Makalah Kromit
Makalah Kromit
Makalah Kromit
1 ( 2008) 1-12
iron free high temperatnr-e alloys, dan chronzi~nn stratification, sebagai contoh bagian paling
plating untuk perlindungan permukaan. bawah bijih krolnit nzasif, pada lapisan atasnya,
Di dalam mineral industri, khromit diproses merupakan bentuk jalur jalur papan atau bijih
bergabung dengan rnagnesite seperti rnagnesia berbintik - bintik . Struktur dalam badan kromit
sintered, magnesia calcined dan binders seperti bervariasi. Kristal kromit padat rapat di dalam
clay, lbne, gypsum, bauxite, dan cor~rndurn.Hasil formasi bijih masif mengandung 75% sampai
yang diperoleh berupa bahan yang tahan dengan 85 % persen volume khromit.
terhadap tekanan, tahan terhadap perubahan Bijih bulat atau berbintik bintik yang terdiri
temperatur, baik scbagai isolasi antara tembok dari kristal bulat khromit berdiameter 0.5-2 cm
bangunan terhadap asam. di dalam massa dasar silikat seperti olivin,
Dari beberapa mineral yang mengandung piroksen, rerpentin, merupakan ciri khas dari
khrom hanya chromium spinel atau khromit endapan karung bijih khromit. Bijih berbentuk
dengan 67.8 % Cr203dan 32.2 % FeO. Rasio pita berhubungan era1 dengan bijih masil', tetapi
KhrodBesi adalah 2, tetapi apabila ada inklusi lebih kaya silikat dan kemudian membentuk
MgO rasio khromlbesi berkisar 2.5 sampai mata rantai dengen bijih berbintik-binlik
dengan 5. Khromium terjadi juga di dalam (belang).
semua grup silikat, dimana khromium mengganti Pada waktu serpentinisasi, kandungan silikat
A1 '+, ~ e " , dan ~ g "(Downing, 1962 ) bijih kromit menghasilkan formasi yang rapuh
Secara genetik endapan Khrom dibagi dan getas yang berada di sekelilingnya, tidak
menjadi dua : hanya dekat permukaan, tetapi juga pada
1. Endapan berlapis tipis atau dikenal dengan kedalaman beberapa ratus meter di bawah
sebutan endapan stratiform yang diwakili oleh permukaan tanah. Pada waktu serpentinisasi
Bushveld ( Republik Afrika Selatan ), Great Dike kandungan silikat di dalam bijih kromit
( Zimbabwe). menghasilkan masa yang pecah-pecah dan
2. Endapan berbentuk kantong atau tabung atau hancur. Perubahan kromit akibat kegiatan
dikenal dengan sebutan podifOrm, diwakili oleh tektonik yang lebih muda pada bagian atas di
Guleman (Turki), Barru (Indonesia ). bawah kondisi pneumatolitis atau hidrotermal
Endapan stratiform merupakan lapisan telah menghasilkan mineral-mineral Uvarovite,
pengkayaan khrom, yang ketebalannya berkisar Smaragdite, dan Kannnererite (Downing, 1962),
dari beberapa scntimeter sampai dengan beberapa dengan warna-warna yang khas, sebagai petunjuk
desimeter, dimana lapisannya saling berselingan untuk eksplorasi dan prospekting endapan -
secara teratur dengan urut-urutan lapisan tipis endapan khromit.
olivin atau piroksen. Penelitian Kromit di daerah Sulawesi selatan
Sebagai contoh adalah di Bushveld barat yang penulis teliti diarahkan terutama untuk
yang mencapai ketebalan 1.10 m sampai dengan mengetahui genesa endapan khromit, komposisi
1.30 m dan dapat ditelusuri sampai beberapa mineral bijih khromit, komposisi kiinia bijih
kilometer tanpa ada perubahan yang berarti baik kromit. Genesa merupakan proses tejadinya
dalam komposisi mineral maupun ketebalannya. endapan- endapan mineral yang dicirikan oleh
Secara umum batas antara pengkayaan kromit komposisi mineral, hubungan antar mineral,
dan lapisan dibawahnya sangat tajam. Lapisan besar butir, yang ada hubugannya dengan
kromit makin keatas berubah menjadi bintik- aktifitas magma, aktifitas tektonik, dan aktifitas
bintik kromit sebagai akibat bertambahnya geoogi lainnya. Penekanan genesa pada
silikat. penelitian ini adalah genesa mineral akibat
Endapan porlifonn merupakan badan kromit aktiftas magma seperti jebakan magmatis,
yang berbentuk kantong sampai bentuk tabung, jebakan pegmatitis, jebakan pneumatolitis,
biasanya berhubungan dengan arah magmatic jebakan hidrotermal.
