Bab II Tinjauan Teori Abse Bartolini Siap
Bab II Tinjauan Teori Abse Bartolini Siap
Bab II Tinjauan Teori Abse Bartolini Siap
ABSES BARTOLINI
OLEH
2016611016
4. Etioligi
Infeksi kelenjar bartholini terjadi oleh infeksi gonokokus, pada bartholinitis
kelenjar ini akan membesar, merah, dan nyeri kemudian isinya akan menjadi
nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan tersebut maka dapat
terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan oleh kelenjar dan
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan menbentuk suatu kista.
Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk orgasme yang menyebabkan
penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonoreserta. Umumnya abses ini
melibatkan lebih dari lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari
duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat
berkembang dalam kelenjar. Kista bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum
abses kalenjar (Setyadeng, 2010).
5. Patofisiologi
Tersumbatnya bagian distal dari duktus Bartholin dapat menyebabkan
retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran duktus dan pembentukan
kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam
kelenjar. Kelenjar BartholiIn sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista
atau abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartholin seringkali
dibedakan secara klinis.
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga
menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini
biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma.
Kista bartholin dengan diameter 1-3 cm seringkali asimptomatik. Sedangkan
kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia.
Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista
yang terinfeksi. Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri
vulva yang akut dan bertambah secara cepat dan progresif. Abses kelenjar
Bartholin disebakan oleh polymicrobial (Amiruddin, 2004)
6. PATHWAY
7. Gejala Klinis
Pada saat kelenjar bartholini terjadi peradangan maka akan membengkak,
merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan terasa nyeri bila
penderita berjalan dan sukar duduk (Djuanda, 2007).
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang
dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu
koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk. Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi
berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan
atau pambengkakan pada daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan
pada daerah vulva (Amiruddin, 2004).
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkenbang menjadi abses
bartholini dengan gajala klinik berupa (Amiruddin, 2004) :
a. Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.
b. Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem
yang ditularkan melaui hubungan seksual.
c. Pembengkakan pada vulva selam 2-4 hari.
d. Biasanya ada secret di vagina.
e. Dapat terjadi rupture spontan.
Menurut Revina (2012) tanda dan gejala yang muncul disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adanya peradangan atau trauma sehingga mengakibatkan
adanya dilatasi kistik dukus. Kista ini biasanya tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan. Pada ukuran yang membesar akan menimbulkan
dispareunia sehingga penderita akan mengeluhkan sakit. Abses kelenjar bartholin
yang disertai dengan adanya dispareunia sehingga mengakibatkan anda nyeri
vulva sampai mengakibatkan sakit ketika berjalan. Abses ini akan kambuh dengan
adanya sederhana dan drainase. Hal ini terjadi karena adanya inflamasi. Gejala
yang sering diderita oleh pasien adalah adanya rasa sakit, unilateral dan ditandai
dengan adanya tanda-tanda kemunculan selulitas. Kemudian ukuran akan berubah
membesar dan akan pecah dan bersifat nonpurulent
8. Penatalaksanaan
Abses Bartolini terapi definitifnya berupa operasi kecil (marsupialisasi).
Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding
kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka. Tindakan ini terbukti tidak
beresiko dan hasilnya memuaskan. Insisi dilakukan vertical pada vestibulum
sampai tengah kista dan daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 3 cm,
tergantung besarnya kista kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian
dilakukan penjahitan pada bekas irisan. Bedrest total dimulai pada hari pertama
post operatif (Arief Mansjoer dkk, 2006).
Intervensi Keperawatan:
Rencana tindakan Rasional
Kaji tingkat nyeri, lokasi. Mengkaji respon pasien terhadap
pemberian intervensi yang tepat.
Ajarkan teknik distraksi, imajinasi Mengurangi sensasi nyeri.
dan relaksasi.
Beri antiansietas. Meningkatkan kenyamanan klien.
Beri analgetik bila perlu Mengurangi sensasi nyeri pasien
D. EVALUASI
1. nyeri pasien berkurang atau hilang
2. Menyatakan penerimaan diri sesuai indikasi
3. tidak terjadi perubahan pola respons seksual
4. diharapkan kerusakan integritas kulit dapat diatasi
5. Selama diberikan asuhan keperawatan komplikasi infeksi dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA