Makalah Blending

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KONVERSI DAN PEMANFAATAN BATUBARA

HOMOGENISASI BATUBARA DENGAN ALAT SIEVE SHAKER

DISUSUN OLEH

Nama : Arief Alha Diansyah Hidayat Tullah

Npm : 1304054

Dosen Pembimbing : Enggal Nurisman,ST,MT.


TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah konversi dan
pemanfaatan batubara ini.

Makalah ini berisikan refrensi kegiatan homogenisasi batubara dengan alat


sieveshaker yang akan kami laksanakan bersama.

Saya menyadari makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan,


Saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan praktikum dan juga kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.

Palembang,29 Juni 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................
1.2. Tujuan dan Manfaat.........................................................................

BAB II DASAR TEORI


2.1..........................................................................................................Teori
Pembentukan Batubara....................................................................
2.2..........................................................................................................Para
mter Kualitas Batubara....................................................................
2.3..........................................................................................................Prepa
rasi Batubara....................................................................................
2.4..........................................................................................................Sieve
Shaker..............................................................................................
2.5..........................................................................................................Scree
ning Batubara..................................................................................

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

4.1. Kesimpulan..........................................................................................
4.2. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara merupakan suatu lapisan yang padat,yang pembentukannya dan
penyebarannya dapat terjadi secara horisontal maupun vertikal,dan merupakan
suatu lapisan yang heterogen. Oleh karena sifatnya yang heterogen ini maka
batubara mempunyai kualitas yang berbeda-beda meskipun tempat terbentuknya
terdapat pada satu tempat.
Pemanfaatan batubara baik dalam skala lab ataupun industri memiliki
kriteria tertentu salah satu kriteria pemanfaatan batubara untuk skala lab dan
batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pada PLTU haruslah memiliki
ukuran yang seragam dan bersih dari berbagai macam impurities.
Oleh karena itu dibutuhkanlah preparasi dan homogenisasi batubara
sebelum batubara tersebut dimanfaatkan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan :

adalah untuk mengetahui langkah preparasi dan homogenisasi batubara

Manfaat :

a. Meningkatkan pemahaman mahasiwa seputar preparasi dan homogenisasi


batubara.
b. Memberikan gambaran kegiatan preparasi dan homogenisasi batubara.
c. Menambah wawasan mahasiswa.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Pembentukan Batubara


Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa-sisa macam
tumbuhan yang merupakan material organik dan telah mengalami dekomposisi
atau penguraian oleh adanya proses biokimia dan geokimia sehingga berubah baik
sifat fisik maupun sifat kimianya.
Genesa batu bara berdasarkan tempat terjadinya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Teori Insitu
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat dimana
tumbuh-tumbuhan itu berada (terjadi di tempat itu juga) yang mempunyai ciri-ciri
sbb : Penyebarannya luas,dan kualitasnya baik (karena kadar abunya rendah).
2. Teori Drift
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara ,terjadinya ditempat lain dari
tumbuh-tumbuhan asal itu berada karena sudah tertransportasi,yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut ; penyebarannya tidak luas tetapi banyak, kualitasnya
kurang baik karena banyak mengandung pengotor.

2.2 Parameter Kualitas Batubara


Untuk mengetahui kualitas dari batu bara maka dapat diketahui dengan
menggunakan parameter-parameter dari batubara. Parameter-parameter dari
batubara adalah sbb :
1. Kandungan Air.
Kandungan air dalam batubara secara umum ada dua yaitu air permukaan
(free moisture) dan kandungan air bawaan (inherent moisture). Kandungan air
permukaan secara mekanisterdapat dalam permukaan dan retakan-retakan serta
kapiler-kapiler besar (makro kapiler) batubara dan mempunyai tekanan gas
normal. Jumlah kandungan air bebas secara prinsip tergantung dari kondisi yaitu
dari lembab sampai kering. Hal tersebut juga tergantung dari penambangan
,benefisiasi ,transportasi,penanganan dan penyimpanan juga distribusi ukuran
butirnya.
Kandungan air bawaan berada pada mikro pori, yang mempunyai tekanan lebih
rendah dari tekanan uap normal. Kandungan air bawaan ini penting
diketahui,karena dapat digunakan untuk mengindikasi peringkat batubara .
Batubara makin tinggi kandungan air bawannnya,peringkatnya makin rendah.
2. Kandungan Abu.
Seperti telah diketahui bahwa kandungan Batu bara terdiri dari 3 unsur yaitu :
air,material batu bara (Coal matter) dan material bukan batu bara (mineral
matter).
Mineral matter terdiri atas 2 macam yaitu mineral matter bawaan
(inherent mineral matter) serta material mineral dari luar batu bara (extraneous
mineral matter). Inherent mineral matter berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan
yang hidup di rawa-rawa dan sulit dipisahkan dari batu bara,biasanya berjumlah
0,5 1,0 %. Extraneous Mineral Matter terjadi saat terambil waktu penambangan
(parting), yang terbawa waktu terjadi banjir ke lapisan batubara pada waktu
pembentukannya. Extraneous Mineral Matter dapat dipesahkan dari batubara
dengan proses pencucian.
Jika Batubara dipanaskan maka mineral matter tersebut akan mengalami
perubahan secara kimia menjadi abu.
Perubahan secara kimia tersebut antara lain sebagai berikut :
Kehilangan air dari senyawa-senyawa yang mengandung hidrogen
Kehilangan CO2 dari karbonat.
Oksidasi FeS2 menjadi besi sulfida dan magnesium oksida.
Penguapan dan penguraian dari alkali chloride.
Secara umum untuk memperkirakan jumlah mineral matter dapat dicari dengan
menggunakan rumus sbb :
MM = 1,1 x Kandungan Abu
Atau
MM = 1,08 + 0,55 S
Ket :
MM = mineral matter
A = Kandungan abu S = Kandungan sulfur

3. Zat Terbang.
Zat terbang terdiri dari Combustible gasses (gas-gas yang mudah terbakar)
seperti gas hidrogen, CO, dan CH4 serta gas-gas yang dapat dikondensasikan
seperti tar dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak terbakar seperti CO 2 dan air
yang terbentuk karena hasil dehidrasi dan kalsinasi.
Zat terbang juga dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan peringkat
batubara.
Pengaruhnya dalam preparasi batubara adalah jika kandungan zat terbang tinggi
(>24 %) maka batubara akan mudah terbakar. Untuk mengatasi hal tersebut
sebaiknya batubar tidak dilakukan penggerusan terlalu halus,karena sangat
berpotensi untuk mudah meledak.
4. Karbon Tertambat (Fixed Carbon).
Sebagai komponen dari analisa proksimat, Fixed Carbon dihitung dari FC
= 100 ( A + VM + IM ).
Rasio Fixed carbon dengan Volatile matter (zat terbang) disebut dengan FR
(Fuel Ratio). FR juga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menentukan
peringkat batubara.
5. Nilai Kalor.
Nilai kalor dari batubara merupakan jumlah panas dari komponen yang
terbakar seperti karbon, hidrogen, dan sulfur dikurangi dengan panas reaksi
eksotermis atau endotermis yang terjadi dari pembakaran komponen pengotor.
6. Kandungan Sulfur.
Sulfur merupakan zat pencemar,maka adanya sulfur yang tinggi sangat tidak
dikehendaki.
Ada 3 macam bentuk sulfur yaitu :
Pyritic Sulfur (FeS2) biasanya berjumlah 20 80 % dari total sulfur dan
berasosiasi dengan abu batubara.
Organic Sulfur biasanya berjumlah relatif dan bervariasi antara 20 80
% dari total sulfur. Sulfur Organik terikat secara kimia dengan substansi
atau zat-zat lain.
Sulphate sebagaian besar terdiri dari kalsium sulfat dan besi sulfat.

2.3 Preparasi Batubara


Pada dasarnya batubara hasil sampling tidak dapat langsung di analisa,
batubara hasil sampling perlu pengkondisian agar batubara dapat di analisa.
pengkondisian tersebut dinamakam preparasi batubara.

Dalam preparasi batubara terkandung beberapa tahapan inti, yaitu


pengurangan ukuran, pengurangan jumlah, pembagian dan penurunan kadar air.
Yang pada intinya tujuan preparasi batubara adalah pengurangan massa dan
ukuran dari contoh batubara sampai pada massa dan ukuran yang cocok untuk
analisa di Laboratorium.

