Evaluasi Terhadap Kinerja Perkerasan Rigid Pavement Di Kec. Ka Vivi
Evaluasi Terhadap Kinerja Perkerasan Rigid Pavement Di Kec. Ka Vivi
Evaluasi Terhadap Kinerja Perkerasan Rigid Pavement Di Kec. Ka Vivi
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
i
3.2.3. Metode Analisis Data ............................................................................... 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kualitas dan kuantitas jalan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
Index (PSI) dan Indeks Kondisi Jalan atau Road Condition Index (RCI).
memadai, baik rutin maupun berkala akan dapat mengakibatkan kerusakan yang
besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya. Kerusakan
jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalahan yang
sangat komplek dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi
1
Kerusakan-kerusakan jalan yang terjadi tentu akan berpengaruh pada
keamanan dan kenyamanan pemakai jalan. Oleh sebab itu penanganan konstruksi
ruas jalan tersebut telah diketahui. Secara umum kerusakan jalan dapat
disebabkan karena umur rencana jalan yang telah dilewati, genangan air pada
permukaan jalan yang tidak dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik,
beban lalu lintas yang berlebihan (overloaded) yang menyebabkan umur pakai
lalulintas pada ruas jalan tersebut dari tahun ketahun, mengakibatkan menurunnya
kemampuan jalan untuk menerima beban di atasnya. Hal ini dapat dilihat dari
adanya beberapa kerusakan seperti retak-retak, gelombang, ataupun aus pada jalan
tersebut, sehingga tingkat pelayanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan menjadi
sesuai dengan bertambahnya umur. Namun, jalan-jalan raya saat ini mengalami
kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek (kerusakan dini) baik jalan
yang baru dibangun maupun jalan yang baru diperbaiki. Untuk menjaga agar
kondisi jalan tetap pada performa yang layak dalam melayani berbagai moda
2
tersebut apakah masih dalam kondisi yang baik atau perlu adanya program
Dari tinjauan tersebut diatas maka penulis melakukan kajian dengan judul
Provinsi Gorontalo
2. Analisis dilakukan pada bagian ruas jalan di Kec. Pulubala berdasarkan data di
lapangan
3. Analisis dilakukan berdasarkan data kerusakan jalan pada bulan Mei Juli
Tahun 2017
Provinsi Gorontalo
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Nama /
Pembuatan
4
Tohudan Bina Marga dan alternatif sampai 1 + 250
index), kerusakan
membandingkan permukaan
(6,63%),
butiran lepas
(100%)
2. Hasil
analisis
Metode Bina
Marga
mempunyai
hasil yaitu UP
=3
(dimasukkan
dalam program
peningkatan
5
jalan).
Sedangkan
Metode PCI
mempunyai
tingkatan
kerusakan
sebesar 2,66 (
jalan
dikategorikan
gagal ).
3.Perbandingan
metode Bina
Marga dan
metode PCI
ialah terletak
pada
perhitungan
LHR yang
digunakan
Bina Marga
serta
pemakaian
grafik tiap
jenis kerusakan
sesuai hasil
6
akhir, kedua
metode ini
mempunyai
rekomendasi
penanganan
yang
cenderung
sama.
4. Jenis
pemeliharaan
yang dapat
dilakukan pada
meningkatkan
pelayanan dan
kelayakan
secara
struktural dan
fungsional
adalah berupa
rekonstruksi
dengan metode
CTRB
(Cement
Treated
Recycling
Base).
7
2 I Wayan Evaluasi 1.Mencari penyebab 1.Retak yang
dukung tanah
sebelum
dilakukan
instalasi box
culvert.
3.Keausan
pada
permukaan
beton
diakibatan oleh
mutu beton
yang tidak
sesuai
spesifikasi
beton untuk
perkerasan
jalan rigid.
8
3 A Andi Analisa Faktor Adapun tujuan Dalam 1. Perencanaan
umur pengendalian
risiko. Stakeholder
yang
tidak
kooperatif.
2.Produktivitas
tenaga kerja
rendah
3. Material
yang tidak
sesuai spek,
Cuaca
yang ekstrim,
dan
Manajement
9
proyek
yang kurang
kompetent.
4.Produktivitas
peralatan yang
rendah
10
BojonegaraSerdang Perkerasan menggunakan
Pavement) mm dengan
No. jarak 30 cm
10/T/BNKT/ 2. Hasil
1991 identifikasi
kerusakan pada
Jalan Raya
Bojonegara
Serdang KM 2
yaitu retak
memanjang
197,72 m
(5,58%), retak
melintang
63,64 m (1,80
%), retak
diagonal 80,48
m (2,27%),
gompal
40,76m
(1,15%), blow
up 95,99 m
(2,71%),
lubang 165,93
m (4,68 %),
retak berkelok
11
291,39 m
(8,23%),
penurunan
201,08 m
(5,68%), punch
out 1984,45
(56,02%), retak
sudut 65,4 m
(1,85%),
tambalan
355,84 m
(10,04 %)
2.1.1.Perbedaan Penelitian
berbeda dan metode analisis yang digunakanjuga berbeda. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode PCI (Pavement Condition Index)
2.2.1.Pengelompokkan Jalan
jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus
1. Jalan Umum
12
a. Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
1) Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
kawasan perkotaan.