Purawiardi. / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.1 (2008) 1-12
menyebutkan hahwa batuan ultra basa ini dalam terobosan yang bemmur tersier, yaitu batuan
ha1 ini sebagai Peridotit berada dibawah anggota Diorit, sehingga pengamh batuan terohosan yang
Matano bawah yang bemmur Kapur bawah. bemmur lebih muda akan mempengamhi
Lokasi tipe formasi Matano diketemukan di mineralisasi pada batuan peridotit tersebut. I
daerah Sulawesi tenggara tepatnya di danau Lokasi pengambilan contoh batuan dilakukan di
Matano, Soroako.
Bijih kbromit di Barru terdapat di dalam
daerah Kecamatan B m , yaitu di daerah bukit
ultrabasa selatan. Daerah penelitian difokuskan
i
I
batuan ultrabasa, yang mengalami serpentinisasi. di daerah Kamara, Lasitae, Kalumasa, dan Palaka
Terhentuknya endapan khromit berhubungan erat
dengan proses pembekuan magma ultrahasa,
karena hesarnya massa jenis, konsentrasi bijih
(Gamhar lb).
Keadaan geologi daerah Barru dan
sekitamya, didasarkan peta geologi lembar
i
khramit cendemng menempati tempat paling Pangkajene dan Watampone, Skala 1:250.000,
bawah. Kedudukan bijih kbromit dibeherapa (Sukamto, 1982), menguraikan stratigrafi daerah
tempat telah mengalami perubahan, disebahkan Banu, Pangkajene, Pangkep, Propinsi Sulawesi
oleh proses orogenesa oleh kegiatan tektonik Selatan dari tua ke muda sebagai herikut:
regional, bersamaan dengan itu pula tejadi Batuan tertua adalah Komplek Tektonik
penerobosan magma Diorit. Batuan ultrabasa Bantimala yang terdiri dari ba&an Ultrabasa,
termasuk kedalam kelompok tektonik Bantimala, batuan Metamorf; dan kelompok Melange, yang
yang mengalami kontak dengan hatuan batuan masing-masing d i n g bersentuhan secara
metamorf (sekis), dan kelompok melange. Batuan stmktur.
ultrabasa ini juga kontak dengan batuan
Batuan Ultrabasa, merupakan batuan diperhalus lagi dengan menggunakan agat
Peridotit yang mengalami serpentinisasi. mortar, kemudian ditaburkan kepada spesimen
berwarna hijau tua, struktul- foliasi, di beberapa holdel- yang berukuran 25mm x 35mm x lmm,
tempat mengandung nodul khromit, lensa sedangkan h a s lapisan yang akan disinari adalah
W~-ornit, dun besi, diperkirakan berumur Trias. 22mm x 15 mm. Selanjutnya masukkan serbuk
Batuan Metamorf, disusun oleh sekis kedalam luas lapisan yang akan disinari tersebut
glaukofan , genes, kwarsa, felspar, mengalami dan ratakan dengan bilah spatula, gunakan
sesar naik yang berarah baratdaya, kontak penekanan dengan ibu j a r i agar serbuk tersebut
struktur dengan batuan sekitarnya. Berdasarkan menjadi padat dan ketebalan yang merata.
