KHYPOSIS
KHYPOSIS
KHYPOSIS
Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang
seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata
melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam
sering disebut sebagai Bungkuk
Penyebab Kifosis
Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir bawaan,
kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh posisi duduk yang salah.
Siapa saja yang rentan terkena Kifosis
= Pria lebih rentan terkenan Kifosis ini. Terutama pria yang kurang aktif dan lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk duduk. Pria manula juga lebih berisiko
terkena Kifosis ini
Penegakan diagnosa
Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan ditunjang oleh
foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).
Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada Kifosis ringan
mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara
pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu
meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali
Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan
primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis
ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D
-
Semoga bermanfaat.
Pengertian
Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang
seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata
melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam
sering disebut sebagai Bungkuk
Penyebab Kifosis
Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir bawaan,
kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh posisi duduk yang salah.
Siapa saja yang rentan terkena Kifosis
= Pria lebih rentan terkenan Kifosis ini. Terutama pria yang kurang aktif dan lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk duduk. Pria manula juga lebih berisiko
terkena Kifosis ini
Penegakan diagnosa
Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan ditunjang oleh
foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).
Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada Kifosis ringan
mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara
pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu
meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali
dibutuhkan tindakan bedah.
Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan
primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis
ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D
Semoga bermanfaat.
Penyebab Kifosis
Beberapa penyebab kifosis bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau sikap posisi tubuh yang
salah baik ketika duduk, tidur atau pun berdiri. Kifosis sering disebabkan oleh posisi tubuh yang
buruk selama masa kanak-kanak. Hal ini mengakibatkan tulang belakang berbentuk tidak normal
atau timbul masalah perkembangan dengan tulang belakang. Berikut ini beberapa penyebab
kifosis.
Tulang belakang
Tulang belakang anda memanjang dari tengkorak ke panggul. Dalam kasus kifosis, bagian
tengah tulang belakang, yang dikenal sebagai vertebra toraks, melengkung keluar dari posisi.
Ada beberapa alasan mengapa tulang belakang melengkung keluar dari posisi, dibahas di bawah
ini.
Postur yang Buruk
Postur atau posisi tubuh yang buruk di masa kecil, seperti terlalu sering membungkuk, bersandar
di kursi terlalu lama dan membawa tas sekolah yang berat, dapat menyebabkan ligamen dan otototot yang mendukung tulang belakang meregang. Hal ini menarik vertebra toraks keluar dari
posisi normal, sehingga terjadilah kifosis. Kifosis yang disebabkan oleh postur/posisi tubuh yang
buruk dikenal sebagai kifosis postural.
Tulang belakang yang abnormal
kifosis juga bisa disebabkan ketika vertebra tidak tumbuh berkembang dengan baik. Tulang
dapat berbentuk segitiga, bukan persegi panjang atau kotak seperti normalnya. Hal ini
menyebabkan tulang belakang berada di luar posisi dan dikenal sebagai kifosis Scheuermann.
Pada kasus kifosis Scheuermann, ligamen sekitar tulang belakang bisa lebih tebal dari biasanya.
Tidak diketahui apa penyebab pembentukan tulang belakang yang tidak normal. Satu dugaan
adalah suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan tulang
belakang.
Kondisi yang menyebabkan kifosis
Kondisi, penyakit dan gangguan yang dapat menyebabkan kifosis meliputi :
Spondylosis istilah yang menggambarkan keausan yang terjadi pada tulang, cakram
dan ligamen tulang belakang
Spina bifida suatu kondisi dimana tulang belakang belum terbentuk dengan baik
Penyakit Paget suatu kondisi di mana perkembangan sel-sel tulang baru terganggu,
sehingga tulang menjadi lemah
Distrofi otot kondisi genetik yang menyebabkan melemahnya progresif dari otot
Kanker yang berkembang di dalam tulang belakang atau menyebar ke tulang belakang
dari bagian lain dari tubuh
akarta, Deskripsi
Kifosis adalah kondisi punggung bagian atas yang melengkung atau bungkuk.
Sedikit melengkung masih dapat dikatakan normal, tetapi kifosis merupakan istilah
yang biasanya mengacu pada melengkung yang sudah sangat parah, yaitu lebih
dari 50 derajat. Kondisi kelainan ini juga sering disebut bungkuk. Dengan kifosis,
tulang belakang mungkin terlihat normal, atau dapat terlihat seperti terdapat
punuk.
Kifosis dapat terjadi sebagai akibat dari masalah perkembangan, penyakit
degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang, osteoporosis dengan fraktur
kompresi vertebra, atau trauma pada tulang belakang. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi semua umur. Kifosis ringan dapat menyebabkan beberapa masalah.
Tetapi pada kasus yang parah dapat mempengaruhi paru-paru, saraf, dan organ
lainnya, sehingga menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk
kifosis tergantung pada usia, penyebab kelengkungan, dan dampaknya.
Penyebab
Penyebab kyphosis tergantung pada jenis kifosis. Kifosis dapat terjadi sebagai
akibat dari masalah perkembangan, penyakit degeneratif, seperti radang sendi
tulang belakang, osteoporosis dengan fraktur kompresi vertebra, atau trauma pada
tulang belakang.
Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:
1. Osteoporosis
2. Degenerative arthritis of the spine
3. Ankylosing spondylitis
4. Connective tissue disorders
5. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan
kerusakan sendi
6. Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan memaksa
tulang keluar dari posisi
7. Spina bifida
8. Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy, polio, dan kaku
tulang tulang belakang
Gejala
Gejala kifosis mungkin termasuk:
1. Postur bungkuk
2. Nyeri punggung ringan
3. Kekakuan atau nyeri spinal
4. Kelelahan
Pada kasus ringan, kifosis mungkin tidak menunjukkan tanda atau gejala nyata.
Pengobatan
Pengobatan kifosis tergantung pada penyebab, kondisi, tanda, dan gejala yang
muncul. Salah satu pilihan pengobatan adalah dengan latihan untuk memperkuat
otot punggung. Atau untuk kondisi kifosis yang cukup parah maka dapat juga
dikoreksi dengan operasi.
Kyphosis
Posted by infoku on Sunday, October 3, 2010
DEFINISI
Kyphosis merupakan lengkungan tak wajar yang terjadi pada tubuh, biasanya membentuk sudut
40 sampai 45 derajat. Terjadi karena penyakit degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang,
osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini bisa
menyerang anak-anak, remaja dan orang dewasa.
Pada kasus yang parah, bisa memengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya,
menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk kyphosis tergantung pada
besarnya kelengkungan penyebab dan dampaknya.
PENYEBAB
Penyebab kyphosis tergantung pada jenis kyphosisnya. Jenis kyphosis pada anak-anak dan
remaja yang paling umum mencakup:
Postural Kyphosis
Jenis ini sangat terlihat saat penderita berada di
masa remaja. Permulaan kyphosis postural
umumnya lambat, dan sering terjadi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki. Postur yang
buruk atau membungkuk dapat menyebabkan
peregangan ligamen tulang belakang dan
pembentukan tulang tulang belakang yang
abnormal (vertebra). Kyphosis postural sering
disertai dengan kurva batin yang berlebihan (hyperlordosis) di bagian bawah (lumbal)
tulang belakang.
Scheuermann Kyphosis
Seperti postural kyphosis, Scheuermann kyphosis biasanya muncul pada masa remaja,
sering antara usia 10 dan 15, saat tulang masih tumbuh. penyakit, ini kebalikan dari jenis
postural karena dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan.
Scheuermann bisa menimbulkan cacat tulang belakang sehingga bila disinar-X muncul
berbentuk baji, bukan empat persegi panjang.
osteoporosis, penipisan tulang yang terkait dengan patah tulang belakang, yang
menyebabkan kompresi pada tulang belakang dan berkontribusi untuk kyphosis
Degeneratif artritis tulang belakang, yang dapat menyebabkan kerusakan pada tulang dan
dari disk tulang belakang
Tuberkulosis dan infeksi lain tulang belakang, yang dapat mengakibatkan kerusakan
sendi
Kanker atau tumor jinak yang memengaruhi tulang-tulang belakang dan memaksa
mereka keluar dari posisi
Spina bifida, cacat lahir di bagian mana dari bentuk tulang belakang tidak sepenuhnya,
dan yang menyebabkan cacat dari sumsum tulang belakang dan tulang belakang
Kondisi yang menyebabkan kelumpuhan, seperti cerebral palsy dan polio, yang membuat
tulang tulang belakang menegang
GEJALA
Kelelahan
PENGERTIAN GIBBUS/KYPOSIS
Gibbus/Kyposis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya
merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat.Gibbus dapat
terjadi sebagaiakibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti
radang sendi tulang belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang
belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini dapatmempengaruhi anak-anak,
remaja dan orang dewasa.Gibbus kasus ringan dapat menyebabkan beberapa
masalah. Tapi kasus yang parah bisamempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan
dan organ lainnya, menyebabkan rasa sakit danmasalah lainnya. Pengobatan untuk
gibbus tergantung pada penyebab kelengkungan dandampaknya.B. JENIS-JENIS
GIBBUS ATAU KYPOSISSecara umum dikenal tiga jenis kifosis.1.
Congenital kyphosis
,Kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum
berusia 10 tahun.2.
Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (p
ada remaja putri) dan biasa disebutbungkuk udang.
3.
Scheuermanns khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak
terjadi di usiabelasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa
mempengaruhi tulang punggungatas dan bawah (panggul).C.
ETIOLOGIAda banyak pemicu
Gibbus
. Di Indonesia, pemicu terbanyak adalah infeksi,terjangkitvirus atau bakteri,
terutama
mycobacterium tuberculosis
(TBC) yang menyerang tulangbelakang.Beberapa Gibbus sering terjadi dan dimulai
pada masa remaja, anak laki-laki lebih sering terkenadibandingkan anak
perempuan. Penyebabnya tidak diketahui. tulang belakang melengkung ke
depansatu sama lain. Biasanya pada bagian punggung atas. Akibatnya, terjadi
bungkuk.Gibbus tidak hanyakarena faktor keturunan, melainkan juga dapat di
sebabkan oleh:Bisa disebabkan kecelakaan.1. Faktor kebiasaan duduk lama dalam
posisi yang tidak tegak.2. Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh
yang bungkuk.3. Orang yang sudah tua, proses osteoporosis atau
pengeroposantulang.4. Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang tidak
seimbang (kurangnya kalsium dalamtulang)5. Kurang aktif atau tidak pernah
bergerak,6. Merokok dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang7. Menderita
penyakit hati, serta8. menderita penyakit ginjal, karena sering mengkonsumsi obatobatan.
gibbus
A.
konsep medis
A. PENGERTIAN GIBBUS
B.
1.
Congenital kyphosis,
Kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum
berusia 10 tahun.
2.
Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (pada remaja putri) dan biasa disebutbungkuk udang.
3.
Scheuermanns khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak
terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa
mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul).
C.
ETIOLOGI
Ada banyak pemicu Gibbus. Di Indonesia, pemicu terbanyak adalah
infeksi,terjangkit
virus atau bakteri, terutama mycobacterium tuberculosis (TBC) yang menyerang
tulang
belakang.
Beberapa Gibbus sering terjadi dan dimulai pada masa remaja, anak laki-laki
lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan. Penyebabnya tidak diketahui.
tulang belakang melengkung ke depan satu sama lain. Biasanya pada bagian
punggung atas. Akibatnya, terjadi bungkuk.
Gibbus tidak hanyakarena faktor keturunan, melainkan juga dapat di sebabkan oleh:
Bisa disebabkan kecelakaan.
1.
2.
Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh yang bungkuk.
3.
4.
Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang tidak seimbang (kurangnya
kalsium dalam tulang)
5.
6.
7.
8.
D.
MANIFESTASI KLINIK
Gibbus biasanya ditandai dengan demam dan nyeri pada tulang belakang serta
rasa kaku pada tulang punggung sehingga pasien memiliki keterbatasan untuk
bergerak. Gibbus juga sering tidak Menghasilkan gejala-gejala spesifik, yang dapat
di lihat dari tanda yang terjadi pada penderita gibbus adalah berubahnya
penampilan seorang menjadi kelihatan tidak menarik (bungkuk).
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien
misalnya :
1.
Foto Rontgen,
2.
3.
F.
PENCEGAHAN
Gibbus dapat dicegah sejak usia dini. Pada usia anak-anak, berlari dan melompat
sesering mungkin sangat baik bagi kekuatan tulangnya. Saat anak-anak beranjak
remaja, olahraga seperti basket, voli atau sepak bola, akan membuat tulangtulangnya semakin padat dan kuat.
Kepadatan tulang yang maksimal dicapai pada usia 20 akhir atau awal 30-an
baik pada wanita maupun pria. Lewat usia 30 tahun, massa tulang akan berkurang
secara bertahap. Karena itu dianjurkan untuk tetap teratur berolahraga untuk
mengimbangi proses pelapukan tulang tersebut.
Gerakan yang kompleks seperti aierobic, latihan beban, joging atau berjalan,
merupakan olahraga ini akan menghasilkan kepadatan tulang yang lebih tinggi.
Untuk hasil yang maksimal, sebaiknya olahraga dilakukan minimal tiga kali dalam
seminggu.
Selain berolahraga secara teratur, asupan kalsium yang cukup juga sangat
penting untuk mencegah Gibbus/pelapukan pada tulang. Sumber kalsium terbaik
adalah susu. Sumber kalsium lainnya, beberapa jenis ikan, sayuran hijau, susu dan
produk-produk susu yang rendah lemak.
Pada wanita menopause, kebutuhan kalsium akan meningkat karena produksi
estrogen menurun. Tidak hanya kalsium, tubuh Anda juga membutuhkan vitamin D
agar pencegahan osteoporosis berjalan maksimal. Proses penyerapan kalsium di
dalam tubuh dibantu oleh vitamin D.
Kebutuhan vitamin D semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Konsumsi vitamin D yang cukup dari berbaai sumber seperti kuning telur, ikan laut
dan hati, serta paparan sinar matahari yang mengandung ultraviolet B, akan
memaksimalkan penyerapan kalsium.
Gaya hidup seseorang di masa muda juga akan mempengaruhi kesehatan di
masa tua. Alkohol dan rokok adalah hal yang harus dihindari jika Anda meninginkan
tubuh yang tetap tegak di usia senja. Alkohol diketahui dapat menimbulkan
gangguan pada penyerapan kalsium di dalam tubuh, serta mempengaruhi sintesa
vitamin D.
Selain itu, minuman yang banyak mengandung kafein seperti kopi dan minuman
energi, sebaiknya juga dihindari. Karena kafein yang ada di dalam tubuh akan
mengurangi penyerapan kalsium dan menyebabkan kalsium terbuang lebih banyak
melalui urin.
Bila Anda telah menjalani gaya hidup sehat sejak dini, maka tubuh yang tetap
tegak saat Anda beranjak tua pun bukan lagi merupakan angan-angan.
G.
PENATALAKSANAAN
Tulang bungkuk pada dasarnya bisa perbaiki atau diluruskan. Pada anak-anak
lebih
mudah lagi ditangani karena tulangnya masih rawan/lentur
Pengobatan paling sering terdiri dari menggunakan penahan punggung atau tidur
di atas kasur keras.
Pada gibbus ringan, punggung bisa diluruskan secara cepat dengan pengobatan,
meskipun gejala-gejala tidak bisa diperbaiki. Hal ini tidak jelas apakah pengobatan
kyphosis ringan mencegah lengkungan bertambah parah.
Ketika gibbus lebih berat, pengobatan bisa memperbaiki gejala-gejala dan
mencegah
lengkungan
bertambah
parah.
Jarang
terjadi,
meskipun
dalam
A.
PENGKAJIAN
a)
Data Subyektif
Merasa lemah
b)
Data Obyektif
Edema
Rambut rontok
Elevated nail
c)
Data Penunjang
Pemerikasaan histopatologi
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang
nyata
maupun
pemecahannya
potensial
dapat
berdasarkan
dilakukan
data
dalam
yang
batas
telah
dikumpulkan,
wewenang
perawat
yang
untuk
2.
3.
4.
C. RENCANA KEPERAWATAN.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ).
Tujuan
Kriteria hasil
1)
2)
3)
1)
Rencana tindakan
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
Rasional :
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2)
3)
Mattress
Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.
Rasional :
Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
4)
Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri (bersandar pada tembok ) maupun
posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta
ekstremitas bawah secara bersamaan.
Menelungkup sebanyak 3 4 kali sehari selama 15 30 menit.
Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.
Rasional :
Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal.
5)
6)
Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet lecet.
Rasional :
Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
7)
Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Cairan dapat membantu menjaga faeces agar tetap lunak.
8)
Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping :
bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional :
Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat
menimbulkan efek samping.
Tujuan
Kriteria hasil
a.
b.
c.
Rencana tindakan
1)
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.
Rasional :
Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
2)
Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
Rasional :
Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya
terhadap nyeri klien.
3)
Rasional :
Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
4)
Berikan
dorongan
untuk
mengubah
posisi
ringan
dan
sering
untuk
Rasional :
Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
a.
Rencana tindakan
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus
mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rasional :
Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b.
c.
Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman
serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body
image.
Rasional :
Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan
tidak merasa rendah diri.
4.
Kurang
pengetahuan
sehubungan
dengan
kurangnya
informasi
tentang
Tujuan
rumah.
Kriteria hasil
1.
Rencana tindakan
Diskusikan
sampingnya.
2. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
3. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
4. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
5. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
6. Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
D. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Yaitu
perawat
melaksanakan
rencana
asuhan
keperawatan.
Instruksi
b.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2010/27/asuhan-keperawatandengan-spondilitis.html
http://www.tmore-online.com/tmore/content/rubric/29/2010
http://health.detik.com/read/2010/04/27/103004/1236430/787/tulang
punggung-bengkok
http://orthopedics.about.com/cs/pediatricsurgery/a/fractures.htm
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa
merupakan istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak,
terutama yang berusia 3-5 tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan
kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan umur
dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa
merupakan sumber morniditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan
sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk
masih menjadi masalah utama.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh
Mycobacterium tuberculosa.
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa
yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan
infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh.
Percivall Pott (1973) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas
tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit
Pott (Rasjad, 2007).
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang
paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. (Brooks,
2008)
Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3
dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa
atypic. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal
bawah dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu
penyakit
ini
sangat
tergantung
dari
kemampuan
bakteri
seluler.
Jika
bakteri
tidak
dapat
diinaktivasi,
maka
bakteri
akan
bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen lipid, protein serta
polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan merangsang
pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang
dihasilkannya dapat juga bersifat immunosupresif (Mansjoer, 2000)
Infeksi mycobacterium tuuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi
sekunder. Berkembnagnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan kuman
dan
ketahanan
tubuh
klien.
Lima
stadium
perjalanan
penyakit
spondilitis
Stadium I (implantasi)
Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh klien menurun,
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah torakolumbal.
2.
Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa
kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 23 bulan
setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta
kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di
sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang
menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.
4.
Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan
oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh
komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis
yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
5.
Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium implantasi.
Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di
sebelah depan.
WOC
Kuman TB
Edema
Nekrosis kartilago
sendi
Gg muskulo punggung
perubahan spinal
(mmbungkuk)
perubahan postur
kifosis
Inspeksi
Pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang belakang terlihat bentuk
kifosis (membungkuk)
Palpasi
Ditemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
Perkusi
Terdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami infeksi
Auskultasi
Tidak ditemukan adanya kelainan paru
Pemeriksaan laboratorium
b.
c.
d.
e.
a.
b.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus
e.
f.
tulang
Pemeriksaan CT scan
Pemeriksaan MRI
2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera
mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.
Pengobatan terdiri atas: (Rasjad, 2007)
1.
a.
b.
c.
d.
Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan
b.
c.
d.
dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang
e.
2.
Terapi operatif
Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah
semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap
b.
c.
1.
a.
b.
Kriteria hasil
c.
Rencana tindakan
a)
mattress
b)
Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.
d.
Rasional
2.
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.
a.
Tujuan
a.
Kriteria hasil
b.
Rencana tindakan
Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.
Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan
rasa nyaman.
c.
Rasional.
Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien
sendiri.
Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya
terhadap nyeri klien.
Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang
sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
3.
a.
Tujuan
Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan
koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
c.
Rencana tindakan
Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman
serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body
image.
d.
Rasional
meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif
dan tidak merasa rendah diri.
4.
Kurang
pengetahuan
sehubungan
dengan
kurangnya
informasi
b.
Kriteria hasil
tentang
c.
-
Rencana tindakan
Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek
sampingnya.
Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
Nama
: Tn. S
Tanggal lahir
Suku bangsa
: 12 Juli 1967
: Jawa
Tanggal pengkajian
: 14 Januari 2013
Diagnosa medis
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Tanggal masuk
: 8 Januari 2012
Dari/rujukan
:-
1.5 tahun yang lalu Klien pernah dirawat di RS SM selama 3 minggu dengan
keluhan sakit pada tulang punggung dan dilakukan operasi pertama.
Klien juga pernah dirawat di RS A selama 1 minggu dengan keluhan yang sama
post op dan dilakukan foto rontgen.
: laki-laki
: perempuan
: klien
Tanda-tanda Vital
TD
: 100/70
Nadi
: 80/i
Tinggi Badan : Berat Badan
:
Suhu
: 36,6C
Pernapasan : 20/i
1.
Kepala
Rambut : panjang/pendek/tanpa rambut/ kotor/ mudah rontok/ gatal-gatal
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
Mulut : kotor/ bau/ terpasang ETT/ gudel/ perdarahan/ lidah kotor/ gangguan
pengecapan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
Gigi : gigi palsu/ kotor/ kawat gigi/ karies/ tidak ada gigi
Lain-lain : pasien tidak memiliki gigi (tidak sempurna)
Masalah keperawatan : ganguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pemenuhan nutrisi
Telinga
perdarahan/
terpasang
alat
bantu
dengar/
infeksi/
pendengaran
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
2.
3.
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
simetris
nyeri (-)
dullness
bunyi jantung normal
gangguan
Tangan : luka/ utuh/ lecet/ sianosis/ capillary feril/ clubbing finger/ dingin/ fraktur/
edema
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
5.
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
6.
: simetris
: nyeri (-)
: timpani
: bising usus(+)
7.
Nilai Normal
Hb
: 12,3 g/dL
Ht
: 35,2 %
Ht : 29-40%
Leu
: 11.900/l
Trombosit : 275.000/l
Trombosit : 150.000-450.000sel/
Ceftriaxone 2x1
Ranitidine 2x1
Genta 2x1
3.3 Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Dan Rasional
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
keperawatan
1
Gangguan rasa
Setelah
Mengetahui
nyaman : nyeri
dilakukan
frekuensi, durasi,
karakteristik nyeri
bd luka post
asuhan
dan karekteristik
operasi
keperawatan
nyeri
Posisi yg nyaman
mampu
nyaman
relaksasi otot
Mengontrol dan
relaksasi napas
mengurangi nyeri
mengontrol
nyeri dan
menunjukkan
tingakat nyeri
dalam
Monitor
Mengetahui
kenyamanan klien
tingkat
dan perubahan
kenyamanan,
posisi
mengurangi resiko
dekubitus
Gangguan
Setelah
Kaji tingkat
Mengetahui
mobilitas fisik
dilakukan
mobilitas klien
tingkat
bd nyeri,
tindakan
kemampuan klien
kelemahan
keperawatan
dalam melakukan
pada
aktivitas
ekstremitas
dapat
Menghindari posisi
bawah
melakukan
yang
mobilissi
menyebabkan
secara optimal
ketidaknyamanan
dan spasme otot
Kebutuhan klien
memenuhi
dapat terpenuhi
kebutuhan
Bantu klien
Memelihara
mengoptimalkan
fleksibilitas sendi
gerak sendi
sesuai
kemampuan
Jaga keamanan
Memberikan rasa
klien
Resiko tinggi
Setelah
Inspeksi kulit
Melihat tanda-
penyebaran
dilakukan
adanya
tanda infeksi,
infeksi bd
tindakan
iritasi/kontuinitas
kemerahan,
pembentukan
keperawayan
abses tulang
Mengetahui
penyebaran
adanya
penyebaran infeksi
infeksi
peningkatan nyeri,
berkurang,
edema, bau
suhu badan
normal
bengkak
Berikan perawatan
luka
infeksi
Observasi luka
Tidak terjadi
tanda-tanda
infeksi
Berikan obat
Menghindari/meng
antibiotik sesuai
urari penyebaran
indikasi
infeksi
Tanggal
14 Januari
Implementasi
Mengkaji tingkat nyeri klien
Evaluasi
S : klien mengatakan nyeri
pada tulang punggung
2013
sedikit berkurang
Memberikan posisi tang
O:
nyaman
A: masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
14 januari
2013
klien
O:
Menganjurkan
membantu
klien
memenuhi
kebutuhan klien
Menganjurkan keluarga
P : lanjutkan intervensi
14 januari
S: klien mengatakan
2013
luka
tidak bau
TD:110/70 N: 80 RR:20x/i
T:36,7C
Melihat adanya
A: masakah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
selanjutnya
BAB 4
PEMBAHASAN
di
antara
korpus
dan
mungkin
ditemukan
adanya
massa
abses
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Spondilitis tulang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronik
destruktif
yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosa.
Penyakit
ini
merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain. Gejalanya mirip tuberkulosis
paru, ditambah dengan adanya gibbus/kifosis, nyeri pada punggung, dan gangguan
pergerakan tulang belakang. Pemeriksaan kadar LED diperlukan untuk melihat
adanya infeksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis ditemukan penyempitan
diskus intervertebralis. Pengobatannya dapat diberikan terapi konservatif dan
operatif.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan gambaran
adalah:
-
kasus
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC
Davey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga
Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperwatan Definisi & Klasifikasi 2012. Jakarta
: EGC
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Rasyad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang
Lamumpatue
Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; hal. 1226-1229