Dokumen Lengkap DDDTLH Bali 2015
Dokumen Lengkap DDDTLH Bali 2015
Dokumen Lengkap DDDTLH Bali 2015
PENGARAH :
Drs. Rijaluzzaman
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara
PENYUSUN :
Cok Istri Muter Handayani, ST, M.Si
Wakit Hasim, SE, M.Si
I Gede Suwantara, SE
Angga Putra Nugraha, SE
Fatirahma Mustafa, S.Hut
Made Jasmini, A.Md
I Ketut Sridana
Budi Hartono
NK. Dewi Rahmaeni,SE
Made Agus sukarji P,SE
Ni Ketut Murtini
Luthfi Amer, S.Si
Luh Trisna Aryantini,S.Kom
Narasumber :
Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS. Phd Pakar Universitas Udayana
Dr. Ir. I Made Sudarma, MS Pakar Universitas Udayana
Dr. I Wayan Nuarsa, M.Si Pakar Universitas Udayana
Abd. Rahman As-syakur, SP, M.Si Pakar Universitas Udayana
Dr. Lutfi Mutaali, S.Si, MSP. Pakar Universitas Gadjah Mada
Dr. Akhmad Riqqi Pakar Institut Teknologi Bandung
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menghasilkan suatu karya yaitu
dokumen Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali ini
meskipun banyak tantangan, hambatan, dan keterbatasan yang dihadapi.
Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan mengakibatkan
terganggunya keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, untuk membentuk kondisi
lingkungan yang baik, maka aspek daya dukung daya tampung lingkungan hidup
yang dapat menunjang semua kegiatan manusia menjadi hal yang utama untuk
diperhatikan. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup ini penting diketahui
dan dipahami, serta dijadikan dasar dalam perencanaan pemanfaatan sumber daya
alam, perencanaan pembangunan, dan perencanaan pemanfaatan ruang suatu
wilayah.
Penyusunan dokumen Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup Ekoregion Pulau Bali ini dilakukan dengan berbasis jasa ekosistem, yaitu
dengan melihat keuntungan yang diperoleh manusia dari ekosistem, jika ekosistem
tersebut terjaga dengan baik. Dengan diterapkannya ini, diharapkan pola pengelolaan
lingkungan hidup di wilayah Ekoregion Pulau Bali dapat lebih optimal dan tepat
guna.
Penyusunan dokumen ini melibatkan berbagai sektor dan perwakilan
akademisi, yang telah memberikan kontribusinya baik berupa data dan informasi
maupun kepakaran dalam menganalisa berbagai kecenderungan pengelolaan
lingkungan hidup yang terjadi. Disadari bahwa dalam penyusunan dokumen ini
masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan data dan waktu pengerjaan.
Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan dalam usaha perbaikan penyusunan
dokumen pada periode berikutnya.
Rijaluzzaman
HALAMAN
HALAMAN
HALAMAN
Tujuan
1. Menyusun peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
(DDDTLH) Berbasis Jasa Ekosistem Ekoregion Pulau Bali dengan kedalaman
analisis skala 1 : 250.000.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis peta Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem dengan unit satuan ekoregion dan
administratif, khususnya Kabupaten/kota di Pulau Bali.
1.3. Manfaat
Konsep daya dukung dan daya tampung lingkungan merupakan amanat
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun
2009. Manfaat teridentifikasinya Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup Berbasis Jasa Ekosistem di Ekoregion Pulau Bali diantaranya :
1) Sebagai panduan bagi Pemerintah Pusat khususnya dalam kaitannya dengan
pelaksanaan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional yang
mengarahkan pemanfaatan ruang untuk pembangunan Pulau Bali dan Peraturan
Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah 2015-2019 khususnya Buku 3 tentang pengembangan wilayah Pulau
Bali.
2) Sebagai pedoman bagi setiap Pemerintah Daerah, khususnya Provinsi,
Kabupaten/Kota di Pulau Bali dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, serta perumusan kebijakan program
pembangunan daerah berbasis daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup, dengan mempertimbangkan persebaran potensi dan sumberdaya alam
secara menyeluruh dan berkelanjutan (keseimbangan fungsi ekologi
ekosistem dan peningkatan nilai ekonomi kesejahteraan);
3) Sebagai dasar bagi proses perencanaan dan pengambilan keputusan
pembangunan seperti penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH), penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
maupun Rencana Tata Ruang Wilayah bagi setiap Pemerintah Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota di Pulau Bali.
4) Sebagai dasar dan pedoman bagi penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) untuk semua bentuk aktivitas Kebijakan Rencana dan
program-program pembangunan di Provinsi Bali.
5) Sebagai media koordinasi, sinkronisasi dan sinergi program-program
pembangunan sektoral khususnya sektor pengelolaan sumberdaya alam seperti
Tabel 1.1. Keluaran Peta yang Dihasilkan Kajian Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup Pulau Bali
No Peta Jenis peta Hasil
A Peta Input 1. Peta Ekoregion
2. Peta Liputan Lahan
B Peta Output Peta Jasa Ekosistem
B1 Daya Dukung Lingkungan Hidup
1 Peta Jasa 1. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Ekosistem 2. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Penyediaan 3. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Serat
4. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
5. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya
Genetik
2 Peta Jasa 1. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan
Ekosistem Ruang Hidup
Budaya 2. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekoturism
3. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Estetika Alam
3 Peta Jasa 1. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan
Ekosistem Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan
Pendukung 2. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Siklus hara (nutrient
cycle)
3. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Produksi Primer
4. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Biodiversitas
B2 Daya Tampung Lingkungan Hidup
2 Peta Jasa 1. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Ekosistem 2. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran
Pengaturan Air dan Pengendali Banjir
3. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pencegahan dan
Perlindungan dari Bencana Alam
4. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pemurnian Air
Morfogenesa Morfologi
(asal proses) (kemiringan dan ketinggian tempat
Bentanglahan Fluvial (F, aliran sungai); Bentanglahan Dataran
Bentanglahan Marin (M, gelombang laut); (Lereng 0 - 15%)
Bentanglahan Aeolian (A, aktivitas angin); Bentanglahan Perbukitan
Bentanglahan Volkanik (V, aktivitas gunung (Lereng 15 - 45%)
api); Bentanglahan Pegunungan
Bentanglahan Struktural (S, aktivitas tektonik); (Lereng >45%)
Tabel 1.3. Klasifikasi Ekoregion Berdasarkan Bentuk Lahan pada Skala Nasional dan Kawasan Strategis
Nasional/Provinsi
Tingkatan Skala Dasar Klasifikasi Bentanglahan Bentanglahan
Klasifikasi bentang lahan didasarkan atas kenampakan morfologi dan
batuan secara umum, serta kedudukannya terhadap Geotektonik
Indonesia, sehingga disebut sebagai Morfologi Bentang Lahan, yang
terdiri atas:
Nasional 1:1.000.000 Bentang lahan dataran (Lereng 0 - 15%)
Bentang lahan perbukitan (Lereng 15 - 45%)
Bentang lahan pegunungan (Lereng >45%)
Batuan malihan, beku, sedimen, aluvium.
Nasional Provinsi
1. Sawah 1. Sawah
2. Ladang, tegal, atau huma 2. Sawah pasang surut
3. Perkebunan 3. Ladang, tegal, atau huma
4. Perkebunan
5. Perkebunan campuran
6. Tanaman Campuran
VBP Daerah Bukan Pertanian Daerah Bukan Pertanian
Secara geografis lokasi studi terletak pada koordinat geografis 83'40" - 850'48"
Lintang Selatan dan 11425'53" - 11542'40" Bujur Timur. Gambaran wilayah
studi disajikan pada Gambar 2.1
Tabel 2.3. Tiga Konsep dan Data Utama dalam Penyusunan Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup Berbasis Jasa Ekosistem Skala 1:250.000
CI = (maks-n)/(n-1)
Keterangan:
CI = Indeks Konsistensi (ConsistencyIndex)
maks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
Tabel 2.4. Matrik Pairwise Ekoregion dan Nilai Koefisien Ekoregion terhadap Jasa Ekosistem Pulau Bali
Bentuklahan JASA PENYEDIAAN
No Morfologi
(Asal proses) Pangan AirBersih Energi Serat SDGenetik
1 Vulkanik (V), Kerucut & Lereng
Gunungapi 1,726 0,298 1,458 0,457 0,858
Kaki Gunungapi 0,724 1,268 1,064 1,766 1,476
Dataran Kaki Gunungapi 2,480 2,701 1,403 2,587 1,873
2 Struktural (S), Lembah antar Perbukitan/
Pegunungan patahan
(Terban) 1,726 1,496 0,859 1,250 1,215
Lembah antar
perbukitan/Pegunungan
Lipatan (Intermountain
Basin) 0,724 1,180 1,406 0,858 1,008
Perbukitan Patahan 0,454 0,642 1,033 1,039 1,109
Perbukitan Lipatan 0,301 0,534 1,138 0,600 1,109
Pegunungan Patahan 1,145 0,503 1,144 1,683 1,358
Pegunungan Lipatan 0,724 0,508 1,160 1,029 1,358
3 Fluvial (F) Dataran Fluvio
Gunungapi 3,381 3,467 1,026 2,924 1,833
Dataran Aluvial 2,480 3,113 1,026 2,358 1,727
Dataran Fluviomarin 1,726 2,244 1,052 1,395 1,604
4 Solusional (S) Lembah antar Perbukitan
/ Pegunungan Solusional 1,145 1,366 0,553 0,892 0,777
Perbukitan Solusional 0,454 0,360 0,563 0,617 0,597
Pegunungan Solusional 0,724 0,322 0,619 0,595 0,715
5 Denudasional Lembah antar Perbukitan
(D) /Pegunungan
Denudasional 1,145 1,005 0,748 0,788 0,848
Lerengkaki Perbukitan/
Pegunungan
Denudasional 1,145 0,961 1,012 0,935 0,917
Perbukitan Denudasional 0,301 0,469 0,520 0,731 0,909
Pegunungan
Denudasional 0,454 0,486 0,512 0,617 0,926
6 Aeolian (E) Gumuk Pasir 0,169 0,309 2,205 0,180 0,213
Tabel 2.5. Matrik Pairwise Liputan Lahan dan Nilai Koefisien Liputan Lahan terhadap Jasa Ekosistem
Pulau Bali
JASA PENYEDIAAN
No JENIS PENUTUP LAHAN
Pangan AirBersih Energi Serat SDGenetik
1 Bangunan Bukan Permukiman (Industri,
perdagangan, infrastruktur jalan, bandar
0,190 0,317 0,527 0,209 0,151
udara dan lahan terbangun non
permukiman)
2 Bangunan Permukiman/Campuran 0,201 0,203 0,340 0,252 0,197
3 Danau/Telaga 1,224 1,599 0,610 0,367 0,878
4 Hutan Lahan Rendah (Hutan lahan basah) 0,651 2,649 2,008 2,071 2,609
5 Hutan Lahan Tinggi (HutanLahan
0,655 3,337 1,922 1,983 3,113
Kering)
6 Hutan Mangrove 0,506 0,827 1,064 1,416 2,446
7 Hutan Rawa/Gambut 0,539 0,827 0,769 0,996 1,728
8 Hutan Tanaman 0,760 2,119 1,708 1,920 1,878
9 Kebun dan Tanaman Campuran (Tahunan
2,191 0,802 1,319 1,966 1,174
dan semusim)
10 Kolam air asin/payau 1,184 0,333 0,342 0,421 0,509
11 Lahan Terbuka (hamparan pasir, lava) 0,281 0,316 0,429 0,530 0,461
12 Lahan Terbuka Diusahakan 0,702 0,342 0,778 0,858 0,395
13 Perkebunan 1,930 0,602 1,596 2,616 0,935
14 Pertambangan 0,258 0,190 1,119 0,684 0,246
15 Rawa Pesisir 0,346 0,369 0,450 0,511 0,795
16 Rawa Pedalaman 0,299 0,582 0,461 0,557 0,956
17 Savana/Padang rumput 0,822 0,359 0,466 0,792 0,671
18 Herbal dan Rumput 0,571 0,380 0,488 0,782 0,905
19 Semak dan belukar 0,391 0,438 0,686 0,815 0,717
20 Sungai 1,087 2,134 3,083 0,456 0,556
21 Tanaman Semusim Lahan Basah (Sawah) 3,471 1,127 0,783 1,442 0,854
22 Tanaman Semusim Lahan Kering
2,518 0,786 0,823 1,638 0,788
(Tegalan/Ladang)
23 Waduk dan Danau Buatan 1,481 2,134 1,753 0,397 0,598
24 Tambak/Empang 1,741 1,230 0,474 0,322 0,441
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Keterangan:
IJE lc : Koefisien Jasa ekosistem liputan lahan
IKJE Eco : Koefisien Jasa Ekosistem ekoregion
Maks (IJElc*IJEeco) : Nilai maksimal dari hasil sintesis indeks
Berikut disampaikan contoh hasil KJE untuk Jasa Penyedia Pangan di Ekoregion
Pulau Bali.
Tabel 2.6. Matriks Hasil KJE untuk Jasa Penyediaan Pangan
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X
0,2 0,2 1,2 0,7 0,7 0,5 0,5 0,8 2,2 1,2 0,3 0,7 1,9 0,3 0,3 0,3 0,8 0,6 0,4 1,1 3,5 2,5 1,5 1,7
1 1,7 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6 0,4 0,2 0,3 0,5 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5
2 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
3 2,5 0,2 0,2 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,4 0,7 0,5 0,2 0,4 0,6 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,5 0,9 0,7 0,6 0,6
4 1,7 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6 0,4 0,2 0,3 0,5 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5
5 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
6 0,5 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3
7 0,3 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 0,2 0,2
8 1,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3 0,5 0,3 0,2 0,3 0,4 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4
9 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
10 3,4 0,2 0,2 0,6 0,4 0,4 0,4 0,4 0,5 0,8 0,6 0,3 0,4 0,7 0,3 0,3 0,3 0,5 0,4 0,3 0,6 1,0 0,9 0,7 0,7
11 2,5 0,2 0,2 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 0,4 0,7 0,5 0,2 0,4 0,6 0,2 0,3 0,3 0,4 0,3 0,3 0,5 0,9 0,7 0,6 0,6
12 1,7 0,2 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,6 0,4 0,2 0,3 0,5 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5
13 1,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3 0,5 0,3 0,2 0,3 0,4 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4
14 0,5 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3
15 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
16 1,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3 0,5 0,3 0,2 0,3 0,4 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4
17 1,1 0,1 0,1 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,3 0,5 0,3 0,2 0,3 0,4 0,2 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 0,6 0,5 0,4 0,4
18 0,3 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 0,2 0,2
19 0,5 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3
20 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,2
21 0,5 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3
22 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
23 0,5 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,3 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 0,2 0,3
24 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,4 0,3 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3 0,5 0,4 0,3 0,3
25 0,3 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 0,2 0,2
26 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
2 Kaki Gunungapi
7 Perbukitan Lipatan
8 Pegunungan Patahan
9 Pegunungan Lipatan
11 Dataran Aluvial
12 Dataran Fluviomarin
14 Perbukitan Solusional
15 Pegunungan Solusional
18 Perbukitan Denudasional
19 Pegunungan Denudasional
20 Gumuk Pasir
21 Pantai (Shore)
22 Pesisir (Coast)
23 Pegunungan Glasial
26 Dataran Reklamasi
B Bangunan Permukiman/Campuran
C Danau/Telaga
D Hutan Lahan Rendah (Hutan lahan basah)
E Hutan Lahan Tinggi (HutanLahan Kering)
F Hutan Mangrove
G Hutan Rawa/Gambut
H Hutan Tanaman
I Kebun dan Tanaman Campuran (Tahunan dan semusim)
Semua nilai koefisien jasa ekosistem ditampilkan dalam peta Daya Dukung
Lingkungan Jasa ekosistem.
IJE i,x = (KJE i,a x LP a ) + (KJE i,b x LP b ) + (KJE i,c x LP c ) + ........ (KJE i,n x LP n )
LA tot
Keterangan
IJE i,x = Nilai Indek Jasa Ekosistem Jenis i (misalnya pangan) di wilayah x
(misalnya Provinsi atau ekoregion tertentu)
KJE i,x = Koefisien Jasa Ekosistem Jenis i (misalnya pangan) di poligon a
LP a = Luas Poligon a dengan nilai KJE a
LA tot = Luas Poligon Total
Indek Jasa Ekosistem (IJE) ditampilkan menurut unit analisis wilayah administrasi
(Kabupaten) dan ekoregion, untuk membandingkan secara relatif nilai jasa ekosistem
antar ekoregion dan antar wilayah administrasi. Indek Komposit Jasa Ekosistem
adalah nilai gabungan dari indek jenis-jenis jasa ekosistem yang diperoleh dengan
cara melakukan perhitungan rata-rata (mean). Adapun formulasi IKJE adalah sebagai
berikut :
IKJE i,x = IJE i,x + IJE j,x +IJE k,x +IJE l,x +IJE m,x
IJE
Keterangan
IKJE i,x = Indek komposit jasa ekosistem kelompok jasa ekosistem i (Penyedia,
Pengaturan, Budaya, Pendukung) di wilayah x
IJE i,x = Indek jasa ekosistem i (misalnya pangan, air bersih, serat, bahan bakar
sumberdaya genetik) , diwilayah x
IJE = Jumlah jasa ekosistem (misalnya untuk kelompok jasa pendukung=5 IJE)
Indek Komposit Jasa Ekosistem dilakukan secara bertingkat pada empat jenis
kelompok jasa ekosistem, yaitu kelompok jasa ekosistem penyedia, pengaturan,
budaya, dan pendukung serta gabungan 20 jenis jasa ekosistem yang disebut dengan
indek komposit daya dukung dan daya tampung lingkungan. Indek Komposit Jasa
Ekosistem (IKJE) dipetakan dalam bentuk Indek Jasa Ekosistem Penting, yaitu nilai
yang menunjukkan tingkat kepentingan suatu wilayah atau ekosistem, dibandingkan
dengan wilayah atau ekosistem yang lain.
Peta Administrasi
Gambar 2.2. Proses Tumpang Susun (Overlay) Peta Ekoregion dan Peta Liputan Lahan untuk Menghasilkan Peta
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem
Gambar 3.3. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Provinsi Bali
Pulau Bali mempunyai lahan yang berpotensi dengan kategori sedang dan
tinggi dalam menyediakan air bersih. Secara total seluas 46.606,09 Ha lahan
berpotensi kategori sangat tinggi untuk menyediakan air bersih sedangkan lahan
yang berpotensi kategori sedang luasnya mencapai 184.211,98 Ha dan lahan yang
berpotensi kategori sangat rendah seluas 150.400,24 Ha. Dataran fluvio gunung
api berpotensi dengan kategori tinggi hingga sangat tinggi dalam menyediakan air
bersih yaitu mencapai 21,18 %. Ekoregion lain yang memiliki potensi kategori
sedang dalam menyediakan air bersih adalah kaki gunung api dan lereng gunung
api dengan persentase masing-masing 10,31 % dan 10,37%. Secara lengkap,
distribusi luas dan peran jasa ekosistem penyediaan air bersih berdasarkan
ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini :
1
Dataran Aluvial - - 938,91 0,17 2.034,08 0,37 15.308,21 2,77 3.942,12 0,71
2
Dataran Fluvio Gunung Api - - 31.807,30 5,75 11.321,79 2,05 96.086,69 17,38 24.481,36 4,43
3
Dataran Fluvio Marin - - 1.003,11 0,18 31,76 0,01 5.031,92 0,91 11,16 0,00
4
Dataran Pantai 1.615,48 0,29 - - - - - - - -
5
Dataran Terumbu 17.311,87 3,13 391,25 0,07 - - - - - -
6
Kaki Gunung Api 3.648,60 0,66 7.624,63 1,38 57.019,89 10,31 4.530,91 0,82 18.171,44 3,29
7
Kerucut Gunung Api 19.951,27 3,61 3.754,86 0,68 10.590,26 1,92 - - - -
8
Lereng Gunung Api 66.176,88 11,97 3.816,73 0,69 57.319,76 10,37 - - - -
9
Perbukitan Denudasional 19.585,16 3,54 1.145,87 0,21 45.498,52 8,23 - - - -
10
Perbukitan Karst 21.918,71 3,97 - - 388,62 0,07 - - - -
11
Pesisir 192,27 0,03 129,40 0,02 7,30 0,00 - - - -
Total 150.400,24 27,21 50.612,06 9,16 184.211,98 33,32 120.957,73 21,88 46.606,09 8,43
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.5. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Provinsi Bali
Lahan Pulau Bali yang berpotensi tinggi untuk penyedia serat dengan
kategori sangat tinggi sebesar 132.022,17 Ha (23,88 %). Lahan terluas berasal
dari dataran fluvio gunung api sebesar 118.945,56 Ha (21,52 %). Namun
demikian Pulau Bali sekitar 30,69 % atau seluas 169.663,88 ha potensi seratnya
berkategori rendah yang tersebar paling banyak di lereng gunung api seluas
1
Dataran Aluvial - - 1.083,05 0,20 1.965,19 0,36 6.098,47 1,10 13.076,61 2,37
2
Dataran Fluvio Gunung Api - - 33.363,84 6,04 479,46 0,09 10.908,30 1,97 118.945,56 21,52
3
Dataran Fluvio Marin 1.090,61 0,20 32,98 0,01 4.435,24 0,80 519,12 0,09 - -
4
Dataran Pantai 62,51 0,01 1.181,62 0,21 371,35 0,07 - - - -
5
Dataran Terumbu 8.281,61 1,50 9.421,52 1,70 - - - - - -
6
Kaki Gunung Api 3.648,60 0,66 31,55 0,01 7.624,63 1,38 79.690,69 14,42 - -
7
Kerucut Gunung Api 9.673,51 1,75 24.622,88 4,45 - - - - - -
8
Lereng Gunung Api 38.416,91 6,95 88.896,45 16,08 - - - - - -
9
Perbukitan Denudasional 1.138,08 0,21 10.831,33 1,96 54.260,13 9,82 - - - -
10
Perbukitan Karst 20.817,52 3,77 92,16 0,02 1.397,65 0,25 - - - -
11
Pesisir 222,47 0,04 106,50 0,02 - - - - - -
Total 83.351,82 15,08 169.663,88 30,69 70.533,65 12,76 97.216,58 17,59 132.022,17 23,88
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.6. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Energi Provinsi Bali
1 Dataran Aluvial
1.007,80 0,18 - - 9.835,58 1,78 7.825,75 1,42 3.554,18 0,64
4 Dataran Pantai
- - - - 62,51 0,01 1.181,62 0,21 371,35 0,07
5 Dataran Terumbu
10.089,32 1,83 7.223,87 1,31 389,94 0,07 - - - -
9 Perbukitan Denudasional
1.138,08 0,21 14.606,98 2,64 6.049,35 1,09 44.435,13 8,04 - -
10 Perbukitan Karst
559,90 0,10 20.349,78 3,68 1.009,03 0,18 388,62 0,07 - -
11 Pesisir
- - - - 190,77 0,03 130,91 0,02 7,30 0,00
Total
45.015,90 8,14 49.081,47 8,88 142.683,35 25,81 205.564,53 37,19 110.442,85 19,98
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.7. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya Genetik Provinsi Bali
1 Dataran Aluvial 938,91 0,17 - - 9.907,73 1,79 7.448,22 1,35 3.928,45 0,71
2 Dataran Fluvio Gunung Api 31.807,30 5,75 1.738,88 0,31 87.121,81 15,76 20.146,85 3,64 22.882,31 4,14
3 Dataran Fluvio Marin 1.002,84 0,18 0,27 0,00 4.263,07 0,77 141,18 0,03 670,59 0,12
6 Kaki Gunung Api 3.648,60 0,66 149,66 0,03 30.282,12 5,48 38.553,85 6,97 18.361,24 3,32
7 Kerucut Gunung Api 2.652,95 0,48 12.914,16 2,34 4.566,80 0,83 14.162,48 2,56 - -
8 Lereng Gunung Api 3.230,99 0,58 43.172,37 7,81 20.116,15 3,64 60.793,87 11,00 - -
9 Perbukitan Denudasional 508,31 0,09 15.236,75 2,76 4.985,96 0,90 45.498,52 8,23 - -
10 Perbukitan Karst 559,90 0,10 21.358,81 3,86 376,65 0,07 11,97 0,00 - -
Total 46.939,89 8,49 109.965,73 19,89 163.282,95 29,54 186.756,94 33,78 45.842,59 8,29
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem penyediaan pangan
berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan grafik distribusinya
dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini :
1 Denpasar 280,46 0,05 10.162,57 1,84 254,54 0,05 284,05 0,05 1.127,19 0,20
2 Badung 5.727,92 1,04 15.682,69 2,84 3.980,80 0,72 338,97 0,06 13.984,89 2,53
3 Gianyar 8.268,51 1,50 7.240,84 1,31 2.781,64 0,50 3.469,74 0,63 14.769,47 2,67
4 Tabanan 3.364,60 0,61 4.921,35 0,89 31.987,51 5,79 11.280,49 2,04 32.499,97 5,88
5 Bangli 7.771,07 1,41 15.856,99 2,87 22.282,64 4,03 3.325,01 0,60 1.876,27 0,34
6 Klungkung 21.940,05 3,97 2.416,80 0,44 456,66 0,08 976,60 0,18 5.283,40 0,96
7 Karangasem 11.378,09 2,06 18.277,36 3,31 24.291,42 4,39 18.206,49 3,29 10.956,80 1,98
8 Buleleng 34.925,31 6,32 18.481,53 3,34 36.433,26 6,59 23.605,50 4,27 17.184,60 3,11
9 Jembrana 27.389,40 4,95 2.304,40 0,42 22.100,65 4,00 11.016,59 1,99 21.643,02 3,92
Total 121.045,42 21,90 95.344,53 17,25 144.569,10 26,15 72.503,45 13,12 119.325,60 21,59
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.8. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Ekoregion Pulau Bali
Gambar 3.9. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Ekoregion Pulau Bali
1 Denpasar 149,44 0,03 9.779,94 1,77 264,27 0,05 1.690,00 0,31 225,16 0,04
2 Badung 15.820,16 2,86 6.385,90 1,16 3.464,74 0,63 14.028,06 2,54 16,41 0,00
3 Gianyar 1.407,48 0,25 7.608,51 1,38 5.844,95 1,06 21.377,69 3,87 291,58 0,05
4 Tabanan 12.648,95 2,29 5.514,82 1,00 34.558,56 6,25 31.294,52 5,66 37,07 0,01
5 Bangli 19.027,66 3,44 3.669,43 0,66 18.339,31 3,32 8.041,47 1,45 2.034,09 0,37
6 Klungkung 22.467,19 4,06 1.540,95 0,28 811,61 0,15 5.283,40 0,96 970,36 0,18
7 Karangasem 30.078,61 5,44 4.515,72 0,82 26.940,59 4,87 15.411,49 2,79 6.163,74 1,12
8 Buleleng 43.165,44 7,81 8.922,65 1,61 53.011,33 9,59 19.882,83 3,60 5.647,96 1,02
9 Jembrana 5.635,31 1,02 2.674,15 0,48 40.976,62 7,41 22.119,72 4,00 13.048,27 2,36
Total 150.400,24 27,21 50.612,06 9,16 184.211,98 33,32 139.129,17 25,17 28.434,65 5,14
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
1 Denpasar 318,82 0,06 9.697,84 1,75 495,51 0,09 236,34 0,04 1.360,28 0,25
2 Badung 8.342,16 1,51 12.820,42 2,32 2.452,91 0,44 2.233,24 0,40 13.866,54 2,51
3 Gianyar 1.284,52 0,23 8.886,16 1,61 728,78 0,13 10.577,79 1,91 15.052,94 2,72
4 Tabanan 1.408,21 0,25 28.023,10 5,07 103,70 0,02 25.710,38 4,65 28.808,54 5,21
5 Bangli 18.382,56 3,33 19.800,65 3,58 452,02 0,08 8.566,38 1,55 3.910,36 0,71
6 Klungkung 20.063,66 3,63 2.871,67 0,52 1.817,24 0,33 67,19 0,01 6.253,75 1,13
7 Karangasem 16.071,27 2,91 22.980,95 4,16 7.351,01 1,33 19.647,83 3,55 17.059,10 3,09
8 Buleleng 14.685,78 2,66 45.036,89 8,15 26.576,75 4,81 23.625,82 4,27 20.704,96 3,75
9 Jembrana 2.794,85 0,51 19.546,18 3,54 30.555,73 5,53 6.551,61 1,19 25.005,69 4,52
Total 83.351,82 15,08 169.663,88 30,69 70.533,65 12,76 97.216,58 17,59 132.022,17 23,88
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
2 Badung 8.397,25 1,52 6.815,23 1,23 18.383,18 3,33 4.886,56 0,88 1.233,05 0,22
3 Gianyar 6.879,73 1,24 923,41 0,17 19.358,17 3,50 856,81 0,15 8.512,08 1,54
4 Tabanan 4.339,07 0,78 803,87 0,15 31.154,46 5,64 32.926,20 5,96 14.830,32 2,68
5 Bangli 736,23 0,13 1.153,84 0,21 4.933,05 0,89 19.617,34 3,55 24.671,50 4,46
6 Klungkung 2.847,00 0,52 20.528,14 3,71 6.486,95 1,17 452,37 0,08 759,05 0,14
7 Karangasem 1.791,66 0,32 5.274,49 0,95 24.678,48 4,46 37.010,07 6,70 14.355,46 2,60
8 Buleleng 8.186,30 1,48 12.295,20 2,22 23.312,46 4,22 68.431,88 12,38 18.404,37 3,33
9 Jembrana 2.055,78 0,37 1.128,03 0,20 12.993,71 2,35 40.599,52 7,34 27.677,02 5,01
Total 45.015,90 8,14 49.081,47 8,88 142.683,35 25,81 205.564,53 37,19 110.442,85 19,98
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.11. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Ekoregion Pulau Bali
1
Denpasar 9.807,77 1,77 105,29 0,02 1.411,02 0,26 56,39 0,01 728,33 0,13
2
Badung 7.194,98 1,30 13.044,41 2,36 18.061,00 3,27 1.232,27 0,22 182,62 0,03
3
Gianyar 7.803,14 1,41 484,07 0,09 19.358,17 3,50 1.976,91 0,36 6.907,91 1,25
4
Tabanan 5.142,94 0,93 4.486,60 0,81 38.485,93 6,96 33.475,88 6,06 2.462,56 0,45
5
Bangli 3.794,45 0,69 16.109,36 2,91 4.793,14 0,87 18.215,72 3,30 8.199,30 1,48
6
Klungkung 2.093,85 0,38 21.392,32 3,87 5.685,36 1,03 931,62 0,17 970,36 0,18
7
Karangasem 5.036,97 0,91 25.887,91 4,68 24.172,73 4,37 19.042,14 3,44 8.970,40 1,62
8
Buleleng 3.849,15 0,70 24.436,64 4,42 37.412,74 6,77 60.423,06 10,93 4.508,62 0,82
9
Jembrana 2.216,63 0,40 4.019,14 0,73 13.902,87 2,52 51.402,93 9,30 12.912,50 2,34
Total 46.939,89 8,49 109.965,73 19,89 163.282,95 29,54 186.756,94 33,78 45.842,59 8,29
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.12. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Penyediaan Sumber
Daya Genetik Ekoregion Pulau Bali
Ekoregion Sumber
Air Daya
Pangan Bersih Serat Energi Genetik Rata-rata
2 Dataran Fluvio
Gunung Api 0,69 0,53 0,76 0,35 0,53 0,57
3 Dataran Fluvio
Marin 0,56 0,41 0,52 0,33 0,49 0,46
7 Kerucut Gunung
Api 0,38 0,19 0,34 0,50 0,47 0,38
9 Perbukitan
Denudasional 0,14 0,30 0,45 0,34 0,59 0,36
Rata-rata Indeks
Jasa Ekosistem
Pulau Bali 0,35 0,28 0,47 0,38 0,44
Tabel 3.14. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Menurut Kabupaten/Kota
No Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan
Kabupaten/Kota Sumber
Daya
Pangan Air Bersih Serat Energi Genetik Rata-rata
Rata-rata Indeks
Jasa Ekosistem
Pulau Bali 0,41 0,34 0,53 0,37 0,48
Gambar 3.13. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
Provinsi Bali
Total 164.177,69 29,70 127.403,73 23,05 91.751,21 16,60 70.835,47 12,81 98.620,00 17,84
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.14. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan Ecotourism Provinsi Bali
Total 84.963,34 15,37 103.723,92 18,76 125.469,89 22,70 144.695,29 26,18 93.935,67 16,99
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Gambar 3.15. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam Provinsi Bali
Total 133.646,71 24,18 71.745,20 12,98 110.081,45 19,91 151.093,68 27,33 86.221,07 15,60
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 100
Tabel 3.18. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 164.177,69 29,70 127.403,73 23,05 91.751,21 16,60 70.835,47 12,81 98.620,00 17,84
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 101
Secara keseluruhan, Pulau Bali memiliki luas lahan yang sangat rendah untuk jasa
ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup yaitu seluas 164.177,69 Ha (29,70%).
Penyediaan lahan tertinggi kedua terluas yang sebesar 127.403,73 Ha (23,05%) yaitu
pada potensi berkategori rendah. Potensi penyediaan luas terkecil terdapat pada potensi
berkategori tinggi sebesar 70.835,47 Ha (12,81%). Secara lengkap, distribusi luas daya
dukung lingkungan hidup jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup
Ekoregion Pulau Bali dapat dilihat pada grafik berikut ini (Gambar 3.16).
Gambar 3.16. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan
Ruang Hidup Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 102
B. Jasa Budaya Rekreasi dan Ecotourism
Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu yang
menjadi daya tarik wisata. Berbagai macam bentuk bentang alam dan keunikan flora
dan fauna serta keanekaragaman hayati yang terdapat dalam ekosistem memberi ciri
dan keindahan bagi para wisatawan. Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak
keuntungan bahkan menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi bentangalam
berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya rekreasi dan ecotourism.
Secara administrasi, kabupaten yang memiliki luasan jasa ekosistem rekreasi dan
ecotourism berkategori sangat tinggi yang terluas adalah Kabupaten Buleleng, yaitu
seluas 19.425,29 Ha (3,51%). Selanjutnya Kabupaten Tabanan dengan luas 18.865,06
Ha (3,41%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangli sebesar 17.165,37 Ha (3,11%).
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem budaya rekreasi dan
ecotourism berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 103
Tabel 3.19. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekoturism Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 84.963,34 15,37 103.723,92 18,76 125.469,89 22,70 144.695,29 26,18 93.935,67 16,99
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 104
Kabupaten Buleleng memiliki potensi wisata dengan kategori sangat tinggi,
keunikan alam menjadi daya tarik wisata. Kabupaten Buleleng memiliki wisata
pemandangan alam yang sangat banyak, didominasi oleh jenis wisata
pemandangan air terjun, seperti wisata alam Air Terjun Gitgit, Air Terjun
Lemukih, Air Terjun Munduk, Air Terjun Sekumpul yang memiliki keunikan
masing-masing. Selain wisata alam air terjun, juga terdapat wisata alam
pemandangan dua danau sekaligus pada satu titik di Desa Gobleg, Buleleng. Titik
ini menunjukkan pemandangan keindahan alam Danau Buyan dan Danau
Tamblingan.
Akan tetapi Kabupaten Buleleng juga termasuk pada peran jasa ekosistem
rekreasi dan ecoturism berkategori sangat rendah terluas yang berada di buleleng
bagian barat dengan luas 35.626,60 Ha (6,44 %), hal ini karena penggunaan lahan
di Buleleng bagian barat dimanfaatkan sebagai kebun dan tanaman campuran,
herba dan rumput, tanaman semusim lahan kering dan hutan lahan tinggi. Secara
lengkap, distribusi luas daya dukung lingkungan hidup jasa ekosistem budaya
rekreasi dan ecotourism Ekoregion Pulau Bali dapat dilihat pada grafik berikut ini
(Gambar 3.17).
Gambar 3.17. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan
Ekoturism Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 105
C. Jasa Budaya Estetika Keindahan Alam
Potensi Penyediaan ekosistem estetika keindahan di Pulau Bali memiliki
luas lahan terbesar pada kategori tinggi yaitu seluas 151.093,68 Ha (27,33 %).
Kabupaten Tabanan menyumbang luas lahan terbanyak untuk berkategori tinggi
yaitu 39.389,22 Ha (7,13 %). Luas lahan ini juga tertinggi dari potensi lainnya di
Kabupaten Tabanan. Masih di Kabupaten Tabanan, potensi berkategori sangat
rendah memiliki luas lahan 1.446,87 Ha (0,26 %), berkategori rendah 4.439,26 Ha
(0,80 %), berkategori sedang 20.544,08 Ha (3,72 %) dan berkategori sangat tinggi
18.234,48 Ha (3,30 %).
Kabupaten Buleleng memiliki potensi penyediaan estetika keindahan alam
terbesar untuk seluruh Pulau Bali tetapi pada potensi berkategori sangat rendah
yaitu sebesar 46.305,07 Ha (8,38 %). Nilai potensi berkategori lainnya di
Kabupaten Buleleng yaitu 12.154,22 Ha (2,20 %) kategori rendah, 31.494,90 Ha
(5,70 %) kategori sedang, 21.967,36 Ha (3,97 %) kategori tinggi dan 18.708,66
Ha (3,38 %) kategori sangat tinggi.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem budaya estetika
keindahan alam berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik dan tabel
dibawah ini (Gambar 3.18 dan Tabel 3.20).
Gambar 3.18. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Budaya Estetika
Keindahan Alam Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 106
Tabel 3.20. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Estetika Keindahan Alam Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 133.646,71 24,18 71.745,20 12,98 110.081,45 19,91 151.093,68 27,33 86.221,07 15,60
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 107
3. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Menurut
Ekoregion dan Kabupaten/Kota
A. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Menurut
Ekoregion
Indek rata-rata daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya terbesar
didukung oleh ekoregion pesisir (0,55) disusul kemudian oleh dataran pantai
(0,52). Berikutnya dari bentukan lahan dataran fluvio gunung api dan dataran
fluvio masing-masing memberikan nilai indeks rata-rata yang sama yaitu 0,51.
Sebaran indek jasa ekosistem masing-masing jasa pada jasa ekosistem budaya
yaitu indeks budaya tempat tinggal dan ruang hidup, indek budaya rekreasi dan
ecotourism, dan indek budaya estetika keindahan alam dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Indek Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup (Sense of Place)
Dilihat dari indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya tempat
tinggal & ruang hidup (sense of place), dari semua bentukan lahan memberikan
indeks rata-rata hanya 0,34. Nilai ini untuk jasa ekosistem budaya tempat tinggal
& ruang hidup, tiga terbesar diberikan oleh bentukan lahan dataran fluvio gunung
api (0,74), dataran alluvia (0,63) dan dataran fluvio marine sebesar (0,57).
2) Indek Budaya Rekreasi dan Ecotourism
Untuk indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya rekreasi dan
ekoturisme, dari semua bentukan lahan memberikan indeks rata-rata hanya 0,46
yang mana merupakan nilai indek terbesar kalau dibandingkan dengan jasa
ekosistem budaya tempat tinggal maupun jasa ekosistem budaya estetika
keindahan alam. Nilai 0,46 ini untuk jasa ekosistem budaya rekreasi dan
ekoturisme, tiga terbesar diberikan oleh bentukan lahan dataran pantai (0,71),
lereng gunung api (0,62) dan kerucut gunung api sebesar (0,61).
3) Indek Budaya Estetika Keindahan Alam
Indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya estetika keindahan
alam, dari semua bentuk ekoregionnya memberikan indeks rata-rata hanya 0,42
yang mana lebih besar dari indeks rata-rata jasa ekosistem budaya tempat tinggal
tetapi lebih kecil dari indeks rata-rata jasa ekosistem budaya rekreasi dan
ekoturisme. Nilai rata-rata yang 0,42 untuk jasa ekosistem budaya estetika
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 108
keindahan alam ini, tiga terbesar didukung oleh bentukan lahan dataran pantai
(0,62), pesisir (0,59) dan kerucut gunung api sebesar (0,58).
Secara lengkap, distribusi indeks daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya
menurut ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.21 berikut ini :
Tabel 3.21. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Menurut Ekoregion
Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 109
untuk tempat tinggal, rekreasi maupun estetika, secara kumulatif belih baik
dibandingkan dengan kabupaten lain di Bali.
1) Indek Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup (Sense of Place)
Indek rata-rata daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya tempat tinggal
& ruang hidup (sense of place) dan estetika keindahan alam memiliki nilai yang
sama yaitu 0,32 (Tabel 3.22). Nilai indeks terbesarnya juga sama yaitu Kota
Denpasar sebesar 0,91, disusul kemudian oleh Kabupaten Gianyar 0,64 dan
Kabupaten Badung 0,52. Kenyataannya situs-situs budaya, estetika dan
konsentrasi penduduk lebih banyak berada di Kota Denpasar, Kabupaten Badung
dan Kabupaten Gianyar.
2) Indek Budaya Rekreasi dan Ecotourism
Daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya rekreasi dan ecotourism
menurut kabupaten/kota, memiliki indek rata-rata 0,45. Dalam hal ini kabupaten
yang memiliki indeks tertinggi adalah Kabupaten Bangli (0,55), kemudian
Kabupaten Tabanan (0,53) dan Kabupaten Gianyar (0,49). Untuk jasa budaya
rekreasi dan ecotourism, nilai indek terkecil ada di Kabupaten Klungkung dan
Kota Denpasar dengan nilai sama yaitu 0,32. Kemungkinan Kabupaten Bangli
yang memiliki panorama keindahan Gunung Batur dengan kawah terbesarnya
berikut Danau Batur, memberikan kontribusi yang besar dalam hal ecotourism.
3) Indek Budaya Estetika Keindahan Alam
Ada yang menarik bahwa kalau untuk indeks daya dukung lingkungan jasa
ekosistem budaya rekreasi dan ekoturisme, Kabupaten Bangli adalah yang
terbesar (0,55), sebaliknya untuk indeks daya dukung lingkungan jasa ekosistem
budaya tempat tinggal & ruang hidup (sense of place) dan estetika keindahan
alam, Kabupaten Bangli adalah yang terkecil yaitu 0,19.
Secara lengkap, distribusi indeks daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya
menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3.22 dibawah ini:
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 110
Tabel 3.22. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Menurut
Kabupaten/Kota
Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 111
3.3.3. Profil Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
1. Profil Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Ekoregion
A. Jasa Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan
Kesuburan
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet
bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan
tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau
erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah
mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik (senyawa organik dan
organisme) air dan udara. Sebaran wilayah jasa ekosistem pendukung
pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan dapat dilihat pada
Gambar 3.19 berikut ini :
Gambar 3.19. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan
Pemeliharaan Kesuburan Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 112
Mineral merupakan unsur utama tanah yang terbentuk dari padatan
anorganik dan mempunyai komposisi homogen. Ekosistem memberikan jasa
pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan yang
bervariasi antar lokasi. Lokasi yang memiliki jenis batuan cepat lapuk, dengan
kondisi curah hujan dan penyinaran matahari yang tinggi akibat bentuk
permukaan bumi serta didukung oleh keberadaan organisme dalam tanah dan
tumbuhan penutup tanah maka pembentukan tanah semakin cepat.
Pulau Bali memiliki daya dukung kategori tinggi dalam pembentukan
tanah dan pemeliharaan kesuburan, persentase daya dukung berkategori tinggi
mencapai 37,31% atau seluas 206.250,06 Ha.
Persentase daya dukung berkategori sangat tinggi juga cukup banyak yaitu
sebesar 25,67% atau seluas 141.905,83 Ha. Selanjutnya disusul persentase daya
dukung kategori sedang sebesar 11,94% atau seluas 65.984,37 Ha, persentase
daya dukung kategori rendah sebesar 17,96% atau seluas 99.253,14 Ha.
Sedangkan persentase daya dukung kategori sangat rendah yaitu sebesar
7,13% atau seluas 39.394,69 Ha. Ekoregion yang memiliki persentase kategori
tinggi yang dominan sebagai daya dukung pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan tanah yaitu kaki gunung api sebesar 11,09% atau seluas
61.329,45 Ha.
Ekoregion kaki gunung api merupakan salah satu ekoregion yang terjadi
akibat letusan gunung api. Pada ekoregion ini jenis tanah yang dimiliki relatif
tinggi sehingga proses pelapukan juga akan semakin cepat. Sedangkan pada
ekoregion kategori sangat rendah jasa pembentukan tanah tertinggi yaitu
perbukitan karst. Pada lahan ini proses pelapukan akan cendrung lama karena
ketersediaan air yang sangat sedikit.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pendukung
pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan berdasarkan ekoregion
dapat dilihat pada Tabel 3.23 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 113
Tabel 3.23. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan Berdasarkan Ekoregion
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
No Ekoregion
(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)
1
Dataran Aluvial - - 1.007,80 0,18 - - 17.287,06 3,13 3.928,45 0,71
Dataran Fluvio
2
Gunung Api - - 32.220,79 5,83 1.738,88 0,31 10.791,92 1,95 118.945,56 21,52
Dataran Fluvio
3
Marin 1,45 0,00 1.001,39 0,18 14,55 0,00 4.389,98 0,79 670,59 0,12
4
Dataran Pantai 62,51 0,01 1.552,97 0,28 - - - - - -
5
Dataran Terumbu 8.281,61 1,50 9.122,38 1,65 299,14 0,05 - - - -
6
Kaki Gunung Api 3.648,60 0,66 - - 7.656,18 1,39 61.329,45 11,09 18.361,24 3,32
Kerucut Gunung
7
Api 2.652,95 0,48 7.020,57 1,27 14.032,62 2,54 10.590,26 1,92 - -
8
Lereng Gunung Api 3.230,99 0,58 35.185,93 6,37 31.576,69 5,71 57.319,76 10,37 - -
Perbukitan
9
Denudasional 508,31 0,09 11.040,12 2,00 10.245,99 1,85 44.435,13 8,04 - -
10
Perbukitan Karst 20.817,52 3,77 1.101,19 0,20 388,62 0,07 - - - -
11
Pesisir 190,77 0,03 - - 31,71 0,01 106,50 0,02 - -
Total 39.394,69 7,13 99.253,14 17,96 65.984,37 11,94 206.250,06 37,31 141.905,83 25,67
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 114
B. Jasa pendukung siklus hara (Nutrient Cycle)
Siklus hara dalam suatu ekosistem merupakan proses yang terintegrasi dari
pergerakan/pemindahan energi dan hara di dalam ekosistem itu sendiri dan juga
interaksinya dengan atmosfir, biosfir, geosfir dan hidrosfir. Energi yang
dibutuhkan untuk menggerakkan siklus hara ini didapatkan dari proses yang
terjadi pada biosfir yaitu proses fotosisntesis.
Ekosistem secara alamiah memberikan unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui serapan haranya dan kemudian
diakumulasi dalam jaringan tumbuhan dan kembali lagi ke tanah baik lansung
atau tidak lansung sebagai bahan organik.
Proses dari serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan kembali
ke tanah melalui siklus yang bervariasi sesuai dengan kondisi tumbuhan, iklim
dan jenis tanahnya sendiri sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap
kesuburan tanah dan tingkat produksi pertanian yang tinggi. Sebaran wilayah jasa
ekosistem pendukung siklus hara (nutrient cycle) dapat dilihat pada Gambar 3.20
berikut ini :
Gambar 3.20. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 115
Secara umum Bali memiliki peran jasa pendukung siklus hara yang
berkategori sedang yaitu dengan persentase 33,96% atau seluas 187.721,28 Ha
(Tabel 3.24). Persentase jasa pendukung yang berkategori sangat tinggi juga
mencapai 20,04% atau seluas 110.804,34 Ha. Persentase jasa pendukung yang
lainnya yaitu pada kategori sangat rendah 18,01% atau 99.545,82 Ha, kategori
rendah yaitu 15,86% atau 87.680,61 Ha, dan pada kategori tinggi yaitu 12,13%
atau sebesar 67.036,05 Ha.
Ekoregion jasa pendukung siklus hara yang berkontribusi dengan kategori
sangat tinggi yaitu ekoregion dataran fluvio gunung api, persentasenya mencapai
16,06% atau seluas 88.756,09 Ha. Dataran fluvio gunung api merupakan satuan
bentuk lahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses
fluvial, dimana pada ekoregion ini memiliki tingkat kesuburan yang relatif tinggi
sehingga banyak digunakan sebagai lahan persawahan, perkebunan dan
penggunaan lahan hutan. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem
pendukung siklus hara (nutrient cycle) berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada
Tabel 3.24 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 116
Tabel 3.24. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara (Nutrient cycle) Berdasarkan Ekoregion
Total 99.545,82 18,01 87.680,61 15,86 187.721,28 33,96 67.036,05 12,13 110.804,34 20,04
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 117
Secara umum siklus hara terjadi didalam tanah, dimana tanah
menyediakan hara bagi tanaman, kemudian tanaman menyimpan dalam jaringan
tubuhnya dan akan dikeluarkan kembali melalui proses fotosintesis. Sedangkan
jasa pendukung siklus hara pada kategori sangat rendah ekoregionnya didominasi
oleh lereng gunung api yaitu hanya sebesar 6,89% atau 38.110,62 Ha. Lereng
gunung api merupakan satuan bentuk lahan yang terdapat di bawah kerucut
gunung api, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara
gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi
yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan bentuk lahan ini
bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktivitas lahan yang rawan
longsor oleh aliran air. Oleh karena itu siklus hara yang terjadi di sini sangat kecil
karena pemanfaatan lahan juga relatif kecil.
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 118
Gambar 3.21. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 119
Tabel 3.25. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer Berdasarkan Ekoregion
1 Dataran Aluvial 938,91 0,17 68,89 0,01 2.040,44 0,37 9.209,74 1,67 9.965,34 1,80
Dataran Fluvio Gunung
2 Api - - 33.960,94 6,14 10.790,66 1,95 - - 118.945,56 21,52
3 Dataran Fluvio Marin 1.002,84 0,18 33,26 0,01 87,77 0,02 4.954,09 0,90 - -
Total 94.056,35 17,01 109.421,64 19,79 126.544,69 22,89 93.854,52 16,98 128.910,90 23,32
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 120
D. Jasa Pendukung Biodiversitas (Perlindungan Plasma Nutfah)
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan keragaman antar
makhluk hidup pada berbagai sumber baik dari daratan, lautan dan ekosistem
perairan lainnya. Unsur hayati alam bersumber dari sumberdaya alam nabati
(tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (hewan). Biodiversitas sangat berkaitan
dengan sumberdaya genetik dari spesies flora dan fauna, sehingga dengan
semakin melimpahnya keanekaragaman hayati, maka semakin melimpah pula
sumberdaya genetik yang tersedia. Distribusi dan jasa ekosistem dalam
mendukung biodiversitas ditentukan oleh tipe dari bentang alam dan penutupan
lahan pada areal bervegetasi. Sebaran wilayah jasa ekosistem pendukung
biodiversitas (perlindungan plasma nutfah) dapat dilihat pada Gambar 3.22
berikut ini :
Gambar 3.22. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 121
Ekoregion di Pulau Bali yang menyediakan dukungan biodiversitas yang
berkategori sangat tinggi adalah seluas 114.678,91 Ha (20,75 %), berkategori
sedang dengan luasan 129.539,1 Ha (23,43 %) dan berkategori sangat rendah
dengan luasan 94.917,43 Ha (17,17 %) (Tabel 3.26). Ekoregion dataran yang
berpotensi sangat tinggi hingga sedang adalah Lereng gunung api, perbukitan
denudasional dan dataran fluvio gunung api dengan luasan 31,8% dari luasan
total.
Kawasan lereng gunung api umumnya merupakan kawasan hutan lindung
dan cagar alam, dimana kawasan tersebut merupakan habitat bagi berbagai jenis
flora dan fauna sehingga memiliki biodiversitas yang tinggi. Di pulau Bali,
kawasan lereng gunung api dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, tanaman
keras atau pohon, hutan lindung dan cagar alam serta untuk kegiatan non
pertanian.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pendukung biodiversitas
berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.26 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 122
Tabel 3.26. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Berdasarkan Ekoregion
Total 94.917,43 17,17 86.311,19 15,61 129.539,10 23,43 127.341,47 23,04 114.678,91 20,75
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 123
2. Profil Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Berdasarkan Kabupaten/Kota
A. Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Tanah dan Kesuburan
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet
bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan
tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau
erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah
mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan
organisme ) air dan udara. Mineral merupakan unsur utama tanah yang terbentuk
dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen. Ekosistem
memberikan jasa pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan yang bervariasi antar lokasi. Lokasi yang memiliki jenis
batuan cepat lapuk, dengan kondisi curah hujan dan penyinaran matahari yang
tinggi akibat bentuk permukaan bumi serta didukung oleh keberadaan organisme
dalam tanah dan tumbuhan penutup tanah maka pembentukan tanah semakin
cepat
Secara administrasi, dapat diketahui bahwa sebesar 37,31% atau seluas
206.250,06 Ha adalah jasa pendukung pembentukan tanah dan kesuburan yang
berkategori tinggi di Pulau Bali. Kabupaten yang memiliki distribusi dan luas jasa
pendukung berkategori sangat tinggi terbesar yaitu Kabupaten Tabanan sebesar
5,66% atau seluas 31.270,08 Ha sedangkan pada kategori tinggi yaitu Kabupaten
Jembrana sebesar 10,62% atau seluas 58.697,22 Ha. Secara lengkap, distribusi
luas dan peran jasa ekosistem pendukung pembentukan tanah dan kesuburan
berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3.27 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 124
Tabel 3.27. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Tanah dan Kesuburan Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 39.394,69 7,13 99.253,14 17,96 65.984,37 11,94 206.250,06 37,31 141.905,83 25,67
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 125
Pada Kabupaten Tabanan dan Jembrana proses pembentukan tanah dan
kesuburan cenderung tinggi karena kabupaten ini memiliki lahan tanah fluvio
gunung api dan tanah aluvial, dimana kedua jenis tanah ini memiliki tingkat
kesuburan yang cukup tinggi. Penggunaan lahan yang mendominasi yaitu untuk
kebun dan tanaman campuran, hutan lahan tinggi dan hutan lahan rendah. Proses
pembentukan tanah akan semakin cepat dari adanya proses pelapukan yang terjadi
dari adanya aktivitas fisik maupun kimia tanah.
Secara umum pada tanah dengan kandungan air yang tinggi proses
pelapukan akan semakin cepat terjadi. Begitu juga kaitannya dengan kesuburan
tanah, pada lahan yang memiliki kandungan air yang cukup menyebabkan
penggunaan lahannya banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian yang secara
tidak langsung akan mendukung kesuburan tanah itu sendiri.
Sedangkan pada kategori sangat rendah kabupaten yang memiliki jasa
pendukung paling kecil yaitu Kota Denpasar yaitu hanya sebesar 0,02 % atau
seluas 134,25 Ha. Hal ini disebabkan karena pemanfaatan lahan di Kota Denpasar
sebagian besar untuk bangunan pemukiman.
Secara lengkap, grafik luas daya dukung lingkungan hidup jasa ekosistem
pendukung pembentukan tanah dan kesuburan Ekoregion Pulau Bali dapat dilihat
pada Gambar 3.23 berikut ini :
Gambar 3.23. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pendukung
Pembentukan tanah dan kesuburan Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 126
B. Jasa Ekosistem Pendukung Siklus hara (Nutrient Cycle)
Siklus hara dalam suatu ekosistem merupakan proses yang terintegrasi dari
pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam ekosistem itu sendiri dan juga
interaksinya dengan atmosfir, biosfir, geosfir dan hidrosfir. Energi yang
dibutuhkan untuk menggerakkan siklus hara ini didapatkan dari proses yang
terjadi pada biosfir yaitu proses fotosintesis. Ekosistem secara alamiah
memberikan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dari dalam tanah
melalui serapan haranya dan kemudian diakumulasi dalam jaringan tumbuhan dan
kembali lagi ke tanah baik langsung atau tidak langsung sebagai bahan organik.
Proses dari serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan kembali ke
tanah melalui siklus yang bervarisi sesuai dengan kondisi tumbuhan, iklim dan
jenis tanahnya sendiri sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap kesuburan
tanah dan tingkat produksi pertanian yang tinggi.
Secara administrasi, dapat diketahui bahwa wilayah Pulau Bali termasuk
dominan dalam kategori sedang untuk jasa ekosistem pendukung siklus hara yaitu
sebesar 33,96% atau seluas 187.721,28 Ha. Kabupaten yang memiliki distribusi
dan luas jasa pendukung yang berkategori sangat tinggi terbesar yaitu Kabupaten
Tabanan sebesar 5,38% atau 29.739,91 Ha sedangkan pada kategori tinggi yaitu
Kabupaten Jembrana 3,88% atau 21.439,52 Ha.
Di Kabupaten Tabanan dan Jembrana proses siklus hara cenderung tinggi
karena kabupaten ini memiliki lahan tanah fluvio gunung api dan tanah aluvial,
dimana kedua jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi.
Penggunaan lahan yang mendominasi yaitu untuk kebun dan tanaman campuran,
hutan lahan tinggi dan hutan lahan rendah. Pemanfaatan lahan yang sebagian
besar sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan serta adanya daya dukung hutan
dataran tinggi menyebabkan siklus hara juga akan lebih cepat terjadi terutama dari
adanya aktifitas pertanian melalui kegiatan pola tanam yang sesuai dengan siklus
tanaman tersebut. Di samping itu adanya lahan hutan dataran tinggi akan
membantu dalam ketersediaan air yang sangat diperlukan dalam proses perubahan
siklus dari unsur hara.Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem
pendukung siklus hara (nutrient cycle) berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat
pada Tabel 3.28 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 127
Tabel 3.28. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara (Nutrient Cycle) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 99.545,82 18,01 87.680,61 15,86 187.721,28 33,96 67.036,05 12,13 110.804,34 20,04
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 128
Pada kategori sedang kabupaten yang memiliki jasa pendukung paling
besar adalah Kabupaten Buleleng yaitu 9,96% atau 55.078,89 Ha. Hal ini
disebabkan karena pemanfaatan lahan di Kabupaten Buleleng juga di dominasi
pemanfaatan hutan lahan tinggi dan pemanfaatan untuk perkebunan dan tanaman
campuran.
Untuk kabupaten yang memiliki jasa pendukung siklus hara yang kecil
yang berada di kategori sangat rendah yaitu Kota Denpasar 0,05 % atau 263,96
Ha. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduknya yang sangat tinggi dengan
dominasi pemanfaatan lahan sebagai pemukiman. Secara lengkap, grafik
distribusi luas daya dukung lingkungan hidup jasa ekosistem pendukung siklus
hara (nutrient cycle) ekoregion Pulau Bali dapat dilihat pada Gambar 3.24 berikut
ini :
Gambar 3.24. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pendukung Siklus
Hara (Nutrient Cycle) Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 129
C. Jasa Ekosistem Produksi Primer
Luas Lahan Pulau Bali yang termasuk dalam kategori sangat tinggi dalam
menyediakan jasa ekosistem pendukung produksi primer yaitu seluas 128.910,90
Ha atau sebesar 23,32% dari luasan total. Dari luasan tersebut, sekitar 5,21% luas
lahannya ada di Kabupaten Tabanan. Sedangkan untuk kategori sedang,
persentase luasan terbesar terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 6,85%
dan untuk kategori sangat rendah, persentase luasan terkecil terdapat di Kota
Denpasar sebesar 0,05%.
Dominasi kawasan di Kabupaten Tabanan adalah dataran fluvio gunung
api dan dataran kaki gunung api. Pada kedua kawasan tersebut, di Kabupaten
Tabanan dimanfaatkan sebagai tanaman semusim lahan basah dan lahan
pemukiman (dataran fluvio gunung api) serta sebagai lahan kebun dan tanaman
campuran (dataran kaki gunung api). Ekosistem tersebut menyimpan potensi yang
besar dalam menyediakan oksigen bagi lingkungan dan menyediakan habitat bagi
spesies flora dan fauna. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem
produksi primer berdasarkan kabupaten/kota dapat dilihat pada grafik dan tabel
dibawah ini (Gambar 3.25 dan Tabel 3.29).
Gambar 3.25. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pendukung Produksi
Primer Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 130
Tabel 3.29. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 94.056,35 17,01 109.421,64 19,79 126.544,69 22,89 93.854,52 16,98 128.910,90 23,32
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 131
D. Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Potensi jasa ekosistem pendukung biodiversitas di Pulau Bali kategori
sedang hingga kategori sangat tinggi terlihat pada Tabel 3.30 memiliki luas total
sekitar 371.559,48 Ha atau 67,22% dari luasan total. Secara administrasi,
Kabupaten Tabanan memiliki luas dominan untuk kategori sedang dalam hal jasa
ekosistem pendukung biodiversitas yaitu seluas 34.954,47 Ha (6,32%).
Berkaitan dengan pemanfaatan lahan di Kabupaten Tabanan yang
didominasi oleh tanaman semusim lahan basah, kebun dan tanaman campuran,
cenderung memiliki keanekaragaman hayati yang sedang. Berbeda halnya dengan
Kabupaten Bangli yang terbesar memiliki potensi berkategori sangat tinggi dalam
mendukung biodiversitas mencapai seluas 26.415, 02 Ha (4,78 %). Tutupan lahan
di Kabupaten Bangli didominasi oleh dataran lereng gunung api dan kaki gunung
api. Pemanfaatan lahan pada kedua kawasan tersebut adalah sedikit sebagai
kawasan herba dan rumput serta dominan sebagai hutan lahan tinggi. Kawasan
hutan alami meyediakan keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara lengkap,
distribusi luas dan peran jasa ekosistem biodiversitas berdasarkan kabupaten/kota
dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.26 dan Tabel 3.30).
Gambar 3.26. Grafik Distribusi Luas Daya Dukung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pendukung
Biodiversitas Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 132
Tabel 3.30. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 94.917,43 17,17 86.311,19 15,61 129.539,10 23,43 127.341,47 23,04 114.678,91 20,75
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 133
3. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Ekoregion dan Kabupaten/Kota
A. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Ekoregion
Indeks rata-rata daya dukung lingkungan jasa ekosistem pendukung
berdasarkan ekoregion yang ada di Bali adalah dari bentukan lahan dataran
alluvial dengan indeks tertinggi yaitu 0,65 disusul kemudian dengan dataran
fluvio gunung api sebesar 0,63 dan kaki gunung api dengan nilai indeks rata-rata
sebesar 0,60. Akan tetapi indeks rata-rata terendahnya adalah oleh bentukan lahan
perbukitan karst yang hanya mencapai 0,23 dan yang sedikit lebih tinggi adalah
pesisir dan dataran pantai dengan nilai indeks 0,31 (Tabel 3.31).
Untuk jasa ekosistem pendukung bagi pembentukan tanah dan kesuburan,
kemudian siklus hara dan produksi primer, ternyata konsisten kondisinya dimana
bentukan lahan dari dataran alluvial cenderung memberikan indeks rata-rata yang
lebih tinggi dibandingkan dengan dataran fluvio gunung api. Tidak demikian
untuk jasa ekosistem pendukung biodiversitas yang mana dataran fluvio gunung
api justru memberikan konstribusi indeks yang sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan dataran alluvial.
Kontribusi bentukan lahan dari kerucut gunung api, memberikan indeks
yang cukup besar terhadap jasa ekosistem pendukung biodiversitas yang
mencapai 0,68. Sementara kontribusinya terhadap siklus hara dan pembentukan
tanah dan kesuburan hanya berkisar 0,30 0,36. Bentukan lahan perbukitan
denudasional memberikan kontribusi yang hampir berimbang terhadap indeks jasa
ekosistem pendukung, meskipun cenderung lebih tinggi dukungannya terhadap
biodiversitas yang mencapai nilai indeks 0,55.
Secara keseluruhan untuk Pulau Bali, ternyata indeks daya dukung
lingkungan jasa ekosistem pendukung produksi primer menempati urutan tertinggi
sebesar 0,50 disusul kemudian oleh biodiversitas, pembentukan tanah dan siklus
hara yang masing-masing 0,49; 0,40 dan 0,39. Secara lengkap, indek daya dukung
lingkungan jasa ekosistem pendukung menurut ekoregion dapat dilihat pada Tabel
3.31 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 134
Tabel 3.31. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Ekoregion
No Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
Siklus
Pembentukan
Ekoregion hara Produksi
tanah dan Biodiversitas Rata-rata
(nutrient primer
kesuburan
cycle)
1 Dataran Aluvial 0,65 0,65 0,79 0,50 0,65
Dataran Fluvio
2
Gunung Api 0,59 0,64 0,75 0,52 0,63
Dataran Fluvio
3
Marin 0,53 0,58 0,68 0,46 0,56
4 Dataran Pantai 0,28 0,25 0,36 0,37 0,31
5 Dataran Terumbu 0,19 0,21 0,31 0,29 0,25
6 Kaki Gunung Api 0,51 0,56 0,66 0,68 0,60
Kerucut Gunung
7
Api 0,36 0,30 0,49 0,68 0,46
Lereng Gunung
8
Api 0,38 0,32 0,49 0,72 0,48
Perbukitan
9
Denudasional 0,42 0,38 0,42 0,55 0,44
10 Perbukitan Karst 0,21 0,19 0,23 0,31 0,23
11 Pesisir 0,26 0,26 0,37 0,35 0,31
Rata-rata 0,40 0,39 0,50 0,49
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 135
B. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Kabupaten/Kota
Indek rata-rata daya dukung lingkungan jasa ekosistem pendukung antar
kabupaten/kota di Bali yang tertinggi adalah Kabupaten Gianyar (0,60) disusul
kemudian oleh Kabupaten Tabanan (0,59) dan Kabupaten Bangli (0,53). Dalam
hal ini yang terendah adalah Kabupaten Klungkung dan Kota Denpasar dengan
nilai indeks yang sama yaitu 0,34.
Apabila dilihat dari jasa ekosistem pendukung pembentukan tanah dan
kesuburan maka Kabupaten Jembrana menempati posisi indeks tertinggi yaitu
0,56. Untuk jasa ekosistem pendukung siklus hara dan produksi primer, justru
Kabupaten Gianyar yang tertinggi nilai indeksnya yaitu masing-masing 0,59 dan
0,70. Dari segi jasa ekosistem pendukung biodiversitas, nilai indeks tertingginya
ada di Kabupaten Bangli yaitu 0,72. Secara lengkap, indek daya dukung
lingkungan jasa ekosistem menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3.32
berikut ini :
Tabel 3.32. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut Kabupaten/Kota
No Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
Siklus
Pembentukan
Kabupaten/Kota hara Produksi
tanah dan Biodiversitas Rata-rata
(nutrient primer
kesuburan
cycle)
1 Denpasar 0,31 0,33 0,40 0,31 0,34
2 Badung 0,40 0,43 0,55 0,44 0,45
3 Gianyar 0,54 0,59 0,70 0,58 0,60
4 Tabanan 0,51 0,53 0,69 0,62 0,59
5 Bangli 0,45 0,41 0,54 0,72 0,53
6 Klungkung 0,31 0,31 0,37 0,36 0,34
7 Karangasem 0,45 0,45 0,57 0,60 0,52
8 Buleleng 0,44 0,43 0,55 0,60 0,50
9 Jembrana 0,56 0,54 0,64 0,65 0,60
Rata-rata 0,44 0,45 0,56 0,54
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 136
3.3.4. Profil Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
1. Profil Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Ekoregion
A. Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Secara alamiah ekosistem memiliki fungsi jasa pengaturan iklim, yang
meliputi pengaturan suhu, kelembaban, hujan, angin, pengendalian gas rumah
kaca dan penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh
keberadaan faktor biotik khususnya vegetasi, letak dan faktor fisiografis seperti
ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan kepadatan vegetasi yang
rapat dan letak ketinggian yang besar seperti pegunungan akan memiliki sistem
pengaturan iklim yang lebih baik. Sebaran wilayah jasa ekosistem pengaturan
iklim di Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 3.27 berikut ini :
Gambar 3.27. Peta Daya Tampung LingkunganJasa Ekosistem Pengaturan Iklim Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 137
Pengaturan iklim di Bali sangat dipengaruhi oleh topografi dan ketinggian
tempat. Persentase luas jasa ekosistem pengaturan iklim berkategori sangat tinggi
mencapai 16,85% atau seluas 93.127,79 Ha. Persentase yang berkategori tinggi
juga cukup banyak yaitu sebesar 18,53% atau seluas 102.415,41 Ha. Persentase
berkategori sedang mencapai 24,79% atau seluas 137.022,21 Ha. Persentase
berkategori rendah terhadap jasa ekosistem pengaturan iklim mencapai 30,40%
(168.057,14 Ha), sedangkan berkategori sangat rendah mencapai 9,44%
(52.165,55 Ha).
Ekoregion yang mempunyai persentase berkategori sangat tinggi terbesar
dalam pengaturan iklim adalah kerucut gunung api, diikuti dengan dataran
terumbu, dan kaki gunung api. Kerucut gunung api dapat berpengaruh pada
pengaturan iklim seperti kerucut Gunung Agung yang terletak di Kabupaten
Karangasem yang didominasi oleh tumbuhan memiliki kepadatan vegetasi yang
cukup tinggi.
Selain itu di Kabupaten Tabanan juga terdapat kerucut gunung yaitu
Gunung Batukaru yang didominasi oleh vegetasi hutan lahan tinggi. Hal ini
bermanfaat langsung pada pengurangan emisi carbon diokasida dan efek rumah
kaca di Provinsi Bali, serta ikut membantu dalam menurunkan dampak
pemanasan global seperti peningkataan permukaan laut dan perubahan iklim
ekstrim dan gelombang panas. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa
ekosistem pengaturan iklim berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.33
berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 138
Tabel 3.33. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Berdasarkan Ekoregion
Total 52.165,55 9,44 168.057,14 30,40 137.022,21 24,79 102.415,41 18,53 93.127,79 16,85
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 139
B. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir
Siklus hidrologi (hydrology cycle), adalah pergerakan air dalam hidrosfer
yang meliputi proses penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara
(kondensasi), hujan (presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus hidrologi yang
terjadi di atmosfer meliputi terbentuknya awan hujan, terbentuknya hujan, dan
evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi. Sedangkan siklus hidrologi yang terjadi di
biosfer dan litosfer yaitu ekosistem air yang meliputi aliran permukaan. ekosistem
air tawar, dan ekosistem air laut. Siklus hidrologi yang normal akan berdampak
pada pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan air.
Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh keberadaan
tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan. Sebaran wilayah jasa ekosistem
pengaturan tata air dan banjir di Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 3.28
berikut ini :
Gambar 3.28. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 140
Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh
keberadaan tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan. Distribusi luas dan peran
jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir berkategori sangat tinggi berada pada
lereng gunung api dengan luasan 61.136,49 Ha (11,06%) (Tabel 3.34). Lereng
gunung api biasanya memiliki hutan lahan tinggi dan hutan tanaman yang
berfungsi dengan sangat baik dalam mengatur tata air dan banjir. Akar-akar dari
tanaman menyerap air, sehingga dapat mengendalikan banjir yang kemungkinan
terjadi ketika curah hujan sangat tinggi.
Selain itu, penyerapan air oleh akar tanaman dapat memberikan input
terhadap ketersediaan air tanah. Distribusi luas dan peran jasa ekosistem
pengaturan tata air dan banjir yang berkategori sangat rendah dengan luasan
terbesar adalah pada perbukitan karst, yaitu dengan luasan 20.817,52 Ha (3.77%).
Perbukitan karst biasanya identik dengan tutupan semak belukar, sehingga sangat
rendah dalam pengaturan tata air dan banjir. Secara lengkap, distribusi luas dan
peran jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir berdasarkan ekoregion dapat
dilihat pada Tabel 3.34 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 141
Tabel 3.34. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir Berdasarkan Ekoregion
Total 80.353,47 14,54 52.562,12 9,51 173.362,13 31,36 149.281,37 27,01 97.229,01 17,59
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 142
C. Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Ekosistem, didalamnya juga mengandung unsur pengaturan pada
infrastruktur alam untuk pencegahan dan perlindungan dari beberapa tipe
bencana khususnya bencana alam. Beberapa fungsi pencegahan bencana alam
dari kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai dan tsunami berhubungan erat
dengan keberadaan liputan lahan dan bentuklahan. Tempat-tempat yang memiliki
liputan vegetasi yang rapat dapat mencegah areanya dari bencana erosi, longsor,
abrasi, dan tsunami. Selain itu bentuklahan secara spesifik berdampak langsung
terhadap sumber bencana, sebagai contoh bencana erosi dan longsor umumnya
terjadi pada bentuk lahan struktural dan denudasional dengan morfologi
perbukitan. Sebaran wilayah jasa ekosistem pengaturan pencegahan dan
perlindungan bencana di Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 3.29 berikut ini:
Gambar 3.29. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana
Alam Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 143
Potensi jasa ekosistem pengaturan pencegahan dan perlindungan bencana
alam di Pulau Bali secara dominan berada pada kategori sedang dengan luas lahan
143.675,82 Ha (25,99 %). Dataran fluvio gunung api memiliki luas tertinggi pada
kategori sedang dengan luas 84.530,06 Ha (15,29 %). Luasan ini jauh lebih tinggi
dari kategori lainnya. Kategori sangat rendah memiliki luas lahan 33.960,94 Ha
(6,14 %), berkategori rendah 22.323,84 Ha (4,04 %), berkategori tinggi 6.491,21
Ha (1,17 %), dan berkategori sangat tinggi sebesar 16.391,10 Ha (2,97 %).
Kawasan dataran tinggi seperti lereng gunung api, kerucut gunung api dan
kaki gunung api lebih banyak memiliki jasa ekosistem pengaturan untuk
pencegahan dan perlindungan bencana alam dibandingkan dengan wilayah yang
lebih rendah seperti pesisir, dataran pantai, dan dataran terumbu.
Ekoregion pesisir yang berkontribusi terbesar walaupun dalam kategori
sangat rendah mencapai 215,17 Ha (0,04 %), tetapi ekoregion dataran pantai
berkontribusi lebih besar yaitu 1.244,13 Ha (0,23 %) dan dataran terumbu
berkontribusi lebih besar lagi yaitu 10.089,32 Ha (1,83 %).
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
pencegahan dan perlindungan bencana berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada
Tabel 3.35 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 144
Tabel 3.35. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana Berdasarkan Ekoregion
Total 78.592,38 14,22 137.501,22 24,87 143.675,82 25,99 86.039,24 15,56 106.979,43 19,35
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 145
D. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Kemampuan pemurnian air secara alami (self purification) dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya beban pencemar, teknik pemulihan alam khususnya aktivitas
bakteri alam dalam merombak bahan organik dan waktu, sehingga kapasitas
badan air dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar meningkat.
Sebaran wilayah jasa ekosistem pengaturan pemurnian air di Provinsi Bali dapat
dilihat pada Gambar 3.30 berikut ini :
Gambar 3.30. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 146
Ekoregion di Provinsi Bali yang memiliki luasan yang berkategori sangat
tinggi dalam pengaturan pemurnian air adalah dataran fluvio gunung api dengan
luasan terbesar yaitu 82.330,85 Ha (14,89%). Dataran fluvio gunung api
merupakan dataran yang subur, sehingga banyak terdapat hutan serta perkebunan
yang dapat membantu dalam penyerapan air dan pemurnian air secara alami.
Selain itu, lereng gunung api mempunyai luasan berkategori sedang yang terbesar
dalam pengaturan pemurnian air, yaitu seluas 27.844,94 Ha (5,04%) (Tabel 3.36).
Sebagian besar lereng gunung api memiliki tutupan lahan seperti hutan lahan
tinggi dan rendah yang dapat membantu dalam pemurnian air.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
pemurnian air berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.36 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 147
Tabel 3.36. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Ekoregion
Total 49.235,05 8,91 87.233,12 15,78 74.971,48 13,56 213.529,08 38,63 127.819,37 23,12
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 148
E. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah
Jasa ekosistem meliputi kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan
menyerap limbah dan sampah. Dalam kapasitas yang terbatas, ekosistem memiliki
kemampuan untuk menetralisir zat organik yang ada dalam air limbah. Alam
menyediakan berbagai macam mikroba (aerob) yang mampu menguraikan zat
organik yang terdapat dalam limbah dan sampah menjadi zat anorganik yang
stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob
yang disediakan ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai dan
menyerap limbah dan sampah diantarnya bakteri, jamur, protozoa, ganggang.
Sebaran wilayah jasa ekosistem pengaturan pengolahan dan penguraian limbah di
Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 3.31 berikut ini :
Gambar 3.31. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian
Limbah Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 149
Ekoregion di Provinsi Bali yang mempunyai luasan terbesar dalam
pengaturan pengolahan dan penguraian limbah berkategori sangat tinggi adalah
dataran fluvio gunung api dengan luasan sebesar 88.822,06 Ha (16,07%). Dataran
fluvio gunung api biasanya memiliki tutupan lahan seperti hutan dan perkebunan
yang dapat membantu dalam mengurai limbah gas seperti CO 2 , karena CO 2
digunakan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Selain itu, akar tumbuhan
juga dapat membantu dalam mengeliminir limbah cair.
Alam menyediakan berbagai macam mikroba (aerob) yang mampu
menguraikan zat organik yang terdapat dalam limbah dan sampah menjadi zat
anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran bagi
lingkungan. Pada jasa ekosistem pengaturan dan penguraian limbah dengan
kategori sedang yang terbesar ada di ekoregion kaki gunung api yang seluas
54.217,05 ha (9,81%). Sedangkan pada kategori sangat rendah, ekoregion
penyumbang terbesarnya adalah lereng gunung api yang seluas 38.074,30 ha atau
6,89 %. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
pengolahan dan penguraian limbah berdasarkan ekoregion dapat dilihat pada
Tabel 3.37 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 150
Tabel 3.37. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah Berdasarkan Ekoregion
Total 93.492,41 16,91 87.330,80 15,80 96.800,32 17,51 157.333,54 28,46 117.831,02 21,32
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 151
F. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara
Kualitas udara yang baik merupakan salahsatu manfaat yang diberikan oleh
ekosistem. Kualitas udara . sangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai
polutan yang diemisikan ke udara dengan faktor -faktor meteorologis (angin,
suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan ruang permukaan bumi. Semakin
tinggi intensitas pemanfaatan ruang, semakin dinamis kualitas udara. Jasa
pemeliharaan kualitas udara pada kawasan bervegetasi dan pada daerah
bertopografi tinggi umumnya lebih baik dibanding dengan daerah non vegetasi.
Sebaran wilayah jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas udara di
Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 3.32 berikut ini :
Gambar 3.32. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara
Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 152
Kualitas udara yang baik merupakan salah satu manfaat yang diberikan
oleh ekosistem. Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai
polutan yang diemisikan ke udara dengan faktor -faktor meteorologis (angin,
suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan ruang permukaan bumi. Semakin
tinggi intensitas pemanfaatan ruang, semakin dinamis kualitas udara.
Jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas udara di Bali sangat
dipengaruhi oleh tutupan vegetasi pada tempat yang memiliki topografi tinggi.
Persentase luas lahan berkategori sangat tinggi mencapai 18,27% atau seluas
101.013,32 Ha. Persentase lahan berkategori tinggi juga cukup banyak yaitu
sebesar 28,86% atau seluas 159.560,91 Ha. Persentase lahan berkategori sedang
mencapai 32,21% atau seluas 183.595,01 Ha. Persentase lahan berkategori rendah
mencapai 12,89% atau seluas 71.257,96 Ha, sedangkan berkategori sangat rendah
mencapai 6,76% atau seluas 37.360 Ha (Tabel 3.38).
Ekoregion yang mempunyai persentase terbesar untuk kategori sangat
tinggi terbesar pada jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas udara adalah
lereng gunung api, diikuti dengan kaki gunung api, dan kerucut gunung api.
Lereng gunung api dapat berpengaruh pada jasa pengaturan pemeliharaan kualitas
udara seperti lereng Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem di
dominasi oleh tumbuhan yang memiliki kepadatan yang cukup tinggi. Lereng
gunung Batur yang terletak di Kabuaten Bangli, serta lereng Gunung Batukaru di
Kabupaten Tabanan yang didominasi oleh vegetasi hutan lahan tinggi.
Jasa pemeliharaan kualitas udara pada kawasan bervegetasi dan pada
daerah bertopografi tinggi umumnya lebih baik dibanding dengan daerah non
vegetasi. Jasa pengaturan pemeliharaan kualitas udara bermanfaat langsung pada
pengurangan emisi karbondioksida dan berbagai polutan yang diemisikan ke
udara di Provinsi Bali. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem
pengaturan pemeliharaan kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3.38 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 153
Tabel 3.38. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Berdasarkan Ekoregion
Total 37.360,90 6,76 71.257,96 12,89 183.595,01 33,21 159.560,91 28,86 101.013,32 18,27
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 154
G. Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami (Pollination)
Penyerbukan atau polinasi alami merupakan proses jatuhnya serbuk sari
(pollen) pada kepala putik. Proses penyerbukan ini merupakan bagian yang
penting dalam proses reproduksi tumbuhan berbiji. Penyerbukan merupakan
tahapan awal tumbuhan untuk menghasilkan buah, dimana hal ini berkaitan
dengan ketersediaan pangan.
Manfaat yang paling dirasakan dalam proses penyerbukan ini adalah
meningkatkan hasil pertanian. Pengaturan penyerbukan ini bergantung pada
ekoregion dan tipe pemanfaatan lahan di suatu daerah. Distribusi dari habitat
spesies sangatlah membantu dalam proses penyerbukan secara alami. Sebaran
wilayah jasa ekosistem pengaturan penyerbukan alami (pollination) di Provinsi
Bali dapat dilihat pada Gambar 3.33 berikut ini :
Gambar 3.33. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 155
Ekosistem menyediakan jasa pengaturan penyerbukan alami khususnya
lewat tersedianya habitat spesies yang dapat membantu proses penyerbukan alami.
Ekoregion dataran pulau Bali yang memiliki potensi dalam mengatur
penyerbukan secara alami yaitu berturut-turut dari luasan berkategori sangat
tinggi, sedang dan sangat rendah adalah masing-masing 102.254,58 Ha,
106.171,26 Ha dan 82.470,28 Ha (Tabel 3.39).
Ekoregion dataran kaki gunung api dan dataran fluvio gunung api
penyumbang terbesar bagi jasa pengaturan penyerbukan alami yang berkategori
sangat tinggi dengan akumulasi 8,20 %. Kawasan dataran tersebut umumnya
dimanfaatkan sebagai hutan dataran rendah dan hutan dataran tinggi, kebun dan
tanaman campuran serta lahan pertanian. Secara lengkap, distribusi luas dan peran
jasa ekosistem pengaturan penyerbukan alami (pollination) berdasarkan ekoregion
dapat dilihat pada Tabel 3.39 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 156
Tabel 3.39. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami (Pollination) Berdasarkan Ekoregion
Total 82.470,28 14,92 83.791,52 15,16 106.171,26 19,21 178.100,46 32,22 102.254,58 18,50
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 157
H. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme
pengganggu dan disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia,
ekologi, atau ekonomi. Hama dan penyakit merupakan ancaman biotis yang dapat
mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara
alami menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan
habitat spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit.
Ekoregion Pulau Bali yang berkategori sangat tinggi dalam pengaturan
pengendalian hama dan penyakit yaitu seluas 45.842,59 Ha, berkategori sedang
seluas 162.663,03 Ha dan berkategori sangat rendah 100.396,28 Ha. Sekitar
66,63% ekoregion Pulau Bali memiliki potensi pengaturan pengendalian hama
dan penyakit dari tingkat kategori sangat tinggi, tinggi dan sedang. Ekoregion
yang memiliki luasan berkategori sangat tinggi dan tinggi terbesar adalah dari
dataran fluvio gunung api dengan total luasan 119.011,52 Ha (21,53 %). Secara
lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan pengendalian hama
dan penyakir dapat dilihat pada peta dan tabel dibawah ini ( Gambar 3.34 dan
Tabel 3.40)
Gambar 3.34. Peta Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit
Provinsi Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 158
Tabel 3.40. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit Berdasarkan Ekoregion
Total 100.396,28 18,16 84.058,94 15,21 162.663,03 29,43 159.827,27 28,91 45.842,59 8,29
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 159
2. Profil Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Kabupaten/Kota
A. Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Secara administrasi, dapat diketahui bahwa kabupaten yang memiliki luasan
jasa ekosistem pengaturan iklim berkategori sangat tinggi yang terluas adalah
Kabupaten Bangli, yaitu seluas 24.380,93 Ha (4,41%). Selanjutnya Kabupaten
Buleleng dengan luas 16.706,31 Ha (3,02%) kemudian diikuti oleh Kabupaten
Jembrana seluas 15.100,46 Ha (2,73%). Kabupaten Bangli memiliki jasa
ekosistem pengaturan iklim sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh topografi
ketinggian dari wilayah Bangli. Selain itu setengah bagian dari wilayah
Kabupaten Bangli merupakan hutan lahan tinggi, yang memilki pengaruh
terhadap pengaturan iklim.
Sebaliknya, Kota Denpasar termasuk pada peran jasa ekosistem
pengaturan iklim berkategori sangat rendah terluas, dengan luas 9.943,50 Ha
(1,80%), hal ini karena penggunaan lahan di Denpasar dimanfaatkan sebagai
pemukiman. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
iklim berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini
(Gambar 3.35 dan Tabel 3.41).
Gambar 3.35. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 160
Tabel 3.41. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 52.165,55 9,44 168.057,14 30,40 137.022,21 24,79 102.415,41 18,53 93.127,79 16,85
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 161
B. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir
Secara administrasi, luasan jasa ekosistem pengaturan tata air dan banjir
yang berkategori sangat tinggi dan terbesar berada di Kabupaten Bangli, dengan
luas sebesar 26.328,03 Ha (4,76%). Kabupaten Bangli merupakan kabupaten yang
sebagian besar wilayahnya terletak pada lereng gunung hingga kaki gunung,
sehingga memiliki tutupan lahan seperti hutan lahan tinggi, hutan tanaman serta
herba dan rumput. Tata guna lahan tersebut memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap tata air di Kabupaten Bangli.
Selain itu, Kabupaten Bangli memiliki danau yang dapat menyimpan air dan
mempengaruhi siklus hidologi secara lokal di kabupaten tersebut. Kabupaten yang
memiliki luas pengaturan tata air dan banjir dengan kategori sangat rendah dengan
luasan terbesar adalah Kabupaten Klungkung, yaitu seluas 22.451,90 ha (4,06 %)
(Tabel 3.42). Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
iklim berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini
(Gambar 3.36 dan Tabel 3.42).
Gambar 3.36. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air
dan Banjir Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 162
Tabel 3.42. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 80.353,47 14,54 52.562,12 9,51 173.362,13 31,36 149.281,37 27,01 97.229,01 17,59
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 163
C. Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana
Potensi tertinggi untuk jasa ekosistem pengaturan pencegahan dan
perlindungan bencana di Pulau Bali terletak pada kategori rendah sampai sedang
dengan cakupan masing-masing 137.501,22 ha (24,87 %) dan 143.675,82 ha
(25,99 %). Pada kategori sedang, Kabupaten Tabanan penyumbang terbesar
dengan luas lahan 36.104,61 ha (6,53 %). Kabupaten Tabanan terdiri dari
ekoregion dataran fluvio gunung api, kaki gunung api, lereng gunung api, dan
kerucut gunung api.
Pada kategori tinggi, dua kabupaten penyumbang terbesar dalam peran jasa
ekosistem pengaturan pencegahan dan perlindungan bencana adalah Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng yang masing-masing 28.077,04 ha (5,08 %) dan
34.168,88 ha (6,18 %). Sedangkan pada kategori sangat tinggi, dua penyangga
terbesarnya adalah Kabupaten Bangli dan Jembrana yang masing-masing
24.137,43 ha (4,37 %) dan 26.937,91 ha (4,87 %). Secara lengkap, distribusi luas
dan peran jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan bencana berdasarkan
kabupaten/kota, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.37 dan
Tabel 3.43).
Gambar 3.37. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 164
Tabel 3.43. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 78.592,38 14,22 137.501,22 24,87 143.675,82 25,99 86.039,24 15,56 106.979,43 19,35
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 165
D. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Bagian terluas dari Kota Denpasar yang memiliki peran jasa ekosistem
pengaturan pemurnian air tetapi luasan tersebut termasuk ke dalam kategori
sangat rendah adalah seluas 9.911,55 Ha (1,79%). Hal tersebut dikarenakan Kota
Denpasar merupakan wilayah yang padat dengan pemukiman warga, sehingga
untuk melakukan pemurnian air menjadi sulit karena kelebihan beban. Tekanan
dari aktivitas masyarakat terhadap badan air, baik karena membuang limbah ke
dalam perairan atau menyempitnya daerah aliran menyebabkan pemurnian air
sulit untuk dilakukan. Disamping itu, semakin berkurangnya ruang terbuka hijau
karena pesatnya pembangunan di Kota Denpasar juga memiliki pengaruh terhadap
susahnya suatu badan perairan untuk melakukan pemurnian secara alami.
Luas jasa ekosistem pengaturan pemurnian air yang berkategori sangat
tinggi berada di Kabupaten Tabanan dengan luasan terbesar yang mencapai
33.460,02 Ha (6,05%) (Tabel 3.44). Pada bagian hulu Kabupaten Tabanan
terdapat hutan lahan tinggi dan Danau Beratan yang berperan dalam pemurnian air
di kabupaten tersebut. Pemurnian air di Kabupaten Tabanan sangat penting karena
sebagian besar aliran air tersebut digunakan sebagai air irigasi untuk lahan
persawahan dan perkebunan. Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa
ekosistem pengaturan pemurnian air berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat
pada grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.38 dan Tabel 3.44).
Gambar 3.38. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Pemurnian Air Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 166
Tabel 3.44. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air Berdasarkan Kabupaten/Kota
1 Denpasar 9.911,55 1,79 31,95 0,01 253,97 0,05 826,88 0,15 1.084,45 0,20
2 Badung 8.194,77 1,48 11.808,65 2,14 2.427,78 0,44 3.122,26 0,56 14.161,81 2,56
3 Gianyar 6.973,13 1,26 1.191,11 0,22 884,16 0,16 2.713,80 0,49 24.768,00 4,48
4 Tabanan 4.801,19 0,87 898,58 0,16 8.680,11 1,57 36.214,01 6,55 33.460,02 6,05
5 Bangli 3.439,80 0,62 15.475,40 2,80 3.843,60 0,70 17.221,79 3,12 11.131,36 2,01
6 Klungkung 2.881,89 0,52 20.052,10 3,63 1.825,64 0,33 1.432,43 0,26 4.881,44 0,88
7 Karangasem 3.820,79 0,69 17.652,04 3,19 17.372,96 3,14 27.277,00 4,93 16.987,38 3,07
8 Buleleng 6.842,33 1,24 17.281,70 3,13 28.642,43 5,18 66.307,84 12,00 11.555,91 2,09
9 Jembrana 2.369,58 0,43 2.841,59 0,51 11.040,82 2,00 58.413,07 10,57 9.789,00 1,77
Total 49.235,05 8,91 87.233,12 15,78 74.971,48 13,56 213.529,08 38,63 127.819,37 23,12
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 167
E. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah
Secara administrasi, Luas areal terbesar yang peran jasa ekosistem
pengaturan dan penguraian limbahnya dengan kategori sangat tinggi adalah
Kabupaten Tabanan yang mencapai 29.835,47 Ha (5,40%) (Tabel 3.45). Disusul
kemudian oleh Kabupaten Gianyar dengan luas 21.592,01 ha (3,91%). Untuk
Kabupaten Tabanan, adanya hutan lahan tinggi dan danau memberikan pengaruh
untuk meminimalisir limbah karena tumbuhan air ataupun tumbuhan di darat
memerlukan limbah dalam jumlah tertentu untuk dijadikan sebagai sumber
nutrien. Selain itu, jumlah pemukiman warga yang tidak terlalu padat memberikan
alam kesempatan yang lebih baik untuk melakukan pemurnian.
Sedangkan kabupaten yang berada pada kategori sangat rendah dengan
luasan tertinggi dalam mengolah dan mengurai limbah adalah Kabupaten
Buleleng yaitu seluas 21.350,93 ha (3,86%). Hal tersebut kemungkinan karena
adanya tata guna lahan yang bervariasi menyebabkan pengolahan limbah kurang
intensif dilakukan. Seperti halnya di Kabupaten Buleleng bagian barat, banyak
terdapat tambak sepanjang pantai yang menggunakan air laut untuk budidaya dan
membuang limbah budidaya tersebut kembali laut, sehingga hal tersebut dapat
menurunkan biodiversitas yang ada di laut. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan umum. Secara lengkap,
distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan pengolahan dan penguraian
limbah berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah
ini (Gambar 3.39 dan Tabel 3.45).
Gambar 3.39. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Pengolahan dan Penguraian Limbah Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 168
Tabel 3.45. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 93.492,41 16,91 87.330,80 15,80 96.800,32 17,51 157.333,54 28,46 117.831,02 21,32
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 169
F. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara
Secara administrasi, dapat diketahui bahwa kabupaten yang memiliki luasan
jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas udara dengan kategori sangat
tinggi yang terbesar adalah Kabupaten Bangli, yaitu seluas 26.124,45 Ha (4,73%).
Selanjutnya disusul oleh Kabupaten Buleleng pada kategori yang sama dengan
luas 20.635,85 Ha (3,73%) kemudian Kabupaten Jembrana sebesar 15.234,28 Ha
(2,76%). Kabupaten Bangli memiliki jasa pengaturan pemeliharaan kualitas udara
berkategori sangat tinggi terbaik karena dipengaruhi oleh topografi ketinggian,
dan setengah bagian pemanfaatan lahan dari wilayah Kabupaten Bangli
merupakan hutan yang terletak pada lahan tinggi pula, yang memilki pengaruh
besar terhadap jasa pengaturan pemeliharaan kualitas udara.
Kota Denpasar termasuk pada peran jasa ekosistem pengaturan kualitas
udara terbesar yang mencapai luas 9.805,15 Ha (1,77%) tetapi hanya masuk
kategori sangat rendah. Hal ini karena kurangnya vegetasi di kawasan Kota
Denpasar serta sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Kota Denpasar
dimanfaatkan sebagai pemukiman bangunan campuran sehingga serapan CO 2
untuk menghasilkan O 2 yang sehat menjadi kecil. Secara lengkap, distribusi luas
dan peran jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas udara berdasarkan
kabupaten/kota, dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.40 dan
Tabel 3.46).
Gambar 3.40. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Pemeliharaan Kualitas Udara Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 170
Tabel 3.46. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 37.360,90 6,76 71.257,96 12,89 183.595,01 33,21 159.560,91 28,86 101.013,32 18,27
Sumber : Hasil Analisi P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 171
G. Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami (Pollination)
Luasan lahan di Pulau Bali yang memiliki peran jasa ekosistem pengaturan
penyerbukan alami dengan kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing seluas
178.100,46 Ha (32,22 %) dan 102.254,58 ha (18,50 %). Hampir 69,93 % dari
luasan total lahan di Pulau Bali yang memiliki kategori dari sedang hingga sangat
tinggi. Kabupaten Buleleng terlihat memiliki kategori sangat tinggi terbesar dalam
pengaturan penyerbukan alami dengan luasan 31.447,25 Ha (5,69 %). Kawasan
Buleleng didominasi oleh dataran lereng gunung api, perbukitan denudasional dan
dataran fluvio gunung api. Pemanfaatan lahan pada kawasan Buleleng yaitu
didominasi oleh hutan lahan tinggi, kebun dan tanaman campuran. Habitat alami
seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya menyediakan media spesies
pengatur penyerbukan yang lebih melimpah.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
penyerbukan alami (pollination) berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat pada
grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.41 dan Tabel 3.47).
Gambar 3.41. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Penyerbukan Alami (Pollination) Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 172
Tabel 3.47. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami (Pollination)
Total 82.470,28 14,92 83.791,52 15,16 106.171,26 19,21 178.100,46 32,22 102.254,58 18,50
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 173
H. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit
Secara administrasi, dapat diketahui bahwa di Pulau Bali peran jasa
ekosistem pengaturan pengendalian hama dan penyakit terbesar mencapai luas
162.663,03 Ha (29,43%) dari luasan total dan termasuk dalam kategori sedang.
Kabupaten Jembrana termasuk dalam kategori sangat tinggi terbesar pada jasa
ekosistem pengaturan pengendalian hama dan penyakit yaitu seluas 12.912,50 Ha
(2,34%). Sedangkan, kawasan yang memiliki luasan terkecil pada kategori sangat
tinggi dalam pengaturan pengendalian hama dan penyakit adalah Kabupaten
Badung dengan luas hanya 182,62 Ha (0,03%). Kawasan Kabupaten Badung
didominasi oleh pembangunan fasilitas pariwisata sehingga tidak optimal dalam
sistem pengaturan hama dan penyakit.
Secara lengkap, distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
pengendalian hama dan penyakit berdasarkan kabupaten/kota, dapat dilihat pada
grafik dan tabel dibawah ini (Gambar 3.42 dan Tabel 3.48).
Gambar 3.42. Grafik Distribusi Luas Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem Pengaturan
Pengendalian Hama dan Penyakit Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 174
Tabel 3.48. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit Berdasarkan Kabupaten/Kota
Total 100.396,28 18,16 84.058,94 15,21 162.663,03 29,43 159.827,27 28,91 45.842,59 8,29
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 175
3. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Ekoregion dan Kabupaten/Kota
A. Indeks Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Ekoregion
Nilai rata-rata indeks daya dukung lingkungan jasa ekosistem pengaturan
berdasarkan ekoregion yang ada di Bali tertinggi ada di bentukan lahan kaki
gunung api (0,60), kemudian sedikit dibawahnya adalah dari kontribusi ekoregion
lereng gunung api (0,57) dan dataran alluvial (0,55).
Secara lengkap, indek daya tampung lingkungan jasa ekosistem pengaturan
menurut ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.49 berikut ini :
Tabel 3.49. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Menurut Ekoregion
No Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Ekoregion
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Rata-rata
1 Dataran Aluvial 0,42 0,46 0,63 0,46 0,66 0,46 0,64 0,64 0,55
2 Dataran Fluvio
Gunung Api 0,37 0,43 0,52 0,51 0,64 0,43 0,62 0,50 0,50
3 Dataran Fluvio
Marin 0,32 0,38 0,46 0,38 0,60 0,44 0,46 0,49 0,44
4 Dataran Pantai 0,32 0,34 0,35 0,28 0,31 0,53 0,41 0,33 0,36
5 Dataran Terumbu 0,29 0,31 0,35 0,24 0,27 0,34 0,24 0,30 0,29
6 Kaki Gunung Api 0,49 0,52 0,63 0,65 0,57 0,68 0,77 0,48 0,60
7 Kerucut Gunung
Api 0,67 0,69 0,68 0,38 0,36 0,70 0,52 0,30 0,54
8 Lereng Gunung
Api 0,72 0,74 0,73 0,40 0,38 0,74 0,54 0,32 0,57
9 Perbukitan
Denudasional 0,56 0,56 0,44 0,45 0,44 0,45 0,50 0,42 0,48
10 Perbukitan Karst 0,30 0,31 0,50 0,24 0,22 0,31 0,28 0,24 0,30
11 Pesisir 0,28 0,36 0,32 0,33 0,39 0,34 0,27 0,29 0,32
Rata-rata 0,43 0,46 0,51 0,39 0,44 0,49 0,48 0,39
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Keterangan : (1) Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim, (2) Pengaturan Tata Air dan Banjir, (3) Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana, (4) Pengaturan Pemurnian Air, (5) Pengaturan Pengolahan dan
Penguraian Limbah, (6) Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara, (7) Pengaturan Penyerbukan Alami
(pollination), dan (8) Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 176
Secara umum ada pola yang mirip antara jasa ekosistem pengaturan iklim,
tata air dan banjir serta pencegahan dan perlindungan bencana yang mana
kontribusi terbesarnya didukung oleh bentukan lahan lereng gunung api, lalu
kerucut gunung api dan selanjutnya perbukitan denundasional (Tabel 3.49). Akan
tetapi susunan kontribusi terbesar dari jasa ekosistem pengaturan pemurnian air,
pengolahan & pengaturan limbah, penyerbukan alami dan pengendalian hama
penyakit justru oleh perbukitan denundasional, kemudian lereng gunung api dan
kerucut gunung api. Yang membentuk pola sendiri adalah jasa ekosistem
pengaturan pemeliharaan kualitas udara yang mana susunan kontribusi
terbesarnya dari lereng gunung api (0,74), lalu kerucut gunung api (0,70),
kemudian kaki gunung api (0,68).
Secara spesifik, indek daya tampung lingkungan jasa ekosistem pengaturan
iklim menurut ekoregion memiliki rata-rata 0,43 dengan jumlah terbesar pada
lereng gunung api dengan nilai 0,72. Lereng gunung api memiliki pengaruh
terhadap pengaturan iklim, karena pengaturan iklim dipengaruhi oleh ketinggian
suatu tempat. Hal ini berbanding lurus dengan pengaturan pencegahan dan
perlindungan bencana dengan nilai 0,74, karena apabila pengaturan iklim dapat
dilakukan dengan baik akan dapat mencegah dan mengurangi efek terjadinya
bencana.
Indek daya tampung lingkungan jasa pengaturan pemeliharaan kualitas
udara menurut ekoregion memiliki rata-rata 0,49 dengan jumlah terbesar pada
lereng gunung api dengan nilai 0,74. Lereng gunung api memiliki pengaruh
terhadap pengaturan pemeliharaan kualitas udara, karena pengaturan
pemeliharaan kualitas udara dipengaruhi oleh topografi ketinggian yang dominasi
oleh hutan lahan tinggi.
Rata-rata umum indek daya tampung lingkungan jasa ekosistem pengaturan
menurut kabupaten/kota yang terbesar ada di Kabupaten Bangli dan Jembrana
dengan nilai sama yaitu (0,59), disusul kemudian oleh Kabupaten Tabanan (0,56)
dan Kabupaten Gianyar (0,55).
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 177
B. Indeks Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Kabupaten/Kota
Rata-rata umum indek daya tampung lingkungan jasa ekosistem pengaturan
menurut kabupaten/kota dengan indeks terkecil ada di Kota Denpasar (0,30).
Pada jasa ekosistem pengaturan, Kabupaten Bangli dengan Kabupaten Jembrana
memiliki kesamaan dalam hal banyak vegetasi alami dan komposisi penduduk
yang tergolong kurang padat bila dibandingkan dengan kabupaten dan kota
lainnya di Bali.
Tabel 3.50. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Menurut Provinsi
No
Kabupaten / Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
Kota
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Rata-rata
1 Denpasar 0,22 0,28 0,33 0,28 0,38 0,25 0,33 0,33 0,30
2 Badung 0,35 0,41 0,47 0,41 0,47 0,41 0,45 0,37 0,42
3 Gianyar 0,44 0,50 0,58 0,60 0,64 0,55 0,62 0,47 0,55
4 Tabanan 0,51 0,57 0,63 0,54 0,57 0,61 0,65 0,43 0,56
5 Bangli 0,66 0,67 0,71 0,49 0,46 0,72 0,60 0,39 0,59
6 Klungkung 0,32 0,34 0,47 0,32 0,34 0,34 0,37 0,31 0,35
7 Karangasem 0,50 0,51 0,55 0,46 0,45 0,56 0,59 0,41 0,50
8 Buleleng 0,52 0,55 0,58 0,44 0,45 0,56 0,58 0,41 0,51
9 Jembrana 0,60 0,63 0,63 0,50 0,59 0,59 0,63 0,53 0,59
Rata-rata 0,46 0,50 0,55 0,45 0,48 0,51 0,53 0,40
Keterangan : (1) Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim, (2) Pengaturan Tata Air dan Banjir, (3) Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana, (4) Pengaturan Pemurnian Air, (5) Pengaturan Pengolahan dan
Penguraian Limbah, (6) Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara, (7) Pengaturan Penyerbukan Alami
(pollination), dan (8) Pengaturan Pengendalian Hama dan Penyakit
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 178
tetapi nilai ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan nilai jasa pengaturan
penyerbukan alami yang sebesar 0,53 dan jasa pengaturan pemeliharaan kualitas
udara sebesar 0,51. Nilai ini sangat dominan dikarenakan kondisi lahan hutan di
Bali masih cukup terjaga terutama di bagian Bali Barat.
3.3.5. Profil Indek Komposit Indek Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem
A. Indek Komposit Indek Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Menurut Ekoregion
Berdasarkan Tabel 3.51 indek daya dukung dan daya tampung rata-rata jasa
ekosistem menurut region di Pulau Bali paling tinggi ada pada jasa pendukung
dan jasa pengaturan yaitu sebesar 0,45, kemudian jasa budaya sebesar 0,41.
Sedangkan indek terendahnya yaitu jasa penyediaan sebesar 0,38.
Secara umum, ekoregion yang mendominasi pada semua jasa diatas yaitu
dataran aluvial kecuali jasa pengaturan yang didominasi oleh kaki Gunung Api
sebesar 0,60. Rata-rata nilai indek dataran aluvial daya dukung dan daya
tampungnya yaitu 0,56 yang masing-masing di dukung oleh jasa pendukung
sebesar 0,65, jasa penyediaan 058, jasa pengaturan 0,55 dan jasa budaya sebesar
0,41.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa Pulau Bali bentukan lahan dataran
alluvial memberikan kontribusi tertinggi (0,56) kemudian dataran fluvio gunung
api (0,55) dan kaki gunung api (0,52) yang semuanya sangat subur dan sangat
cocok dalam mendukung keragaman ekosistem diatasnya seperti pertanian,
perkebunan dan kehutanan.
Secara lengkap, indek komposit daya dukung dan daya tampung lingkungan
jasa ekosistem menurut ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.51 berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 179
Tabel 3.51. Indek Komposit Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Menurut
Ekoregion
Indeks Rata-rata
No Ekoregion Jasa Jasa Jasa Jasa Rata-
Penyediaan Budaya Pendukung Pengaturan rata
1 Dataran Aluvial 0,58 0,45 0,65 0,55 0,56
2 Dataran Fluvio Gunung Api 0,57 0,51 0,63 0,50 0,55
3 Dataran Fluvio Marin 0,46 0,51 0,56 0,44 0,49
4 Dataran Pantai 0,34 0,52 0,31 0,36 0,38
5 Dataran Terumbu 0,22 0,24 0,25 0,29 0,25
6 Kaki Gunung Api 0,47 0,41 0,60 0,60 0,52
7 Kerucut Gunung Api 0,38 0,44 0,46 0,54 0,45
8 Lereng Gunung Api 0,38 0,43 0,48 0,57 0,47
9 Perbukitan Denudasional 0,36 0,20 0,44 0,48 0,37
10 Perbukitan Karst 0,21 0,23 0,23 0,30 0,25
11 Pesisir 0,24 0,55 0,31 0,32 0,36
Rata-rata 0,38 0,41 0,45 0,45
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 180
Tabel 3.52. Indek Komposit Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Menurut
Kabupaten/Kota
Indeks Rata-rata
No Kabupaten/Kota Jasa Jasa Jasa Jasa
Rata-rata
Penyediaan Budaya Pendukung Pengaturan
1 Denpasar 0,32 0,71 0,34 0,30 0,42
2 Badung 0,41 0,48 0,45 0,42 0,44
3 Gianyar 0,52 0,59 0,60 0,55 0,57
4 Tabanan 0,51 0,49 0,59 0,56 0,54
5 Bangli 0,41 0,31 0,53 0,59 0,46
6 Klungkung 0,31 0,33 0,34 0,35 0,33
7 Karangasem 0,43 0,37 0,52 0,50 0,46
8 Buleleng 0,43 0,32 0,50 0,51 0,44
9 Jembrana 0,51 0,37 0,60 0,59 0,52
Rata-rata 0,43 0,44 0,50 0,49
Sumber : Hasil Analisis P3E Bali dan Nusra, 2015
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 181
3.3.6. Profil Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa
Ekosistem Penting Ekoregion Pulau Bali
Jasa ekosistem penting dapat digunakan untuk mengetahui potensi daya
dukung dan daya tampung pada suatu wilayah. Nilai ekosistem menunjukkan nilai
keseluruhan jasa ekosistem yang ada baik yang termasuk dalam daya dukung
maupun yang termasuk dalam daya tampung. Distribusi daya dukung dan daya
tampung jasa ekosistem penting pada masing-masing wilayah kabupaten/kota di
ekoregion Pualu Bali dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini :
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 183
Tabel 3.53. Distribusi Daya Dukung dan Daya Tampung Jasa Ekosistem Penting
Penting I Penting II Penting III
No Kabupaten / (Prioritas I) (Prioritas II) (Prioritas III)
Kota (Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)
Gambar 3.44. Grafik Distribusi Luas Jasa Ekosistem Penting Ekoregion Pulau Bali
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 184
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
A. Kajian daya dukung lingkungan jasa ekosistem penyediaan menurut
ekoregion yang terdiri dari penyediaan pangan, air bersih, serat, energi dan
sumberdaya genetik menunjukkan bahwa jasa ekosistem penyediaan serat
dan sumberdaya genetik kondisinya lebih baik dibandingkan dengan jasa
ekosistem penyediaan lainnya. Dalam hal ini ada tiga jenis landform
utama yang menunjang yaitu dataran alluvial, dataran fluvio gunung api
dan kaki gunung api. Sementara menurut penyebaran kabupaten/kota
maka tiga daya dukung lingkungan jasa ekosistem penyediaannya yang
terbaik adalah Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Jembrana.
B. Daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya menurut ekoregion yang
terdiri dari tempat tinggal & ruang hidup, rekreasi & ekoturisme dan
estetika keindahan alam mencerminkan bahwa jasa ekosistem rekreasi &
ekoturisme lebih baik dibandingkan dengan jasa ekosistem budaya yang
lain. Adapun dua jenis land form utama yang menunjang yaitu pesisir dan
dataran pantai. Sedangkan berdasarkan penyebaran kabupaten kota maka
tiga daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya yang terbaik adalah
Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan.
C. Daya dukung lingkungan jasa ekosistem pendukung menurut ekoregion
yang terdiri dari pembentukan tanah & kesuburan, siklus hara, produksi
primer dan biodiversitas mencerminkan bahwa jasa ekosistem pendukung
produksi primer dan biodiversitas lebih baik dibandingkan dengan jasa
ekosistem pendukung lainnya. Ada dua jenis land form utama yang
menunjang yaitu dataran alluvial dan dataran fluvio gunung api.
Selanjutnya dari penyebaran kabupaten kota maka tiga daya dukung
lingkungan jasa ekosistem pendukung yang terbaik adalah Kabupaten
Gianyar, Jembrana dan Tabanan.
D. Kondisi daya tampung lingkungan jasa ekosistem pengaturan menurut
ekoregion yang terdiri dari pengaturan iklim, tata air & banjir, pencegahan
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 185
& perlindungan bencana, pemurnian air, pengolahan & penguraian limbah,
pemeliharaan kualitas udara, penyerbukan alami, dan pengaturan
pengendalian hama & penyakit maka jasa ekosistem pengaturan
pencegahan & perlindungan bencana, pemeliharaan kualitas udara dan
penyerbukan alami, kondisinya lebih baik dibandingkan dengan jasa
ekosistem pengaturan yang lain. Jelas nampak ada tiga jenis land form
utama yang berperan yaitu kaki gunung api, lereng gunung api dan dataran
aluvial. Sedangkan menurut penyebaran kabupaten kota maka tiga daya
dukung lingkungan jasa ekosistem pengaturan yang terbaik adalah
Kabupaten Bangli, Jembrana dan Tabanan.
E. Secara komposit ekoregion Bali menunjukkan bahwa kondisi daya dukung
jasa pendukung dan daya tampung jasa pengaturan kondisinya sama baik
dengan nilai indeks 0,45 yang mana diatas dari daya dukung penyediaan
dan budaya. Penggabungan antara daya dukung dan daya tampung
lingkungan jasa ekosistem menurut provinsi menghasilkan urutan jasa
ekosistem terbaik ada di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Jembrana.
Dalam hal ini Kabupaten Klungkung perlu mendapatkan perhatian khusus
karena jasa ekosistemnya terendah yang mungkin dataran terluasnya ada
di Nusa Penida yang minim air, kurang subur dan minim vegetasi.
F. Berdasarkan jasa ekosistem penting, dapat diketahui bahwa
kabupaten/kota yang menjadi prioritas I dalam pemanfaatan
pengembangan kewilayahan terkait jasa penyediaan, budaya, pendukung,
dan pengaturan adalah Kabupaten Tabanan. Sedangkan yang menjadi
prioritas II dan III dalam pemanfaatan pengembangan wilayah adalah
Kabupaten Buleleng.
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 186
4.2. Saran
A. Masih diperlukan pencermatan lebih lanjut sebelum diterbitkan sebagai
pedoman pengendali pembangunan dalam bentuk FGD dengan
stakeholders terkait termasuk juga dengan melakukan visitasi lapangan.
B. Daya dukung dan daya tampung yang berbasis jasa ekosistem ini, skalanya
masih besar sehingga untuk penerapan di tingkat kabupaten kota,
diperlukan kajian pendetilan lebih lanjut agar dapat diterima oleh
stakeholders yang berkepentingan.
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 187
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Arthana, I Wayan. 2015. Hasil Analisis Peta Daya Dukung dan Daya Tampung
Pulau Bali Berbasis Jasa Ekosistem. Disampaikan dalam Diskusi Tim
DDDTLH Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Denpasar.
Mutaali, Lutfi. 2015. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Berbasis Jasa Ekosistem Sebagai Dasar Pengendalian dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Presentasi Seminar. Disampaikan dalam Diskusi Tim
DDDTLH Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Denpasar.
Mutaali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang, dan Lingkungan. Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 188
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KLH. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Buku Teks. Penerbit Tarsito.
Bandung.
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 189
Vink, A.P.A., 1983, in Davidson, D.A. (Ed)., Landscape Ecology and Land Use,
Longman, London
Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Ekoregion Pulau Bali 190