Laporan Pendahuluan RDTR Kec. Kraton
Laporan Pendahuluan RDTR Kec. Kraton
Laporan Pendahuluan RDTR Kec. Kraton
OLEH:
1. Mega Widiyah W.
3613100007
2. Santika Purwitaningsih
3613100008
3. Farida Puspita R.
3613100009
4. Ajeng Dearista W.
3613100017
5. Muhammad Fadli
3613100021
6. Burhanudin Fahmi
3613100023
7. Joshua Argentino
3613100027
8. Chikita Yusuf W.
3613100030
9. Pisces Eria
3613100038
3613100042
3613100046
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan ini dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Putu Gde Ariastita, ST., MT dan Bapak
Prananda Navitas, ST., M.Sc atas bimbingannya selaku dosen mata kuliah Perencanaan
Kota. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan masukanmasukan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari mungkin masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama
kami sebagai mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................
ii
iii
vi
I-1
I-2
I-3
I-4
1.4.1
I-4
1.4.2
I-4
1.4.3
I-7
I-7
I-9
II
2.1.2
III
3.1.2
3.1.3
3.1.4
Klimatologi..................................................................................... III-3
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.4.2
3.4.3
3.4.4
3.4.5
3.5.2
3.5.3
3.5.4
3.5.5
IV
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
DAFTAR TABEL
I-7
V-3
V-5
V-6
DAFTAR GAMBAR
V-2
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota merupakan suatu kawasan yang memiliki peranan penting bagi wilayah dalam
berbagai aspek. Sebagaiman telah disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum 20 PRT M 2011 bahwa kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan
karena
mempunyai
pengaruh
sangat
penting
dalam
lingkup
I-1
Dokumen
perencanaan
ini
dibutuhkan
untuk
memaksimalkan
dan
I-2
j.
I-3
: Laut Jawa
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Kecamatan Pohjentrek
Sebelah Barat
Identifikasi kawasan
Deliniasi kawasan
B. PENYUSUNAN SURVEY
Pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan adalah:
I-4
Fungsi jalan
Karakter geometrik jalan yang meliputi lebar Damaja, Damija, dan Dawasja.
Karakter lalu lintas baik kendaraan bermotor rnaupun tidak bermotor (volume
lalu lintas), arus manusia pejalan kaki dan lain-lain, tempat parkir dan lainnya
Identifikasi prasarana
Jaringan listrik
Jaringan telepon
Jaringan drainase
Kepadatan penduduk
Komposisi penduduk
Orientasi keruangan
Peran dan fungsi wilayah studi dalam konstelasi kawasan yang lebih luas
(Kabupaten Pasuruan)
Identifikasi fasilitas pelayanan kota yang meliputi jenis, jumlah, distribusi / sebaran,
cakupan pelayanan, antara lain :
Fasilitas pendidikan
Fasilitas kesehatan
Fasilitas peribadatan
Fasilitas perniagaan
Fasilitas lainnya
I-5
Keseluruhan identifikasi tersebut harus tampak secara jelas dalam peta dengan skala
1 : 5.000 ataupun dalam deskripsi lain yang mudah terbaca, sehingga dapat dijadikan
landasan bagi pekerjaan selanjutnya. Penggambaran peta skala 1 : 5.000 dengan
menggunakan GIS.
D. KOMPILASI DATA
Kompilasi data merupakan rekapitulasi hasil survei data primer dan data
sekunder. Dalam kegiatan ini dilakukan seleksi dan sistematisasi data melalui
tabulasi atau penyusunan data secara sistematis sesuai dengan kebutuhan. Hasil
dari kegiatan ini adalah tersusunnya informasi yang lengkap tentang wilayah studi
dan dapat digunakan pada tahap analisa. Output dari tahap ini berupa susunan
data/informasi yang sudah terpilah sesuai dengan aspek-aspek / komponen
perencanaan.
E. ANALISA
Pada dasarnya pekerjaan analisa meliputi :
-
Analisis kesesuaian antara kondisi eksisting wilayah studi dengan rencana tata ruang
pada tingkat makro
dari
kegiatan
inventarisasi
data,
kompilasi
data,
dan
analisa
Rencana implementasi
I-6
ASPEK PEMAHAMAN
Gambaran Umum Kawasan
Tujuan Dan Sasaran
Ruang Lingkup wilayah
4.
Ruang Lingkup Kegiatan
TANGGAPAN
Sudah Jelas
Sudah Jelas
Ruang lingkup yang diarahkan
adalah kawasan perkotaan di
Kabupaten Pasuruan
4.1 Proposal/ Laporan
Pendahuluan
4.2 Persiapan Survey
4.3 Survey dan Inventarisasi
data:
a. Tidak mencantumkan
USULAN
Seharusnya dijelaskan bagian
kawasan perkotaan mana saja
yang bisa diambil. Kawasan
utama ataukah pendukung.
Sudah jelas
Sudah jelas
a. Dimasukkan kedalam
inventarisasi data intensitas
pemanfaatan ruang untuk
I-7
identifikasi ketinggian
bangunan
b. Tidak mencantumkan rute
sarana angkutan umum masal
(SAUM) yang melewati
kawasan studi
c. Tinjauan yang tertulis di
KAK adalah Kabupaten
Bangkalan, padahal wilayah
studi yang diarahkan adalah
kawasan perkotaan Kabupaten
Pasuruan.
5.
Nama dan Organisasi
Pengguna jasa
6.
mempermudah inventarisasi
data Koefisien Lantai Bangunan
(KLB)
b. Dimasukkan kedalam
inventarisasi data transportasi
untuk mengetahui moda
angkutan yang dapat
menghubungkan wilayah studi
dengan wilayah lain dan
kemudahan analisa
aksesibilitas
Tinjauan Peran dan fungsi
wilayah studi ditinjau dari
RTRW Kabupaten Pasuruan
Sudah Jelas
a) Analisis kesesuaian
dilakukan perbandingan
kondisi eksisting dengan
RTRW Kabupaten Pasuruan
karena orientasi wilayah studi
di kawasan perkotaan
Kabupaten Pasuruan.
b) Analisis kesesuaian lahan
seharusnya mengacu pada
RTRW Kabupaten Pasuruan.
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Sudah jelas
Metodologi
7.
8.
Keahlian
9.
Sudah jelas
Output
10.
Waktu Perencanaan
11.
Referensi
12.
Pelaporan
Sumber: Analisa, 2015
I-8
I-9
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RTRW KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN 2009-2029
2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan
2.1.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan
A. Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan
Kecamatan Kraton saat ini memiliki rencana sistem perkotaan, seperti adanya
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
ibukota kecamatan atau beberapa desa/kelurahan, yakni seluruh ibukota
kecamatan yang tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki
fungsi dari masing-masing ibukota kecamatan tersebut antara lain pusat pelayanan
umum dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya
dan pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah
administrasinya.
B. Arahan Pengembangan Sistem Perdesaan
Arahan pengembangan sistem perdesaan dapat dilihat dari sistem pemusatan
perdesaan yang berkaitan dengan kawasan perkotaan, sistem pusat permukiman
pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki diantaranya sebagai
berikut:
1. Pusat pelayanan antar desa (PPL)
2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd)
3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman (PPds)
Distribusi
permukiman
perdesaan
di
Kecamatan
Kraton
menunjukkan
keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat ataupun terpencar. Pola ruang
seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacammacam dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Setiap dusun memiliki pusat dusun
b. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
Secara diagramatis, sistem perdesaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
II-1
b.
c.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri dari kawasan
suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan.
d.
Kawasan rawan bencana alam, terdiri dari kawasan rawan tanah longsor dan
kawasan rawan banjir.
II-2
e.
Kawasan lindung geologi, terdiri dari kawasan rawan bencana alam geologi dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan rawan
bencana alam geologi sendiri, terdiri dari kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, serta kawasan yang
terletak di zona patahan aktif, sedangkan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah, terdiri dari kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air.
f.
konteks keseimbangan ekosistem dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini berarti bahwa
pemantapan kawasan lindung harus memperhatikan faktor-faktor lainnya, yaitu:
a. Keseimbangan hidrologis
b. Keseimbangan flora dan fauna
c. Keseimbangan cagar budaya
d. Perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya
Sedangkan strategi yang ditempuh dalam penataan kelestarian kawasan lindung di
Kecamatan Kraton adalah:
a. Penegasan batas nyata kawasan lindung dengan kawasan budidaya
b. Mengembalikan fungsi lindung bagi kawasan yang telah rusak
c. Pengelolaan kawasan lindung secara terpadu
d. Pengendalian konservasi tanah dan air pada kawasan lindung
2.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya, meliputi kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan
pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan dan objek pariwisata,
kawasan permukiman, dan kawasan pesisir.
A. Kawasan Pertanian
Upaya penanganan atau pengelolaan kawasan pertanian di Kecamatan Kraton
dilakukan dengan cara:
a. Mendorong
pembentukan
sentra-sentra kawasan
pertanian
khusus
dengan
pendekatan spasial yang kesemuanya harus tercakup dalam suatu kawasan yang
sinergi dan selaras mendukung pertanian yaitu Kawasan Agropolitan.
II-3
b. Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan pada
masing-masing Kawasan Pertanian akan ditetapkan dan dikoordinasikan oleh
masing-masing Kepala Dinas terkait yang tugas dan tanggungjawabnya berkaitan
dengan Bidang Pertanian.
c. Rencana Kawasan Pertanian lahan basah (sawah).
d. Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering.
B. Kawasan Perkebunan
Rencana kawasan perkebunan yang ada di Kecamatan Kraton meliputi kawasan
perkebunan milik masyarakat yang tersebar di seluruh Kecamatan Kraton.
C. Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan.
Rencana pengembangan kawasan perikanan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan
industri pengolahan hasil perikanan.
b. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
D. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan
dan/atau padang penggembalaan ternak untuk berbagai jenis hewan ternak. Rencana
pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kecamatan Kraton dikembangkan
menyebar di hampir semua Kecamatan Kraton, mengingat potensi yang adapun
menyebar di hampir disetiap kecamatan ini. Kawasan peternakan diklasifikasikan
menjadi 2 (dua), yaitu ternak besar dan ternak kecil. Yang dimaksud dengan ternak
besar adalah ternak sapi potong dan ternak sapi perah. Sedangkan ternak kecil disini
memiliki jenis ternak ayam buras pedaging, ayam buras petelur, itik, kambing/domba,
babi, kuda dan kerbau.
E. Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan termasuk kelompok pertambangan mineral yang meliputi
pertambangan bahan galian diantaranya golongan galian strategis, golongan bahan
galian vital, dan golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas.
Pada dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam
akan semakin besar pula gangguan terhadap keseimbangan lingkungan dengan
demikian kemungkinan terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda penambangan
akan mempengaruhi besar kecilnya perubahan terhadap bentang alam. Kawasan
pertambangan yang ada di Kecamatan Kraton termasuk dalam kelompok mineral dan
batubara dengan jenis pertambangan bahan galian atau tambang yang meliputi batu
II-4
kapur, pasir kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentodit, marmer, zeolit, toseki,
feldspar, piropilit, dan fospat.
F. Kawasan Peruntukkan Industri
Kawasan peruntukkan industri meliputi kawasan industri, lokasi peruntukkan industri
serta kawasan industri tertentu untuk UMKM dan industri rumah tangga. Sektor industri
merupakan salah satu pendukung utama pembangunan ekonomi Kecamatan Kraton.
Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB cukup besar terutama dari sektor
pengolahan. Didukung dengan posisi yang strategis maka Kecamatan Kraton
mempunyai prospek yang besar untuk berkembang sebagai wilayah industri, hal ini
ditandai dengan berkembangnya industri kecil yang ada di kecamatan ini.
Berdasarkan kondisi tersebut maka arah pengembangan kegiatan industi di
Kecamatan Kraton, adalah sebagai berikut:
a. Mendorong perkembangan kawasan industri Kecamatan Kraton.
b. Pengembangan industri, menyatu dengan Kawasan Industri atau cluster peruntukan
industri yang telah ada, untuk arah pengembangannya adalah kegiatan industi agro
(industri hasil pertanian) serta pengembangan industri kecil yang mempunyai kaitan
dengan berbagai industri.
G. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi:
a. Kawasan Permukiman Perkotaan
b. Permukiman di sekitar kawasan industri. Permukiman ini pengembangannya
diarahkan di sekitar Kecamatan Kraton.
c. Permukiman di sekitar kawasan Pantai. Permukiman ini diarahkan disekitar
Kecamatan Kraton.
d. Kawasan Permukiman Perdesaan. Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat
tinggal sebagian besar masyarakat Kecamatan Kraton yang kehidupan pokoknya
bersumber pada pola pertanian.
Kebijakan pengembangan sistem permukiman:
a. Mengarahkan struktur permukiman pusat perkotaan secara berhierarki dan
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat
ke arah kawasan metropolitan di Kecamatan Kraton.
b. Menata pusat permukiman perkotaan SSWP direncanakan berperan sebagai pusatpusat mandiri.
c. Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan secara merata untuk
mencegah kawasan permukiman padat.
II-5
d. Membentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal seluas 30%
dari luas wilayah kawasan permukiman perkotaan.
H. Kawasan Pesisir
Arahan rencana pengembangan kawasan pesisir di Kecamatan Kraton, yaitu:
a. Optimalisasi pemanfaatan lahan tambak dikembangkan di Kecamatan Kraton.
b. Pengembangan wisata bahari pada kawasan potensial, tetapi pemanfaatannya perlu
menjaga kelestarian hutan bakau yang ada.
c. Pengembangan kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan.
d. Memelihara hutan bakau yang bermanfaat untuk kelangsungan ekosistem pesisir.
Penataan kawasan budidaya dimaksudkan agar kegiatan yang dikembangkan dapat
memberikan kesejahteraan masyarakat secara merata di Kecamatan Kraton.
Pengembangan kawasan budidaya menyangkut aspek-aspek:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya (produksi dan permukiman) secara
optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan.
b. Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kewasan budidaya untuk
menghindari konflik kepentingan antar sektor kegiatan.
Dengan
demikian
strategi
penataan
kawasan
budidaya
pada
dasarnya
II-6
b.
2.1.2.3.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan
Budaya
a.
b.
Kawasan Strategis (KS) dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi
kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan
budaya yang diakui sebagai warisan dunia.
b.
II-7
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kecamatan Bangil memiliki luas 44.600 Ha. Letak geografis wilayah Bangil,
Kabupaten Pasuruan berada pada posisi yang sangat strategis yaitu jalur regional dan
jalur utama antara Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Kecamatan Bangil
merupakan pusat perkotaan menengah Kabupaten Pasuruan dimana memiliki fungsi
sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri dan pusat
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu Kecamatan Bangil memiliki wilayah pendukung
atau wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)Bangil, terdiri dari
Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton
dengan pusat pengembangan di Bangil.
Lokasi perencanaan yang diambil adalah kawasan perkotaan di Kecamatan
Kraton dimana kegiatan utama yang dikembangkan di Kecamatan Kraton adalah
kawasan kegiatan penunjang pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut dijelaskan
mengenai gambaran umum dari Kecamatan Kraton.
3.1 KONDISI FISIK DASAR
3.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Kraton secara geografis termasuk ke dalam Kabupaten Pasuruan
yang terletak antara 7,30o - 8,30o Lintang Selatan dan 112,30o - 113,30o Bujur Timur.
Luas total Kecamatan Kraton adalah 50,750 Ha. Secara umum, wilayah Kecamatan
Kraton memiliki 25 desa/kelurahan yang terbagi menjadi 106 dusun, 130 RW dan 408
RT. Batas fisik Kecamatan Kraton adalah sebagai berikut:
Utara
: Laut Jawa
Timur
Barat
: Kecamatan Bangil
Selatan
: Kecamatan Pohjentrek
3. Desa Kraton
5. Desa Curahdukuh
2. Desa Semare
4. Desa Tambakrejo
6. Desa Sidogiri
7. Desa Ngempit
III-1
3.1.2 Topografi
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui
potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi
erat kaitannya dengan ketinggian dan kemiringan lereng lahan.
Kecamatan Kraton merupakan dataran rendah daerah pantai dengan ketinggian
antara 2 8 m dpl dan memiliki endapan alluvium. Sebagian besar merupakan lahan
pertanian, pertambakan, dan perkebunan. Sungai utamanya adalah Sungai Welang.
Kemiringan Lahan di Kecamatan Kraton antara 0 25 m dpl.
3.1.3 Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan
distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika serta reaksinya dengan lingkungan, termasuk
hubungannya
mengetahui
dengan
kondisi
mahkluk
hidrologi
hidup.
sebagai
Dengan
demikian
pertimbangan
siklus
sangat
air
pentingnya
di
kawasan
perencanaan.
Kecamatan Kraton memiliki sungai utama yaitu Sungai Welang yang merupakan
sungai catchment area terbesar yaitu 518 km2, juga terpanjang 36 km dengan lebar 35
m, tetapi debit alirannya masih relatif rendah dibanding sungai pada Kecamatan
Rejoso. Sungai utama tersebut merupakan sungai perenial yaitu sungai yang selalu
mempunyai aliran sepanjang tahun. Pada saat musim hujan debit aliran sungai-sungai
tersebut sangat besar sehingga elevasi permukaan air di sungai sangat tinggi dan ada
yang melampaui elevasi tanggulnya serta meluap ke daerah sekitarnya, selanjutnya
menimbulkan masalah banjir terutama di daerah hilirnya. Kondisi ini juga dapat dilihat
saat musim hujan dimana hampir seluruh daerah hilir dari sungai-sungai tersebut
selalu tergenang air. Sungai Welang ini bermuara di Desa Pulokerto Kecamatan
Kraton.
3.1.4 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu wilayah Kondisi
iklim Kecamatan Kraton tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim wilayah Kabupaten
Pasuruan pada umumnya. Seperti wilayah lainnya, Kecamatan Kraton mengalami
perubahan iklim sebanyak 2 kali setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Unsur-unsur klimatologi meliputi:
III-3
Kraton
digunakan
sebagai
permukiman,
pertanian
kering/tegal,
persawahan, dll. Lebih jelasnya mengenai luas penggunaan lahan Kecamatan Kraton
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton Tahun 2013
No
1
2
3
4
Luas (Ha)
488,73
2.496, 51
684,24
1.409,8
Prosentase
9,7%
49%
13,5%
27,8%
Desa/Kelurahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Luas
2
(km )
1,26
1,48
2,13
2,39
1,60
1,73
2,05
1,53
1,15
1,23
1,16
1,49
1,52
1,99
2,33
3,40
3,07
1,30
1,39
1,42
0,98
2,69
4,93
2,04
Jumlah Penduduk
(jiwa)
2132
4303
2250
3416
3132
3152
3283
2130
2844
1995
2486
2206
9025
3035
3538
4833
3319
2347
3530
3055
7508
2832
3137
6676
Kepadatan Penduduk
2
(jiwa/ km )
1692,06
2907,43
1056,34
1429,29
1957,50
1821,97
1601,46
1392,16
2473,04
1621,95
2143,10
1480,54
5937,50
1525,13
1518,45
1421,47
1081,11
1805,38
2339,57
2151,41
7661,22
1052,79
636,31
3272,55
III-4
25
Gerongan
Jumlah/Total
4,53
50,79
4162
90326
918,76
1778,42
Dari tabel di bawah, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di
Desa Kalirejo dengan jumlah penduduk sebesar 7.508 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Desa Dhompo dengan jumlah penduduk sebesar 1995
jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar 50,79 km2 dan jumlah penduduk sebesar 90.326
jiwa, maka kepadatan penduduk Kecamatan Diwek adalah 1.778,42 jiwa/km2 dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada pada Desa Kalirejo dan kepadatan penduduk
terendah berada pada Desa Pulokerto.
