karang Werda, serta peningkatan
kegiatan gerakan pemberdayaan masyarakat , dan lain-lain untuk mandiri
dalam bidang kesehatan;
e. Mengkoordinasikan temu lintas sektoral dalam penanggulangan masalah
kesehatan;
f. Menilai dan melaporkan kinerja Puskesmas Kecamatan.

3.2.10 Program Pokok Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


Program pokok di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I dilakukan
berdasarkan prosedur tetap, sesuai dengan bidang masing-masing. Puskesmas
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I mengadakan pelayanan kesehatan 6 hari
dalam seminggu. Pelayanan terhadap individu yang bersifat pelayanan kuratif
umumnya dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat
I, sedangkan pelayanan terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan
preventif kebanyakan dilaksanakan di luar gedung namun ada juga yang
dilaksanakan di dalam gedung.
Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada loket
dengan pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis
pembayaran, nama, umur, alamat dan jenis kunjungan seperti Balai Pengobatan
Umum (BPU), Balai Pengobatan Gigi (BPG), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan lain-
lain. Kemudian pasien dianamnesis, diperiksa, diagnosis secara organoleptik,
bila perlu dengan memakai peralatan sederhana seperti senter, stetoskop,
sphygmomanometer, dan segenap peralatan yang tersedia. Pemberian terapi
yang tepat dilakukan setelahnya dan ada kalanya pasien dirujuk untuk
pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah mendapat terapi, pasien langsung
ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai dengan penyakit yang diderita.

44
3.2.10.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan
global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada
di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut meliputi :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2PM)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar

3.2.10.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan
yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah
ada. Pada Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I, upaya
kesehatan pengembangan meliputi:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut
c. Pengendalian Penyakit Tidak Menular

3.3 STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS


3.3.1 Man / Data Ketenagakerjaan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I pada tahun 2017 memperkerjakan
8 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan didalamnya, diantaranya ialah 1
orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 1 orang bidan, 2 orang perawat, 1
orang perawat gigi, 1 orang apoteker dan 1 loket.

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Bulan Maret

45
Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
1. Dokter umum 1 orang - 1 orang
2. Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3. Bidan 1 orang - 1 orang
4. Perawat 2 orang - 2 orang
5. Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6 Apoteker 1 orang - 1 orang
7. Loket 1 orang - 1 orang
7 orang - 8 orang
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

3.3.2 Money / Anggaran


Pendanaan Puskesmas DKI bersifat mandiri dan langsung, yang
dikelola oleh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan keputusan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri
dari :

a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat


b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan
program Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I sebagai Puskesmas tingkat Kelurahan
menerima hasil inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of
Action) langsung dari kecamatan sejak program e-billing diterapkan.

46
3.3.3 Material / Sarana dan Prasarana
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I beralamat di Jalan Pejaten Raya
no 2 Kelurahan Pejaten Barat, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan,
dengan spesifikasi, sebagai berikut :
Luas tanah : 965 M2
Luas bangunan : 200 M2
Sumber air : 1 Buah pompa air jet pump
Telephone : 1 Line
Fax : 1 Line
Daya listrik : 4400 watt
Ruangan yang tersedia : Tempat parkir kendaraan, 1 Ruang UGD /
Tindakan, 1 ruang apotek, 1 ruang Gudang obat, 1 ruang Kesehatan Ibu dan
Anak, 1 Ruang KB, 1 Ruang Imunisasi, 1 Ruang Poli Gigi, 1 Ruang Poli
Umum, 1 Ruang Mushola, 1 Ruang Dapur, 1 Ruang WC Karyawan, 1 Ruang
WC Pengunjung

3.3.3.1 Deskripsi Kerja


1. Dokter/ Kepala Puskesmas
Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas
terselenggara dengan baik.
Fungsi :
a. Sebagai seorang manager :
i. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
ii. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara vertikal dan horizontal.
iii.Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
b. Sebagai seorang dokter :
i. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
ii. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
iii.Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan
masyarakat.

2. Dokter Umum

47
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di
wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
b. Mengawasi Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu atau Pusling.
c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita
dan masyarakat.
d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran masyarakat.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

3. Dokter Gigi
Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan
baik.
Fungsi :
a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam
wilayah kerja Puskesmas secara teratur.
c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di
Puskesmas.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran serta masyarakat.
f. Memberikan penyuluhan kesehatan.
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

4. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di
puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas.
b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan
mengobati gigi yang sakit.
c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter
gigi.

48
d. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.

5. Tata Usaha
Tugas pokok :
a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan
Puskesmas.
b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :
a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang
didisposisi.
b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

6. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar
berjalan dengan baik.
Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar


gedung.
b. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan
Perkesmas.
c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
d. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas.
e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

7. Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif
atas delegasi dari dokter.
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan kegiatan Puskesmas.

49
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling

8. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi :

a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja


Puskesmas.
b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit
menular.
d. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular
atas delegasi dari dokter.
f. Melakukan kunjungan rumah.
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang
terkait P2P.
h. Memberikan penyuluhan kesehatan.
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA
di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan anak.
b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
d. Melakukan pembinaan dukun bayi.
e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain
yang terkait dengan KIA.
g. Melakukan penyuluhan kesehatan.
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

10. Petugas Gizi

50
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir
perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-
kasus kurang gizi.
c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait
dengan gizi.
d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
h. Melakukan pembinaan Posyandu.
i. Melakukan rujukan kasus gizi.

11. Petugas Sanitarian


Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau
menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang
memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi :
a. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air
bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan
lingkungan dan pekarangan.
b. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur,
perlindungan mata air, penampungan air hujan dan sarana
air bersih lainnya. Pengawasan higiene, perusahaan dan
tempat tempat umum. Melakukan pencatatan dan
pelaporan. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
c. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang
terkait dengan H.S.
d. Memberikan penyuluhan kesehatan.
e. Pengawasan, penyehatan perumahan.
f. Pengawasan pembuangan sampah.
g. Pengawasan makanan dan minuman.
h. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).

12. Pelayanan Imunisasi


Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi
di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :

51
a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan
Puskesmas.
b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari
imunisasi.
e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya
kurang.
g. Memberikan penyuluhan kesehatan.

13. Petugas Apotek


Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan
membungkus dan memberikan obat.
Fungsi :
a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang
meliputi peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada
pasien.
b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari
obat di apotek.
d. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
f. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

14. Petugas Pendaftaran


Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket
pendaftaran pada semua pengunjung Puskesmas.
Fungsi :
a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.
b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses
pendaftaran.
c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap
pasien.
d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah
dipergunakan hari tersebut.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

52
15. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di
puskesmas.
Fungsi :
a. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan
obat di puskesmas.
b. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.
c. Mengatur penyimpanan obat.
d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.
e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD).
f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan
pencahayaan.

3.3.4 Method / Program yang dimiliki Kelurahan Pejaten Barat I


Tabel 9. Data Program Puskesmas dimiliki Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

Target
No Program Identifikasi Program 2017
(%)
UPAYA KESEHATAN WAJIB
1. Promosi Kesehatan Kelurahan Siaga Aktif 100
RW Siaga Aktif 85
Rumah Tangga PHBS 85
Penyuluhan luar gedung 100
Penyuluhan dalam gedung 100
2. Kesehatan Lingkungan Desa/lokasi potensial yang
mendapat intervensi pemberantasan 100
vektor penyakit menular
3. KIA KB Kunjungan Ibu Hamil K1 100
Kunjungan Ibu Hamil K4 98
Angka Kematian Ibu -

53
Angka Kematian Bayi -
Kunjungan Bayi 97
Pelayanan Anak Balita 94
Pelayanan Ibu Nifas (KF3) 98
Kunjungan Neonatal (KN) 100
Peserta KB Aktif 85
4. Gizi Pemberian Makanan Pendamping
ASI pada anak 6-24 bulan dari -
keluarga miskin

Cakupan Balita yang datang dan 85


ditimbang
Gizi Buruk mendapat Perawatan -

Distribusi tablet Fe Ibu Hamil 100


Cakupan ASI Eksklusif 98
Distribusi vitan A bulan Agustus
dan Februari dengan sasaran:
Bayi 6 - 11 bulan 100
Balita 12 - 59 bulan 100

5. P2P TB PARU
1. Pengobatan penderita TB Paru 95
(DOTS) BTA Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 95
Kusta
1. Penemuan tersangka penderita -
Kusta
2. Pengobatan penderita Kusta -
3. Pemeriksaan kontak penderita -
Pelayanan Imunisasi
1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 100
2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 100

54
3. Imunisasi campak pada bayi 100
4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 100
SD
5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 100
2&3
Diare 100
ISPA
1. Penemuan Kasus diare 100
pneumonia dan pneumonia berat
oleh puskesmas dan kader

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Angka Bebas Jentik (ABJ) 80

Cakupan Penyelidikan 100


Epidemiologi
3. Pelaksanaan fogging focus 100
4. IR DBD 55 /
100,000
Pencegahan dan Penanggulangan
IMS dan HIV/AIDS
1. Kasus IMS yang diobati -
2. Pasien yang mendapat -
penanganan HIV/AIDS
UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN
6. PERKESMAS Presentase kasus keluarga resiko Sesuai
tinggi / prioritas yang dibina Kasus
7. UKS Cakupan Penjaringan kesehatan 100
siswa SD dan setingkat
8. Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa -
ke puskesmas
9. Lansia Pembinaan kelompok lansia sesuai -
standar
10. PTM Presentase perempuan usia 30 - 50 50

55
thn yang dilakukan deteksi Ca
Cerviks dan Payudara

3.4 PROGRAM POKOK PUSKESMAS KELURAHAN PEJATEN BARAT I


3.4.1 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
3.4.1.1 Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
taraf kesehatan hidup masyrakat. Pelayanan ini melalui upaya
pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat seperti diadakan
penyuluhan. Tujuannya ialah meningkatkan pengetahuan masyarakat
akan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampian pasien, individu sehat, keluarga dan masyarakay agar
individu yang sakit dapat mandiri memmpercepat kesembuhan dan
rehabilitasinya, sementara individu sehat dan keluarga serta masyarakat
dapat mandiri dalam menigkatkan kesehatan, mencegah masalah
kesehatan dan mengembangan upaya kesehatan yang bersumber daya
dari masyarakat sendiri melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama mereka sesuai dengan sosial budayanya yang didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Tabel 10. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Pejaten Barat I


Tahun 2017

56
Program Dalam Gedung Peserta Luar Gedung Peserta
Kesehatan Ibu dan
12 240 12 251
Anak
Keluarga Berencana 12 210 13 316
Gizi 12 225 14 265
Imunisasi 12 225 13 255
Diare 12 255 13 350
Demam Berdarah
12 235 12 181
Dengue
AIDS 2 - 1 25
Hepatitis - - - -
ISPA 4 65 3 60
Rokok, Narkoba/
- - 5 30
obat berbahaya
Keganasan, kanker - - - -

- - 1
Penyakit Degeneratif 15

Program Dalam Gedung Peserta Luar Gedung Peserta


Air dan kesehatan
- - 17 200
Lingkungan
TBC 9 185 7 134
Kusta 2 90 1 25
Kesehatan Gigi dan
12 360 3 218
Mulut
Kesehatan Mata - - - -
Kesehatan Jiwa - - - -
Kesehatan Kerja - - - -
Kecacingan - - - -
Lain-lain - - - -
Sumber: Laporan Puskesmas Pejaten Barat I

57
3.4.1.2 UpUpaya Kesehatan Lingkungan

Tujuan dari dilakukannya upaya kesehatan lingkungan


ialah agar terjadi perubahan dan pengendalian atau hilangnya semua
unsur fisik dan lingkungan yang ada di masyarakat yang akan
memberikan pengaruh jelek terhadap kesejatan. Program Kesehatan
lingkungan yang dilakukan oleh Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat 1
meliputi program monitoring kepadatan demam berdarah.

Monitoring kepadatan vektor (Populasi nyamuk Aedes Aegypti)


Kegiatan Pemberatasan Sarang Nyamuk ialah kegiatan
untuk monitoring kepadatan vektor, kegiatan ini dilakukan oleh tim
penggerak Kelurahan Pejaten Barat 1 dan Kader setiap hari Jumat di
setiap minggunya. Kegiatan ini dilakukan kurang lebih 30 menit
dengan berkeliling rumah warga sekitar untuk mencari jentik nyamuk
Aedes Aegypti.

Tabel. 11 Hasil kegiatan PSN di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

Target Sasaran Cakupan


Indikator Bulan Pencapaian
(%) 1
berjalan Kegiatan Persen (%) (%)
Tahun
Angka
80 3408 852 578 67,84 84,80
bebas jentik
Sumber: Laporan Puskesmas Pejaten Barat I

3.4.1.2 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga


Berencana (KB)
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
merupakan upaya pelayanan yang diperuntukan untuk ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan balita serta anak prasekolah yang
tujuannya ialah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, sejahtera serta

58
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk proses tumbuh kembang
yang optimal guna peningkatan kualitas hidup manusia seutuhnya.

Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan


peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :

i. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan


dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
ii. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga profesional secara
berangsur.
iii. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
iv. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1
bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi
tingginya.
Indikator pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I yang sudah mencapai targetnya :

Tabel 12 Hasil Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
Sasaran Bulan Cakupan
Target Pencapaian
Indikator Berjalan Persen
(%) 1 Tahun Kegiatan (%)
(%)
Kunjungan bumil K1 100 288 72 68 94 94
Kunjungan bumil K4 98 288 72 70 97 99
Kunjungan Ibu Nifas 98 265 66 63 95 97
Ibu Hamil Dengan Resti 98 220 55 50 91 93
Ibu hamil dengan 19
komplikasi yang 99 74 16 84 85
ditangani
Kunjungan Bayi 97 1023 256 240 94 97
Kunjungan Balita Sakit 99 1023 256 246 96 97
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

59
Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan
guna menjaga jarak antara kelahiran dan kehamilan yang selanjutnya.
Kegiatan ini diadakan salah satunya untuk mencapai MDGs untuk
menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan akses kesehatan
reproduksi. Pengguna KB akif adaah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu metode kontraseptif secara kontinu tanpa
diselingi kehamilan. Di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I, peserta
KB aktif belum mencapai standar 85%.

Tabel 13. Hasil Kegiatan Pelayanan KB di Puskesmas Pejaten Barat I Tahun 2017

Target Sasaran Bulan Cakupan Pencapaian


Indikator
(%) 1 tahun berjalan (%)
Kegiatan Persen (%)
Peserta KB
85 2525 631 385 61 72
aktif
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

3.4.1.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas adalah
mempersiapkan, memelihara dan mempertahakan agar setiap orang
mempunyai status gizi baik, dapat hidup sehat dan produktif.
Peningkatan gizi keluarga dilakukan dengan penyuluhan gizi
masyarakat untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku dari
setiap anggota keluarga; serta pelayanan gizi di Posyandu yang
menitikberatkan pada pemantauan tumbuh kembang anak, konseling,
suplementasi gizi, dan pemberian makanan tambahan.

Sasaran Cakupan
Target Pencapaian
Indikator 1 Persen
(%) Kegiatan (%)
Tahun (%)
Cakupan balita yang datang 85 2592 1453 56.05 65.94

60
ditimbang
Cakupan asi eksklusif 98 2670 1690 63.29 64.58
Distribusi tablet fe ibu hamil 100 193 98 50.77 50.77
Distribusi vitamin A bulan Agustus
dan Februari dengan sasaran:
Bayi usia 6-11bulan 100 487 350 71.86 71.86
Balita usia 12-59 bulan 100 450 279 62 62
Tabel 14. Hasil kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I tahun 2017

Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

61
Tabel 15 . Pencapaian balita yang ditimbang di masing-masing Posyandu
Posyandu Mawar Anggrek Anggrek Anggrek Melati Melati Melati Melati Melati
I II III I II III IV V
Jumlah Balita 134 133 155 142 220 266 236 236 194
yang ditimbang
Jumlah 199 160 226 228 345 354 255 293 249
keseluruhan
Balita
Pencapaian 67,3% 83,1% 68,6% 62,3% 63,8% 75,1% 92,5% 80,5% 77,9%

3.4.1.4 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)


Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah efek buruk
lebih lanjut dari penyakit serta mengkonsolir penyakit yang telah dapat dikendalikan. Kegiatan-kegiatan dalam
P2PM adalah sebagai berikut:
a. P2 TB Pada Balita
Indikator : penemuan kasus TB BTA (+)
b. P2 Pneumonia Pada Balita
Indikator : cakupan balita dengan pneumonia belum ditemukan pada pelayanan MTBS.
c. P2 Diare Pada Balita
Indikator : cakupan balita dengan diare yang ditemukan dan ditangani sesuai dengan standar
d. P2P Campak Pada Balita

63
e. Indikator : cakupan balita dengan campak yang ditemukan dan yang
ditangani
f. Imunisasi

Tabel 16. Data penemuan kasus suspek TB dan TB baru BTA (+) pada Tahun 2017
Pencapaian
Cakupan
Target Sasaran Bulan (%)
Indikator
(%) 1 Tahun berjalan Persen
Kegiatan
(%)
Cakupan Suspek TB
85 480 120 76 63 74
PARU
Penemuan kasus TB
BTA (+) Case 70 48 12 5 42 60
detection rate
Sumber: Laporan Puskesmas Pejaten Barat I

Tabel 17. Hasil kegiatan P2PM di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

Sumber: Laporan Puskesmas Pejaten Barat I


Bulan
Target Sasaran Cakupan Pencapaian
Indikator berjalan
(%) 1 tahun (%)
Kegiatan Persen (%)
Cakupan balita 64
100 256 49 77 77
dengan diare
Cakupan balita 64
100 256 47 73 73
dengan campak

Tabel 18. Hasil kegiatan Imunisasi di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

64
Target Sasaran Cakupan
Indikator Pencapaian (%)
(%) 1 tahun Kegiatan Persen (%)
HB0 100 284 280 98.59 98.59
BCG 100 284 278 97.88 97.88
Polio (1) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (2) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (3) 100 284 277 97.53 97.53
Polio (4) 100 284 277 97.53 97.53
DPT/HB-Hib (1) 100 284 278 97.88 97.88
DPT/HB-Hib (2) 100 284 277 97.53 97.53
DPT/HB-Hib (3) 100 284 263 92.60 92.60
Campak 100 284 277 97.53 97.53
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Pejaten Barat I

3.4.1.5 Upaya Pengobatan Dasar


Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit
dan gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan
teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut. Tujuan dari upaya
pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Tujuan umum, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat
b. Tujuan khusus, yang terdiri dari 3 komponen yaitu:
i. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita
seseorang.
ii. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
iii.Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.

Pelayanan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


terdiri dari pelayanan rawat jalan di poliklinik umum dan poliklinik
gigi. Pelayanan pengobatan dibuka setiap hari Senin - Jumat pukul
08.00-16.00 WIB dan Sabtu jam 08.00- 13.00. Puskesmas dikelola oleh
1 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi.

Tabel 19. Jumlah kunjungan pelayanan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Poli Jumlah Pasien
Umum 1630
Gigi dan Mulut 1100
TOTAL 2730
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

65
3.4.2 Upaya Kesehatan Pengembangan
3.4.2.1 Upaya Kesehatan Sekolah
UKS merupakan wahana yang dilakukan di sekolah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk
perilaku hidup sehat yang pada gilirannya menghasilkan derajat
kesehatan yang optimal. Tujuan diselenggarakannya program UKS,
secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
a. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
b. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
c. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi
aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak
sekolah.
e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh
buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya
lainnya.
Sasaran program UKS meliputi seluruh peserta baik pada
tingkat sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, maupun
pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Sementara pada tingkat
Sekolah Dasar program UKS lebih diprioritaskan pada kelas 1, 3, 6,
antara lain dengan pertimbangan, pada kelas 1, merupakan fase
penyesuaian pada lingkungan sekolah baru, juga terkait imunisasi
ulangan. dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak
dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar, saat yang baik untuk
diimunisasi ulangan. Pada kelas 3, dengan tujuan evaluasi hasil
pelaksanaan UKS pada kelas, sementara pada kelas 6 sebagai

66
persiapan kesehatan pada peserta didik ke jenjang pendidikan
selanjutnya.
Kegiatan UKS meliputi antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi dan mulut, mata telinga
dan tenggerokan, kulit dan rambut)
b. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c. Pemberian imunisasi
d. Penemuan kasus-kasus dini
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama

Tabel 20. Data dasar UKS Tahun 2017


(Jumlah sekolah dan murid Kelurahan Pejaten Barat I)

No Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid/Siswa


1. TK/RA 2 78
2. SD 4 1474
3. MI 1 265
4. SMP/MTS 2 731
5. SMA/MA 0 0
6 SMK 2 1665
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

Adapun tabel selanjutnya menjelaskan tentang hasil skrining penyakit-penyakit


yang diderita murid-murid sekolah di Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2016, sebagai
berikut :

Tabel 21. Data skrining/penjaringan kesehatan UKS di SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA Tahun 2016

No. Jenis Penyakit Jumlah Murid


1. Mata 70
2. THT 134
3. Saluran Pernafasan 105
4. Saluran Pencernaan 18
5. Kelainan visus 110
6. Gigi-mulut 260
7 Kulit 2
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

3.4.2.2 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya Pelayanan kesehatan gigi di Indonesia dilaksanakan baik
oleh pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang

67
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan
level of care (kebijakan WHO) yang meliputi tindakan promotif,
preventif, 4 deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan
pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan indikator yang menjadi


tolok ukur keberhasilan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, telah
menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang dikembangkan
oleh FDI, WHO dan ADR. Indikator Global Goals for Oral Health
2020, adalah (1). Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari
berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit, (2). Peningkatan
proporsi bebas karies pada usia 6 tahun, (3). Penurunan komponen D
dari DMF T pada usia 12 tahun, dengan perhatian khusus pada
kelompok beresiko tinggi, dan (4).Berkurangnya jumlah gigi
diekstraksi karena karies pada usia 18 tahun

Tabel 22. Tiga Kasus Terbanyak di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I
Tahun 2017
Persentase
No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan
(%)
1. Karies Dentis 224 22
2. Gangren Pulpa 386 41
3. Gingivitis & Periodontal 284 37
Total 894 100

Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

3.4.2.3 Upaya Kesehatan Usia Lanjut


Upaya kesehtan usia lanjut di Puskesmas Keurah Pejaten Barat
I berupa penyluhan kesehatan rutin, pengukuran BMI, pemeriksaan

68
tekanan darah, serta apabila terpenuhinya Swadaya dapat pula
dilakukan pemeriksaan GDS, asam urat, dan kolesterol di dalam
kegiatan Posyandu Lansia.

Tabel 23. Jumlah Penduduk Lansia di Wilayah Puskesmas Keluarahan Pejaten Barat I
Tahun 2017
Data Dasar Jumlah
Jumlah usia 60-69 tahun 44
Jumlah usia 70 tahun 130
Sumber: Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

Tabel 24. Hasil kegiatan lansia di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017
Jenis Kegiatan Jumlah
Senam aerobik/SKJ 0
Penyuluhan 25
Pelayanan Kesehatan 25

3.4.2.4 Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Serviks

Kegiatan upaya PTM di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I


salah satunya adalah kegiatan deteksi dini Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim dengan melakukan pemeriksaan Sadari dan Tes
IVA.

Tabel 25. Tabel Kegiatan PTM Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

Bulan berjalan Cakupan


Target Sasaran Pencapaian
Indikator
(%) 1 tahun Kegiatan Persen (%) (%)

Sadari 50 1262 316 44 14 28


Cakupan 316
Skrining kanker 50 1262 57 18 36
serviks
Sumber : Laporan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

69
BAB IV

PERENCANAAN

4.1 RANCANGAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


Jenis penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan mendeskripsikan
gambaran objektif dari suatu program tertentu. Rancangan penelitian yang
digunakan berupa wawancara dan observasi dengan tujuan membuat penilaian
terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya digunakan
untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

4.2 METODE DIAGNOSTIK

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei yang dilakukan pada
bulan 03 April 10 Juni Tahun 2017 di Wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.

4.2.1 Jenis Data

70
Jenis data pada evaluasi program ini adalah menggunakan data
kualitatif, Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu yang memiliki
balita yang berkunjung ke Posyandu dan kunjungan ke rumah warga Pejaten
Barat I serta hasil wawancara dengan pemegang program gizi di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Barat I.

4.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari data
primer dan data sekunder, yaitu:

a. Data primer diperoleh dari pencatatan bulanan dari program gizi,


wawancara kepada koordinator pemegang program gizi dari Puskesmas
Pejaten Barat I, wawancara kader posyandu serta orangtua balita di
Kelurahan Pejaten Barat I yang berkunjung ke poli KIA di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Barat I atau data yang didapat dari wawancara langsung
saat di posyandu atau kunjungan rumah dengan orangtua balita.

b. Data sekunder diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I serta laporan kegiatan bagian program
gizi Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.

4.2.3 Indikator Kesehatan


Pada program peningkatan gizi melalui pemantauan status gizi balita
digunakan indicator SKDN, yang terdiri dari:
1. Jumlah balita (0-59 bulan) yang datang ditimbang berat badan (D/S)
2. Jumlah balita (0-59 bulan) yang datang ditimbang naik berat badannya
(N/D)
3. Jumlah balita yang memiliki KMS (K/S)

4.3 LOKASI DAN WAKTU


4.3.1 Waktu Penelitian

71
Penelitian akan dilaksanakan dari 03 April - 10 Juni 2017

4.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.

4.4 SAMPEL DIAGNOSTIK KOMUNITAS


4.4.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua/wali/ibu yang
memiliki balita di wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.

4.4.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah seluruh ibu yang memiliki
balita di Wilayah Kelurahan Pejaten Barat I.

4.4.3 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam laporan ini adalah ibu yang tidak bersedia di
wawancarai, dan tidak ada saat tempat dikunjungi.

Perkiraan besar sampel

Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan cara infinit dan
finit.

Rumus Populasi Infinit :

N0=Za2xpxq/d2

N0 = besar sampel optimal yang dibutuhkan


za = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
p = prevalensi D/S, pada studi ini didapatkan sebesar 75%
q = prevalensi yang tidak menderita penyakit/ peristiwa yang diteliti = 1-p
d = akurasi dari ketepatan pengukuran ( 5%)

72
N0 = (1,96)2 x 0,75 x 0.25
0,052
= 0.7391
0,0025
= 288.12 dibulatkan menjadi 288
Setelah diketahui nilai n yaitu besar sampel optimal yang dibutuhkan
selanjutnya angka tersebut dimasukan kedalam rumus populasi finit.

Rumus Populasi Finit :

n=n0/(1+n0/N)

n= besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit


n0 = besar sampel dari populasi yang infinit
N = besar sampel populasi finit
Maka, besar sampel minimal adalah :

N = No/ ( 1+No/N)
= 288/ (1+ 288/200)
= 288 / (2,44)
= 118
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka perhitungan
jumlah sampel diambil dari 20% dari populasi finit, sehingga jumlah sampel
keseluruhan yang dibutuhkan menjadi 24 orang.

4.5 ANALISIS KOMUNITAS

Data yang sudah terkumpul dari Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I di


analisis secara deskriptif dilakukan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Masalah pada evaluasi program ini merupakan hasil kegiatan dengan pencapaian yang
kurang dari 100% berdasarkan SPM. Dari beberapa masalah tersebut dilakukan upaya
pemecahan dengan menerapkan metode algoritma problem solving cycle, yaitu setelah

73
1. Identifikasi Masalah

8.Monitoring dan evaluasi 2. Penentuan proritas


masalah

dilakukan identifikasi masalah maka selanjutnya ditentukan prioritas masalah dengan


menggunakan 3. Penentuan
metode Hanlon . Dari beberapa masalah
7. Penentuan rencana penyebab
tersebut, kemudian diambil
penerapan masalah
salah satu program bermasalah dengan prioritas utama yang akan dipecahkan.

Langkah selanjutnya dilakukan survey secara kualitatif dengan pendekatan


6. Penetapan 4. Memilih penyebab yang
sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, material,
pemecahan masalah paling mungkin
machine, kemudian dilanjutkan
terpilih dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1,
P2, P3) dan manajemen mutu yang semua terangkum dalam Fish Bone Analysis,
sehingga didapatkan output. Input dan alternatif
5. Menentukan proses dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
pemecahan
Data kemudian diolah untuk masalah dan mencari penyebab masalah, lalu
mengidentifikasi
ditentukan alternatif pemecahan masalah. Metode kriteria matriks (MIV/C) digunakan
untuk membantu menentukan prioritas pemecahan masalah. Setelah pemecahan
masalah terpilih, dibuat rencana kegiatan dalam bentuk POA (Plan Of Action) dan
diaplikasikan pada subjek.

4.6 ANALISIS MASALAH


4.6.1 ALUR PEMECAHAN MASALAH

74
Gambar 5. Alur Pemecahan Masalah

Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada


program-program Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I. Dasar untuk
memutuskan adanya masalah, yaitu:
1. Terdapat kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
2. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.
dikarenakan kurangnya angka kehadiran balita pada program penimbangan
berat badan di posyandu yang dapat mempengaruhi status gizi balita
tersebut.
3. Pentingnya melakukan penimbangan berat badan bayi untuk menilai status
gizi sehingga dapat melakukan tatalaksana pada gizi buruk yang pada
akhirnya dapat mengurangi status gizi buruk dan mengurangi angka
kematian bayi
Urutan dalam siklus pemecahan masalah yang pertama dilakukan
adalah mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah dilakukan dengan cara
menghitung selisih dari cakupan program, cakupan yang melebihi atau kurang
dari target yang merupakan masalah. Cakupan program yang bermasalah ada
15 indikator yang didapat dari data Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I tahun
2017.
Prioritas masalah dihitung menggunakan metode Hanlon kuantitatif,
Setelah didapatkan alternatif pemecahan masalah maka ditentukan prioritas
pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks.
Berdasarkan hasil perhitungan kriteria matriks maka didapatkan prioritas
pemecahan masalah berupa membuat media promosi yang menarik seperti

75
leaflet, brosur, penyuluhan mengenai pentingnya penimbangan berat badan.
Setelah didapatkan pemecahan masalah terpilih lalu dibuat rencana kegiatan
dalam bentuk POA (Plan Of Action) yang akan dilaksanakan di wilayah kerja
Puskesmas Pejaten Barat I setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi
terhadap rencana pemecahan masalah tersebut.

4.6.2 IDENTIFIKASI CAKUPAN PROGRAM


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai
target dengan keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Barat I. Masalah-masalah yang ditemukan pada program Puskesmas Kelurahan
Pejaten Barat I tercantum dalam Tabel 23. di bawah ini, yakni dilihat dari
cakupan indikator program yang belum mencapai target.

Tabel 26. Masalah program Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Tahun 2017

Sasaran Bulan Cakupan Pencapaian


Target
No Indikator Persen
(%) 1 Tahun Berjalan Kegiatan (%)
(%)
1 Kunjungan bumil K1 100 288 72 68 94 94
2 Ibu Hamil Dengan Resti 98 220 55 50 91 93
Ibu hamil dengan
3 komplikasi 99 74 19 16 84 85
yang ditangani
4 Peserta KB aktif 85 2525 631 385 61 72
Cakupan balita yang
5 datang 85 10700 2675 1712 64 75
Ditimbang
6 Cakupan asi eksklusif 98 2670 668 420 63 64
Distribusi tablet fe ibu
7 100 288 72 36 50 50
hamil

76
Distribusi vit. A pada
8 100 100 74 70 95 95
Bayi usia 6-11bulan
Distribusi vit. A pada
9 100 455 450 441 98 98
Balita usia 12-59 bulan
Cakupan Suspek TB
10 85 480 120 76 63 74
PARU
Penemuan kasus TB BTA
11 70 48 12 5 42 60
(+) Case detection rate
Cakupan balita dengan
12 100 256 64 49 77 77
diare
Cakupan balita dengan
13 100 256 64 47 73 73
campak
14 Sadari 50 1262 316 44 14 28
Cakupan Skrining kanker
15 50 1262 316 57 18 36
serviks

77
4.6.3 PENENTUAN PRIORITAS MASALAH (Berdasarkan Hanlon
Kuantitatif)
Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon
Kuantitatif. Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Kriteria A: Besarnya masalah
2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

4.6.3.1 Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase
pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

Tabel 27. Program yang belum mencapai target di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I periode
Tahun 2017
Pencapaian Besar
No Indikator Masalah
(%)
(%)
1 Kunjungan bumil K1 94 6
2 Ibu Hamil Dengan Resti 93 7
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 85 15
4 Peserta KB aktif 72 28
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 75 25
6 Cakupan asi eksklusif 64 36
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 50 50
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 95 5
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 98 2
10 Cakupan Suspek TB PARU 74 26
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 60 40
12 Cakupan balita dengan diare 77 23
13 Cakupan balita dengan campak 73 27
14 Sadari 28 72
15 Cakupan Skrining kanker serviks 36 14

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 15
= 1+ 3,3 (1,2)
= 5,4 dibulatkan menjadi 5
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 72%
terkecil 2%

Interval : nilai terbesar nilai terkecil


5
: 72 - 2
5
: 14

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas

Tabel 28. Pembagian interval Kelas


Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 2 16 1
Skala 2 17 31 2
Skala 3 32 46 3
Skala 4 47 - 61 4
Skala 5 62 76 5

Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

Tabel 29. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas


Besarnya masalah terhadap presentasi
pencapaian
No Masalah Nilai
2 -16 17-31 32-46 47-61 62-76
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kunjungan bumil K1 X 1
2 Ibu Hamil Dengan Resti X 1
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani X 1
4 Peserta KB aktif X 2
5 Cakupan balita yang datang ditimbang X 2
6 Cakupan asi eksklusif X 3
7 Distribusi tablet fe ibu hamil X 4
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan X 1
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan X 1

89
10 Cakupan Suspek TB PARU X 2
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate X 3
12 Cakupan balita dengan diare X 2
13 Cakupan balita dengan campak X 2
14 Sadari X 5
15 Cakupan Skrining kanker serviks X 5

4.6.3.2 Kriteria B: Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang dimiliki
untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
a. Tingkat (urgensi) dinilai sebagai berikut :
Sangat mendesak : 5
Mendesak :4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1
b. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
Sangat gawat :5
Gawat :4
Cukup gawat :3
Kurang gawat :2
Tidak gawat :1

c. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:


Sangat mudah menyebar/meluas : 5
Mudah menyebar/meluas :4
Cukup menyebar/meluas :3
Sulit menyebar/meluas :2
Tidak menyebar/meluas :1
d. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency) dinilai
sebagai berikut :
Sangat banyak :5
Banyak :4
Cukup banyak :3
Kurang banyak :2
Tidak banyak :1

Tabel 30. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan


No. MASALAH U S G P JUMLAH
1 Kunjungan bumil K1 2 2 2 2 8

90
2 Ibu Hamil Dengan Resti 2 3 2 2 9
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 3 2 2 2 9
4 Peserta KB aktif 3 3 3 3 12
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 4 3 4 4 15
6 Cakupan asi eksklusif 4 3 4 3 13
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 2 2 2 3 9
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 2 3 2 4 8
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 2 3 2 4 8
10 Cakupan Suspek TB PARU 3 3 3 3 12
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 3 3 4 3 13
12 Cakupan balita dengan diare 2 3 2 2 9
13 Cakupan balita dengan campak 2 2 2 2 8
14 Sadari 3 3 3 3 12
15 Cakupan Skrining kanker serviks 3 3 3 3 11

4.6.3.3 Kriteria C: Kemudahan Dalam Penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1 5
dimana:
Sangat mudah :5
Mudah :4
Cukup mudah :3
Sulit :2
Sangat sulit :1

Tabel 31. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan

No. MASALAH Nilai


1 Kunjungan bumil K1 4
2 Ibu Hamil Dengan Resti 3
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 3
4 Peserta KB aktif 2
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 4
6 Cakupan asi eksklusif 2
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 3
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 4
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 4
10 Cakupan Suspek TB PARU 4
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 2
12 Cakupan balita dengan diare 3
13 Cakupan balita dengan campak 3
14 Sadari 3
15 Cakupan Skrining kanker serviks 2

4.6.3.4 Kriteria D: Faktor PEARL

91
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kesesuaian (Propriety)
b. Secara Ekonomis murah (Economic)
c. Dapat diterima (Acceptability)
d. Tersedianya sumber (Resources availability)
e. Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 32. Kriteria D (PEARL FAKTOR)


Hasil
No. MASALAH P E A R L
Kali
1 Kunjungan bumil K1 1 1 1 1 1 1
2 Ibu Hamil Dengan Resti 1 1 1 1 1 1
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 1 1 1 1 1
4 Peserta KB aktif 1 1 1 1 1 1
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 1 1 1 1 1 1
6 Cakupan asi eksklusif 1 1 1 1 1 1
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 1 1 1 1 1 1
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 1 1 1 1 1 1
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 1 1 1 1 1 1
10 Cakupan Suspek TB PARU 1 1 1 1 1 1
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate 1 1 1 1 1 1
12 Cakupan balita dengan diare 1 1 1 1 1 1
13 Cakupan balita dengan campak 1 1 1 1 1 1
14 Sadari 1 1 1 1 1 1
15 Cakupan Skrining kanker serviks 1 1 1 1 1 1

4.6.3.5 Penilaian Prioritas Masalah


Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D

92
Tabel 33. Urutan Prioritas Masalah Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif

Urutan
No. MASALAH A B C D NPD NPT
Prioritas
1 Kunjungan bumil K1 1 8 4 1 36 36 VII
2 Ibu Hamil Dengan Resti 1 9 3 1 30 30 XII
3 Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 1 9 3 1 30 30 XIII
4 Peserta KB aktif 2 12 3 1 42 42 V
5 Cakupan balita yang datang ditimbang 2 15 4 1 68 68 I
6 Cakupan asi eksklusif 3 13 3 1 48 48 IV
7 Distribusi tablet fe ibu hamil 4 9 3 1 39 39 VI
8 Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan 1 8 3 1 27 27 XIV
9 Distribusi vit. A pada Balita usia 12-59 bulan 1 8 3 1 27 27 XV
10 Cakupan Suspek TB PARU 2 12 4 1 56 56 II
11 Penemuan kasus TB BTA (+) case detection 3 13 2 1 32 32 X
12 Cakupan balita dengan diare 2 9 3 1 33 33 IX
13 Cakupan balita dengan campak 2 8 3 1 30 30 XI
14 Sadari 5 12 2 1 34 34 VIII
15 Cakupan Skrining kanker serviks 5 11 3 1 48 48 III

4.6.4 URUTAN PRIORITAS MASALAH


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon Kuantitiatif,
didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Barat I adalah :
1. Cakupan balita yang datang ditimbang
2. Cakupan Suspek TB PARU
3. Cakupan Skrining kanker serviks
4. Cakupan asi eksklusif
5. Peserta KB aktif
6. Distribusi tablet fe ibu hamil
7. Kunjungan bumil K1
8. Sadari
9. Cakupan balita dengan diare
10. Penemuan kasus TB BTA (+) case detection rate
11. Cakupan balita dengan campak
12. Ibu Hamil Dengan Resti
13. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
14. Distribusi vit. A pada Bayi usia 6-11bulan
15. Distribusi vit. A pada Bayi usia 12-59 bulan

4.7 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

93
4.7.1 Analisis Penyebab Masalah

Timbulnya kesenjangan antara target dengan hasil yang dicapai dapat


disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk membantu menentukan kemungkinan
penyebab masalah dapat dipergunakan diagram tulang ikan (fish bone). Untuk
menganalisa penyebab masalah manajemen puskesmas, digunakan pola
pendekatan sistem dan pendekatan mutu. Pendekatan sistem meliputi input
(Man, Method, Money, Machine, Material), proses (P1 : Perencanaan, P2 :
Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3 : Pengawasan, Pengendalian, dan
Penilaian) dan lingkungan.

Tabel 34. Kemungkinan penyebab masalah manajemen Puskesmas dengan Pendekatan sistem

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN Terdapat satu petugas Minimnya SDM untuk


program pemantauan status melakukan evaluasi
(Tenaga Kerja) gizI balita di wilayah terhadap ibu yang
puskesmas kelurahan Pejaten memiliki balita untuk
Barat I melakukan penimbangan
berat badan.
Terdapat kader Posyandu
untuk tiap RW Beban kerja dan
pemegang program
pekerjaan yang
merangkap

MONEY Tidak dipungut pembiayaan -


dari setiap kegiatan
(Pembiayaan) Pembiayaan berasal dari
Kelurahan Pejaten Barat

METHOD Setiap balita yang ditimbang Kurang optimalnya


langsung dicatat di buku penyuluhan serta konseling
(Metode) PINK di dalam dan di luar
gedung
Terdapat pelacakan dan
konfirmasi kasus gizi buruk
dan langsung dilakukan
intervensi dengan memberi
pengetahuan tentang cara

94
pemberian makan pada balita
Terdapat pencatatan nama
nama balita yang di timbang
setiap bulan
Memberikan pengetahun dan
edukasi tentang pentingnya
penimbangan
Kepemilkikan dan
pemanfaatan buku PINK oleh
setiap anak balita saat
posyandu
MATERIAL Terdapat buku PINK Tidak tersedia media
promosi yang menarik
(Perlengkapan) Terdapat buku panduan untuk bagi Ibu/variasi acara.
para kader posyandu

MACHINE Terdapat Antropometri Kit


pada setiap Posyandu
(Peralatan)
Terdapat satu buah
timbangan bayi di setiap
posyandu

Terdapat timbangan Dacin

Tabel 35. Kemungkinan penyebab masalah menurut proses dan lingkungan

95
PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

PLANNING Jadwal diumumkan di Penjadwalan pelayanan posyandu


(Perencanaan) acara masyarakat tidak mengikutsertakan orang tua
seperti arisan dan balita
masjid serta mushola
sekitar.
Jadwal Posyandu
dibuat oleh program
posyandu puskesmas,
petugas dari
kelurahan dan kader.
ORGANIZING Terdapat pertemuan Kurangnya keterlibatan orang tua
tenaga kesehatan balita dalam kegiatan yang
(Pengorganisasian) dengan kader diadakan oleh posyandu dalam
posyandu setiap 3 menilai status gizi
bulan.
ACTUATING Telah terdapat jadwal Kurang penyuluhan dan konseling
yang tetap pada mengenai manfaat penimbangan
(Pelaksanaan) posyandu setiap berat badan untuk menilai gizi
bulannya balita di luar gedung Puskesmas
yang menarik perhatian
Terdapat sistem masyarakat
perujukkan balita gizi
buruk ke puskesmas Jadwal yang telah ditetapkan
apabila sudah tidak berubah tapi kader tidak
dapat ditangani di menginformasikan secara
tingkat puskesmas. menyeluruh kepada orang tua
balita.
Terdapar pelayanan
pemantauan
pertumbuhan di
Posyandu.
CONTROLLING Pengawasan dan Tidak ada monitoring dan
evaluasi terhadap follow up bagi ibu yang
kinerja kader memiliki balita untuk
Posyandu sudah melakukan penimbangan berat
diterapkan dengan badan.
baik.

Pencatatan dan
pelaporan
dilaksanakan rutin
setiap bulan.

Dilakukan evaluasi
setiap bulan.

Terdapat aturan
pencatatan yang baku
Lingkungan Terdapat Posyandu di Kurangnya pengawasan terhadap
(Fisik) setiap RW keluarga sadar gizi pada balita
yang terdapat di bawah garis
kuning dan merah pada KMS.
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya
(Non Fisik) pemantauan status gizi balita
Sebagian masyarakat pendatang 96
tidak mengetahui adanya posyandu
di sekitar tempat tinggal mereka.
FISHBONE

Gambar 6. Fishbone
Gambar 7. Pohon Masalah

99
4.7.2 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun alternatif
pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 35. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Minimnya SDM untuk melakukan Dibentuk tim khusus yang berasal dari
evaluasi terhadap orang tua yang petugas, kader Puskesmas serta
memiliki balita untuk melakukan melibatkan orang tua balita.
penimbangan berat badan.
2. Beban kerja dan pemegang program Beban kerja dibagi kepada masing-
pekerjaan yang merangkap masing SDM
Dibentuk tim khusus yang berasal
dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkanorang tua balita.
3. Kurang optimalnya penyuluhan serta Memperbanyak kegiatan penyuluhan
konseling di dalam dan di luar gedung di dalam dan luar gedung

Pelatihan dan pembekalan


pengetahuan mengenai gizi untuk
kader posyandu sehingga dapat
melakukan penyuluhan dan konseling
secara optimal
4. Tidak tersedia media promosi yang Melakukan penyuluhan dengan
menarik bagi Ibu/variasi acara membuat media informasi dan
promosi berupa leaflet yang menarik
di lingkungan masyarakat mengenai
gizi dan tumbuh kembang anak
Membuat video yang menarik
mengenai gizi dan tumbuh kembang
anak
5. Penjadwalan pelayanan posyandu Membuat grup chat WA atau BBM
tidak mengikutsertakan orang tua berisi pemegang program, ibu kader,
balita dan ibu balita.
6. Kurangnya keterlibatan orang tua Pemantauan secara langsung ke
balita dalam kegiatan yang diadakan rumah dan dilakukan wawancara
oleh posyandu dalam menilai status mendalam dengan orang tua balita
gizi untuk mengetahui alasan tidak datang

100
ke posyandu dan tingkat pengetahuan
terhadap posyandu dan pentingnya
gizi pada balita.
7. Kurang penyuluhan dan konseling Menyediakan layanan konseling
mengenai manfaat penimbangan berat individu bagi orang tua balita
badan untuk menilai gizi balita di luar mengenai tumbuh kembang,
gedung Puskesmas yang menarik pentingnya penilaian status gizi
perhatian masyarakat
Pelatihan dan pembekalan
pengetahuan mengenai gizi untuk
kader posyandu sehingga dapat
melakukan penyuluhan dan konseling
secara optimal
8. Jadwal yang telah ditetapkan berubah Membuat grup chat WA atau BBM
tapi kader tidak menginformasikan berisi pemegang program, ibu kader,
secara menyeluruh kepada orang tua dan ibu balita.
balita.
9. Tidak ada monitoring dan follow up Dibentuk tim khusus yang berasal
bagi orang tua balita untuk melakukan dari petugas, kader Puskesmas serta
penimbangan berat badan. melibatkanorang tua balita.

Mengunjungi langsung rumah balita


yang tidak melakukan penimbangan
berat badan dan ditanyakan apa yang
menjadi kendalanya.
10. Kurangnya pengawasan terhadap Dibentuk tim khusus yang berasal
keluarga sadar gizi pada balita yang dari petugas, kader Puskesmas serta
terdapat di bawah garis kuning dan melibatkanorang tua balita.
merah pada KMS.
Pemantauan secara langsung ke
rumah dan dilakukan wawancara
mendalam dengan orang tua balita
untuk mengetahui alasan tidak datang
ke posyandu dan tingkat pengetahuan
terhadap posyandu dan pentingnya
gizi pada balita.

11. Kurangnya pengetahuan orang tua Mengadakan penyuluhan bagi orang tua
tentang pentingnya pemantauan status balita dengan tema gizi dan kesehatan
gizi balita anak

101
12. Sebagian masyarakat pendatang tidak Membuat grup chat WA atau BBM
mengetahui adanya posyandu di berisi pemegang program, ibu kader,
sekitar tempat tinggal mereka. dan ibu balita.
13. Kurangnya edukasi mengenai Menyediakan layanan konseling
pentingnya pengukuran berat badan individu bagi orang tua balita
balita kepada orang tua mengenai tumbuh kembang,
pentingnya penilaian status gizi

Mengadakan penyuluhan bagi orang


tua balita dengan tema gizi dan
kesehatan anak

4.7.3 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Gambar 8. Penggabungan alternatif pemecahan


masalah

102
4.7.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
priorotas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C .
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
A. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
B. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan
maka nilainya mendekati angka 5.
C. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah
maka nilainya mendekati angka 5.
D. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.

Daftar Alternatif Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan


masalah sebagai berikut:

A. Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader Puskesmas


serta melibatkan orang tua balita.

B. Beban dibagi kepada masing-masing SDM

C. Mengadakan pelatihan dan pembekalan pengetahuan bagi kader


posyandu

D. Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi


berupa leaflet, video yang menarik di lingkungan masyarakat
mengenai gizi dan tumbuh kembang anak

E. Membuat grup chat WA atau BBM berisi pemegang program, ibu


kader, dan orang tua balita.

F. Pemantauan secara langsung dan wawancara mendalam

G. Menyediakan layanan konseling

Tabel 37. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

103
Nilai Kriteria Hasil
No Penyelesaian Masalah Prioritas
M I V C Akhir
Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas,
A kader Puskesmas serta melibatkan ibu balita 4 5 4 1 80 I

B Beban dibagi kepada masing-masing SDM 4 4 4 1 64 II


C Mengadakan pelatihan dan pembekalan
pengetahuan bagi kader posyandu 3 4 5 3 20 VII

D Melakukan penyuluhan dengan membuat media


informasi dan promosi berupa leaflet, video yang
menarik di lingkungan masyarakat mengenai gizi 5 5 4 4 25 VI
dan tumbuh kembang anak
E Membuat grup chat WA atau BBM berisi
pemegang program, ibu kader, dan orang tua 5 4 3 1 60 III
balita.
F Pemantauan secara langsung dan wawancara
mendalam 3 5 3 1 45 V

G Menyediakan layanan konseling 4 4 3 1 48 IV

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan


masalah dengan menggunakan kriteria matrix maka didapatkan urutan
prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya cakupan ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I adalah
sebagai berikut :

1. Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkan orang tua balita

2. Beban dibagi kepada masing-masing SDM

3. Membuat grup chat WA atau BBM berisi pemegang program, ibu kader,
dan orang tua balita.

4. Menyediakan layanan konseling

5. Pemantauan secara langsung dan wawancara mendalam

104
6. Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi
berupa leaflet, video yang menarik di lingkungan masyarakat mengenai
gizi dan tumbuh kembang anak

7. Mengadakan pelatihan dan pembekalan pengetahuan bagi kader posyandu

4.7.5 Rencana Kegiatan (Plan of Actions)

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah


menggunakan metode matriks didapatkan hasil prioritas pemecahan masalah
berupa dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader puskesmas serta
melibatkan orang tua balita, beban dibagi kepada masing-masing SDM,
membuat grup WA atau BBM berisi pemegang program, kader puskesmas dan
orang tua balita, menyediakan layanan konseling, pemantauan secara langsung
dan wawancara mendalam, melakukan penyuluhan dengan membuat media
informasi dan promosi berupa leaflet, video yang menarik di lingkungan
masyarakat mengenai gizi dan tumbuh kembang anak, dan mengadakan
pelatihan dan pembekalan pengetahuan bagi kader posyandu.

Tujuan dari rencana kegiatan ini adalah meningkatan angka cakupan


balita yang ditimbang, meningkatkan angka penemuan kasus gizi buruk
sehingga dapat ditatalaksana, meningkatkan pengetahuan orang tua balita,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader puskesmas, meningkatkan
mutu kinerja dari SDM dengan pembagian pekerjaan yang merata, dan
memperbaiki sistem pencatatan, pelaporan, pengawasan, follow up dan
evaluasi data balita yang di timbang di puskemas.

Kriteria keberhasilan dari rencana kegiatan ini berupa telah


terlaksananya pembentukan tim khusus yang berasal dari petugas puskesmas,
kader puskesmas serta melibatkan orang tua balita, dilakukannya pelatihan dan
pembekalan bagi kader puskesmas, terselenggaranya penyuluhan dan media
promosi lainnya berupa leaflet dan video, terbentuknya jaringan komunikasi
yang dapat menjadi sarana sosialisasi kegiatan penimbang berat badan bayi,
diketahuinya data alamat semua anak balita sehingga dapat melakukan
kunjungan langsung ke rumah balita yang tidak melakukan penimbangan dan
dilakukan wawancara untuk mengetahui apa penyebabnya, tersedianya

105
layanan konseling bagi orang tua yang ingin mengetahui tentang gizi balita ,
dan melakukan pembuatan jadwal rutin posyandu.

BAB V

106
PELAKSANAAN DAN PENGORGANISASIAN

Intervensi kegiatan yang dilakukan pada program peningkatan cakupan bayi yang di
timbang di Pukesmas Pejaten Barat I adalah:

Tabel 38. Daftar Kegiatan

No Tanggal Kegiatan
1 19 April 2017 Wawancara kepada pemegang program KIA dan gizi serta kader
mengenai permasalahan yang dihadapi
Melakukan pendataan kuantitas dan kualitas dari kunjungan balita
ke Posyandu
2. 20 April 2017, 15 Penyuluhan terhadap orang tua balita yang di lakukan di seluruh
Mei 2017, 17 Mei Posyandu yang menjadi cakupan wilayah Puskesmas Pejaten
2017 Barat I
Menyediakan layanan konseling
3. 22 Mei 2017 Kunjungan rumah terhadap orang tua balita yang tidak membawa
balitanya ke Posyandu untuk dilakukan penimbangan
Wawancara kepada orang tua balita mengenai alasan tidak
membawa anaknya untuk ditimbang ke Posyandu dan mencari
pemecahan masalahnya.
4. 24 Mei 2017 Pembuatan tim khusus untuk program cakupan bayi yang
ditimbang
Pembuatan group chat WA atau BBM
Beban dibagi ke masing-masing SDM
Melakukan penyuluhan dan pembekalan pengetahuan kepada
kader Posyandu
Dari semua kegiatan intervensi yang direncanakan, semua kegiatan sudah berhasil
dilakukan yaitu pada tanggal 19 April 2017 dilakukan wawancara kepada pemegang program
dan kader di Puskesmas, 20 April 2017, 15 Mei 2017, 17 Mei 2017 dilakukan penyuluhan
dan layanan konseling di Posyandu wilayah Pejaten Barat I, 22 Mei 2017 dilakukan
kunjungan rumah dan wawancara di rumah orang tua balita, dan pada tanggal 24 Mei 2017
dilakukan pembuatan tim khusus dan penyuluhan serta pembekalan kepada kader mengenai
gizi balita.

