Tutorial Atoll
Tutorial Atoll
ATOLL
1.1
Pengenalan
Atoll adalah desain jaringan dan optimasi multi-platform teknologi berskala dan fleksibel
yang mendukung operator nirkabel di seluruh siklus hidup jaringan, dari desain awal untuk
densifikasi dan optimasi.
Atoll juga merupakan sistem informasi teknis terbuka yang mudah terintegrasi dengan
aplikasi TI lainnya dan meningkatkan produktivitas. Ini fitur alat pengembangan canggih
dan antarmuka terbuka yang memungkinkan integrasi disesuaikan atau tersedia secara
komersial modul pelengkap.
Atoll dirancang untuk bekerja dalam berbagai skenario pelaksanaan, dari mandiri ke
konfigurasi berbasis server enterprise-wide menggunakan terdistribusi dan komputasi
parallel.
1.1.1 Desain Jaringan dan Fitur
Atoll termasuk fitur perencanaan jaringan multi-teknologi canggih (misalnya GSM / UMTS /
LTE, CDMA2000 / LTE), dan Multi-RAT GSM / UMTS / LTE Monte-Carlo simulator dan lalu lintas
Model Single-RAN gabungan. Atoll mendukung GSM / GPRS / EDGE, UMTS / HSPA, LTE,
CDMA2000 1xRTT / EVDO, TD-SCDMA, WiMAX, dan jaringan penghubung Microwave; itu juga
termasuk mesin tinggi propagasi kinerja perhitungan, dan negara-of-the-art perencanaan
jaringan dan analisis fitur.
1.1.2 Terbuka dan Fleksibel
Atoll mendukung lingkungan multi-user melalui arsitektur database yang menyediakan
manajemen hak pengguna, berbagi data, manajemen integritas data, dan integrasi yang
mudah dengan sistem TI lainnya. Atoll memungkinkan otomatisasi tugas melalui bahasa
makro standar, dan termasuk canggih C ++ Software Development Kit (SDK) yang
memfasilitasi kustomisasi dan integrasi TI. Atoll juga memiliki rentang terbesar kompatibel
produk pihak ke-3 di pasar.
1.1.3 State-of-the-Art GIS Features
Atoll mendukung multi-format / multi-resolusi data geografi. Resolusi tinggi dataset perkotaan
dan negara-lebar didukung dan ditampilkan secara interaktif sebagai beberapa lapisan
termasuk teknik dan prediksi plot. Atoll juga dilengkapi dengan vektor / raster kartografi
Editor terpadu dan terintegrasi dengan alat GIS terkemuka seperti MapInfo dan ArcView.
1.1.4 Distributed Computing and Multi-Threading
Atoll memungkinkan perhitungan distribusi selama beberapa workstation dan mendukung
komputasi paralel pada server multi-prosesor, sehingga secara dramatis mengurangi
perhitungan kali dan mendapatkan hasil maksimal dari hardware.
Toolbar
Nama
Fungsi
New
Open
Save
Menyimpan dokumen
New form an
existing database
Refresh database
Archive in
database
Import file
Load user
configuration file
Save user
configuration file
Cut
Copy
Paste
Memasukkan contain
undo
Memabatalkan perintah
Redo
Print preview
Help
Bantuan
Signal level
export
Export to google
earth
Refresh
Pointer
Move map
Previous view
Next view
Terrain section
Measurement
distance
Tip text
Find on map
Create new vector
layer
Create new
polygon
Create new
rectangular
New line
New point
Combine
Delete
intersection
Split
New transmitter
or station
Create hexagonal
design
New repeater
Edit relation on
the map
Point anlysis
Calculate
1.4
Force calculation
Stop calculation
Menghentikan kalkulasi
New link
Create new
repeater
New PMP
Microwave
analysis
Channel
arrangement
Custom report
New node
New segment
Transport
analsysis tool
Bandwidth
calculator
Status Bar
Pada software Atoll terdapat statusbar yang berfungsi untuk menampilkan hasil analisa dan
menentukan parameter-parameter yang kana di gunakan untuk perancangan. Pada status bar
memiliki 6 kelompok yaitu : event, legend, task , geo, network, dan parameter. Berikut adalah
fungsi dari status bar :
1. Event
: untuk memperlihatkan kita kejadian-kejadian yang kita lakukan pada
Atoll seperti start session, end session, dll
2. Task
: untuk
3. Legend : untuk melihat hasil prediksi yang kita lakukan pada Atoll pada status bar
ini akan muncul prediksi seperti C/I, noise, coverage by signal, dll
4. Network : untuk menlihat dan melakukan percobaan prediksi pada Atoll
5. Geo
: untuk mensetting kontur bumi pada daerah atau lokaasi yang akan kita
gunakan sebagai percobaan Atoll
6. Parameter
: untuk mensetting parameter-parameter yang di butuhkan seperti
traffic parameter, radio network, radio network equipment, microwave setting,
microwave equiopment, propagation model.
5
Berikut adalah gambar dari status bar yang ada pada Atoll :
BAB II
PERANCANGAN KOMUNIKASI SELULAR
Pada jaringan komunikasi selular untuk mencakup satu area layanan yang luas, diperlukan
beberapa area layanan kecil yang disebut sebagai sel yang satu sama lain terpadu dalam satu
jaringan. Jaringan yang merupakan sub sistem jaringan yang lebih luas ini dikontrol oleh satu
pusat koordinasi yang disebut MSC (master switching centre). Untuk membentuk satu
jaringan total sistem yang lebih luas, diperlukan beberapa MSC yang satu sama lain juga
terhubung, sehingga satu pelanggan dimanapun dia berada pada area layanan sistem
(service area), dapat meng-akses jaringan. Melihat format jaringan yang diterapkan, maka
topologi yang digunakan adalah merupakan kombinasi jaring bintang dan jaring jala (mesh),
atau jaring cluster seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 .
BT S
sel
BSC
BSC
BSC
M SC
sel
sel
M SC
BT S
BT S
BSC
sel
BSC
BT S
a r e a la y a n a n
2.1
Perencanaan Sel
Dilihat dari struktur jaringan seluler Gbr-1, maka sel adalah bagian terkecil yang ke-mudian
menyusun keseluruhan area layanannya. Oleh karena itu awal dari keseluruhan jaringan
adalah perencanaan sel. Tujuan perencanaan sel adalah untuk mengoptimalkan cakupan area
layanan yang direncanakan, dengan seefektif mungkin dilihat dari sisi de-rajat layanan
kepada pelanggan (GOS = grade of service) dan investasi modal yang di-perlukan untuk
terbangunannya sebuah BTS. Dengan perencanaan tersebut, maka dapat ditentukan cakupan
wilayahnya, jumlah sel serta lokasinya, sehingga dapat dihitung besarnya kebutuhan alokasi
kanal yang diperlukan. Sasaran yang akan dicapai dalam pe-rencanaan sel meliputi,
2.1.1 Pimilihan Bentuk Sel
Bentuk sel yang ideal adalah bentuk segienam beraturan (hexagonal) dengan pertim-bangan
mudah dalam perencanaan, dapat menutupi daerah layanan dengan sempur-na tanpa celah,
dan tidak terjadi tumpang tindih antara sel satu dengan sel yang lain. Akan tetapi pada
kenyataannya, bentuk segienam beraturan ini sulit dicapai karena pola radiasi antena stasiun
basis (BTS) mempunyai wavefront yang cenderung me-lingkar. Sementara bila sekarang,
daerah layanan tersebut dicakup oleh beberapa sel yang berbentuk lingkaran, maka diantara
sel itu pasti terdapat bagian area yang tidak tercakup oleh sel manapun, dan akan terdapat
juga bagian yang dicakup oleh bebe-rapa sel secara tumpang tindih seperti ditunjukkan pada
Gbr-2(b).
