Laporan Ke 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL : HIDROKARBON ALKOHOL


DAN FENOL SERTA ALDEHID DAN KETON

Tanggal Praktikum

: Senin, 30 November 2014

Tanggal Laporan

: Rabu, 09 Desember 2014

Disusun oleh :
Ayu Hajayasti
1127040022

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014

Percobaan ke-6

Senin, 30 November 2015

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL : HIDROKARBON ALKOHOL


DAN FENOL SERTA ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon dari sampel paraffin, sikloheksena, benzene
dengan uji bayer dan uji asam sulfat.
I.2 Mengidentifikasi senyawa alkohol dari sampel 2-butanol, etanol, fenol, sikloheksanol, tbutanol dengan uji alkali.
I.3 Mengidentifikasi
senyawa

aldehid

dan

keton

dari

sampel

aseton,sikoheksanon,benzaldehid dengan uji iodoform.


II. TEORI DASAR
Senyawa di alam begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah mencapai
jutaan dan akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa baru hasil sintesis para
ahli kimia organik. Dapat dipastikan senyawa organik merupakan senyawa yang paling
banyak dibandingkan dengan senyawa lain ( Riswiyanto,2009).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa
yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen,
nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor ( Riswiyanto,2009). Banyaknya ragam dalam senyawa
organik adalah hasil dari keterubahan unsur ion/pengelompokkan atom-atom (gugus fungsi)
dalam struktur hidrokarbon.
Salah satu langkah untuk analisis kualitatif dari senyawa organik adalah melalui identitas
gugus fungsi. Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu
senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan berpengaruh pada sifat fisik dan
kimia senyawa tersebut. Senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional sama akan
ditempatkan pada deret homolog yang sama. Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbonoksigen dalam senyawa organik biasanya tidak reaktif karena mereka non polar.Golongan
polar membentuk bagian yang reaktf dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional
tersebut.Misal, alkohol adalah suatu golongan senyawa yang mengandung gugus fungsi
hodroksil (-OH) terikat pada karbon. Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama
karena mengandung gugus fungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang
menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional, sebab lebih reaktif
daripada ikatan tunggal karbon-karbon (Prasojo, 2010).

Gugus fungsi senyawa karbon merupakan gugus atom/sekelompok atom yang


menentukan sifat khas senyawa karbon tersebut. Gugus fungsi senyawa karbon merupakan
bagian yang aktif, sebab bila senyawa karbon tersebut bereaksi maka yang mengalami
perubahan adalah gugus fungsinya(Sudarmo, 2006).
Dalam senyawa organik selalu dimulai dari senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut
terbagi atas :
a.
Hidrokarbon alifatik
Adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam senyawa
yang berantai lurus dan bercabang maupun.
b.
Hidrokarbon aromatik
Mengandung inti benzena, yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi stabil (Syukri,
Kimia Dasar : 686:687).
Senyawa hidrokarbon disebut pula dengan senyawa organik yang mengandung karbon
dan hidrogen yang dapat di bedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.Alkana
di golongkan sebagai senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa
aromatic termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh (Anonim, 2011).
Ikatan pada alkana merupakan ikatan tunggal, kovalen, dan non polar. Oleh karena itu
alkana relatif tidak reaktif. Alkana tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, karena sifatnya yang tidak bereaksi ini, alkana dapat digunakan sebagai
pelarut untuk ekstraksi atau untuk melakukan reaksi-reaksi kimia zat lain. Tetapi, alkana
bereaksi dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen.Jika alkana dan halogen di
simpan pada suhu rendah dalam kamar gelap, reaksi tidak terjadi (Rasyid, Muhaidah, 2009).
Senyawa karbon turunan alkena adalah senyawa karbon yang atom H pada alkana diganti
dengan atom atau gugus fungsi lain. Ada 5 gugus fungsi yaitu : alkohol, alkoksi, alkanol,
alkana, alkanoat, ester, halogen, halogen,, alkana, dan amina. Dengan gugus fungsinya : -OH,
-O-, -CHO, -C=O, -COOH, -COOR, -X, NH2.
Alkohol merupakan senyawa hidrokarbon dengan satu atom H disubtitusi oleh satu gugus
OH .Alkohol juga berasal dari air H-O-H dengan H diganti oleh gugus C2H5 (etil).
Berdasarkan letak OH pada rantai hidrokarbon, alkohol dapat dibagi atas tiga golongan :
-

Alkohol Primer, rumus umum: R-CH2-OH.