3.3.2 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraaan
Tabel 3.3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kec. Kraton
No
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Gerongan
Total
Jumlah
730
861
710
992
875
978
922
747
863
602
710
703
954
951
884
1517
998
780
915
867
1664
737
922
1419
946
23247
Tahapan keluarga sejahtera, meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga
Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), serta
Keluarga Sejahtera III+ (KS III plus).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase tingkat kesejahteraan keluarga
di Kecamatan Kraton mulai dari Keluarga Pra Sejahtera sampai dengan Keluarga
III-5
Sejahtera III+, yaitu 21,42%, 25,58%, 34,27%, 17,03%, dan 1,70%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar keluarga di Kecamatan Kraton sudah mempunyai taraf hidup
yang cukup baik.
3.3.3 Jumlah Penduduk menurut Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Kraton memeluk agama Islam dengan jumlah
penganut agama Islam sebesar 79.603 jiwa. Sedangkan tidak ada penduduk
Kecamatan Kraton yang memeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Rinciannya dapat
dilihat pada berikut:
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kec. Kraton
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Desa
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Gerongan
Jumlah/Total
Islam
1875
3495
2000
3153
2746
2736
2835
1904
2516
1783
2185
1876
8298
2685
3145
4277
2966
2089
3060
2687
6658
2491
2783
5800
3563
79603
Kristen
-
Agama
Katolik Hindu/Budha
1
31
12
13
57
-
Lainnya
-
III-6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Desa
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Gerongan
Tdk/Blm
Bekerja
554
1341
527
1064
952
914
1049
626
920
587
738
636
4012
856
943
1247
859
769
1168
1015
2458
865
844
2200
1427
Pertanian
Pertambangan
1337
788
1414
1305
825
905
1253
519
485
845
510
1866
574
1427
2128
3701
1459
853
606
278
4315
1481
2120
962
1636
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
9
2
0
2
2
1
1
Industri
159
190
177
204
227
313
231
296
300
211
266
104
155
350
373
449
517
228
385
289
110
74
243
838
225
Mata Pencaharian
Konstruksi Perdagangan
174
196
110
246
201
190
97
111
153
129
191
82
321
176
145
198
245
116
138
179
496
221
183
270
200
18
29
20
48
29
22
29
20
21
23
58
39
31
48
29
26
33
39
87
39
17
19
49
68
29
Angkutan
Komunikasi
12
111
62
62
74
49
99
37
1111
25
86
49
86
37
74
0
62
0
25
123
37
0
62
86
49
III-7
Keuangan
28
83
24
34
51
29
32
22
65
17
69
50
117
37
29
17
37
13
24
46
15
5
29
56
9
Jasa
73
722
235
279
398
465
449
331
315
171
250
294
570
265
265
225
314
196
513
550
353
268
129
864
93
Lain-lain
178
80
432
270
360
226
147
152
242
116
291
121
486
85
237
273
106
15
144
142
100
51
139
242
62
Poliklinik
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Gerongan
Jumlah/Total
1
1
2
1
1
2
1
1
1
3
RS
Bersalin
-
Tempat
Praktek
Dokter
1
1
1
3
Tempat
Praktek
Bidan
1
1
1
2
2
1
1
3
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
31
III-8
Kraton juga memiliki 119 posyandu untuk pemantauan gizi dan tumbuh kembang
balita.
3.4.2 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kraton terdiri dari masjid dan langgar yang
tersebar di setiap desa.
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan menurut Jenisnya
Desa
Masjid
Langgar
Gereja
Pure
Vihara
Slambrit
Ngabar
Klampisrejo
Kebotohan
Pukul
Gambir Kuning
Mulyorejo
Tambaksari
Plinggisan
Dhompo
Ngempit
Jeruk
Sidogiri
Karanganyar
Selotambak
Curahdukuh
Rejosari
Asemkandang
Tambakrejo
Kraton
Kalirejo
Semare
Pulokerto
Bendungan
Gerongan
Jumlah/Total
4
5
4
4
3
1
5
6
5
3
3
4
3
3
5
5
3
4
3
1
4
1
3
5
4
87
51
59
33
54
31
47
30
24
33
31
23
33
42
23
54
33
45
37
21
26
45
26
24
59
38
926
Jumlah/
Total
54
64
37
58
34
48
35
31
38
34
25
37
44
25
59
38
48
40
23
27
49
27
27
64
42
1013
III-9
TK
Negeri
Swasta
2
2
1
2
1
2
2
1
2
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
-
3
1
4
2
4
1
4
2
3
1
1
3
2
51
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
1
1
3
6
1
1
2
1
2
1
1
1
1
29
SMP
Negeri
SMA
Sekolah
Luar
Biasa
(SLB)
Umum
Pondok
Pesantren
Madrasah
Diniyah
Madrasa
h Diniyah
Seminari
dan
Sejenisnya
Jumlah/
Total
Swasta
Kejuruan
1
-
2
2
1
1
1
-
1
-
1
1
2
1
-
2
2
2
3
3
2
1
2
1
2
1
2
2
3
2
4
5
2
2
2
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
2
1
15
2
1
2
1
1
4
16
3
1
3
2
5
3
3
3
1
2
4
2
1
56
5
2
5
2
5
3
3
4
1
2
5
6
1
72
III-10
Jumlah Desa
25
25
25
25
25
Desa Berlistrik
25
25
25
25
25
Pelanggan
9527
9983
10552
11726
11863
Konsumsi Energi
23.993.634
35.154.145
38.808.749
40.318.791
41.253.089
III-11
Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik PLN dan Non PLN
Desa/Kelurahan
Rumah
tangga PLN
Rumah tangga
non PLN
Slambrit
297
409
706
Ngabar
731
Klampisrejo
509
127
636
Kebotohan
456
524
980
Pukul
800
50
850
Gambir Kuning
723
145
868
Mulyorejo
723
78
801
Tambaksari
360
98
458
Plinggisan
679
110
789
Dhompo
651
12
663
Ngempit
600
43
643
Jeruk
507
104
611
Sidogiri
750
138
888
Karanganyar
726
150
876
Selotambak
615
415
1030
Curahdukuh
725
741
1466
Rejosari
801
111
912
Asemkandang
425
170
595
Tambakrejo
940
Kraton
636
211
847
Kalirejo
1727
305
2032
Semare
568
130
698
Pulokerto
783
90
873
1284
427
1711
797
17813
89
4677
886
22490
Bendungan
Gerongan
JUMLAH
731
940
jaringan
telepon
di
III-12
cukup mencukupi
kebutuhan
jaringan
telekomunikasi
di
wilayah
tersebut.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No
III-13
3.7 POTENSI
Kecamatan Kraton memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan perekonomian wilayah Kraton. Beberapa potensinya berasal dari sektor
kelautan dan perikanan, sektor kerajinan kerang, industri, pariwisata, dan konservasi.
1. Sektor Kelautan Dan Perikanan
Kecamatan Kraton merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara pasuruan dan
didominasi oleh daerah pantai. Hal ini menyebabkan Kecamatan Kraton memiliki
potensi kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Salah satu contoh potensi
kelautan di kecamatan karton adalah budidaya udang vannamei, udang windu dan
rumput. Selain itu juga terdapat budidaya air payau yang berupa budidaya tambak.
Potensi ini dapat dikembangkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan
perekonomian lokal.
2. Sektor Kerajinan
Potensi Kecamatan Kraton sebagai gudang kupang dan kerang, mendapat perhatian
tersendiri dari Pemerintah Pusat. Sebanyak 20 warga Desa Kalirejo mengikuti
Pelatihan Kerajinan Kerang yang diselenggarakan oleh Sesditjen P2HP (Sekretariat
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) Kementrian
Kelautan dan Perikanan RI, dan bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pasuruan, serta DAI Mutu MUI Kabupaten Pasuruan. Pelatihan kerajinan
kerang ini nantinya diharapkan dapat menopang perekonomian bagi keluarga dan
masyarakat disekitar Desa Kalirejo.
3. Industri
Kawasan Industri Terpadu Kraton ini bersebelahan dengan kawasan industri PIER
Pasuruan, lalu-lintas keluar masuk barang sangat mudah dari-ke akses dermaga peti
kemas Tanjung Perak Surabaya, dengan adanya jalur Tol Gempol. Dari GempolSurabaya, Surabaya-Gresik, Surabaya-Pulau Madura serta rencana jalan Tol
Pasuruan-Gempol kawasan industri terpadu berlokasi di Desa Selotambak,
Kecamatan
Kraton,
Kabupaten
Pasuruan.
Produk
dari
industri
ini
adalah
(Compressed natural gas, CNG) yaitu alternatif bahan bakar selain bensin atau solar
atau biasa disebut BBG (Bahan Bakar Gas).
4. Konservasi
Kecamatan Kraton memiliki kawasan hutan mangrove yang dapat dijadikan sebagai
kawasan konservasi. Jenis pohon mangrove didominasi tipe C jenis Tinjang. Lalu tipe
A jenis api api dan paling sedikit tipe B jenis bogem. Selain itu mangrove juga dapat
dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.
III-14
3.8 MASALAH
1. HIDROLOGI
Salah satu permasalahan yang ada di Kecamatan Kraton adalah rawan banjir. Banjir
ini berasal dari sungai Welang yang bermuara di Desa Pulokerto. Sungai ini
merupakan sungai perennial yang memiliki aliran sepanjang tahun sehingga pasa
saat musim hujan debit aliran sungai sangat besar dan meluap ke daerah sekitarnya.
Selain Desa Pulokerto, Desa Tambakrejo juga sering terjadi banjir.
2. LAHAN
Kecamatan Kraton yang mempuyai sumber daya di sektor kelautan dan perikanan
yang melimpah, menyebabkan terjadinya konflik sosial antar desa. Dalam kasus yang
telah terjadi adalah konflik antara warga Desa Kalirejo dengan Desa Semare. Namun
konflik tersebut saat ini telah tuntas dengan kesepakatan perjanjian damai.
(pasuruankab.go.id, 2014)
III-15
BAB IV
METODE PERENCANAAN
4.1 METODE PENDEKATAN PERENCANAAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain:
A. Top Down dan Bottom Up Planning
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini
menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa
perencanaan program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata
ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang kedua adalah bottom up
planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku
pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya.
Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi
dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala
ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah perencanaan.
B. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada
kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat
ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap
memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan.
Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan antara
lain:
Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
IV-1
C. Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang
menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah
perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum
terhadap kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari
tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan
wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap
rencana sektoral yang ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan
koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.
D. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah
masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan
pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh
karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan harus mencerminkan
masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan.
E. Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang
berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang
berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang
optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan
secara umum dalam menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi
spasial, sosial, maupun ekonominya.
4.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam
menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses prencanaan
yang telah disebut meliputi:
1. Input
Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa.
2. Proses
Tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang telah didapat. Dalam tahap
ini, perlu diidentifikasi potensi dan masalah sebagai pertimbangan dalam perumusan
rencana.
IV-2
3. Output
Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai dengan
tujuan kawasan.
IV-3
analisis data disajikan dalam bentuk uraian, gambar, bagan, grafik, tabel ataupun peta.
Alat analisis dan data yang diperlukan meliputi:
4.3.1 ANALISIS PENETAPAN BWP
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan
merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat
dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan
direncanakan di BWP.
Penetapan kawasan perkotaan di Kabupaten Pasuruan, wilayah perencanaan
yang diambil adalah Kecamatan Kraton yang merupakan wilayah pendukung atau
wilayah pengembangan Bangil. Wilayah Pengembangan (WP)Bangil, terdiri dari
Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton
dengan pusat pengembangan di Bangil.
Dalam melakukan penetapan BWP di Kecamatan Kraton, dilakukan analisis
dengan menggunakan kesesuaian berdasarkan 5 (lima) lingkup wilayah perencanaan
RDTR Kawasan perkotaan. Yaitu:
1. Wilayah Administrasi
2. Kawasan Fungsional
3. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan
4. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan
5. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota berupa Kawasan Pedesaan dan Direncanakan
Menjadi Perkotaan.
Berikut adalah wilayah perencanaan yang dianalisis untuk melakukan penetapan BWP
.
Gambar 4.2 Analisis Penetapan BWP
Sumber: Analisa, 2015
IV-4
Sehingga penetapan BWP, berdasarkan analisis yang sesuai dengan lingkup bagian
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan ciri perkotaan di Kecamatan Kraton, yang
mencakup 4 desa. Keempat desa tersebut antara lain:
1. Desa Kalirejo
2. Desa Semare
3. Desa Kraton
4. Desa Tambakrejo
Dikarenakan ke empat desa tersebut:
a. Membentuk satu cluster yang saling mempunyai keterkaitan dan mempunyai
karakteristik wilayah yang dominan sama dan mempunyai potensi sumberdaya
alam yang melimpah untuk dikembangkan.
b. Keempat desa dilewati oleh jalan nasional, sehingga menjadi wilayah yang
strategis. Yaitu Jalan Pantura yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.
Untuk penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya
dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya
memperbaiki,
bertujuan
untuk
mengkoordinasikan
mengembangkan,
melestarikan,
keterpaduan
pembangunan,
melindungi,
dan/atau
IV-5
b.
b.
c.
Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan
d.
e.
Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP
2.
3.
Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,
sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi,
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya
yang sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP,atau
4.
Lokasi
Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam
peta. Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang
ditentukan, atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP
tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) Batas fisik, seperti blok dan subblok
2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona
3) Wilayah administratif, seperti rt, rw, desa/kelurahan, dan kecamatan
4) Penentuan secara kultural tradisional, seperti kampung, desa adat,
gampong, dan nagari
IV-6
perindustrian
rakyat,
kawasan
sentra
pendidikan,
kawasan
Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas:
1)
2)
3)
pembangunan
kawasan
permukiman
(kawasan
siap
pembangunan
desa
agropolitan,
pembangunan
kawasan
perbatasan, dan/atau
4)
IV-7
Data Hidrologi
Data Klimatologi
Data Topografi
Penggunaan atau
Peruntukan Lahan
METODE
PENGUMPULAN DATA
Survei Sekunder:
RTRW Kabupaten
Pasuruan
OUTPUT DATA
Untuk mengetahui data geologi umum,
data geologi wilayah, dan data geologi
permukaan. Hasilnya berupa:
a. Peta Geologi berupa Peta Kontur,
Kemiringan, dan Sedimentasi.
b. Kompilasi Data Tabular
Untuk mengetahui data air permukaan
dan data air tanah. Hasilnya berupa:
a. Peta Hidrologi
b. Kompilasi Data Tabular
Untuk mengetahui data hari dan curah
hujan, data intensitas hujan, data
temperature
rata-rata,
data
kelembapan
relative,
dan
data
kecepatan dan arah angin. Hasilnya
berupa:
a. Peta Klimatologi
b. Kompilasi Data Tabular
Untuk mengetahui data ketinggian
permukaan dan data kemiringan
permukaan. Hasilnya berupa:
a. Peta Topografi
b. Kompilasi Data Tabular
Untuk mengetahui fungsi penggunaan
atau peruntukan lahan. Hasilnya
berupa:
a. Peta
Penggunaan
atau
Peruntukan Lahan
b. Kompilasi Data Tabular
c. Diagram
Penggunaan
atau
Peruntukan Lahan
Untuk mengetahui data sumber daya
mineral atau bahan galian. Hasilnya
berupa:
a. Peta Sumber Daya Mineral atau
Bahan Galian
b. Kompilasi Data Tabular
Untuk mengetahui data daerah rawan
bencana. Hasilnya berupa:
a. Peta Daerah Rawan Bencana
Alam
b. Kompilasi Data Tabular
IV-8
Bagan alur pengumpulan data karakteristik fisik dasar di wilayah perencanaan dapat
dilihat pada diagram berikut:
Kondisi
Eksisting
Dokumen
Rencana
Survei Primer
Survei
Sekunder
IV-9
IV-10
Metode Analisis
A. FISIK DASAR
Dalam menganalisa kesesuaian fisik kawasan yang dilakukan dalam
pelaksanaan penyusunan RDTRK Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang ada di
lapangan, dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang terdahulu agar rencanarencana tersebut bersifat dinamis terhadap perkembangan yang terjadi tetapi
memiliki prinsip dasar, serta berfungsi sebagai penunjang dan pengendali programprogram pembangunan secara keseluruhan agar lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Analisis fisik dasar kawasan ini dilakukan untuk mengenali karakteristik fisik dan
lingkungan kawasan tersebut. Metode yang digunakan adalah Analisa Daya
Dukung Lahan dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan. Sehingga
nantinya hasil yang diharapkan dari analisa fisik dasar dan lingkungan adalah:
a) Melihat kemampuan daya dukung wilayah untuk menggambarkan
seberapa
besar
kapasitas
lahan
yang
dapat
dikembangkan
dan
lahan, penempatan
Pembagian Blok
Dengan tujuan membagi kawasan dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta
karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam
blok-blok peruntukan lahan, sehingga mudah dalam alokasi investasi,
pengendalian, dan pengawasan.
Komponen:
IV-11
1. Delineasi blok Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata
maupun yang belum nyata.
Yang nyata:
Jaringan jalan
Sungai
Selokan
Saluran irigasi
Garis pantai
Yang belum nyata:
2. Alokasi lahan
Gejala yang timbul diseputar penguasaan dan pemilikan tanah
perdesaan dan perkotaan dewasa ini adalah terpusatkan pada sebagian
besar pemanfaatan pemilikan tanah ditangan sekelompok masyarakat
pemilik modal kuat. Di lain pihak, masyarakat perkotaan secara umum dan
masyarakat pemilik modal lemah khususnya cenderung tersingkir dari
mekanisme pasar yang ada, yang berakibat pada timbulnya ketidak
merataan dalam penguasaan dan pemilikan tanah.
3. Sistem prasarana kawasan
Rencana pengembangan sistem prasarana wilayah bertujuan untuk:
(1) Mendukung pemerataan pertumbuhan ekonomi wilayah.
(2) Membuka keterisolasian antar wilayah.
(3) Perangkat kelembagaan untuk mendukung pengembangan kawasan.
Kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan terhadap bencana alam,
perlindungan setempat, dan kawasan tertentu/khusus. Masing-masing blok
peruntukkan utama tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi beberapa
subblok, sesuai pemanfaatan yang lebih spesifik dan kekhususannya.
b. Peruntukan Lahan
Dengan tujuan mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok peruntukan lahan
sehingga tercipta ruang yang produktif dan berkelanjutan.
Komponen:
IV-12
1. Perumahan:
Kebutuhan perumahan dan ukuran rumah tangga (berdasarkan hasil
elaborasi);
Kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan.
2. Industri:
Lokasi perencanaan pengembangan industri;
Potensi tenaga kerja yang ada;
Lingkungan; untuk kawasan yang telah berkembang, agar diteliti
dampak
terhadap
kawasan
yang
pencemaran
belum
lingkungan.
berkembang,
Apabila
merupakan
diteliti
jenis-jenis
agar
pada
pencemaran
lingkungan,
dan
kemungkinan-
IV-13
5. Pusat Pemerintahan:
Kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan kebutuhan
yang ditetapkan dalam RTRW;
Lingkungan; mempunyai karakter kuat dalam tata lingkungan dan
bangunan;
Multiplier effect; jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan
dikembangkan, termasuk juga analisis kegiatan penunjang yang
muncul.
6. Pusat Pendidikan dan Penelitian/Teknologi Tinggi:
Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau Pusat
Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam RTRW;
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan.
c. Fasilitas Lingkungan
Dengan tujuan mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran
fasilitas sosial ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok
peruntukan sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, mudah, produktif dan
berkelanjutan.
d. Kawasan Mitigasi Bencana
Dengan tujuan meniliti dan mengkaji sumber bencana, lingkup atau
luasan dampak, dan kebutuhan pengendalian bencana, agar tercipta
lingkungan permukiman yang aman, nyaman, dan produkti
IV-14
UTILITAS UMUM
KEPENDUDUKAN
Analisa
FASILITAS UMUM
Analisa hierarki
Analisa hierarki
Pelayanan utilitas
TRANSPORTSI
Analisa pola
persebaran
Pelayanan
umum; Analisa
pergerakan dan
penduduk dengan
fasilitas umum
distribusi utilitas
sistem sirkulasi
Membutuhkan data
pola ruang
Metode
Membutuhkan
Data yang
tentang Klasifikasi/
dibutuhkan adalah
pengumpulan
data tentang
skala pelayanan
Rute Angkutan
datanya adalah
Klasifikasi/ skala
Umum, headway,
Survei Sekunder
pelayanan
Persebaran Utilitas
Kecepatan
Kecamatan Kraton
fasilitas umum
di Kecamatan
kendaraan,
Kraton
Dalam Angka
2010-2014
Metode
Metode
a. Kantor
pengumpulan
pengumpulan
Kecamatan Kraton
datanya adalah
datanya adalah
b. Kantor
Survei primer
pengumpulan
Kelurahan
dan Survei
Sekunder
datanya dalah
c. BPS Kab.
Sekunder
a. Kecamatan
Kraton Dalam
sekunder
Angka 2010-2014
Instansi: Dinas
b. Kantor
DPU
Pasuruan
Output datanya
Mengetahui
adalah
Mengetahui
rencana dan
rencana dan
fungsi pola
ruang
Kecamatan Kraton)
Mengetahui
rencana dan
pergerakan
Metode
Mengetahui
rencana pola
pergerakan
Gambar 4.7 Keterkaitan Aspek Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan
Sumber: Analisa, 2015
IV-15
Output Data
Mengidentifikasi karakteristik
struktur kependudukan dan
kondisi sosial masyarakat di
wilayah perencanaan
Instansi:
Kantor Kecamatan Kraton
dan BPS Kabupaten
Pasuruan
Mobilitas Penduduk
Kecamatan Kraton
Sosial Budaya (Karakteristik
Penduduk) Kecamatan Kraton
Deskripsi mengenai
karakteristik penduduk
IV-16
Metode Analisis
Penduduk merupakan faktor utama perencanaan, sehingga pengetahuan
akan kegiatan dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam
penyusunan rencana. Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk
mengetahui ciri perkembangan suatu daerah, sehingga data penduduk masa lampau
sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan keadaan pada
masa mendatang. Salah satu yang penting dalam analisis penduduk yaitu
mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk hal tersebut, dapat
digunakan beberapa metoda atau model analisis.
Setiap teknik atau metoda selalu memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya perlu dilakukan pemahaman terlebih
dahulu terhadap kondisi kependudukan pada kawasan perencanaan, seperti pola
pertumbuhan yang terjadi di masa lampau, ketersediaan data dan sebagainya. Hal
ini untuk memperoleh hasil proyeksi yang mendekati ketepatan dan menghindari
kesulitan-kesulitan dalam proses analisis.Secara garis besar, analisis sosiodemografi dibagi menjadi 4. Yaitu:
1. Analisis Ukuran-Ukuran Kependudukan
2. Piramida Penduduk
3. Proyeksi Penduduk, dan
4. Analisis Karakter Sosial Budaya Penduduk
Berikut adalah penjabaran metode analisis sosio-demografi yang akan
digunakan:
IV-17
2 fx
i
f Md
Keterangan
lMd Batas bawah kelompok umur N/2
N Jumlah penduduk total
fx Jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur N/2
fMd Jumlah penduduk pada kelompok N/2
i
-Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan
pada sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Penggambaran suatu piramida
penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis
yang vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini
dapat tahunan, dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horisontal
IV-18
terhadap
jumlah
dan
perkembangan
penduduk,
yaitu
dengan
Keterangan:
Pt
Po
b. Kepadatan Penduduk
IV-19
a=
d.
Pn - Po
Pn
Keterangan:
Pn
Po
IV-20
Sumber Data
1 tahun
terakhir
Survey
Sekunder
Dinas
Kesehatan
Kecamatan
Kondisi
Faktual
2014
Survey
Primer
Survey
Lapangan di
Kecamatan
Kraton
Peta persebaran
fasilitas kesehatan
1 tahun
terakhir
Survey
Sekunder
Dinas
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Kecamatan
Kondisi
Faktual
2014
Survey
Primer
Survey
Lapangan di
Kecamatan
Kraton
Jenis Fasilitas
Perdagangan dan Jasa
1 tahun
terakhir
Survey
Sekunder
Lokasi Fasilitas
Perdagangan dan Jasa
Saat ini
Survey
Primer
Saat ini
Survey
Primer
Time
Series
Hasil
Lokasi fasilitas :
a. Kantor Kelurahan
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Survey
Lapangan di
Kecamatan
Kraton
Survey
Lapangan di
IV-21
Kecamatan
Kraton
b. Kantor Kecamatan
c. Kantor pelayanan
publik
Jumlah dan jenis dan
lokasi fasilitas
peribadatan
Saat ini
Saat ini
Survey
Primer
Survey
Primer
Survey
Lapangan di
Kecamatan
Kraton
Survey
Lapangan di
Kecamatan
Kraton
Metode Analisis
Untuk mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran fasilitas sosial
ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok peruntukan.
Beberapa metode yang digunakan dalam analisa sarana dan prasarana lingkungan
antara lain:
1. Skoring
Digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kota, sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota yang bersangkutan. Rumus yang
digunakan adalah
Bi =
1000
Dimana:
Bi
Pi
Jumlah aktivitas yang dimaksud biasanya berupa produksi maupun pelayanan sosial,
seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, dan lain
sebagainya. Semakin tinggi nilai Bi dapat diinterprestasikan bahwa sebuah kota atau
kawasan tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang optimal/potensial.
IV-22
100%
Dimana:
TP
dij
bj
Cis
a.
IV-23
No
Kebutuhan per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
150
300
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapai
-an
0,12
2.500
2.
Balai
pertemuan
Pos hansip
2.500
12
0,06
500m2
3.
Gardu listrik
2.500
20
30
0,012
500m2
4.
Telepon
umum,
bis
surat
Parkir umum
2.500
30
0,012
500m2
2.500
100
0,04
Kantor
kelurahan
Pos kamtib
Pos
pemadam
kebakaran
Agen
pelayanan
pos
Loket
pembayaran
air bersih
30.000
500
1.000
0,033
30.000
30.000
72
72
200
200
0,006
0,006
30.000
36
72
0,0024
30.000
21
60
0,002
30.000
21
60
0,002
30.000
80
0,003
30.000
500
0,017
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Loket
pembayaran
listrik
Telepon
umum,
bis
surat,
bak
sampah kecil
Parkir umum
Kelurahan
5.
Kelurahan
RW
1.
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukun
g (jiwa)
IV-24
b.
No.
Jenis
Sarana
1.
TK
1.250
2.
SD
1.600
Kebutuhan per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
216
500
633
2.000
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
0,28
500m2
1,25
1.000m2
Lokasi dan
Penyelesaian
Di
tengah
kelompok warga.
Tidak
menyeberang
jalan raya.
Bergabung
dengan
taman
sehingga terjadi
pengelompokan
Keterangan
2 rombongan
pra belajar @
60 murid dapat
bersatu
dengan sarana
lain.
Kebutuhan
harus
IV-25
3.
4.
SMP
SMA
4.800
4.800
2.282
3.835
9.000
12.500
1,88
2,6
1.000m2
3.000m2
5.
Taman
Baca-an
2.500
72
150
0,09
1.000m2
kegiatan.
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan umum.
Disatukan dengan
lapangan
olahraga.
Tidak selalu harus
di
pusat
lingkungan.
Di
tengah
kelompok warga
tidak
menyeberang
jalan lingkungan
diperhitungkan
dengan rumus
2, 3, dan 4.
Dapat
digabung
dengan sarana
pendidikan
lain, misal SD,
SMP,
SMA
dalam
satu
komplek.
c. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat
sekaligus
untuk
mengendalikan
pertumbuhan penduduk.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani
oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan
penyediaan fasilitas kesehatan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan antara lain:
a. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia
balita.
b. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk
dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi.;
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani
ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia
sampai dengan 6 tahun.
d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya.
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan
kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan
membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil.
IV-26
f.
Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan
kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan
tanpa perawatan, dan
NO.
Jenis Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Kebutuhan per
Satuan Sarana
Kriteria
Luas
Lahan
Min.
(m2)
60
Standar
(m2/jiwa)
1.250
Luas
Lantai
Min.
(m2)
36
2.500
150
30.000
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
0,048
500
Di tengah kelompok
tetangga tidak
menyebrang di jalan
raya
300
0,12
1.000
Di tengah kelompok
tetangga tidak
menyeberang jalan
raya
1.500
3.000
0,1
4.000
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
150
300
0,006
1.500
Posyandu
Balai
pengobatan
warga
BKIA/Klinik
Bersalain
30.000
Puskesmas
pembantu dan
balai
pengobatan
lingkungan
120.000
420
1.000
0,008
3.000
Puskesmas
dan balai
pengobatan
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
5.000
18
1.500
Tempat
praktek dokter
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
30.000
120
250
0,025
1.500
Apotik/ rumah
obat
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
umum
d.
Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan
rohani yan perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain
sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan
IV-27
jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.
Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi
dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan
lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar
penyediaan sarana peribadatan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan penyediaan
fasilitas peribadatan akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait
dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan
memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau
pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Adapun jenis
sarana ibadah untuk agama Islam adalah masjid dan mushola, sedangkan untuk
agama lain tergantung kebiasaan masyarakat setempat.
Tabel 4.7 Kebutuhan Sarana Peribadatan
NO.
Jenis
Sarana
Musholla/
Langgar
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Luas Lahan
Min. (m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapai
-an
Lokasi dan
Penyelesaian
250
45
100 (bila
bangunan
sendiri)
0,36
100m2
Masjid
Warga
2.500
300
600
0,24
1.000m2
30.000
1.800
3.600
0,12
4.000
Masjid
Lingkungan
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan umum.
Tergantung
sistem
kekerabatan/
hierarki
lembaga
Tergantung
kebiasaan
setempat
Sarana
ibadah
agama lain
Tergantung
kebiasaan
setempat
Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat merupakan
bagian dari
bangunan sarana
lain.
Di tengah
kelompok
tetangga tidak
menyeberang
jalan raya.
Dapat bergabung
dengan lokasi
balai warga.
IV-28
e.
No.
1.
2.
Jenis
Sarana
Toko/
warung
Pertokoan
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
250
6.000
Kebutuhan per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
50
100 (bila
(termasuk
gudang)
berdiri
sendiri)
1.200
3.000
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
0,4
300m2
0,5
2.000m2
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain.
Di pusat
kegiatan
IV-29
3.
4.
Pusat
pertokoan +
pasar
lingkungan
Pusat
perbelanjaan
dan niaga
(toko +
pasar +
bank +
kantor)
30.000
13.500
10.000
0,33
120.000
36.000
36.000
0,3
lingkungan.
KDB 40%.
Dapat
berbentuk P&D
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan
umum.
Terletak di jalan
utama.
Termasuk
sarana parkir
sesuai
ketentuan
setempat.
f.
b.
No.
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
1.
Balai
warga/ balai
pertemuan
2.500
2.
Balai
serbaguna/
balai
30.000
Kebutuhan per
Satuan Sarana
Luas
Luas
Lantai
Lahan
Min.
Min.
(m2)
(m2)
150
300
250
500
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
0,12
100m2
0,017
100m2
Lokasi dan
Penyelesaian
Di tengah
kelompok
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
bangunan
sarana lain.
Di pusat
lingkungan.
IV-30
3.
4.
Karang
Taruna
Gedung
serbaguna
Gedung
bioskop
120.000
1.500
3.000
0,025
100m2
120.000
1.500
2.000
0,017
100m2
Dapat dijangkau
dengan
kendaraan
umum.
Terletak di jalan
utama.
Dapat
merupakan
bagian dari
pusat
perbelanjaan.
g.
No.
1.
2.
3.
Jenis
Sarana
Taman/
tempat main
Taman/
tempat main
Taman dan
lapangan
olah raga
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
250
Kriteria
Luas Lahan
Min. (m2)
Standar
(m2/jiwa)
250
2.500
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
100m
1.250
0,5
1000m
30.000
9.000
0,3
Di tengah kelompok
tetangga.
Di pusat kegiatan
lingkungan.
Sedapat mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan.
Terletak di jalan
utama.
Sedapat mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
Terletak menyebar
Mempertimbangkan
radius pencapaian
dan area yang
dilayani.
4.
Taman dan
lapangan
olah raga
120.000
24.000
0,2
5.
6.
Jalur hijau
Kuburan/
pemakaman
umum
120.000
15 m
IV-31
Metode
Pengumpulan Data
Mengetahui karakteristik
prasarana jaringan air bersih di
wilayah perencanaan
Data jangkauan
pelayanan air bersih
Data penggunaan air
bersih
Data kebutuhan air
bersih
Survey Primer
(Pengamatan
Lapangan)
Data Persebaran
Jaringan Listrik
Data persebaran jenis
sarana jaringan listrik
Data jangkauan
pelayanan jaringan
listrik di wilayah
perencanaan
Data jangkauan
pelayanan jaringan
telepon
Data kebutuhan
jaringan telepon
Data penggunaan
jaringan telepon
Output Data
Survey Sekunder
(RDTRK Kec. Kraton,
kebijakan terkait, dan
instansi terkait)
Berupa:
a. Peta Persebaran jaringan air
bersih
b. Kompilasi data terbaru
jaringan air bersih di
kawasan studi
Mengetahui karakteristik
prasarana jaringan listrik di
wilayah perencanaan
Berupa:
a. Peta Persebaran jaringan
listrik
b. Kompilasi data terbaru
jaringan listrik di kawasan
studi
Mengetahui karakteristik
prasarana jaringan telepon di
wilayah perencanaan
Berupa:
a. Peta Persebaran jaringan
telepon
b. Kompilasi data terbaru
jaringan telepon di kawasan
studi
IV-32
Mengidentifikasi karakteristik
jaringan drainase di wilayah
perencanaan
Data jangkauan
pelayanan drainase
Data standar
pelayanan drainase
Berupa:
a. Peta Persebaran jaringan
drainase
b. Kompilasi data terbaru
jaringan drainase di kawasan
studi
Mengidentifikasi karakteristik
prasarana sistem pembuangan
sampah di wilayah perencanaan
Data volume
persampahan
Data lokasi
pembuangan sampah
Data jangkauan
distribusi
persampahan
Data proses ditribusi
persampahan
Berupa:
a. Peta Persebaran distribusi
persampahan
b. Kompilasi data terbaru
distribusi persampahan di
kawasan studi
Metode Analisis
a.
Air Bersih
IV-33
Komponen analisis:
PROSES
OUTPUT
Peta TGL
Distribusi
Air Bersih
Data
Sambungan
Air
Jumlah
Penduduk
Konsumsi
per kapita
Konsisi
Prasarana
Analisa
Distribusi
Analisa
Layanan
Analisa
Proyeksi
Rencana Sistem
Jaringan Air Bersih
Analisa
Pelayanan
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi air bersih maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi air
bersih eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang
telah terlayani jaringan air maupun yang belum.
2. Data sambungan rumah aktif dan data sambungan hidran umum dari PDAM
setempat akan dihitung dengan data jumlah penduduk menggunakan rumus:
IV-34
IV-35
Dari analisa proyeksi kebutuhan air bersih Domestik dan Non-Domestik maka
dapat dihitung total kebutuhan air bersih, untuk merencanakan pipa
sambungan permukiman yang lebih banyak.
Tabel 4.13 Kebutuhan Air Non-Domestik untuk Kategori V (Desa)
melalui
wawancara
penduduk
sekitar
untuk
mengetahui
Jaringan Listrik
Sistem jaringan: gardu induk, saluran udara ( SUTT, SUTM, SUTR), gardu
tiang dan sambungan rumah;
IV-36
INPUT
PROSES
OUTPUT
Peta TGL
Distribusi
Listrik
Jumlah
Pelanggan
PLN
Jumlah
Penduduk
Konsumsi
per kapita
Kondisi
Prasarana
Analisa
Distribusi
Analisa
Layanan
Rencana Sistem
Jaringan Listrik
Analisa
Proyeksi
Analisa
Pelayanan
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan listrik, lokasi (SUTR,
SUTM, SUTT, SUTET dan Gardu Induk) maka akan diolah menggunakan
software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi listrik eksisting.
Sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani
jaringan listrik maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering
untuk mengetahui jangkauan dari gardu listrik yang ada. Berdasar SNI SNI 031733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, 1 gardu
listrik mampu melayani radius atau jangkauan sebesar 500m2. Sehingga bila
masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan
penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang
belum terlayani.
2. Data jumlah pelanggan dari PLN setempat akan dihitung dengan data jumlah
penduduk menggunakan rumus:
dan
900
watt/rumah
tangga
untuk
perumahan
perkotaan.
IV-37
selain
adanya
standar
kebutuhan
listrik
di
atas,
perlu
juga
untuk
Kebuthan listrik fasilitas pemerintah dan pelayanan umum adalah 15% dari
kebutuhan total.
Dari analisa proyeksi kebutuhan air bersih Domestik dan Non-Domestik maka
dapat dihitung total kebutuhan listrik, untuk merencanakan pengembangan
jaringan prasarana energi listrik.