Pengurangan ukuran
Dalam proses ini batubara hasil sampling ukurannya bervariasi sehingga perlu
adanya pengurangan ukuran agar dapat di proses. Pengurangan ukuran ini
menggunakan alat crusher
Macam macam mesin peremuk atau penghancur batubara :
1. Bradford bracker
Mesin berbentuk seperti drum atau silinder yang dapat berputar dan dapat
berfungsi sebagai peremuk dan ayakan (screening).
Amerika serikat sampai sekarang masih memakai alat jenis ini pada proses
preparasi batubara mentah dengan kualitas bagus yang sedikit kandungan abunya.
Dijepang juga alat ini masih dipakai pada penanganan batubara kerakal. Dengan
ukuran diameter silinder 2-3,6 m panjang silinder 5-6 m, jumlah putaran/menit
10-11 kali, kapasitas pengolahan perjam 50-80 ton dengan daya atau kapasitas
listrik 22-24 kw.
2. Impact crusher
Mesin ini menggunakan benturan (impact) sebagai mekanisme peremukannya
tipenya ada berbagai macam, mesin ini sangat representative disbanding mesin
yang lain karena dapat menghasilkan prodak yang relative ideal sehingga
memudahkan dalam hal pengangkutan dan pemakaian.
Mesin ini mempunyai rasio peremukan yang besar yakni 7:1, 10: 1. Hanya
saja berat baja (liner) yang berfungsi sebagai pemukul dab plat penerima sering
mengalami keausan sehingga mesin ini termasuk mesin yang butuh biaya
pemeliharaan yang tinggi. Ada 2 tipe mesin repressible hammer mill dan impact
crusher.

3. Roll crusher
a. Double roll crusher berfungsi melakukan peremukan dengan cara menjepit
benda yang hendak diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal dengan
sebutancrushing roll.
Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar pada bidang
horizontal yang sama kedua roller berdekatan lalu berputar dengan arah putaran
berlawanan kemudian batubara mentah diumpan masuk akan dijepit diantara dua
roller, akibat tekanan yang kuat akhirnya batubara mentah remuk dan jatuh
kedalam roller truk ke penampungan.
Keunggulan double roll crusher :
Tidak mudah terjadi peremukan atau perumusan secara berlebuhan.
Jarang terjadi penyumbatan pada ruang peremukan.
Preparasi mudah dilakukan.
Kekurangan double roll crusher :
Proses peremukan hanya berlangsung pada sebagian kecil dari seluruh
badan rolter yang besar.
b. Single roll crusher adalah double roll crusher yang didesain mempunyai 1
roller saja dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan batubara/
satuan luas.
Kekurangannya sering terjadi penyumbatan terhadap partikel yang mudah
melengket.

4. Jaw crusher
Jaw crusher adalah alat atau contoh paling umum mesin peremuk dengan
bentuk dan mekanisme yang sederhana untuk melakukan peremukan batuan yang
mengandung mineral dengan cara menjepit diantara dua buah plat (rahang tetap
dan rahang ayun) atau swing jaw, lalu dihancurkan dengan gaya tekan remuk.
Kegunaannya untuk menyeragamkan ukuran butir batubara mentah, untuk
meremukkan batu buangan sebelum dibuang dengan belt conveyor.
Alat tersebut ada 2 tipe :
a. Type blake, bila titik tumpuan ada diatas.
b. Type dodge, bila titik tumpuan ada dibawah.
Prinsip Kerja jaw crusher, sudut yang dibentuk oleh dua buah rahang disebut
nip angle dan besarnya antara 28-30 j. bila sudut ini terlalu besar batubara mentah
yang baik, akan selalu terpental atau lari ke atas, perbandingan antara ukuran
partikel sebelum dan sesudah peremukan disebut juga rasio peremukan (rasio
pengerusan),
rasio peremukan atau pengerusan pada jaw crusher sekitar 4:1 hingga 6:1
sedangkan untuk menyatakan kapasitas pengolahan bijih dinyatakan dengan
(m3/t) atau (t/jam). Pada jaw crusher type dodge titik tumpuh rahang-rahangnya
ada dibagian bawah sehingga pada saat pengoprasionalnya pun misalnya
discharge (dutlate) tetap. Type ini mempunyai kelebihan dalam hal keseragaman
ukuran produk (hasil pengerusan) namun sebaliknya kekurangannya pada mulut
discharge karena mudah tersumbat. Karena posisi mulut discharge jauh dari titik
tumpu gaya maka alat ini harus melakukan peremukan bongkahan besar dengan
tenaga yang relative lemah untuk itu type dodge biasanya dipakai untuk peemukan
sedang, dan kapasitas pengolahan yang tidak terlalu besar.