Alkohol sekunder, rumus umum: (R)2CH-OH.
Alkohol Tersier, rumus umum: (R)3C-OH (Anonim, 2013).
Alkohol dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji asam kromat.Asam kromat

dapat menyebabkan alkohol primer teroksidasi menjadi asam karboksilat. Bilangan oksidasi
Cr6+ (berwarna merah kecoklatan) akan tereduksi menjadi Cr +3 (berwarna hijau). Adapun
alkohol sekunder akan teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat dan alkohol tersier tidak

dapat teroksidasi oleh asam kromat. Fenol sendiri biasanya teroksidasi menjadi tak berwarna
coklat oleh asam kromat (Anonim,2011).
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil.Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil yang terikat
pada karbon karbonilnya.Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk
hidup.Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya
aldehid berbau menyengat dan keton berbau harum (Fessenden, 1982).
Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus CO, penamaannya
berasal dari asam yang terbentuk bila senyawa dioksidan lebih lanjut.Aldehid diperoleh pada
pengoksidasian sebagian alkohol primer. Misalnya etil alkohol bila dioksidan menjadi
asetaldehide yang bila dioksidan lagi akan menjadi asam asetat.
Sedangkan keton senyawa dengan gugus karboksil terikat pada dua radikal
hidrokarbon; keton yang paling sederhana adalah aseton. Aseton (dimetilketon) CH3COOH3
merupakan zat cair tanpa warna yang mudah terbakar mempunyai baud an rasa yang khas,
digunakan sebagai pelarut dalam industri dan dalam laboratorium (Amiruddin,1993).
Aldehid dan keton dapat dikelompokkan dan dibedakan satu dengan yang lainnya,
dengan menggunakan tes kelarutan.Sebagian besar aldehid dan keton larut dalam
eter.Senyawa-senyawa ini juga dapat larut dalam asam sulfat pekat dengan membentuk garam
oksanium. Aldehid dan keton mempunyai atom karbon kurang dari lima dapat larut dalam air.
Sedangkan eter dengan atom C kurang dari empat dapat larut dalam air (Anwar, 1994).
Identifikasi gugus aldehida dapat dilakukan dengan melakukan Tes Tollens.Tes tollen
ini menggunakan reagen Tollen.Tes ini didasarkan pada oksidasi suatu aldehid oleh larutan
ion perak (Ag+) dalam basa amonia. Larutan ini mengandung ion kompleks [Ag(NH3)2]+.
Oksidasi terhadap aldehid diikuti dengan reduksi ion perak menjadi logam perak yang tampak
sebagai cermin perak (Fessenden, 1982).

III.

PROSEDUR PERCOBAAN
III.1 Tes pada senyawa Hidrokarbon
a. Uji Bayer
Pertama, 1 mL sampel padatan paraffin di masukkan ke dalam tabung reaksi. Kedua,
padatan paraffin di tambahkan 3 tetes larutan KMnO 4 0,5 %. Ketiga, padatan paraffin di