dating K a l i u d Argon , umur absolut I I I juta Selanjutnya tempatkan spesimen holder pada
tahun, atau Yura. Batuan ini berhubungan erat shaft goniometer difraktometer sinar x, kemudian
dengan bahan galian sekis dun mika. dilakukan pengukuran, sehingga dihasilkan kurva
Komplek -Melange, merupakan batuan difraksi sinar x. Cocokkan 3 puncak d yang
campur aduk secara tektonik, terdiri dari paling kuat inlensitasnya terlebih dahulu dengan
grewake, breksi, konglomerat, abatupasir, serpih mcnggunakan Tabel standar (Jenkins. 1986,
kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah, JCPDS) untuk menentukan jenis mineral,
batusabak, sekis , basal ultramafik, diorit , dan kemudian dilanjutkan mencocokkan d yans
lempung. Kelompok ini umumnya berstruktur lainnya untuk menentukan jenis mineral yang
mendaun, berumur Yura. Komplek melange ini lain. Untuk pengujian dengan x ray
berhubungan erat dengan chert ( r-ijang ), gaspe,: fluorescence, contoh batuan yang telah digerus
dun nmngan. halus tersebut ditempatkan pada spesimen holder
untuk dilakukan pengukuran unsur-unsur, guna
mengetahui kandungan unsur yang terdapat
Metodologi dalam contoh batuan. Pengujian dengan x ray
Bahan utama yang digunakan dalarn penelitian fluorecence ini dilakukan di laboratorium analisa
adalah bijib yang mengandung krom dari instrumen Pusat Penelitian Metalurgi LIPI
Kamara, Lasitae, Kalumasa, dan Palaka. Contoh Serpong, merk shimadzu VF320, buatan Jepang.
bijih tesebut digerus dengan ukuran ASTM 1010s Untuk pengujian struktur mikro batuan
saringan 80 mesh. Contoh batuan yang telah digunakan Scanning Electrone Microscope
digerus digunakan untuk analisa X ma)' (SEM) dari JEOL, jenis JSM-6390 A, buatan
Fluorescence, dan analisa X ray diflaction. Jepang, dan dilakukan pada laboratorium analisa
Pengujian dengan difraktometer sinar x pada instrumen Pusat Penelitian Metalurgi LIPI di
contoh-contoh batuan dari Kamara, Lasitae, Serpong. Preparasi contoh dilakukan dengan
Kalumasa, dan Palaka, dilakukan di cam memotong batuan dengan ukuran tertentu
laboratorium analisa instrumen Pusat Penelitian dan dilakukan pemolesan agar pe~mukaanyang
Metalurgi LIPI Serpong, merk Shirnadzu XD 7A, akan dianalisa merata. Selanjutnya dilakukan
buatan Jepang. Pengukuran dilakukan pada penyemprotan (sputtering ) dengan platina agar
kisaran 2 8 dari IOosampai dengan 90', drive permukaan batuan menjadi konduktor, sehingga
speed 4 menlt targct Cu Ka, acceleration voltage citra dari contoh batuan nampak. Untuk
20 KV. Dengan menggunakan rumus Bragg , memproleh Gambar struktur inikro batuan cukuu
yaitu 2 d sin 8 = n A , dengan mengetahui panjang inenggunakan scanning saja, sedangkan untuk
gelombang (h) target Cu Ka, 20 bisa diukur, pemetaan unsur harus ditambah dengan
n=1,2,3, dst, maka akan diperoleh nilai d. Hasil penggunaan nitrogen cair. Prinsip dasar dari
dal-i d yang diperoleh dicocokan dengan Tabel pemetaan unsur adalah bahwa tiap-tiap bahan
standar , sehingga dapat diketahui mineral- atau senyawa mengandung unsur-unsur kimia
mineral yang terkandung didalam contoh tertentu, yang sebanding dengan panjang
batuan.Untuk pengujian dengan difraktometer gelombang tertentu. Pada prinsipnya panjang
sinar x, contoh batuan yang telah digerus tersebut gelombang berbanding terbalik dengan energi.
Dengan demikian citra SEM akan memberikan
Purawiardi. / Jurnal Risef Geologi dun Pertambangan Jilid I8 No. I (2008) 1-12
Hasil Penelitian
Pengujian dengan difraktometer sinar x pada Gambar 2 . Kurva difraksi sinar X dari
contoh-contoh batuan dari Kamara, Lasitae, contob batuan Kamara.
Kalumasa, dan Palaka, dilakukan pada kisaran 2 C r = Khromit ; Km= Kammeririte .
8 dari 10° sampai dengan 90°, drive speed 4.
lmenit target Cu Ka, acceleration voltage 20 KV.
Dengan menggunakan mmus Bragg, yaitu 2 d
Contoh batuan Paloka terdiri dari mineral-
sin 0 = n A , dengan mengetahui panjang
mineral :
gelombang ( A ) target Cu Ka, 28 bisa diukur, Kammeririte, yaitu khlorit yang mengandung
n=1,2,3, dst, maka akan diperoleh nilai d. Hasil
unsur khrom, bertepatan dengan puncak-
dari d yang diperoleh dicocokan dengan Tabel
puncak difraksi pada d= 4.76 A', d= 7.13 A ';
standar, sehingga dapat diketahui mineral-
d = 3.56 A'; dan d = 2.85 A';
mineral yang terkaudung didalami contoh batuan
Khromit, Fe ( Cr, A1 )2 0 4, bertepatan dengan
dari Kamara, Lasitae, Palaka, Lasitae, dan
puncak-puncak difraksi pada d = 2.51 A' ; d =
Kalumasa. Hasil pengujian dan k u ~ adifraksi
1.60 A"; d = 1.46 A O ; d = 2.07 A'; d = 2.94
dapat diperlihatkan pada Gambar 2,3,4, dan 5.
AD.
Gambar 2, memperlibatkan kurva difraksi
Serpentine, Mg4 A12Si3010(OH ) , bertepatan
Kamara, Gambar 3, memperlihatkan kurva
dengan puncak difraksi d= 3.56 A'.
difraksi Palaka, Gambar 4, memperlihatkan kurva
K U N difraksi
~ sinar X dapat diperlihatkan pada
difjraksi Lasitae, Gambar 5, memperlihatkan
Gambar 3.
kurva difraksi Kalumasa.
Contoh-contoh batuan dari Kamara, Lasitae.
Kalumasa, Palaka, mengandung mineral- mineral
yang dapat diperlihatkan pada kurva-kurva
difraksi dihawah ini, yaitu :
*
puncak difiaksi pada d= 4.77 A", d= 7.16 A O; Tabel 1. AnaQa ndaflur sinar X ( XRF )
d = 3.57 A'; d = 4.59 A ; d = 2.85 A'; d = batuan krom dari 1 ~mara,Palaka, Lasitae, dan
2.45 A' ; d = 2.38 A '; d = 2.07 A O ; d = 2.00 dumas;
Palaka Lasitae
- Kalumasz
A o ; d = 1 . 5 9 A ; d = 1 . 4 6 A o ;dand=1.30
0.408
A .Khromit Fe ( Cr, A1 ), 0 4, bertepatan 0.247
dengan pnncak-puncak difraksi pada d = 2.50 0.490
A'; d = 1.59 AD;d = 1.46 A'; d = 2.07 A'; d 0.487
= 1.20A0;dand=2.93Ao. 19.3
Serpentine, Mg4AI2Si3Olo(OH ) s , bertepatan 0.017
dengan puncak difiaksi d= 3.58 A'. 22.6
K w a difraksi sinar X dapat diperlihatkan pada 0.04
Gambar 5. 0.587
21.7
Hadimya mineral mineral kromit, mernpakan
10.467
mineral temperatur tinggi seperti olivin (krisotil). 22.2
Olivin mengalami alterasi oleh lamtan sisa 0.005
magma menjadi serpentin, dimana serpentin -1.80
tersebut mengalami alterasi selanjutnya menjadi
kammeririt, penninit. Dengan menggunakan standar prosentase
berat molekul terhadap mineral, maka diperoleh
jenis-jenis mineral yang membentuk batuan
dengan menggunakan data-data senyawa kimia
yang diperoleh dari Tahel 1, sambil
Ptrrmviarrli. / J ~ r r n n lRisct Geologi dan Pertantbangan Jilirl18 No.1 ( 2008) 1-12
Gambar 6. Citra SEM dari Contoh bijib Khrom Kalnmasa : (A) sayatan tegak
lurus sumbu c, memperlihatkan serpentinisasi yang sangat knat dari batnan
ultrabasa ,nampak mineral serpentine(Srp) berupa serabut-serabut halns
.
disekitar batuan ultrabasa @) sayatan sejajar sumbu c, memperlihatkan
mineral mengandung khrom (Cr) berada dibawah mineral serpentine (Srp).
Untuk mengetahui struktur mikro dari Pada contoh batuan Karnara, mineral
batuan krom, digunakan Scanning Electron khromit merupakan mineral dominan, sedang
Microscope ( SEM) dari JEOL , fenis JSM - mineral-mineral lainnya merupakan mineral yang
6390 A, buatan Jepang, hasilnya dapat kurang dominan, seperti Kammeririte,
diperlihatkan pada foto SEM pada Gambar 6. menunjukkan hahwa mineral Khromit seara
Dari Gambaran foto SEM diatas nampak stratigrafi berada dibawah mineral Kammeririte ,
bahwa batuan ultrabasa hampir seluruhnya dan berada sekeliling mineral Kammeririte dan
mangalami alterasi menjadi serpentine, dalam ha1 Serpentine.
ini masih tampak sisa-sisa mineral olivin yang Pada contoh hatuan Lasitae, mineral
mengalami penggantian (replacement) oleh khromit merupakan mineral dominan, yang
mineral serpentine. Pada sayatan sejajar sumbu diikuti oleh mineral Penninite. Pada contob
c, nampak mineral mengandung khrom berada di hatuan Kalumasa, lokasinya dekat dengan sesar
dalam serpentine, yang menunjukkan bahwa naik, dan berada dalam kawasan Lasitae, mineral
terbentuknya mineral mengandung khrom yang dominan adalah Kammeririte, diikuti oleh
hersamaan dengan terbentuknya batuan ultrabasa. mineral Khromit dan Serpentine.
Pada pemetaan unsur dengan SEM, nampak Pada contoh batuan Palaka, mineral yang
kammeririte exsolution intergrowth dengan dominan adalah Kammeririte, diikuti oleh
uvarovite Ca3 Cr2 (SiO&, dapat diperlihatkan Khromite dan Serpentine.
pada citra SEM Gambar 7. Genesa terbentuknya bijih krom dibagi
menjadi tahapan-tahapan sehagai berikut :
Pembahasan Tahapan I, yaitu pembentukkan batuan ultrabasa
yang dicirikan oleh mineral-mineral
Hasil analisa difraksi sinar X menunjukkan temperatur tinggi, yang merupakan endapan
bahwa contoh hatuan terdiri dari mineral-mineral, magmatis seperti olivin, piroksen, kromit,
Khromit, Kammeririte, Serpentinite, Penninite. Periklas, Hematit, Ilmenit.
Purawiardi. /JzmaI Rise! Geologi dun PerfambanganJilid 18 No. I (2008) 1-12
mineral-mineral Apatit, Sfalerit, Kalkopirit, erat d engan bahan galian besi dun Khromit.
dan Kammeririt. Batuan Metamorf sekis, genes, glaukofan,
Tahapan 4, yaitu proses oksidasi dan pengayaan berumur Yum, berhubungan erat dengan bahan
(supergene enrichment) dicirikan oleh galian sekis dun ntika, serta Komplek Melange
hadirnya oksida-oksida nikel, tembaga , (batuan campur aduk secara tektonik ), berumur
seng, besi, dan lain-lain. Yuru, berhubungan erat dengan bahan galian
cizerr, y a s p r , clnr~niungun.
Terbentuknya mineral Kammeririte di Bentuk bijih khromil merupakan endapan
Kalumasa dan Lasitae ada berhubungannya podiform, yang ditutupi oleh mineral serpentine
dengan aktifitas hidrotermal akibat terobosan di bagian atasnya. Dibeberapa tempat bijih
batuan Diorit, Dasit. khromit mengalami altersasi oleh aktititas
Endapan-endapan Khromit di kecamatan hidrotermal dari magma diorit menjadi mineral
Barru umumnya terdapat pada daerah-daerah Kammeririte dan uvarovite Dari hasil analisa
dekat sesar, dan di daerah perbatasan antara difraksi sinar X, Bijih Khromit dari Kamara dan
batuan ultrabasa dan batuan terobosan diorite- Lasitae didominasi oleh mineral Khromit, karena
granodiorite, maupun dasit (Sumarno, 1980) . daerah tersebut jauh dari sesar naik, dimana gaya
Tersingkapnya endapan-endapan bijih khromit grafitasi lebih berpengaruh dari pada gerak
didaerah sesar, karena pada daerah sesar tersebut horisontal yang menyebabkan sesar naik. Hal
terjadi zona penggerusan, sehingga serpentine yang sebaliknya terjadi pada bijih Khromit
terkelupas dari Khromit. Kalumasa dan Lasitae, dimana mineral
Dari Gambaran foto SEM, Olivin hampir Kammeririte lebih dominan dari pada mineral
seluruhnya mangalami alterasi menjadi Khromit. Hal ini disebabkan letak daerah tersebut
serpentine, struktur sisa Olivin akibat relalif lebih dekat dengan sesar naik, sehingga
penggantian (replacement) oleh serpentin. Pada gerak horisontal lebih dominan dari pada gaya
sayatan sejajar sumbu c, nampak mineral gravitasi, terjadi percampuran mineral khromit
khromit berada di dalam serpentine, yang dengan Kammeririte, Serpentine, dan Penninite.
menunjukkan bahwa terbentuknya kromit Diketeinukannya singkapan-singkapan
bersamaan dengan terbentuknya batuan ultrabasa. Khromit pada daerah-daerah sesar, disebabkan
Dengan melihat bentuk Serpentine dari foto karena penggerusan akibat gerak horisontal,
SEM yang memperlihatkan struktur asbestos demikian juga diketemukannya singkapan-
fiber, maka jenis Serpentine pada contoh batuan singkapan bijih Khromit pada perbatasan dengan
dari Kalumasa, adalah Clzrysotile (Kerr, 1977). batuan Diorit, disebabkan karena backing effect
terobosan Diorit.
Kesimpulan Kammeririte merupakan zona alterasi untuk
prospekting endapan-endapan Khromit. Dari
Struktur geologi Kabupaten Barru adalah hasil analisa SEM, bijih Khromit ditutupi oleh
lipatan, sesar, dan kekar. Sumbu lipatan berarah mineral Serpentine dari jenis Chrysotile.
utara-selatan dan barat laut-tenggara berupa Pada pemetaan unsur dengan SEM
antiklin dan sinklin yang tidak simetri. Satuan Kammeririte exsolution intergrowth dengan
batuan yang terlipat antara lain batuan sedimen Uvarovite, yang menunjukkan kammeririte
Pra-Tersier yang terdiri dari Formasi Mallawa, terbetuk pada temperatur rendah pada kondisi
Formasi Tonassa, Formasi Camba, dan batuan hidrotermal.
Metamorf Formasi Balangbaru. Perlipatan Genesa terbentuknya batuan krom dimulai
terbentuk oleh tekanan horisontal akibat tektonik dengan terbentuknya batuan ultrabasa yang
regional pada kala Miosen Akhir-Pliosen. bersamaan dengan terbentuknya bijih kromit,
Secara Stratigrafi dari daerah penyelidikan periklas, spinel, piroksen, hematit, ilmenit. Pada
berada pada Komplek Tektonika Bantimala, lahap selanjutnya pembentukkan mineral krisotil,
yang terdiri dari batuan Peridotit piropanit, psilomelan, pirolusit, korundum, oleh
terserpentinisasi, berumur Trias, berhubungan proses metasomatic replacement. Proses
Pumwiardi. /Ju,nuIRire~Geologi dun Pemi~nbat~gan
Jilid 18 No./ ( 20081 1-12
Daftar Pustaka
Downing., J.,H., Deeley., P., D., Fichte., R., M.,
1962, Chr-ornirrnland Clzromiun~alloys,v.A. 7.
Falah, D; 2006, Potensi dun Pertarnbangan
bahan galiarz daerah Kalnrpaten Barrn,
Pemerintah Kabupaten Barru. Dinas
Pertambangan den Energi.
Jcnkins., R.. 1986, JCPDS, Tlze Infernafionnl
Centre for Diflraction, 1601, Parklane,
Swarthmore, PA 1908 1, USA, 1986.
Kerr., P.,F., 1977, Optical Mineralogy,
Mc.Graw-Hill Publishing Company, USA,
p.463-467.
Marks., P 1961, Stratigraphic Lexicon of
Indonesia, Publikasi Keilmuan No. 31, seri
geologi, Republik Indonesia, Kementrian
Perekonomian, Pusat Jawatan Geologi.
Sukamto, RAB, 1982., Geologi Lernbar
Pangkajene dun Watanzpone, Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Geologi, Departemen dan
Energi, Bandung.
Sumamo., S.,1980, Penyelidikun Geofisika pada
Cebakan bijilz khronlit primer di Lasirue,
Ban-11.S~rlawesiselatan.