KK Tuker2usu
KK Tuker2usu
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang berhubungan dengan pembahasan ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan hasil utama pada bab berikutnya. Adapun teori teori tersebut mencakup pengertian dari pemrograman nonlinear, fungsi konveks, metode Lagrange, metode Newton, metode Wolfe, kondisi Kuhn-Tucker,
Menurut Bradley dkk (1976), persoalan umum optimisasi adalah memilih n variabel keputusan dari daerah fisibel yang diberikan untuk mengoptimasi
dari variabel keputusan. Persoalan ini disebut persoalan pemrograman nonlinear jika fungsi tujuannya nonlinear dan atau daerah fisibelnya ditentukan oleh kendala nonlinear. Jadi bentuk minimisasi persoalan pemrograman nonlinear ditulis sebagai:
subject to:
sampai
Masalah optimisasi di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana sebagai berikut:
subject to:
dapat ditulis sebagai dua kendala pertidaksamaan . Sebagai tambahan, jika menambahkan variabel slack,
Fokus utama dari pemrograman nonlinear adalah terkait dengan eksistensi dari solusi optimal, karakterisasi dari solusi optimal dan algoritma untuk menghitung solusi optimal. Masalah pemrograman nonlinear mempunyai 2 jenis persoalan yaitu masalah nonlinear berkendala dan nonlinear tidak berkendala. Untuk persoalan nonlinear tidak berkendala dapat dipecahkan dengan metode Newton sedangkan untuk persoalan nonlinear berkendala dapat dipecahkan dengan metode Penalty dan Barrier, Sequential Quadratic Programming (SQP), ataupun Primal-Dual Interior Point (PDIP). Metode Penalty dan Barrier merupakan cara tidak langsung karena prosedur metodenya yaitu mendekati persoalan optimisasi berkendala dengan persoalan yang tidak berkendala. Contoh metode yang menerapkan cara langsung yaitu SQP dan PDIP. (Bertsekas, 2007).
Sebuah fungsi tujuan f(x) memiliki sebuah minimum lokal di selang (yang kecil) yang berpusat di
untuk semua x dalam selang ini pada mana fungsi ini dedefinisikan. Jika untuk semua x pada mana fungsi ini didefinisikan, maka minimum di (di
samping adalah lokal) adalah suatu minimum global. Maksimum lokal dan global didefinisikan dengan cara yang sama tetapi dengan tanda ketidaksamaan yang terbalik (Bronson, 1996).
Gambar 1.1 Maksimum-minimum lokal dan global Fungsi yang digambarkan di atas secara grafik hanya didefiniskan pada [a,b]. Fungsi ini memiliki minimum lokal di di dan maksimum global di ; maksimum lokal di dan b. ; minimum global
Definisi 2.1: Jika adalah solusi fisibel untuk persoalan maksimisasi dengan
fungsi tujuan f(x). Kita menyebut x: 1. Sebuah global maksimum jika untuk setiap titik fisibel
cukup dekat dengan x yaitu jika ada sebuah bilangan (sangat kecil) sehingga kapanpun masing-masing variabel yaitu, dan y fisibel maka . dalam dari
Minimum lokal dan global analog dengan definisi di atas. Untuk beberapa keadaan, maksimum dan minimum lokal disebut global. Gambar 1.2(a) di bawah minimum lokal merupakan global. Fungsi ini disebut konveks. Gambar 1.2(b) di bawah maksimum lokal merupakan maksimum global. Fungsi ini disebut konkaf. Karena alasan ini fungsi konveks selalu diminimumkan sedangkan fungsi konkaf selalu dimaksimumkan (Bradley dkk, 1976).
Menurut Luenberger (1984), fungsi konveks adalah dimana untuk setiap dua titik y dan z, dapat ditarik garis yang menghubungkan f(y) dan f(z) pada fungsi tersebut. Secara aljabar definisinya sebagai berikut:
Definisi 2.3: Sebuah himpunan maka berlaku disebut himpunan konveks jika untuk setiap . dan
Definisi 2.4: Sebuah fungsi f(x) disebut konveks jika untuk setiap y dan z dan setiap
Disebut strictly konveks jika untuk setiap dua titik berbeda y dan z dan setiap
Definisi 2.5: Sebuah fungsi f(x) disebut konkaf jika untuk setiap y dan z dan setiap
Disebut strictly konkaf jika untuk setiap dua titik berbeda y dan z dan setiap
Mengalikan fungsi konveks dengan -1 akan menghasilkan fungsi konkaf. Menjumlahkan beberapa fungsi konveks akan menghasilkan fungsi konveks juga. Begitu juga dengan mengalikan dengan pengali nonnegatif akan menghasilkan fungsi konveks.
Jika S adalah himpunan konveks, minimum lokal untuk masalah (CP) maka pada himpunan S. Bukti: Misalkan
adalah titik
yang memenuhi
. Hal ini kontradiksi dengan asumsi bahwa demikian haruslah merupakan titik
Teorema 2.2: Misalkan S adalah himpunan buka yang konveks dan diferensiabel. Maka kondisi gradient berikut: adalah fungsi yang
Yang mengakibatkan
Selanjutnya ambil
maka diperoleh
Ambil sembarang
dan dan
. Set
maka diperoleh
Teorema 2.3: Misalkan S adalah himpunan buka yang konveks dan dapat diturunkan dua
kali. Misal H(x) adalah Hessian dari f. Jika f(x) konveks maka H(x) adalah positif semidefit untuk semua Bukti: () Perhatikan jika H(z) positif semidefinit untuk semua , deret Taylor orde dua memberikan , maka untuk setiap
Untuk suatu z yang merupakan kombinasi linear dari bahwa ). Karena H(z) positif semidefinit maka
Dengan demikian pertidaksamaan gradien terpenuhi dan mengakibatkan f(x) merupakan fungsi konveks. () Jika f(x) konveks dengan cukup kecil, dan d sebarang arah. Maka untuk yang
dimana
dan ambil
, maka diperoleh
Teorema 2.4: Misalkan maka Bukti: Karena adalah minimum global maka x adalah minimum lokal, dengan demikian . Sebaliknya jika , maka berlaku konveks dan dapat diturunkan di X. Jika minimum global
jelas bahwa
maka x
Perhatikan bahwa semua titik minimum lokal diferensiabel dan kontinu f memenuhi syarat perlu
Persamaan ini merepresentasikan sebuah himpunan dari n buah persamaan nonlinear yang harus diselesaikan sehingga diperoleh .
Salah satu pendekatan untuk masalah minimisasi f(x) adalah mencari solusi untuk himpunan untuk persamaan dengan memasukkan suatu cara untuk
menjamin bahwa solusi yang diperoleh tentunya merupakan sebuah minimum lokal. Metode tertua untuk menyelesaikan suatu himpunan persamaan nonlinear adalah metode Newton.
Pada titik
dimana hampiran ini dikenal sebagai ekspansi Taylor Kuadratik pada dan H(x) adalah vektor gradien dan Hessian dari fungsi f.
, dimana
Perhatikan bahwa h(x) adalah sebuah fungsi yang kuadratik yang dapat diminimisasi dengan menyelesaikan . Karena gradient dari h(x) adalah
Sehingga diperoleh
Perhatikan bahwa arah Algoritma metode Newton: Step 1 : Step 2 : Step 3 : Step 4 : Diberikan x0, set k=0 Set Set step size Set
. Jika
maka STOP
. Kembali ke step 1
Jika f(x) merupakan fungsi nonkuadratik, metode Newton dapat memberikan solusi yang divergen dan mungkin saja konvergen menuju titik saddle dan titik maksimum yang relatif. Bila hal tersebut terjadi maka metode Newton dapat diimprovisasi dengan mengubah formulasi untuk titik baru
dimana
Gambar 1.3 Metode Newton maka prosedur turunan kedua bisa didapatkan. Dari persamaan di atas kita mendapatkan
Sehingga Jadi, hasil prosedur iterasi sekarang adalah dengan dan ada, karena
2.5 Kekonvergenan
Kekonvergenan untuk barisan bilangan riil (Dennis dan Schnabel, 1983): Diberikan sebuah metode iterasi sehingga menghasilkan barisan titik sebuah titik awal diasumsikan bahwa , ingin diketahui apakah iterasi konvergen ke solusi menyatakan barisan bilangan riil dari . Jika , maka
Teorema Weierstrass untuk barisan Misalkan adalah barisan tak terbatas (infinit) dari titik-titik dari suatu
himpunan compact F (yaitu himpunan yang tertutup dan terbatas). Maka sebagian subbarisan infinit dati titik-titik konvergen ke suatu titik di F.
Teorema Weierstrass untuk fungsi Misalkan f(x) adalah fungsi bernilai riil dan kontinu pada suatu himpunan compact yang tidak kosong . Maka F memuat suatu titik yang dapat meminimumkan
Persamaan Lagrange dari persoalan nonlinear seperti yang telah dipaparkan pada bagian 2.1 yaitu sebagai berikut:
dimana
(Bronson, 1996)
Tabel 1.1 Kondisi Perlu dan Cukup untuk Optimalitas Persoalan Kondisi perlu untuk optimalitas Satu variabel tidak berkendala Banyak variabel tidak berkendala Berkendala, hanya kendala nonnegatif (atau Persoalan umum berkendala jika ) f(x) konkaf dan konveks (i=1,2,,m) Kondisi Karush-Kuhn Tucker f(x) konkaf f(x) konkaf f(x) konkaf Juga cukup jika
Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk kondisi persoalan umum disebut kondisi Karush-Kuhn Tucker (Hillier dan Lieberman,2005). Kondisi perlu dan cukup untuk sebagai solusi optimal untuk persoalan nonlinear berikut (Wallace,2004) :
subject to:
Untuk menggunakan hasil, semua kendala persoalan nonlinear harus kendala . Kendala dalam bentuk . Kendala dalam bentuk dengan dan harus ditulis sebagai
Venkataramanan, 2003). Teorema di bawah ini memberikan kondisi Kuhn-Tucker yang cukup bagi titik atas. untuk memecahkan persoalan nonlinear di
Teorema 2.6: Andaikan persoalan nonlinear di atas adalah persoalan maksimisasi. Jika adalah solusi optimal dari persoalan tersebut, maka
Teorema 2.7: Andaikan persoalan nonlinear di atas adalah persoalan minimisasi. Jika adalah solusi optimal dari persoalan tersebut, maka
Skalar
disebut kondisi complementary slackness yang menyatakan dua kemungkinan yaitu: 1. Jika Jika maka maka kendala
Menurut Rao (1977), pemrograman kuadratis merupakan persoalan optimasi nonlinear dimana fungsi tujuannya adalah fungsi minimisasi yang konveks dan semua
kendalanya berbentuk persamaan atau pertidaksamaan linear. Bentuk umum persoalan pemrograman kuadaratis adalah sebagai berikut: Min. s.t
dimana
d11 d 21 d n1
d12 d 22 dn2
d1n d2n d nn
a11 a A = 21 am1
a12 a22 am 2
a1n a2 n amn
tujuan dengan D adalah matriks definit positif simetri. Jika D=0 maka menjadi persoalan linear. Karena D adalah matriks definit positif maka f(x) adalah fungsi strictly convex.
Metode untuk menyelesaikan persoalan pemrograman kuadratis yaitu metode Wolfe. Pertama, semua fungsi tujuan dan kendala harus ditambahkan variabel buatan pada masing-masing kendala dengan kondisi Kuhn-Tucker dan variabel basis belum jelas kemudian minimumkan jumlah variabel buatan. Metode wolfe merupakan versi modifikasi dari fase I pada metode simplex dua fase. Untuk menjamin bahwa solusi akhir (dengan variabel buatan sama dengan nol) memenuhi kondisi complementary slackness, metode Wolfe memodifikasi pilihan variabel simplex yang masuk: 1. Tidak diperbolehkan variabel basis. 2. Tidak diperbolehkan variabel slack atau excess dari kendala ke-i dan kedua-duanya sebagai variabel basis. (Winston dan Venkataramanan, 2003) dari kendala ke-i dan kedua-duanya sebagai
Menurut Bertsekas (2007), metode Sequential Quadratic Programming digunakan untuk menyelesaikan persoalan nonlinear yang memiliki kendala dalam bentuk persamaan dengan bentuk umum : Min. f(x) s.t. h(x)=0 Kondisi Karush-Kuhn Tucker (KKT) untuk persoalan ini yaitu sebagai berikut:
dimana
Metode Sequential Quadratic Programming menyerupai metode Newton yang digunakan untuk mencari penyelesaian pada optimisasi tidak berkendala.Metode ini menyelesaikan persoalan nonlinear secara langsung daripada mengubah ke barisan persoalan minimisasi yang tidak berkendala. Ide utama dari SQP adalah memodelkan persoalan kendala yang berbentuk persamaan pada titik awal pendekatan kemudian mencari
dimana
Metode Sequential Quadratic Programming atau yang juga dikenal sebagai metode Lagrange-Newton karena metode SQP merupakan penggabungan dari kedua metode tersebut. Algoritmanya secara umum adalah sebagai berikut:
8. Tentukan 9. Atur k=0 10. Ulang 11. Pecahkan sistem Langrange-Newton untuk menemukan 12. 13. 14. Sampai konvergen Metode SQP merupakan aplikasi dari metode Newton dengan memenuhi kondisi optimal KKT. Menurut Gockenbach (2003), metode SQP memecahkan persoalan nonlinear secara langsung tanpa mengubah ke barisan persoalan minimisasi yang tidak berkendala. Ide dasar analog dengan metode Newton untuk persoalan minimisasi yang tidak berkendala. Metode SQP dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan aplikasi yang kompleksitasnya tinggi (Schittkowski dan Yuan, 2010)