Modul DSK
Modul DSK
2013
LEMBAR PENGESAHAN FM-UII-AA-FKA-07/R0
BUKU PETUNJUKPRAKTIKUM
Dasar Sistem Kendali
52413026
A.N A.N
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN
1. PC dilengkapi MATLAB
2. Alat tulis, kertas, printer
a. Polinomial
MATLAB menyediakan fungsi operasi standar dari polinomial seperti akar
polinomial, evaluasi, dan turunan. Sebagai tambahan, fungsi-fungsi berikut
diberikan untuk aplikasi lebih lanjut, seperti pencocokan kurva dan ekspansi
pecahan parsial. Fungsi ini bermanfaat antara lain untuk mencari pole/zero
sebuah sistem dinamis, mengalikan numerator/denumerator, mencari nilai
polinomial pada sebuah titik, dsb.
Fungsi residu mencari rasio ekspansi pecahan parsial dari dua polinomial.
Fungsi ini bermanfaat untuk untuk dalam bentuk fungsi alih (transfer function).
Untuk polinomial (dalam domain Laplace) b(s) dan a(s), sebuah fungsi alih dapat
dirumuskan sebagai berikut:
, (1.1)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Fungsi Keterangan
conv Perkalian polinomial
deconv Pembagian polinomial
poly Polinomial dengan akar-akar tertentu
polyder Turunan polinomial
polyfit Pencocokan kurva polinomial
polyval Evaluasi polinomial
polyvalm Evaluasi matrik polinomial
residue Ekspansi pecahan parsial
roots Mencari akar-akar polinomial
b. Transformasi
Analisis sistem kendali dapat dilakukan di dalam domain waktu (t) ataupun
domain Laplance (sistem kontinu) dan domain Z (sistem diskret). MATLAB
menyediakan fungsi-fungsi yang dapat digunakan untuk mentransformasi satu
domain ke domain yang lain. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.2.
Fungsi Keterangan
laplace Fungsi untuk menghitung transformasi laplace
ilaplace Fungsi untuk menghitung inverse transformasi laplace
ztrans Fungsi untuk menghitung transformasi Z
iztrans Fungsi untuk menghitung invers transformasi Z
, (1.2)
dimana x adalah state dari sistem, u adalah vektor input, y adalah vektor
output, A, B, C, dan D adalah matrik-matrik yang berseuaian dengan dimensi x,
u, dan y.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
. (1.3)
. (1.4)
Fungsi-fungsi yang digunakan untuk representasi model dan konversi dari satu
representasi ke lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Fungsi Keterangan
tf Fungsi untuk membentuk model fungsi alih dari numerator dan
denumerator, fungsi untuk mengubah state space atau zero-pole-gain ke
fungsi alih
ss Fungsi untuk membentuk model state space dari matriks a, b, c, dan d,
fungsi untuk mengubah fungsi alih atau zero-pole-gain ke state spase
zpk Fungsi untuk membentuk model zero-pole-gain dari z, p, dan k, fungsi
untuk mengubah fungsi alih atau state space ke zero-pole-gain
tfdata Fungsi untuk mendapatkan data fungsi alih dari sebuah model
ssdata Fungsi untuk mendapatkan data state space dari sebuah model
zpkdata Fungsi untuk mendapatkan data zero, pole, dan gain dari sebuah model
c2d Fungsi untuk mengubah model kontinyu ke model diskrit
d2c Fungsi untuk mengubah model diskrit ke model kontinyu
d. Interkoneksi sistem
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Sebuah model sederhana motor DC yang menggerakkan sebuah beban inersia, dengan
kecepatan sudut sebagai keluaran dan tegangan masukan , dapat dilihat di
Gambar 1.4. Pada contoh ini akan ditunjukkan bagaimana membuat model dinamis
dari motor DC, serta implementasinya di MATLAB, sehingga dapat digunakan untuk
mendesain sebuah algoritma kendali untuk mengatur kecepatas sudut berdasarkan
nilai tegangan masukan. Pada contoh pemodelan ini motor dianggap ideal, contoh:
medan magnet dianggap konstan.
Torsi , yang dihasilkan motor sebanding dengan arus i yang diinduksikan oleh
tegangan masukan:
, (1.5)
dengan adalah konstanta armature yang dihubungkan dengan sifat fisik motor,
seperti kekuatan medan magnet, banyaknya lilitan pada koil penghantar, dan lain
sebagainya.
Gaya gerak listrik induksi , sebanding dengan kecepatan sudut pada keluaran
motor
, (1.6)
dimana adalah konstanta gaya gerak listrik yang tergantung pada sifat fisik motor.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
, (1.7)
. (1.8)
. (1.9)
Dari hasil ini diperoleh dua buah persamaan diferensial yang menggambarkan sifat
dinamis dari Motor DC yang ada pada Gambar 1.1.
. (1.10)
. (1.11)
Jika kedua persamaan ini digabung maka akan diperoleh hubungan antara perubahan
kecepatan sudut terhadap tegangan input .
Dengan memilih arus dan kecepatan sudut sebagai variabel keadaan (state)
sistem, tegangan masukan sebagai masukan sistem, dan kecepatan sudut
diperoleh representasi state space dari motor DC sebagai berikut
.
(1.12)
(1.13)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Salah satu keunggulan MATLAB terletak pada kemudahan analisis, baik untuk
analisis open-loop, closed-loop, robustness dsb. Beberapa fungsi/tools MATLAB yang
terkait analisis (sistem linear time invariant (LTI)) akan didiskusikan.
a. LTI VIEWER
LTI Viewer adalah sebuah Graphical User Interface (GUI) untuk menampilkan
dan memanipulasi grafik respon model LTI. Grafik yang dapat ditampilkan
dengan LTI viewer adalah :
Catatan. Time responses and pole/zero plots hanya dipergunakan pada model transfer function,
state‐space, and zero/pole/gain.
Untuk membuka LTI Viewer ketik ltiview. Perintah ini akan membuka LTI Viewer
dengan sebuah jendela plot yang masih kosong. Untuk mengimport model ke LTI
Viewer pilih import dari menu file. Hal ini akan membuka jendela Import System Data,
yang berisi daftar semua model yang ada di workspace MATLAB.
LTI Viewer menyediakan kumpulan respon dan pilihan analisis sistem kendali yang
dapat diakses dengan cara klik kanan pada mouse. Jika sudah ada model yang
diimport, maka hal-hal berikut ini dapat dipilih:
• Plot Type – mengubah tipe grafik. Tipe yang tersedia: step, impulse, Bode, Bode
magnitude, Nichols, Nyquist, and singular values plots.
• Systems – memilih atau menghapus model yang ada pada grafik respon.
• Characteristics – menambah informasi pada grafik. Karaktersistik yang tersedia
berbeda-beda untuk berbagai tipe grafik. Sebagai contoh, pada grafik bode
terdapat stability margins, tetapi pada step responses terdapat rise time and
nilai steady-state.
• Grid – menampilkan grid/kotak pada grafik.
• Normalize – mengatur skala grafik respon (hanya tersedia untuk tipe grafik
time-domain).
• Full View – menggunakan batas otomatis sehingga semua bagian grafik
tertampil.
• Properties -- membuka Property Editor untuk mengedit atribut grafik.
Gambar 1.5 menunjukkan contoh tampilan LTI Viewer sebuah sistem saat dilakukan
analisis step response.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Fungsi-fungsi yang dapat digunakan untuk analisis fungsi waktu dan fungsi
frekuensi dapat dilihat di Tabel 1.5 dan 1.6.
Fungsi Keterangan
gensig Pembangkit sinyal masukan (untuk lsim)
impulse Grafik respon terhadap masukan sinyal impuls
initial Grafik respon terhadap nilai/kondisi awal
lsim Simulasi respon untuk sembarang sinyal masukan
step Grafik respon terhadap masukan unit step
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Fungsi Keterangan
bode Grafik bode
evalfr Menghitung respon freksuensi untuk sebuah nilai frekuensi
kompleks
freqresp Menghitung respon frekuensi untuk berbagai nilai frekuensi
iopzmap Peta pole dan zero untuk setiap pasangan input-output pada
model LTI
margin Menghitung dan menggambar gain dan fase margin
nichols Grafik nichols
nyquist Grafik nyquist
pzmap Peta pole dan zero
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
IV. Percobaan
1. a=[1 2 3]
2. b=[4 5 6]
3. c=conv(a,b)
4. [q,r]=deconv(c)
5. d=polyder(a)
6. e=polyder(a,b)
7. [f,g]=polyder(a,b)
Ketikkan vektor x dan y sebagai berikut :
1. x=[1 2 3 4 5]
2. y=[5.5 43.1 128 290.7 498.4]
Untuk mencocokan kedua data tersebut digunakan perintah polyfit. Ketikkan
perintah berikut untuk mencocokan data x dan y dengan menggunakan sebuah
polinomial ordo 3. Catat dan analisis hasilnya.
1. p=polyfit(x,y,3)
2. x2=1:0.1:5
3. y2=polyval(p,x2)
4. plot(x,y,’o’,x2,y2), grid on
Diketahui fungsi alih sebagai berikut :
1. b=[‐4 8]
2. a=[1 6 8]
3. [r,p,k]=residue(b,a)
4. [b2,a2]=residue(r,p,k)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
b. Transformasi
Ketikkan perintah-perintah berikut di command window lalu catat, amati dan
analisis hasilnya.
1) Transformasi Laplace
1. syms t a
2. F=laplace(exp(‐a*t))
3. f=t
4. F=laplace(f)
5. syms t a x
6. f=exp(‐a*t)
7. F=laplace(f,x)
1. h = tf([‐10 20 0],[1 7 20 28 19 5])
2. zpk(h)
Buat matriks A, B, C dan D berikut ini:
(1.14)
1. sys=ss(A,B,C,D)
2. tf(sys)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
, (1.15)
dengan waktu tunda 0,35[s]. Sistem tersebut akan ditransformasi ke bentuk diskrit
(domain Z) menggunakan aproksimasi segitiga dan waktu cuplik (sampling time) 0,1[s].
ketikkan perintah berikut, catat dan analisis hasilnya :
1. H = tf([1 ‐1],[1 4 5],'inputdelay',0.35)
2. Hd = c2d(H,0.1,'foh')
Selanjutnya bandingkan respon sistem diskrit dan sistem kontinyu dengan perintah
berikut : (catat hasilnya)
1. step(H,'‐',Hd,'‐‐')
, (1.16)
dengan waktu cuplik 0.1 detik dapat diimplementasikan dengan mengetik perintah
berikut ini:
1. num=[1 ‐1];
2. den=[1 1 0.3];
3. H=tf(num,den,0.1)
Ubahlah fungsi alih diskret tersebut ke fungsi alih kontinyu dan sebaliknya dengan
menggunakan perintah berikut ini. Catat, amati dan analisis hasilnya.
1. Hc=d2c(H)
2. h=c2d(Hc,0.1)
Diketahui dua fungsi alih G(s) dan H(s) sebagai berikut
. (1.16)
Hubungkan keduanya secara seri, paralel dan umpan balik, lalu cari fungsi alih sistem
tunggal yang mewakili masing-masing hubungan tersebut dengan perintah MATLAB
(catat perintah-perintah yang digunakan).
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Simpan model tersebut dengan nama sys_dc. Kemudian ubahlah model tersebut ke
bentuk fungsi alih, simpan dengan nama sys_tf, juga ubahlah model tersebut ke
bentuk zero-pole-gain, simpan dengan nama sys_zpk (Catat perintah yang
digunakan dan hasil yang muncul di command window).
b. LTI VIEWER
Langkah percobaan :
• Buka LTI VIEWER dengan mengetik perintah ltivew pada command window
atau dari tombol start menu pilih toolboxes, control systems, pilih LTI viewer.
• Setelah terbuka, pilih file dari menu bar kemudian pilih import untuk
membuka jendela import system data yang akan menampilkan data semua
sistem yang telah ada di workspace. Klik pada sys_dc untuk memilih model
motor dc yang telah anda buat sebelumnya. Lalu klik OK, sehingga akan
ditampilkan grafik step respon motor DC.
• Untuk mengetahui rise time dari step response tersebut, lakukan klik kanan
dan pilih characteristics, lalu pilih rise time. LTI Viewer akan mengitung dan
menampilkan rise time pada grafik step response tersebut. Lakukan cara yang
sama untuk memperoleh data peak response, settling time dan nilai steady-
state. Catat data-data tersebut.
• Untuk menampilkan nilai karakteristik yang ditandai pada grafik, tempatkan
mouse pada bulatan berwarna biru (marker) yang menandai karakteristik
tersebut. Hal ini akan membuka data pada marker tersebut dan
menampilkannya. Untuk menampilkan secara permanent, lakukan klik kiri
pada bulatan biru tersebut. Atur posisi tampilan dengan cara klik kanan pada
marker lalu pilih alignment. Sehingga tampilan informasi mengenai
karakteristik grafik akan terbaca dengan baik.
• Setelah semua informasi tertampil, print grafik tersebut dengan memilih
menu file, print. Sebelumnya lakukan page setup terlebih dahulu. Atau jika
akan disimpan, pilih menu file, lalu pilih print to figure, akan terbuka jendela
figure berisi grafik respon tersebut. Lalu simpan sebagai file step_respon.fig.
• Berikutnya tampilkan grafik bode dengan cara klik kanan, pilih plot types,
pilih bode. Kemudian tampilkan karakteristik grafik bode dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan untuk grafik step. Catat data grafik bode
tersebut dan kemudian print hasilnya. Simpan dengan nama
bode_response.fig.
• Lakukan hal yang sama juga untuk grafik nyquist dan grafik pole-zero.
Simpan dengan nama nyquist_response.fig dan pole_zero.fig.
, (1.17)
(1.18)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
1. impulse(sys_mimo)
2. initial(sys_mimo,[1; 0])
3. step(sys_mimo)
Amati dan analisis tampilan grafiknya
Dari model motor DC (1.12)-(1.13) yang dibuat sebelumnya pada percobaan 3.a
lakukan analisis respon frekuensi dengan perintah-perintah berikut ini:
1. bode (sys_tf)
2. evalfr (sys_tf , 5+i)
3. margin (sys_tf)
4. nyquist(sys_tf)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN
1. PC dilengkapi MATLAB
2. Alat tulis, kertas, printer
Root Locus (tempat kedudukan akar) merupakan suatu analisis dalam keilmuan
control engineering yang menggambarkan pergeseran letak pole-pole suatu sistem loop
tertutup dari peerubahan besarnya penguatan loop terbuka dengan gain adjustment.
Analisis ini digunakan sebagai salah satu dasar untuk mendesain suatu sistem kendali
sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi yang diinginkan. Analisis root locus ini
dapat menentukan apakah suatu system stabil atau tidak. Selain itu dapat
menentukan besarnya rentang penguatan loop terbuka, agar suatu system masih dapat
dikatakan stabil (tetapi tidak bisa menstabilkan suatu system tidak stabil secara utuh
menjadi system yang stabil). Plot kurva root locus berada pada bidang-s (domain
frekuensi).
Tempat Kedudukan Akar (root locus) sebuah sistem merupakan kurva atau
tempat kedudukan dari akar-akar persamaan karakteristik (pole–pole dari fungsi alih
kalang tertutup) dengan parameter gain (K) yang berubah – ubah. Parameter gain K ini
dapat dianalogikan dengan pengendali Proporsinonal.
r e u y
K H(s)
+
‐
Gambar 2.1. Diagram blok loop sebuah sistem kalang tertutup. (perlu diupdate)
Perhatikan Gambar 2.1. Fungsi alih loop tertutup sistem pada Gambar 1 adalah:
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
. (2.1)
Tempat kedudukan akar (root locus) merupakan grafik nilai akar-akar penyebut fungsi
alih sistem loop tertutup yaitu 1+KH(s) = 0 saat nilai K divariasi dari nol sampai tak
terhingga. Akar kedudukan merupakan lokasi sebenarnya dari semua kemungkinan
pole loop tertutup. Dari akar kedudukan kita dapat memilih penguatan K sehingga
sistem loop tertutup akan bekerja sesuai dengan yang kita inginkan. Dikarenakan
akar-akar persamaan karakteristik memberi informasi performa transient dan steady-
state sebuah sistem, maka metode root locus memberi cara pemilihan sebuah
pengendali/gain (K, atau pengendali P) jika diinginkan sebuah performa/spesifikasi
tertentu.
Dari Gambar 2.2c dapat dengan diketahui bahwa persamaan karakteristiknya adalah
. (2.2)
Akar-akar persamaan karakteristiknya adalah:
. (2.3)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Jika nilai K divariasi, maka nilai-nilai dan akan berubah seperti pada Tabel 2.1.
Perubahan nilai akar-akar ini dapat digambarkan menjadi tempat kedudukan akar
(root locus) seperti terlihat pada Gambar 2.3.
K
0 0 -2
1 -1 -1
2 -1+j -1-j
10 -1+j3 -1-j3
101 -1+j10 -1-j10
Gambar 2.3. Diagram root locus dari kendali motor sistem radar seperti terlihat pada
Gambar 2.2.
IV. PERCOBAAN
. (2.4)
Diagram root locus dari sistem tersebut dapat dibuat di MATLAB dengan mengetikkan
perintah di bawah ini:
1. num=[1 7];
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
2. den=conv(conv([1 0],[1 5]),conv([1 15],[1 20]));
3. rlocus(num,den)
4. axis([‐22 3 ‐15 15])
IV.2 Percobaan 2: Penggunaan metode root locus untuk desain pengendali kecepatan
motor DC.
. (2.5)
1. J=0.01; b=0.1; km=0.01; R=1; L=0.5;
2. num=km;
3. den=[(J*L) ((J*R)+(L*b)) ((b*R)+km^2)];
4. sys_motor_DC = tf(num,den);
Langkah pertama: memilih rasio redaman dan menggambar root locus
Untuk mendapatkan maximum overshoot kurang dari 5% diperlukan rasio redaman ς
minimal 0,8 (Jelaskan di laporan akhir kenapa nilai ini yang dipilih). Gambarkan grafik
root locus dan nilai rasio redaman tersebut dengan perintah berikut ini:
1. rlocus(num,den)
2. sgrid(.8,0)
3. title('Root Locus without a controller')
Langkah ketiga: memilih nilai K yang memenuhi syarat overshoot
Nilai gain K yang memenuhi syarat maksimum overshoot dapat dicari menggunakan
perintah berikut ini:
[k,poles] = rlocfind(num,den)
lalu klik pada daerah sekitar titik -6+2.5i. Catat nilai gain K (k di MATLAB) dan nilai-
nilai pole kalang tertutup yang dihasilkan oleh nili K tersebut.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Step respon dari sistem kalang tertutup dengan pengendali K yang terpilih pada
langkah ketiga dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
1. [numc,denc]=cloop(k*num,den,‐1);
2. t=0:0.01:3;
3. step(numc,denc,t)
4. title('Step response with gain')
. (2.6)
Ketikkan perintah berikut untuk melihat respon sistem loop tertutup dengan
pengendali lag di atas:
1. z1=1;
2. p1=0.01;
3. numa = [1 z1];
4. dena = [1 p1];
5. numb=conv(num,numa);
6. denb=conv(den,dena);
7. figure(1)
8. rlocus(numb,denb)
9. axis([-10 10 -15 15])
10. sgrid(.8,0)
11. title('Root Locus with a lag controller')
Cetak grafik root locusnya, amati dan bandingan dengan grafik root locus sebelum
ditambahkan lag compensator.
Langkah keenam: memilih gain K (setelah ada lag compensator) agar spesifikasi
terpenuhi
Memilih nilai K yang baru (setelah penambahan lag compensator) dengan perintah:
1. figure(1)
2. [k,poles]=rlocfind(numb,denb)
Langkah ketujuh: mengamati step respon kalang tertutup setelah pemilihan K
baru
Setelah penambahan lag compensator dan pemilihan K baru, step respon kalang
tertutup sistem dapat diamati dengan perintah:
1. figure(2)
2. [numc,denc]=cloop(k*numb,denb,‐1);
3. t=0:0.01:3;
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
4. step(numc,denc,t)
5. title('Step response with a lag compensator')
Amati dan analisislah karakteristik step response-nya. Ulangi langkah keenam dan
ketuju sampai semua spesifikasi perancangan dipenuhi !!
IV.3 Percobaan 3: Penggunaan metode root locus untuk desain pengendali sistem
servomekanik-elektrohidrolis
Gaya pada poros geser sebanding dengan arus pada koil electromagnet. Saat poros geser
bergerak, katub terbuka, sehingga fluida hidrolik bertekanan tinggi mengalir di dalam
kabin. Fluida yang bergerak ini mendorong piston bergerak pada arah yang berlawanan
dengan arah poros geser.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Gambar 2.5. Sistem kendali umpan balik dapat digunakan sebagai pengendali
posisi
. (2.7)
Buatlah fungsi alih dari Gservo di command window dan beri nama sys_servo.
Buka SISO Design Tool lalu dengan cara mengetik sisotool pada command window.
Import model servomekanik dari workspace dengan nama sys_servo. Buka LTI
Viewer dengan memilih Other Response di bawah Analysis pada menu bar. Klik OK
pada jendela Response Plot Setup; default setting adalah step response loop
tertutup dari sinyal referensi r ke sinyal keluaran y. Jadi sekarang terdapat dua
jendela, SISO Design Tool dan LTI Viewer.
Amati step response sistem loop tertutup tersebut, berapakah rise timenya?
Apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan? Cetaklah grafik step respon
tersebut.
Ubahlah nilai gain compensatornya (nilai default = 1) dengan cara menggeser tanda
silang pada grafik root locus. Nilai gain dapat dipilih sepanjang kurva root locus ini.
Cobalah dengan beberapa nilai gain yang berbeda, catat dan amati respon loop
tertutup pada LTI Viewer.
Cara lain untuk mengubah nilai gain adalah dengan memasukan nilai gain
tersebut ke field C(s) pada Current Compensator panel. Masukkan nilai gain
sebesar 20 lalu tekan enter. Amati grafik respon loop tertutup pada LTI Viewer,
dan perhatikan bahwa posisi pole-pole loop tertutup dihitung ulang saat nilai gain
diubah. Apakah grafik respon sudah memenhui spesifikasi yang diinginkan?
Perhatikan bahwa saat nilai gain bertambah, sistem akan menjadi kurang teredam
(underdamped), dan semakin besar gain akan membawa sistem ke daerah tidak
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM-UII-AA-FKA-07/R0
Cobalah untuk menambahkan sepasang pole kompleks konjugate pada grafik root
locus.Buka menu dengan klik kanan, pilih Add Pole/Zero lalu pilih Complex Pole.
Lalu klik pada grafik root locus, daerah dimana komplek pole akan ditambahkan.
Cobalah tempatkan pole (‘x’) sembarang di daerah sebelah kiri sumbu imaginer
(jelaskan mengapa bukan di sebelah kanan?). Ketika pasangan pole kompleks
konjugate ditambahkan, grafik step respon pada LTI viewer akan berubah dan root
locus dan grafik bode juga menampilkan grafik baru. Perhatikan masing-masing
perubahan tersebut.
Berikutnya tambahkan zero pada kompensator dengan cara yang sama seperti
penambahan pole di atas. Tambahkan sepasang zero kompleks di sebelah kiri
mendekati pole yang telah ditambahkan sebelumnya. Amati perubahan grafik step
respon dan juga root locus dan grafik bode. Tampilkan nilai parameter responnya
lalu cetaklah grafik tersebut. Sudahkan memenuhi spesifikasi?
Bukalah Edit Compensator dengan cara klik kanan lalu pilih Edit Compensator.
Editlah pole pada lokasi -110±140i dan zero pada lokasi -70±270i, lalu isikan gain
sebesar 23.3
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN
1. PC dilengkapi MATLAB
2. Alat tulis, kertas, printer
Respon frekuensi sebuah sistem adalah respon sistem terhadap input sinusoidal pada
berbagai nilai frekuensi. Output sistem linier terhadap input sinusoidal adalah sinyal
sinusoidal dengan frekuensi yang sama namun berbeda magnitud dan fasenya. Respon
frekuensi didefinisikan sebagai perbandingan antara magnitud dan fase sinyal output
terhadap sinyal input sinusoidal.
Gambar 3.1. Sebuah sistem linier
Fungsi alih sistem pada Gambar 3.1 adalah:
. (3.1)
. (3.2)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
dengan nilai magnitude dan fase berturut-turut adalah sebagai berikut:
. (3.3)
. (3.4)
bode(50,[1 9 30 40])
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa diagram Bode terdiri atas dua grafik, magnitud
dalam skala desibel (dB), dan grafik fase dalam satuan derajat. Sumbu x
(mendatar) adalah frekuensi sinyal masukan, , dalam satuan radian/detik.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Gain margin didefinisikan sebagai besarnya perubahan nilai penguatan (gain) loop
terbuka yang membuat sistem tidak stabil. Phase margin didefinisikan sebagai
besarnya perubahan nilai pergeseran fase sistem loop terbuka yang membuat sistem
tidak stabil. Untuk melihat lebih jelas mengenai Gain margin dan Phase margin
perhatikan diagram Bode pada gambar 3.4.
Frekuensi Bandwidth ( )
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Daerah frekuensi antara dimana magnitud sistem kalang tertutup tidak
kurang dari -3dB disebut sebagai bandwidth. Nilai bandwitdh ini menunjukkan
bagaimana sistem masih mampu melakukan tracking terhadap input sinusoidal. Selain
itu bandwidth juga menentukan perlu tidaknya melakukan filtering terhadap noise
frekuensi tinggi. Pengaruh nilai bandwidth terhadap sifat respon adalah nilai
bandwidth berbanding terbalik dengan nilai rasio redaman, artinya semakin besar nilai
bandwidth maka nilai damping ratio (ζ) akan semakin kecil, atau respon sistem
semakin cepat dan nilai rise time semakin kecil.
Relasi antara respon transisi dan respon frekuensi pada sistem orde 2
Hubungan antara phase margin γ dan rasio redaman ζ pada interval 0 ≤ ζ ≤ 0,6, dapat
dinyatakan sebagai:
. (3.5)
Gambar 3.5 Hubungan antara rasio redaman dan phase margin
Untuk nilai rasio redaman yang kecil, nilai peak resonance ( ) hampir sama dengan
nilai rasio redaman dan menunjukkan kecepatan respon transisi sistem. Nilai peak
resonance magnitude ( ) dan overshoot ( ) berhubungan secara terbalik dengan
nilai rasio redaman seperti terlihat pada Gambar 3.6.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Gambar 3.6 Hubungan antara rasio redaman dengan serta
. (3.6)
1. num = 1;
2. den = [ 1 0.8 1];
3. nyquist (num,den)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Gambar 3.7 . Grafik Nyquist dari .
Pada metode respon frekuensi, performa saat transisi dinyatakan secara tidak
langsung dalam bentuk phase margin, gain margin, resonant peak magnitude
(ketiganya memberikan estimasi nilai rasio redaman), gain crossover frequency,
resonant frequency, bandwidth (ketiganya memberikan estimasi terhadap kecepatan
respon),dan static error constant (memberikan informasi mengenai akurasi steady
state). Semua spesifikasi pada domain frekuensi tersebut dapat dicari menggunakan
diagram Bode.
Sesudah loop terbuka dirancang berdasarkan metode frekuensi, pole dan zero loop
tertutup dapat ditentukan kemudian melalui perkalian fungsi alih biasa. Setelah ini,
karakteristik respon transisi (pada domain waktu) harus dicek kembali untuk
memastikan seluruh spesifikasi telah terpenuhi. Jika belum, pengendali harus diubah
dan analisis harus diulang kembali sampi seluruh spesifikasi terpenuhi.
Beberapa catatan penting pada perancangan dengan metode respon frekuensi adalah
sebagai berikut.
- Untuk minimum-phase system, phase margin dan gain margin harus bernilai
positif untuk membuat sistem stabil.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
- Pada umumnya, untuk memperoleh respon yang baik, dipilih nilai phase margin
antara 300 dan 600, dan nilai gain margin lebih besar dari 6 dB.
- Nilai peak resonant magnitude agar performansinya baik adalah 0 ≤ ≤
3 dB.
IV. PERCOBAAN
4.1. Diagram Bode
Diketahui sebuah sistem motor DC sebagai berikut:
. (3.7)
1. J=0.01; b=0.1; km=0.01; R=1; L=0.5;
2. num=km;
3. den=[(J*L) ((J*R)+(L*b)) ((b*R)+km^2)];
4. sys_motor_DC = tf(num,den);
5. bode (num, den)
6. margin (num, den)
Cetak grafik yang tertampil. Berapakah nilai phase margin dan gain margin?
Bagaimanakah karakteristik respon sistem berdasarkan nilai tersebut? Analislah
karakteristik motor DC tersebut.
Selanjutnya tentukan nilai frekuensi crossover dengan memilih salah satu nilai
pada interval kedua frekuensi tersebut. Lalu hitung nilai gain yang diperlukan
untuk menghasilkan phase margin tersebut.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
[mag,phase,w] = bode(num,den,10)
1. num=Kc*num;
2. bode(num,den)
3. margin (num, den)
4. title(‘Bode Diagram dengan gain K’)
1. [numc,denc]=cloop(num, den, ‐1);
2. t=0:0.01:10;
3. figure(2)
4. step(numc,denc,t)
5. title (‘ Step response closed loop’)
Bagaimanakah step response-nya? Berapakah nilai rise time dan settling time-
nya? Tampilkan kedua nilai tersebut pada grafik step response lalu cetaklah !
Catatan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa respon sistem masih memiliki
overshoot yang tinggi. Nilai overshoot dapat dikurangi dengan mengurangi nilai
, namun demikian hal ini akan memperbesar nilai steady state error.
dengan nilai dikuangi menjadi 50. Diagram bode setelah pengurangan nilai
dan penambahan lag compensator dapat diperoleh menggunakan perintah berikut
ini:
1. den=[(J*L) ((J*R)+(L*b)) ((b*R)+km^2)];
2. num=50*km;
3. z=1;
4. p=0.1;
5. numa=[1 z];
6. dena=[1 p];
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
7. numb=conv(num,numa);
8. denb=conv(den,dena);
9. figure(1)
10. bode(numb,denb)
11. margin(numb,denb)
12. title(‘Diagram Bode dengan pengendali Lag dan gain 50’)
Kemudian cek kembali step response sistem closed loop dengan perintah berikut.
1. [numc,denc]=cloop(numb, denb, ‐1);
2. t=0:0.01:10;
3. figure(2)
4. step(numc,denc,t)
5. title(‘step response closed loop dengan pengendali lag dan K=50’)
Bagaimana dengan karakteristik responnya? Sudah sesuaikah dengan spesifikasi
perancangan?Tampilkan lalu cetak!
Untuk model motor DC di atas, gambarkan grafik nyquist dengan MATLAB, print
grafiknya, lalu buatlah analisis kestabilannya !
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN
1. PC dilengkapi MATLAB
2. Alat tulis, kertas, printer
Pada bagian ini kita akan mencoba mengenal karakteristik dari setiap pengontrol P,
Pengontrol I, dan Pengontrol D serta bagaimana menggunakannya untuk mendapatkan
respon yang diinginkan. Kontrol PID digunakan dalam sistem kendali kalang tertutup.
Perhatikan gambar berikut:
. (4.1)
Bagian Proporsional (P) akan memberikan efek mengurangi waktu naik, tetapi tidak
menghapus kesalahan keadaan tunak(steady state error). Bagian Integral (I) akan
memberikan efek menghapus kesalahan keadaan tunak, tetapi berakibat
memburuknya respon transisi. Bagian Derivatif (D) akan memberikan efek
meningkatnya stabilitas sistem, mengurangi overshoot, dan menaikkan respon transfer.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Efek dari setiap bagian controller dalam closed loop ini dapat diperlihatkan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.1. Efek penambahan P-I-D terhadap performa transien
Perhatikan bahwa hubungan korelasi tersebut mungkin adalah saat Kp, Ki, dan Kd
saling bebas. Pada kenyataannya mengubah salah satu variabel dapat mengubah
karakteristik dua variabel lainnya. Tabel 4.1 digunakan sebagai referensi saat kita
menentukan nilai untuk Ki,Kp, dan Kd secara individual.
Tips dalam merancang pengendali PID adalah sebagai berikut.
1. Lihat respon open loop dan amati karakteristik respon yang harus diperbaiki sesuai
spesifikasi
2. Tambahkan pengendali proporsional untuk memperbaiki rise time
3. Tambahkan bagian derivatif untuk memperbaiki overshoot
4. Tambahkan bagian integral untuk memperbaiki steady state error
5. Tentukan parameter Kp, Ki, dan Kd sampai spesifikasi respon terpenuhi.
Selain berdasarkan tabel di atas, untuk menentukan nilai Kp, Ki, dan Kd atau
parameter pada bagian proporsional (Kp), bagian integral (Ti) dan bagian derivatif (Td),
dapat menggunakan metode Ziegler-Nichols. (lihat [1]).
IV. PERCOBAAN
Terdapat sebuah sistem mekanik yang terdiri dari massa, pegas, dan peredam seperti
terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Sistem mekanik yang terdiri dari massa, pegas, dan peredam.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
Fungsi alih dari sistem (dengan nilai konstanta yang bersesuaian ) adalah:
. (4.2)
1. pertama-tama coba kita lihat bagaimana respon loop terbuka dari sistem ini dengan
listing program dibawah ini:
1. num=1;
2. den=[1 10 20];
3. step(num,den)
2. Kita akan mencoba menambahkan control P(Proportional) dalam sistem ini dengan
persamaan alihnya adalah :
. (4.3)
1. kp=300;
2. [numcl,dencl]=cloop(kp*num,den);
3. figure,step(numcl,dencl,t)
. (4.4)
1. Kp=300;
2. Kd=10;
3. num=[Kd Kp];
4. den=[1 10+Kd 20+Kp];
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
5. t=0:0.01:2;
6. step(num,den,t)
4. Sebelum masuk kedalam model desain sistem PID controller, mari kita coba pahami
PI Control. Dari tabel kita dapatkan bahwa I controller (Ki) akan menurunkan rise
time, meningkatkan overshoot dan settling time serta menghilangkan kesalahan
keadaan tunak. Dari sistem yang dicontohkan, fungsi transfer loop tertutup dengan
PI controller adalah:
. (4.5)
1. Kp=30;
2. Ki=70;
3. num=[Kp Ki];
4. den=[1 10 20+Kp Ki];
5. t=0:0.01:2;
6. step(num,den,t)
5. Kita akan coba ke tahap akhir yaitu pengontrolan dengan PID dengan persamaan
fungsi alihnya adalah sebagai berikut:
. (4.6)
1.
Kp=350;
2.
Ki=300;
3.
Kd=50;
4.
num=[Kd Kp Ki];
5.
den=[1 10+Kd 20+Kp Ki];
6.
t=0:0.01:2;
7.
step(num,den,t)
Perhatikan hasilnya apakah sudah sesuai dengan kriteria? apakah jauh lebih baik
dari pengendalian sebelumnya? Cobalah trial dan error dengan beberapa nilai
Kp,Kd,dan Ki yang bervariasi hingga didapatkan hasil respon yang paling optimal
dan kemudian cetak hasilnya!
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM‐UII‐AA‐FKA‐07/R0
6. Buatlah kesimpulan dari semua percobaan yang telah dilakukan dari sistem diatas,
dan jelaskan bagaimana “sebaiknya” langkah-langkah untuk mendesain sebuah PID
Controller.
TUGAS : Rancanglah Pengendali PID untuk Plant MOTOR DC yang digunakan di unit
2 dan 3! Sertakan dalam laporan anda!
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :5
Jurusan : Teknik Elektro Modul ke :1
Kode Mata Praktikum : 52413026 Halaman : 16
Nama Mata Praktikum : Dasar Sistem Kendali Mulai Berlaku : 1 September 2013
1. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami proses data akuisisi dari plant ke sistem monitoring (PC)
menggunakan DAQ NI USB 6009
2. Mahasiswa dapat mengimplementasikan fungsi data monitoring menggunakan
MATLAB
3. Mahasiswa dapat menganalisis hasil akuisisi data
3. DASAR TEORI
Akuisisi data adalah proses pengambilan data dari sebuah proses real-time dunia
nyata, e.g. suhu, tekanan, arus, tegangan, dll yang kemudian dikonversi ke dalam
sinyal elektrik digital. Sinyal elektrik digital ini dapat diukur, dianalisis dan disimpan
di dalam komputer atau piranti elektronis lainnya. Elemen-elemen dasar yang
digunakan untuk membangun sebuah sistem akuisisi data adalah:
1. Sensor
2. Pengkondisi isyarat
3. Perangkat keras (hardware) akuisisi data
4. PC
5. Perangkat lunak akuisisi data
DAQ NI USB 6009 merupakan akuisisi data yang memiliki fitur sebagai berikut:
1. 8 kanal Analog Input (AI)
2. 2 kanal Analog Output (AO)
3. 12 kanal Digital Input/Output (DIO)
4. 32-bit counter
5. Interface USB kecepatan tinggi
Kanal AI dapat dikonfigurasi dalam dua mode, yaitu mode pengukuran single-ended
dan mode pengukuran differential.
Mode input differensial dapat mengukur sinyal ±20 V pada range ±20 V. Namun
demikian, dikarenakan mode operasi diferensial, input masukan pada tiap PIN
maksimal adalah ±10 V. Contoh, jika AI1 = +10V dan AI5 = -10 V, maka tegangan
yang terukur pada DAQ adalah ±20 V.
Untuk sinyal input yang lebih besar dari ±10 V digunakan skema seperti terihat pada
Gambar 5.5.
dua kanal Analog Output (AO) yang terpisah. Kedua AO tersebut dapat
membangkitkan output 0 – 5 V. Untuk menghubungkan beban ke USB-6009,
hubungkan ujung positif beban ke terminal AO dan hubungkan ground beban ke
terminal GND.
USB-6009 memiliki 12 jalur (lines) digital, P0.<0…7> dan P1.<0…3> yang terdiri atas
port DIO. GND adalah sinyal referensi-ground pada DIO. Kita dapat memprogram
semua jalur tersebut sebagai input maupun output.
Tabel 5.1. Fungsi pada Setiap Pin Terminal Digital I/O
Di dalam MATLAB, DAQ NI USB 6009 dapat diinisialisasi lewat Command Windows
ataupun lewat pemanggilan blok di SIMULINK. Dalam praktikum ini akan digunakan
mode SIMULINK. Pemanggilan DAQ dalam SIMULINK dilakukan menggunakan Data
Acquisition Toolboox.
IV. PERCOBAAN
Gambar 5.11. Tampilan “Measurement and Automation Explorer” dan “Test Panel”
IV.2 Akuisisi data plant sistem pemanas udara
Percobaan ini bertujuan untuk mengirim data dari PC ke plant pemanas udara
sekaligus mengamati temperatur pemanas udara di PC. Tampak depan plant ini dapat
dilihat pada Gambar 5.12. Sistem pemanas pada intinya terdiri dari heater untuk
pemanas, driver pengaktif heater, dan sensor LM35 untuk mengukur temperatur
sistem pemanas udara.
Sensor Voltage
Input Voltage
Dalam percobaan ini digunakan mode analog input untuk membaca keluaran sensor
LM35 dan mode analog output untuk mengaktifkan pemanas. Untuk itu, lakukan
langkah-langkah berikut ini:
1. Hubungkan terminal + sensor voltage plant ke pin no 2 DAQ dan terminal -
sensor voltage plant ke pin no 3 DAQ pengaturan analog input AI0
2. Hubungkan terminat + input voltage plant ke pin no 14 DAQ dan terminal –
input voltage plant ke pin no 13 DAQ pengaturan analog output AO0.
2. Pada jendela ini pilih file new model atau klik ikon di dalam lingkaran pada
gambar untuk mendapatkan jendela seperti dibawah ini:
4. Tekan dua kali pada blok tersebut. Pastikan bahwa parameter yang ada di blok
tersebut sama seperti gambar berikut ini (pengaturan mode differential):
function write_daq(value)
eml.extrinsic('analogoutput', 'addchannel', 'putsample', 'delete')
device='Dev1';
channel=0;
ao = analogoutput('nidaq',device);
ao0 = addchannel(ao, channel);
putsample(ao, value)
delete(ao)
1 -1 1
In1 Out1
Gain
Constant
1 22.0159 1
In1 Out1
Gain
5.7802
Constant
10. Blok “Input Voltage Display”, “LM35: Nilai Tegangan”, “LM35: Nilai Celcius”
semuanya dibuat dari blok Display yang ada pada library Sinks.
11. Blok “LM35: Volt”, “LM35: Celcius” dibuat dari blok Scope pada library Sinks.
12. Rangkailah semua komponen seperti Gambar 5.AA. Samakan semua keterangan
blok seperti Gambar 5.AA.
13. Jika sudah selesai konsultasikan dengan asisten apakah konfigurasi hardware
dan software telah dilaksanakan dengan benar.
LM35:Nilai Tegangan
LM35:Celcius
.
MATERI/BAHAN PRAKTIKUM
Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :6
Jurusan : Teknik Elektro Modul ke :1
Kode Mata Praktikum : 52413026 Halaman :8
Nama Mata Praktikum : Dasar Sistem Kendali Mulai Berlaku : 1 September 2013
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat merangkai sistem kendali pemanas udara
2. Mahasiswa dapat menggunakan MATLAB dan DAQ NI USB 6009 sebagai
sarana desain algoritma kendali
3. Mahasiswa dapat menemukan model matematis sistem pemanas udara melalui
uji kalang terbuka dan identifikasi sederhana
4. Mahasiswa dapat merumuskan tujuan pendendalian
5. Mahasiswa dapat mendesain algoritma kendali untuk mengendalikan sistem
pemanas udara sesuai tujuan pengendalian yang telah dirumuskan
Gambar 6.1. Sistem pemanas udara yang dikendalikan lewat sebuah PC.
Sistem pemanas udara yang digunakan terdiri dari sebuah heater dan kipas angin yang
dibungkus dalam sebuah tabung. Temperatur dalam tabung diamati menggunakan
sensor LM35. Keluaran dari sensor temperature dihubungkan ke terminal analog input
DAQ NI USB 6009. Untuk mengendalikan temperature di dalam tabung, sinyal kendali
yang dihitung dalam PC dikirimkan ke driver AC yang mengatur tingkat pemanasan
heater melalui terminal analog output DAQ NI USB 6009.
Modeling sistem orde satu dapat dilakukan dengan menggunakan model kurva S
seperti terlihat pada Gambar 6.2. Kurva S ini dapat diperoleh dengan melakukan uji
step pada sistem. Uji step ini dilakukan saat belum ada aksi pengendalian pada sistem.
Gambar 6.2 Bentuk grafik S dari step respon suatu sistem orde satu.
Menggunakan nilai-nilai yang diperoleh dari Gambar 6.2, model matematis dari sebuah
sistem orde satu dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ke -sTd 6.1
G ( s) =
(1 + sT1 )
Salah satu metode untuk mencari parameter algoritma kendali PID adalah dengan
menggunakan metode Ziegler-Nichols (Z-N). Metode Z-N dibagi menjadi metode I dan
II. Metode Z-N I didasarkan pada uji step sistem sebelum ada aksi kendali (sama
seperti uji step untuk proses modeling). Dari uji step, didapatkan parameter L dan T
sesuai dengan aturan yang terdapat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Parameter L dan T untuk tuning PID dengan metode Z-N I.
1 6.2
C ( s) = K p 1 + + Td s ,
Ti s
P - -
PI 0,9 -
IV. Percobaan
IV.1 Inisialisasi DAQ, DAQ-plant-PC
Setting Hardware
1. Hubungkan terminal + sensor voltage dari plant ke pin no 2 DAQ dan terminal -
sensor voltage dari plant ke pin no 3 DAQ pengaturan analog input AI0
2. Hubungkan terminat + input voltage dari plant ke pin no 14 DAQ dan terminal –
input voltage dari plant ke pin no 13 DAQ pengaturan analog output AO0.
3. Jalankan model tersebut sehingga anda mendapatkan respon step dari sistem
pemanas udara. Simpan hasil uji step ini.
4. Dari Gambar tersebut carilah nilai-nilai K p , Td dan Ti .
5. Gunakan nilai-nilai K p , Td dan Ti untuk mencari nilai G(s) nilai pada
persamaan 6.1.
6. Dari Gambar tersebut carilah juga nilai-nilai L dan T untuk tuning dengan
metode Z-N.
7. Catat semua nilai parameter yang anda temukan pada sebuah kertas
LM35:Nilai T egangan
LM35:Celcius
1. Buatlah model Simulink untuk sistem pemanas udara dengan diagram blok
seperti pada Gambar 6.8. Simpan model ini dengan nama
testClosedLoop_SPU_Simulation.mdl.
1
PID(s)
s+1
Set Point Temperature PID Controller Model Pemanas Udara Scope
Gambar 6.8 Diagram blok sistem pemanas udara untuk tuning parameter PID.
LM35:Nilai T egangan
LM35:Celcius
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat merangkai sistem kendali motor DC
2. Mahasiswa dapat menggunakan MATLAB dan DAQ NI USB 6009 sebagai
sarana desain algoritma kendali
3. Mahasiswa dapat menganalisis efek duty-cycle PWM pada kecepatan motor DC
4. Mahasiswa dapat mengkonversi data pulsa optocoupler menjadi nilai RPM
5. Mahasiswa dapat menganalisis efek pembebanan pada kecepatan motor DC
Torsi τ, yang dihasilkan motor sebanding dengan arus i yang diinduksikan oleh
tegangan masukan:
τ (t ) = K m i(t ) , (7.1)
dengan K m adalah konstanta armature yang dihubungkan dengan sifat fisik motor,
seperti kekuatan medan magnet, banyaknya lilitan pada koil penghantar, dan lain
sebagainya.
Gaya gerak listrik induksi vemf , sebanding dengan kecepatan sudut ω pada keluaran
motor
vemf = K bω (t ) , (7.2)
1
Model motor DC ini sama dengan model yang dipakai di praktikum unit 1-4.
dimana K b adalah konstanta gaya gerak listrik yang tergantung pada sifat fisik
motor.
di(t )
v app (t ) − vemf (t ) = L + Ri (t ) . (7.4)
dt
Dengan mensubstusi vemf = K bω (t ) , diperoleh:
di(t )
v app (t ) = L + Ri(t ) + K bω (t ) . (7.5)
dt
Dari hasil ini diperoleh dua buah persamaan diferensial yang menggambarkan sifat
dinamis dari Motor DC yang ada pada Gambar 1.1.
Untuk koneksi dengan PC, pin PWM akan dihubungkan dengan pin digital output DAQ
NI USB 6009, sedangkan pin keluaran optocoupler akan dihubungkan dengan pin
analog input DAQ NI USB 6009.
IV. Percobaan
IV.1 Inisialisasi DAQ, DAQ-plant-PC
1. Hubungkan DAQ NI USB 6900 ke PC.
2. Bukalah Desktop PC anda. Carilah shortcut “Measurement and Automation
Properties” yang merupakan software dari National.
3. Tekan dua kali shortcut tersebut. Setelah proses ini PC akan menginisialisasi
DAQ dan memutuskan apakah DAQ sudah terhubung dengan PC. Setelah
proses selesai maka akan muncul jendela seperti terlihat pada Gambar 7.3. Pilih
Devices and Interface NI DAQ Test panel.
4. Pada jendela Test Panel klik “start”. Jika muncul gelombang, maka DAQ
bekerja dengan baik dan siap digunakan. Dari tes ini kita juga mendapatkan ID
dari DAQ yang terpasang. Dalam contoh ini DAQ diidentifikasi sebagai dev1. Di
lain PC ada kemungkinan dideteksi sebagai dev1, dev2 atau dev3.
Gambar 7.3. Tampilan “Measurement and Automation Explorer” dan “Test Panel”
Setting Hardware
1. Pada plant motor DC hubungkan oin no 2 dengan pin no 5.
2. Hubungkan pin no 3 plant motor DC dengan pin no 2 DAQ, serta pin no 6 plant
motor DC dengan pin no 3 DAQ pengaturan analog input AI0 untuk membaca
optocoupler.
3. Hubungkan pin no 1 plant motor DC dengan pin no 17 DAQ, serta pin no 6 plant
motor DC dengan pin no 32 DAQ pengaturan digital output P0.0 untuk
mengirim sinyal PWM.
Catatan. Ada dua konektor yang keluar dari pin no 6 (GND) plant motor DC. Satu
koneksi untuk pengaturan mode analog, sedangkan lainnya untuk pengaturan mode
digital.
nidaq Dev2
0.5 In1 Out1 Pulsa Optocoupler
USB-6009
DutyCycle teg. ke pwm Scope
Ke Motor DC Data Optocoupler
pwm
3. Tekan dua kali pada blok “DataOptocoupler”. Pastikan pengaturan blok “Analog
Input” mengikuti Gambar 7.5.
4. Tekan dua kali pada blok “ke Motor DC…”. Pastikan pengaturan blok telah
mengikuti Gambar 7.6.
5. Pada percobaan pertama akan dilakukan uji lebar pulsa PWM. Masukkan nilai
lebar pulsa PWM dengan cara mengganti nilai pada blok “DutyCycle”. Untuk
keamanan masukkan angka antara 0-0.9 yang menunjukkan berapa persentase
lebar pulsa PWM yang diinginkan. Angka 1 berarti lebar pulsa adalah 100%,
sehingga angka 0.7 berarti lebar pulsa adalah 70%. Pastikan posisi beban ada
pada ujung kiri (minimal). Konsultasikan dengan asisiten koneksi hardware dan
software anda.
6. Jalankan program dan amati hasil pembacaan optocoupler. Rubahlah nilai set
point dan lakukan hal yang sama. Lakukan sampai seluruh data pada Tabel 7.1
terisi.Gunakan petunjuk pada Gambar 7.7 untuk mengisi data Ts (kolom kedua
Tabel 7.1). Data RPM akan diisi pada percobaan kedua.
0.8
0.6
0.4
0.2
0 Ts
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
2. Dengan menggunakan persamaan 7.10, isilah kolom ketiga Tabel 7.1 dimana
nilai kecepatan yang diinginkan adalah dalam satuan RPM (rotation per minute).
3. Buatlah grafik hubungan Duty Cycle – Ts dan Duty Cycle – RPM dalam satu
gambar menggunakan MATLAB. Catat kode yang digunakan untuk membuat
grafik.
Tabel 7.2. Hubungan antara Duty Cycle, Ts dan nilai RPM saat beban 25% (50%/75%)
nilai maksimal