0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
172 tayangan10 halaman

3.introduction To Dynamic Routing Protocols

Dokumen ini memberikan penjelasan tentang protokol routing dinamis. Protokol routing digunakan untuk bertukar informasi routing antara router dan memilih jalur terbaik berdasarkan informasi tersebut. Ada dua jenis protokol routing yaitu Interior Gateway Protocol (IGP) yang digunakan untuk routing di dalam autonomous system dan Exterior Gateway Protocol (EGP) untuk routing antar autonomous system. Protokol routing dinamis memiliki keuntungan dapat menyesuaikan dengan perubahan topologi secara otomatis.

Diunggah oleh

Aly Anoy
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
172 tayangan10 halaman

3.introduction To Dynamic Routing Protocols

Dokumen ini memberikan penjelasan tentang protokol routing dinamis. Protokol routing digunakan untuk bertukar informasi routing antara router dan memilih jalur terbaik berdasarkan informasi tersebut. Ada dua jenis protokol routing yaitu Interior Gateway Protocol (IGP) yang digunakan untuk routing di dalam autonomous system dan Exterior Gateway Protocol (EGP) untuk routing antar autonomous system. Protokol routing dinamis memiliki keuntungan dapat menyesuaikan dengan perubahan topologi secara otomatis.

Diunggah oleh

Aly Anoy
Hak Cipta
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 10

Introduction to Dynamic Routing Protocols

3.1 Introduction and Advantages


3.1.1 Prespective and Background
The Evolution of Dynamic Routing Protocols
Protocol routing dinamis telah digunakan sejak awal tahun 1980an. Versi pertama
dari RIP dirilis pada tahun 1982, namun beberapa algoritma dasar telah digunalan
oleh ARPANET sejak awal tahun 1969.

Seiring berkembangnya dan semakin kompleksnya jaringan internet, protokol routing


baru muncul.

Salah satu protokol routing pertama yang dibuat adalah Routing Information Protocol
(RIP). RIP berevolusi menjadi RIP versi terbaru yaitu RIPv2. Namun, versi terbaru
RIP ini masih belum bias diimplementasikan ke jaringan berskala luas. Untuk
pengalamatan jaringan yang luas dibutuhkan dua buah protocol routing yang lebih
canggih, antara lain: Open Shortest Path First (OSPF) dan Intermediate System-to-
Intermediate System. Cisco mengembangkan Interior Gateway Routing Protocol
(IGRP) dan Enhanced IGRP (EIGRP), yang juga mendukung prmakain pada jaringan
yang luas.

Tambahan lain, ada kebutuhan untuk menginterkoneksikan internetwork yang


berbeda dan menyediakan routing diantaranya. Protokol Border Gateway Routing
(BGP) sekarang digunalan antar ISP dengan ISP dan dengan private client yang
memiliki jaringan luas untuk mempertukar informasi routing.

Dengan meningkatnya pemakain IPv4 maka muncullah IPv6. Oleh sebab itu, mulai
dikembangkan protokol routing yang mendukung IPv6. Untuk mendukung
komunikasi dengan menggunakan IPv6, versi terbaru dari protokol routing IP telah
dikembangkan.

The Role of Dynamic Routing Protocol


Apa sebenarnya protokol routing dinamis? Protokol routing digunakan untuk
memfasilitasi pertukaran informasi routing antara router-router. Protokol routing
memungkinkan router-router secara dinamis berbagi informasi tentang remote
network dan secara otomatis menambahkan informasi tersebut ke routing tablenya.

Protokol routing menentukan jalur terbaik ke masing-masing network berdasarkan


yang ditambahkan pada routing table. Salah satu manfaat utama penggunaan
protokol routing adalah router mempertukarkan informasi routingnya kapanpun
terjadi perubahan topologi. Pertukaran ini memungkinkan router secara otomatis
mempelajari jaringan baru dan juga menemukan jalur alternative ketika terjadi
kerusakan pada sebuah link.

1
Dibandingkan dengan routing statis, protokol routing dinamis membutuhkan
administrative overhead yang lebih kecil. Namun, membutuhkan sumber daya yang
lebih besar seperti CPU tima dan bandwidth link jaringan. Meskipun begitu, routing
statis masih tetap digunakan. Beberapa keadaan routing statis cocok digunakan dan
begitu juga dengan protokol routing dinamis. Namun lebih banyak dikombinasikan
pada pemakaian keduanya.