5.1 Data Univariat Responden

107
Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai alasan
mengapa orang tua balita tidak membawa balita datang untuk ditimbang ke Posyandu
di wilayah Pejaten Barat I dengan cara mendatangi rumah orang tua balita dan
melakukan wawancara langsung terhadap responden. Dari kegiatan tersebut
didapatkan data responden meliputi usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan
usia anak. Didapatkan hasil dari wawancara mengenai alasan tidak datang ke
Posyandu, pengetahuan seputar posyandu dan gizi, dan usulan kegiatan di Posyandu.

Tabel 39. Usia Responden

Usia N Persentase

<20 tahun 3 orang 12,5 %


21-25 tahun 13 orang 54,2 %
26-30 tahun 6 orang 25 %
>30 tahun 2 orang 8,3 %
Berdasarkan data usia responden, usia 21 -25 tahun sebanyak 13 orang
(54,2%), diikuti kelompok usia 26-30 tahun sebanyak 6 orang (25%) lalu kelompok
usia < 20 tahun (12,5%) dan yang terakhir dengan presentasi terkecil adalah
kelompok usia < 20 tahun sebanyak 2 orang (8,3%).

Tabel 40. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan N Persentase


SD 12 orang 50 %
SMP 4 orang 16,7 %
SMA 8 orang 33,3 %
Berdasarkan data tingkat Pendidikan responden, maka evaluasi program ini
didomonasi dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 12 orang (50%) diikuti SMA
sebanyak 8 orang (33,3%) lalu SMP sebanyak 4 orang (16,7%).

Tabel 41. Status Pekerjaan

108
Status Pekerjaan N Persentase
Bekerja 9 37,5%
Tidak Bekerja 15 62,5%

Berdasarkan hasil data status pekerjaan didapatkan ibu yang bekerja sebanyak
20 orang (83,3%) dan ibu yang tidak bekerja sebanyak 4 orang (16,7%).

Tabel 42. Usia anak

Tingkat Pendidikan N Persentase


0-2 tahun 6 orang 25 %
3- 5 tahun 18 orang 75 %

Berdasarkan hasil data usia anak diperoleh anak usia 0-2 tahun sebanyak 6
orang (25%) dan anak usia 3-5 tahun sebanyak 18 orang (75%).

5.2 Data Kualitatif

5.2.1 Melakukan penyuluhan dengan membuat media informasi dan promosi berupa
leaflet, poster dan video yang menarik di lingkungan masyarakat mengenai gizi
dan tumbuh kembang anak

Dalam meningkatkan cakupan pemantauan status gizi balita Puskesmas


Kelurahan Pejaten Barat I sangat penting adanya media yang menjadi sumber
informasi dan promosi bagi ibu ibu balita dan masyarakat. Penyuluhan ini tidak
hanya dilakukan pada orang tua balita yang datang ke Posyandu tapi orang tua balita
yang tidak membawa balitanya datang ke posyandu untuk dilakukan penimbangan.
Bagi orang tua balita yang datang ke Posyandu, kegiatan ini bertujuan mengajak ibu
ibu balita dan masyarakat untuk peduli terhadap gizi dan tumbuh kembang anak serta
menambah pengetahuan mengenai gizi dan tumbuh kembang balita di tingkat warga
Kelurahan Pejaten Barat I. Sedangkan bagi orang tua balita yang tidak membawa
balitanya ke Posyandu, kegiatan ini diharapkan dapat menyadarkan orang tua balita
mengenai pentingnya dan manfaat apa saja yang didapatkan jika melakukan
penimbangan di Posyandu sehingga terjadi peningkatan kunjungan balita ke
Posyandu.

5.2.2 Menyediakan Layanan Konseling

109
Konseling dilakukan terhadap ibu ibu balita yang memiliki pertanyaan
mengenai permasalahan tumbuh kembang balita. Selain itu pada konseling dibagikan
juga mengenai materi yang diberikan selama penyuluhan mengenai upaya upaya
peningkatan status gizi balita. Metode konseling dilakukan dengan wawancara secara
individual. Tatalaksana yang diberikan dalam konseling berupa edukasi bagaimana
meningkatkan pemantauan status gizi anak yang dampat meningkatkan derajat
kesehatan balita secara keseluruhan.
Pada pelaksanaannya hal yang sering ditanyakan adalah bagaimana
meningkatkan nafsu makan, berapa berat badan dan tinggi badan yang ideal,
mengenai pemberian vitamin A, pentingnya ASI eksklusif, bagiamana membuat
makanan MP-ASI yang baik, tanda tanda anak yang gizi kurang atau buruk
bagaimana dan mengenai imunisasi serta seputar kesehatan anak. Diharapkan
penyuluhan dan konseling boleh secara rutin diadakan setiap Posyandu untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai gizi balita yang dapat menunjang tumbuh
kembang balita.

5.2.3 Pemantauan Secara Langsung Dan Wawancara Mendalam Kepada Orang Tua
Balita, Kader Dan Pemegang Program

Hasil wawancara dengan pemegang program KIA dan Gizi dijelaskan bahwa
terdapat kemungkinan rendahnya angka cakupan balita yang datang untuk dilakukan
penimbangan di Posyandu di wilayah Pejaten Barat I dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya penimbangan BB dan pengukuran
TB terhadap penilaian status gizi anak yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan balita. Berikut wawancara kami dengan pemegang program:

Masih banyak ibu balita yang tidak mengetahui pentingnya untuk melakukan
penimbangan dan pengukuran tinggi badan, ibu balita hanya berpikiran bahwa hal
tersebut hanya untuk melihat anaknya naik atau tidak berat badan dan tingginya, hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang gizi balita. Selain
itu masih banyak ibu yang lebih memilih untuk bekerja daripada datang ke posyandu
untuk menimbang anaknya. Selain itu banyak kader yang masih malas untuk
melakukan evaluasi dan kunjungan langsung ke rumah ibu balita yang tidak datang
dan kurangnya pengetahuan kader mengenai gizi balita juga turut berperan serta.

110
Jika dari segi lainnya seperti pelaksanaan penyuluhan tentang pentingnya
penimbangan dan gizi sudah dilakukan di Posyandu namun penyuluhan yang
diberikan masih kurang memadai dan kurang mernarik media nya. Penyuluhan yang
dilakukan hanya sesekali ini juga membuat masyarakat kurang informasi mengenai
gizi balita. Berikut kutipan wawancara kami dengan pemegang program:

Dari kami sendiri pun sebenarnya sudah melakukan penyuluhan tapi


memang memiliki keterbatasan dari segi media penyuluhan yang membosankan
sehingga kurang menarik perhatian ibu-ibu yang berkunjung ke posyandu dan
frekuensi penyuluhan yang tidak rutin dilakukan

Kemudian dari pihak kader Posyandu yang mengalami kesulitan melakukan


evaluasi serta follow up terhadap ibu balita yang tidak datang ke Posyandu
dikarenakan kendala jarak rumah yang terkadang jauh dan rumah yang tidak pernah
ada orang saat dikunjungi. Berikut kutipan wawancara kami dengan pemegang
program:

Sebenarnya sudah ada pendataan mengenai ibu balita yang tidak membawa
balotanya ke posyandu untuk ditimbang, namun untuk follow up sampai ke rumahnya
terkadang banyak kader yang mengeluh kalau rumahnya jauh dan suka tidak
dibukakan pintu karena rumahnya kosong tidak ada orang.

Konseling mengenai gizi balita juga suda dilakukan oleh kader di posyandu
namun diperlukan pelatihan yang berkala agar konseling dapat berjalan dengan baik
dan kader memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat memberikan penjelasan
yang baik sehingga ibu balita dapat memahami mengenai gizi balita secara baik dan
benar dan bagaimana cara penerapannya dalam menunjang gizi balita sehingga target
akan tercapai. Berikut kutipan wawancara dengan pemegang program:

Sebenarnya penyuluhan dan konseling sudah dilakukan namun kader harus


diberi pelatihan berkala, agar kader dapat meningkatkan pengetahuan dan
informasinya mengenai gizi balita dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh ibu balita seputar gizi balita.

Selain wawancara terhadap pemegang program, dilakukan pula pemantauan


secara langsung. Pemantauan secara langsung ini dilakukan dengan mendatangi

111
rumah orang tua balita yang tidak membawa balita nya untuk dilakukan penimbangan.
Serta dilakukan wawancara kepada orang tua balita mengenai penyebab yang
membuat orang tua balita tidak membawa anaknya untuk dilakukan penimbangan.
Selain itu ditanyakan juga mengenai pengetahuan tentang Posyandu, peran serta orang
tua balita terhadap kegiatan di Posyandu dan usulan mengenai kegiatan yang akan
diadakan di Posyandu untuk meningkatkan partisipasi orang tua balita untuk datang
ke Posyandu. Para kader di lapangan juga diwawancarai mengenai data ibu balita
yang paling jarang datang ke Posyandu.

Dari hasil tanya jawab mengenai pentingnya Posyandu terhadap ibu balita.
Sebagian besar orang tua balita masih belum mengetahui pentingnya kegiatan yang
dilakukan di Posyandu, orang tua hanya mengetahui bahwa kegiatan posyandu untuk
menimbang dan mengukur tinggi badan anaknya saja. Pada kenyataannya kegiatan
posyandu diadakan tidak hanya sekedar untuk menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan saja, dari hal tersebut dilakukan pula pemantauan gizi terhadap anak
tersebut yang dapat dilihat dari grafik KMS, dimana bila terjadi gizi kurang atau
buruk harus dilakukan intervensi untuk memperbaiki keadaan gizi balita. Dari hasil
wawancara didapatkan bahwa hampir semua ibu yang tidak membawa balita datang
ke Posyandu memiliki alasan yang sama yaitu jadwal Posyandu yang tidak sesuai
dengan kesibukan ibu balita yang bekerja, tidak mengetahui mengenai jadwal
posyandu, tidak diizinkan oleh suaminya karena meninggalkan pekerjaan rumah, dan
ada juga beberapa ibu-ibu yang memang malas untuk membawa anaknya datang ke
Posyandu. Contoh kuotasi pasrtisipan adalah sebagai berikut:

saya tidak datang ke Posyandu karena posyandu posyandu selalu diadakan


pagi hari dan saat pagi saya haru membuat bakso untuk berjualan (Partisipan AA)

Ada juga partisipan yang beralasan seperti kuotasi berikut:

Saya kerja shift malem dok, jadi kalo pagi ya suka ketiduran gitu capek jadi
ga bisa anter anak ke posyandu ( Pasrtisipasi ER).

Lebih lanjut lagi partisipan ditanyakan mengenai mengapa penting untuk


balita dilakukan penimbangan tiap bulannya di Posyandu. Partisipan banyak yang
tidak memahami pentingnya maksud dan tujuan dilakukan penimbangan dan
pengukuran tinggi badan, yang mereka tahu tujuan dari penimbangan hanya untuk

112
melihat berapa berat badan dan tinggi badan anaknya saja. Mereka tidak mengetahui
bahwa pennimbangan dan pengukuran tersebut tidak hanya melihat bertambahnya
berat badan dan tinggi badan saja tapi melakukan evaluasi terhadap gizi anak tersebut
dan melakukan intervensi jika mengalami gangguan. Berikut kuotasi pasrtisipan:

penting dok, soalnya kita jadi tahu berat badan sama tinggi anak kita
berapa, sepertinya sih hanya itu saja dok yang saya tahu mengenai pentingnya
dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Emangnya ada yang lain ya
dok?

Saat ditanyakan mengenai peran serta dalam kegiatan posyandu ada beberapa
ibu-ibu yang menjawab: saya datang ke posyandu kalo lagi sempat dan gak males
aja dok, ga rutin tiap bulan. Tapi ada juga ibu-ibu yang menjawab seperti ini Saya
tidak pernah datang ke Posyandu dokter soalnya saya sibuk kalau pagi, harus bantu
suami saya kerja, belum lagi harus ngerjain pekerjaan rumah dokter.

Pertanyaan terakhir yang ditanyakan kepada partisipan adalah mengenai


usulan untuk meningkatkan partisipasi ibu balita ke posyandu. Sebagian partisipan
mengusulkan untuk membuat acara posyandu semenarik mungkin seperti ada acara
games atau hiburannya agar anak mau ke Posyandu, penambahan timbangan balita
agar pada saat posyandu tidak lama mengantri, berikut kuotasi pasrtispan:

diadain acara games atau hiburan gitu dok, biar anak saya mau dan gak
rewel kalo diajak ke Posyandu dok, soalnya kadang anak saya suka nangis karena
takut., terus kalau bisa ditambah alat timbang dan ukurnya dok jadi gak kelamaan
nunggu kan anak-anak kalo kelamaan nunggu malah jadi rewel dan akhirnya gamau
ditimbang dok.

Setelah dilakukan wawancara kepada ibu balita, dilakukan pula wawancara


kepada kader posyandu mengenai kendala apa saja yang terjadi di posyandu, berikut
hasil wawancara tersebut: iya dok, disini banyak kendalanya seperti tidak semua
kader mengerti cara membuat laporan pendataan dok, terus kader juga banyak
kurang paham untuk menilai gizi balita dan bagaiman cara edukasi mengenai gizi ke
orang tua, jadi hanya orang-orang yang sama aja yang melakukan itu dok, untuk
peserta posyandunya sendiri yang suka tidak datang terkadang emang tidak mau
datang karena sibuk, meski sudah didatangi dan diberitahu tetep aja tidak mau

113
datang dokter dan kadang ada yang rumahnya jauh jadi ga sampe berita tentang
jadwal posyandu nya dok.

5.2.4 Dibentuk Tim Khusus Yang Berasal Dari Petugas, Kader Puskesmas Serta
Melibatkan Orang Tua Balita

Dibentuk tim yang berisi SDM Puskesmas dan orang tua balita dimana terdiri
pemegang program lalu kader setiap posyandu dibentuk kelompok kecil bagi para
orang tua untuk saling memperdulikan satu sama lain sehingga cakupan balita yang
ditimbang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemegang program maupun kader
tetapi setiap orang tua diharapkan dapat membantu untuk mengingatkan kepada orang
tua yang tidak membawa anaknya melakukan penimbangan di posyandu.
Dibentuknya tim program cakupan bayi yang ditimbang akan berisi tim yang akan
memberikan penyuluhan pada setiap ibu yang memiliki balita yaitu mengenai
pentingnya penimbangan berat badan, manfaat penimbangan berat badan, pemahaman
mengenai status gizi balita, lalu kelompok kecil dengan penanggung jawab kader ini
akan mengevaluasi jalannya program cakupan balita yang ditimbang dengan
melakukan pencatatan, pelaporan dan pengawasan serta follow up kepada orang tua
balita yang melakukan penimbangan BB di posyandu. Pengawasan dan follow up ini
dilakukan dengan memantau orang tua yang tidak membawa balitanya untuk di
timbang dan didatangi secara langsung untuk mengetahui apa penyebabnya dan dapat
dicarikan solusi yang tepat. Diharapkan dengan adanya tim evaluasi program cakupan
bayi yang ditimbang ini dapat mengurangi ibu yang tidak membawa balita nya untuk
ditimbang di posyandu.

5.2.5 Membuat Grup Chat WA Atau BBM Berisi Pemegang Program, Ibu Kader, Dan
Orang Tua Balita.

Dalam meningkatkan cakupan pemantauan status gizi balita Puskesmas


Kelurahan Pejaten Barat I sangat penting adanya media sosial yang menjadi sumber
informasi terutama mengenai jadwal posyandu. Dikarenakan sebagian besar alasan
ibu balita tidak datang ke posyandu karena lupa dan tidak mengetahui jadwal
posyandu. Di harapkan dengan ada nya grup chat pada media sosial yang
beranggotakan pemegang program, kader dan ibu balita ini akan lebih memudahkan
kader untuk mengingatkan ibu balita mengenai jadwal pelaksanaan posyandu.

114
Informasi mengenai jadwal dapat di infokan lewat chat media sosial pada satu hari
sebelum dan pada hari di laksanakannya posyandu tersebut.

5.2.6 Mengadakan Pelatihan Dan Pembekalan Pengetahuan Bagi Kader Posyandu

Dilakukan pelatihan untuk SDM yang akan melakukan penyuluhan dan


konseling dimana pelatihan di lakukan pada seluruh kader dan dilakukan di puskemas,
pelatihan tersebut berisi cara menentukann status gizi anak balita dari hasil
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pentingnya penimbangan
berat badan, pembekalan mengenai gizi balita, bagaimana tanda- tanda anak kurang
gizi dan gizi buruk, dampak dari gizi buruk.
Dilakukan pelatihan ini bertujuan agar setiap pemegang program mampu
menentukan status gizi balita dan melakukan rujukan bagi balita yang mengalami gizi
buruk serta memberikan pengetahuannya mengenai pentingnya melakukan
penimbangan berat badan secara berkala ke posyandu. Serta kader dapat memberikan
konseling kepada ibu yang mengalami permasalahan gizi yang terjadi pada anaknya.

115
Tabel 43. Plan of Action

Upaya Indikator Cara Hasil Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitungan Kegiatan Anggaran & target jawab & Pelaksan Pelaksana
sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya

Dibentuk tim Sistem - Terbentukn Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Dokter 24 Mei Puskesmas
khusus yang pencatatan, ya Tim pembentukan meningkatkan pembentukan program, puskesmas, 2017
berasal dari pelaporan, khusus. tim mutu dan tim khusus kader Kepala program
petugas, pengawasan kinerja dari yang terdiri puskesmas
kader , follow up Pelatihan dan petugas dari kepala dan orang
Puskesmas dan evaluasi pembekelan puskesmas program, tua balita
serta berjalan serta kader
melibatkan dengan baik. mempermuda puskesmas
orang tua h untuk serta orang
balita. melakukan tua balita.
evaluasi.
Pelatihan dan
pembekalan
mengenai
sistem
pencatatan
dan pelaporan
yang baik

116
Beban dibagi Peningkata Setiap Rapat untuk Sehingga Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas 24 Mei Puskesmas
kepada mutu dan orang pembagian pihak yang pembagian pelayanan 2017
masing- kinerja dari hanya tugas memegang tugas kesehatan
masing SDM petugas bertanggun program gizi di
yang g jawab balita dapat puskesmas
bertanggung untuk 1 lebih fokus
jawab program dalam
mengenai puskesmas menghadapi
gizi balita atau lebih kendala yang
selama ada
program
tersebut
saling
berkaitan
Mengadakan Setiap kader - Kader Pelatihan dan Meningkatka Pelatihan dan Konsumsi Kader Dokter 24 Mei Puskesmas
pelatihan dan posyandu dapat pembekalan n pembekalan untuk peserta posyandu Puskesmas, 2017
pembekalan dapat mengerti materi pengetahuan pengetahuan penyuluhan Kepala program,
pengetahuan menentukan mengenai dan mengenai gizi dokter muda.
bagi kader status gizi gizi balita keterampilan balita.
posyandu anak balita kader
serta Posyandu Sesi Tanya
memiliki jawab seputar
pengetahuan gizi balita
yang cukup
mengenai
gizi balita

117
Melakukan Peningkatan (Jumlah bayi Meningkat Penyuluhan Meningkatka Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter 20 April Posyandu
penyuluhan pengetahuan 0-59 bulan nya n dengan membuat balita puskesmas, dokter 2017, 15
dengan dan yang pengetahua pengetahuan menggunakan media muda, kepala Mei 2017,
membuat kesadaran ditimbang)/ n ibu balita ibu mengenai berbagai penyuluhan program, kader 17 Mei
media ibu tentang (jumlah bayi dan ibu gizi balita dan media yang yang menarik posyandu 2017
informasi dan gizi 0-59 bulan) x balita pentingnya menarik
promosi 100% menjadi penimbangan seperti video,
berupa leaflet, sadar akan berat badan leaflet, poster.
video yang Peningkatan pentingnya serta tumbuh Sesi Tanya
menarik di jumlah gizi serta kembang jawab seputar
lingkungan balita yang membawa balita peyuluhan
masyarakat ditimbang balitanya
mengenai gizi datang ke
dan tumbuh Posyandu
kembang
anak

Membuat Peningkatan (Jumlah bayi Penyebaran Menyebarkan Sehingga Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas 24 Mei Puskesmas
grup chat WA cakupan 0-59 bulan informasi informasi semua informasi program, 2017
atau BBM balita yang yang mengenai terkait pemberitaan terkait kader
berisi ditimbang ditimbang)/ posyandu kegiatan yang kegiatan posyandu
pemegang (jumlah bayi menjadi posyandu berkaitan posyandu dan orang
program, ibu 0-59 bulan) x lebih dengan tua balita
kader, dan 100% mudah kegiatan
orang tua posyandu
balita. dapat
tersampaikan
dengan baik

Pemantauan Meningkatn (Jumlah bayi Ditemukan Wawancara Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter 22 Mei Rumah
secara ya jumlah 0-59 bulan penyebab penyebab dan dengan cara untuk ke balita Puskesmas, 2017 orang tua
langsung dan D/S di yang dan solusi solusi yang mendatangi rumah warga Kepala program, balita
wawancara Posyandu ditimbang)/ untuk mengakibatka rumah ibu satu per satu Dokter muda,
mendalam tersebut (jumlah bayi meningkatk n rendahnya yang Kader puskesmas
0-59 bulan) x an partisipasi ibu bersangkutan
100% pasrtisipasi balita untuk
ibu balita datang ke
datang ke Posyandu

118
Posyandu
Menyediakan Meningkatn (Jumlah bayi Dengan Dialog Meningkatka Dialog - Orang tua Kader, Dokter 20 April Posyandu
layanan ya keinginan 0-59 bulan adanya interaktif n interaktif balita Muda, Petugas 2017, 15
konseling orang tua yang layanan seputar gizi pengetahuan yang Kesehatan Mei 2017,
untuk ditimbang)/ konseling balita. ibu dan dimaksud Puskesmas 17 Mei
membawa (jumlah bayi ini dapat meningkatkan adalah sesi 2017.
balita 0-59 bulan) x membantu kesadaran ibu tanya jawab
ditimbang 100% menjawab akan mengenai
agar semua pentingnya persoalan gizi
dipantau permasalah gizi balita balita
pertumbuha an
nnya mengenai
gizi balita
yang
dihadapi
oleh orang
tua
sehingga
banyak
orang tua
yang
membawa
balita nya
ke
posyandu

119
120
BAB VI

PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN

6.1 Kunjungan rumah dan Wawancara secara mendalam

Setelah dilakukan pendataan terhadap orang tua balita yang tidak pernah
melakukan kunjungan ke Posyandu. Maka dilakukan kunjungan rumah ke masing-
masing orang tua balita dan dilakukan wawanacra. Wawancara tersebut meliputi usia
ibu balita, status pekerjaannya, pendidikan ibu balita, alasan ibu tidak membawa
anaknya ke posyandu, pengetahuan ibu tentenag posyandu dan gizi serta usulan
kegiatan yang dilakukan di Posyandu.

Kunjungan rumah dan wawancara belum dilakukan dengan alasan akan


dilakukan jika ada yang tidak melakukan kunjungan ke Posyandu sebnayak 2x
berturut-turut.

6.2 Penyuluhan terhadap orang tua balita

Penyuluhan dilakukan kepada orang tua balita di seluruh Posyandu yang


berada di wilayah kerja Pejaten Barat I terutama untuk Posyandu yang angka cakupan
balita yang ditimbangnya paling rendah yaitu Posyandu RW 007. Penyuluhan ini
meliputi pentingnya kegiatan yang dilakukan posyandu, pentingnya penimbangan
balita dan gizi balita.

Penyuluhan ini belum mulai dilakukan dengan alasan akan diadakan di setiap
kegiatan posyandu oleh kader posyandu dan dokter muda, setelah kader posyandu
mendapatkan pelatihan dan pembekalan mengenai gizi balita.

6.3 Layanan Konseling

Layanan konseling ini dilakukan terhadap ibu balita yang memiliki pertanyaan
mengenai gizi balita, tumbuh kembang balita dan datang ke posyandu untuk
melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Hal ini dilakukan untuk
menarik minat dan memberikan kesadaran kepada ibu balita mengenai pentingnya
gizi balita.

121
Layanan konseling ini belum mulai dilakukan dengan alasan akan diadakan di
setiap kegiatan posyandu oleh kader posyandu, setelah kader posyandu mendapatkan
pelatihan dan pembekalan mengenai gizi balita. Selama ini yang melakukan hanya
dokter muda.

6.4 Dibentuk tim khusus yang berasal dari petugas, kader Puskesmas serta
melibatkan orang tua balita

Dibentuknya tim program cakupan bayi yang ditimbang akan berisi tim yang
akan memberikan penyuluhan pada setiap ibu yang memiliki balita yaitu mengenai
pentingnya penimbangan berat badan, manfaat penimbangan berat badan, pemahaman
mengenai status gizi balita, lalu kelompok kecil dengan penanggung jawab kader ini
akan mengevaluasi jalannya program cakupan balita yang ditimbang dengan
melakukan pencatatan, pelaporan dan pengawasan serta follow up kepada orang tua
balita yang melakukan penimbangan BB di posyandu.

Tim khusus ini sudah berhasil terbentuk namun hanya terdiri dari pemegang
program dan kader puskesmas, hal ini dikarenakan masih rendahnya partisipasi dari
orang tua balita dan kurangnya pengetahuan orang tua balita mengenai pentingnya
penimbangan serta gizi balita.

6.5 Membuat grup chat WA atau BBM berisi pemegang program, ibu kader dan
orang tua balita

Pembuatan jejaring komunikasi ini menjadi penting mengingat sebagian besar


orang tua yang tidak datang ke posyandu memiliki alasan lupa dan tidak mengetahui
jadwal posyandu. Selain itu berubahnya jadwal posyandu juga mengakibatkan
pembuatan jejaring komunikasi ini menjadi penting. Selain memberitahukan
mengenai jadwal posyandu, diharapkan dengam pembuatan media sosial ini dapat
juga membantu untuk menyebarluaskan mengenai informasi mengenai kegiatan
posyandu.

Pembuatan grup ini masih terus berjalan sampai dengan sekarang karena
masih dilakukan pendataan dan jumlah orang tua balita yang cukup banyak juga
menjadi kendala.

122
6.6 Pelatihan dan pembekalan pengetahuan bagi kader posyandu

Dilakukan pelatihan untuk kadaer yang akan melakukan penyuluhan dan


konseling dimana pelatihan dilakukan pada seluruh kader dan dilakukan di puskemas
pelatihan tersebut berisi cara menentukann status gizi anak balita dari hasil
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pentingnya penimbangan
berat badan, pembekalan mengenai gizi balita, bagaimana tanda- tanda anak kurang
gizi dan gizi buruk, dampak dari gizi buruk.
Dilakukan pelatihan ini bertujuan agar setiap pemegang program mampu
menentukan status gizi balita dan melakukan rujukan bagi balita yang mengalami gizi
buruk serta memberikan pengetahuannya mengenai pentingnya melakukan
penimbangan berat badan secara berkala ke posyandu. Serta kader dapat memberikan
konseling kepada ibu yang mengalami permasalahan gizi yang terjadi pada anaknya.
Pelatihan dan pembekalan ini belum dilakukan oleh Puskesmas dengan alasan
akan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

123
Tabel 44. Plan of Action Monitoring dan Evaluasi

Upaya Indikator Cara Hasil Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitungan Kegiatan Anggaran & target jawab & Pelaksan Pelaksana
sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya
Dibentuk tim Peningkata (Jumlah bayi Tim khusus Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Kepala - Puskesmas
khusus yang n cakupan 0-59 bulan ini dapat pembentuka meringankan pembentukan program, puskesmas,
berasal dari balita yang yang membantu n Tim pekerjaan tim khusus kader Kepala program
petugas, ditimbang ditimbang)/ sistem petugas yang terdiri puskesmas
kader (jumlah bayi pencatatan, Pelatihan puskemas dari kepala dan orang
Puskesmas 0-59 bulan) x pelaporan, dan yang program, kader tua balita
serta 100% pengawasan pembekalan memiliki puskesmas
melibatkan , follow up tanggung serta orang tua
orang tua dan evaluasi jawab balita.
balita. rangkap dan
meningkatkan Pelatihan dan
mutu serta pembekalan
kinerja mengenai
petugas gizi sistem
pencatatan dan
pelaporan
yang baik
Beban dibagi Peningkata Setiap orang Rapat untuk Sehingga Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas - Puskesmas
kepada mutu dan hanya pembagian pihak yang pembagian pelayanan
masing- kinerja dari bertanggung tugas memegang tugas kesehatan
masing SDM petugas jawab untuk program gizi di
yang 1 program balita dapat puskesmas
bertanggun puskesmas lebih fokus
g jawab atau lebih dalam
mengenai selama menghadapi
gizi balita program kendala yang
tersebut ada
saling
berkaitan

124
Mengadakan Setiap Pencatatan Pelatihan Meningkatka Pelatihan Konsumsi Kader Dokter (belum Puskesmas
pelatihan dan kader dan dan n mengenai cara untuk peserta posyandu Puskesmas, dilakukan
pembekalan posyandu Pelaporan pembekalan pengetahuan membuat penyuluhan Kepala program, dengan
pengetahuan dapat berjalan materi dan laporan yang dokter muda. alasan
bagi kader melakukan dengan baik. keterampilan baik dan akan
posyandu pencatatan kader pembekalan dilakukan
dan Kader dapat Posyandu pengetahuan 3 bulan
pelaporan mengerti mengenai gizi sekali)
dengan mengenai balita.
benar serta gizi balita
memiliki Sesi Tanya
pengetahua jawab
n yang
cukup
mengenai
gizi balita
Melakukan Peningkata Meningkatn Penyuluhan Meningkatka Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter (belum Posyandu
penyuluhan n ya n dengan membuat balita puskesmas, dokter dilakukan
dengan pengetahua pengetahuan pengetahuan menggunakan media muda, kepala dengan
membuat n dan ibu balita ibu mengenai berbagai penyuluhan program, kader alasan
media kesadaran dan ibu gizi balita dan media yang yang menarik posyandu akan
informasi dan ibu tentang balita pentingnya menarik dilakukan
promosi gizi menjadi penimbangan seperti video, di setiap
berupa leaflet, sadar akan berat badan leaflet, poster. kegiatan
video yang pentingnya serta tumbuh Sesi Tanya posyandu
menarik di Peningkata gizi serta kembang jawab seputar setelah
lingkungan n jumlah membawa balita peyuluhan kadar
masyarakat balita yang balitanya mendapat
mengenai gizi ditimbang datang ke pelatihan
dan tumbuh Posyandu dan
kembang pembekal
anak an)

125
Membuat Peningkata Penyebaran Menyebarka Sehingga Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas Masih -
grup chat WA n cakupan informasi n informasi semua informasi program, berjalan
atau BBM balita yang mengenai terkait pemberitaan terkait kader
berisi ditimbang posyandu kegiatan yang kegiatan posyandu
pemegang menjadi posyandu berkaitan posyandu dan orang
program, ibu lebih mudah dengan tua balita
kader, dan kegiatan
orang tua posyandu
balita. dapat
tersampaikan
dengan baik

Pemantauan Meningkat Ditemukan Wawancara Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter Dilakukan Rumah
secara nya jumlah penyebab penyebab dan dengan cara untuk ke balita Puskesmas, dengan orang tua
langsung dan D/S di dan solusi solusi yang mendatangi rumah warga Kepala program, catatan balita
wawancara Posyandu untuk mengakibatka rumah ibu satu per satu Dokter muda, tidak
mendalam tersebut meningkatka n rendahnya yang Kader puskesmas melakuka
n partisipasi ibu bersangkutan n
pasrtisipasi balita untuk kunjungan
ibu balita datang ke 2x
datang ke Posyandu berturut-
Posyandu turut.
Menyediakan Meningkat Dengan Dialog Meningkatka Dialog - Orang tua Kader, Dokter (belum Posyandu
layanan nya adanya interaktif n interaktif yang balita Muda, Petugas dilakukan
konseling keinginan layanan seputar gizi pengetahuan dimaksud Kesehatan dengan
orang tua konseling ini balita. ibu dan adalah sesi Puskesmas alasan
untuk dapat meningkatkan tanya jawab akan
membawa membantu kesadaran ibu mengenai dilakukan
balita menjawab akan persoalan gizi di setiap
ditimbang semua pentingnya balita kegiatan
agar permasalaha gizi balita posyandu
dipantau n mengenai setelah
pertumbuh gizi balita kadar
annya yang mendapat
dihadapi pelatihan
oleh orang dan
tua sehingga pembekal
banyak an)

126
orang tua
yang
membawa
balita nya ke
posyandu

127
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Status gizi kurang dan gizi buruk pada balita diketahui dapat mempengaruhi
kesehatan serta tumbuh kembang balita. Anak tersebut akan lebih mudah terserang
penyakit serta mengalami keterlambatan dalam pertumubuhan dan pekembangan. Hal
ini akan berdampak sampai mereka usia dewasa dan menghasilkan SDM yang tidak
berkualitas. Untuk itu diperlukannya tindakan pencegaham sebelum hal tersebut
terjadi, salah satunya yaitu dengan melakukan kunjungan rutin ke Posyandu, sehingga
dapat diketahui status gizi balita tersebut dan segera dilakukan intervensi bila
mengalami gangguan.

Berdasarkan analisi masalah yang telah dilakukan penulis, upaya kesehatan


Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I yang dijadikan prioritas masalah adalah upaya
pembinaan gizi masyarakat. Secara spesifik mengenai partisipasi masyarakat dalam
peningkatan pencapaian balita yang ditimbang. Berdasarkan data yang kami
kumpulkan pada bulan Januari- Maret 2017 pencapaian tersebut sebesar 75%. Dalam
upaya peningkatan cakupan melalui metode problem solving, dilakukan analisa
terhadap penyebab masalah berdasarkan input, proses dan lingkungan. Penyebab
masalah berdasarkan input antara lain adalah minimnya SDM untuk melakukan
evaluasi terhadap ibu yang memiliki balita untuk melakukan penimbangan berat
badan, beban kerja pemegang program yang merangkap, tidak tersedia media promosi
yang menarik bagi Ibu/variasi acara dan kurang optimalnya penyuluhan serta
konseling. Apabila dari prosesnya yang perlu ditingkatkan adalah mengenai
pengawasan dan follow up terhadap ibu balita, mengenai perencanaan dan pemberian
informasi jadwal Posyandu . Pengetahuan masyarakat Kelurahan Pejaten Barat I perlu
ditingkatkan agar sadar dan mau berperan aktif dalam kegiatan penimbangan balita di
Posyandu.

Setelah ditetapkan penyebab masalah, dibuat beberapa beberapa alternatif


pemecahan masalah di atas. Kegiatan intervensi yang sudah dilakukan yaitu
penyuluhan mengenai gizi balita menggunakan media informasi dan promosi yang

128
menarik, konseling tumbuh kembang, pemantauan secara langsung dan wawancara
kepada ibu balita, dibentuk tim khusus untuk program gizi balita pembuatan grup
chat media sosial dan mengadakan pelatihan serta pembekalan pengetahuan kepada
kader posyandu . Hasil kegiatan tersebut yang signifikan adalah meningkatnya
partisipasi ibu balita untuk datang ke posyandu. Apabila terus dilakukan intervensi
dan evaluasi yang menyeluruh, diharapkan persentase D/S akan meningkat.

7.2 Saran

Bagi Puskesmas

- Mempromosikan program posyandu balita dengan penyuluhan terjadwal, pembagian


brosur atau leaflet yang menarik dan mudah dimengerti.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan pendataan terhadap ibu balita secara
menyeluruh, baik yang sudah berpartisipasi maupun belum sehingga akhirnya dapat
dilakukan penjaringan terhadap ibu balita yang belum berpartisipasi.
- Mengunjungi ibu balita yang tidak mau mengikuti program posyandu dan memberi
penjelasan menyeluruh tentang program posyandu.
- Melakukan koordinasi dengan pengurus wilayah (contoh: kader) untuk
memberitahukan mengenai kegiatan yang akan dilakukan 1 hari sebelum posyandu
dan di hari dilaksanakannya posyandu dengan cara membuat grup WA ataupun BBM
yang anggota grup terdiri dari pemegang program, kader posyandu dan ibu balita,
agar jadwal posyandu bisa di beritahukan melalui media grup sehingga kemungkinan
ibu balita untuk lupa atau yang tidak tau jadwal posyandu pada hari itu bisa
diminimalisir.
- Pembuatan jadwal posyandu berupa kalender dan di tempel di setiap posyandu
sehingga ibu balita dapat melihat dan mengetahui jadwal posyandu selanjutnya.
- Menggunakan alat timbangan dan alat pengukur tinggi badan yang lebih menarik
untuk anak-anak, diharapkan balita yang ikut posyandu tidak takut untuk datang ke
posyand

129
Bagi Masyarakat

- Meningkatkan kepedulian akan pentingnya untuk datang dan mengikuti program


posyandu
- Lebih aktif untuk bertanya kepada kader, tetangga mengenai jadwal posyandu.
- Mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai program posyandu yang diselenggarakan
petugas kesehatan.
- Memahami benar-benar setiap informasi mengenai program posyandu yang telah
disampaikan oleh petugas kesehatan.
- Menyampaikan informasi yang diketahui tentang program posyandu lansia kepada
keluarga, tetangga, dan orang-orang terdekat.

130
Tabel 45. Cakupan kegiatan 1 tahun

Upaya Indikator Cara Target Kegiatan Tujuan Rincian Kebutuhan Sasaran & Penanggung Waktu Lokasi
kegiatan Kerja Perhitung Kegiatan Anggaran target jawab & Pelaksan Pelaksana
an 3 6 9 12 & sumber sasaran kebutuhan aan an
pembiayaan sumber daya

Dibentuk tim Peningkata (Jumlah 75 77,5 82,5 85 Rapat Untuk Rapat untuk - Kepala Kepala September Puskesmas
khusus yang n cakupan bayi 0-59 pembentu meringa pembentukan program, puskesmas, 2017
berasal dari balita yang bulan yang kan Tim nkan tim khusus kader Kepala program
petugas, ditimbang ditimbang)/ pekerjaa yang terdiri puskesmas
kader (jumlah Pelatihan n dari kepala dan orang
Puskesmas bayi 0-59 dan petugas program, kader tua balita
serta bulan) x pembekal puskem puskesmas
melibatkan 100% an as yang serta orang tua
orang tua memilik balita.
balita. i
tanggun Pelatihan dan
g jawab pembekalan
rangkap mengenai
dan sistem
mening pencatatan dan
katkan pelaporan
mutu yang baik
serta
kinerja
petugas
gizi
Beban dibagi Peningkata Rapat Sehingg Rapat untuk - Petugas Dokter puskesmas September Puskesmas
kepada mutu dan untuk a pihak pembagian pelayanan 2017
masing- kinerja dari pembagia yang tugas kesehatan
masing SDM petugas n tugas memega di
yang ng puskesmas
bertanggun program
g jawab gizi
mengenai balita
gizi balita dapat
lebih
fokus

131
dalam
mengha
dapi
kendala
yang
ada

Mengadakan Setiap Pelatihan Mening Pelatihan Konsumsi Kader Dokter September Puskesmas
pelatihan dan kader dan katkan mengenai cara untuk posyandu Puskesmas, 2017
pembekalan posyandu pembekal pengeta membuat peserta Kepala program,
pengetahuan dapat an materi huan laporan yang penyuluhan dokter muda.
bagi kader melakukan dan baik dan
posyandu pencatatan keteram pembekalan
dan pilan pengetahuan
pelaporan kader mengenai gizi
dengan Posyand balita.
benar serta u
memiliki Sesi Tanya
pengetahua jawab
n yang
cukup
mengenai
gizi balita

132
Melakukan Peningkata Penyuluha Mening Penyuluhan Biaya untuk Orang tua Dokter September Posyandu
penyuluhan n n katkan dengan membuat balita puskesmas, dokter 2017
dengan pengetahua pengeta menggunakan media muda, kepala
membuat n dan huan berbagai penyuluhan program, kader
media kesadaran ibu media yang yang posyandu
informasi dan ibu tentang mengen menarik menarik
promosi gizi ai gizi seperti video,
berupa leaflet, balita leaflet, poster.
video yang dan Sesi Tanya
menarik di Peningkata penting jawab seputar
lingkungan n jumlah nya peyuluhan
masyarakat balita yang penimb
mengenai gizi ditimbang angan
dan tumbuh berat
kembang badan
anak serta
tumbuh
kemban
g balita
Membuat Peningkata Menyebar Sehingg Menyebarkan - Kepala Dokter puskesmas September -
grup chat WA n cakupan kan a semua informasi program, 2017
atau BBM balita yang informasi pemberi terkait kader
berisi ditimbang terkait taan kegiatan posyandu
pemegang kegiatan yang posyandu dan orang
program, ibu posyandu berkaita tua balita
kader, dan n
orang tua dengan
balita. kegiatan
posyand
u dapat
tersamp
aikan
dengan
baik

Pemantauan Meningkat Wawancar Mencari Wawancara Transportasi Orang tua Dokter September Rumah
secara nya jumlah a penyeba dengan cara untuk ke balita Puskesmas, 2017 orang tua
langsung dan D/S di b dan mendatangi rumah warga Kepala program, balita

133
wawancara Posyandu solusi rumah ibu satu per satu Dokter muda,
mendalam tersebut yang yang Kader puskesmas
mengak bersangkutan
ibatkan
rendahn
ya
partisip
asi ibu
balita
untuk
datang
ke
Posyand
u
Menyediakan Meningkat Dialog Mening Dialog - Orang tua Kader, Dokter September Posyandu
layanan nya interaktif katkan interaktif yang balita Muda, Petugas 2017
konseling keinginan seputar pengeta dimaksud Kesehatan
orang tua gizi balita. huan adalah sesi Puskesmas
untuk ibu dan tanya jawab
membawa mening mengenai
balita katkan persoalan gizi
ditimbang kesadar balita
agar an ibu
dipantau akan
pertumbuh penting
annya nya gizi
balita

134
LAMPIRAN 1

135
136
LAMPIRAN 2

Daftar tema pertanyaan wawancara mendalam (deep interview)

Nama : Pekerjaan: Pendidikan:

Usia Ibu : Usia Anak:

Tema 1 . Alasan ibu balita tidak membawa anaknya ke posyandu

Kenapa ibu tidak membawa anak ibu ke posyandu?

Tema 2. Pengetahuan ibu balita tentang penting nya posyandu dan gizi seimbang untuk balita

Apakah ibu mengetahui apa itu posyandu?


(probe = Apa saja yang dilakukan di posyandu? Menurut ibu apakah penting
dilakukan penimbangan balita diposyandu? Apakah ibu tau apa itu gizi seimbang?
Apakah tanda-randa gizi kurang pada balita?)

Tema 3. Usulan

Apakah ibu memiliki usulan mengenai kegiatan yang akan dilakukan di Posyandu?

137
LAMPIRAN 3

JAWABAN HASIL WAWANCARA

No Nama Usia Usia Pendidikan Status Alasan Pengetahuan Usulan


Ibu Ibu anak Ibu Pekerjaan
ibu
1. Ny. AA 18 th 36 SMP Bekerja saya tidak datang ke Posyandu posyandu penting mungkin lebih
bulan karena posyandu selalu diadakan dok untuk tahu untuk ke kadernya
pagi hari dan saat pagi saya harus perkembangan anak kali ya dok, kalo
membuat bakso untuk berjualan bikin jadwal tuh
jauh-jauh hari jangan
suka mendadak
2. Ny. I 26 th 24 SD Tidak saya sekarang di karawang dok, posyandu penting kurang banyak
bulan bekerja kemarin ikut orangtua makanya dok, untuk mainan buat anak
sering nimbang disini mengetahui tumbuh dok
kembang anak kita
3. Ny. D 21 th 48 SD Bekerja saya dan suami kerja dok, anak penting dok, soalnya jam posyandunya
bulan dititip ke orangtua saya dok kalo kita jadi tahu berat jangan kepagian
pagi, orangtua saya kalo jalan jauh badan sama tinggi dok
juga susah anak kita berapa,
sepertinya sih hanya
itu saja dok yang saya
tahu mengenai
pentingnya dilakukan
penimbangan dan
pengukuran tinggi
badan. Emangnya ada
yang lain ya dok?
4. Ny. NS 31 th 56 SMA Tidak anak saya ada banyak dok, kalo Penting dok, biar tau Diadainnya siang
bulan bekerja pagi saya ribet anter yang ke anaknya sehat apa atau sore aja kali ya
sekolah, yang kecil kan jadi ngikut nggak dok jam pulang
138
kemana-mana sekolah
5. Ny. T 23 th 28 SD Tidak saya dateng kok dok cuman ya ga Penting lah ya dok, Gak ada sih dok,
bulan bekerja bisa rutin tiap bulan, datengnya pas kan buat tau udah cukup menurut
lagi bisa aja perkembangan anak saya dok
juga

6. Ny. W 22 th 34 SMA Tidak saya suka pulang kampung dok, penting dok,supaya Mungkin makanan
bulan bekerja jadi saya gak bisa datang ke kita tahu nya ditambah kali ya
posyandu. perkembangan anak dok soalnya
kita biasanya cuma dapet
satu macam
7. Ny. L 25 th 40 SD Tidak saya capek dok tiap dateng penting dok untuk mungkin kadernya
bulan bekerja dibilangnya anak saya kurus banget, tau kesehatan anak lebih baik lagi dalam
dikasih makan apa sih. Kan saya menyampaikan atau
kesel dok dikiranya saya gak bisa kasih taunya jangan
urus anak bikin orang sakit
hati
8. Ny. M 17 th 56 SMP Tidak Saya sering lupa jadwal posyandu Perlu lah dok, biar Bikin jadwal gitu
bulan bekerja dok, soalnya kan tiap bulan selalu tau berat anaknya kali ya dok, trus di
ganti-ganti tanggal berapa. tempel di posyandu
biar kita bisa foto
jadi gak lupa lagi.
Buat tempat
posyandu nya
menarik buat anak-
anak dok
9. Ny. 22 th 48 SD Tidak Anak saya masih tidur dok, tapi Penting dok untuk Ditambah
MA bulan bekerja kadang saya juga males dok, kan tahu tumbuh timbangannya dok
belum beres beres rumah dok kembang anak kita biar gak ngantri dan
lama, kan anaknya
jadi pada rewel dan
nangis karena

139
kelamaan
10. Ny. H 21 th 58 SD Tidak Anak saya banyak dok dan masih Penting banget dok Sudah cukup sih ya
bulan bekerja kecil-kecil, ribet dok. Lagipula jalan Cuma ya kerjaan saya dok menurut saya
ke posyandunya lumayan jauh dari banyak dok
tempat saya
11. Ny.Y 25 th 20 SD Tidak Dikasih tau tanggal posyandunya Penting dok, supaya Kalo bisa tanggal
bulan bekerja nggak jauh-jauh hari dok, kan saya kita tahu berat nya yang pasti dan
juga ada acara badannya bagus atau jangan mepet-mepet
tidak kasih taunya
12. Ny. D 23 th 37 SD Bekerja Saya dagang dok di kantin SD situ, Penting kok dok Mulainya siang
bulan anak saya bawa posyandu, trus biar atau sore aja gitu
tau juga kan ya berat habis pada kerja kan
sama tinggi badan enak jadi bisa
anaknya udah bagus dateng
apa belum.
13. Ny. AA 22 th 34 SD Tidak saya datang ke posyandu kalo lagi Penting sih dok Apa ya dok, udah
bulan bekerja sempat dan gak males aja dok, ga untuk tahu bagus sih menurut
rutin tiap bulan. perkembangan anak saya dok
bagaimana dan
anaknya sakit atau
nggak
14. Ny. I 16 th 6 SMA Tidak Saya tidak pernah datang ke Posyandu penting kurang banyak
bulan bekerja Posyandu dokter soalnya saya sibuk dok, untuk makanannya dok,
kalau pagi, harus bantu suami saya mengetahui tumbuh sama kurang hiburan
kerja, belum lagi harus ngerjain kembang anak kita anak biar anak kita
pekerjaan rumah dokter. mau ke posyandu
15. Ny. ER 33 th 42 SMA Bekerja Saya kerja shift malem dok, jadi Penting sekali dok Mungkin makanan
bulan kalo pagi ya suka ketiduran gitu untuk tahu aja sih dok
capek jadi ga bisa anter anak ke perkembangan anak ditambahin soalnya
posyandu kadang suka gak
kebagian kalo emang
lagi rame banget

140
16. Ny. W 24 th 47 SMA Bekerja Saya dagang dok dirumah, buka Penting biar tahu Timbangannya
bulan warung. Jadi gak bisa ditinggal anaknya sehat apa ditambah biar gak
warungnya nggak dok usah antre
17. Ny. L 21 th 26 SD Tidak Rumah saya jauh dok dari kantor Posyandu bagus dok Jadwal
bulan bekerja RW tempat posyandu diadan, capek biar tahu anaknya posyandunya lebih
dok jalan kesitunya pertumbuhan nya jelas dan dikasih
udah bagus apa taunya jangan
belum mendadak
18. Ny. DS 28 th 38 SMA Bekerja Saya seringnya gak tahu jadwal Penting banget dok Bikin grup
bulan terus dok terus memang saya juga biar tahu anaknya whatsapp atau BBM
kerja sih dok tiap bulan gitu dok biar semua
perkembangannya tahu jadwal
gimana posyandu kalo Cuma
mulut ke mulut kan
susah ya dok
19. Ny. Z 22 th 29 SD Tidak Anak saya suka susah dok bangun Sebenernya penting Mainan untuk anak
bulan bekerja paginya tiap mau dibawa kesitu sih dok biar tahu diperbanyak, biar
rewel anaknya sehat apa anak ga rewel
nggak sembari nunggu
waktu ditimbang
20. Ny. NN 23 th 23 SMA Tidak Saya kadang suka ga dapet info Posyandu penting Jadwal
bulan bekerja posyandu nya tanggal berapa dok banget untuk tahu posyandunya jangan
anak sehat apa nggak ganti-ganti tiap
dan pertumbuhan nya bulan harus jelas tiap
sesuai usia apa nggak minggu ke berapa
dok
21. Ny. AS 27 th 30 SMA Bekerja Saya kerja dok bantu suami jualan. Penting dok untuk Posyandu nya
bulan Anak saya titip sama tetangga. tahu tumbuh dibikin hari minggu
kembang anak kita kek gitu dok biar
saya bisa dateng.
22. Ny. SW 28 th 32 SMP Tidak Saya udah beberapa kali pindah Penting biar tahu Sudah bagus sih
bulan bekerja kontrakan dok, jadi sibuk gitu beres- perkembangannya dok menurut saya

141
beres sesuai usia apa gak
dok
23. Ny.G 29 th 15 SMA Bekerja Saya males dateng dok karena pasti Posyandu penting Timbangannya
bulan antre dok sedangkan saya dirumah dok buat ukur tinggi diperbanyak dok biar
ada warung yang harus dijagain badan sm berat badan gak antre gitu
kan. anak tiap bulan terus
dikasih vitamin juga
24. Ny. P 27 th 18 SMP Bekerja Saya dan suami kerja dok, anak Penting untuk Mungkin ibu
bulan diasuh sama keponakan mengetahui anak kadernya yang deket
sehat atau tidak dok rumah saya bisa gitu
dari tinggi dan berat dok dateng mampir
badannya untuk ukur tinggi
sama berat anak
saya

142
LAMPIRAN 4

143
144
145
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengaruh Kinerja Kader Posyandu terhadap Kepatuhan Ibu Balita untuk Menimbang di
Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. Available at
http://eprints.ung.ac.id/12181/2/2015-1-1-14201-841411013-bab1-26072015093318.pdf.
Accesed on april 20th 2017
2. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010
2014. http://www.gizikia.depkes.go.id/terbitan/rencana-aksi-pembinaan-gizi-masyarakat-
rapgm-tahun-2010-2014/?print=pdf
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Tabel Riskesdas
2015. Jakarta; Available from:
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2015.pdf. Accesed on
April 20th 2017
4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Data/informasi kesehatan provinsi DKI
Jakarta. Jakarta:2012.
5. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H. Ranuh ING, Wiradisuria S Eds. Tumbuh
kembang anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:Sagung Seto; 2002.
6. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk: Buku I. Cetakatan
ke 7. Jakarta:2013.
7. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42703/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=D6A8C9F2DD59958079EB597F49584742?sequence=4. Accesed on
April 20th 2017

146

Anda mungkin juga menyukai