2. Jalan Khusus
Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka
3. Jalan Arteri
Jalan arteri menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan yangmelayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinggi, dan
Jalan arteri dibagi menjadi dua yaitu jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder :
13
Jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) menghubungkan secara
berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional
Karakteristik jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah
sebagai berikut :
3) Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang
4) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas,
marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
5) Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan
6) Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya
7) Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat
dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat
(frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda,
becak, dll)
Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang
melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-
14
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan jalan arteri
Karakteristik Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah
sebagai berikut :
dengan kawasan sekunder kedua, dan jalan arteri atau kolektor primer dengan
4) Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
5) Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat
4. Jalan Kolektor
Menurut Ditjen Bina Marga (1997), jalan kolektor merupakan jalan umum
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Jalan kolektor dibagi menjadi dua jalan kolektor primer dan jalankolektor
sekunder :
15
a. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang
kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala
kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
Karakteristik jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah
sebagai berikut :
1) Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar
kota.
2) Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri
primer.
Jalan kolektor sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan
16
2) Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
3) Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
4) Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di
daerah pemukiman.
7) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari sistem
5. Jalan Lokal
Jalan lokal menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan umum yang
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan
lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.
sebagai berikut :
1) Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
17
3) Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
4) Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
6) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem
primer
Karakteristik jalan lokal sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah
sebagai berikut :
3) Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
4) Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan
18
2.2.2.Perkerasan Rigid (kaku) Jalan Raya
Perkerasan Rigid (beton semen) adalah struktur yang terdiri atas pelat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau
menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar,
tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Meskipun pembangunan awal jalan
dengan perkerasan rigid memerlukan biaya yang jauh lebih besar dari jalan
flexible (aspal), tetapi jalan beton memiliki beberapa keunggulan sehingga dalam
jangka panjang menjadi jeuh lebih ekonomis. Salah satu keunggulan jalan dengan
(overlay) seperti jalan dengan perkerasan flexible (aspal). Keunggulan ini akan
3. Dilatasi harus dipelihara secara berkala sehingga lapisan silent yang ada tetap
kedap air.
daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yang
19
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
b. Digunakan pada jalan yang mempunyai lalu lintas dan beban muatan
tinggi.
bawahnya.
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas
jalan tertentu pada periode waktu tertentu, dimana perhitungan volume lalu lintas
20
a. Light Vehicle (Kendaraan Ringan), yaitu semua kendaraan bermotor beroda
empat, meliputi : jenis sedan (mobil pribadi), angkot, bus mini, pick-up/box
lebih dari empat, meliputi : bus besar, truk 2 sumbu, truk 3 sumbu, trailer dan
truk gandeng.
bermotor seperti becak, gerobak dll (dimana pejalan kaki tidak termasuk
kelompok ini).
2.2.4.Kegagalan Perkerasan
menjadi terganggu.
21
dilakukan perbaikan yang lebih dari 15 mm, maka kemungkinan terjadinya
1. Beban lalu lintas yang berlebihan, kondisi tanah dasar yang tidak stabil;
pondasi.
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut
dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang
pelapisan non structural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk
perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan
jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis
karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan
22
Umumnya perkerasan jalan diinginkan berumur sangat panjang. Hanya
sayangnya, hal ini tidak pernah terjadi, dan sering terjadi kerusakan pada waktu
yang sangat cepat setelah jalan tersebut selesai dibangun. Perkerasan jalan
dibangun dengan maksud untuk mengurangi tegangan yang berlebihan pada tanah
dasar yang berada di bawah struktur perkerasan. Untuk itu, dibutuhkan bahan
yang diletakkan di atas tanah dasar guna menyebarkan tekanan roda kendaraan
2) Volume kendaraan (terutama untuk kendaraan berat) lebih tinggi dari yang
diperkirakan.
1) Retak setempat, yaitu retak yang tidak mencapai bagian bawah dari
slab.
23
tanah dan patahan pada sambungan slab, atau retak-retak.
dibagi menjadi :
menjadi kasar.
oleh gesekan-gesekan.
b. Kerusakan struktur.
a) Jembul (Blow up), yaitu keadaan dimana slab menjadi tertekuk dan
24
Tabel 2.2 Klasifikasi dan penyebab kerusakan perkerasan kaku (rigid pavement)
Klasifikasi
Penyebab Utama
Kerusakan disebabkan karakteristik permukaan
- Susunan sambungan
sempurna
memadai
- Perbedaan penurunan
tanah dasar
- Konsentrasi tegangan
25
Patahan (faulting) Tidak teraturnya - Pemadatan tanah dasar
- Pemompaan (pumping)
memanjang sempurna
- Kurangnya daya
- Perbedaan penurunan
tanah dasar
(scaling) lunak
- Pelaksanaan yang
kurang
usang, mengeras,
26
melunak, menyusut
adukan
kurang baik
dasar slab
- Perbedaan letak
permukaan tanah
kurang baik
27
atas
tepat
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Survey Lapangan
Pengumpulan Data
Selesai
29
3.2 Analisis Data
Data yang diperlukan untuk menunjang kevalidan penelitian ini terdiri atas.
penampang melintang daerah studi yang meliputi panjang jalan, lebar jalan,
a. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Balai Jalan Gorontalo. Data yang dibutuhkan antara
lain panjang jalan, lebar jalan, jumlah ruas, median, jumlah lajur jalan dan
kelengkapan jalan.
b. Data Primer
Metode analisis yang dipakai adalah metode Pavement Condition Index (PCI)
yaitu dengan menilai kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat dan luas
30
kerusakan yang terjadi, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha
pemeliharaan.
1. Form Penelitian
2. Alat Tulis
4. Hand Counter
5. Penanda
Penelitian ini dilaksanakan dan diselesaikan pada semester genap tahun ajaran
Waktu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survey Lokasi
1
Penelitian
31
2 Kajian Pustaka
3 Penyusunan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Penelitian Lapangan
Seminar Hasil
6
Penelitian
Revisi Hasil
7
Penelitian
32