Selanjutnya, bentuk sel maupun jarak antara daerah layanan sel pada kenyataannya dapat
tidak beraturan, karena bentuk sel tersebut sebenarnya tergantung pada kondisi yang
terdapat di lapangan. Banyaknya halangan (obstacle) di sekeliling sel seperti pepohonan,
gedung-gedung tinggi, membuat bentuk sel yang terjadi sangat tidak ideal seperti
diperlihatkan pada Gbr-2(c).
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.2 Bentuk sel : (a) hexagonal/ideal; (b) lingkaran; (c) kondisi sebenarnya.
9
Jadi bentuk yang dipilih dalam perencanaan sel adalah bentuk segienam beraturan. Bentuk ini
diperoleh dengan penempatan panel (array) antena dipole sebanyak enam sisi sesuai sisi
hexagonal tersebut.
2.1.2
Beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan ukuran sel dalam satu daerah
layanan adalah :
a) Kepadatan lalu lintas (trafik) telepon yang diperkirakan,
b) Kekuatan pemancar serta sensitivitas penerima, baik stasiun basis / BTS maupun
stasiun bergerak / MS.
c) Tinggi antena BTS maupun MS
d) Keadaan topografi atau profil permukaan daratan daerah layanan termasuk ada-nya
halangan gedung, bukit dsb.
Sebelum mempertimbangkan beberapa faktor diatas keseluruhannya, jumlah BTS dapat
diperkirakan secara kasar, yaitu dengan anggapan bahwa kawasan daerah la-yanan
merupakan kawasan datar dan tidak bergedung tinggi. Luas daerah berbentuk hexagonal
dapat tertentu dari rumus,
3
x 3 xR 2
2
LS =
(1)
dimana :
LS
= luas daerah sebuah sel bentuk hexagonal, km2
R
Untuk menentukan jari-jari cakupan layanan, dapat digunakan jarak radio horizon yang
tertentu dari rumus empirik,
ht
d = 4
dimana :
d
ht
hr
+4
hr
(2)
Dari rumus jari-jari , jarak LOS, d , dapat dianggap sebagai jari-jari sel, sehingga bila tinggi
antena BTS maupun MS diketahui, maka jari-jari sel dapat ditentukan. Mela-lui rumus (1) dan
(2), maka luas daerah layanan sebuah sel dapat dihitung, dan selanjutnya dapat dicari jumlah
minimum stasiun basis yang diperlukan untuk men-cakup seluruh daerah layanan. Jumlah
minimum BTS yang diperlukan dapat ter- tentu dari rumus,
nS =
L
LS
(3)
dimana :
nS = jumlah minimum BTS
L
10
Sebagai contoh misalnya, daerah layanan adalah wilayah DKI Jakarta yang luasnya 7310 km2.
Dengan antena pemancar BTS yang dipasang pada menara 20 m, dan tinggi rata-rata antena
MS adalah 1,5 meter, maka jumlah stasiun basis yang diper-lukan untuk melayani seluruh
wilayah DKI sebanyak 5,4 atau 6 lokasi stasiun basis yang masing-masing mempunyai luas
daerah layanan sekitar 1354 km2 dengan radius sampai 23 km.
Dengan jari-jari sel yang semakin kecil, maka akan semakin banyak stasiun basis (base
station) yang dioperasikan untuk mencakup daerah layanan seluruhnya yang mempunyai
konsekuensi semakin sering pula terjadi proses handof.
Berkaitan dengan kepadatan trafik, bila terjadi peningkatan karena semakin bertam- bahnya
jumlah pelanggan, maka jumlah kanal yang sudah tersedia harus diopera- sikan. Akan tetapi
bila kanal yang tersedia sudah mencapai batas maksimum, maka yang harus dilakukan
adalah meninjau kembali luas/ukuran layanan sel. Hubungan antara luas sel dengan
kepadatan trafik ditunjukkan oleh rumus,
C/K
R 2
d =
(4)
dimana :
d = kepadatan trafik, erlang/km2
C
K
R
Dari rumus (4) terlihat bahwa, bila jumlah kanal per sel (total ofered traffic), C, telah
mencapai maksimum, maka peningkatan kepadatan trafik, d, harus disertai dengan
pengurangan radius sel, R. Faktor K adalah angka yang menunjukkan pola pengulangan
frekuensi (frequency reuse) yang digunakan untuk menentukan jarak antar sel yang bekerja
dengan frekuensi sama (co-channel), sehingga tidak terjadi interferensi. Untuk sistem AMPS,
nilai K sebe-sar 7, sedang untuk GSM sebesar 4.
Namun rancangan ukuran sel sebenarnya lebih ditentukan dari daya pancar BTS, maupun
daya pancar MS, disamping ketinggian antena kedua sisi tersebut seperti diuraikan dalam
Modul-5. Bahasan pada bagian ini hanya menghitung perkiraan kasar jumlah BTS dalam satu
kawasan berdasarkan jarak line-of-sight saja. Dari hasil hitungan di atas, dengan tinggi antena
BTS, 20 meter, dan antena MS1,5 meter, maka radius sel mencapai 23 km. Padahal radius sel
praktis
jatuh
pada
kisaran
2
s/d
5
km
saja.
2.2
Langkah awal yang dilakukan dalam perencanaan jaringan adalah memperkirakan be-sarnya
trafik yang akan terjadi yang tergantung kepada penyebaran dan jumlah pelang-gan yang
akan dilayani oleh satu sel. Disamping itu, pertimbangan lain adalah, bahwa sel yang
direncanakan juga harus dapat melayani pelanggan 'roaming' yang berkaitan dengan proses
handof. Jumlah dan distribusi pelanggan yang mungkin, dapat diketahui dari data
kependudukan, data tingkat pendapatan masyarakat, distribusi pemilik telepon tetap yang
sudah ada, maupun data lokasi daerah perkantoran. Hasil pengumpulan data ini dapat
memberikan gambaran umum tentang lokasi setempat dan perkiraan lokasi stasiun basis
yang paling baik.
11
Perencanaan yang dilakukan dengan data dukung yang ada belum dapat secara akurat
langsung sesuai dengan kebutuhan layanan. Oleh karena itu perencanaan jaringan ini
sebaiknya mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi, sehingga dikemudian hari mudah
diatur kembali untuk disesuaikan dengan keadaan sebenarnya yang selalu berubah. Hal ini
disebabkan karena pelanggan sistem seluler mempunyai karakteristik yang khas, yaitu dapat
bebas bergerak kemanapun yang sangat jauh berbeda dengan sistem telepon tetap.
Penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan sehubungan dengan trafik yang mening-kat yang
harus selalu dipantau, sehingga akan diperoleh kondisi yang memuaskan pe-langgan, yaitu
tidak terjadi tingkat waktu tunggu yang tinggi.
2.2.1 Tipe Trafik
Secara umum trafik sistem komunikasi telepon seluler bergerak terdiri dari 3 tipe, yang
diklasifikasikan pada asal dan arah lawan bicara yang akhirnya menentukan jumlah kanal
yang digunakan, (1 kanal menggunakan 2 frekuensi). Ketiga tipe ter- sebut adalah,
1. Trafik tipe-1, dari telepon tetap ke telepon bergerak : Hubungan ini menggunakan 1
kanal untuk setiap pembicaraan yang dilakukan.
2. Trafik tipe 2, dari telepon bergerak ke telepon tetap : Hubungan ini juga menggunakan 1
kanal untuk setiap pembicaraan yang dilakukan.
3. Trafik tipe 3, dari telepon bergerak ke telepon bergerak : Hubungan ini menggunakan 2
kanal untuk setiap pembicaraan yang dilakukan.
Melihat ketiga tipe diatas, maka tipe-3 adalah jenis yang paling banyak mengguna-kan kanal
untuk setiap pembicaraan dalam satu sel. Keadaan ini menyebabkan ting-ginya tingkat
pendudukan kanal yang berlangsung, karena untuk setiap pembicaraan digunakan dua kanal
sekaligus.
2.2.2 Beberapa Parameter dalam Perhitungan Trafik
Terdapat tiga parameter yang saling berhubungan dalam perhitungan trafik, yaitu trafik
operasional (ofered traffic), tingkat pelayanan (grade of service/GOS), dan jumlah kanal.
Jumlah kanal sendiri telah disinggung dalam rumus (4) di depan
1.
Offered Traffic
Yang dimaksudkan dengan ofered traffic adalah besar trafik yang masuk atau yang terjadi
dalam satu saat tertentu pada seluruh jaringan. Untuk menentukan nilai ofer-ed traffic dapat
digunakan rumus sebagai berikut.
A =
nxh
3600
(5)
dimana :
A
Sedang untuk menghitung besar ofered traffic yang harus dilayani oleh satu sel dalam satu
jaringan dapat digunakan persamaan,
12
AOS =
A
ns
(6)
dengan asumsi, bahwa pelanggan tersebar merata (jumlah per km 2 sama) di seluruh wilayah
layanan, dimana :
AOS= jumlah trafik yang masuk untuk satu sel, erlang
A
nS
Untuk menduga jumlah ofered traffic, Indonesia menggunakan metoda Lost-Calls- Cleared
dengan anggapan, bahwa jumlah pengguna telepon bergerak tidak terbatas dan jumlah kanal
pembicaraan yang tersedia, terbatas. Oleh karena itu rumusan nilai trafik untuk sistem
telepon seluler bergerak yang harus digunakan adalah persamaan Erlang-pertama.
Persamaan yang dimaksudkan adalah,
A C / C!
C
A
B =
x!
x 0
(7)
dimana :
B = grade of service jaringan atau prosentase panggilan yang hilang
A = ofered traffic total, erlang
C = jumlah kanal pembicaraan
x = batas bilangan dari 0 sampai C
Dengan melihat rumus (6-7), maka untuk mengetahui ofered traffic, ditentukan du- lu
syarat derajat layanan yang dikehendaki dan total kanal yang tersedia, dengan menganggap
bahwa sel yang direncanakan adalah jenis sektoral dengan sudut 120 O.
Berikut ini diilustrasikan satu nilai trafik untuk lebih memberikan pemahaman rumus (6-5)
diatas.
Tersedia 3 trunk atau kanal dalam satu grup switching, yang masing-masing didu-duki pada
variasidurasi seperti ditunjukkan pada Gbr-3. Trunk-1 diduduki 3 pang-gilan, Trunk-2 diduduki
3 panggilan, dan Trunk-3 diduduki 2 panggilan. Tentukan-lah nilai trafik pada grup switching
tersebut ?
13
T ru n k
1
1 /5
1 /1 0
1 /1 0
2 /5
4 ,5 /1 0
1 /2
T
1 /1 0
1 /5
Penyelesaian :
Jumlah panggilan (pelanggan yang melakukan hubungan telepon) dalam perioda waktu
T = (3 + 3 +2) = 8 panggilan.
Rata-rata waktu pendudukan
1/5T)/8
= (20,5/10)T/8
nh
8x
(20,5) / 10T
8
2,05 erlang
1. Derajat Pelayanan
Yang dimaksudkan dengan derajat layanan atau grade of service (GOS) adalah perbandingan antara trafik yang gagal dengan trafik yang ditawarkan dalam satu peri-oda
pengamatan. Jadi dengan nilai derajat layanan sebesar 0,02 atau 2% pada trafik yang
ditawarkan sebesar 100 panggilan, berarti terdapat 2 panggilan yang gagal yaitu tidak
mendapatkan sambungan. Derajat layanan sering dinyatakan dalam ang-ka desimal atau
angka perbandingan. Jadi derajat layanan sebesar 0,01 berarti juga 1 panggilan gagal dalam
100 panggilan.
14
Diturunkan dari rumus (6-7), dengan nilai GOS tertentu serta jumlah kanal tertentu, maka
nilai ofered traffic dapat diketahui dari Tabel 6-1. Terlihat pada Tabel 2.1 terdapat beberapa
nilai GOS, yaitu, 0,02; 0,01; 0,005; dan 0,001.
Kita telah mengetahui, bahwa jumlah kanal pembicaraan pada sistem GSM adalah delapan
untuk satu frekuensi kanal (sistem TDMA = time division multiplex access). Dari Tabel 2.1, bila
nilai GOS dipilih 0,01 (1 loss in 100), maka nilai A = 3,2 E. Nilai ini adalah nilai ofered traffic
tiap sektor. Untuk satu sel, maka nilai tersebut dikalikan tiga (3 frekuensi kanal), sehingga
menjadi 9,6 E. Nilai total ofered traffic untuk 24 kanal pembicaraan tersebut akan berbeda
bila 24 kanal itu berada dalam satu frekuensi. Kalau kita lihat di Tabel 2.1, nilai tersebut
adalah 15,3 E.
15
1
Tabel 2.1 Gos vs jumlah trafik
Jadi untuk satu sektor, A = 3,2 E. Bila kita kembalikan ke rumus (6-5), maka bila durasi
percakapan rata-rata 3 menit = 180 detik, maka jumlah pelanggan untuk satu sektor sebesar
64, sehingga untuk satu sel menjadi (64 x3) = 192 pelanggan.
Seandainya satu sel atau BTS yang telah dirancang pada trafik yang normal dapat
melayani 192 pelanggan, kemudian harus melayani pelanggan yang lebih banyak dari
kemampuan normalnya, maka dikatakan BTS tersebut mengalami overload. Kondisi overload
ini mengakibatkan nilai GOS akan menjadi lebih buruk. Yang se-mula hanya terjadi 1
panggilan-gagal-dalam 100 panggilan, maka akibat overload tersebut, jumlah panggilan-gagal
lebih banyak dari 1 dalam 100 panggilan. Grafik Gbr-4 menunjukkan keadaan tersebut.
16
1.3
Dengan anggapan awal bahwa, medan kawasan layanan bukan merupakan kawasan berbukit, maka kerugian propagasi yang merupakan penyerapan daya oleh gedung, pepo-honan,
dsb diabaikan. Pengandaian ini juga dilakukan pada perancangan awal sebagai rancangan
kasar sebelum rancangan sebetulnya dibuat. Perencanaan sebetulnya dilaku-kan dengan
17
demografinya
(kepa-datan
Sebagai contoh pada satu kawasan akan dilayani oleh sistem seluler bergerak, dengan data
sebagai berikut :
Dari data luas kawasan dan data hasil pengamatan diharapkan dapat diperoleh, berapa
banyak sel yang diperlukan, berapa jauh radius tiap sel. Dan juga yang dapat diperoleh dari
rancangan ini adalah perkiraan jumlah kanal yang dioperasikan di setiap sel.
562
18
1.3.2
Tabel 2.2 menunjukkan ringkasan hubungan antara Jumlah TX per sektor dengan Jumlah
pelanggan yang dilayaninya, dengan asumsi nilai holding-time rata-rata se-besar 3 menit atau
180 detik, serta nilai GOS = 0,01.
Tabel 2.2
Jumlah TX
Trafik (E)
Jumlah
nS
1,9
38
5,1
102
8,3
166
11,5
230
Asumsi :
Pelanggan,
GOS = 0,01
h = 3 menit
Sistem GSM/DCS
Perhitungan ukuran radius dan jumlah sel
Dengan data BTS yang ada, yaitu tinggi menara 40 m, daya kelas-5 (2,5 watt), gain antena
11,2 dBi, serta kerugian kabel yang ada sebesar 2 dB, sementara level peneri-maan minimum
sebesar -102 dBm dengan gain antena MS 2 dBi, dan kerugian aki-bat difraksi, berada di
dalam gedung serta penyerapan tubuh orang masing-masing 15 dB, 18 dB dan 3 dB, maka
radius sel dapat ditentukan dengan rumus (5-2), Modul-5, dimana d adalah sama dengan
radius R.
P1 P 2 G1 G 2 20 log h1 20 log h 2 Lkabel lain
40
d = 10
(8)
[ 34 ( 102) 11, 2 2 20 log 40 20 log1, 5 (18 3 2 )] / 40
=
10
3,7
= 10
= 5011 m atau 5 km
= 10
Hasil ukuran radius tersebut diperoleh bila pancaran berasal dari BTS ke MS (down-link)
dengan daya ERP rata-rata 34 dBm. Bila dihitung dengan cara yang sama, tetapi pancaran
berasal dari MS ke BTS (uplink), maka dengan daya ERP rata-rata MS sebesar 29 dBm, akan
diperoleh ukuran radius sel sebesar 4 km. Dengan adanya dua hasil dari perhitungan
tersebut, maka dipilih ukuran radius yang 4 km dengan alasan, bahwa radius terjauh 4 km itu
akan tercakup oleh BTS bersangkutan maupun oleh MS-nya. Nilai radius hasil perhitungan
tersebut adalah menunjukkan kemam-puan jangkau BTS dan MS dengan daya seperti
ditunjukkan dalam data. Tetapi ra-dius sel sesungguhnya, ditentukan oleh trafik yang harus
ditampung oleh satu BTS, yaitu memenuhi syarat GOS 0,01; dengan asumsi durasi rata-rata
panggilan sama dengan 180 detik, serta tipe sel 3 sektor. Perhitungannya adalah sebagai
berikut
19
contoh :
Dengan menganggap, bahwa radius sel yang dipilih sebesar 4 km sesuai perhitungan di
atas, maka jumlah sel menjadi, 400/41,57 = 9,62 sel atau 10 sel. Kemudian perhi-tungan
selanjutnya adalah, berapa jumlah trafik yang harus dilayani oleh masing-masing sel tersebut
dengan menentukan jumlah pelanggan per sel, yang kemudian menentukan nilai trafik yang
harus ditanggungnya.
Dari data jumlah pelanggan yang ada, yaitu, 4000, maka jumlah pelanggan per sel
adalah, 4000/10 = 400 pelanggan, sehingga per sektor menjadi 400/3 = 133,33 pe-langgan.
Dari Tabel 6-2 di atas, bahwa untuk tiga pemancar yang diinstal pada satu sektor, maka
jumlah pelanggan mencapai 166 orang. Sehingga dua sektor dengan konfigurasi tiga
pemancar, maka jumlah pelanggan yang dapat dilayani dapat ber-jumlah 332 pelanggan.
Sisanya harus dilayani oleh sektor ketiga, yaitu, (400 332) = 68 pelanggan. Karena
jumlahnya, 38 < nS < 166, maka akan cukup bila dipilih konfigurasinya pada dua pemancar,
yang tentu saja terdapat cadangan trafik yang masih dapat ditanganinya.
Jadi pada alternatif kedua ini dihasilkan :
Jumlah sel
= 10 area
Luas area per sel
= 41,57 km2
Jumlah pelanggan per BTS = 134 pelanggan
Jumlah total pelanggan = 4000 pelanggan
Konfigurasi TX
= 3+3+2
D
= 3 K
R
(9)
dimana :
D = Jarak minimum sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama.
R = Radius sel, dihitung dari pusat sel ke titik terjauh dalam sel.
K = Banyaknya sel per kelompok / pola sel / pola frequency reuse.
Pola frequency reuse pada sistem selular diperlihatkan gambar. Pengaturan pola
tersebut harus sebaik mungkin, hal ini untuk menghindari interferensi akibat adanya
penggunaan kanal yang berdekatan (Interferensi Adjacent Channel) dan interferensi cochannel.
2. Konsep kluster
Kluster adalah sekelompok sel yang masing-masing selnya memiliki 1 set frekuensi
yang berbeda dengan sel yang lain .
Ukuran kluster ( dilambangkan = K, sering juga dilambangkan = N ) adalah jumlah sel
yang terdapat dalam 1 kluster.
Contoh : K=3 artinya terdapat 3 sel dalam 1 kluster
K=4 artinya terdapat 4 sel dalam 1 kluster
22
Z 2=i 2 + j 2 ij
K=ukuran cluster
)
Z2 K
(10)
23
.4.2
MSC intra HO
MSC
MSC inter HO
Untuk menjelaskan klasifikasi di atas mengenai inter-cell dan intra-cell handoff, dapat pula
dibagi menjadi hard dan soft handoff:
Hard handoff adalah suatu metode dimana kanal pada sel sumber dilepaskan dan
setelah itu baru menyambung dengan sel tujuan. Sehingga koneksi dengan sel sumber
terputus sebelum menyambung dengan sel target untuk alasan tersebut hard handoff
juga dikenal dengan sebutan break-before-make. Hard handoff dimaksudkan untuk
meminimalkan gangguan panggilan secara instan. Suatu hard handoff dilakukan oleh
jaringan selama panggilan berlangsung.
Soft handoff adalah suatu metode dimana kanal pada sel sumber tetap tersambung
dengan user sementara secara paralel juga menghubungi kanal pada sel target. Pada
kasus ini, sambungan ke target harus berhasil dahulu sebelum memutus sambungan
dengan sel sumber, karena itulah soft handoff juga disebut make-before-break. Interval
selama terjadinya dua sambungan dilakukan secara paralel bisa saja singkat maupun
substansial (tergantung kondisi yang memungkinkan). Karena alasan inilah soft handoff
dapat dilakukan dengan koneksi lebih dari satu sel, misalnya koneksi dengan tiga sel,
empat atau lebih, semua dapat dilakukan oleh telepon dalam satu waktu. Ketika
panggilan dalam keadaan soft handoff, sinyal yang terbaik dari semua penggunaan
kanal dapat dimanfaatkan untuk panggilan pada saat itu atau semua sinyal
dikombinasikan agar dapat menghasilkan duplikat sinyal yang lebih baik. Kemudian yang
lebih menguntungkan adalah, ketika kedua performa dikombinasikan pada downlink
(forward link) dan uplink (reverse link) maka handoff tersebut menjadi lebih halus
(softer). Softer handoff dapat dilakukan apabila sel yang mengalami handoff berada
dalam satu situs sel.
Kegunaan dari hard handoff adalah apabila terjadi suatu keadaan dimana suatu
panggilan hanya menggunakan satu kanal. Hard handoff dilakukan secara singkat dan
seringkali tidak dirasakan oleh pengguna. Pada sistem analog bisa saja terdengar seperti
bunyi klik atau beep yang sangat singkat, sedangkan pada sistem digital hal ini hampir
tidak terasa. Keuntungan lain dari hard handoff adalah perangkat telepon tidak memerlukan
kemampuan untuk menerima dua atau lebih kanal secara paralel, sehingga lebih murah dan
sederhana. Namun hal ini juga memiliki kekurangan, yaitu tingkat keberhasilan yang rendah
dimana kerap kali terjadi panggilan putus atau terganggu. Teknologi yang mendukung hard
handoff biasanya memiliki prosedur atau tata cara untuk menstabilkan koneksi dari sel
sumber apabila koneksi ke sel target tidak dapat dilakukan (gagal). Namun sayangnya proses
stabilisasi ulang ulang ini tak selalu berhasil (pada beberapa kasus panggilan akan terputus)
dan bahkan memungkinkan pula prosedur tersebut justru mengakibatkan putusnya
sambungan.
Sementara itu, keunggulan dari soft handoff adalah, sambungan pada sel sumber hanya
akan terputus ketika sudah tersambung dengan sel target sehingga kemungkinan putusnya
panggilan lebih rendah. Namun, keunggulan yang lebih besar adalah pemeliharaan kanal
yang secara simultan pada banyak sel dan panggilan hanya bisa gagal apabila kanal
terinterferensi atau mengalami pemudaran (fade) pada waktu yang bersamaan. Fading dan
interferensi pada kanal yang berbeda tidak saling berhubungan, sehingga kemungkinan
terjadi dalam waktu yang bersamaan dalam kanal sangatlah kecil. Sehingga kehandalan
koneksi meningkat apabila panggilan menggunakan soft handoff. Karena pada suatu jaringan
seluler, mayoritas handoff terjadi pada tempat-tempat yang tidak terlingkupi dengan baik,
dimana panggilan (secara frekuentif) menjadi tidak dapat diandalkan ketika kanal mengalami
interferensi atau fading, soft handoff membawa peningkatan yang signifikan untuk
peningkatan kehandalan dari sel dengan tidak menggabungkan interferensi dan fading dalam
satu kanal. Namun keunggulan ini berdampak pada makin kompleksnya perangkat keras
dalam telepon, yang harus dapat digunakan untuk memproses beberapa kanal secara paralel.
Harga lain yang harus dibayar adalah beberapa kanal dalam jaringan harus disediakan untuk
satu panggilan. Hal ini mengurangi jumlah kanal yang bebas sehingga mengurangi kapasitas
jaringan. Dengan menyesuaikan durasi selama handoff dan ukuran dari area yang ditangani,
teknisi jaringan dapat menyeimbangkan manfaat dari kehandalan panggilan ekstra untuk
melawan harga (konsekuensi) dari pengurangan kapasitas.
IMPLEMENTASI HANDOFF
Realisasi praktis dari soft handoff pada jaringan seluler adalah menambahkan daftar sel
target yang potensial, yang dapat digunakan untuk pengalihan panggilan dari sel target. Sel
target yang potensial disebut tetangga (neighbour) dan daftarnya disebut neighbour list.
Pembuatan list untuk sel yang diberikan tidak dilakukan secara dengan mudah dan
menggunakan perangkat komputer khusus. Mereka mengimplementasikan algoritma yang
berbeda dan bisa digunakan untuk input data dari daerah pengukuran atau dari prediksi
komputer dari propagasi gelombang radio pada area yang dilingkupi sel.
Selama terjadinya panggilan, satu atau lebih parameter sinyal pada kanal sumber
dimonitor dan dinilai untuk diputuskan kapan handoff dibutuhkan. Arah downlink (forward
link) dan/atau uplink (reverse link) juga dimonitor. Handoff bisa saja diminta oleh telepon atau
oleh BTS dari sel sumber tersebut dan pada beberapa sistem oleh BTS terhadap neighbouring
cell. Telepon dan BTS dari neighbouring cell saling memonitor sinyal satu sama lain dan calon
target terbaik dipilih di antara sel dalam neighbouring cell. Pada beberapa sistem, terutama
yang berbasis CDMA, calon target juga bisa dipilih dari sel yang tidak berada di dalam
neighbouring list. Setelah proses tersebut selesai maka selesai pula usaha untuk mengurangi
interferensi selama efek near-far.
Co-channel interference
D
R
(11)
dimana:
D = jarak antara sel-sel yang menggunakan frekuensi yang sama
R = radius selNilai q disebut faktor pengurangan interferensi co-channel (co-channel
reductionfactor) dapat ditentukan untuk setiap level dari perbandingan sinyal
terhadapinterferensi yang diinginkan.