Pembagian Sample dan Pengurangan Jumlah


Setelah ukuran dikurangi maka selanjutya sample akan di kurangi
jumlahnya. Dalam pengurangan jumlah sample ini tidak sembarangan begitu saja
tapi ada beberapa cara yang bisa di gunakan yaitu Rifling, Fraktional soveling,
strip mixing and spiling, increment division dan mekanik, dengan cara tersebut
bisa di tentunkan bagian mana yang di ambil dan bagian mana yang akan di
buang.
1. Increment Division
Aduk sample yang akan di bagi dan atau dikurangi tebarkan secara merata
dengan ketebalan 2.5 kali ukuran particlenya.
Buat Garis matrik dengan dimensi 4x5 setelah terbentuk matriknya
ambil secara random setiap bagian-bagian yang sudah terpisah dengan garis-
garis menggunakan shovel.
2. Riffling
Adalah alat untuk membagi sample menjadi 2 bagian. satu bagian untuk di
buang satu bagian lagi akan di gunakan.
3. Fraktional soveling
Yaitu dengan cara mengaduk sample yang akan dibagi kemudian bentuklah
menjadi sebuah kerucut.
setelah itu ambil dari sample batubara yang kerucut itu sama rata menjadi
beberapa bagian.
misalkan dari 1 kerucut tumpukan batubara akan dibagi jadi 5 bagian. maka
setiap tunpukan yang lebih kecil mendapatkan jatah yang sama dari kerucut
batubara yang besar.
dalam pengambilan bagian-bagiannya gunakanlah shovel. Setelah terbentuk
kerucut-kerucut kecil pilih secara acak bagian mana yang di buang bagian
mana yang di ambil.

4. strip mixing and spiling


Cara ini hampir mirip dengan Fraktional soveling hanya saja batubara
dibentuk strip atau garis. caranya jatuhkan secara merata batubara dengan
menggunakan shovel sepanjang garis yang dibuat. lakukan sampai batubara habis.
Ambil bagian batubara dengan terlebih dahulu sekat batubara dengan
menggunakan 2 penyekat sehingga batubara yang berada di tengah sekat kita
ambil dengan shovel sampai bagian terkecil. ambil 20 increment untuk satu
bagian pemisahan.

Pengurangan Kadar Air


Pengurangan kadar air disini agar saat analisa hilangnya air pada batubara
terkontrol alat yang biasa di gunakan berupa oven cukup besar biasanya di sebut
ruang pengeringan (Draying Shed).

Pengurangan Ukuran Milling


Yaitu menghaluskan ke ukuran yang lebih kecil agar bisa di analisa di
laboratorium. Jenis alat yang bisa digunakan dalam proses milling adalah :
Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat penggerus dapat
dibedakan:
1. Ball Mill,
menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat dari baja. Diameter
media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai 150 centimeter. Panjang mill, L dan
diameternya , D, relative sama, L = D. Berdasarkan cara pengeluaran produknya,
atau discharge, ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate discharge
mill.

Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan sendirinya


pada ujung satunya, ujung pengeluaran.

Sedangkan pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang
dipasang pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan bebas,
permukaan dalam mill rendah, lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat
menghindari terjadinya overgrinding.

Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk kekentalan tertentu, sehingga
pulp dapat melekat dan meyelimuti bola dan liner. Pulp harus relative encer agar
pulp dapat bergerak dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya beroperasi
dengan 70 80 persen solid, padatan.
2. Rod Mill
menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang panjangnya
hampir sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya terbuat dari baja dan
disusun sejajar dalam mill. Dimensi Panjang, L jauh lebih besar daripada
diameter, D, L > D, biasanya panjang mill 1,5 sampai 2,5 kali diameternya.
Rod mill diklasifikasikan berdasarkan cara mengeluarkan produknya.

Overflow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar dari
ujung lainnya secara overflow. Overflow mill paling banyak digunakan
pada penggerusan cara basah.

Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua ujung mill,
dan produk keluar dari bagian tengan shell. Penggerusan dapat dengan
cara basah maupun cara kering. Mill ini menghasilkan produk yang
relative kasar.

End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu ujung mill,
dan produk keluar dari ujung yang lainnya melalui shell. Mill ini biasanya
digunakan untuk penggerusan cara kering.

Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bijih yang
sudah berukuran halus ke tempat yang sesuai dengan ukurannya. Bijih yang sudah
halus akan terdorong air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya beroperasi
dengan 30 35 persen solid, padatan.
3. Pebble Mill,
media gerus menggunakan batuan yang sangat keras. Mill ini memiliki
Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter mill, L = D
4. Autogeneous Mill,
media gerus menggunakan bijih itu sendiri. Dimensi panjang mill, L relative
lebih kecil daripada diameter mill-nya, L < D. Pada mill ini bijih akan menggerus
bijih. Penggerusan dilakukan terhadap bijih yang datang dari tambang atau bisa
dari keluaran operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan dapat dengan cara
basah atau kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan ball mill.
Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball mill, cascade mill atau
aerofall mill. Cascade mill berupa mill yang memiliki diameter 3 sampai empat
kali panjang mill. Sedangkan aerofall seperti cascade, namun pada liner dipasang
sekat yang dapat membawa bijih ke tempat yang lebih tinggi.

Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke


dalam mill. Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling
gerus.

Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih


dicampur dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini
bongkah-bongkah besar bertindak sebagai media gerus.

Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola
baja pejal. Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan
tercampur dengan media gerus yang sudah ada dalam mill.

5. Tube Mill,
media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill, L biasanya jauh
lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam beberapa kompartemen.
Bisa dua, tiga atau bahkan bisa empat kompartemen.
2.4 Sieve Shaker
Sieve shaker adalah alat yang digunakan untuk memisahkan padatan
dengan cairan dengan menggunakan peralatan penyaringan berlapis serta adanya
nilai mesh saringan yang berbeda-beda. Peralatan ini memanfaatkan getaran dan
tambahan air yang memudahkan bahan yang hendak dipisahkan bisa lewat
saringan. Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan bahan yang
akan disaring juga berfungsi untuk mengarahkan bahan yang tidak tersaring,
Sieve shaker biasanya digunakan pada bidang farmasi yang dimana sebagai
pengayak obat dalam bentuk bubuk. Pada modul ini menyetting waktu dan 2
mode ( high dan low).
Pengayakan batubara dilakukan untuk menentukan ukuran butiran tertentu
sesuai dengan yang diinginkan. Proses pengayakan merupakan proses penting
dalam menentukan ukuran batubara yang akan digunakan untuk penelitian skala
lab ataupun batubara yang digunakan pada skala industri.

2.5 Screening Batubara


Screening atau penyaringan adalah suatu proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel suatu material. Screening sering dipakai
dalam skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala
laboratorium. Dengan screening, dapat dipisahkan antara partikel lolos ayakan
(btir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu
yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai butiran batas.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu :
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah mesh
digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inci linear (Parrot,1970). Tabel
Menggambarkan nomor standar ayakan dan masing-masing lubang ayakan
dinyatakan dalam milimeter dan mikrometer.
Lubang dari Ayakan Standar (sumber: USP XXI-NF XVI)

Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengayakan adalah jenis ayakannya.
Berdasarkan gerak pengayak, alat ayakan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu stationary
screen dan dynamic screen.

Tujuan Pengayakan :
1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai untuk
beberapa proses berikutnya.
2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan
berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap
berikutnya (secondary crushing).
3. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
4. Mencegah masuknya undersize ke permukaan. Pengayakan biasanya
dilakukan dalam keadaan kering untuk material kasar, dapat optimal
sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan pengayakan dalam
keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari ukuran
20 in sampai dengan ukuran 35 in.
Kapasitas screen secara umum tergantung pada (Kelly, 1982):
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bahan
3. Sifat dari umpan seperti: berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan

Standar Ukuran Ayakan (screen) ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan
mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang
terdapat dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam
mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak.
perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut
prosentase opening. Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak
Dalam pengayakan melewatkan bahan melalui ayakan seri (sieve
shaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil. Setiap pemisahan
padatan berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan. Screen mampu mengukur
partikel dari 76 mm sampai dengan 38 m.
Operasi screening dilakukan dengan jalan melewatkan material pada suatu
permukaan yang banyak lubang atau opening dengan ukuran yang sesuai. Dari
hasil screening akan didapatkan 2 fraksi yaitu yaitu fraksi oversize dan fraksi
undersize. Fraksi oversize adalah padatan yang tertahan diatas ayakan akibat
diameter partikel padatan lebih besar daripada diameter lubang yang ada pada
ayakan. Fraksi undersize adalah padatan yang berhasil lolos dari ayakan karena
diameter partikel padatan lebih kecil daripada diameter lubang yang ada pada
ayakan untuk lebih jelasnya mengenai tinjauan pada sebuah ayakan

Jika ayakan lebih dari 2 ayakan yang berbeda ukuran lubangnya, maka akan
diperoleh fraksi-fraksi padatan dengan ukuran padatan sesuai dengan ukuran
lubang ayakan. Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk
material kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 in (10 mesh). Sedangkan
pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus mulai dari
ukuran 20 in sampai dengan ukuran 35 in.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
proses preparasi batubara adalah proses untuk menyiapkan batubara
sebelum dimanfaatkan baik dalam skala lab ataupun skala industri. Kegiatan
preparasi batubara meliputi penghancuran atau peremukan batubara, pengeringan
atau pengurangan kadar air serta homogenisasi.
Secara umum tahapan preparasi dapat terbagi menjadi :
a. Tempat penampungan batubara mentah yaitu (stock file/stock yard) batubara
yang masih mentah atau masih memiliki mineral-mineral pengotor.
b. Pengerusan atau penghancuran
c. Penetapan ukuran (sizing)
d. Tempat penyortiran adalah tempat batubara yang telah disortis atau
pemisahan berdasarkan ukuran kadar.
e. Penanganan produk adalah batubara yang telah disortir setiap diangkut.
f. Transportasi adalah pemeriksaan alat-alat
g. Pengausan
b. Pekerjaan dalam preparasi yang paling utama adalah pemisahan sedangkan
kegiatan yang lain hanya untuk membuat pemisahan menjadi lebih efektif

Dalam hal proses pengayakan dibutuhkan efisiensi pengayakan akibat selalu


adanya partikel yang berukuran kecil dalam jumlah yang cukup besar bercampur
dengan partikel besar yang tinggal sebagai oversize produk hal ini diakibatkan
mekanisme pengayakan bekerja terhadap kelompok partikel yang tidak
bersinggungan langsung dengan lapisan yang ada diatas tidak terkena mekanisme
pengayakan untuk meningkatkan efektifitas pengayakan atau pemisahan yakni
dengan memberkan getaran yang cukup pada permukaan ayakan. Selain itu
besarnya kandungan air dipengaruhi terhadap penggumpalan dan kelengketan
butiran partikel untuk mengatasi hal tersbut, dilakukan pemanasan dan
pengeringan terlebih dahulu atau dengan mengaliri permukaan ayakan dengan
listrik hingga panas yang biasa disebut electric heated screen, selain metode
tersebut diatas dijumpai juga metode wet screening (pengayakan) basah yakni
dengan cara menyomprotkan air keatas batubara mentah yang diayak atau dengan
melewatkan udara ke permukaan ayakan.
Untuk menghitung efisiensi pengayakan salah satu cara dengan membandingkan
berat undersize produk hasil pengayakan sebenarnya terhadap berat undersize
prodak pada pengayakan sempurna atau ideal kemudian dinyatakan dalam persen.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses preparasi
batubara adalah proses untuk menyiapkan batubara sebelum dimanfaatkan baik.

4.3 Saran

Dalam pelaksanaan proses praktikum preparasi batubara ada baiknya


materi praktikum ditambah guna menambah wawasan mahasiswa dan ada baiknya
mahasiswa diberikan tugas memanfaatkan batubara hasil preparasi menjadi
produk-produk tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009.Berat Jenis. Dalam : http://fredi-36a1.blogspot.com/2009/11/berat-


jenis.html. diakses pada: 03 April 2013. 21.15 WITA.

Arifin, Z., ST, M.Eng. 2009. Modul Ajar Perlakuan Mekanik Th. 2012-2013.
Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda

Mahlifati R. A, Hafiidh, H.S.N, dan Purbandari, P. 2012. Hubungan Ukuran


Partikel dan Pengayakan. Dalam:http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.co
m/2012/05/23/hubungan-ukuran-partikel-dan-pengayakan/. Diakses pada:
Senin, 1 April 2013 21:04.

McCabe,Warren L,dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat.


Diterjemahkan oleh: Ir. E.Jasjfi,M.Sc. Jakarta: Erlangga.

Parrot, L.E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish: Burgess Publishing


Company.

Prabowo, H., 2009. Tugas Perlakuan Mekanik Neraca Bahan Pada


Pengayakan. Padang : Akademi Teknologi Industri Padang.

http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/operasi-
penggerusan-grinding/

http://zodized.blogspot.com/2013/12/preparasi-batubara.html

http://sopyanyusuf.blogspot.com/2011/01/preparasi-batubara.html

http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/preparasi-batubara.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai