Makalah - Pelapisan Sosial
Makalah - Pelapisan Sosial
Makalah - Pelapisan Sosial
DALAM MASYARAKAT
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Wahyudi
Radinal Yogie Nurcahyo
Ranu Lutfi Ananto
Abu Khasan
Mario Champs Sinurat
NIM 24030114130073
NIM 24030114130100
NIM
NIM
NIM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pelapisan
Sosial dalam Masyarakat ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kehadirat Nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya (ISBD). Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan karya tulis ini masih
terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan kami.
Untuk itulah, Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan, demi kesempurnaan karya tulis ini.
Terakhir kami berharap semoga Karya tulis ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca semua.
DAFTAR ISI
1.2
1.3
2.2
2.3
2.4
2.5
Kesimpulan .. 10
3.2
Saran ..... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan
mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan
itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses; suatu bentuk kehidupan (bisa berupa
gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat
karena mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka.
Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana
apapun kehidupanmereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain, semua
tergantung bagaimana mereka menempatkannya.
Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di dalam bentuk
organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan
kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan
usia, perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang
dipimpin, atau perbedaan berdasarkan kekayaan.
1.3. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
1.4
Tujuan Penulisan
Adapun penulis menyusun karya tulis ini sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Untuk menambah wawasan tentang pelapisan sosial.
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya pelapisan sosial.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk stratifikasi sosial
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya pelapisan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
pertama, terjadi dengan sendirinya, dan ke-dua sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama.
Proses yang pertama, pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya, pelapisan
sosial itu terjadi karena tingkat umur (age stratification), dalam sistem ini masing-masing
anggota menurut klasifikasi umur mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda; untuk
masyarakat-masyarakat tertentu, ada keistimewaan dari seorang anak sulung dimana
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku mereka mendapat prioritas dalam pewarisan atau
kekuasaan. Azas senioritas yang ada dalam sistem pelapisan ini dijumpai pula dalam
bidang pekerjaan, agaknya ada hubungan yang erat antara usia seorang karyawan dengan
pangkat atau kedudukan yang ditempatinya. Ini terjadi karena dalam organisasi tersebut
pada asasnya karyawan hanya dapat memperoleh kenaikan pangkat setelah berselang suatu
jangka waktu tertentu misalnya dua tahun, atau empat tahun; karena jabatan dalam
organisasi hanya dapat dipangku oleh karyawan yang telah mencapai suatu pangkat
minimal tertentu; dan karena dalam hal terdapat suatu lowongan jabatan baru, karyawan
yang dipertimbangkan untuk mengisinya ialah mereka yang dianggap paling senior.
Salah satu faktor ketidak sengajaan lainnya yaitu faktor kepandaian atau kecerdasan
(Intellegentsia). Orang-orang yang dianggap mempunyai kepandaian yang lebih dan orangorang yang berkepandaian kurang, dalam istilah sehari-hari orang-orang yang kurang
pandai ini dikatakan sebagai orang yang susah mengingat-gampang lupa. Kepandaian
disini harus dibedakan dengan keterampilan,karena ada orang pandai tetapi tidak terampil,
dan ada juga orang yang terampil tetapi tidak pandai.
Faktor lainnya yaitu kekerabatan, maksudnya adalah kedudukan orang perorangan
terhadap kedekatannya dengan sumber kekerabatan itu. Biasanya faktor kekerabatan disini
berhubungan dengan kedudukan dalam keluarga atau
Semakin jauh hubungan kerabatnya maka semakin kecil kesempatan seseorang untuk
menempati kedudukan tertentu dalam keluarga atau bahkan semakin kecil pula
kesempatannya untuk memperoleh seperangkat fasilitas yang diwariskan oleh keluarganya.
Tidak seluruh anggota keluarga dapat menjadi ketua adat pada salah satu keluarga Batak
Toba misalnya, selama individu tersebut tidak memiliki akses kuat dalam keluarga yang
bersangkutan, atau misalnya yang berlaku pada kelompok Dayak Iban di Kalimantan, atau
banyak lagi kelompok-kelompok yang tersebar di belahan bumi Indonesia dengan orientasi
kekerabatan yang masih kuat.
Contoh lainnya yaiut karena faktor gender, fenomena ini walaupun tidak mutlak
menentukan suatu pelapisan namun dalam beberapa hal juga menunjuk pada sistem itu.
Sistem pewarisan pada beberapa masyarakat menunjukan kecenderungan bahwa laki-laki
berhak mewarisi lebih dari perempuan; atau dalam bidang pekerjaan, khususnya pada
kehidupan masyarakat yang belum begitu modern, dominasi laki-laki terasa lebih kental
dibandingkan dengan perempuan, partisipasi perempuan dalam dunia kerja relatif lebih
terbatas; dibandingkan dengan laki-laki para pekerja perempuan pun relatif lebih banyak
terdapat di strata yang lebih rendah, dan sering menerima upah atau gaji yang lebih rendah
dari laki-laki.
Proses yang ke-dua, yaitu sistem pelapisan yang sengaja disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama, pada sistem pelapisan ini anggota masyarakat dibeda-bedakan
berdasarkan status yang diperoleh dan status yang diraihnya, sehingga menghasilkan
berbagai jenis stratifikasi. Salah satu diantaranya adalah stratifikasi berdasarkan pendidikan
(educational stratification); bahwa hak dan kewajiban warga negara sering dibeda-bedakan
atas dasar tingkat pendidikan formal yang berhasil mereka raih.
Sistem stratifikasi yang lain yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
ialah stratifikasi pekerjaan (occupational stratification). Dibidang pekerjaan modern kita
mengenal berbagai klasifikasi yang mencerminkan stratifikasi pekerjaan, seperti misalnya
perbedaan antara manager serta tenaga eksekutif dan tenaga administratif, buruh; antara
tamtama, bintara,perwira pertama, perwira menengah, perwira tinggi.; Kepala dinas, kepala
bagian, kepala seksi, kepala koordinator dan sebagainya.
Ada juga sistem stratifikasi ekonomi (economic stratification) yang membedakan
warga masyarakat berdasarkan penguasaan dan kepemilikan materi. Dalam kenyataannya
saat ini, kita bisa melihat adanya perbedaan di masyarakat berdasarkan penghasilan dan
kekayaan yang dimilikinya yang kemudian digolongkan menjadi masyarakat kelas bawah,
kelas menengah, dan kelas atas.
Sistem stratifikasi sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan
bersama ini biasanya dilakukan terhadap pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi-organisasi formil, seperti misalnya pemerintahan, perusahaan, partai
politik, angkatan bersenjata, atau suatu perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang itu
merupakan suatu unsur yang khusus dalam sistem pelapisan dalam masyarakat, unsur mana
mempunyai sifat yang lain daripada uang, tanah, dan sebagainya dapat terbagi secara bebas
di antara anggota suatu masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat itu.
2.3. Bentuk-bentuk pelapisan sosial
Terdapat dua bentuk sistem pelapisan sosial yaitu stratifikasi sosial tertutup (closed
stratification) dan stratifikasi sosial terbuka (open social stratification). Secara teoritis,
keterbukaan suatu sistem stratifikasi diukur oleh mudah-tidaknya dan sering-tidaknya
seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih
tinggi, setiap anggota masyarakat dapat menduduki status yang berbeda dengan status
orang tuanya, bisa lebih tinggi bisa lebih rendah; sedangkan stratifikasi sosial yang tertutup
ditandakan dengan keadaan manakala setiap anggota masyarakat tetap berada pada status
yang sama dengan orang tuanya.
Dalam sistem pelapisan yang terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan, atau bagi
mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh ke lapisan dibawahnya. Pelapisan terbuka ini
memberi
dorongan
kepada
setiap
anggota
masyarakat
untuk
mengembangkan
kecakapannya, karena itu, maka sistem tersebut lebih sesuai untuk dijadikan landasan
pembangunan masyarakat daripada sistem yang tertutup.
Dalam sistem pelapisan tertutup, kedudukan orang-perorangan ditentukan oleh
kelahirannya; misalnya seorang Charles di negeri Inggris adalah seorang pangeran dan
calon raja Inggris, dan dia ada seperti itu karena orang tuanya adalah ratu Inggris.
Dalam kenyataannya agak sulit untuk menemukan bentuk masyarakat yang sistem
pelapisannya benar-benar tertutup ataupun benar-benar terbuka. Dalam satu penelitiannya,
Yinger memperkirakan bahwa dalam bentuk masyarakat yang paling terbuka, yaitu
masyarakat industri modern, hanya sepertiga anggota masyarakat yang statusnya lebih
tinggi atau lebih rendah dari orang tuanya, sedangkan dua pertiganya adalah sama; hal ini
sebenarnya bisa mengindikasikan bahwa nilai-nilai yang ditanam orang tua terhadap diri
anak-anak mereka
orang tuanya,
kedudukan dan peranan ini selain merupakan unsur-unsur baku dalam sistem pelapisan
sosial,
juga
mempunyai
arti
yang
penting
bagi
sistem
sosial
masyarakat.
(Soemardjan,1964)
a) Kedudukan
Kedudukan (status), sering disamakan dengan kedudukan sosial (social
status); kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial, sehubungan dengan
karena kelahiran; Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan
usaha yang disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan
tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja yang mana tergantung dari kemampuannya
masing-masing dalam mengejar serta mencapai suatu tujuan; dan Assigned Status
yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu, dalam arti bahwa
suatu kelompok, golongan, atau masyarakat memberikan kedudukan yang lebih
tinggi kepada seseorang yang dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Kedudukan seperti apa yang dimiliki seseorang atau kedudukan apa yang
melekat padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri
tertentu, yang dalam ilmu sosiologi dinamakan status symbol; ciri-ciri tersebut
seolah-olah sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ada beberapa ciri tertentu yang
dianggap sebagai status symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara
mengisi waktu senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta
kebiasaan-kebiasaan lain yang membedakannya dengan orang-orang kebanyakan.
Status symbol ini tidak hanya melekat pada golongan atau lapisan tertentu saja,
namun setiap lapisan biasanya mempunyai ciri-ciri tersendiri.
b) Peranan (Role)
Peranan dan kedudukan pada hakikatnya saling melengkapi, kedua-duanya
tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain begitu pula
sebaliknya. Hal yang membedakan keduanya yaitu pada prosesnya, peranan ada
setelah kedudukan, keadaan ini tidak bisa terbalik.
Setiap orang mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari polapola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah bahwa hal
itu mengatur peri kelakuan seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan
seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang
lain, sehingga dengan demikian, orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perikelakuan sendiri dengan perikelakuan orang-orang sekelompoknya. Maka
hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan hubungan
antara peranan-peranan individu-individu dalam masyarakat. Peranan-peranan
tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya normanorma kesopanan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dikemukakan perihal fasilitasfasilitas bagi peranan individu (role facilities); biasanya masyarakat memberikan
fasilitas-fasilitas bagi individu agar dia dapat melaksanakan peranannya. Lembagalembaga masyarakat merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan
peluang-peluang untuk melaksanakan peranan. Kadang-kadang struktur suatu
golongan kemasyarakatan, menyebabkan fasilitas-fasilitas tersebut bertambah;
misalnya perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan penambahan guru,
pegawai administrasi, penjaga sekolah dan sebagainya. Akan tetapi sebaliknya, hal
itu juga dapat mengurangi peluang-peluang, seperti misalnya apabila terpaksa
diadakan rasionalisasi sebagai akibat perubahan struktur dan organisasi.
2.5. Pelapisan sosial dalam masyarakat
Pada dasarnya manusia itu sama kedudukan dan derajatnya, tetapi pada realitasnya
lapisan-lapisan masyarakat adalah sesuatu yang benar-benar ada dan nyata. Adanya
pelapisan sosial dapat mengakibatkan atau mempengaruhi tindakan-tindakan warga
masyarakat dalam interaksi sosialnya. Pola tindakan individu-individu masyarakat sebagai
konsekuensi dari adanya perbedaan status dan peran sosial akan muncul dengan sendirinya.
Pelapisan sosial merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Masyarakat yang mempunyai
sistem pelapisan sosial tertutup seolah-olah menunjang ketidaksamaan sosial sehingga
tidak kondusif terhadap suatu mobilitas sosial, sedangkan masyarakat dengan sistem
pelapisan yang lebih terbuka, di lain pihak, menganut azas pesamaan sosial dan
membenarkan serta menganjurkan mobilitas sosial; dalam masyarakat demikian setiap
orang akan mengharapkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa memandang
perbedaan yang dibawa sejak lahir seperti perbedaan gender, usia, ras, etnik, dan agama.
Kamanto Sunarto mengisyaratkan bahwa berbagai masyarakat mungkin berbeda
pandangannya terhadap konsep kesamaan ini; pada satu sisi, ada masyarakat yang
berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seseorang anggota masyarakat tergantung
pada kemampuannya. Masyarakat Amerika, merupakan masyarakat yang cenderung
menekankan pada pentingnya asas ini, setiap anggota masyarakat dianggap berhak atas
kesempatan yang sama (equality of opportunity) untuk meraih sukses melalui prestasi. Ini
berarti bahwa sukses yang diraih seseorang tergantung pada prestasinya; orang yang
berprestasi dapat meraih statustiggi serta segala imbalan yang menyertainya, sedangkan
orang yang tidak berprestasi akan tetap menduduki status rendah.
Pada sisi lain, ada masyarakat yang lebih menekankan pada asas yang menyatakan
bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapatan, meskipun asas ini sangat menonjol pada
komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya
pada masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai
dengan keperluannya, namun asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakat perlu
didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak
masyarakat yang tidak menganut komunisme.
Pelapisan sosial memberikan dampak positif jika dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama, dengan adanya pelapisan sosial mayarakat dalam satu organisasi dituntut untuk
dapat menjalankan kewajiban dan mendapatkan hak mereka. Dengan sistem pelapisan
sosial ini, maka akan terjalin kerja sama yang bersifat mutualisme. Pelapisan sosial juga
dapat memberikan dampak negatif, terjadinya kesenjangan sosial antar kalangan dalam
masyarakat merupakan bukti kongkrit bahwa pelapisan sosial memberikan dampak buruk.
Ideologi seperti inilah yang membuat terjadinya banyak keributan dan permasalahan yang
berasal dari sikap kesenjangan sosial. Kalangan kelas atas yang memandang rendah
kalangan bawah semakin memperparah situasi, masyarakat bawah yang tidak menerima
dirinya berada di bawah merasa cemburu kepada orang lain yang berada di atas. Akibatnya,
terjadilah tindakan-tindakan kriminal. Sikap saling tidak menghargai orang lain seperti itu
dapat menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
Dari poin-poin diatas dapat kita simpulkan bahwa pelapisan sosial memang tidak
dapat terlepas dalam kehidupan bermasyarakat, tapi bukan berarti pelapisan sosial malah
merenggangkan dan mejadikan kesenjangan sosial dimasyarakat. Saling menghargai dan
menghormati kewajiban dan hak orang lain adalah solusi untuk masalah pelapisan sosial ini
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelapisan sosial merupakan pembedaan masyarakat kedalam tingkatan-tingkatan
tertentu. Pembedaan ini didasari karena setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda
sehingga tingkat penghargaan orang lain terhadap dirinya pun akan berbeda. Di sisi lain,
stratifikasi sosial juga berfungsi sebagai alat untuk seseorang mendapatkan status dan peran
masing-masing yang satu sama lain akan ada perbedaan. Hal tersebut akan memudahkan
seseorang dalam melaksanakan apa yang seharusnya dia kerjakan. Sebab, tidak mungkin
dalam suatu wilayah tertentu semua orang melakukan pekerjaan yang sama, pasti ada
pembagian tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu, dan di
situlah akan ada yang namanya stratifikasi sosial. Adanya pelapisan sosial tidak boleh
sampai merenggangkan dan mejadikan sebuah kesenjangan sosial dimasyarakat. Saling
menghargai dan menghormati kewajiabn dan hak orang lain adalah solusi untuk masalah
pelapisan sosial ini.
3.2. Saran
1. Pelapisan sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat
optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.
2. Pada dasarnya kita semua sama kedudukannya dihadapan Allah SWT, karna yang
membedakannya hanyalah amalan dan ketaqwaan kita. Jadi tetaplah berusaha dan
selalu bersyukur dalam hidup ini.
DAFTAR PUSTAKA
Berghe, van den, Pierre. 1967. Dialectic and Functionalism: Toward a Synthesis, dalam
N.J. Demerath III et.al.eds., System, Change, and Conflict, The Free Press, New
York, Collier-McMillan limited, London.
Dwi, Narwoko J. dan Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana.
Haryanto, Dany dan G. Edwin Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
http://bumaryati.blogspot.com/2011/08/stratifikasi-sosial.html
Lawang, Robert. 1985. Sistem Sosial di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Kurunika
Universitas Terbuka
Nasikun.1993. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sanderson. 2000. Sosiologi Macro, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial; Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Saripudin, Didin. 2005. Mobilitas dan Perubahan Sosial, Penerbit : Masagi Foundation,
Bandung
Soekanto, Soerdjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soemardjan, Selo-Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia