Etika Keperawatan Dalam Pengambilan Spesimen Bab 1-4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajalela dalam
kehidupan masyarakat. Akan tetapi, penyakit infeksi tetap menjadi
primadona penyakit yang paling sering menyerang manusia.

Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme


yang bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya
dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnese guna menemukan etiologi
penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan
cara pemeriksaan spesimen.

Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan,
misalnya dokter, perawat, bidan harus mengetahui dan memahami betul
cara pengambilan spesimen. Sebagai mahasiswi, tentunya juga harus
memahami betul cara pengelolaan/penanganan spesimen.Yang harus
diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah: Cara Pengambilan
spesimen.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Bagaimana prinsip-prsinsip etika?
3. apa yang dimaksud dengan nilai dan moral?
4. Apa saja hak-hak pasien dan perawat?
5. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
6. Apa saja fungsi komunikasi terapeutik?
7. Bagaimana prinsip dasar komunikasi terapeutik?
8. Apa yang dimaksud dengan spesimen?
9. Bagaimana cara pengambilan spesimen urin?
10. Bagaimana cara pemgambilan spesimen sputum?
11. Bagaimana cara pengambilan spesimen darah?
12. Bagaimana cara pengambilan spesimen feses?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah ntuk mengetahui bagaimana itu
etika pengambilan spesimen
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan ini antara lain :
a. Untuk mengetahui pengertian etika
b. Untuk mengetahui prinsip-prsinsip etika
c. Untuk mengetahui nilai dan moral
d. Untuk mengetahui hak-hak pasien dan perawat
e. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
f. Untuk mengetahui fungsi komunikasi terapeutik
g. Untuk mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik
h. Untuk mengetahui pengertian dari spesimen
i. Untuk mengetahui cara pengambila spesimen urin
j. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen sputum
k. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen darah
l. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen feses

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai informasi dasar untuk mengenal bagaimana etika dalam
pengambilan spesimen
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai etika
dalam pengambilan spesimen
2. Bagi Klien
Sebagai sumber informasi untuk mencegah terjadinya
pengambilan spesimen kepada klien dengan etika yang salah

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut
Araskar dan David (1978) berarti kebiasaaan . model prilaku atau
standar yangdiharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.
Penggunaan istilah etikasekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi prilakum ( kusnanto, 2004 ).
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang
baik bagikelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip
bagi perbuatanyang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan
hal yang tidak baik dandengan kewajiban moral. Etika berhubungan

2
dengan peraturan untuk perbuatan atau tindakan yang mempunyai prinsip
benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung
jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku
yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
B. Prinsip-prinsip Etika
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh
orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,

3
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan,
adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry
hunt. 1994)

C. Nilai dan Moral


1. Nilai
Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berarti
kebiasaan, adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya
dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata
moral diterjemahkan dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang
paling umum adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide
yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan
wajar.
Berikut ini beberapa Pengertian Moral Menurut para Ahli:

a) Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada


akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut
hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
b) Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara,
kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
c) Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu

4
yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan
menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral
adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang
sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau
pemikiran. Jadi, moral sangat berhubungan dengan benar salah, baik
buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.
2. Moral
Beberapa pendapat tentang nilai dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menurut Bambang Daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau
penghargaan atas sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku
seseorang.
b. Menurut Parsi Darmo Diharjo, nilai adalah kualitas atau keadaan
yang bermanfaat bagi manusia baik lahir maupun batin.
c. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas dan berguna bagi manusia dan berkaitan dengan cita-cita
harapan, keyakinan, dan hal-hal lain yang bersifat batiniah sebagai
pedoman manusia bertingkah laku.
Dengan demikian, nilai dapat diartikan sebagai sifat kualitas dari
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun
batin. Bagi manusia nilai di jadikan sebagai landasan, alasan atau
motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun
tidak.
Sesuatu itu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat
sebagai berikut:
a. Menyenangkan
b. Berguna
c. Memuaskan
d. Menguntungkan
e. Menarik
f. Keyakinan

D. Hak-hak Pasien dan Perawat


1. Hak Pasien
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

5
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa
diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar
profesi keperawatan
e. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
f. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari
pihak luar.
g. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang
terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap
penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.
h. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data- data medisnya.
i. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
1) penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak
dilakukan
2) kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan
tindakan untuk mengatasinya
3) alternatif terapi lainnya
4) prognosanva.
5) perkiraan biaya pengobatan
j. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang
akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya
k. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya.
l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
n. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit
o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.

6
p. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.
2. Hak Perawat
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
b. Mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai latar
belakang
c. Menolak keinginan klien/pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi.
d. Mendapatkan informasi lengkap dari klien/pasien yang tidak puas
terhadap pelayanannya.
e. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK
dalam bidang keperawatan/kebidanan/kesehatan secara terus
menerus.
f. Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien/pasien
dan atau keluarganya.
g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya.
h. Diikutsertakan dalam penyusunan/penetapan kebijakan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
i. Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila nama
baiknya dicemarkan oleh klien/pasien dan atau keluarganya serta
tenaga kesehatan lain.
j. Menolak pihak lain yang memberi anjuran/permintaan tertulis
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-
undangan, standar profesi dan kode etik profesi.
k. Mendapatkan perhargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya
sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku di rumah sakit.
l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karir sesuai dengan
bidang profesinya.
E. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk
menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk
mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan
masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik

7
merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan
yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua
komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek
komunikasinya.
Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas
kesehatan dengan pasien. Menurut Purwanto komunikasi terapeutik
merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk melakukan wawancara
dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat
petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan
kesehatan dan perencaan perawatan
2. Fungsi Komunikasi Terapeutik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan
oleh perawat adalah komunikasi yang berjenjang. Masing-masing
jenjang komunikasi tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Komunikasi Intrapersonal
Digunakan untuk berpikir, belajar, merenung, meningkatkan
motivasi, introspeksi diri.
b. Komunikasi Interpersonal
Digunakan untuk meningkatkan hubungan interpersonal,
menggali data atau masalah, menawarkan gagasan, memberi dan
menerima informasi.

c. Komunikasi Publik
Mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi,
menyampaikan perintah atau larangan umum (publik).
3. Prinsip Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan
membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara
perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai
suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat
penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi
terapeutik berikut ini :
a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip humanity of

8
nurses and clients. Hubungan ini tidak hanya sekedar
hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya,
tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan
keunikan setiap individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga
diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat
harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali
permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci
dari komunikasi terapeutik.

F. Penerapan Etika dalam Pengambilan Spesimen

1. Pengambilan Spesimen
Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status
kesehatan adalah mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk
pemeriksaan. Pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan minimal satu
kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan spesimen adalah
menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap
terapi yang telah dijalani

Tanggungjawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:

a. Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan


saat pengambilan spesimen
b. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
c. Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman
spesimen dengan benar
d. Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada
lembaran dengan benar

9
e. Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal

Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses


pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang
benar. Spesimen yang memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai
dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya mencukupi
untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa
(segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak
menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung
dalam wadah yang memenuhi syarat.

Sebelum melakukan pengambilan spesimen, lakukan persiapan-


persiapan seperti berikut ini :

a. Persiapan pasien
Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus
dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan
pengambilan spesimen.
1) Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam
sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa
darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas
fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
2) Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri
(urin, dahak, faeses), jelaskan tata cara pengambilannya.
Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana menampung
spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan
sebelum dan setelah mengambil spesimen, membersihkan
daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
3) Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya
pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum
tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.
2. spesimen urin

