KHYPOSIS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 51

Pengertian

Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang
seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata
melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam
sering disebut sebagai Bungkuk

Penyebab Kifosis
Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir bawaan,
kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh posisi duduk yang salah.
Siapa saja yang rentan terkena Kifosis
= Pria lebih rentan terkenan Kifosis ini. Terutama pria yang kurang aktif dan lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk duduk. Pria manula juga lebih berisiko
terkena Kifosis ini

Gejala dan Tanda


= Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi. Pada Kifosis
yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru tidak dapat mengembang
sempurna. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang
menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini.

Penegakan diagnosa
Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan ditunjang oleh
foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).

Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada Kifosis ringan
mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara
pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu
meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali

dibutuhkan tindakan bedah.

Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan
primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis
ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D
-

Semoga bermanfaat.

Pengertian
Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang
seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata
melengkung ke depan melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam
sering disebut sebagai Bungkuk

Penyebab Kifosis
Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir bawaan,
kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh posisi duduk yang salah.
Siapa saja yang rentan terkena Kifosis
= Pria lebih rentan terkenan Kifosis ini. Terutama pria yang kurang aktif dan lebih

banyak menghabiskan waktunya untuk duduk. Pria manula juga lebih berisiko
terkena Kifosis ini

Gejala dan Tanda


= Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi. Pada Kifosis
yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru tidak dapat mengembang
sempurna. Seringkali justru orang lain yang sudah lama tidak bertemu yang
menyadari adanya kifosis (kebungkukan) ini.

Penegakan diagnosa
Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan ditunjang oleh
foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).

Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada Kifosis ringan
mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara
pada kasus yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu
meluruskan kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali
dibutuhkan tindakan bedah.

Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan
primer agar tidak terkena Kifosis dan pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis
ditemukan sedini mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D

Semoga bermanfaat.

Kifosis: Cara Mencegah dan Mengatasi


Kifosis
September 8, 2014 Asha Amelia
Cara untuk mencegah dan mengatasi kifosis? Bagaimana caranya? Apakah ada? Tentu saja ada
caranya. Segala macam penyakit sudah pasti ada obatnya. Karena tidaklah penyakit itu
diturunkan di dunia ini melainkan diturunkan juga obatnya. Jika tepat obat yang digunakan maka
penyakit tersebut akan sembuh juga. Kelainan penyakit tulang belakang dimana hal tersebut
menyebabkan tubuh seseorang menjadi melengkung ke belakang atau yang biasa disebut dengan
bungkuk inilah yang disebut dengan kifosis.

Penyebab Kifosis

Beberapa penyebab kifosis bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau sikap posisi tubuh yang
salah baik ketika duduk, tidur atau pun berdiri. Kifosis sering disebabkan oleh posisi tubuh yang
buruk selama masa kanak-kanak. Hal ini mengakibatkan tulang belakang berbentuk tidak normal
atau timbul masalah perkembangan dengan tulang belakang. Berikut ini beberapa penyebab
kifosis.
Tulang belakang
Tulang belakang anda memanjang dari tengkorak ke panggul. Dalam kasus kifosis, bagian
tengah tulang belakang, yang dikenal sebagai vertebra toraks, melengkung keluar dari posisi.
Ada beberapa alasan mengapa tulang belakang melengkung keluar dari posisi, dibahas di bawah
ini.
Postur yang Buruk
Postur atau posisi tubuh yang buruk di masa kecil, seperti terlalu sering membungkuk, bersandar
di kursi terlalu lama dan membawa tas sekolah yang berat, dapat menyebabkan ligamen dan otototot yang mendukung tulang belakang meregang. Hal ini menarik vertebra toraks keluar dari
posisi normal, sehingga terjadilah kifosis. Kifosis yang disebabkan oleh postur/posisi tubuh yang
buruk dikenal sebagai kifosis postural.
Tulang belakang yang abnormal
kifosis juga bisa disebabkan ketika vertebra tidak tumbuh berkembang dengan baik. Tulang
dapat berbentuk segitiga, bukan persegi panjang atau kotak seperti normalnya. Hal ini
menyebabkan tulang belakang berada di luar posisi dan dikenal sebagai kifosis Scheuermann.
Pada kasus kifosis Scheuermann, ligamen sekitar tulang belakang bisa lebih tebal dari biasanya.
Tidak diketahui apa penyebab pembentukan tulang belakang yang tidak normal. Satu dugaan
adalah suplai darah ke tulang belakang yang tidak normal mempengaruhi pertumbuhan tulang
belakang.
Kondisi yang menyebabkan kifosis
Kondisi, penyakit dan gangguan yang dapat menyebabkan kifosis meliputi :

Osteoporosis di mana tulang menjadi lemah dan rapuh

Spondylosis istilah yang menggambarkan keausan yang terjadi pada tulang, cakram
dan ligamen tulang belakang

Spina bifida suatu kondisi dimana tulang belakang belum terbentuk dengan baik

Penyakit Paget suatu kondisi di mana perkembangan sel-sel tulang baru terganggu,
sehingga tulang menjadi lemah

Neurofibromatosis kelainan genetik yang mempengaruhi sistem saraf

Distrofi otot kondisi genetik yang menyebabkan melemahnya progresif dari otot

Tuberculosis infeksi bakteri yang terutama mempengaruhi paru-paru

Kanker yang berkembang di dalam tulang belakang atau menyebar ke tulang belakang
dari bagian lain dari tubuh

Ada tiga macam jenis kifosis yang perlu diketahui diantaranya:


1. Kifosis Congenital. Kondisi bungkuk yang terjadi akibat kurang sempurnanya
pembentukan tulang punggung. Yang biasanya terjadi pada bayi dan juga anak-anak.
Kifosis conginetal adalah kifosis bawaan, yakni perkembangan tulang belakang abnormal
sejak dalam kandungan (rahim).
2. Kifosis Idiopatik. Jenis kifosis yang kedua adalah kifosis idiopatik. Kifosis jenis ini
belum ada kepastian apa yang menyebabkannya. Akan tetapi beberapa diketahui faktor
keturunan yang mungkin menjadi penyebabnya.
3. Kifosis Postural. Jenis yang ketiga adalah kifosis postural yang penyebabnya adalah
dikarenakan posisi tubuh yang buruk atau salah baik saat tidur, tengkurap atau juga
duduk. Jenis ketiga ini seringkali dialami oleh orang yang sudah tua. Akan tetapi jika
dirunut, bahwa kebiasaan saat mudalah yang mengakibatkan kifosis jenis ketiga ini
menjangkit ketika sudah tua. Jadi akan lebih baik ketika masih muda untuk
memperhatikan posisi tubuh secara benar.

akarta, Deskripsi
Kifosis adalah kondisi punggung bagian atas yang melengkung atau bungkuk.
Sedikit melengkung masih dapat dikatakan normal, tetapi kifosis merupakan istilah
yang biasanya mengacu pada melengkung yang sudah sangat parah, yaitu lebih
dari 50 derajat. Kondisi kelainan ini juga sering disebut bungkuk. Dengan kifosis,
tulang belakang mungkin terlihat normal, atau dapat terlihat seperti terdapat
punuk.
Kifosis dapat terjadi sebagai akibat dari masalah perkembangan, penyakit
degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang, osteoporosis dengan fraktur
kompresi vertebra, atau trauma pada tulang belakang. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi semua umur. Kifosis ringan dapat menyebabkan beberapa masalah.
Tetapi pada kasus yang parah dapat mempengaruhi paru-paru, saraf, dan organ
lainnya, sehingga menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk
kifosis tergantung pada usia, penyebab kelengkungan, dan dampaknya.

Penyebab
Penyebab kyphosis tergantung pada jenis kifosis. Kifosis dapat terjadi sebagai
akibat dari masalah perkembangan, penyakit degeneratif, seperti radang sendi
tulang belakang, osteoporosis dengan fraktur kompresi vertebra, atau trauma pada
tulang belakang.
Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:
1. Osteoporosis
2. Degenerative arthritis of the spine
3. Ankylosing spondylitis
4. Connective tissue disorders
5. Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat mengakibatkan
kerusakan sendi
6. Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan memaksa
tulang keluar dari posisi
7. Spina bifida
8. Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy, polio, dan kaku
tulang tulang belakang
Gejala
Gejala kifosis mungkin termasuk:
1. Postur bungkuk
2. Nyeri punggung ringan
3. Kekakuan atau nyeri spinal
4. Kelelahan
Pada kasus ringan, kifosis mungkin tidak menunjukkan tanda atau gejala nyata.
Pengobatan
Pengobatan kifosis tergantung pada penyebab, kondisi, tanda, dan gejala yang
muncul. Salah satu pilihan pengobatan adalah dengan latihan untuk memperkuat
otot punggung. Atau untuk kondisi kifosis yang cukup parah maka dapat juga
dikoreksi dengan operasi.

Kyphosis
Posted by infoku on Sunday, October 3, 2010

DEFINISI
Kyphosis merupakan lengkungan tak wajar yang terjadi pada tubuh, biasanya membentuk sudut
40 sampai 45 derajat. Terjadi karena penyakit degeneratif, seperti radang sendi tulang belakang,
osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini bisa
menyerang anak-anak, remaja dan orang dewasa.
Pada kasus yang parah, bisa memengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya,
menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk kyphosis tergantung pada
besarnya kelengkungan penyebab dan dampaknya.
PENYEBAB
Penyebab kyphosis tergantung pada jenis kyphosisnya. Jenis kyphosis pada anak-anak dan
remaja yang paling umum mencakup:

Postural Kyphosis
Jenis ini sangat terlihat saat penderita berada di
masa remaja. Permulaan kyphosis postural
umumnya lambat, dan sering terjadi pada anak
perempuan daripada anak laki-laki. Postur yang
buruk atau membungkuk dapat menyebabkan
peregangan ligamen tulang belakang dan
pembentukan tulang tulang belakang yang
abnormal (vertebra). Kyphosis postural sering
disertai dengan kurva batin yang berlebihan (hyperlordosis) di bagian bawah (lumbal)
tulang belakang.

Scheuermann Kyphosis
Seperti postural kyphosis, Scheuermann kyphosis biasanya muncul pada masa remaja,
sering antara usia 10 dan 15, saat tulang masih tumbuh. penyakit, ini kebalikan dari jenis
postural karena dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding perempuan.
Scheuermann bisa menimbulkan cacat tulang belakang sehingga bila disinar-X muncul
berbentuk baji, bukan empat persegi panjang.

Sedangkan pada orang dewasa, bisa menimbulkan:

osteoporosis, penipisan tulang yang terkait dengan patah tulang belakang, yang
menyebabkan kompresi pada tulang belakang dan berkontribusi untuk kyphosis

Degeneratif artritis tulang belakang, yang dapat menyebabkan kerusakan pada tulang dan
dari disk tulang belakang

Spondilitis spondilitis, arthritis peradangan yang mempengaruhi tulang belakang dan


sekitar sendi

Gangguan jaringan penghubung, seperti sindrom Marfan, yang dapat mempengaruhi


kemampuan jaringan penghubung untuk menahan sendi di posisi yang tepat

Tuberkulosis dan infeksi lain tulang belakang, yang dapat mengakibatkan kerusakan
sendi

Kanker atau tumor jinak yang memengaruhi tulang-tulang belakang dan memaksa
mereka keluar dari posisi

Spina bifida, cacat lahir di bagian mana dari bentuk tulang belakang tidak sepenuhnya,
dan yang menyebabkan cacat dari sumsum tulang belakang dan tulang belakang

Kondisi yang menyebabkan kelumpuhan, seperti cerebral palsy dan polio, yang membuat
tulang tulang belakang menegang

GEJALA

Postur tubuh membungkuk atau punggung bungkuk

Sakit ringan di bagian belakang punggung

Tulang belakang kaku

Kelelahan

Dalam kasus ringan, kyphosis mungkin tidak menghasilkan terlihat tanda-tanda


atau gejala.

PERAWATAN DAN PENCEGAHAN


Pengobatan kyphosis tergantung pada penyebab, kondisi, dan gejala yang ada. Bila tingkat
kebungkukan masih ringan, biasanya dokter akan memberikan obat untuk penguat tulang, namun
bila tingkat kebungkukan parah, dokter biasanya akan melakukan operasi

PENGERTIAN GIBBUS/KYPOSIS
Gibbus/Kyposis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya
merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat.Gibbus dapat
terjadi sebagaiakibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti
radang sendi tulang belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang
belakang atau trauma pada tulang belakang. Ini dapatmempengaruhi anak-anak,
remaja dan orang dewasa.Gibbus kasus ringan dapat menyebabkan beberapa
masalah. Tapi kasus yang parah bisamempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan
dan organ lainnya, menyebabkan rasa sakit danmasalah lainnya. Pengobatan untuk
gibbus tergantung pada penyebab kelengkungan dandampaknya.B. JENIS-JENIS
GIBBUS ATAU KYPOSISSecara umum dikenal tiga jenis kifosis.1.
Congenital kyphosis
,Kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum
berusia 10 tahun.2.
Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (p
ada remaja putri) dan biasa disebutbungkuk udang.
3.
Scheuermanns khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak
terjadi di usiabelasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa
mempengaruhi tulang punggungatas dan bawah (panggul).C.
ETIOLOGIAda banyak pemicu
Gibbus
. Di Indonesia, pemicu terbanyak adalah infeksi,terjangkitvirus atau bakteri,
terutama

mycobacterium tuberculosis
(TBC) yang menyerang tulangbelakang.Beberapa Gibbus sering terjadi dan dimulai
pada masa remaja, anak laki-laki lebih sering terkenadibandingkan anak
perempuan. Penyebabnya tidak diketahui. tulang belakang melengkung ke
depansatu sama lain. Biasanya pada bagian punggung atas. Akibatnya, terjadi
bungkuk.Gibbus tidak hanyakarena faktor keturunan, melainkan juga dapat di
sebabkan oleh:Bisa disebabkan kecelakaan.1. Faktor kebiasaan duduk lama dalam
posisi yang tidak tegak.2. Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh
yang bungkuk.3. Orang yang sudah tua, proses osteoporosis atau
pengeroposantulang.4. Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang tidak
seimbang (kurangnya kalsium dalamtulang)5. Kurang aktif atau tidak pernah
bergerak,6. Merokok dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang7. Menderita
penyakit hati, serta8. menderita penyakit ginjal, karena sering mengkonsumsi obatobatan.

D. MANIFESTASI KLINIKGibbus biasanya ditandai dengan demam dan nyeri pada


tulang belakang serta rasa kaku padatulang punggung sehingga pasien memiliki
keterbatasan untuk bergerak.
Gibbus
juga sering tidakMenghasilkan gejala-gejala spesifik, yang dapat di lihat dari tanda
yang terjadi pada penderita gibbusadalah berubahnya penampilan seorang menjadi
kelihatan tidak menarik (bungkuk).E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKSetelah
pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa
pemeriksaanradiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien
misalnya :1. Foto Rontgen,2. MRI (
Magnetic Resonance Imagine
) dan3. EMG (
Electro Myo Graphy
).Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan diagnosanya dan
kemudianditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi atau tidak perlu operasi.F.
PENCEGAHANGibbus dapat dicegah sejak usia dini. Pada usia anak-anak, berlari dan
melompat sesering mungkinsangat baik bagi kekuatan tulangnya. Saat anak-anak
beranjak remaja, olahraga seperti basket, voliatau sepak bola, akan membuat
tulang-tulangnya semakin padat dan kuat.Kepadatan tulang yang maksimal dicapai
pada usia 20 akhir atau awal 30-an baik pada wanitamaupun pria. Lewat usia 30
tahun, massa tulang akan berkurang secara bertahap. Karena itudianjurkan untuk
tetap teratur berolahraga untuk mengimbangi proses pelapukan tulang
tersebut.Gerakan yang kompleks seperti aierobic, latihan beban, joging atau

berjalan, merupakan olahraga iniakan menghasilkan kepadatan tulang yang lebih


tinggi. Untuk hasil yang maksimal, sebaiknyaolahraga dilakukan minimal tiga kali
dalam seminggu.Selain berolahraga secara teratur, asupan kalsium yang cukup
juga sangat penting untuk mencegahGibbus/pelapukan pada tulang. Sumber
kalsium terbaik adalah susu. Sumber kalsium lainnya,beberapa jenis ikan, sayuran
hijau, susu dan produk-produk susu yang rendah lemak.Pada wanita menopause,
kebutuhan kalsium akan meningkat karena produksi estrogen menurun.Tidak hanya
kalsium, tubuh Anda juga membutuhkan vitamin D agar pencegahan
osteoporosisberjalan maksimal. Proses penyerapan kalsium di dalam tubuh dibantu
oleh vitamin D.Kebutuhan vitamin D semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Konsumsi vitamin Dyang cukup dari berbaai sumber seperti
kuning telur, ikan laut dan hati, serta paparan sinar matahariyang mengandung
ultraviolet B, akan memaksimalkan penyerapan kalsium.Gaya hidup seseorang di
masa muda juga akan mempengaruhi kesehatan di masa tua. Alkohol danrokok
adalah hal yang harus dihindari jika Anda meninginkan tubuh yang tetap tegak di
usia senja.Alkohol diketahui dapat menimbulkan gangguan pada penyerapan
kalsium di dalam tubuh, sertamempengaruhi sintesa vitamin D.Selain itu, minuman
yang banyak mengandung kafein seperti kopi dan minuman energi, sebaiknya juga
dihindari. Karena kafein yang ada di dalam tubuh akan mengurangi penyerapan
kalsium danmenyebabkan kalsium terbuang lebih banyak melalui urin.Bila Anda
telah menjalani gaya hidup sehat sejak dini, maka tubuh yang tetap tegak saat
Andaberanjak tua pun bukan lagi merupakan angan-angan.

gibbus
A.

asuhan keperatan anak pada kasus


gibbus

konsep medis

A. PENGERTIAN GIBBUS

Gibbus/Kyposis adalah lengkungan ke depan punggung atas (bungkuk). Biasanya


merujuk pada bungkuk yang berlebihan, lebih dari 40-45 derajat.
Gibbus dapat terjadi sebagai
akibat dari perkembangan masalah; penyakit degeneratif, seperti radang sendi tula
ng belakang; osteoporosis dengan fraktur kompresi tulang belakang atau trauma
pada tulang belakang. Ini dapat mempengaruhi anak-anak, remaja dan orang
dewasa.
Gibbus kasus ringan dapat menyebabkan beberapa masalah. Tapi kasus yang
parah bisa mempengaruhi paru-paru, saraf dan jaringan dan organ lainnya,
menyebabkan rasa sakit dan masalah lainnya. Pengobatan untuk gibbus tergantung
pada penyebab kelengkungan dan dampaknya.

B.

JENIS-JENIS GIBBUS ATAU KYPOSIS


Secara umum dikenal tiga jenis kifosis.

1.

Congenital kyphosis,
Kelainan bawaan sejak di rahim ibu yang harus diatasi sedini mungkin, sebelum
berusia 10 tahun.

2.

Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (pada remaja putri) dan biasa disebutbungkuk udang.

3.

Scheuermanns khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark yang pertama kali menandainya). Banyak
terjadi di usia belasan tahun terutama pada remaja pria yang terlalu kurus. Bisa
mempengaruhi tulang punggung atas dan bawah (panggul).

C.

ETIOLOGI
Ada banyak pemicu Gibbus. Di Indonesia, pemicu terbanyak adalah
infeksi,terjangkit
virus atau bakteri, terutama mycobacterium tuberculosis (TBC) yang menyerang
tulang
belakang.
Beberapa Gibbus sering terjadi dan dimulai pada masa remaja, anak laki-laki
lebih sering terkena dibandingkan anak perempuan. Penyebabnya tidak diketahui.
tulang belakang melengkung ke depan satu sama lain. Biasanya pada bagian
punggung atas. Akibatnya, terjadi bungkuk.
Gibbus tidak hanyakarena faktor keturunan, melainkan juga dapat di sebabkan oleh:
Bisa disebabkan kecelakaan.

1.

Faktor kebiasaan duduk lama dalam posisi yang tidak tegak.

2.

Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh yang bungkuk.

3.

Orang yang sudah tua, proses osteoporosis atau pengeroposan tulang.

4.

Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang tidak seimbang (kurangnya
kalsium dalam tulang)

5.

Kurang aktif atau tidak pernah bergerak,

6.

Merokok dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang

7.

Menderita penyakit hati, serta

8.

menderita penyakit ginjal, karena sering mengkonsumsi obat-obatan .

D.

MANIFESTASI KLINIK

Gibbus biasanya ditandai dengan demam dan nyeri pada tulang belakang serta
rasa kaku pada tulang punggung sehingga pasien memiliki keterbatasan untuk
bergerak. Gibbus juga sering tidak Menghasilkan gejala-gejala spesifik, yang dapat
di lihat dari tanda yang terjadi pada penderita gibbus adalah berubahnya
penampilan seorang menjadi kelihatan tidak menarik (bungkuk).

E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setelah pemeriksaan dengan dokter, pasien biasanya perlu melakukan beberapa
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui jenis penyakit yang di derita oleh pasien
misalnya :

1.

Foto Rontgen,

2.

MRI (Magnetic Resonance Imagine) dan

3.

EMG (Electro Myo Graphy).


Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, baru dapat disimpulkan diagnosanya
dan kemudian ditentukan terapinya, apakah perlu dioperasi atau tidak perlu
operasi.

F.

PENCEGAHAN
Gibbus dapat dicegah sejak usia dini. Pada usia anak-anak, berlari dan melompat
sesering mungkin sangat baik bagi kekuatan tulangnya. Saat anak-anak beranjak
remaja, olahraga seperti basket, voli atau sepak bola, akan membuat tulangtulangnya semakin padat dan kuat.
Kepadatan tulang yang maksimal dicapai pada usia 20 akhir atau awal 30-an
baik pada wanita maupun pria. Lewat usia 30 tahun, massa tulang akan berkurang
secara bertahap. Karena itu dianjurkan untuk tetap teratur berolahraga untuk
mengimbangi proses pelapukan tulang tersebut.

Gerakan yang kompleks seperti aierobic, latihan beban, joging atau berjalan,
merupakan olahraga ini akan menghasilkan kepadatan tulang yang lebih tinggi.
Untuk hasil yang maksimal, sebaiknya olahraga dilakukan minimal tiga kali dalam
seminggu.
Selain berolahraga secara teratur, asupan kalsium yang cukup juga sangat
penting untuk mencegah Gibbus/pelapukan pada tulang. Sumber kalsium terbaik
adalah susu. Sumber kalsium lainnya, beberapa jenis ikan, sayuran hijau, susu dan
produk-produk susu yang rendah lemak.
Pada wanita menopause, kebutuhan kalsium akan meningkat karena produksi
estrogen menurun. Tidak hanya kalsium, tubuh Anda juga membutuhkan vitamin D
agar pencegahan osteoporosis berjalan maksimal. Proses penyerapan kalsium di
dalam tubuh dibantu oleh vitamin D.
Kebutuhan vitamin D semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Konsumsi vitamin D yang cukup dari berbaai sumber seperti kuning telur, ikan laut
dan hati, serta paparan sinar matahari yang mengandung ultraviolet B, akan
memaksimalkan penyerapan kalsium.
Gaya hidup seseorang di masa muda juga akan mempengaruhi kesehatan di
masa tua. Alkohol dan rokok adalah hal yang harus dihindari jika Anda meninginkan
tubuh yang tetap tegak di usia senja. Alkohol diketahui dapat menimbulkan
gangguan pada penyerapan kalsium di dalam tubuh, serta mempengaruhi sintesa
vitamin D.
Selain itu, minuman yang banyak mengandung kafein seperti kopi dan minuman
energi, sebaiknya juga dihindari. Karena kafein yang ada di dalam tubuh akan
mengurangi penyerapan kalsium dan menyebabkan kalsium terbuang lebih banyak
melalui urin.
Bila Anda telah menjalani gaya hidup sehat sejak dini, maka tubuh yang tetap
tegak saat Anda beranjak tua pun bukan lagi merupakan angan-angan.

G.

PENATALAKSANAAN

Tulang bungkuk pada dasarnya bisa perbaiki atau diluruskan. Pada anak-anak
lebih
mudah lagi ditangani karena tulangnya masih rawan/lentur
Pengobatan paling sering terdiri dari menggunakan penahan punggung atau tidur
di atas kasur keras.
Pada gibbus ringan, punggung bisa diluruskan secara cepat dengan pengobatan,
meskipun gejala-gejala tidak bisa diperbaiki. Hal ini tidak jelas apakah pengobatan
kyphosis ringan mencegah lengkungan bertambah parah.
Ketika gibbus lebih berat, pengobatan bisa memperbaiki gejala-gejala dan
mencegah

lengkungan

bertambah

parah.

Jarang

terjadi,

meskipun

dalam

pengobatan, kyphosis bertambah buruk terhadap beberapa perluasan dimana


operasi dibutuhkan untuk menguatkan punggung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.

PENGKAJIAN

a)

Data Subyektif

Mengeluh demam, badan menggigil

Merasa lemah

Kulit teraba tebal dan kaku

Mengeluh nyeri hebat

b)

Data Obyektif

Kulit seluruh tubuh eritema dan eksfoliasi

Edema

Skuama halus / kasar

Rambut rontok

Elevated nail

Hiperpigmentasi paska inflamasi

c)

Data Penunjang

Pemerikasaan histopatologi

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang
nyata

maupun

pemecahannya

potensial
dapat

berdasarkan

dilakukan

data

dalam

yang

batas

telah

dikumpulkan,

wewenang

perawat

yang
untuk

melakukannya. ( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 : 17 ).

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Gibbus adalah:


1.

Gangguan mobilitas fisik

2.

Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

3.

Perubahan konsep diri : Body image.

4.

Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.


( Susan Martin Tucker, 1998 : 445 )

C. RENCANA KEPERAWATAN.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
( Tim Departemen Kesehatan RI, 1991 :20 ).

Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :


1.

Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan


nyeri.

Tujuan

Kriteria hasil

: Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.


:

1)

Klien dapat ikut serta dalam program latihan

2)

Mencari bantuan sesuai kebutuhan

3)

Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

1)

Rencana tindakan
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
Rasional :
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

2)

Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.


Rasional :
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

3)

Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

Mattress
Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.
Rasional :
Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
4)

Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;

Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri (bersandar pada tembok ) maupun
posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala serta
ekstremitas bawah secara bersamaan.
Menelungkup sebanyak 3 4 kali sehari selama 15 30 menit.
Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan.
Rasional :
Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal.
5)

Monitor tanda tanda vital setiap 4 jam.


Rasional :
Untuk mendeteksi keadaan umum klien.

6)

Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet lecet.
Rasional :
Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.

7)

Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Cairan dapat membantu menjaga faeces agar tetap lunak.

8)

Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping :
bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional :
Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat
menimbulkan efek samping.

2. Diagnosa Keperawatan Kedua


Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.

Tujuan

: Rasa nyaman terpenuhi dan Nyeri berkurang / hilang

Kriteria hasil
a.

klien melaporkan penurunan nyeri

b.

menunjukkan perilaku yang lebih relaks

c.

memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang di [elajari dengan peningkatan


keberhasilan.

Rencana tindakan
1)

Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.
Rasional :
Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.

2)

Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
Rasional :
Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya
terhadap nyeri klien.
3)

Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

Rasional :
Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
4)

Berikan

dorongan

untuk

mengubah

posisi

ringan

dan

sering

untuk

meningkatkan rasa nyaman.


Rasional :
Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang sehingga
otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
5)

Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

Rasional :
Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

3. Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.


Tujuan :Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan
koping yang adaptif.
Kriteria hasil

Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan


koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.

a.

Rencana tindakan
Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus
mendengarkan dengan penuh perhatian.
Rasional :
Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.

b.

Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.


Rasional :
Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

c.

Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman
serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body
image.
Rasional :

Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan
tidak merasa rendah diri.

4.

Kurang

pengetahuan

sehubungan

dengan

kurangnya

informasi

tentang

penatalaksanaan perawatan di rumah.

Tujuan

: Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di

rumah.

Kriteria hasil

a. Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset


b. Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c.

Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan,


dan gejala kemajuan penyakit.

1.

Rencana tindakan
Diskusikan

tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek

sampingnya.
2. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
3. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
4. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
5. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
6. Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

D. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Yaitu

perawat

melaksanakan

rencana

asuhan

keperawatan.

Instruksi

keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.


Komponen tahap Implementasi:
a. tindakan keperawatan mandiri
b. tindakan keperawatan kolaboratif
c. dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan. ( Carol vestal Allen, 1998 : 10
E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.
a.

pencapaian kriteria hasil

b.

ke efektipan tahap tahap proses keperawatan

c.

revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.


Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:

1.

Adanya peningkatan kegiatan sehari hari ( ADL) tanpa menimbulkan gangguan


rasa nyaman .

2.

Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.

3.

Nyeri dapat teratasi

4.

Tidak terjadi komplikasi.

5.

Memahami cara perawatan dirumah

DAFTAR PUSTAKA

http://askep-kesehatan.blogspot.com/2010/27/asuhan-keperawatandengan-spondilitis.html

http://www.tmore-online.com/tmore/content/rubric/29/2010

http://health.detik.com/read/2010/04/27/103004/1236430/787/tulang
punggung-bengkok

http://orthopedics.about.com/cs/pediatricsurgery/a/fractures.htm

askep spondilitis tuberculosa

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa
merupakan istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak,
terutama yang berusia 3-5 tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan
kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan umur
dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa
merupakan sumber morniditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan
sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk
masih menjadi masalah utama.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Agar dapat mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa


Agar dapat mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
Agar dapat mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
Agar dapat mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
Agar dapat mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis
tuberkulosa
Agar dapat mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

1.3 Manfaat Penulisan


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:


Mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa
Mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
Mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
Mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis tuberkulosa
Mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh
Mycobacterium tuberculosa.
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa
yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan
infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh.
Percivall Pott (1973) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas
tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit
Pott (Rasjad, 2007).
2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang
paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. (Brooks,
2008)
Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3
dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa
atypic. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal
bawah dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu

tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada


vena paravertebralis (Rasjad, 2007).
2.3 Patofisiologi
Patogenesis

penyakit

ini

sangat

tergantung

dari

kemampuan

bakteri

menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi


imunitas

seluler.

Jika

bakteri

tidak

dapat

diinaktivasi,

maka

bakteri

akan

bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen lipid, protein serta
polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan merangsang
pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang
dihasilkannya dapat juga bersifat immunosupresif (Mansjoer, 2000)
Infeksi mycobacterium tuuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi
sekunder. Berkembnagnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan kuman
dan

ketahanan

tubuh

klien.

Lima

stadium

perjalanan

penyakit

spondilitis

tuberkulosa, antara lain: (Rasjad, 2007)


1.

Stadium I (implantasi)

Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh klien menurun,
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah torakolumbal.
2.

Stadium destruksi awal

Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta


penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3.

Stadium destruksi lanjut

Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa
kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 23 bulan
setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta
kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di
sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang
menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.

4.

Stadium gangguan neurologis

Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan
oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh
komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis
yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
5.

Stadium deformitas residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium implantasi.
Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di
sebelah depan.

WOC
Kuman TB

Reaksi sistem immunologi

Infalamsi sendi, korpus vertebra

Akumulasi eksudat , sel darah putih

Edema

Suplai O2 & nutrisi

Nekrosis kartilago

sendi
Gg muskulo punggung

ankilosis tlg punggung

menekan nociceptor talamus


Pergerakan terbatas

perubahan spinal

(mmbungkuk)
perubahan postur

perubahan sikap tubuh


rongga dada

kifosis

2.4 Manifestasi Klinis


Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala
tuberkulosis pada umumnya, yaitu: (Mansjoer, 2000)
-

Badan lemah/ lesu


Penurunan berat badan
Nafsu makan berkurang
Demam subfebris
Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila
istirahat.
Deformitas tulang belakang
Adanya spasme otot paravertebralis
Nyeri ketok tulang vertebra
Gangguan motorik
Adanya gibus/kifosis
2.5 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang belakang terlihat bentuk
kifosis (membungkuk)
Palpasi
Ditemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
Perkusi
Terdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami infeksi
Auskultasi
Tidak ditemukan adanya kelainan paru

2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit spondilitis
tuberkulosa antara lain: (Rasjad, 2007)
1.
a.

Pemeriksaan laboratorium

Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis

b.

Uji Mantoux : positif tb

c.

Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan Mycobacterium

d.

Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional

e.

Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel


2.

a.
b.

Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus

vertebra, disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus


c.
d.

tersebut dan mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral


Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis
Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum

e.
f.

tulang
Pemeriksaan CT scan
Pemeriksaan MRI
2.7 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera
mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.
Pengobatan terdiri atas: (Rasjad, 2007)
1.

a.
b.
c.
d.

Terapi konservatif, berupa:


Tirah baring (bed rest)
Memperbaiki keadaan umum klien
Pemasangan brace pada klien, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi
Pemberian obat antituberkulosa

Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:


a.

Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan

b.
c.
d.

dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang

e.

dewasa 300-400 mg per hari.


Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.

2.

Terapi operatif

Indikasi operasi yaitu:


a.

Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah
semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap

b.

spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.


Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan

c.

sekaligus debrideman serta bone graft.


Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun
pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla
spinalis.
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi klien
tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan
penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi
tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.
2.8 Diagnosa, Intervensi, Dan Rasional
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.

Perubahan konsep diri : Body image.

Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

1.

Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan


nyeri.

a.

Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.

b.

Kriteria hasil

Klien dapat ikut serta dalam program latihan

Mencari bantuan sesuai kebutuhan

Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.

c.

Rencana tindakan

Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.

Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.

Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :

a)

mattress

b)

Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak
menimbulkan lekukan saat klien tidur.

mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan

d.

Rasional

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.

Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal.

Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

2.

Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.

a.

Tujuan

Rasa nyaman terpenuhi

Nyeri berkurang / hilang

a.

Kriteria hasil

klien melaporkan penurunan nyeri

menunjukkan perilaku yang lebih relaks

memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan


keberhasilan.

b.

Rencana tindakan

Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.

Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.

Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.

Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan
rasa nyaman.

Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.

c.

Rasional.

Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien
sendiri.

Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya
terhadap nyeri klien.

Korset untuk mempertahankan posisi punggung.

Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang
sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.

Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

3.

Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.

a.

Tujuan

Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang


adaptif.
b.

Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan
koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.

c.

Rencana tindakan

Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus


mendengarkan dengan penuh perhatian.

Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.

Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman
serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body
image.

d.

Rasional

meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.

Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif
dan tidak merasa rendah diri.

4.

Kurang

pengetahuan

sehubungan

dengan

kurangnya

informasi

penatalaksanaan perawatan di rumah.


a.

Tujuan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.

b.

Kriteria hasil

Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset

Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

tentang

Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan,


dan gejala kemajuan penyakit.

c.
-

Rencana tindakan
Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek
sampingnya.

Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.

Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.

Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.

Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.

Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.

BAB 3
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Gambaran Kasus


Tn. S usia 46 tahun jatuh dalam posisi terduduk dari atap rumah setinggi 3
meter. Kemudian dirawat di RS AA dengan keluhan nyeri pada tulang punggung,
kedua ekstremitas bawah susah digerakkan/lemah, tidak bisa duduk, BAK dalam
batas normal. Klien didiagnosa dengan penyakit spondilitis tuberculosa. Klien
pernah dioperasi pada tulang belakang klien 1.5 tahun yang laludg keluhan yg
sama. Hasil pemeriksaan radiologi pada tulang punggung belakang klien terjadi
penyempitan diskus intervertebralis yang berada di antara korpus dan mungkin
ditemukan adanya massa abses paravertebral. Klien mempunyai riwayat merokok.
Keaadaan umum klien TD:100/70, T: 36.7oC, P: 80 x/i, RR: 20x/i dan kesadaran compos
mentis.

3.2 Hasil Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, Dan Diagnostik


3.2.1 INFORMASI UMUM

Nama

: Tn. S

Tanggal lahir
Suku bangsa

: 12 Juli 1967
: Jawa

Tanggal pengkajian

: 14 Januari 2013

Diagnosa medis

: post op debridema spine

Umur

: 46 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Tanggal masuk

: 8 Januari 2012

Dari/rujukan

:-

Nomor medical record: 79 28 73

3.2.2 Keluhan Utama


Klien mengalami nyeri pada tulang punggung post op, terutama pada saat
berubah posisi. Klien tidak bisa duduk dan lemah pada ekstremitas bawah sulit.
Klien kurang nafsu makan.
3.2.3 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
-

1.5 tahun yang lalu Klien pernah dirawat di RS SM selama 3 minggu dengan
keluhan sakit pada tulang punggung dan dilakukan operasi pertama.

Klien juga pernah dirawat di RS A selama 1 minggu dengan keluhan yang sama
post op dan dilakukan foto rontgen.

Klien mempunyai riwayat merokok


3.2.4 RIWAYAT KESERHATAN KELUARGA

: laki-laki

: perempuan
: klien

3.2.5 Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital
TD
: 100/70
Nadi
: 80/i
Tinggi Badan : Berat Badan
:

Suhu
: 36,6C
Pernapasan : 20/i

1.

Kepala
Rambut : panjang/pendek/tanpa rambut/ kotor/ mudah rontok/ gatal-gatal
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

Mata : ikterik/ midriasi/ pakai kacamata/ contact lens/ gangguan penglihatan


Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan: t.a.k

Hidung : perdarahan/ sinusitas/ gangguan penciuman/ malformasi/ terpasang NGT


Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

Mulut : kotor/ bau/ terpasang ETT/ gudel/ perdarahan/ lidah kotor/ gangguan
pengecapan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

Gigi : gigi palsu/ kotor/ kawat gigi/ karies/ tidak ada gigi
Lain-lain : pasien tidak memiliki gigi (tidak sempurna)
Masalah keperawatan : ganguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pemenuhan nutrisi
Telinga

perdarahan/

terpasang

alat

bantu

dengar/

infeksi/

pendengaran
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
2.

Leher : pembesaran KGB/ kaku kuduk/ terpasang trakeostomi/ JVP


Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

3.

Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

:
:
:
:

simetris
nyeri (-)
dullness
bunyi jantung normal

gangguan

Masalah keperawatan: t.a.k


4.

Tangan : luka/ utuh/ lecet/ sianosis/ capillary feril/ clubbing finger/ dingin/ fraktur/
edema
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

5.

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

6.

: simetris
: nyeri (-)
: timpani
: bising usus(+)

Genitalia : perdarahan/ terpasang kateter/ trauma/ malformasi/ menstruasi/


infeksi/dll
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

7.

Kaki : fraktur/ edema/malformasi/ luka/infeksi/ keganasan/ sianosis/ dingin


Lain-lain : kaki klien lemah kesulitan berjalan
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik

8. Punggung : lordosis/kiposis/ skoliosis/ luka/ dekubitus/ infeksi


Lain-lain : luka, nyeri(+), sedikit membungkuk
Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman:nyeri
3.2.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik
Tanggal 14 Januari 2013

Nilai Normal

Hb

: 12,3 g/dL

Hb : 11-16 g/dL (anak-anak)

Ht

: 35,2 %

Ht : 29-40%

Leu

: 11.900/l

Leu: 10.000 sel/

Trombosit : 275.000/l

Trombosit : 150.000-450.000sel/

3.2.7 Medikasi/Obat-Obatan Yang Diberikan Saat Ini


-

Ceftriaxone 2x1
Ranitidine 2x1

Genta 2x1
3.3 Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Dan Rasional
No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

keperawatan
1

Gangguan rasa

Setelah

Kaji tingkat nyeri,

Mengetahui

nyaman : nyeri

dilakukan

frekuensi, durasi,

karakteristik nyeri

bd luka post

asuhan

dan karekteristik

operasi

keperawatan

nyeri

3x6 jam klien

Berikan posisi yang

Posisi yg nyaman

mampu

nyaman

relaksasi otot

Ajarkan klien teknik

Mengontrol dan

relaksasi napas

mengurangi nyeri

mengontrol
nyeri dan
menunjukkan
tingakat nyeri

dalam
Monitor

Mengetahui

kenyamanan klien

tingkat

dan perubahan

kenyamanan,

posisi

mengurangi resiko
dekubitus

Gangguan

Setelah

Kaji tingkat

Mengetahui

mobilitas fisik

dilakukan

mobilitas klien

tingkat

bd nyeri,

tindakan

kemampuan klien

kelemahan

keperawatan

dalam melakukan

pada

4x6 jam klien

aktivitas

ekstremitas

dapat

Berikan alih baring

Menghindari posisi

bawah

melakukan

sesuai kondisi klien

yang

mobilissi

menyebabkan

secara optimal

ketidaknyamanan
dan spasme otot

Bantu klien dalam

Kebutuhan klien

memenuhi

dapat terpenuhi

kebutuhan
Bantu klien

Memelihara

mengoptimalkan

fleksibilitas sendi

gerak sendi

sesuai
kemampuan

Jaga keamanan

Memberikan rasa

klien

aman bagi klien

Resiko tinggi

Setelah

Inspeksi kulit

Melihat tanda-

penyebaran

dilakukan

adanya

tanda infeksi,

infeksi bd

tindakan

iritasi/kontuinitas

kemerahan,

pembentukan

keperawayan

abses tulang

3x6 jam resiko

Kaji sisi kulit

Mengetahui

penyebaran

adanya

penyebaran infeksi

infeksi

peningkatan nyeri,

berkurang,

edema, bau

suhu badan
normal

bengkak

Berikan perawatan

Menjaga luka tidak

luka

infeksi

Observasi luka

Tidak terjadi
tanda-tanda
infeksi

Berikan obat

Menghindari/meng

antibiotik sesuai

urari penyebaran

indikasi

infeksi

3.4 Implementasi dan Evaluasi


Dx
1

Tanggal
14 Januari

Implementasi
Mengkaji tingkat nyeri klien

Evaluasi
S : klien mengatakan nyeri
pada tulang punggung

2013

sedikit berkurang
Memberikan posisi tang

O:

nyaman

Klien terlihat meringis saat


berganti posisi
Skala nyeri 3

Mengajarkan klien teknik

A: masalah teratasi

relaksasi napas dalam

sebagian
P : lanjutkan intervensi

14 januari

Mengkaji tingakat mobilitas

S : klien mengatakan belum

2013

klien

bisa duduk dan berjalan


semenjak post op

Memberikan alih baring

O:

sesuai kondisi klien

Klien bisa menggearakkan


tangan, kaki klien masih
lemah
Segala kebutuhan klien
dibantu oleh keluarga

Menganjurkan
membantu

klien

A: masalah belum teratasi

memenuhi

kebutuhan klien
Menganjurkan keluarga

P : lanjutkan intervensi

menjaga keamanan klien


3

14 januari

Melihat adanya infeksi pada

S: klien mengatakan

2013

luka

lukanyanyeri, tidak panas

Mengkaji adanya nyeri,

O:warna permukaan kulit

edema, pus/abses, bau

klien merah muda, tidak


terdapat
pembengkakan/pus, dan

tidak bau
TD:110/70 N: 80 RR:20x/i
T:36,7C
Melihat adanya

A: masakah teratasi

pembengkakan, warna kulit

sebagian

Mengukur TTV klien

P: lanjutkan intervensi
selanjutnya

BAB 4
PEMBAHASAN

Dari gambaran kasus

diatas kita dapat mengetahui bahwa kuman

mycobacterium tuberculosa tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga bisa


menyerang bagian tubuh lainnya. Salah satunya adalah tulang belakang. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
-

Mempunyai riwayat penyakit TB paru


Dalam kasus ini klien tidak memilik riwayat TB paru, klien juga tidak mempunyai
keluarga yang mempunyai penyakit yang sama. Tetapi klien mempunyai riwayat

merokok 1 tahun yang lalu.


Menurunnya sistem imun tubuh sehingga kuman bangkit, beredar didalam darah
dan menyerang bagian tubuh yang lemah.
Pada kasus ini klien pernah terjatuh dalam posisi terduduk beberapa kali namun
tidak langsung diobati, sehingga terjadi infeksi pada pada tulang punggung klien.
Pada pemeriksaan radiologi, ditemukan penyempitan diskus intervertebralis yang
berada

di

antara

korpus

dan

mungkin

ditemukan

adanya

massa

abses

paravertebral.sehingga dilakukan operasi debridemen spinal.


Berdasarkan teori klien seharusnya dilakukan pemasangan brace/korset untuk
membantu meluruskan tulang punggung. Namun pada kasus
menggunakan brace/korset.

ini klien belum

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Spondilitis tulang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronik
destruktif

yang

disebabkan

oleh

Mycobacterium

tuberculosa.

Penyakit

ini

merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain. Gejalanya mirip tuberkulosis
paru, ditambah dengan adanya gibbus/kifosis, nyeri pada punggung, dan gangguan
pergerakan tulang belakang. Pemeriksaan kadar LED diperlukan untuk melihat
adanya infeksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis ditemukan penyempitan
diskus intervertebralis. Pengobatannya dapat diberikan terapi konservatif dan
operatif.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan gambaran
adalah:
-

Hindari kotak langsung orang dengan klien penyakit menular


Kurangi/ berhenti merokok
Periksakan diri secepatnya apabila terdapat keluhan yang sama
Berikan obat pada klien secara teratur dan sesuai dosis
Habiskan minum obat antibiotik

kasus

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC
Davey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga
Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperwatan Definisi & Klasifikasi 2012. Jakarta
: EGC
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Rasyad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang
Lamumpatue

Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; hal. 1226-1229

Anda mungkin juga menyukai