tambahkan lagi 3 mL larutan Na2CO3 10 %, lalu tabung reaksi di guncangkan dan di


amati perubahan yang terjadi. Lakukan hal yang sama untuk sampel sikloheksena, dan
benzena.
b. Uji Asam Sulfat
Pertama, sampel paraffin, sikloheksena, dan bezena di masukkkan ke dalam 3
tabung reaksi, lalu ke dalam 3 tabung reaksi berisi sampel di masukkan 3 mL H 2SO4.
Kedua, tabung reaksi di guncangkan dan di amati perubahan warna yang terjadi.
III.2 Tes pada senyawa alkohol dan fenol
a. Uji Alkali
Pertama, 0,5 mL sampel 2-butanol, etanol, fenol, sikloheksanol, dan t-butanol di
masukkan ke dalam 5 tabung reaksi. Kedua, 5 tabung reaksi di tambahkan 5 mL larutan
NaOH 10 %, lalu di aduk dan di amati perubahan yang terjadi.
III.3 Tes pada senyawa Aldehid dan Keton
a. Uji Iodoform
Pertama, 1 mL sampel aseton, sikloheksanon dan benzaldehid di masukkan ke dalam
3 tabung reaksi, lalu ke dalam tabung reaksi di tambahkan 2 mL akuades kemudian
tabung reaksi digoyangkan. Kedua, ke dalam tabung reaksi di tambahkan 2 mL NaOH
6M.Ketiga, tabung reaksi di masukkan ke dalam penangas air 60 C selama 5
menit.Keempat, ke dalam tabung reaksi di tambahkan larutan KI 5 M berlebih, lalu di
tambahkan lagi larutan NaOH 6 M berlebih. Kelima, tabung reaksi di keluarkan dari
penangas, lalu di amati perubahan yang terjadi.

IV.

HASIL PENGAMATAN

PERLAKUAN
IV.1 Tes
pada
senyawa
Hidrokarbon
a. Uji Bayer
1 mL sampel

paraffin,

sikloheksena dan benzene di


masukkan ke dalam tabung
reaksi.

PENGAMATAN

Paraffin
Sikloheksena
Benzena
Padatan berwarna Larutan
tidak Larutan
tidak
putih

berwarna

berwarna

Sampel di tambahkan 3 tetes

Paraffin

tidak Larutan

larutan KMnO4 0,5 %.

larut dan larutan warna ungu

Sampel di tambahkan 3 mL

berwarna ungu
(-)
Paraffin

larutan Na2CO3 10 %.

meggumpal

dan

larutan berwarna
ungu

Paraffin

paraffin,

sikloheksena dan benzene di


masukkan ke dalam tabung

reaksi.
Sampel di tambahkan 3 mL

putih

warna ungu

berwarna
- Fasa bawah

ungu

merah

Sikloheksena

berwarna

berwarna
: Fasa bawah

Benzena

tidak Larutan

tidak

berwarna

(-)
(+)
(+)
Larutan berwarna Terdapat dua fasa: Terdapat dua fasa:
- Fasa atas : tidak - Fasa atas : tidak
kekuningan
berwarna
berwarna
- Fasa bawah : - Fasa bawah :

H2SO4.

mejadi

(+)
(+)
Terdapat dua fasa: Terdapat dua fasa:
- Fasa atas : tidak - Fasa atas : tidak

Padatan berwarna Larutan


b. Uji Asam Sulfat
1 mL sampel

menjadi Larutan

coklat

kekuningan

Tabung reaksi di guncangkan


dan di amati perubahan warna
yang terjadi.

4.2Tes pada senyawa alkohol


a. Uji Alkali
0,5 mL sampel di masukkan

ke dalam tabung reaksi.


Sampel di tambahkan 5 mL

larutan NaOH 10 %.
Larutan di aduk dan diamati

Sampel
2- butanol

Etanol

perubahan yang terjadi.


Fenol

Sikloheksanol

Sebelum reaksi
+5 mL NaOH 10%
Larutan
tidak
(-)
Terbentuk 2 fasa, dan
berwarna, berbau
larutan
tidak
khas
berwarna
Larutan
tidak
(+)
Larutan
tidak
berwarna
berwarna
Larutan berwarna
(+)
Larutan
tidak
merah muda
berwarna
Larutan
tidak
(+)

berwarna

Larutan

tidak

berwarna
t-butanol

Larutan

tidak

berwarna

(-)
Membentuk 2 fasa,
dan larutan menjadi
keruh

4.3 Tes pada senyawa Aldehid


dan Keton
a.Uji Iodoform
1 mL sampel di masukkan
ke dalam tabung reaksi

Aseton
Sikloheksanon
Benzaldehid
Larutan tidak Larutan
tidak Larutan berwarna
berwarna

berwarna

kuning,

dan

berbau

Sampel di tambahkan 2 mL
akuades

Aseton

larut Larutan

dalam akuades

menyengat
berubah Larutan berwarna

warna menjadi putih, kuning,


berbusa,

dan

larut benzaldehid tidak

dalam akuades

larut

dalam

akuades,

dan

berbau

Tabung reaksi digoyangkan

Larutan
tercampur
homogen

Terdapat dua fasa:


- Fasa atas :
tidak
berwarna
- Fasa bawah : putih

menyengat
Terdapat

fasa:
- Fasa atas : tidak
berwarna
Fasa bawah
kuning,

Sampel ditambahkan 2 mL
NaOH 6 M

Larutan
berwarna

tidak Terdapat dua fasa:


- Fasa atas :
tidak
berwarna
Fasa bawah : putih

Tabung reaksi di masukkan


ke dalam penangas air 60 C
selama 5 menit

Larutan
berwarna,
mendidih

tidak Terdapat dua fasa:


- Fasa atas :
tidak
berwarna
Fasa bawah : putih
keruh

dua

berbau

menyengat
Terdapat
fasa:
- Fasa

atas

kuning (++)
Fasa bawah

dua
:
:

kuning, berbusa
Terdapat
dua
fasa:
- Fasa

atas

kuning (+)
Fasa bawah

:
:

kuning

Sampel ditambahkan larutan

hilang)
tidak Terdapat dua fasa:
Terdapat
dua
- Fasa atas :
tidak
berwarna
fasa:
- Fasa atas : colat
berwarna
Fasa bawah : putih,
kekuningan
berbusa
Fasa bawah :
Larutan

KI 5 M berlebih

Larutan

Sampel

di

tambahkan

berwarna

larutan NaOH 6 M berlebih

(busa

Tabung reaksi di keluarkan


dari penangas air

tidak Terdapat dua fasa:


- Fasa atas :
tidak

kuning
Terdapat

dua

fasa:
- Fasa
atas
:
berwarna
Fasa bawah : putih,
kuning (coklat
berbusa
menghilang)
Fasa bawah :
kuning keruh
(-)
Terdapat
dua

(-)
(-)
Larutan tidak Terdapat tiga fasa:
- Fasa atas :
tidak
berwarna
fasa:
- Fasa
atas
:
berwarna
- Fasa tengah : putih,
kuning pekat
Fasa bawah :
berbusa
Fasa bawah : tidak
kuning
berwarna

V. PEMBAHASAN
V.1 Tes pada Senyawa Hidrokarbon
a. Uji Bayer
Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon tehadap
oksidator KMnO4 yang merupakan katalis.Pada uji bayer ini dilakukan dengan mereaksikan
larutan KMnO4 0, 5% dan larutan Na2CO3 10% pada sampel hidrokarbon jenuh, hidrokarbon
tak jenuh dan hidrokarbon aromatis.Penambahan larutan Na2CO3 jelas dilakukan untuk
mengoksidasi senyawa hidrokarbon.Dan penambahan KMnO4 bertujuan untuk mengetahui
terjadinya reaksi oksidasi.KMnO4 merupakan zat pengoksidasi yang kuat.Rekasi oksidasi
terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran tersebut dan terbentuknya endapan

