Dirtarunas KEDUNGSEPUR

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

NASIONAL SEBAGAI ACUAN PENATAAN


RUANG
KAWASAN TERTENTU KEDUNGSEPUR

Oleh:
Direktur Jenderal Penataan Ruang

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

SISTEM PERENCANAAN TATA RUANG


Kerangka Pengembangan Strategis

Operasionalisasi/tingkat
kedalaman

Hirarki
Sistem Perencanaan Tata
Ruang Nasional

Sistem Perencanaan Tata


Ruang Provinsi

Sistem Perencanaan Tata


Ruang Kab/Kota

Rencana
Umum TR

RTRWN

RTRWP

Rencana
Operasional

RTR Pulau, Kawasan


Tertentu Nasional,

RTR Kawasan
Tertentu Prov

RDTR Kab/Kota

Rencana
OperasionalT
eknis

RTR Kawasan
(Nasional)

RTR Kawasan
(skala Provinsi)

RTR

RTRWK

TANTANGAN

(1)

1. Memiliki 5 Pulau Besar, Gugus Pulau Samodra, Gugus Pulau


Pantai yang keseluruhannya berjumlah lebih dari 17000, dan
adanya pegunungan tinggi serta dilalui jalur patahan dan sesar;
2. Tingginya jumlah penduduk miskin (lebih dari 48 juta jiwa atau
lebih kurang 23% terutama di daerah tertinggal dan perkotaan);
3. Lebarnya kesenjangan tingkat pembangunan antar wilayah secara
nasional (sudah berkembang: Sumatra, Jawa, Bali ; berkembang:
Kalimantan, Sulawesi, NTB; perkembagan baru: Maluku, NTT,
Papua);
4. Kesenjangan tingkat pembangunan antar bagian wilayah Pulau
Besar dan antar kota dan desa;
5. Angkutan pelayaran internasional dominan oleh kapal asing
(>96%);

TANTANGAN

(2)

6.

Angkutan laut belum didukung oleh infrastruktur yang mantap


(pelabuhan, galangan kapal dll);

7.

Sistem perdagangan ekspor-impor melalui pelabuhan laut terjadi di


wilayah Sudah Berkembang (Thn 2001, hampir 40% total volume atau
US$ 42,5 billion atau 65,2% dilakukan dari Tanjung Priok, Tanjung Perak
dan Tanjung Emas);

8.

Interaksi perdagangan dalam negeri melalui pelabuhan laut banyak


terjadi di pelabuhan besar di wilayah Sudah Berkembang (>90%) menuju
ke dan berasal dari Medan, Palembang, Jakarta, Cirebon, Surabaya,
Makasar dan Semarang);

9.

Belum dimanfaatkannya secara penuh peluang pasar Asia Pasifik (70%


pasar dunia) dan pemanfaatan 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI);

10. Memiliki Pusat Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Internasional (PKN)


dan memiliki Infrastruktur lainnya meliputi jalan lintas, listrik (SUTET)
yang dominan di koridor utara Jawa, koridor pantai timur Sumatra, pada
wilayah-wilayah pulau yang mengubungkan antar PKN tersebut

upaya terpadu menghadapi tantangan

MERUMUSKAN DAN MELAKSANAKAN

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS


(STRATEGIC DEVELOPMENT FRAMEWORK)

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS


BERORIENTASI EKONOMI (INVESTASI)
Teluk Benggala, Mediteran,
Samudera Hindia (Timur
Tengah, Eropa)

Laut Cina Selatan (Jepang,


Korea, Filipina)

Laut Cina Selatan


(Hongkong, Cina, Taiwan)

Samudera Pasifik (Jepang,


Korea, Amerika, Kanada)

Banda Aceh

BANDAR SRI BEGAWAN

KUALA LUMPUR

Medan
SINGAPORE
Pekanbaru

Batam

Pontianak

Jambi
Padang

Bontang

Entikong

Pangkal Pinang

Samudera Hindia
(Afrika, Australia)

Ternate
Sorong
Biak

Balikpapan
Jayapura

Mamuju
Kendari

Lampung
JAKARTA

Ambon

Makasar
Semarang

Serang

Manado

Palu

Pangkalan Bun
Banjarmasin

Bengkulu

Gorontalo

Samarinda

Palangkaraya
Palembang

Samudera Pasifik (Amerika,


Kanada, Amerika Latin)

Bandung
Yogyakarta

Surabaya
Malang
Denpasar

DILLI

Merauke

Mataram

Pulau Besar

Kupang

Gugus Pulau Samudra

Samudera Hindia (Australia,


Selandia Baru)

Gugus Pulau Pantai

Poros Pengembangan Startegis Global/Nasional

Jalur Patahan dan Sesar

Alur Pelayaran Internasional

Pegunungan Tinggi

Poros Pengembangan Strategis Sub Regional

Batas Teritorial

Kota PKN

Kawan, Kapet, Kesr

Poros Pengembangan Strategis Nasional

Batas ZEE

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS


PEMANTAPAN TERITORIAL NKRI
Teluk Benggala, Mediteran,
Samudera Hindia (Timur
Tengah, Eropa)

Laut Cina Selatan (Jepang,


Korea, Filipina)

Laut Cina Selatan


(Hongkong, Cina, Taiwan)

Samudera Pasifik (Jepang,


Korea, Amerika, Kanada)

Banda Aceh

BANDAR SRI BEGAWAN

KUALA LUMPUR

Medan
SINGAPORE
Pekanbaru

Batam

Pontianak

Jambi
Padang

Bontang

Entikong

Pangkal Pinang

Manado

Ternate
Sorong
Biak

Palu
Balikpapan

Palembang

Jayapura

Mamuju

Pangkalan Bun
Banjarmasin

Bengkulu

Kendari

Lampung
JAKARTA

Samudera Hindia
(Afrika, Australia)

Gorontalo

Samarinda

Palangkaraya

Ambon

Makasar
Semarang

Serang

Samudera Pasifik (Amerika,


Kanada, Amerika Latin)

Bandung
Yogyakarta

Surabaya
Malang
Denpasar

DILLI
Mataram
Kupang

Pulau Besar
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai
Pegunungan Tinggi

Samudera Hindia (Australia,


Selandia Baru)

Kota PKN

Jalur Patahan dan Sesar

Poros Pengembangan Strategis Sub Regional

Batas Teritorial

Alur Pelayaran Internasional

Batas ZEE

Merauke

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS


BERORIENTASI KESEIMBANGAN ANTAR WILAYAH

Banda Aceh

BANDAR SRI BEGAWAN

KUALA LUMPUR

Medan
SINGAPORE
Pekanbaru

Batam

Pontianak

Jambi
Padang

Bontang

Entikong

Pangkal Pinang

Sorong
Biak

Balikpapan
Jayapura

Mamuju
Kendari

Lampung
JAKARTA

Ambon

Makasar
Semarang

Serang

Ternate

Palu

Pangkalan Bun
Banjarmasin

Bengkulu

Manado

Samarinda

Palangkaraya
Palembang

Gorontalo

Bandung
Yogyakarta

Surabaya
Malang
Denpasar

DILLI
Mataram
Kupang

Kota PKN
Kawasan Tertentu
Kawasan Tertinggal

Lintas Barat Sumatra, Lintas Selatan Jawa,


Lintas Tengah Kalimantan, Lintas Papua dan Sulawesi

Jalur Patahan dan Sesar

Orientasi Pengembangan Daerah Tertinggal

Batas ZEE

Batas Teritorial

Merauke

Estimasi % dari Penduduk Urban


1950-2030
Asia
Latin America
North America
Europe
2030
2000
1975
1950

Africa
World
0

20

40

60

80

100

Urbanisasi diperkirakan akan terus meningkat sehingga pada tahun 2030, lebih
dari 50% penduduk Indonesia dan Asia akan berada di daerah perkotaan.

Kebijakan Penataan Ruang (RTR Jawa-Bali)


Arahan Pola Pengelolaan Sistem Kota

Pengertian Kawasan Tertentu


(menurut UU 24/1992)

(1)

Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan


secara nasional mempunyai nilai strategis yang
penataan ruangnya diprioritaskan (pasal 1).
Penyusunan RTRW nya dikordinasikan oleh
Menteri
Arahan pengelolaannya sebagai bagian RTRW
Provinsi diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah
yang bersangkutan
Pengelolaan sebagai bagian dari RTRW
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Bupati/Walikota

Pengertian Kawasan Tertentu

(2)

Dalam UU 24/1992 pasal 23 ayat (2) disebutkan


bahwa :
Rencana tata ruang kawasan tertentu dalam
rangka penataan ruang wilayah nasional
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan atau
Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten/Kota yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pengertian Kawasan Tertentu

(3)

Penjelasan Pasal 23 ayat (2)


Kawasan Tertentu yang dimaksud adalah kawasan yang
strategis dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional
berdasarkan pertimbangan kriteria strategis seperti
tersebut dalam ketentuan Pasal 10 ayat (3), yaitu:
Nilai strategis ditentukan antara lain oleh karena kegiatan
yang berlangsung di dalam kawasan:
a. mempunyai pengaruh yang besar terhadap upaya
pengembangan tata ruang wilayah sekitarnya;
b. mempunyai dampak penting, baik terhadap kegiatan yang
sejenis maupun terhadap kegiatan lainnya;
c. merupakan faktor pendorong bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.

Kawasan Tertentu di Jawa


(menurut usulan Review RTRWN)

1. Kawasan Jabodetabek-Punjur (termasuk Kep. Seribu)


2. Kawasan Pacangsanak (Pangandaran, Kalipuncang, Segara
Anakan, Nusakambangan)
3. Kawasan Kedungsepur (Kendal-Demak-Ungaran-SalatigaSemarang-Purwodadi)
4. Kawasan TN Gunung Merapi
5. Kawasan Borobudur dsk.
6. Kawasan Gerbangkertosusila

Kriteria Kawasan Tertentu

(1)

(menurut RTRWN /PP 47/97 psl 5 ayat 1)

Kawasan yang mempunyai skala kegiatan produksi dan


/atau potensi sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan sumber daya manusia yang besar dan berpengaruh
terhadap pengembangan aspek ekonomi, demografi,
politik pertahanan dan keamanan, serta pengembangan
wilayah sekitarnya;
Kawasan yang mempunyai skala kegiatan produksi
dan/atau potensi sumber daya alam, sumber daya
buatan, dan sumber daya manusia yang besar serta
usaha dan/atau kegiatan berdampak besar dan penting
terhadap kegiatan sejenis maupun kegiatan lain baik
diwilayah bersangkutan, wilayah sekitarnya, maupun
wilayah Negara;

Kriteria Kawasan Tertentu

(2)

Kawasan yang memiliki faktor pendorong besar bagi


peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat
baik di wilayah yang bersangkutan maupun di wilayah
sekitarnya;
Kawasan yang mempunyai keterkaitan yang saling
mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di
wilayah lainnya yang berbatasan baik dalam lingkup
nasional maupun regional;
Kawasan yang mempunyai posisi strategis serta usaha
dan/atau kegiatannya berdampak besar dan penting
terhadap kondisi politis dan pertahanan keamanan
nasional serta regional.

LOKASI KAWASAN TERTENTU KEDUNGSEPUR

Tantangan Kawasan
Tertentu Kedungsepur
terutama:
Kesenjangan pertumbuhan ekonomi di kawasan
Kedungsepur antara Kota Semarang dengan Kota/
Kabupaten lainnya.
Kesenjangan perkembangan antara wilayah
Kedungsepur bagian utara dengan bagian selatan.
Pemanfaatan ruang yang tidak sepenuhnya terkendali di
Kota Semarang diindikasikan peningkatan luas lahan
terbangun, dan kemacetan lalu lintas.
Keterbatasan ketersediaan dan kualitas sarana dan
prasarana penunjang kegiatan ekonomi wilayah.

Konsep Perencanaan Taru


Kawasan Tertentu
Kedungsepur

FISIK
EKONOMI (Pembangunan Daerah Lebih Luas)
Pusat Pelayanan terhadap Jawa bagian Tengah, Kalimantan Bagian
Barat dan Tengah
Promosi Ekonomi Kawasan
Struktur Ruang dan Poros Pembangunan Kawasan
Harmonisasi antara penggunaan lahan dan kebijakan sektor
transportasi
SOSIAL BUDAYA (Pembangunan Partisipatif)
Studi, Perencanaan dan Pelaksanaan melalui pendekatan partisipatif
Kemitraan sektor swasta
LINGKUNGAN (Pembangunan Untuk Generasi Mendatang)
Desain kota yang ramah lingkungan

Hal Utama Yang Perlu


Diperhatikan Dalam Perencanaan
Taru
(lesson learned dari Maminasata)

Menciptakan perkotaan yang hijau dan indah (25,4%)


Mengembangkan kemandirian ekonomi daerah (14,1%)
Mengurangi jumlah kendaraan (13,5%)
Mengembangkan sistem administrasi publik fleksibel (9,2%)
Mensosialisasikan sistem daur ulang (7,6%)
Menciptakan landscap dengan menyesuaikan iklim
setempat (13,0%)
Mempromosikan industri yang berkelanjutan (5,9%)
Mengurangi fosil penggunaan bahan bakar (2,2%)
Mengurangi konsumsi energi gedung-gedung dan
prasarana (6,5%)
Mengendalikan iklim mikro (2,7%)

38,41

KBI

NAD

KBI

0,00
0,25

KTI

0,00
0,00

KBI
KTI

KALBAR

8,00
12,97
0,00
0,30

KALTIM

38,41
0,07
0,00

KTI

KALTENG
KBI
KTI

SUMATERA UTARA
SUMSEL

KBI
KTI

KBI

0,00
10,10
0,07

KTI

0,00

0,00
4,92
0,00
0,00

SUL TENG

14,53
10,57

KBI

47,30
25,53

KTI

KALSEL
KBI
KTI

15,03
3,62
0,48
10,30

KBI
KTI

0,06
0,00
0,01
0,01

18,77
8,90
36,69
0,07

SUL UT

RIAU
KBI
KTI

28,89
7,95
0,48
0,00

KTI

KTI

5,33
0,00
0,91
0,00
KBI

JAMBI
KBI
KTI

KTI

0,00
KBI

SUMATERA BARAT
KBI

KBI

SULTRA

1,42
0,37
4,37
0,00

KTI

KBI
KTI

BANDAR LAMPUNG
0,00
KBI 0,53
0,00
KTI
0,00

0,00
0,00
0,00
0,00

BENGKULU

14,98
16,76

KTI

78,05
0,47

JAWA BARAT
KBI
KTI

35,16
0,00
0,00
0,00

MALUKU

0,18
9,95

KBI

0,01
46,13

0,00

0,03
KTI 0,00
14,98

SUL SEL

DKI JAKARTA

KBI

0,00
0,00
1,47

NT B

JAWA
TENGAH

KBI
KTI

BALI

DI YOGYAKARTA

1,26
60,72

KBI

0,00
0,00

7,62
37,99

KTI

0,00
0,00

KBI
KTI

0,00
0,49
8,33
61,45

JAWA TIMUR

KBI
KTI

0,00
0,00
0,00
0,00

KBI

0,01
0,92

KTI

0,54
0,03

KBI

0,85

KTI

0,91
0,03
1,13

NTT

K (%)
KBI M (%)
K (%)
KTI
M (%)

Total seluruh propinsi:


-Muat/Keluar : seluruh
propinsi (K)
-Bongkar/Masuk : seluruh
propinsi (M)

PAPUA
12,15
0,00
0,00
0,30

KETERKAITAN ANTAR KOTA


PKN METROPOLITAN KEDUNG SEPUR (EKSISTING)
Keluar
Antar Propinsi
17 Jt
Pekalongan

Demak
1,2 Jt

3,8 Jt

1,9 Jt
1,1 Jt
SEMARANG

0,8
jt

Kendal

1, 1 J t

Kudus

1,6 Jtc
0,2 J
t

1,5 Jtc

Ungaran

Purwodadi

Jt

1,7 Jt
1,02 Jt

0,4 Jt
Pemalang

Pati

Sumber: data O-D survey 2001 (tonase)

Salatiga
Boyolali

POLA PERGERAKAN DIKAWASAN TERTENTU KEDUNG SEPUR

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai