Pengertian MMP
Pengertian MMP
Pengertian MMP
A. Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai
dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas
awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak
memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa disebut permulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di
TK (bagi anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak
yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.
Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu
adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi
landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat
mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.
Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang
huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi
lambang tersebut. Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan
menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang
dimaksud dengan melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya,
yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna
disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan
melek wacana inilah kemudian anak dipajankan dengan berbagai informasi dan
pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan
membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-
lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu
menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan
anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke
dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
B. Strategi Pembelajaran MMP
1. Metode Pembelajaran MMP .
Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenlkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai
contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce],
[de], [ef], dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan,
seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
Meskipun anak sudah mengenal dan hapal abjad dengan baik, namun dia
tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang berupa
suku kata atau pun kata. Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan
mengalami kesukaran dalam memahami sitem pelafalan bunyi /b/ dan /a/ menjadi
[ba], bukan [bea]. Bukankah huruf /b/ dilafalkan [be] dan huruf /a/ dilafalkan [a].
Mengapa kelompok huruf /ba/ dilafalkan [ba], bukan [bea], seperti tampak pada
pelafalan awalnya? Hal ini, tentu akan membingungkan anak. Penanaman konsep
hafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari
konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala menghadapi
bentukan bentukan baru, seperti bentuk kata tadi. Di samping hal tersebut, hal lain
yang dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam
pelafalan diftong dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/, /kh/, /ai/, /au/, /oi/, dan
sebagainya. Sebagai contoh, kita ambil fonem /ng/. Anak-anak mengenal huruf
tersebut sebagai [en] dan [ge].
Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar dan
proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode Eja/Abjad di atas.
Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaannya terletak hanya pada
cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).
Contoh:
Huruf /b/ dilafalkan [eb]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
Dengan demikian. kata nani dieja menjadi: /en-a/ -[na] dan /en-i/- [ni] dibaca
[na-ni]
Metode Suku Kata/Metode Silaba
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan
seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.
Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku
kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP.