Evaluasi Terhadap Kinerja Perkerasan Rigid Pavement Di Kec. Ka Vivi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Evaluasi Kinerja Perkerasan Jalan Pada Rigid Pavement Di Kec.

Pulubala Provinsi Gorontalo

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik

Disusun Oleh :

VIVI PRATIWI DANGKUA


NIM : 5114 12 031

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.1 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3

1.3 Batasan Masalah .................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................. 4

2.1 Keaslian Penelitian................................................................................................. 4

2.1.1. Perbedaan Penelitian ................................................................................ 12

2.2 Dasar Teori .......................................................................................................... 12

2.2.1. Klasifikasi Jalan Raya ..................................Error! Bookmark not defined.

2.2.2. Perkerasan Rigid (kaku) Jalan Raya ......................................................... 19

2.2.3. Volume Lalulintas Harian Rata-rata ......................................................... 20

2.2.4. Kegagalan Perkerasan .............................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 29

3.1 Bagan Alir Penelitian ........................................................................................... 29

3.2 Analisis Data ........................................................................................................ 30

3.2.1. Data yang Diperlukan ............................................................................... 30

3.2.2. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 30

i
3.2.3. Metode Analisis Data ............................................................................... 30

3.3 Lokasi Penelitian.................................................................................................. 31

3.4 Peralatan Penelitian.............................................................................................. 31

3.5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana dalam mendukung laju perekonomian serta

berperan sangat besar dalam kemajuan dan perkembangan suatu daerah.

Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang sangat membutuhkan

kualitas dan kuantitas jalan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat untuk

melakukan berbagai jenis kegiatan perekonomian baik itu aksesibilitas maupun

perpindahan barang dan jasa.

Kinerja perkerasan meliputi struktural (structural performance) maupun

fungsional (fungsional performance). Kinerja perkerasan secara struktural

meliputi keamanan atau kekuatan perkerasan, sedangkan kinerja perkerasan secara

fungsional dinyatakan dengan Indeks Permukaan (IP) atau Present Serviceability

Index (PSI) dan Indeks Kondisi Jalan atau Road Condition Index (RCI).

Dengan perencanaan konstruksi jalan tanpa pemeliharaan jalan secara

memadai, baik rutin maupun berkala akan dapat mengakibatkan kerusakan yang

besar pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya. Kerusakan

jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalahan yang

sangat komplek dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi

pengguna jalan, seperti terjadinya waktu tempuh yang lama, kemacetan,

kecelakaan lalu-lintas, dan lain-lain. Kerugian secara individu tersebut akan

menjadi akumulasi kerugian ekonomi global bagi daerah tersebut.

1
Kerusakan-kerusakan jalan yang terjadi tentu akan berpengaruh pada

keamanan dan kenyamanan pemakai jalan. Oleh sebab itu penanganan konstruksi

perkerasan baik yang bersifat pemeliharaan, peningkatan atau rehabilitasi akan

dapat dilakukan secara optimal apabila faktor-faktor penyebab kerusakan pada

ruas jalan tersebut telah diketahui. Secara umum kerusakan jalan dapat

disebabkan karena umur rencana jalan yang telah dilewati, genangan air pada

permukaan jalan yang tidak dapat mengalir akibat drainase yang kurang baik,

beban lalu lintas yang berlebihan (overloaded) yang menyebabkan umur pakai

jalan lebih pendek dari perencanaan.

Ruas jalan Pulubala, dikategorikan jalan yang sangat ramai lalulintasnya,

karena jalan tersebut merupakan jalan yang menghubungkan antara Provinsi

Gorontalo dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Adanya peningkatan volume

lalulintas pada ruas jalan tersebut dari tahun ketahun, mengakibatkan menurunnya

kemampuan jalan untuk menerima beban di atasnya. Hal ini dapat dilihat dari

adanya beberapa kerusakan seperti retak-retak, gelombang, ataupun aus pada jalan

tersebut, sehingga tingkat pelayanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan menjadi

menurun. Pada dasarnya jalan akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya

sesuai dengan bertambahnya umur. Namun, jalan-jalan raya saat ini mengalami

kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek (kerusakan dini) baik jalan

yang baru dibangun maupun jalan yang baru diperbaiki. Untuk menjaga agar

kondisi jalan tetap pada performa yang layak dalam melayani berbagai moda

transportasi perlu adanya evaluasi permukaan jalan untuk mengetahui jalan

2
tersebut apakah masih dalam kondisi yang baik atau perlu adanya program

peningkatan pemeliharaan rutin atau pemeliharaan berkala.

Dari tinjauan tersebut diatas maka penulis melakukan kajian dengan judul

Evaluasi Kinerja Perkerasan Jalan Pada Rigid Pavement Di Kec. Pulubala

Provinsi Gorontalo

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu.

1. Bagaimana mengevaluasi kinerja perkerasan jalan pada rigid pavement di

Kec. Pulubala Provinsi Gorontalo

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu

1. Lokasi penelitian berada di Kec. Pulubala, Provinsi Gorontalo

2. Analisis dilakukan pada bagian ruas jalan di Kec. Pulubala berdasarkan data di

lapangan

3. Analisis dilakukan berdasarkan data kerusakan jalan pada bulan Mei Juli

Tahun 2017

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi kinerja perkerasan jalan pada rigid pavement di Kec. Pulubala

Provinsi Gorontalo

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keaslian Penelitian

Penelitiaan mengenai kerusakan jalan yang pernah dilakuakan peneliti

peneliti sebelumnya, dari kepustakaan diketahui beberpa penulis yang telah

melakukan penelitian yaitu Adapun penelitian-penelitian sebelumnya ditunjukkan

tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama /

No Tahun Judul Tujuan Metode Kesimpulan

Pembuatan

1 Mochamad Evaluasi Penelitian ini Metode yang Dari hasil

Rondi Perkerasan Jalan mempunyai tujuan dipakai pada survei dan

(2015) Menurut Metode yaitu mengetahui penelitian ini pembahasan

Bina Marga Dan jenis-jenis kerusakan adalah maka dapat

Metode Pci permukaan jalan metode PCI diambil

(Pavement yang ada pada Jalan dan metode kesimpulan

Condition Index) Danliris Blulukan- Bina Marga sebagai

Serta Alternatif Tohudan, Colomadu untuk menilai berikut:

Penangananya Karanganyar, kondisi 1. Jalan

(Studi mengetahui tingkat kerusakan Danliris

Kasus:Ruas Jalan kerusakan yang ada Blulukan-

Danliris permukaan jalan serta Tohudan dari

Blulukan- berdasarkan metode memberikan STA 0 + 000

4
Tohudan Bina Marga dan alternatif sampai 1 + 250

Colomadu metode PCI penangaanan mempunyai

Karanganyar) (pavement condition yang sesuai. beberapa jenis

index), kerusakan

membandingkan permukaan

metode dan hasil dari yaitu lubang

kedua metode (2,98%),

tersebut dan Tambalan

melakukan (0,67%), retak

penanganan kulit buaya

pekerjaan perbaikan (1,19%), retak

kerusakan jalan memanjang

berdasarkan metode (0,01%),

Bina Marga (1995). amblas

(6,63%),

butiran lepas

(100%)

2. Hasil

analisis

Metode Bina

Marga

mempunyai

hasil yaitu UP

=3

(dimasukkan

dalam program

peningkatan

5
jalan).

Sedangkan

Metode PCI

mempunyai

hasil yaitu nilai

tingkatan

kerusakan

sebesar 2,66 (

jalan

dikategorikan

gagal ).

3.Perbandingan

metode Bina

Marga dan

metode PCI

ialah terletak

pada

perhitungan

LHR yang

digunakan

Bina Marga

serta

pemakaian

grafik tiap

jenis kerusakan

pada PCI. dan

sesuai hasil

6
akhir, kedua

metode ini

mempunyai

rekomendasi

penanganan

yang

cenderung

sama.

4. Jenis

pemeliharaan

yang dapat

dilakukan pada

jalan ini untuk

meningkatkan

pelayanan dan

kelayakan

secara

struktural dan

fungsional

adalah berupa

rekonstruksi

dengan metode

CTRB

(Cement

Treated

Recycling

Base).

7
2 I Wayan Evaluasi 1.Mencari penyebab 1.Retak yang

Wiraga dkk Terhadap Kinerja retak dan terjadi akibat

(2014) Perkerasan Rigid kerusakan/hilangnya penurunan

Pada tekstur permukaan pada box

Persimpangan perkerasan rigid pada Culvert.

Dewa Ruci persimpangan Dewa 2. Penurunan

(Underpass) Ruci . 2.Mencari box culver

Jalan Ngurah Rai solusi agar kinerja terjadi akibat

perkerasan dapat tidak adanya

dipertahankan. perbaikan daya

dukung tanah

sebelum

dilakukan

instalasi box

culvert.

3.Keausan

pada

permukaan

beton

diakibatan oleh

mutu beton

yang tidak

sesuai

spesifikasi

beton untuk

perkerasan

jalan rigid.

8
3 A Andi Analisa Faktor Adapun tujuan Dalam 1. Perencanaan

Tjandra Penurunan observasi ini penelitian ini yang kurang

(2014) Kualitasproyek bertujuan untuk digunakan cermat,

Jalan (Studi mengetahui analisa Metode

Kasus; Proyek penyebab deskriptif dan pelaksanaan

Pembangunan penyebab tejadinya Analisa risiko yang kurang

Jalan kerusakan tepat,

Bojonegoro) jalan paving yang Pengawasan

belum mencapai dan

umur pengendalian

rencana (penurunan yang

kualitas) ditinjau dari kurang akurat,

aspek manajemen dan

risiko. Stakeholder

yang

tidak

kooperatif.

2.Produktivitas

tenaga kerja

rendah

3. Material

yang tidak

sesuai spek,

Cuaca

yang ekstrim,

dan

Manajement

9
proyek

yang kurang

kompetent.

4.Produktivitas

peralatan yang

rendah

4. Rindu Twidi Analisis Penelitian ini Penelitian 1. Berdasarkan

Bethary, dkk Kerusakan Dan bertujuan untuk analisa perhitungan

(2015) Perencanaan merencanakan kerusakan tebal

Tebal Perkerasan perkerasan kaku dan perkerasan

Jalan Kaku bersambung dengan perencanaan kaku Jalan

Dengan Metode tulangan tebal Raya

Bina Marga 2003 menggunakan perkerasan Bojonegara 2

(StudiKasus: Jl. metode Bina Marga dilakukan dengan

RayaBojonegara 2003 dan dengan menggunakan

SerdangKM2) mengidentifikasi menggunakan metode Bina

persentase kerusakan Metode Bina Marga 2003,

yang terjadi serta Marga 2003 maka didapat

mengetahui metode sedangkan lapis dengan

perbaikan yang untuk metode tebal 12,5 cm,

disarankan dengan perbaikan dan tebal lapis

metode Tata Cara kerusakan perkerasan

Pemeliharaan jalan sebesar 25 cm

Perkerasan Kaku menggunakan dengan

(RigidPavement) Metode Tata tulangan

No.10/T/BNKT/1991 Cara memanjang

pada Jalan Raya Pemeliharaan dan melintang

10
BojonegaraSerdang Perkerasan menggunakan

KM2. Kaku (Rigid diameter 12

Pavement) mm dengan

No. jarak 30 cm

10/T/BNKT/ 2. Hasil

1991 identifikasi

kerusakan pada

Jalan Raya

Bojonegara

Serdang KM 2

yaitu retak

memanjang

197,72 m

(5,58%), retak

melintang

63,64 m (1,80

%), retak

diagonal 80,48

m (2,27%),

gompal

40,76m

(1,15%), blow

up 95,99 m

(2,71%),

lubang 165,93

m (4,68 %),

retak berkelok

11
291,39 m

(8,23%),

penurunan

201,08 m

(5,68%), punch

out 1984,45

(56,02%), retak

sudut 65,4 m

(1,85%),

tambalan

355,84 m

(10,04 %)

2.1.1.Perbedaan Penelitian

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

akan dilakukan ini mengacu pada penelitian sebelumnya, namun lokasinya

berbeda dan metode analisis yang digunakanjuga berbeda. Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode PCI (Pavement Condition Index)

2.2 Dasar Teori

2.2.1.Pengelompokkan Jalan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang jalan,

jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus

1. Jalan Umum

Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.

12
a. Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem

jaringan jalan sekunder.

1) Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan

pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di

tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan.

2) Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam

kawasan perkotaan.

b. Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan

kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

2. Jalan Khusus

Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka

distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

3. Jalan Arteri

Jalan arteri menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan yangmelayani

angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara efisien.

Jalan arteri dibagi menjadi dua yaitu jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder :

a. Jalan Arteri Primer

13
Jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) menghubungkan secara

berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional

dengan pusat kegiatan wilayah.

Karakteristik jalan arteri primer menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah

sebagai berikut :

1) Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

(enam puluh) kilometer per jam (km/h).

2) Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.

3) Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang

sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.

4) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas,

marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.

5) Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan

kendaraan lambat lainnya.

6) Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya

dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik).

7) Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat

dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat

(frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda,

becak, dll)

b. Jalan Arteri Sekunder.

Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang

melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-

14
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan

jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan jalan arteri

sekunder juga disebut sebagai jalan protokol.

Karakteristik Jalan arteri sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah

sebagai berikut :

1) Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan kawasan

sekunder kesatu, antar kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu

dengan kawasan sekunder kedua, dan jalan arteri atau kolektor primer dengan

kawasan sekunder kesatu.

2) Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

30 (tiga puluh) km per jam.

3) Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.

4) Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.

5) Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat

diizinkan melalui jalan ini.

4. Jalan Kolektor

Menurut Ditjen Bina Marga (1997), jalan kolektor merupakan jalan umum

yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri

perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk

dibatasi.

Jalan kolektor dibagi menjadi dua jalan kolektor primer dan jalankolektor

sekunder :

15
a. Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang

dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota- kota antar pusat

kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala

kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

Karakteristik jalan kolektor primer menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah

sebagai berikut :

1) Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar

kota.

2) Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri

primer.

3) Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

40 (empat puluh) km per jam.

4) Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.

b. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1997) adalah jalan yang

melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak

sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan

peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Karakteristik jalan kolektor sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990)

adalah sebagai berikut :

1) Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder kedua,

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

16
2) Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 20 (dua puluh) km per jam.

3) Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.

4) Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di

daerah pemukiman.

5) Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.

6) Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.

7) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari sistem

primer dan arteri sekunder.

5. Jalan Lokal

Jalan lokal menurut Ditjen Bina Marga (1997) merupakan jalan umum yang

berfungsi melayani angkutan setempat dengan cirri perjalanan jarak dekat,

kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

a. Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan

lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.

Karakteristik Jalan lokal primer menurutDitjen Bina Marga (1990) adalah

sebagai berikut :

1) Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.

2) Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer.

17
3) Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

(dua puluh) km per jam.

4) Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.

5) Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 (enam) meter.

6) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem

primer

b. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan

perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder

ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Karakteristik jalan lokal sekunder menurut Ditjen Bina Marga (1990) adalah

sebagai berikut :

1) Jalan lokal sekunder menghubungkan : antar kawasan sekunder ketiga atau

dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan.

2) Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10

(sepuluh) km per jam.

3) Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.

4) Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan

ini di daerah pemukiman.

5) Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah

dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.

18
2.2.2.Perkerasan Rigid (kaku) Jalan Raya

1. Definisi Perkerasan Rigid Jalan raya

Perkerasan Rigid (beton semen) adalah struktur yang terdiri atas pelat beton

semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau

menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar,

tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Meskipun pembangunan awal jalan

dengan perkerasan rigid memerlukan biaya yang jauh lebih besar dari jalan

flexible (aspal), tetapi jalan beton memiliki beberapa keunggulan sehingga dalam

jangka panjang menjadi jeuh lebih ekonomis. Salah satu keunggulan jalan dengan

perkerasan rigid/beton adalah karena tidak memerlukan pemeliharaan rutin

(overlay) seperti jalan dengan perkerasan flexible (aspal). Keunggulan ini akan

dapat diberikan oleh jalan rigid apabila memenuhi beberapa persyaratan.