3.1.2 Network discovery and routing table maintenance


The Purpose of Dynamic Routing Protocols
Protokol routing merupakan sebuah set proses-proses, algoritma, dan pesan yang
digunakan untuk pertukaran informasi routing dan mempopulasikan routing table
dengan menggunakan protokol routing untuk memilih jalur yang terbaik. Adapun
kegunaan protokol routing antara lain:
 Mencari remote network
 Memelihara informasi routing yang up-to-date
 Memilih jalur terbaik ke network tujuan
 Kemampuan untuk menemukan jalur terbaru apabila jalur yang ada dalam
keadaan rusak.

Komponen protokol routing adalah:


 Struktur data  beberapa protokol routing menggunakan table dan/atau
database untuk pengoperasiannya. Informasi ini disimpan pada RAM.
 Algoritma  merupakan daftar dari langkah-langkah yang digunalan untuk
melakukan tugasnya. Protokol routing menggunakan algoritma untuk
menyediakan informasi routing dan menentukan jalur terbaik.
 Pesan protokol routing  menggunakan beberapa tipe pesan untuk
menemukan router terdekat dengannya, mempertukarkan informasi routing, dan
melakukan tugas-tugas yang lain serta memelihara informasi tentang jaringan
yang sudah ada.

Dynamic Routing Protocol Operation


Semua protokol routing mempunyai maksud yang sama – yaitu memperlajari remote
network dan dengan cepat beradaptasi apabila terdapat perubahan topologi. Metode
yang digunakan protokol routing bergantung pada algoritma dan karakteristik
operasional protokol tersebut. Operasional dari protokol routing bervariasi tergantung
pada tipe protokol routing dan protokol routing itu sendiri. Biasanya, operasional dari
protokol routing dinamis dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Router mengirim dan menerima pesan routing pada interfacenya.
 Router berbagi pesan rouing dan informasi routing dengan router lain yang
menggunakan jenis protokol routing yang sama.
 Ketika router mendeteksi perubahan topologi, protokol routing bias
memberotahukan perubahan tersebut ke router lain.

2
3.1.3 Advantages
Static Routing Usage
Protokol routing dinamis mempunyai beberapa keliebuhan dibandingkan routing
statis. Namun, routing statis masih digunakan pada jaringan sekarang ini. Faktanya,
kombinasi keduanya digunakan pada jaringan.

Static routing hasl several primary uses, including:


 Menyediakan pemeliharaan routing tabke pada jaringan yang kecil yang tidak
diharapkan berkembang secara signifikan.
 Routing ked an dari stub network
 Menggunakan sebuah rute default, yang dipakai untuk menampilkan jalur
berbagai jaringan yang tidak memiliki bit khusus yang sesuai dengan rute yang
ada pada routing table.

Static Routing Advantages and Disadvantages

Static routing advantages:


 Proses CPU yang minimum
 Lebih mudah bagi administrator untuk mengerti
 Mudah untuk dikonfigurasi

Static routing disadvantages:


 Konfigurasi dan maintenance membutuhkan waktu
 Konfigurasi menyebabkan terjadinya kemudahan kesalahan, khususnya pada
jaringan yang luas.
 Intervensi dari administrator dibutuhkan untuk maintain perubahan informasi rute.
 Tidak sesuai dengan jaringan yang akan meningkatkan skala jaringannya,
maintain menjadi tidak praktis.
 Membutuhkan pengetahuan yang lengkap untuk implementasi semua jaringan.
3
Dynamic Routing Advantages and Disadvantages
Dynamic routing advantages:
 Administrator akan bekerja lebih sedikit dalam maintaining konfiguraai ketika
menambahkan atau menghapus network.
 Protokol secara otomatis bereaksi apabila terjadi perubahan topologi.
 Lebih scalable, pertumbuhan jaringan tidak akan menimbulkan masalah.

Dynamic routing disadvantages:


 Resource dari router digunakan (CPU cycles, memori dan link bandwidth)
 Pengetahuan yang dibutuhkan oleh administrator untuk konfigurasi, verifikasi dan
troubleshooting.

3.2 Classifying Dynamic Routing Protocols


3.2.1 Overview
Dynamic Routing Protocols Classfication
Protokol routing bias dibagi ke beberapa kelompok berbeda tergantung pada
karakteristiknya. Protokol routing yang umum digunakan antara lain:
 RIP  merupakan protokol routing distance vector interior
 IGRP  merupakan protokol routing distance vector interior yang dikembangkan
oleh Cisco.
 OSPF  protokol routing link-state interior
 IS-IS  protokol routing link-state interior
 EIGRP  pengembangan dari IGRP yang dibuat oleh Cisco
 BGP  merupakan protokol routing path vector exterior

3.2.2 IGP and EGP


Autonomous system (AS) yang juga disebut routing domain merupakan beberapa
router yang berada dibawah pengelolaan administrator yang sama. Biasanya yang
menjadi contoh adalah jaringan intranet sebuah perusahaan dan jaringan ISP.
Karena internet berdasarkan konsep AS, dua tipe protokol routing dibutuhkan:
protokol routing interior dan exterior. Yang termasuk kelompok exterior dan interior
adalah:
 Interior Gateway Protocols (IGP)  digunakan untuk routing intra-autonomous
system – routing didalam autonomous system.
 Exterior Gateway Protocols (EGP)  digunakan untuk routing inter-
autonomous system – routing antar autonomous system.

Characteristics of IGP and EGP Routing Protocols


IGP digunakan untuk routing pada routing domain, Beberapa jaringan ini berada
dibawah pengontrolan sebuah organisasi atau administrator. Autonomous System
biasanya terdiri dari berbagai jaringan individu milik perusahaan, sekolah dan
organisasi lainnya. IGP digunakan untuk merutekan jaringan autonomus system, dan
juga digunakan untuk merutekan jaringan single itu sendiri. Contohnya, CENIC
mengoperasikan autonomous system yang terdiri atas sekolah-sekolah, colleges dan
universitas yang ada di California. CENIC menggunakan IGR untuk merutekan
autonomous system untuk interkoneksi semua institusi tersebut. Setiap institusi
pendidikan tersebut juga menggunakan IGP yang mereka pilih untuk merutekan

4
jaringan mereka sendiri. IGP yang digunakan oleh masing-masing institusi tersebut
menyediakan jakur terbaik untuk masing-masing routing domains, seperti halnya IGP
yang digunakan CENIC menyediakan jalur terbaik untuk autonomous system itu
sendiri. Yang termasuk kedalam IGP untuk IP antara lain: RIP, IGRP, EIGRP, OSPF,
dan IS-IS.

Protokol routing, lebih spesifik algoritma yang dipakai oleh protokol tersebut,
menggunakan matrik untuk menentukan jalur terbaik dari sebuah jaringan tujuan.
Matrik yang digunakan oleh protokol routing RIP adalah menghitung hop, yang
merupakan sejumalah router yang harus dilalui pakwet untuk sampai ke jaringan lain.
Sedangkan OSPF menggunakan bandwidth untuk menentukan jalur tersingkat untuk
sampai ke jaringan tujuan.

Disisi lain EGP, dirancang untuk pemakain antar autonomous system yang berbeda
yang berada dalam pengontrolan administrator jaringan yang berbeda pula. BGP
merupakan satu-satunya protokol routing yang diimplementasikan oleh EGP dan
digunakan pada jaringan internet. BGP mengginalan protokol path vector yang
menggunakan berbagai atribut yang beda untuk mengukur rute. Pada level ISP, ada
yang lebih penting dari pada sekedar memilih jalur tercepat. BGP biasa digunakan
antar ISP dan terkadang antara perusahaan dengan ISP.

3.2.3 Distance Vector and Link State


Interior Gateway Protocols (IGPs) bisa diklasifikasikan atas dua tipe:
a. Protokol routing distance vector
b. Protokol routing Link-state

Distance Vector Routing Protocol Operation


Distance vector berarti bahwa rute diberitahukan berdasarkan vector jarak dan arah.
Jarak adalah metric seperti jumlah hop dan arah merupakan next-hop sebuah router
atau interface keluaran dari paket pada sebuah router. Protokol distance vector
biasanya menggunakan algoritma Bellman-Ford untuk menentukan jalur terbaiknya.

Beberapa protokol distance vector mengirim secara periodic dan lengkap informasi
routing pada sebuah router yang terhubung padanya. Pada jaringan yang lebih luas
hal ini mengakibatkan beban trafik yang cukup besar terhadap link yang ada.

Meskipun algoritma Bellman-Ford menangani database untuk jaringan lain, algoritma


ini tidak memungkinkan router untuk mengetahui topologi yang sebenarnya dari
sebuah internetwork. Router hanya mengetahui informasi routing yang diterima dari
router lain yang terhubung padanya.

Protokol distance vector menggunakan router sebagai post penanda disepanjang


jalur yang dilewati paket sampai ke titik tujuan. Informasi satu-satunya yang diketahui
router tentang jaringan remote adalah arah atau metric untuk mencapai jaringan
tujuan dan jalur mana atau interface mana untuk sampai kesana. Protokol routing
distance vector tidak mengetahui peta sebenarnya dari topologi jaringan.

5
Protokol distance vector bekerja baik pada keadaan:
a. Jaringan tunggal dan datar dan tidak membutuhkan perancangan hirarki.
b. Administrator tidak membutuhkan pengetahuan lebih untuk konfigurasi dan
troubleshoot protokol link-state.
c. Jenis jaringan yang khusus, seperti hub dan jaringan spoke yang
diimplementasikan secara bersama-sama.
d. Tidak mempertimbangkan kepadatan data pada jaringan convergen

Link-state Protocol Operation


Kebalikan dari operasi protokol routing distance vector, router yang dikonfigurasi
dengan protokol routing link-state bisa membuat gambaran lengkap tentang topologi
jaringan dengan mengumpulkan informasi dari semua router lain yang terhubung.
Untuk melanjutkan analogi tentang post penanda, menggunakan protokol routing
link-state seperti memiliki peta yang lengkap dari topologi jaringan. Post penanda
tidak dibutuhkan disini, karena semua router link-state menggunakan peta jaringan
yang sama. Router link-state menggunakan informasi link-state untuk menciptakan
peta topologi dan untuk memilih jalur terbaik untuk semua jaringan tujuan pada
topologi tersebut.

Dengan beberapa protokol routing distance vector, router mengirimkan secara


periodic perubahan informasi routing yang terjadi pada router yang terhubung
dengannya. Protokol routing link-state tidak menggunakan system ini. Setelah
jaringan terpusat, link-state akan mengirimkan informasi perubahan ketika terjadi
perubahan topologi.

Protokol link-state bekerja baik pada keadaan:


a. Jaringan yang dirancang bersifat hirarki, biasanya pada jaringan yang luas
b. Administrator memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengimplementasikan
protokol routing link-state.
c. Kecepatan jaringan konvergen menjadi factor penting

3.2.4 Classful and Classless


Classful Routing Protocols

Protocol classful routing tidak mengirim informasi subnet mask pada update
routing. Protokol routing pertama seperti RIP adalah classful. Ini dikarenakan ketika
alamat jaringan dialokasikan berdasarkan kelas, yaitu class A, B atau C. Protokol
routing tidak perlu menyertakan subnetmask pada update routing karena network
mask bisa langsung dikenali berdasarkan octet pertama dari alamat jaringan
tersebut.

Protokol routing classful masih bisa digunakan pada jaringan saat ini, namun karena
tidak mengikutsertakan subnet mask maka tidak bisad diimplementasikan pada
semua keadaan. Protokol routing classful tidak bisa digunakan ketika jaringan
memakai jenis subnet mask lebih dari satu, dengan kata lain protokol routing classful
tidak mendukung VLSM.

6
Ada kelemahan lain dari protokol routing classful ini termasuk ketidakmampuan
untunk mendukung jaringan discontiguous.

Classless Routing Protocols


Protokol routing classless mengikutsertakan subnetmask dengan alamat jaringan
pada update routing.

Yang termasuk kedalam protokol routing classless adalah: RIPv2, EIGRP, OSPF, IS-
IS, BGP.

3.2.5 Convergence
What is Convergence?
Convergence situasi dimana semua routing table router-router berada dalam
keadaan yang mantap. Jaringan berada dalam keadaan convergence ketika semua
router telah selesai dan memiliki informasi yang akurat tentang jaringan yang ada.
Waktu convergence merupakan waktu yang dibutuhkan untuk router-router berbagi
informasi, menghitung jalur terbaik dan mengupdate routing tablenya. Jaringan tidak
ada beroperasi sampai keadaan jaringan convergence, biasanya kebanyakan
jaringan membutuhkan waktu convergence yang lumayan singkat.

Keadaan convergence bersifat kolabolarasi maupun individu. Router berbagi


informasi satu sama lain, namun masing-masing secara individu menghitung
pengaruh perubahan topologi pada jaringannya.

Property convergence adalah kecepatan propagasi dari informasi routing dan


penghitungan jalur yang optimal. Protokol routing dalam diurutkan berdasarkan
kecepatan convergencenya; semakin cepat, berarti semakin baik protokol tersebut.
RIP dan IGRP.

3.3 Metrics
3.3.1 Purpose of a Metric
Ada keadaan dimana protokol routing mempelajari lebih dari satu route untuk
jaringan tujuan yang sama. Untuk memilih jalur terbaik, protokol routing harus bisa
menilai dan membedakan antara beberapa jalur yang tersedia. Untuk itu
digunakanlah metric. ,metric adalah nilai yang dipakai oleh protokol routing untuk
menetapkan cost yang dibutuhkan untuk sampai ke jaringan tujuan. Metric juga
digunakan untuk menentukan jalur mana yang paling baik disaat lebih dari satu jalur
tersedia untuk sampai ke jaringan tujuan.
Masing-masing protokol routing menggunakan jenis metricnya sendiri. Contohnya,
RIP menggunakan hop count, EIGRP menggunakan kombinasi delay dan bandwidth,
dan OSPF pada Cisco diimplementasikan dengan melihat jumlah bandwidth yang
tersedia. Hop count merupakan metric yang paling mudah. Hop count merupakan
sejumlah router yang harus dilewati oleh paket untuk mencapai jaringan tujuan. Dari
gambar, jaringan 172.16.3.0 memiliki dua hop atau dua router yang harus dilalui.

7
3.4 Administrative Distance
3.4.1 Purpose of Administrative Distance
Multiple Routing Sources
Kita tahu bahwa router mempelajari jaringan yang terhubung padanya dan juga
jaringan remote menggunakan route statis ataupun protokol routing dinamis. Pada
kenyataannya, router mempelajari sebuah route tidak hanya dari satu sumber saja.
Contohnya, route statis telah dikonfigurasi untuk jaringan/subnetmask yang
samayang telah dipelajari secara dinamis oleh protokol routing dinamis dengan
menggunakan RIP. Router harus memilih route mana yang akan di install.

Note: mungkin yang menjadi pertanyaan apabila mempunyai cost yang sama.
Multiple route untuk jaringan yang sama hanya bisa di install apabila berasal dari
sumber routing yang sama. Contohnya, untuk cost route yang sama yang harus
diinstal dari route statis atau keduanya dari RIP.

Walau tidak biasa, lebih dari satu jenis protokol routing dinamis bisa digunakan untuk
jaringan yang sama. Pada saat tertentu, mungkin lebih baik merutekan jaringan yang
sama menggunakan beberapa protokol routing seperti RIP dan OSPF. Karena
protokol routing menggunakan jenis metric yang berbeda, tidak tertutup
kemungkinan untuk membandingkan kedua metric untuk menentukan jalur terbaik.

The Purpose of Administrative Distance


Administrative distance (AD) menentukan pilihan sumber routing. Masing-masing
sumber routing-termasuk protokol routing khusus, route statis, dan bahkan jaringan
yang terhubung langsung-menetapkan prioritas mulai dari yang paling sampai ke
yang sedikit pilihan dari nilau administrative distance yang ada. Cisco menggunakan
fitur AD untuk memilih jalur terbaik saat terjadi keadaan dua atau lebih sumber
routing untuk jaringan tujuan yang sama.

AD merupakan nilai interger dari 0 sampai 255. Nilai yang paling bawah adalah nilai
yang paling dipilih untuk sumber route. Nilai AD 0 adalah nilai yang paling dipilih.
Hanya jalur yang terhubung langsung yang nilai ADnya sama dengan 0, yang tidak
bisa diubah lagi.

Sangat mungkin untuk mengubah nilai AD pada static route dan protokol routing
dinamis.

Nilai AD 255 berarti bahwa router tidak mempercayai sumber tersebut mempunyai
router untuk tujuan paketnya dan tidak akan diinstal ke routing table.

Pada gambar, yang menunjukkan nilai AD adalah nilai pertama yang dalam kurung
pada routing table. R2 memiliki route ke 192.168.6.0/24 yang nilai AD nya 90.

D 192.168.6.0/24 [90/2172416] via 192.168.2.1, 00:00:24, Serial0/0/0

8
R2 menjalankan dua buah protokol routing yaitu RIP dan EIGRP. R2 telah
mempelajari 192.168.6.0/24 dari R1 melalui update EIGRP dan dari R3 melalui
update RIP. RIP memiliki nilai AD120, namun EIGRP memili nilai AD yang lebih
rendah, yaitu 90. Jadi R2 menambahkan route yang dipelajari melalui EIGRP ke
routing tablenya dan mengirim paketnya melalui jaringan 192.168.6.0/24 melalui
router R1.

Apa yang terjadi apa bila jalur ke R1 tidak tersedia? R2 tidak akan merutekan
paketnya melalui jaringan 192.168.6.0. Sebenarnya, R2 masil memiliki informasi rute
RIP dari 192.168.6.0 yang tersimpan pada database RIP. Ini dapat diverifikasi
menggunakan perintah show ip rip database. Perintah ini akan menampilkan semua
rute RIP yang dipelajari oleh R2, walaupun rute RIP diinstal atau tidak pada routing
table.

Telah diketahui bahwa untuk melihat nilai AD menggunakan perintah show ip route.

Nilai AD juga bisa diketahui melalui perintah show ip protokol. Perintah ini
menampilkan semua hal yang berhubungan dengan protokol routing table yang
beroperasi pada router tersebut. R2 memiliki dua protokol routing table dan nilai AD
juga disebut jarak atau distance.

Masing-masing protkol routing memiliki nilai ADnya sendiri-sendiri. Dari table berikut
dapat dilihat;

3.4.3 Static Routes


Static route dikonfigurasi secara manual oleh administrator jaringan untuk
menentukan jalur terbaik untuk sampai ke jaringan tujuan. Untuk alasan ini, static
route bernilai AD sama dengan 1. Ini berarti bahwa setelah jaringan terhubung
langsung, yang bernilai AD 0, static route menjadi pilihan kedua untuk sumber route
sebuah router.

Ada keadaan dimana seorang administrator akan mengkonfigurasi rute statis pada
jaringan tujuan sama yang bisa dipelajari menggunakan protokol routing dinamis,
tapi menggunakan jalur yang berbeda. Rute statis akan dikonfigurasi dengan nilai AD
lebih besar dari pada protokol routing. Jika ada link yang rusak pada jalur yang
menggunakan protokol routing dinamis, rute yang dimasukkan dengan
menggunakan protokol routing akan dihapus dari routing table. Rute statis menjadi
satu-satunya sumber rute dan akan dtambahkan ke routing table. Ini dikenal dengan
floating static route.

Static route menggunakan alamat IP next-hop atau interface keluaran yang memiliki
nilai AD secara default bernilai 1. Namun nilai AD tidak ditampilkan dalam perintah
show ip route ketika mengkonfigurasi static route dengan interface keluaran khusus.
Ketika static route dikonfigurasi dengan interface keluaran, output yang akan
ditampilkan jaringan yang terhubung langsung menggunakan interface tersebut.

Static route ke 172.16.3.0 disebut dengan directly connected. Namun, tidak ada
informasi tentang nilai AD. Merupakan kesalahan konsep yang umum terjadi bahwa

9
mengasumsikan nilai AD untuk rute ini adalah 0 karena ini jaringan yang terhubung
langsung. Namun, asumsi ini adalah salah. Nilai default AD untuk static route adalah
1. Ingat, hanya jaringan terhubung langsung saja yang memiliki nilai AD sama
dengan 0.

3.4.4 Directly Connected Networks


Jaringan terhubung langsung akan tampilkan pada routing table saat setelah alamat
IP dikonfigurasi pada interface dan interface telah bisa beroperasi dengan baik. Nilai
AD untuk jaringan terhubung langsung adalah 0, ini berarti bahwa jalur paling dipilih
sebagai sumber routing table. Tidak jalur terbaik dari pada jalur ini yang dimiliki oleh
sebuah router. Untuk alasan ini, nilai AD untuk jaringan terhubung langsung tidak
bisa diubah dan tidak sumber rute lain yang memiliki nilai AD sama dengan 0.

Output dari perintah show ip route adalah jaringan yang terhubung langsung tanpa
nilai AD. Output ini sama dengan rute statis. Yang membedakan hanya huruf C pada
awal entry, yang mengindikasikan bahwa jaringan ini terhubung langsung.

Untuk melihat nilai AD pada jaringan terhubung langsung, gunakan route option.
Yaitu dengan mengetikkan perintah show ip route 172.16.1.0.

3.5 Routing Protocols and Subnetting Activities


3.5.1 Identifying Elements of the Routing Table
Latihan

10

Anda mungkin juga menyukai