MnO2..Hilangnya warna ungu ion MnO4- disebabkan oleh adanya reaksi ion MnO4- dengan
alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO2-.
Pada pengujian hidrokarbon jenuh, dalam hal ini digunakan paraffin.Ketika
ditambahkan KMnO4 larutan menjadi ungu dan terbentuk gumpalan (paraffin tidak larut), dan
ketika ditambahkan larutan Na2CO3 larutan tetap berwarna ungu dan terbentuk gumpalan
(paraffin tidak larut).Dari data pengamatan yang diperoleh dari hasil ini menunjukkan bahwa
sampel tidak teroksidasi, karena warna ungu dari KMnO 4tidak hilang dari campuran tersebut
dan terbentuknya endapan MnO2.
Pada pengujian hidrokarbon tak jenuh, dalam hal ini digunakan larutan
sikoheksena.Ketika ditambahkanKMnO4larutan menjadi ungu dan ketika ditambahkan larutan
Na2CO3 terdapat dua fasa, dimana lapisan atas berupa cairan tidak berwarna dan lapisan
bawah berupa gumpalan berwarna merah.Dari data pengamatan yang diperoleh dari hasil ini
menunjukkan bahwa sampel cukup teroksidasi, karena masih terlihat warna ungu dari
endapan yang terbentuk dan cairan lapisan atas yang tidak berwarna.
Untuk uji Bayer pada senyawa hidrokarbon aromatis dalam hal ini digunakan larutan
benzena.Ketika benzena direaksikan dengan KMnO4 larutan menjadi ungu dan ketika
ditambahkanNa2CO3 terbentuk dua fasa, dimana lapisan bawah berwarna ungu dan lapisan
atas berupa cairan tidak berwarna yang menyerupai cincin.Sampel benzena dikatakan sangat
teroksidasi karena cairan lapisan atas tak berwarna dan endapannya berwarna ungu
kehitaman.Hal ini berarti sampel benzena satu-satunya yang mengandung ikatan rangkap.
Reaksi yang terjadi adalah :
C6H5CH3 + KMnO4

tidak terjadi reaksi

b. Uji Asam Sulfat


Uji asam sulfat menghasilkan suatu senyawa alkil hirdosulfat yang diperoleh dari
suatu alkana (senyawa dengan ikatan tunggal).Hal ini menunjukkan bahwa alkana dengan
ikatan tunggal masih mampu bereaksi dengan asam sulfat walaupun dalam jumlah sedikit atau
terjadi reaksi pengsulfonatan.Uji asam sulfat dilakukan dengan mereaksikan sampel
hidrokarbon dengan asam sulfat pekat.Hasil yang positif adalah menghasilkan larutan bening
yang terpisah berdasarkan tingkat kekeruhannya.Sedangkan bau yang ditimbulkannya kurang
menyengat. Hilangnya bau ini diakibatkan terjadinya reaksi sulfonasi (- SO 3H) pada senyawa
itu.
Pada pengujian hidrokarbon jenuh, dalam hal ini digunakan paraffin.Ketika
ditambahkan H2SO4 pekat, larutan menjadi berwarna kekuningan.Warna kuning berasal dari

larutanH2SO4 pekat yang berwarna kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa paraffin tidak
dapat bereaksi dengan asam sulfat pekat.
Pada pengujian hidrokarbon tak jenuh, dalam hal ini digunakan larutan
sikoheksena.Ketika ditambahkan H2SO4 pekat, pada larutan terdapat dua fasa, dimana lapisan
atas berupa cairan tidak berwarna dan lapisan bawah berupa cairan berwarna coklat.Dari data
pengamatan yang diperoleh dari hasil ini menunjukkan bahwa sikloheksena cukup teroksidasi,
karena terdapat dua fasa yang menunjukan terdapatcairan tidak berwarnayang terpisah
berdasarkan tingkat kekeruhannya yaitu fasa bawah yang berwarna coklat.
Pada pengujian hidrokarbon aromatik, dalam hal ini digunakan larutan benzena.Ketika
ditambahkan H2SO4 pekat, pada larutan terdapat dua fasa, dimana lapisan atas berupa cairan
tidak berwarna dan lapisan bawah berupa cairan berwarna kekuningan.Dari data pengamatan
yang diperoleh dari hasil ini menunjukkan bahwa sikloheksenasangat teroksidasi, karena
terdapat dua fasa yang menunjukan terdapatcairan tidak berwarnayang terpisah berdasarkan
tingkat kekeruhannya yaitu fasa bawah yang berwarna kekuningan.
Reaksi yang terjadi adalah
V.2 Tes pada Senyawa Alkohol
Dalam uji alkali, prinsip percobaan kali ini yaitu menggunakan prinsip kelarutan
dalam larutan NaOH. Hasil yang positif apabila dalam percobaan menghasilkan satu fasa,
maka larutan sampel tersebut larut dalam larutan NaOH. Sedangkan apabila terjadi dua fasa
dalam tabung reaksi maka dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut tidak larut dalam larutan
NaOH yang bersifat polar.
Dalam uji NaOH, alkohol primer dan larutan NaOH membentuk 1 fasa sehingga dapat
disimpulkan bahwa alkohol primer larut dalam larutan NaOH.Pada pengujian terhadap
alkohol sekunder dan alkohol tersier terbentuk dua fasa dikarenakan keduanya tidak larut
dalam larutan NaOH.Hal ini mengindikasikan bahwa alkohol sekunder dan tersier termasuk
senyawa yang nonpolar walaupun memiliki gugus OH dalam strukturnya.
Pada uji terhadap senyawa 2-Butanol, campuran 2-Butanol dan
larutan NaOH membentuk dua fasa. Hal ini disebabkan karena senyawa 2-Butanol
termasuk alkohol sekunder yang tidak larut dalam larutan NaOH. Hal ini mengindikasikan
bahwa alkohol sekundertermasuk senyawa yang nonpolar walaupun memiliki gugus OH
dalam strukturnya.
Pada uji terhadap senyawa etanol, campuran etanol dan larutan
NaOH membentuk satu fasa sehingga dapat disimpulkan bahwa etanol larut dalam

larutan NaOH. Hal ini disebabkan karena etanol mempunyai cincin aromatik yang relatif
stabil sehingga etanol mempunyai sifat polar yang mampu larut dalam larutan NaOH dengan
melepaskan satu protonnya untuk menjadi suatu anion yang larut dalam larutan NaOH. Hasil
ini sesuai dengan teori bahwa etanol yang termasuk alkohol primer yang dapat larut dalam
NaOH.
Pada uji terhadap senyawa Fenol, campuran fenol dan larutan NaOH membentuk satu
fasa sehingga dapat disimpulkan bahwa fenol larut dalam larutan NaOH.Hal ini disebabkan
karena fenol mempunyai cincin aromatik yang relatif stabil sehingga fenol mempunyai sifat
polar yang mampu larut dalam larutan NaOH dengan melepaskan satu protonnya untuk
menjadi suatu anion yang larut dalam larutan NaOH.
Pada uji terhadap senyawa sikloheksanol, campuran sikloheksanol dan larutan NaOH
membentuk satu fasa, tetapi menurut teori bahwa senyawa sikloheksanol merupakan alkohol
sekunder yang tidak dapat larut dalam larutan NaOH. Hasil yang berbeda dengan teori ini bisa
di karenakan faktor saat mengaduk dua larutan tersebut yang kurang sempurna, sehingga
larutan belum membentuk dua fasa.
Pada uji terhadap senyawa t-Butanol, campuran t-Butanol dan
larutan NaOH membentuk dua fasa. Hal ini disebabkan karena senyawa t-Butanol
termasuk alkohol tersier yang tidak larut dalam larutan NaOH. Hal ini mengindikasikan
bahwa alkohol tersier termasuk senyawa yang nonpolar walaupun memiliki gugus OH dalam
strukturnya.
V.3 Tes pada Senyawa Aldehid dan Keton
Dalam uji iodoform, reaksi iodoform yaitu suatu reaksi yang spesifik
terhadap senyawa yang mengandung gugus metil keton. Uji iodoform dapat
menunjukkan hasil positif jika suatu senyawa mengandung metil keton.
Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai
terbentuk Iodoform padat berwarna kuning.
Pada uji terhadap aseton, pertama akan dilakukan pengenceran
aseton dengan 2 mL air. Hal ini dikarenakan pada daerah tropis aseton
mudah

menguap.Dengan

adanya penambahan

air

dapat

mencegah

penguapan aseton. Lalu, ditambahkan 2 mL larutan NaOH 6 M yang


berfungsi sebagai suasana basa. Lalu, dilaukan pemanasan larutan
didalam penangas air 60 C yang bertujuan untuk mempercepat

reaksi , setelah iodoform habis bereaksi harus segera ditambahkan


larutan KI 5 M hingga muncul warna coklat. Tetapi pada aseton tidak
terjadi perubahan warna menjadi coklat dan tetap larutan tidak berwarna.
Kemudian, ditambahkan larutan NaOH 6 M kembali untuk menghilangkan
warna coklat. Tetapi pada aseton tetap tidak terjadi perubahan warna
apapun.

Adapun

faktor-faktor

adalah p e n a m b a h a n

NaOH

yang

dapat

menyebabkan

kegagalan

yang terlalu sedikit dan berlebih.

Pe n a m b a h a n N a O H harus tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya


menjadi kurang basa dan akibatnya tidak terjadi perubahan warna.
Sedangkan jika terlalu banyak atau berlebih iodoform

dapat larut

dalam NaOH. Pada aseton uji ini menujukkan hasil negatif. Aseton
memiliki gugus metil keton, namun dalam percobaan ini tidak menujukkan
hasil yang positif. Hal ini dapat terjadi karena proses iodinasi berlangsung
lambat dan bertahap dalam pembentukan iodoform (CHI 3) padat berwarna
kuning. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membentuk iodoform.
Persamaan Reaksi pada Uji Iodoform:
CH3COCH3 + 3 NaOCl + 3 KI

CH3COOK + CHI3 + 2 KOH + 3 NaCl

Pada uji terhadap sikloheksanon, saat direaksikan dengan larutan


NaOH, pereaksi KI dan pemansan tidak menghasilkan endapan kuning tapi
menghasilkan dua fasa, yaitu lapisan tidak berwarna dan lapisan putih
berbusa .Gugus keton yang direaksikan dengan pereaksi iodoform dalam
larutan NaOH

seharusnya

menghasilkan endapan kuning

iodoform.

Sehingga hasil pada praktikum tidak sesuai. Persamaan reaksinya adalah


sebagai berikut :
R-CO-CH3 + 3 I2 + 4 NaOH

------>

RCOO-Na + 3 NaI + 3 H2O + CHI3

Metil keton

Iodoform kuning

Pada uji terhadap benaldehid, saat direaksikan dengan iodine dan


NaOH tidak menghasilkan endapan kuning tapi menghasilkan dua fasa,
yaitu lapisan berwarna kuning pekat dan lapisan berwarna kuning muda.
Secara

teoritis

reaksi

benzaldehid

tersebut

menghasilkan

endapan

kuning.Sehingga hasil pada praktikum tidak sesuai. Persamaan reaksinya


adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil

pengamatan, dapat diketahui

bahwa

ada

beberapa hasil yang tidak sesuai dengan ketentuan.Hal ini dapat


disebabkan

beberapa

faktor,

yaitu

pereaksi

maupun

larutan

yang

digunakan sudah tidak baik, atau ada kesalahan pada prosedur kerja yang
telah dilakukan.

V.

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Pada uji senyawa hidrokarbon dengan uji bayer yang dapat diidentifikasi hanya
sampel sikloheksena dan sampel benzena, sedangkan dengan uji asam sulfat yang
dapat di identifikasi hanya sampel sikloheksena dan sampel benena.
2. Pada uji senyawa alkohol dengan uji alkali yang dapat di identifikasi hanya sampel
etanol, fenol, dan sikloheksanol.
3. Pada uji senyawa aldehid dan keton dengan uji iodoform, semuasampel tidak dapat di
identifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
-

Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif.Jakarta:Erlangga.


Fessenden dan Fessenden.1994. Kimia Organik Jilid I Edisi

Ketiga.Jakarta:Erlangga.
Hart,Harold.1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hidayatullah.2012. Identifikasi senyawa aldehid dan keton. Diakses tanggal 28
November 2015. (http://lilyanisemuelraga.blogspot.com/2012/03/identifikasi-

senyawa-aldehid-dan-keton.html).
Riswiyanto.2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai