Proposal Dampak Kegiatan Pertambangan
Proposal Dampak Kegiatan Pertambangan
Proposal Dampak Kegiatan Pertambangan
Oleh:
Menyetujui,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat taufik
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal praktek kerja lapangan
ini.
Praktek kerja lapangan ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan
studi D3 Teknik Pertambangan Universitas Muhammadiyah Mataram. Besar
harapan penulis agar proposal ini dapat diperhatikan dan dipertimbangkan.
Penulis menyadari bahwa karena keterbatas pengetahuan penulis, maka
proposal ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL
Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki
banyak kekayaan alam baik yang dapat diperbaharukan (renewable) maupun yang
tidak dapat diperbaharukan (unrenewable). Jenis kekayaan alam yang tidak dapat
diperbaharui contohnya adalah sumber daya alam berupa sumber energi dan
sumber daya manineral Banyak sekali jenis bahan galian yang ada di Indonesia,
antara lain emas, perak, tembaga dll. Salah satu wilayah yang memiliki cadangan
bahan galian emas adalah Kecamatan Sekotong. Namun karena jumlah cadangan
yang berada di Kecamatan Sekotong itu tidak ekonomis untuk ditambang oleh
perusahaan, maka warga sekitar menggunakan kesempatan itu untuk menambang
dengan cara tradisional.
Kegiatan pertambangan oleh masyarakat Sekotong telah berlangsung sejak
tahun 2008. Sebagian besar masyarakat kemudian beralih mata pencaharian
menjadi penambang karena dianggap lebih menguntungkan. Penelitian Ismayadi,
dkk (2014) menunjukkan adanya peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat
Desa Pelangan yang cukup signifikan akibat kegiatan pertambangan. Namun
kegiatan pertambangan tradisional biasanya tidak mempertimbangkan dampak
lingkungan sekitar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Hal inilah yang
menjadi ketertarikan untuk meneliti apakah kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang telah meningkat akibat kegiatan pertambangan tersebut sesuai dengan
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus
dalam penelitian ini adalah
1. bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat kegiatan
pertambangan emas tradisional di Desa Pelangan Kecamatan Sekotong
Kabupaten Lombok Barat ?
2. bagaimana dampak kegiatan pertambangan yang dilakukan masyarakat di
desa palangan ?
3. apa alternatif pekerjaan yang akan dilakukan setelah pertambangan di
desa pelangan sudah habis dilaksanakan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum dan setelah
adanya kegiatan pertambangan emas tradisional di Desa Pelangan
Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.
2. dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan penambangan emas
tradisional.
3. setelah kegiatan pertambangan emas di desa pelangan berakhir alternatif
pekerjaan apa yang akan dilakukan oleh masyarakat pelangan.
II. DASAR TEORI
2.1. Pertambangan Tradisional
Menurut Lestarisa (2010) Pertambangan tradisional merupakan kegiatan
pertambangan yang dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau
perusahaan berbadan hukum yang dalah pelaksanaannya tidak memiliki ijin dari
instansi pemerintah sesuai peraturan yang berlaku. Akibat yang ditimbulkan oleh
kegiatan penambangan tradisional yaitu (Djajadiningrat,2007): 1) pencemaran
terhadap air, baik berupa erosi maupun larutnya unsur-unsur logam berat
(leaching) karena sistem penirisan yang tidak baik, 2) pencemaran udara berupa
debu dan kebisingan oleh kendaraan pengangkut, perubahan kontur, 3) perubahan
alur sungai, akibat penambangan pasir sungai, 4) longsor dikarenakan pembuatan
jenjang yang terlalu curam, 5) Subcidence, terjadi pada penambangan yang
dilakukan secara bawah tanah, 6) pendapatan pemerintah dari sector
pertambangan berkurang, 7) konflik sosial, terjadinya persaingan antar buruh
tambang, 8) terganggunya kegiatan sektor lain, seperti pertanian dikarenakan
rusaknya irigasi dan perubahan alur sungai, dan perubahan kontur, 9) membuka
nkesempatan kerja bagi masyarakat lingkar tambang, 10) meningkatnya
pendapatan masyarakat, 11) tumbuhnya usaha penunjang kegiatan pertambangan
nseperti: usaha warung makan, fabrikasi alat-alat pertambangan konvensional.
2.2. Kerusakan Lingkungan
Kegiatan Pertambangan tradisional biasanya tidak memperhatikan dampak
terhadap lingkungan. Sehingga hampir di seluruh lokasi penambangan tradisional
terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik itu di lokasi penambangan (lubang)
maupun di lokasi pengolahan (amalgamasi). Pada lokasi penambangan, lubang
bukaan yang tidak terpakai lagi ditinggalkan begitu saja sehingga
berpotensimenimbulkan longsor dan terbawanya material tanah pada musim hujan
hingga ke laut menyebabkan hilangnya habitat biota dasar. Sementara pada lokasi
pengolahan, pada umumnya menyebabkan terjadinya pencemaran merkuri.
Seperti pada hasil proses amalgamasi pertambangan rakyat di Waluran, Sukabumi
umumnya menimbulkan berbagai permasalahan yaitu terjadinya pemborosan
sumberdaya mineral juga menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan.
Terjadinya degradasi lingkungan khususnya di daerah aliran sungai disebabkan
oleh proses pencucian dan pendulangan yang dilakukan di sungai sehingga ampas
(tailing) terbuang ke dalam sungai. Sebagai akibatnya sungai menjadi keruh dan
tercemar oleh merkuri yang terbuang bersama ampas. Hasil pemantauan Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi menyebutkan bahwa di daerah
aliran sungai di Kecamatan Waluran pada umumnya telah mengalami pencemaran
merkuri (Hg) akibat kegiatan pertambangan emas di daerah sekitarnya (Widodo,
2008). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) di
beberapa muara sungai di Kecamatan Sekotong menunjukkan bahwa kandungan
merkuri pada sedimen muara sungai 2,66 9598,31 mg/kg, kandungan merkuri
pada gastropoda <0,00057 4,26 mg/kg, kandungan merkuri pada tailing 215,34
5361,52 mg/kg.
Tahap Kegiatan
Mulai
Identifikasi Lapangan
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pembuatan laporan
Kesimpulan
Waktu (Minggu)
No Kegiatan 1 2 3 4
1 Observasi Lapangan
2 Pengumpulan Data
3 Penyusunan Laporan
V. LOKASI PENELITIAN
Desa Pelangan merupakan salah satu desa di Kecamatan Sekotong
Kabupaten Lombok Barat yang berjarak 25 km dari Kecamatan Sekotong.
Desa Pelangan berbatasan dengan Selat Lombok pada sebelah utara
(804259,89LS/11505451,63BT) dan selatan
(805041,24LS/11505510,77BT), sebelah timur
0 0
(8 4603,88LS/115 5909,79BT) berbatasan dengan Desa Sekotong
Barat dan sebelah barat (804910,2LS/11505202,19BT) berbatasan
dengan Desa Batu Putih.