Co-channel interface atau CCI disebabkan oleh sel yg menggunakan frekuensi Yg sama,
Dimana sel ini disebut sbg sel co-channel. CCI ini tidak dapat dihilangkan dgn memperbesar
daya pembawa di pemancar. Ini karena, bila daya dinaikkan maka akan menaikkan daya
Interferensi yg berasal dari sel co-channel. Untuk menghilangkan pengaruh interferensi, maka
Jarak sel co-channel harus dipisahkan sedemikian sehingga secara fisik tidak terpengaruh
oleh propogasi gelombang.
CCI tidak dipengaruhi oleh daya pemancar tetapi merupakan fungsi jari-jari sel, R dan jarak
Sel co-channel, D. Parameter co-channel reuse, Q di definisikan sebagai perbandingan D/R
Yang dinyatakan sebagai :
Q=D/R =
3 N
(12)
Semakin besar Q, maka semakin besar jarak sel co-channel yg akan mengurangi pengaruh
Interferensi. Nilai Q yg besar juga akan meningkatkan kualitas transmisi disebabkan dgn
Mengecilnya level co-channel interference. Nilai Q yg kecil menyebabkan kapasitas sistem
Meningkat karena ukuran cluster menjadi kecil.
Tabel co-chanel reuse ratio untuk value dari N
Cluster Size (N)
Co-channel Reuse ratio (Q)
I=1,j=1
3
3
I=1,j=2
7
4.58
I=2,j=2
12
6
I=1,j=3
13
6.24
Perbandingan sinyal terhadap interfernce atau signal to interference ratio (SIR) dinyatakan ;
S
S
= i
I
0
Ii
i=1
(12)
Seperti telah diketahui bahwa daya yg diterima oleh suatu receiver akan semakin turun
dgn makin jauh jarak receiver dari transmitter. Dapat di katakan untuk daya yg disebabkan
oleh Suatu sumber penginterferensi pada komunikasi seluler sebanding dgn jarak sebagai Dn,
Dimana n adalah faktor rugirugi propogasi (2<n<5). Untuk jumlah kanal penyebab
interferensi I=6, didapat nilai SIR sebagai :
1
i
D
S
= k
I k=1 R
( )
(13)
Adjacent-channel interference
Adjacent-channel interference (ACI) merupakan gangguan yang disebabkan oleh asing
kekuatan dari sinyal dalam saluran yang berdekatan . ACI dapat disebabkan oleh penyaringan
tidak memadai (seperti penyaringan yang tidak lengkap tidak diinginkan modulasi produk
dalam FM sistem), tidak benar tala atau kontrol frekuensi miskin (dalam saluran referensi,
saluran mengganggu atau keduanya). ACI dibedakan dari crosstalk .
1.5
Propagasi radio
Free Space Loss didefinisikan sebagai rugi-rugi propagasi di ruang bebas antara dua
antena isotropis, dimana pengaruh permukaan tanah dan atmosfer diabaikan.
(15)
(16)
daerah Fresnel pertama dijaga agar tidak dihalangi oleh obstacle. Secara matematis daerah
Fresnel didekati dengan rumus sebagai berikut:
Fn=17.3
n d 1 d 2
f D
(17)
Dimana :
Fn
= daerah frekuensi ke n
d1
d2
(km)
= frekuensi (GHz)
= d1+d2
Path Loss suatu sistem bisa didekati nilainya dengan persamaan Loss Free Space, jika
daerah jari jari Freshnel I sistem tersebut bebas dari obstacle.
PersamaanPath Lossberdasarkan
link budget
PRX= PTX LFTX+ GTX LP + G
RX LFRX
sehingga
LP =TX
P LFTX+ GTX PRX+ GRX LFRX
b. Shadowing
Propagasi shadowing terjadi ketika suatu lintasan yang menghubungkan Tx dan Rx pada zona
ke-1 fresnell terdapat obstacle yang bercelah seperti pepohonan, sehingga akan terjadi refleksi.
c. Blocking
Propagasi blocking terjadi ketika suatu lintasan yang menghubungkan Tx dan Rx pada zona
ke-1 fresnell terdapat obstacle yang kokoh seperti gedung,bukit,dll, sehingga akan terjadi
refleksi.
1.6
Fading
Permukaan tanah
Bangunan-bangunan
Gelombang pantul akan berubah magnitude dan fasanya, tergantung dari koefisien
refleksi, lintasannya, dan juga tergantung pada sudut datangnya. Jadi, antara sinyal langsung
dan sinyal pantulan akan berbeda dalam hal :
Kondisi terburuk terjadi saat gelombang langsung dan gelombang pantul memiliki
magnituda yang sama serta berbeda fasa 180 o. Pada kondisi yang demikian, terjadi saling
menghilangkan antara gelombang langsung dan pantulnya (complete cancellation).
Sedangkan kondisi terbaik dicapai jika gelombang langsung dan gelombang pantul memiliki
fasa yang sama atau kelipatan dari 360o (In Phase Combination).
2.6.1 Jenis Fading
1. Large Scale Fading
Disebabkan karena akibat keberadaan obyek-obyek pemantul serta penghalang pada
kanal propagasi serta pengaruh kontur bumi, menghasilkan perubahan sinyal dalam hal
energi, fasa, serta delay waktu yang bersifat random. Sesuai namanya, large scale fading
memberikan representasi ratarata daya sinyal terima dalam suatu daerah yang luas.
2. Small Scale fading
Digunakan untuk menggambarkan perubahan (fluktuasi) yang lebih cepat dari amplitude
sinyal yang diterima dalam periode waktu dan jarak tempuh yang singkat. Disebabkan oleh
interferensi 2 sinyal atau lebih yang datang di receiver pada waktu yang berbeda dengan
beda waktu yang sempit atau kecil. Sinyal-sinyal ini disebut dengan gelombang jalur jamak
(multipath), yang dikombinasikan pada antenna penerima untuk menghasilkan sinyal dengan
berbagai amplitude dan fasa yang tergantung pada intensitas distribusi dan waktu propagasi
dari gelombang dan BW sinyal.
Berikut ini table pembagian jenis-jenis small scale fading :
Table 2.2 jenis-jenis small fading
karena jika
mungkin akan
Refleksi
Terjadi ketika sinyal mengenai objek yang mempunyai dimensi yang lebih besar
daripada panjang gelombang sinyal. Pemantulan dapat disebabkan oleh benda-benda
dielektrik
maupun oleh konduktor seperti logam. Jika gelombang mengenai
permukaan dielektrik maka sebagian gelombang akan diteruskan dan sebagian lagi
dipantulkan. Jika mengenai konduktor sempurna, seluruh gelombang akan
dipantulkan.
2.6.2.2
Difraksi
Terjadi ketika sinyal mengenai objek yang mempunyai bentuk yang tajam.
2.6.2.3 Scattering
Hamburan (scattering) terjadi ketika sebuah halangan atau partikel dengan dimensi yang
lebih kecil dari panjang gelombang, mengubah perambatan gelombang dengan mengirim
ulang sinyal ke berbagai arah sehingga energi akan tersebar ke berbagai arah. Jika jumlah
pertikelnya cukup banyak, daya pengirim dapat hilang dalam jumlah besar. Berikut ini
merupakan ilustrasi dari penjelasan di atas :
2.6.3.2
Kecepatan MS (Receiver)
Gerak relatif antara Base Station dengan MS menghasilkan modulasi frekuensi random
berkaitan dengan pergeseran frekuensi Doppler yang berbeda untuk tiap lintasan multipath.
Doppler shift bisa positif dan negatif tergantung dari posisi pergerakan MS terhadap BS.
2.6.3.3
Jika pergerakan benda lebih besar dibandingkan gerakan MS (receiver) sendiri, maka
pergerakan objek tersebut akan lebih beasr pengaruhnay pada terjadinya fading.
2.6.3.4
Teknik diversitas adalah metode yang digunakan untuk merekonstruksi sinyal informasi
dari beberapa sinyal yang ditransmisikan melalui kanal fading yang saling independen.
Teknik diversitas memungkinkan transmitter memancarkan sinyal informasi disertai replika
sinyal tersebut.
a. Diversitas waktu (time diversity)
sinyal informasi akan ditransmisikan melalui time slot yang berbeda, sinyal replika akan
ditransmit dengan delay waktu tertentu. Agar sinyal asli dengan sinyal replika memiliki
independensi fading, delay antar time slot didekati setidaknya sebesar waktu koheren kanal
b. Diversitas Frekuensi ( frequency diversity)
Diversitas frekuensi yaitu sinyal informasi akan memodulasi lebih dari satu frekuensi carrier,
dimana untuk menghasilkan independensi fading, jarak antar frekuensi carrier yang
digunakan didekati setidaknya sebesar bandwidth koheren kanal.
c. Space Diversity
Diversitas ruang (space diversity), sinyal ditransmisikan menggunakan beberapa antena
transceiver dan beberapa antena penerima. Dimana jarak antar antena dipilih agar fading
yang terjadi antar antena saling independen
2.6.4.2 Fading Margin
Fading margin adalah level daya yang harus dicadangkan yang besarnya merupakan
selisih antara daya rata-rata yang sampai di penerima dan level sensitivitas penerima. Nilai
fading margin biasanya sama dengan peluang level fading yang terjadi., yang nilainya
tergantung pada kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan.
Lurban=C 1+C 2 log ( f )13.82 log ( h bts ) a ( hms ) + ( 44.96.55 log ( hbts ) ) log ( r )
(18)
Dimana :
f
= frekuensi (MHz)
hbts
= tinggi BTS(m)
hms
C1
C2
a ( h ms)
2. Daerah Urban
merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukuptinggi, merupakan
daerah pusat perkantoran, niaga, pemerintahan, pendidikan, dan pemukiman penduduk
dengan densitas yang cukup banyak. Bangunan di daerah ini pada umumnya memiliki
ketinggian di atas 3 meter. Rata-rata interval antara jalandan bangunan sebesar 30 meter
dengan memiliki 2 jalan/lajur atau lebih. Sehinggarumus untuk menghitung propagasi di
daerah ini yakni sebagai berikut :
Lbu=69.55+26.26 log ( f )13.82 log ( hbts )a ( hms ) + ( 44.96.55 log ( hbts ) ) log d (19)
f
= frekuensi (MHz)
hbts
= tinggi BTS(m)
hms
Ldense =C 1+C 2 log ( f )13.82 log ( h bts )a ( hms ) + ( 44.96.55 log ( hbts ) ) log ( r ) +Cm
urban
(20)
Dimana : Cm = 3dB
4. Daerah Sub-urban
merupakan daerah dengan kepadatan penduduk relatif rendah.Bangunan di daerah ini
biasanya memiliki ketinggian di bawah 3 meter. Rata-rata interval antara jalan dan
bangunan sebesar 40 meter dengan memiliki 2 jalandan 1 jalur. Adapun penghitungan
propagasi yang terjadi di daerah ini,digunakan rumus seperti ini :
Lbs=Lbu-2[log(f/28]-5.4
(21)
5. Daerah rural
(22)
berdasarkan standard ITU terdapat pula formula perdekatan okumurahata berdasarkan tingkat kepada
Ldense =C 1+C 2 log ( f )13.82 log ( h bts )a ( hms ) + ( 44.96.55 log ( hbts ) ) logrB
urban
(23)
Dimana :
R=arc log
Untuk menghitung radius sel di daerah sub-urban digunakan rumu berikut :
{ ( )}
fc
MAPL69.5526.16 log ( fc ) +13.82 ( hb ) +a ( hm ) +2 log
28
R=arc log
44.96.55 log ( hb)
+5.4
Parameter, path loss excess dari model yang Walfisch-Bertoni dan pathloss bangunan akhir
dari Ikegami Model digabungkan dalam model ini dengan beberapa parameter koreksi
empiris. Model ini adalah statistik dan tidak deterministik karena Anda hanya dapat
memasukkan nilai karakteristik, tanpa pertimbangan database topografi bangunan. Model ini
dibatasi untuk daerah perkotaan datar .
Parameter yang digunakan dalam cost 231 Walfisch- Ikegami dilambangkan pada gambar
berikut.
(23)
(24)
LFS mewakili free space loss, Lrts adalah puncak gedung ke jalan difraksi dan scatter loss, , Lrts
adalah multiscreen loss .
hroof>hmobile
jika Lrts<0
difraksi dari gedung ke jalan dan scatter loss Lrts mewakili coupling gelombang propagasi
bersama multiscreen path dalam lokasi MS di jalan.
(25)
Untuk ;0=<<35
untuk ; 35=<<55
untuk; 55=<<=90
Dimana Lori di definisikan
Dimana adalah sudut sinyal yang datang dari BTS ke jalan, dalam derajat yang di tunjukan
pada gambar berikut :
Untuk hbase>hroof
untuk hbase>hroof
untuk hbase<=hroof
untuk hbase<=hroof
hbase>hroof
untuk R>=0.5 km dan hbase<=hroof
untuk R<0.5 km dan hbase<=hroof
ukuran kota medium dan sub-urban dengan kepadatan pepohonan sedang
untuk metropolitan
bentuk Ka menunjukkan peningkatan path loss untuk antena base station di bawah atap
bangunan yang berdekatan. Istilah kd dan Kf mengontrol ketergantungan hilangnya difraksi
layar multi vs frekuensi jarak dan radio.
Pembatasan model diberikan sebagai berikut:
Frequency (MHz)
800-2000 MHz
4-50 m
1-3 m
Distance R,km
0.02-5 km
b=20-50 m
w=b/2
hroof= 3m(number of floors)+roof
roof=3 m for pitched
0 m for flat
=900
Un=Uo(1+gf )
Uo u=u Uon
Uo=Uo u=Uo
Uo = Uon
Ket :
Un
Uo
a
b
d
N
gf
n
u/sub
2. User density
Lu=L u
L=L
Lu
= sub-urban
= object are
Cu =Un/Lu
C =Un/ L
Cu
Service (Rb)
Voip : 64 Kbps
FTP :1 Mbps
Video : 384 Kbps
Type (C)
Building
: 50 %
Vehicular
: 30%
Pedestrian : 20
5. OBQ
voip
=C T C u; T pT RbVoip BT hT
OBQ T
FTP
=C T C u; T pT Rb FTP BT h T
OBQ T
video
=C T C u; T pT RbVideo BT h T
OBQ T
OBQtotal=OBQ Voip +OBQ FTP +OBQvideo
eNodeB capacity
PeakBitRate e [ Mbps ] =
N
bit
N subcribers symbolper subframe
Hz
1 ms
Bandwith (MHz)
1.4
3
5
10
15
20
QPSK
2.016 Mbps
5.04 Mbps
8.4 Mbps
16.8 Mbps
25.2 Mbps
33.6 Mbps
6. Site calculation
Cell dimensioning
Luas cakupan cell
Lcell=
modulation
16 QAM
4.032 Mbps
10.08 Mbps
16.8 Mbps
33.6 Mbps
50.4 Mbps
67.2 Mbps
64QAM
6.048 Mbps
15.12 Mbps
25.2 Mbps
50.4 Mbps
75.6 Mbps
100.8 Mbps
Jumalh cell
L . area
L . cell
cell=
Jari-jari cell
R . cell=
L. cell
2.59
BAB III
SIMULASI PLANNING CAPACITY DAN COVERAGE
PADA ATOLL
akan
di
gunakan
sebagai
objek
simulasi
Freq
hBTs
h Ms
lokasi
Luas wilayah
planning
dengan
km 2
di batasi menjadi 15
Un=Uo(1+fp)n
U ( 3 )=187.704 ( 1+0.0815 )7 =324.832
Dari jumlah tersebut diharapkan sebanyak 7.5% menjadi pelanggan potensial. Besarnya
sebanyak 7.5%x324.832=24.362 pelanggan
b. Offered bit quantity (OBQ)
=
Service
typre
D(s)
BHCA
(call/s)
BW
(Kbps)
user/km
OBQ
(Kbps/
km 2
Voice
1.624
0.7
60
0.9
12.2
208.05
Data
1.624
0.3
300
0.1
144
584.69
Cell dimensioning
Luas cakupan cell
Lcell=
Kbps/ km
Jumalh cell
cell=
L . area 15
=
=6 cell
L . cell 2.64
Jari-jari cell
L . cell
2.64
=
=1.01 km
2.59
2.59
R . cell=
a. Simulasi
2. Membuka baru tamplate untuk penrancangan, file > new > from a document tamplate>
pilih UMTS HSPA. Untuk tamplatenya di sesuaikan dengan teknologi yang akan digunkanan
di dalam projek ini seperti 3G, 2G, dan 4 G.
3. Mensettting koordinat, documents > properties > pilih pada tanda () > pada find in pilih
WGS 84UTM zones > pilih WGS 84/UTM 48S yang merupakan letak Indonesia >ok>ok
4. Memasukan peta, file > import > cari di file dimana terdapat peta clutter > pilih
peta> open> pilih clutter classes > ok
5. Mengedit peta sesuai dengan kelas dari peta yang telah di masukan seperti urban,
pedesaan, hutan, perairan dll. Caranya klik kanan pada clutter classes > pilih
properties > discrite value > ubah dan sesuaikan warna dengan kelas-kelas untuk
clutter > apply> ok.
6. memasukan ketinggian dari peta, file> import > cari di file dimana terdapat file
untuk ketinggan peta > pilih peta> open> pilih altitudes > ok
7. mengedit dan menyesuaikan ketinggian dari peta yang telah dimasukan, klik kanan
pada digital terrain model > properties > pada display type pilih value interval >
ubah ketinggian dan warna > apply > ok
8. memilih tempat yang akan dibuat untuk objek planning pada proses ini kita harus melihat
peta agar sesuai . caranya : lihat peta > zoom ini dimana daerah tersebut berada > zones
> klik kanan pada focus zones > draw polygon > bentuk polygon sesuai bentuk dan luas
daerah yang kan dibuat untuk planning .
9. mensetting propagasi model yang akan digunakan. Buka pada status bar untuk
parameter > propagastion model > pilih salah satu propagasi model yang akan di
gunakan dan klik kanan > pilih formula > pilih kelas daerah > ok .
10.
mensetting parameter traffic yang akan di gunakan. Parameter traffic > service>
klik kanan pada salah satu layanan> pilih properties > sesuaikan dengan
perhitungan atau standar yang sudah ada > ok
11.
selanjutnya setting terminal. Terminal > klik kanan pada salah satu terminal >
properties > ubah dan sesuaikan dengan perhitungan atau standar yang sudah ada
> ok
12.
setting radio network parameter >station tamplete > pada tab general isikan
sesaui dengan standar dan perhitungan yang telah ada > apply
13.
kemudian pada tab transmitter . pilih equipment > masukan TMA, feeder, dan
transmitter, masukan panjang feeder, dan perkiraan lose untu perancangan>
commit> apply>ok
14.
kemudian pada tab W-CDMA/UMTS . pada Reuse Distance isikan sesuai dengan
jarak diameter sel> commit> apply>ok
15.
selanjutnya mensetting antena yang akan di gunakan. Radio network equipment
> pilih salah satu antena sesaui dengan frekuensi kerja>klik kanan> properties >
ubah parameter yang di perlukan sesai dengan perancangan> apply > ok.
16.
Kemudian setting transmitter. Buka status bar pada network > transmitter > klik
kanan> properties > setting pada propagasi sesuai dengan perhitungan yang telah
di lakukan > apply>ok
17.
Meletakan nobeB. Klik icon bts pada tool bar > letak kan sesuai dengan jumlah
yang telah di hitung .
18.
kemudian ubah tampilan nodeB . transmitter > klik kanan.properties>display type >
pilih automatic >apply>ok.
19.
selanjutnya melakukan perhitungan pathloss. Klik kanan pada transmitter >
calculation> calculate pathloss metrics> save > ok
20.
kemudian melakukan prediksi. Klik kanan prediction > new > pillih salah satu
prediction types > calculate. Dalam langka ini lakukan prediksi pada setiap jenis
prediksi yang di inginkan.
21.
22.
melakukan report. Klik kanan pada prediction>generate report>pilih yang ingin
di tampilkan> ok
23.
24.
selanjutnya langkah terakhir yaitu melihat hasil report yang telah di lakukan
pada excel. Klik kanan pada prediction > export coverages > pilih hasil prediksi
yang akan di export>save
DAFTAR PUSTAKA
[1] www.teleres.com.au/Atoll