Chapter I
Chapter I
Chapter I
PENDAHULUAN
dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan
pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang berlimpah
dapat menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit yang berujung pada
penuaan dini (Premature Aging). Oleh karena itu, sediaan anti-aging dianggap
penting untuk perawatan kulit (Vinski, 2012).
Pada dasarnya, sumber sumber nabati yang ada di lingkungan kita selain
mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri, juga
memiliki manfaat bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat obatan
dan kosmetik. Oleh karena itu bahan alamiah sangat cocok dalam pengolahan
bahan baku kosmetik, bahan alamiah ini mengandung bahan yang dapat
melindungi kulit. Seperti bengkoang, alpukat, dan mentimun telah banyak
digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan untuk masker, pelembab,
body lotion, dan sebagainya (Jaelani, 2009).
Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh
fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat
dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Salah satu yang sangat populer sediaan masker wajah adalah tipe wash-off dengan
basis clay, yang sering disebut dengan clay facial masks atau dengan nama di
pasaran adalah sediaan mud packs (Gaffney, 1992).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang efek anti-aging dari minyak biji anggur dalam formulasi sediaan
masker wajah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Vitales
Family
: Vitaceae
Genus
: Vitis
Spesies
2.2 Kulit
Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai jenis
rangsangan dari luar tubuh dan kerusakan serta menjaga kelembapan permukaan
2
tubuh. Luas permukaan kulit orang dewasa rata rata 1,6 m . Ketebalan kulit
bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan lokasi kulit. Umumnya, kulit
pada pria lebih tebal daripada wanita, namun wanita memiliki lapisan lemak
subkutan lebih tebal. Secara umum, kulit kelopak mata lebih tipis dan kulit telapak
kaki yang paling tebal (Mitsui, 1997).
Kulit terluar dibagi menjadi tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis,
dan jaringan subkutan dan dilengkapi dengan rambut kuku dan kelenjar seperti
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea (Mitsui, 1997).
Kulit merupakan suatu paradoks fisiologis. Di satu sisi, kulit ingin
melindungi tubuh dari bahaya lingkungan sekitar, namun di sisi lain kulit ingin
merekam segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Perekaman penuh
berarti minimnya proteksi. Kulit mencari keseimbangan antara keduanya (Latifah
dan Tranggono, 2007).
2.2.1 Fungsi biologis kulit
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang memiliki fungsi biologis
antara lain :
a. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
Fungsi lain
Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan
Stratum granulosum
Berada di bawah stratum korneum dan mempunyai fungsi penting
yaitu menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Stratum
granulosum mengandung sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti
diantaranya.
Stratum spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal. Sel
diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk
keratin.
10
11
12
dan
peningkatan
melanosit.
Efek
jangka
panjangnya
dapat
menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari kerusakankerusakan yang telah terakumulasi (Parrish, 1983).
13
2.3.4
penyakit kulit. Kerusakan struktur kulit diakibatkan oleh sinar ultraviolet pada
panjang gelombang 280 400 nm. Panjang gelombang yang lebih kecil ditahan
oleh atmosfir. Efek sinar matahari secara akut dapat menyebabkan eritema.
Eritema dapat terjadi tergantung dari panjang gelombang, jenis kulit, dan jumlah
paparan cahaya sebelumnya. Kedalaman penetrasi dari ultraviolet tergantung dari
panjang gelombang (Sterry, dkk., 2006).
14
Limitation
dengan
intrinsik
faktor.
Photoaging
dapat
menyebabkan
hiperpigmentasi, kerutan yang sangat dalam, menyebabkan kulit kasar dan kering,
dan dapat menyebabkan kanker (Taylor, 2005).
15
2.4 Anti-aging
Peremajaan kulit adalah salah satu upaya untuk membuat kulit tampak sehat
dan muda kembali. Indikasi utama peremajaan kulit adalah premature photoaging
akibat paparan sinar ultraviolet yang berlebihan (Jusuf, 2005).
Cara cara peremajaan kulit antara lain :
-
Dermabrasi
Skin filler
Toksin botolinium
Laser resurfacing
terjadi. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
seperti timbulnya kerutan, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap
(Sulastomo, 2013).
2.4.1 Antioksidan untuk kulit
Kulit manusia sebagai organ batas antara lingkungan dan organisme terus menerus kontak dengan radiasi matahari dan zat lingkungan yang dapat
menghasilkan radikal bebas dikulit. Radikal bebas adalah senyawa memiliki
aktivitas oksidatif yang kuat, dan dapat berinteraksi dengan lingkungan dan
mengoksidasi DNA, lapisan lipid, dan protein dari sel sel hidup. Sebagai
16
Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan untuk melindungi kerusakan
membran biologis akibat radikal bebas. Bentuk vitamin E yang dijumpai pada
kosmetik adalah jenis tokoferol dan tokotrienol (Ditjen POM, 1979).
Vitamin E dapat dihasilkan secara alami. Secara alami vitamin E
didapatkan dari ekstraksi atau destilasi pemanasan dari minyak tumbuhan seperti
jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan gandum. (Rowe, 2009)
Secara topikal vitamin E berperan besar dalam melindungi kulit dari
berbagai kerusakan akibat radikal bebas. Vitamin E adalah adalah yang paling
penting bagi kulit karena ada pada kulit, vitamin E diproduksi oleh kelenjar
sebaseus pada kulit manusia yaitu alpha- dan gamma-tokoferol. Tokoferol ini
merupakan bagian dari mantel pelindung alami terhadap kerusakan kulit yang
diakibatkan oleh lingkungan. Tokoferol tersebut dihasilkan oleh kelenjar sebaseus
menuju ke permukaan kulit melalui sebum. Kerusakan kulit terjadi ketika
produksi dan jumlah vitamin E tidak mampu melawan keadaan lingkungan dan
melawan radikal bebas (Graf, 2005).
17
2.5
Masker Wajah
Perawatan kulit dibagi menjadi perawatan dari dalam dan dari luar.
Perawatan dari dalam meliputi pengonsumsian jamu dan ramuan tradisional serta
perawatan dari luar meliputi facial, body scrubbing, skin moisturizing, body
massage, spa dan lulur (Noormindhawati, 2013). Masker wajah berbahan dasar
clay memiliki efek untuk mengencangkan kulit dan membersihkan kulit (Zague,
dkk., 2006)
18
19
2.6
Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
2. Evenness (kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit
yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
3. Pore (pori)
Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat
melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada
pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit.
Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada
layar komputer.
4. Spot (noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan
tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
2.6.2
Parameter pengukuran
Parameter pengukuran merupakan suatu pembagian nilai yang dapat
21
PARAMETER
Moisture
(Kadar Air )
Dehidrasi
0-29 %
Normal
30-50 %
Hidrasi
51-100 %
Evenness
(Kehalusan)
Halus
0-31
Normal
32-51
Kasar
52-100
Pore
(Pori)
Kecil
0-19
Beberapa Besar
20-39
Besar
40-100
Spot
(Noda)
Sedikit
0 - 19
Beberapa Noda
20 -52
Banyak Noda
53 100
2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat Gelas, Moisture
Checker (Aramo-SG), Neraca Analitik (Dickson), Penangas Air, pH meter (Hanna
Instrument), dan Skin analyzer (Aramo-SG).
3.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Air Suling
(Aquadest), Bentonite, Gliserin, Kaolin, Larutan Dapar pH Asam (4,01), Larutan
Dapar pH Netral (7,01), Minyak Biji Anggur (Grapeseed Oil), Natrium
Metabisulfit, Nipagin, Sodium Lauril Sulfat, Titanium Dioxida, dan Xantan Gum.
23
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Fakultas
Farmasi USU yang telah dianalisa kulitnya mengalami tanda tanda penuaan dini
(Premature Aging).
Syarat Syarat yang digunakan :
a. Wanita berbadan sehat
b. Usia antara 20 25
c. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
d. Tidak menggunakan bahan kosmetika lain didaerah punggung tangan yang
ditandai
d. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dimulai dengan menentukan formula dasar dengan bentuk
pasta yaitu clay facial mask. Kemudian diorientasi agar didapatkan formula yang
stabil. Setelah didapatkan formula orientasi maka diuji stabilitas sediaan, waktu
kering pada kulit, dan homogenitas. Kemudian diuji efektivitas anti-aging dan
dianalisa data yang didapatkan untuk melihat perubahan yang didapatkan.
3.4.1 Formulasi sediaan masker
Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian
diorientasikan. Hasil dari orientasi dikembangkan kembali menjadi satu formula
baru yang memiliki stabilitas baik ketika ditambahkan minyak biji angguryang
dinamakan dengan formula orientasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.4.1.1
dan formula orientasi dapat dilihat pada 3.4.1.2
24
Bentonite
1 to 8%
Xantan Gum
0,1 to 1,0%
Kaolin
5 to 40%
Gliserin
2 to 10%
2 to 20%
TiO2
< 1%
Nipagin
< 1%
Parfum
q.s
Aquadest
ad
100%
Bentonite
1%
Xantan Gum
0,8%
Kaolin
34%
Gliserin
2%
2%
TiO2
0,5%
Nipagin
0,1%
Na. Metabisulfit
0,2%
Aquadest
ad
100%
25
8%. Formula dasar masker yang tidak mengandung minyak biji Anggur digunakan
sebagai Blanko. Formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi formula 4%, formula 6%, dan formula 8%
Bahan
Blanko
Konsentrasi ( gram )
Formula 4%
Formula 6%
Formula 8%
Minyak Biji
Anggur
Bahan dasar
100
96
94
92
Pengujian homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM,1979).
26
Biasanya masalah yang sering dijumpai pada sediaan pasta masker wajah
adalah pemisahan atau tidak homogen antara fase cairan dengan padatan, dan juga
antara padatan dengan padatan lainnya. Sediaan masker wajah berbentuk pasta
(clay) lebih stabil dibandingkan dengan sediaan gum ( Zague, dkk., 2006).
-
pot plastik. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan
dalam pot plastik dan dilanjutkan setiap minggu selama dua belas minggu
penyimpanan. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan
perubahan bau, warna dan bentuk (konsistensi) selama dua belas minggu pada
kondisi suhu kamar.
-
Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan larutan dapar netral (pH 7,01) dan
larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut,
Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).
Dilakukan pengukuran pH dengan tiga kali pengulangan pada waktu yang
ditentukan selama dua belas minggu pada suhu kamar.
27
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
DAFTAR PUSTAKA
Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di Sini.
Jogjakarta: Javalitera. Halaman 13 - 17, 89, 95 - 96, 143 - 144, 171.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Halaman 1 - 10.
Bogandenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian
Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Halaman 15, 17, 19, 25 - 27, 43.
Ditjen
Edisi
Ketiga.
Jakarta:
Ditjen
Jakarta:
Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo. Halaman 60.
S
e
t
i
a
d
i
.
(
2
0
0
7
)
.
B
e
r
t
a
n
a
m
A
n
g
g
u
r
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
b
a
r
S
w
a
d
a
y
a
.
H
a
l
a
m
a
n
3
,
4
4
S
u
l
a
s
t
o
m
o
,
E
.
(
2
0
1
3
)
.
K
u
l
i
t
C
a
n
t
i
k
d
a
n
S
e
h
a
t
.
J
a
k
a
r
t
a
:
K
o
m
p
a
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1
7
7
Suryobu
w
o
n
o
,
A
.,
R
e
n
i
.,
A
i
n
i
,
S
.,
d
a
n
U
c
i
,
S
.
(
2
0
0
5
)
.
B
u
a
h
S
e
g
a
l
a
M
u
s
i
m
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
T
G
r
a
m
e
d
i
a
P
u
s
t
a
k
a
U
t
a
m
a
.
H
a
l
a
m
a
n
2
0
Tranggo
n
o
,
R
.
I
.
,
d
a
n
L
a
t
i
f
a
h
,
F
.
(
2
0
0
7
)
.
B
u
k
u
P
e
g
a
n
g
a
n
I
l
m
u
P
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n
K
o
s
m
e
t
i
k
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
P
T
G
r
a
m
e
d
i
a
P
u
s
t
a
k
a
U
t
a
m
a
.
H
a
l
.
1
1
,
1
2
7
.
Wasitaat
m
a
d
j
a
,
S
.
M
.
(
1
9
9
7
)
.
P
e
n
u
n
t
u
n
I
l
m
u
K
o
s
m
e
t
i
k
M
e
d
i
k
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
U
I
P
r
e
s
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1
1
9
1
2
0
Wiraku
s
u
m
a
h
.
(
2
0
0
8
)
.
C
a
n
t
i
k
d
a
n
A
w
e
t
M
u
d
a
d
e
n
g
a
n
B
u
a
h
,
S
a
y
u
r
,
d
a
n
H
e
r
b
a
l
.
J
a
k
a
r
t
a
:
P
e
n
e
r
b
i
t
P
e
n
e
b
a
r
P
l
u
s
.
H
a
l
a
m
a
n
1
2
1
3
,
5
5
.