Persyaratan tersebut benar-benar harus dilaksanakan dengan kontrol yang ketat

seuhingga performa jalan sesuai dengan yang diharapkan dan memiliki

keunggulan seperti yang disebutkan di atas. Persyaratan tersebut antara lain.

1. Jalan harus dirancang dengan mutu beton yang tinggi

2. Perkerasan harus dibangun diatas lapisan subgrade yang stabil

3. Dilatasi harus dipelihara secara berkala sehingga lapisan silent yang ada tetap

kedap air.

Keunggulan lain dari perkerasan kaku dibanding perkerasan lentur (asphalt)

adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan kaku

karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban pada

daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yang

19
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat

dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak

sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.

2. Kriteria Perkerasan Rigid Jalan Raya

a. Bersifat kaku karena yang digunakan sebagai perkerasan dari beton.

b. Digunakan pada jalan yang mempunyai lalu lintas dan beban muatan

tinggi.

c. Kekuatan beton sebagai dasar perhitungan tebal perkerasan.

d. Usia rencana bisa lebih 20 tahun.

Syarat-syarat kekuatan / struktural

a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/ muatan lalu

lintas ke tanah dasar.

b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan

bawahnya.

c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di

atasnya dapat cepat dialirkan.

d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan

deformasi yang bearti.

2.2.3.Volume Lalulintas Harian Rata-rata

Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas

jalan tertentu pada periode waktu tertentu, dimana perhitungan volume lalu lintas

dilakukan secara terklasifikasi sebagai berikut :

20
a. Light Vehicle (Kendaraan Ringan), yaitu semua kendaraan bermotor beroda

empat, meliputi : jenis sedan (mobil pribadi), angkot, bus mini, pick-up/box

dan truk mini.

b. Heavy Vehicle (Kendaraan Berat), yaitu semua kendaraan bermotor beroda

lebih dari empat, meliputi : bus besar, truk 2 sumbu, truk 3 sumbu, trailer dan

truk gandeng.

c. Motorcycle (Sepeda Motor).

d. Unmotorized (Kendaraan tidak bermotor), yaitu semua kendaraan tak

bermotor seperti becak, gerobak dll (dimana pejalan kaki tidak termasuk

kelompok ini).

2.2.4.Kegagalan Perkerasan

1. Kegagalan struktural dan fungsional

Kegagalan struktur ditandai dengan terurainya satu atau lebih komponen

perkerasan, sedang kegagalan fungsional ditandai dengan tidak berfungsinya

perkerasan dengan baik, sehingga kenyamanan dan keselamatan pengendara

menjadi terganggu.

2. Kriteria Kegagalan Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur dikehendaki hanya akan mengalami deformasi permanen

yang kecil sekitar 20-30 mm sesudah berumur 20 tahun. Pengalaman

menunjukkan bahwa sekali terjadi deformasi permanen Deformasi maksimum

sekitar 14 -20 mm dipertimbangkan sebagai nilai kondisi optimum untuk segera

21
dilakukan perbaikan yang lebih dari 15 mm, maka kemungkinan terjadinya

retakan akan tinggi (Croney dan Croney, 1998).

3. Sebab Sebab Kerusakan Jalan

Utomo (2011), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor faktor penyebab

kerusakan pada perkerasan jalan di antaranya meliputi sebagai berikut

1. Beban lalu lintas yang berlebihan, kondisi tanah dasar yang tidak stabil;

2. Kondisi tanah pondasi yang kurang baik;

3. Material dari struktur perkerasan dan pengolahan yang kurang baik;

4. Penurunan akibat pembangunan utilitas di bawah lapisan perkerasan;

5. Drainase yang buruk;

6. Kadar aspal dalam campuran terlalu banyak;

7. Kelelahan dari perkerasan, pemadatan atau geseran pada semua lapis

pondasi.

Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut

dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang

bersifat structural (sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan). Selama umur

rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti

pelapisan non structural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk

perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan

jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis

karena perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan

ketelitian yang memadai (tambahan tebal lapisan perkerasan menyebabkan biaya

awal cukup tinggi).

22
Umumnya perkerasan jalan diinginkan berumur sangat panjang. Hanya

sayangnya, hal ini tidak pernah terjadi, dan sering terjadi kerusakan pada waktu

yang sangat cepat setelah jalan tersebut selesai dibangun. Perkerasan jalan

dibangun dengan maksud untuk mengurangi tegangan yang berlebihan pada tanah

dasar yang berada di bawah struktur perkerasan. Untuk itu, dibutuhkan bahan

yang diletakkan di atas tanah dasar guna menyebarkan tekanan roda kendaraan

tersebut, sehingga tekanan ke tanah dasar menjadi kecil. Umumnya, perkerasan

jalan mengalami kerusakan dini, diakibatkan oleh:

1) Beban kendaraan lebih besar dari yang diperkirakan

2) Volume kendaraan (terutama untuk kendaraan berat) lebih tinggi dari yang

diperkirakan.

3) Perkerasan terlalu tipis.

4) Bahan pembentuk perkerasan tidak memenuhi syarat.

5) Pelaksanaan pembangunan buruk.

6) Drainase buruk, sehingga perkerasan sering tergenang air.

Pada prinsipnya sistem perkerasan harus dirancang tahan-lama, sehingga tidak

mengalami kerusakan prematur akibat pengaruh lingkungan.

4. Jenis-Jenis Kerusakan Rigid

a. Kerusakan disebabkan oleh karakteristik permukaan.

1) Retak setempat, yaitu retak yang tidak mencapai bagian bawah dari

slab.

2) Patahan (faulting), adalah kerusakan yang disebabkan oleh tidak

teraturnya susunan di sekitar atau di sepanjang lapisan bawah

23
tanah dan patahan pada sambungan slab, atau retak-retak.

3) Deformasi, yaitu ketidakrataan pada arah memanjang jalan.

4) Abrasi, adalah kerusakan permukaan perkerasan beton yang dapat

dibagi menjadi :

a) Pelepasan Butir, yaitu keadaan dimana agregat lapis permukaan

jalan terlepas dari campuran beton sehingga permukaan jalan

menjadi kasar.

b) Pelicinan (polishing), yaitu keadaan dimana campuran beton

dan agregat pada permukaan menjadi amat licin disebabkan

oleh gesekan-gesekan.

c) Aus, yaitu terkikisnya permukaan jalan disebabkan oleh

gesekan roda kendaraan.

b. Kerusakan struktur.

1) Retak-retak, yaitu retak-retak yang mencapai dasar slab.

2) Melengkung (buckling), yang terbagi menjadi :

a) Jembul (Blow up), yaitu keadaan dimana slab menjadi tertekuk dan

melengkung disebabkan tegangan dari dalam beton.

b) Hancur, yaitu keadaan dimana slab beton mengalami kehancuran akibat

dari tegangan tekan dalam beton. Pada umumnya kehancuran ini

cenderung terjadi di sekitar sambungan.

24
Tabel 2.2 Klasifikasi dan penyebab kerusakan perkerasan kaku (rigid pavement)

Klasifikasi
Penyebab Utama
Kerusakan disebabkan karakteristik permukaan

Retak setempat Retak yang tidak

mencapai dasar slab

Retak awal - Pengeringan berlebihan

pada saat pelaksanaan

Retak sudut - Daya dukung tanah

dasar dan lapis pondasi

yang tidak cukup besar

- Susunan sambungan

dan fungsinya tidak

sempurna

Retak melintang - Ketebalan slab kurang

memadai

- Perbedaan penurunan

tanah dasar

- Mutu beton rendah

Retak di sekitar - Penyusutan struktur dan

lapisan tanah dasar lapis pondasi

- Konsentrasi tegangan

25
Patahan (faulting) Tidak teraturnya - Pemadatan tanah dasar

susunan lapisan dan lapis pondasi

Patahan slab kurang baik

- Penyusutan tanah dasar

yang tidak merata

- Pemompaan (pumping)

Deformasi Ketidakrataan - Fungsi dowel tidak

memanjang sempurna

- Kurangnya daya

dukung tanah dasar

- Perbedaan penurunan

tanah dasar

Abrasi Pelepasan butir - Lapisan permukaan

Pelicinan (hilangnya using

ketahanan gesek) - Lapisan permukaan aus

Pengelupasan - Penggunaan agregat

(scaling) lunak

- Pelaksanaan yang

kurang

Kerusakan sambungan Kerusakan pada - Bahan pengisi

bahan perekat sambungan yang usang

sambungan - Bahan pengisi yang

usang, mengeras,

26
melunak, menyusut

Kerusakan pada ujung - Kerusakan susunan dan

sambungan fungsi sambungan

Lain-lain Berlubang - Campuran agregat yang

kurang baik seperti

kepingan kayu di dalam

adukan

- Mutu beton yang

kurang baik

Retak yang meluas Retak yang mencapai

dasar slab

Retak sudut - Kekuatan dukung tanah

Retak dasar dan lapis pondasi

melintang/memanjang kurang memadai

- Struktur sambungan dan

fungsinya kurang tepat

- Perbedaan letak

permukaan tanah

- Mutu beton yang

kurang baik

Retak buaya - Kelanjutan dari retak-

retak yang tersebut di

27
atas

Melengkung Jembul - Susunan sambungan

Hancur dan fungsinya kurang

tepat

(Sumber : Tata Cara Pemeliharaan Perkerasan Kaku (rigid) No.10/T/BNKT/1991)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bagan Alir Penelitian

Secara keseluruhan, proses kegiatan penyusunan skripsi ini dapat digambarkan

seperti bagan 3.1 berikut.


Mulai

Persiapan Alat dan Pemilihan

Survey Lapangan

Pengumpulan Data

Jenis Kerusakan Jalan

Analisis Data Kerusakan Perkerasan Rigid Pavement dengan


menggunakan metode PCI (Pavement Condition Index)

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir

29
3.2 Analisis Data

3.2.1.Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan untuk menunjang kevalidan penelitian ini terdiri atas.

a. Data Inventori Jalan

Data ini digunakan untuk memberikan informasi awal mengenai kondisi

penampang melintang daerah studi yang meliputi panjang jalan, lebar jalan,

jumlah ruas, median, jumlah lajur dan kelengkapan jalan.

b. Data Kerusakan Jalan

Data kerusakan jalan untuk mengetahui tingkat kerusakan jalan.

3.2.2.Metode Pengumpulan Data

a. Data Sekunder

1. Data Inventori Jalan

Data ini diperoleh dari Balai Jalan Gorontalo. Data yang dibutuhkan antara

lain panjang jalan, lebar jalan, jumlah ruas, median, jumlah lajur jalan dan

kelengkapan jalan.

b. Data Primer

1. Data Kerusakan Jalan

Data ini diambil dengan mengukur dan menghitung langsung tingkat

kerusakan jalan yang diteliti.

3.2.3.Metode Analisis Data

Metode analisis yang dipakai adalah metode Pavement Condition Index (PCI)

yaitu dengan menilai kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat dan luas

30
kerusakan yang terjadi, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha

pemeliharaan.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perkerasan Rigid Pavement di ruas jalan

Pulubala Prov. Gorontalo

3.4 Peralatan Penelitian

Peralatan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah.

1. Form Penelitian

2. Alat Tulis

3. Alat Pengolah Data (Komputer atau Laptop)

4. Hand Counter

5. Penanda

6. Alat Pelindung Diri

3.5 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dan diselesaikan pada semester genap tahun ajaran

2016/2017 dengan durasi waktu penelitian seperti pada table 3.2

Waktu

April Mei Juni Juli Agustus


No Kegiatan
2017 2017 2017 2017 2017

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Survey Lokasi
1
Penelitian

31
2 Kajian Pustaka

3 Penyusunan Proposal

4 Ujian Proposal

5 Penelitian Lapangan

Seminar Hasil
6
Penelitian

Revisi Hasil
7
Penelitian

8 Ujian Sidang Skripsi

32

Anda mungkin juga menyukai