4. Diperlukan data kondisi jaringan terpasang menurut konsumen yang
didapatkan melalui survey primer untuk mengetahui permasalahan sistem
jaringan listrik yang ada meliputi instalasi yang kurang tepat. Ketidaktepatan itu
misalnya kabel listrik tegangan tinggi yang menggulung tidak beraturan di
kawasan padat permukiman dan lokasi SUTT yang kurang memenuhi standard
serta beberapa jalan ada yang masih kurang penerangan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/M.PE/1992 tentang
Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET), maka ditentukan jarak minimum antara penghantar SUTT
dengan tanah dan benda lain.
IV-38
Skala pelayanan:
- Sambungan telepon rumah tangga;
- Sambungan telepon non rumah tangga;
- Sambungan telepon umum.
Sistem jaringan :
- STO dan rumah kabel;
- Penataan sistem jaringan.
IV-39
INPUT
PROSES
OUTPUT
Peta TGL
Distribusi
Analisa
Distribusi
SaranaTelepon
Jumlah
Pengguna
Telepon
Jumlah
Penduduk
Kondisi
Prasarana
Analisa
Proyeksi
Rencana Sistem
Jaringan Telepon
Analisa
Pelayanan
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan telepon serta lokasi
STO maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta distribusi jaringan telepon eksisting. Sehingga dapat
diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani jaringan telepon
maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering untuk mengetahui
jangkauan dari STO yang ada. Berdasar SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota, 1 STO mampu melayani dengan
radius radius pelayanan 3 5 km dihitung dari copper center yang berfungsi
sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
Sehingga bila masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan
direncanakan penambahan dan perbaikan sistem jaringan telepon pada
daerah-daerah yang belum terlayani.
2. Sesuai SNI SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon
rumah dan telepon umum dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe
rumah sebagai berikut:
-
IV-40
Drainase
PROSES
OUTPUT
Peta TGL
Jaringan
Drainase
Panjang, lebar
tinggi drainase
Curah
Hujan
Kondisi
Prasarana
Analisa
Distribusi
Analisa
Kapasitas
Rencana Sistem
Jaringan Drainase
Analisa
Pelayanan
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data jaringan drainase maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi
jaringan darinase eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah
perencanaan yang dilalui jaringan drainase primer, sekunder atau tersier.
2. Dengan data panjang, lebar dan tinggi saluran drainase maka dapat dilakukan
analisa kapasitas volume saluran drainase eksisting.
3. Dengan data curah hujan dapat dilakukan analisa kapasitas air hujan.
Kemudian dilakukan evaluasi kapasitas jaringan drainase eksisting apakah
IV-41
Sumber: SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Bahan saluran ; tanah liat, beton dan pasangan batu bata dan bahan lain
Badan penerima ;
IV-42
e. Persampahan
Tujuan: pemenuhan kebutuhan untuk pembuangan limbah non B3 yang berasal
dari perumahan dan non perumahan.
Komponen analisis:
PROSES
OUTPUT
Peta TGL
Alur Pembuangan
Analisa
Distribusi
Sampah
Jumlah
Penduduk
Produksi
Sampah/org
Kondisi
Prasarana
Analisa
Proyeksi
Rencana Sistem
Jaringan Persampahan
terpadu
Analisa
Kapasitas
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data alur pembuangan sampah, lokasi TPS
dan TPA maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta jaringan persampahan eksisting sehingga dapat diketahui
cakupan wilayah perencanaan yang telah dilalui jaringan persampahan atau
belum.
2. Dengan data jumlah sarana persampahan dan titik-titik lokasinya maka akan
dilakukan analisis buffer dengan software arcGIS untuk mengetahui jangkauan
pelayanan masing-masing sarana yang ada, sehingga apabila masih ada
wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan penambahan
prasarana. Kebutuhan prasarana persampahan dapat di lihat pada tabel di
bawah ini.
IV-43
Sumber: SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan
Tempat sampah dibuat dari bahan tahan air dan dapat berupa ruang
terbuka yang bisa untu menempatkan 1-2 container kapasitas 6 m3. Apabila
belum tersedia tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan, tiap
lingkungan dapat dilengkapi dengan pembuangan sampah
berupa
dipilih
tanah
yang
relatif
rendah
dibandingkan
kawasan
permukiman
Lapisan sampah harus diusahakan kurang dari 2 m tiap lapis
Tebal lapisan tanah minimum 20 cm untuk menutup tiap lapisan sampah.
Untuk lapisan terakhir tebal tanah 60 cm
Setiap lapisan sampah yang sudah ditimbun tanah harus dipadatkan
3. Dengan data proyeksi jumlah penduduk dan volume sampah rumah tangga
yang dihasilkan, maka dilakukan analisis kapasitas TPA/TPS setempat untuk
mengetahui TPA yang ada mampu menampung jumlah timbulan sampah saat
ini dan ke depannya yang dihasilkan. Sehingga apabila kapasitas tidak
memenuhi akan dilakukan rencana pembukaan lahan TPA baru.
4. Dengan survey primer akan dilakukan analisa cara pembuangan sampah yang
dilakukan masyarakat, analisa sistem pendistribusian sampah, analisa
penempatan TPS dan TPA. Sehingga akan dihasilkan rencana sistem
pengolahan sampah terpadu.
IV-44
IV-45
d.) Meneliti pola pergerakan bangkitan lalu lintas penumpang dan barang
e.) Meneliti titik-titik kemacetan
f.) Meneliti kemungkinan-kemungkinan karakteristik geometrik jalan seperti rumija,
rumaja dan ruwasja
g.) Meneliti tentang sarana dan prasarana transportasi
IV-46
Data
Karakter geometrik
jalan
Pola jaringan jalan
Pola pergerakan
penumpang dan
barang
Pengumpulan Data
Jenis Data
Metode
Observasi
Primer dan
dan studi
sekunder
literatur
Observasi
Primer dan
dan studi
sekunder
literatur
Primer dan
sekunder
Karakteristik lalu
lintas; kapasitas,
Primer dan
kecepatan, dan
sekunder
volume kendaraan
Sarana dan
prasarana
Primer
transportasi
Sumber : Analisa, 2015
Sumber
Analisis Data
Analisis
Analisis Tools
Analisa dimensi
jalan
Analisa jaringan
jalan
Observasi
dan studi
literatur
Analisa
bangkitan lalu
lintas
penumpang dan
barang
Observasi
dan studi
Literatur
Analisa level of
service
Observasi
Survei lapangan
Analisa sarana
dan prasarana
transportasi
Output
IV-47
INPUT DATA
-SURVEI PRIMER:
Observasi lapangan
-SURVEY SEKUNDER:
Dokumen instansi Dinas DPU
dan Dinas Perhubungan
Kondisi eksisting sarana dan
prasarana transportasi
Data karakteristik fungsi jalan
dan geometrik jalan (lebar
damaja, damija, dawasja)
Data karakteristik lalu lintas
(volume, kecepatan, arus dan
lainnya)
Pola pergerakan penumpang
dan barang
Pola jaringan jalan
PROSES ANALISA
OUTPUT
1. Analisis
jaringan jalan
2. Analisis Level
of Service
3. Analisis
dimensi jalan
4. Analisa
bangkitan lalu
lintas dan
barang
5. Analisis sarana
dan prasarana
transportasi
b. Metode Analisis
Metode Analisis merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa/
mengolah data yang telah didapatkan melalui survei primer dan survei sekunder.
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa system transportasi adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Level Of Service
LOS (Level of Service) atau tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode
yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan.
Suatu jalan dikategorikan mengalami kemacetan apabila hasil perhitungan LOS
menghasilkan nilai mendekati 1. Dalam menghitung LOS di suatu ruas jalan,
terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas jalan (C) yang dapat dihitung dengan
mengetahui kapasitas dasar, faktor penyesuaian lebar jalan, faktor penyesuaian
pemisah arah, faktor penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan
samping, dan faktor penyesuaian ukuran kota. Kapasitas jalan (C) sendiri
sebenarnya memiliki definisi sebagai jumlah kendaraan maksimal yang dapat
ditampung di ruas jalan selama kondisi tertentu (MKJI, 1997).
IV-48
LOS = V/C
Keterangan:
LOS
: Tingkat Pelayanan jalan
V
: Volume lalu Lintas
C
: Kapasitas jalan
Keterangan:
Ca = kapasitas
Co = kapasitas dasar
Fw = faktor lebar jalan
Fks = faktor bahu/kerb jalan
Fsp = faktor arah/median
Fsf = faktor gangguan samping
Fcs = faktor kota
IV-49
Nilai V/C
0,0-0,19
0,2-0,44
0,45-0,69
0,70-0,84
0,85-1,0
>1
Kecepatan/Laju
Kendaraan
>95 km/jam
80-95 km/jam
60-80 km/jam
40-60 km/jam
30-40 km/jam
<30 km/jam
INPUT
PROSES
OUTPUT
Menganalisa kinerja
jalan berdasarkan
kriteria
Level Of Service
V/C
Data kapasitas jalan ( C )
(perhitungan rumus)
Output: Mengetahui
titik titik kemacetan
IV-50
INPUT
PROSES
Rekapitulasi
panjang jalan
berdasarkan
hierarki jalan
OUTPUT
Analisis deskriptif
observasi dan
evaluative kondisi
jaringan jalan,
panjang jalan dan
perkerasan di
Kecamatan Kraton
Arteri Primer
Jalan yang
menghubungkan secara
berdaya guna
antarpusat kegiatan
nasional atau antara
pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan
wilayah.
Kecepatan rencana
paling rendah 60
km/jam
Lebar badan jalan
paling sedikit 11 meter
Mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari
kapasitas rata-rata
dibatasi
Tidak terputus walaupun
memasuki kawasan
perkotaan dan/atau
kawasan
pengembangan
perkotaan
Arteri Sekunder
Jalan yang
menghubungkan
kawasan primer
dengan kawasan
sekunder kesatu,
kawasan sekunder
kesatu dengan
kawasan sekunder
kesatu, atau kawasan
sekunder kesatu
dengan kawasan
sekunder kedua.
Kecepatan rencana
paling rendah 30
km/jam
Lebar badan jalan
paling sedikit 11
meter
Mempunyai kapasitas
yang lebih besar dari
kapasitas rata-rata
Lalu lintas cepat tidak
boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat
Kolektor Primer
Jalan yang
menghubungkan
secara berdaya guna
antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat
kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan
lokal
Kecepatan rencana
paling rendah 40
km/jam
Lebar badan jalan
paling sedikit 9 meter
Jumlah jalan masuk
dibatasi
Tidak terputus
walaupun memasuki
kawasan perkotaan
dan/atau kawasan
pengembangan
perkotaan
Kolektor Sekunder
Jalan yang
menghubungkan
secara berdaya guna
antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat
kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan
lokal
Kecepatan rencana
paling rendah 40
km/jam
Lebar badan jalan
paling sedikit 9 meter
Jumlah jalan masuk
dibatasi
Tidak terputus
walaupun memasuki
kawasan perkotaan
dan/atau kawasan
pengembangan
perkotaan
IV-51
Jalan raya
:25 meter
Jalan sedang
:15 meter
Jalan kecil
:11 meter
:15 meter
:10 meter
:7 meter
:15 meter
:3 meter
IV-52
5 METER
Pagar
Pagar
1,5 METER
GARIS
SEMPADAN
BANGUNAN
RTH/
UTILITAS
JALAN
SALURAN
TEPI
BAHU
JALAN
JALUR
LALU
LINTAS
BAHU
JALAN
AMBANG
PENGAMAN
JALAN
SALURAN
TEPI
RTH/
UTILITAS
JALAN
GARIS
SEMPADAN
BANGUNAN
AMBANG
PENGAMAN
JALAN
BADAN
JALAN
Metode yang digunakan untuk analisis dimensi jalan adalah metode analisis
deskriptif. Analisis dimensi jalan disesuaikan dengan peraturan dan standar yang
ada. Dengan demikian, output yang diharapkan berupa gambaran dimensi geometrik
jalan di kecamatan Kraton berdasarkan hierarki jalan.
INPUT:
Data Rumija,
Rumaja, Ruwasja
berdasarkan
hierarki jalan
(survei primer)
PROSES
Analisa deskriptif
observasi dan
analisa tools
(Autocad)
OUTPUT
Gambaran
dimensi geometri
jalan Kec Kraton
berdasarkan
hierarki jalan
IV-53
INPUT
PROSES
OUTPUT
Analisis deskriptif
observasi dan
evaluative pola
pergerakann
barang dan orang
di Kecamatan
Kraton
Analisa pola
pergerakan barang
dan orang
dikaitkan dengan
jenis jalan
Lebar minimum
Perumahan
1,50
Perkantoran
2,00
Industri
2,00
Sekolah
2,00
Terminal/pemberhentian bus
2,00
Pertokoan/perbelanjaan
2,00
Jembatan/terowongan
1,00
IV-54
2) Sistem Parkir
Sistem parkir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu system parkir on street
dan system parkir off street.
a. Parkir ditepi jalan (on street parking)
Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang jalan, dengan atau
tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir ini baik untuk
pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi dengan
intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi menjadi :
-
.
Gambar 4.24 Ilustrasi Parkir
Sumber: Jurnal, 2012
IV-55
INPUT
PROSES
OUTPUT
Identifikasi Kondisi
trotoar/pedestrian way
Survei Primer
Identifikasi lampu jalan, lampu
lalu lintas,
Identifikasi pangkalan ojek
Identifikasi pangkalan angkutan
umum, terminal, dll
FASILITAS
UMUM
Keterkaitan antara system
sirkulasi lalu lintas dan pola
pergerakan terhadap perubahan
tata guna lahan
Output: Rencana pola
pergerakan dengan
mempertimbang pola
penggunaan lahan
TATA GUNA
LAHAN
TRANSPORTASI
INTERAKSI
SOSIAL
IV-56
BAB V
MANAJEMEN KEGIATAN
5.1 Struktur dan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pembagian struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai keefesienan dan
efektifitas penggunaan sumber daya dalam suatu survey dalam suatu rencana. Sesuai
dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam pelaksanaan
pekerjaan ini dibutuhkan struktur organisasi yang mendetail namun kompak. Keberadaan
organisasi pelaksana dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain dengan tujuan:
Terjadi kesinambungan pekerjaan antara tenaga, ahli dengan koordinator tim (team
leader)
Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang didapat
efektif, efisien dan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan
Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordini dengan baik dan efektif
penggunaannya
Struktur
organisasi
ini
sangat
dibutuhkan
karena
dapat
membantu
dan
mempermudah dalam penyusunan suatu rencana, yang dalam hal ini Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton. Struktur organisasi ini diperlukan terkait
adanya hubungan kerja antara pemberi tugas (Dosen Mata Kuliah dan Dosen Pembimbing)
dengan tim pelaksana (mahasiswa) Perancanaan Wilayah dan Kota ITS.
Dibawah ini merupakan struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan untuk
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton yang
dapat dilihat pada Gambar 5.1
V-1
V-2
Tim Leader
Ahli Sarana
V-3
Ahli Prasarana
Ahli Transportasi
Berdasarkan unsur-unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli dalam pekerjaan
ini adalah:
Dosen Pembimbing
Ahli Tata Guna Lahan dan Fisik Dasar : a. Chikita Yusuf Widhaswara
b. Pisces Eria
c. Burhanudin Fahmi
Ahli Sarana
: a. Santika Purwitaningsih
b. Joshua Argentino
Ahli Prasarana
Ahli Transportasi
: a. Mega Widiyahwati
b. Azizah Faridha Elisa
V-4
Kegiatan Utama
Tahap Persiapan
Kegiatan
I
1
II
3
III
3
Kajian Teori
Deliniasi Wilayah
Persiapan Survei
Penyusunan Laporan Pendahuluan
Pengumpulan Laporan Pendahuluan
Survey Instansional
Survey Pengamatan Lapangan
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan Fakta Analisa
Pengumpulan Laporan Fakta Analisa
Finalisasi Rencana
Pembuatan Draft Peta
Penyusunan Laporan Rencana
Presentasi Laporan Rencana
Pengumpulan Laporan Rencana
V-5
IV
3
LANGKAH KEGIATAN
I
1
II
3
III
3
IV
3
Persiapan
1
II
III
Pengumpulan Data
V-6
BULAN (MINGGU)
NO
LANGKAH KEGIATAN
I
1
IV
Karakteristik fisik
II
3
III
3
IV
3
V-7
BULAN (MINGGU)
NO
LANGKAH KEGIATAN
I
1
II
3
III
3
IV
3
VI
Penyelesaian Pekerjaan
V-8
KUESIONER
A. Land Use
1. Apakah rumah anda sudah memiliki IMB?
2. Apa jenis hak atas rumah anda? (Hak Milik, HGB, Hak Sewa, Hak Pakai, HGU, dll)
3. Berapa PBB yang anda bayar?
B. Kependudukan
1. Sejak kapan anda tinggal di daerah ini?
2. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah anda?
3. Apa mata pencaharian anda?
4. Berapa penghasilan anda?
5. Darimanakah anda berasal?
6. Apa agama anda beserta keluarga?
7. Apa pendidikan terakhir anda?
8. Berapa umur anda beserta keluarga?
9. Berapa jumlah tambahan keluarga semenjak 5 tahun terakhir?
10. Konflik sosial apa saja yang ada dalam masyarakat?
11. Sudah cukupkah pendapatan yang selama ini anda terima?
12. Bagaimanakah karakter masyarakat sekitar daerah anda?
C. Fasilitas Umum
1. Apakah anda sudah merasa cukup dengan jumlah fasilitas umum yang sudah ada?
2. Bagaimana menurut anda kondisi fasilitas umum yang ada saat ini?
3. Apa penempatan fasilitas umum yang ada saat ini sudah cukup strategis?
4. Tambahan fasilitas apa saja yang sudah ada selama 5 tahun terakhir?
D. Utilitas
1. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan listrik?
2. Berapa rata tarif listrik yang harus anda bayar setiap bulan?
3. Bagaimana kualitas pelayanan listrik di daerah anda?
4. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan telepon?
5. Berapa rata tarif telepon yang harus anda bayar setiap bulan?
6. Bagaimana kualitas pelayanan telepon di daerah anda?
7. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan air bersih?
8. Berapa rata tarif air bersih (PDAM) yang harus anda bayar setiap bulan?
9. Bagaimana kualitas pelayanan air bersih di daerah anda?
V-9
V-10
DAFTAR PUSTAKA
INTERNET
Kecamatan Kraton. 2011. Gambaran Umum.
http://kraton.pasuruankab.go.id/index.php
Kraton.
2011.
Konflik
Warga
Semare
VS
Kalirejo,
Tuntas..
Laporan Pendahuluan RDTRK Perkotaan Bokondini Kab. Tolikara Provinsi Papua tahun
2013
Laporan Pendahuluan RDTR SSWP G (Perkotaan Semen) Kabupaten Kediri.