Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda
Tujuan
Kiranya patut dipercaya bahwa niat dan tujuan utamanya adalah untuk
mewujudkan tarian sunda atau karya tari sunda ( yang estetis ), oleh karena itu
bahwa kekayaan gerak yang terbentuk dan tersusun dalam tari jaipongan menjadi
koreografi.
Ditempatkan sebagai medium ungkap pokoknya. begitu pula pelaku yang
dianggap paling menentukan terwujud karyanya diatas pentas. Adalah penari,
" ujarnya ".
Dalam kesempatan yang sama Arthur mengatakan, peristiwa negasi dari
birokrat pada saat itu sempat muncul, karena jaiongan dipandang sebagai tarian
erotik yang kurang mendidik. Namun seperti biasa,hukm massa berlaku. Apapun
yang diisukan, apapun yang digunjingkan, apapun yang dilarang, akhir muaranya
adalah kepnasaran. Maka tanpa diduga, peristiwa ini mendongkrak jaipongan
menjadi sebuah penomena massa, dan akhirnya secara perlahan negasi birokrat ini
pupus, berganti dengan tumbuh dan perkembangannya jaipongan, paparnya.
Persoalan ini kembali muncul ketika Gubernur jawa barat mengungkapkan dalam
sambutanya saat " Opening Tone Jaipongan Awared 2004 " di hotel horizon, agar
mereduksi kembali soal erotisme karena sesungguhnya jaipongan merupakan
penomena yang erotisme estates.
Analisis
Dikenal memiliki aneka budaya yang unuk dan menarik, jaipongan adalah
salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau tari jaipong
sebetulnya merupakan tarian yang suda modern, karena merupakan modifikasi atau
pengembangandari tari traditional khas sunda yaitu ketuk tilu. Sebuah genre seni tari
yang lahir dari kreatifitas seorang seniman asal Bandung.
Tari jaipongan ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu
degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti kendang,
go'ong, saron, kecapi, dan sebagainya.. degung bisa diibaratkan' Orkestra ' dalam
musik Eropa / Amerika. Cirri khas dari tari jaipong ini adalah musiknya yang
berhentak.dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi
tarian.
Tarian ini biasannya dibawakan oleh seorang , berpasangan atau bekelompok.
Sebagai tarian yang menarik, jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan,
selamatan atau pesta pernikahan. Gerak-gerak bukaan, pencugan, dan beberapa
ragam gerak mincid dari beberapa kesenian diatas cukup memiliki inpirasi untuk
mengembangkan tari atau ksenian yang kini dikenal dengan nama jaipongan.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok.
Tari jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung.
Musiknya terdengar menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat
musik seperti kendang, go'ong, saron, kecapi, dan sebaginya. Degung bisa
dibaratkan " Orkestra " dalam musik Eropa atau Amerika. Sejarah sebelum bentuk
seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk
tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari
Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari
keberadaan ronggengdan pamogoran ( penonton yang berperan aktif dalam seni
pertunjukan ketuk Tilu/Doger/ tayub ).
Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara,
tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan
memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaumpamogoran. Misalnya pada tari
ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini
popular sekitar tahun 1916. sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya
didukung oleh unsure-unsur sederhana, seperti Wadirta yang meliputi rebah,
kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk dan gong. Demikian pula dengan
gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang
sederhan sebagai cerminan kerakyatan. Seiring dengan memudarnya jenis kesenian
diatas, mantan pamogoran beralih perhatiannya pada seni pertunjukan kliningan,
yang berada didaerah pantai Jawa Barat ( Karawang, Bekasi, Purwakarta Subang
dan Indramayu )dikenal sebutan kliningan bajidoran yang pola tarinya maupun
peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya
( Ketuk Tilu / Doger / Tayub ).
Dalam pada itu eksistensi tari-tarian dalam Topeng Bancet cukup digemari,
khusunya di Karawang, dimana beberapa pola gerak bajidoran diambil dari tarian
dalam Topeng Bancet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-
ploa tradisi ( ketuk Tilu ) yang mengandung unsure gera-gerak bukaan, penjugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak minced yang pada gilirannya menjadi dasar
penciptaan tari Jaipongan.
Beberap gerak-gerak dasar Tari Jaipongan selain dari ketuk Tilu, ibing
Baajidor serta Topeng Bancet adalah tayuban dan pencak silat. Kemuncula taaian
karya Gugum Gumbira ini pada awalnya disebut ketuk Tilu perkembangan, yang
memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ktk Tilu.
Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing
ketuk tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu
menjadi popular dengan sebutan Jaipongan. Berkembang karya Jaipongan pertama
yang mulai dilkenal oleh masyarakat adalah tari " Daun Pulus Keser Bojong " dan "
Rendeng Bojong " yang keduannya merupakan jenis tari putrid dan tari berpasangan
(putra Dan putri ).
Dari tarian itu muncul beberapa nama penari jaipongan yang handal seperti
Tati Saleh, Yeti Mamat, El Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan
tarian tersebut sempat menjadi perbincangan yang iu sentralnya adalah gerakan
yang erotis dan vulgar.
Hubungan seni budaya jaipong dengan Pendidikan lingkungan social dan
budaya
Dalam perkembangan kehidupan kebangsaan sekarang, kita haruh berbicara
tentang fungsi tari yang mdnunjang martabat bangsa atau diperlukan dalam
meningkatkan kecerdasan bangsa kita. Dalam pembinaan teknis keahlian tari,
kita sudah harus berbicara mengenai fungsi seni yang bisa dibagi berdaarkan
kepentingan, yaitu :
1. Seni pertunjukan, yang menurut bentuknya terdiri dari seni tari, seni
teater, seni musik dan lain-lain
2. keperluan subtantif dalam pendidikan umum, pergaulan social,
penerangan masyarakat, dan lain-lain.
Faktor yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan fungsi kesenian
adalah nilai spiritualnya. Nilai ini diperlukan untuk memberi bobot
kesungguhan dan mutu artistik