10
Semua pengumpulan sample urine harus di lakukan pada
specimen yang segar, khususnya yang berasal dari eliminasi urine
sewaktu bangun tidur pagi karena specimen ini sangat pekat dan lebih
besar kemmungkinanya untuk mengungkapkan abnormalitas.
Specimen yang di ambil secara acak merupakan specimen yang
memuaskan bagi kebanyakan urinalisis dengan syarat bahwa urine
tersebut di kumpulkan dalam wadah yang bersih dan di lindungi
terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawi. Semua
specimen harus di simpan di lemari pendingin segera setelah di
peroleh. Jika di biarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis
akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan di
sekitarnya. Pemeriksaan mikroskopik harus dilakukan dalam waktu
setengah jam setelah di kumpulkan kelambatan memungkinkan
specimen urine mengalami penguraian sel sel dan poliperasi bakteri
pada specimen non steril. Kultur urine harus segera di proses. Jika
tindakan ini tidak mungkin di lakukan kultur tersebut harus di simpan
dalam suhu 4 C atau 39 F.
a. URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
1) Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin.
2) Untuk pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
3) Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama
cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan
memiliki pH lebih rendah.
4) Jumlah minimal 10mL
5) Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya
sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan,
kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
6) Spesimen harus bebas dari feses
7) Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila
tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan
dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk
periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan
lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

b. URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)

11
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk
pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme
yang menyebabkan infeksi saluran kemih Spesimen urine yang di
keluarkan dengan cara yang umum biasanya tidak dapat di
gunakan pemeriksaan bakteriologi akibat kontaminasi organism
dari lingkungan di sekitar meatus uretra. Kontaminasi tersebut
dapat di hindari dengan melakukan kateterisasi kandung kemih.
Namun karena adanya kemungkinan terjadinya infeksi maka
kateterisasi tidak di rekomendasikan untuk mendapatkan specimen
urine kecuali adanya indikasi tertentu.
Teknik clean catch midstream ( teknik ini mengambil urine di
tengah tengah pengeluaran urine saat buang air kecil dan bukan
saat memulai dan mengakhiri dan di lakukan dengan cara cara
yang bersih.) akan memberikan cara cara untuk melakukan
pemeriksaan bakteriologi yang dapat di andalkan tanpa kateterisasi.
Dalam pengambilan ini Jumlah yang diperlukan 30-60mL urine.
1) Prosedur pada pasien laki laki :
a) Buka gland penis dan bersihkan dan bersihkan daerah di
sekitar meatus dengan sabun hilangkan semua bekas sabun
dengan kapas yang sudah di basahi dengan air
b) Buang urine yang keluar pertamakali
c) Kumpulkan bagian tengah urine dengan menggunakan
wadah steril yang bermulut lebar dan di lindungi oleh tutup
yang steri
d) Jangan mengumpulkan beberapa tetes urine terakhir karena
sekresi prostat dapat masuk kedalam pada akhir pencairan
urine.
2) Prosedur pada pasien wanita :
a) Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang
b) Bersihkan daerah sekitar meonatus urinarius dengan
menggunakan spons yang di basahi dengan sabun cair
c) Usap perineum dari depan kebelakang
d) Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang sudah di
basahi dengan air dengan cara menghapusnya dari depan ke
belakang

12
e) Pertahankan agar labia tetap terpisah dan lakukan urinasi
dengan kuat tetapi bagian pertama dan yang memancar
keluar jangan di tampung ( kolon ) bakteri terdapat pada
bagian distal orifisium uretra pancaran urine yang pertama
akan membasuh dan membersihkanya dari kontra min asi
uretra tersebut.
f) Kumpulkan bagian pancaran tengah dari aliran urine dengan
memastikan agar wadah yang dui gunakan untuk
mengumpulkan specimen urine tidak mengenai alat
kelamin.

c. URIN TAMPUNG (timed urin specimen)


Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin
yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar
1-2 jam 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari
pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah
pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur
urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan
segera ke penampungan yang lebih besar.
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1) beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
2) jelaskan metodenya
3) catat jam awal dan jam akhir menampung urin

d. SPESIMEN KATETER INDWELLING


Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area
kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan
jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak
diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3
mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati
dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
Hal yang dapat di lakukan perawat ialah :
a) Perawat melakukan infokonsent kepada klien
b) Persiapkan alat yang di butuhkan dan wadah yang sudah di
sediakan oleh lab
c) Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk
urinalisa rutin

13
d) Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh
urin waktu pengambilan.
e) Masukan urine kedalam tempat yang telah di sediakan

e. PENGUMPULAN URINE 24 JAM


Banyak pemeriksaan urine analisis kuantitatif di laksanakan
pada specimen urine yang di kumpulkan selama prosedur waktu 24
jam untuk melaksanakan prosedur ini.
Prosedur persiapan pasien :
1) Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih pada
waktu yang di tentukan ( 8.00 pagi ) urine di buang
2) Kumpulkan urine setelah 24 jam pengosongan kandung kemih
3) Masukan specimen urine dalam wadah yang bersih

3. Spesimen Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru,
bronkus dan trakea. Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.
Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru, bronkus
dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:

a. Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas


terhadap obat
b. Untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan
patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker
paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali
dari sputum yang diambil di pagi hari.
c. Pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari
berturut-turut di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya
kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah
penampung khusus untuk pemeriksaan ini.

d. Menilai keberhasilan terapi


Cara pengambilan umumnya di pagi hari, saat bangun tidur
klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam. Bila

14
klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal.
Langkah sebagai berikut:
a. Lakukan perawatan mulut
b. Minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum
sebanyak 15-30mL
c. Lakukan kembali perawatan mulut.

Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab
dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan
tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab
penyakit. Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan
bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi
eksudat dan berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag,
untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta
klien membuka mulut seraya berkata ah lalu kerjakan tindakan
dengan cepat.
a. Departemen Mikrobiologi
Cara pengambilan sputum:
1) Cara pengambilan sputum yaitu sama seperti cara pengambilan
sputum secara umum.
2) Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri.
3) Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya 2-3
ml, sesuai keperluan.
4) Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur pengambilan
bakteri biasa dengan bakteri tahan asam (BTA).
5) Dalam pengambilan sputum untuk bakteri biasa cukup sekali
pengambilan sputum yang dilakukan pada pagi hari. Dan untuk
prosedur dan cara membatukkan sputum dapat dilihat pada cara
pengambilan sputum secara umum diatas.
6) Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA)
diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang disebut sputum SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu).

Cara penyimpanan sputum:


1) Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang

15
2) Penyimpanan pada pot steril berpenutup.

Cara pengiriman sputum:


1) Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
2) Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
3) Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum

b. Departemen Patologi Anatomi


Cara pengambilan sputum:
1) Sputum diambil sesuai dengan prosedur pengambilan sputum
secara umum.
2) Sputum langsung dibatukkan dalam Screw Cap Medium.

Cara penyimpanan sputum:


1) Sputum ditangani pada bagian sitologi dan termasuk dalam
kriteria kental, sel cukup banyak sehingga langsung dibuat
preparat hapusnya.
2) Sputum langsung dihapus ke objek gelas dan langsung difiksasi
dengan alkohol 50-70% dengan metode fiksasi pelapis (coating
fixative).
3) Fiksasi pelapis yaitu fiksasi dengan campuran alkohol basa yang
memfiksasi sel-sel dan bahan seperti lilin yang membentuk
lapisan pelindung yang tipis diatas sel.
4) Cara membuat preparat hapus: Ambil dahak dengan ose steril.
Hapus ke objek gelas dengan ukuran 2x3 cm. Fiksasi dengan
alkohol 50-70% dengan perbangingan 1:1
5) Alternatif lain selain fiksasi: simpan dalam lemari es 4C.
6) Simpan dalam lemari es bersuhu -70C untuk penyimpanan
selama bertahun- tahun.

Cara pengiriman sputum:


1) Objek gelas sputum yang telah difiksasi cukup disimpan dalam
amplop (tranport: < 1 jam).
2) Alternatif lain: pengiriman dengan media transport Screw Cap
Medium.

4. Spesimen Darah
Cara Pengambilan Spesimen:
a. Darah Kapiler

16
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun
telinga untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau
anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang
dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol
70% dan biarkan sampai kering.
2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak
boleh sejajar.
4) Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga
tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
5) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan
kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
b. Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti,
pada bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus
sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan
kapas berakohol 70%.
3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45 dengan
lengan.
4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit
menjadi 30 dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-
lahan hingga volume yang diinginkan.
5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian
tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel
dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian
lengan ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti
koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan
agar bercampur.

17
8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap
kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti
koagulan.

Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen


Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
1) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila
mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai
untuk screning test).
2) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila
mengambil darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d
10 ml.

Wadah Spesimen
1) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di
dalam spuit.
2) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
3) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

5. Spesimen Feses
Analisa specimen feses dapat memberikan informasi meliputi
proses tentang kondisi kesehatan. Beberapa tujuan pemeriksaan feses
meliputi :

a. Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan


dapat terjadi akibat adanya ulkus,penyakit inflamasi atau tumor.
Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase, dapat
dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah.
Kertas guaiase yang di gunakan untuk pemeriksaan sensitive
terhadap adanya darah dalam feses. Makanan tertentu,obat dan
vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif
palsu dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran
atau buah-buahan mentah atau obat-obatan tertentu yang
mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan,
seperti aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal
antI-inflamatory drugs/NSAID) yang lain,steroid,sediaan besi dan

18
anti koagulan. Hasil negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi
lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik dari diet
dan suplemen 3 hari sebelum pengukuran sekalipun njika ada
perdarahan.
b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai
contoh, jumlah lemak yang berlebihan pada feses (steatore) dapat
mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus halus.
Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran
empedu dari hati dan kandung kemih ke dalam usus. Untuk
pemeriksaan jenis ini, perawat perlu mengumpulkan dan mengirim
seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang sedikit.
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan
spesimen untuk pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke
laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga spesimen feses yang di
evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d. Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini
hanya membutuhkan sedikit fese karena spesimen tersebut akan di
kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik aseptik
digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim
segera ke laboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip
permintaan laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik.

Hal hal yang perlu diperhatikan

a. Penyimpanan
1) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
2) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuarts medium,
ataupun Pepton water
3) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam
pada suhu 4C

b. Pengiriman
1) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
2) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur
pada media Tetra Thionate Broth

19
c. Mengumpulkan spesimen feses
Alat :
1) Pispot yang bersih
2) Sarung tangan
3) Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan
steril pada tabung untuk kultur feses
4) Dua spatel
5) Tissue
6) Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
7) Penyegar udara

d. Persiapan perawat sebelum pemeriksaan :


1) Kumpulkan peralatan yang di perlukan
2) Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses sesuai
waktu

e. Pelaksanaan
1) Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa
hal tersebut harus dilakukan dan apakah klien dapat
bekerjasama.
2) Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet
berjalan
3) Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien
dapat mebantu mengumpulkannya
4) Defekasi pada pispot yang bersih
5) Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau
darah menstruasi. Jika memungkinkan klien berkrmih dulu
sebelum mengumpulkan spesimen
6) Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena
kandungan kertas dapat mempengaruhian alisis laboratorium
7) Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama
setelah mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke
laboratorium
8) Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi
lainnya yang sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu
saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses
ke wadah spesimen, saat membuang sisa pada pispot, perawat
melakukan teknik aseptik dengan cermat.
9) Berikan privasi klien

20
10) Bantu klien yang memerlukan bantuan
11) Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di
samping tempat tidur atau di bawah dudukan toilet di kamar
mandi
12) Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk
mengurangi rasa bau dan malu pada klien
13) Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada
tangan dan bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan.
Inspeksi sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi bila
klien sering defekasi dan fesesnya cair.
14) Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah
feses
15) Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah
atau semua feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati agar
tidak mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang
dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses.
Biasanya pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses
yang berbentuk atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa
spesime waktu,seluruh feses yang keluar mungkin perlu di
kirimkan, mukius atau darah yang terlihat harus disertakan
pada sampel.
16) Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen.
Letakkan swab kedalam tabung periksa steril dengan
menggunakan teknik steril.
17) Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum
membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan ini
membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui
kontak dengan benda lain
18) Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
19) Pastikan klien dalam keadaan nyaman
20) Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke
tempatnya
21) Lepaskan sarung tangan
22) Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali
dikontra indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan yang
meningkatkan dispenia)
23) Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium

21
24) Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan
laboratorium dan pada label yang melekat di wadah specimen
25) Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur
atau pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak
memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada
beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena
perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam
suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam
tempat pendingin yang berisi makanan dan obat-obatan untuk
mencegah kontaminasi

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus Pengambilan Spesimen


Pak Herman adalah seorang sopir bus antar provinsi. Ia baru
bekerja selama 5 tahun sebagai seorang sopir. Akhir-akhirini pak Herman
bab cair selama + 3 bulan, badan lemas, nafsu makan kurang, berat badan
menurun, sariawan. Pak Herman tidak menganggap serius penyakitnya
sehingga dia hanya berusaha minum obat warung dan belum sembuh
juga akhirnya keluarganya membawa pak Herman ke Rumah Sakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan di UGD pak Herman diminta untuk
di rawat beberapa hari diruangan mawar. Dokter meminta perawat
mengambil spesimen darah klien untuk di tes serum HIV, akan tetapi
dalam pengambilan spesimen, perawat tidak menjelaskan maksud dari
pengambilan spesimen darah tersebut kepada klien, perawat langsung
melakukan tindakan tanpa adanya penjelasan. Dalam melakukan
tindakannya perawat melakukan kesalahan sehingga klien telah beberapa

22
kali di suntik karena gagal, serta bersikap tidak ramah kepada klien
dalam melakukan tindakannya.
B. Pembahasan Kasus Pengambilan Spesimen
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa perawat tidak
menerapkan etika keperawatan dengan baik, dapat dilihat bahwa perawat
tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada klien tentang
tindakanya dalam pengambilan spesimen, bahkan perawat bersikap tidak
ramah kepada klien.
Hal ini tentunya melanggar hak pasien yaitu pasien berhak atas
pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur, serta pasien berhak mendapat
informasi yang meliputi penyakit yang diderita tindakan medik apa yang
hendak dilakukan. Selain itu perawat juga melakukan prinsip etik
maleficience (merugikan orang lain) dengan tidak melakukan tindakan
yang profesional.

C. Role Play Pengambilan Spesimen

Klien (pak Herman usia 30 tahun)


Perawat 1 (perawat UGD)
Perawat 2 (perawat ruang mawar)
Dokter

Di UGD RS
Perawat 1 : Selamat siang, saya perawat Indah mau mencatat identitas
bapak dan apa keluhan bapak
Pasien : Selamat siang, sus. Sus, identitas saya dapat di catat sesuai
dengan KTP dan keluhan saya :
Bab cair selama + 3 bulan, badan lemas, nafsu makan
kurang, berat BB menurun, sariawan.
Perawat 1 : Bapak, Apa ada yang lainnya keluhannya dan saya mau
periksa vital signnya, maksudnya . T/D 100/60 mmhg,
Temperatur 35 0C, Nadi 76 x/mnt, Napas 28 x/mnt dan BB
50 kg. Bapak apakah ada keluhan yang lainnya?
Pasien : Keluhan saya tidak ada yang lain.
Perawat 1 : Bapak harus di rawat untuk pemeriksaan dan pengobatan
yang lebih lanjut oleh spesialis penyakit dalam
Pasien : Saya serahkan, mana yang terbaik buat saya.
Perawat 1 : saya akan bawa bapak sekarang ke ruangan mawar

23
Di Ruang Mawar
Perawat 1 : Bapak, Sebentar lagi dokter mau datang untuk memeriksa
bapak, jadi bapak jangan kemana-mana ya
Pasien : Iya sus.
Perawat 1 : Saya tinggal dulu yah pak
(Perawat pergi)

Dokter : Sus, apa ada pasien saya di Ruang Mawar ini?


Perawat 2 : Ada dok, pasien dari UGD dengan Bab cair selama + 3
bulan walaupun sudah berobat di praktek dokter, badan
lemas, nafsu makan kurang, berat BB menurun, sariawan
dan vital signnya. T/D 100/60 mmhg, Temperatur 35 0C,
Nadi 76 x/mnt, Napas 28 x/mnt dan BB 50 kg
Perawat 2 : Ini dok pasiennya (sambil mengantar ke ruangan pasien)
Dokter : Selamat siang Bapak, Apa benar bapak sakit selama + 3
bulan BAB cair walaupun sudah berobat di praktek dokter,
badan lemas, nafsu makan kurang, berat BB menurun,
sariawan dan saya mau periksa bapak
Pasien : Selamat siang dok, Benar dok, sakit saya seperti yang
dokter sebutkan, iya silahkan periksa dok (kemudian
dokter memeriksa)
Dokter : Bapak, ada resep obat untuk di beli di Apotik RS dan juga
ada pemeriksaan laboratorium
Pasien : Iya dok, nanti saya beli obatnya di Apotik RS ini
Dokter : Baik pak, saya tinggal dulu ya (meninggalkan ruangan
pasien bersama perawat 2)
Diluar ruangan
pasien

24
Dokter : Sus, tolong ambil spesiemen darahnya untuk pemeriksaan
laboratorium serum HIV dan hasilnya sampaikan kepada
saya
Perawat : Baik dok

Perawat
mempersiapkan
alat (perawat tiba-tiba melakukan tindakan tanpa adanya
komunikasi terlebih dahulu dengan klien, bahkan telah
beberapa kali gagal dalam melakukan tindakannya)
Perawat 2 : Aduh bapak maaf ya, kita coba lagi pengambilan darahnya
(dengan tergesa-gesa)
(pasien tampak kesakitan)
Perawat 2 : Bapak bisa tidak bergerak dulu? Saya kesusahan karena
bapak sedikit sedikit bergerak, harusnya bapak bisa
menahannya, karena ini tidak terlalu sakit.

Perawat 2 : Nah akhirnya pak, pengambilan darah sudah selesai, saya


tinggal yah pak
Pasien : Iya baik, sus

Hari ke 2

Dokter : Sus, Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya


Perawat 2 : Ini hasil lab nya serumnya (+) HIV, dok
Dokter : Baiklah saya yang akan menemui pasien sus

Diruang Mawar
Dokter : Selamat siang pak
Pasien : Selamat siang sus
Dokter : Bapak Herman, Saya akan menyampaikan hasil lab
tentang pengambilan darah bapak 2 hari yang lalu

25
Sebelumnya apakah bapak pernah atau sering gonta ganti
pasangan pada saat berhubungan dengan lain jenis

Pasien : Benar sus, saya suka ganti pasangan saat berhubungan


dengan lawannya jenis + 1 tahun terakhir.
Dokter : Dari hasil pemeriksaan Lab. Ternyata bapak menghidap
penyakit HIV
Pasien : Apaaa? saya menghidap penyakit HIV dok?
Dokter : Iya, penyakit HIV di sebabkan oleh virus HIV yang
menyerang kekebalan tubuh dan penularannya lewat
persalinan, hubungan sex, transfusi darah, bekas jarum
yang digunakan oleh penderita HIV
Pasien : Tapi dok. Apa penyakit saya bisa disembuhkan?

Dokter : Pak, Insyaa allah bisa disembuhkan, yang terpenting


adalah bapak mau mengikuti arahan dokter dan
perawatnya dalam pengobatan dan keperawatan di RS ini.
Pasien : Saya berdoa semoga saya dapat sembuh, yaa dok
Dokter : Iya semoga dapat sembuh yah pak. Saya tinggal dulu yah
pak, nanti saya panggilkan konselor agar bapak dapat
berkonsultasi
Pasien : Baik dok

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan
adalah mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan.
Pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan minimal satu kali pada tiap
klien rawat. Tujuan pemeriksaan spesimen adalah menetapkan diagnosa
masalah dan menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani
Dalam pengambilan spesimen perawat perlu memperhatikan hak-
hak pasien, serta perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip etik baik itu
dalam pengambilan spesimen urin, spesimen darah, spesimen feses,
maupun spesimen sputum.
B. Saran

Agar tujuan kita tercapai, sebaiknya kita belajar dengan giat dan
tidak mengabaikan aturan dan norma-norma yang berlaku agar segala yang
kita harapkan dapat tercapai dengan maksimal.

27

Anda mungkin juga menyukai