Makalah Infeksi Saluran Kemih

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para dosen pembimbing.
Karena dengan ilmu yang telah mereka berikan, kami mampu menyusun laporan
ini dengan baik. Juga kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Kami berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan laporan ini menjadi
singkat dan mudah dipahami . Namun sebagai manusia, kami tidak luput dari
kesalahan. Maka kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan guna
penyusunan makalah yang lebih baik dikemudian hari nanti.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan khususnya
bagi penyusun sendiri yang masih dalam tahap belajar. Akhir kata, kami mohon
maaf atas segala kekurangan.

Medan, 4 Januari 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh


dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah
infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada
wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. 1 Infeksi saluran
kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%. 2
Data penelitian epidemiologi juga melaporkan hampir 25-35 % semua perempuan
dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya, seperti yang kami diagnosis
terjadi pada pasien yang akan dibahas pada makalah ini.
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh
mikroorganisme pada system perkemihan. Infeksi traktus urinarius merupakan
masalah yang sangat banyak dijumpai dalam praktek klinis. Infeksi saluran kemih
dapat dibagi menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis,
uretritis, prostatitis) menurut saluran yang terkena. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu
sendiri akibat proliferasi suatu organisme.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) tipe sederhana (uncomplicated type) jarang
dilaporkan meyebabkan insufisiensi ginjal kronik walaupun sering mengalami
ISK berulang. Sebaliknya ISK berkomplikasi (complicated type) terutama terkait
refleks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
yang berakhir dengan gagal ginjal terminal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI TRAKTUS URINARIUS

1. Traktus Urinarius Bagian Atas


Ginjal dapat dibagi menjadi dua bagian, parenkim ginjal (yang
mensekresi, mengkonsentrasi dan mengekskresikan urin) serta sistim
pengumpul (collecting system) yang berfungsi mengalirkan urin ke calyces
ginjal yang berjumlah banyak menuju pelvis ginjal. Pelvis ginjal kemudian
akan menyempit (dikenal juga sebagai paut ureteropelvic) menjadi ureter.
Ureter mempunyai panjang kurang lebih 30 cm pada orang dewasa.
Mempunyai tiga area fisiologis yang menyempit (paut ureteropelvic, bagian
ureter yang dilalui arteri iliaka dan paut ureterovesical) yang sering
berhubungan dengan kondisi obstruksi oleh batu.

Paut ureterovesikal merupakan tempat perhubungan orificium ureter


kedalam kandunG kemih yang ditandai oleh kondensasi jaringan yang disebut
dengan Waldeyers sheath sebagai pengikat ureter ke dinding kandung kemih.
Fungsi paut ini adalah mengalirkan urin ke dalam kandung kemih dan
mencegah aliran balik ke dalam ureter.
Hal ini dapat dilakukan karena ureter berjalan secara oblik transversal
diantara lapisan otot dan submukosa kandung kemih sepanjang 1-2 cm
sebelum masuk kandung kemih Setiap peningkatan tekanan intravesikal secara
simultan akan menekan ureter submukosa dan secara efektif pula akan
membentuk katup satu arah. Adanya otot ureter di segmen submukosa juga
penting dalam mencegah timbulnya arus balik
2. Traktus Urinarius Bagian Bawah
Kandung kemih merupakan suatu kantung muskulomembranosa tempat
penampungan urin yang terbentuk dari empat lapisan; serosa, muskuler,
submukosa dan mukosa. Secara anatomis kandung kemih terbagi menjadi dua
bagian besar yaitu detrusor (dasar kandung kemih) dan trigonum (badan
kandung kemih).
Pada wanita, panjang uretra kurang lebih 4 cm. Terdiri dari tiga lapisan;
mukosa, submukosa dan lapisan otot. Lapisan otot terdiri dari dua lapisan otot
polos yang berjalan longitudinal pada bagian dalam yang merupakan
sambungan dari otot kandung kemih dan membentuk sfingter uretra
involunter. Di luar lapisan ini terdapat lapisan otot lurik (volunter) yang
berjalan secara sirkuler pada 1/3 tengah uretra.
Pada pria, penis terbentuk dari dua corpora cavernosa yang mengandung
jaringan spongy erectile, dan sebuah corpora spongiosum yang mengelilingi
uretra. Uretra pria, dengan panjang total kurang lebih 20 cm, terbagi menjadi
tiga bagian yang diawali oleh bagian posterior atau uretra prostatik
(memanjang dari leher kandung kemih hingga diafragma urogenital), uretra
anterior atau spongy portions (memanjang hingga meatus) dan uretra
membranosa (menghubungkan uretra anterior dan posterior)

PENGERTIAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu tanda umum yang ditunjukkan
pada manifestasi bakteri pada saluran kemih Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan
normal tidak mengandung bakteri, virus/ mikroorganisme lain. ISK bagian atas
terjadi pada uretra atau ginjal, sedangkan ISK bagian bawah terjadi pada uretra
dan kandung kemih. Infeksi dapat berasal dari mana saja dari saluran perkemihan
dan menyebar ke area lain. ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal
ginjal. Ada tiga sumber utama masuknya bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Sumber paling banyak adalah melalui meatus, mengakibatkan infeksi asenden.
Infeksi desenden berasal dari darah dan limfe dan sering mengakibatkan
pielonefritis-infeksi pada gagal ginjal.
ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra
wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung
kemih. Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit
lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada kelamin juga dapat
menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.

KLASIFIKASI
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)

Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dipandang dari segi penatalaksanaan:


1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomik maupun fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung
kemih, Penyebab kuman tersering (90%) adalah E.Coli
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

ETIOLOGI
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated


c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal


Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada
beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga

mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendun

gan

total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan


intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

Nyeri yang sering dan rasa panas saat berkemih

Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

Hematuria

Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

Demam

Menggigil

Nyeri panggul dan pinggang

Nyeri ketika berkemih

Malaise

Pusing

Mual dan muntah

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya


ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air


kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis

Mikroskopis

Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik


4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):


Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

Tes-tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi
juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

PENATALAKSANAAN
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian
terapi, namun bila sudah terjadi keluhan harus segera dapat diberikan antibiotika.
Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan test kepekaan
antibiotika. Tujuan pengobatan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia, mencegah dan mengurangi risiko
kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan
yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Banyak obat-obat
antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke dalam urin.
Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk mendapatkan
efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri di dalam
urin. Indikasi yang paling penting dalam pengobatan dan pemilihan antibiotik
yang tepat adalah mengetahui jenis bakteri apa yang menyebabkan ISK. Biasanya
yang paling sering menyebabkan ISK adalah bakteri gram negatif Escherichia
coli. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang pada ISK untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK
sehingga mampu menganalisa penggunaan obat serta memilih obat yang tepat.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain :

pengobatan dosis tunggal


pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

10

pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)


pengobatan profilaksis dosis rendah
pengobatan supresif
Berikut obat yang tepat untuk ISK :

Sulfonamide :
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram
negatif. Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya
diberikan per oral, dapat dikombinasi dengan Trimethoprim, metabolisme terjadi
di hati dan di ekskresi di ginjal. Sulfonamide digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih dan bisa terjadi resisten karena hasil mutasi yang menyebabkan
produksi PABA berlebihan.
Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat
enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam
bentuk aktif dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi
dengan baik dari usus dan ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram
negatif kecuali Pseudomonas spp. Biasanya untuk pengobatan utama infeksi
saluran kemih.
Trimethoprim + Sulfamethoxazole (TMP-SMX):
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat,
mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati
infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan
oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Efek samping : pada
pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan demam, kemerahan,
leukopenia dan diare.
Fluoroquinolones :
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan
menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan
DNA gyrase mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam
transkripsi dan replikasi normal. Efek samping yang paling menonjol adalah

11

mual, muntah dan diare. Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang
tumbuh dan sebaiknya tidak diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
Nitrofurantoin :

12

Bersifat bakteriostatik dan bakterisid untuk banyak bakteri gram positif


dan gram negatif. Nitrofurantoin diabsorpsi dengan baik setelah ditelan tetapi
dengan cepat di metabolisasi dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak
memungkinkan kerja antibakteri sistemik.

DAFTAR

PUSTAKA
1. Coyle & Prince, 2005, Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th , Apleton & Lange,
Stamford.
2. Junizaf, H. Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994.
3. Naber KG, Carson C. Role of fluoroquinolones in the treatment of serious
bacterial urinary tract infections; 64 (12): 1359-73; 2004.
4. Purnomo BB. Dasar dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: CV. Agung Seto;
2008.
5. Price, Sylvia Andrson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC; 1995.
6. Smyth EG, OConnel N. Complicated urinary tract infection. Drugs &
Therapy Perspectives; 11(1): 63-6; 1998.
7. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI; 2001.
8. MayoClinic Staff. Kidney Infection. Symptoms. August 9,2007. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/kidneyinfection/DS00593/DSECTION=symptoms. Accessed on June 25, 2009.
9. Kidney Infection. June 24, 2009. Available at
http://www.emedicinehealth.com/kidney_infection/article_em.htm.
Accessed on June 25,2009.
10. Vorvick L. Pyelonephritis. September 18, 2008. Available at
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000522.htm.
Accessed on June 25, 2009.

13

Anda mungkin juga menyukai