Teater Kls Xii

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Teater

BAB VII

Mengevaluasi konsep, teknik dan


prosedur berkarya teater
Mengkreasikan naskah drama

Peta
Konsep

Konsep atau gagasan dalam


karya teater
Teknik pengungkapan
gagasan
Prosedur latihan teknik dan
produksi karya

Konsep, teknik dan


prosedur berkarya
teater

Menganalisis naskah drama


Menginterpretasi naskah
drama
Menyusun naskah drama
Mempresentasikan naskah
drama

Setelah mempelajari konsep, teknik dan prosedur berkarya teater,


peserta didik diharapkan mampu melakukan berikut
1. Mengidentifikasi gagasan-gagasan atau ide-ide yang diusung
dalam karya teater.
2. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya teater.
3. Mengidentifikasi teknik dalam mengolah media ungkap dalam
karya teater.
4. Menganalisis karya teater secara utuh.
5. Menunjukkan kelemahan dan kekuatan masing-masing unsurnya.
6. Membuat ulasan lisan tentang karya teater yang ditanggapinya.
7. Membuat resume pergelaran teater yang ditontonnya.
8. Mempresentasikan karya kritiknya dalam forum diskusi dengan
teman sekelasnya.
9. Menyusun naskah drama.
10. Mempresentasikan hasil kreativitas dalam bentuk pergelaran.

A. Konsep Karya Cipta Teater


Karya seni berawal dari sebuah konsep berupa gagasan-gagasan atau
ideide pencipta yang akan dikomunikasikan kepada penonton. Konsep
itu
kemudian dituangkan ke dalam media ungkap teater maka lahirlah
sebuah karya teater. Proses produksi yang diawali dengan konsep
hingga terwujudnya sebuah karya teater disebut proses kekaryaan
teater.
Nilai karya teater dan karya seni lainnya terletak pada keunikannya.
Istilah lain dapat disebut orisinal. Artinya, karya seni itu tidak ada
duanya dan belum pernah diciptakan atau digagas orang lain
sebelumnya. Sesuatu yang unik adalah sesuatu yang lain daripada
yang lain, utuh ciptaan sesorang (seniman) atau kelompok seniman
yang tergabung dalam suatu produk karya seni. Keutuhan, orisinalitas,
keunikan merupakan hal-hal yang menjadi target capaian dalam
proses karya cipta seni. Keunikan bukan semata-mata dambaan
seorang atau kelompok pencipta seni, selainkan juga harapan dan
tuntutan apresiator seni.

Sebuah karya seni teater diproduksi untuk disajikan kepada


masyarakat (penonton). Antara karya yang diciptakan oleh penggarap
dengan penonton, terselip sebuah tujuan, yaitu komunikasi. Apa yang
dikomunikasikan adalah ide-ide atau gagasan-gagasan seni.
Komunikasi dapat terwujud apabila ada kesesuaian antara karya cipta
teater dengan tingkat apresiasi penontonya.
Dengan kata lain bahwa antara karya seni teater dengan penontonnya
harus ada kesesuaian. Oleh karena demikian, dalam penyajian teater
senantiasa mempertimbangkan unsur-unsurnya hingga terwujud
sebuah komunikasi.

Karya
teater

Seniman

Penonton

B. Teknik Pengungkapan Gagasan


Keunikan sebuah gagasan seni dapat dapat tanggapi melalui teknik
pengungkapan ide-ide dalam bentuk media ungkap seni. Teater yang
senantiasa menyertakan berbagai media ungkap seni membutuhkan
kemampuan teknis para penggarap untuk mengolah dan
mengomunikasikannya kepada penonton. Gagasan yang orisinal dan
unik harus didukung oleh kemampuan teknis mengomunikasikannya
kepada penonton. Jika tidak, harapan tidak akan menjadi kenyataan,
gagasan tidak akan tersampaikan secara ideal.
Dengan demikian, orisinalitas dan keunikan yang digagas oleh
penggarap seni tidak akan dapat ditanggapi oleh penonton. Jika kondisi
itu terjadi, komunikasi seni tidak berjalan dengan baik. Teknik
pengungkapan gagasangagasan dalam teater banyak tertumpu pada
pemain. Pemain adalah unsur pokok dalam teater, sedangkan yang
lainnya adalah unsur pendukung untuk memperkuat permainan. Jika
unsur pokoknya jelek maka pertunjukan tersebut dapat dikatakan gagal.
Bagi pemeran ada tiga hal yang harus dilakukan dalam proses pencarian
karakter tokoh yang sesuai dengan lakon, yaitu :
(1)memahami naskah,
(2)observasi, dan
(3)Latihan.

Setelah memahami naskah yang akan digarap, kemudian mengadakan


observasi ke suatu tempat yang telah ditentukan. Maksud observasi
adalah untuk mengadakan pendekatan
terhadap tokoh-tokoh cerita yang terdapat dalam naskah. Misalnya jika
cerita itu berbentuk fabel (cerita tentang binatang), maka observasi
dapat dilakukan ke kebun binatang. Kamu amati dengan cermat jenisjenis binatang yang diceritakan dalam lakon di kebun binatang.
Bagaimana perilaku binatangbinatang tersebut, bagaimana suaranya,
serta seluruh gerak-geriknya secara cermat. Setelah memahami betul
tentang perilaku binatang yang diobservasi, kemudian mengadakan
latihan. Dalam proses latihan terdiri dari tiga cara berikut.
1. Olah tubuh, yaitu melatih anggota badan agar mencapai kelenturan.
Jika sudah lentur, maka akan dengan mudah menirukan gerak-gerak apa
saja tanpa merasa kaku dan nyeri di otot. Misalnya, seorang pemain
memerankan seekor kera dengan jalannya yang merangkak, sesekali
meloncat dan naik ke atas pohon. Pemain yang memerankan tokoh kera
tersebut sejak muncul di atas panggung sampai akhir permainan harus
berjalan merangkak, meloncat, bahkan bergelayunan di atas pohon. Jika
tidak berlatih dengan baik maka peran kera tersebut tidak akan mirip
dan tidak menutup kemungkinan akan terasa sakit otot karena tidak
terbiasa dalam latihan.

2, Selain olah tubuh juga olah vokal (olah suara). Bagaimana jika
seekor kera berdialog dengan teman-teman kera lainnya. Apakah
dibarengi dengan mengeram sambil memperlihatkan giginya, apakah
sambil menggaruk-garuk badannya karena gatal akibat banyak kutu?
Suara harus terlatih sedemikian rupa agar suara aslinya tidak nampak
terdengar lagi.
Yang terdengar betul-betul suara tokoh cerita yang ada dalam lakon.
Suara juga butuh kelenturan dan butuh keterbiasaan, jika tidak maka
akan menimbulkan serak dan tidak akan mencapai tokoh cerita yang
diharapkan. Pada dasarnya seluruh panca indra harus diolah dan dilatih
untuk mewujudkan peran-peran yang sesuai dengan keinginan naskah.
3. Olah sukma, yaitu melatih daya konsentrasi agar terbiasa dalam
memusatkan pikiran terhadap sesuatu. Dengan penuh konsentrasi
makaakan terhindar dari lupa dialog atau lupa bloking (permainan
tempat), serta gestur (sikap badan). Jika terbiasa megolah sukma untuk
konsentrasi, maka akan cepat hafal, cepat paham termasuk menerima
pelajaran baru.
Sebaliknya jika tidak dapat konsentrasi karena tidak terlatih, maka akan
sulit untuk mengerti apapun.

Ketiga teknik latihan tadi wajib dilakukan oleh calon-calon pemeran


dalam proses latihan teater. Jika tidak maka akan berkesan main-main
saja dan tidak bermanfaat apa-apa. Oleh karena demikian proses
produksi teater harus mengutamakan disiplin yang tinggi serta
kemauan yang keras untuk menuju sukses yang besar.
Dalam memerankan tokoh-tokoh cerita harus dilakukan secara wajar.
Tidak berlebihan (over acting) baik dialog maupun gerak atau aksi. Ada
macammacam gerak yang dilakukan oleh aktor atau aktris di atas
pentas. Gerakgerak tersebut penting dilakukan oleh para pemain untuk
menegaskan watak atau karakter yang dibawakannya. Tanpa gerak,
akan berkesan statis, namun terlalu banyak gerak juga akan berkesan
over. Oleh karena itu, gerak-gerak pemain seharusnya wajar dan
beralasan. Misalnya, seorang pemeran berdialog sambil berjalan menuju
sudut depan pentas. Mengapa berjalan menuju sudut
depan pentas? Ada apakah di sana? Untuk apa? Atau apa alasannya?
Contoh lain misalnya seorang pemain mengkerutkan keningnya sambil
menggarukgaruk kepalanya. Mengapa menggaruk kepala? Apakah
sedang kesal? Atau gatal karena banyak ketombe?

Di bawah ini ada macam-macam gerak yang dilakukan pemain dalam


pertunjukan drama.
Movement : perpindahan tempat pemain dari satu tempat ke tempat
lain.
Gestures
: gerakan badan dengan angautanya, ke kiri, ke kanan,
berputar ke
belakang dengan salah satu kaki sebagai porosnya.
Business
kepala.
Gait

: gerakan-gerakan kecil yang dilakukan oleh tangan, jari,

Detail
menarik

: gerakan-gerakan yang lebih kecil, misalnya: kedip mata,

: gerakan besar misalnya cara berjalan.

nafas, mengernyitkan alis dan sebagainya.

C. Prosedur Berkarya Teater


Selain konsep gagasan dan teknik pengungkapan, dalam berkarya
teater, dibutuhkan prosedur yang benar menurut kekhasan karya cipta
teater.
Prosedur yang dimaksud adalah:
1. Tujuan penciptaan
2. Media pengungkapan, dan
3. Tata kelola proses produksi teater.
Tujuan penciptaan teater adalah mengomunikasikan gagasan kehidupan
melalui pertunjukan teater. Media pengungkapannya terdiri atas bahasa
verbal dan bahasa nonverbal. Adapun tata kelola adalah serangkaian
cara, strategi, dan teknis produksi untuk mewujudkan gagasan artistik
yang diharapkan.
Kerja kolektif biasanya diawali dengan menghimpun orang-orang yang
berminat untuk diajak kerja sama dalam produksi teater. Biasanya
didahului pemberitahuan lewat surat atau langsung untuk mengadakan
rapat.

Di dalam rapat, pimpinan, dalam hal ini dapat saja sutradara akan
mengemukakan
gagasannya tentang pementasan teater. Setelah gagasannya disetujui
oleh peserta rapat, maka dilanjutkan dengan pembentukan tim
produksi. Dalam pemilihan peran dan para penata biasanya dilakukan
oleh sutradara sendiri, karena sutradara orang yang mempunyai
gagasan untuk menggarap naskah.
Sutradara orang yang paling memahami peran-peran tokoh yang
terdapat dalam cerita yang akan didramakan. Tim produksi dipilih
berdasarkan demokrasi, sedangkan tim artistik dipilih berdasarkan
kemampuan dan kemauan. Setelah terwujud sebuah tim yang lengkap
untuk sebuah produksi teater, maka segera dibuat jadwal latihan.
Dalam proses produksi, sutradara berfungsi sebagai koordinator di
bidang artistik. Mulai dari menjelaskan konsepnya kepada para penata,
sampai pada mengarahkan para pemain untuk memerankan tokoh
yang diharapkan oleh naskah. Tugas yang paling berat bagi sutradara
adalah mengatur laku. Tugas tersebut adalah merupakan tugas pokok
bagi seorang sutradara, karena melalui para pemainlah gagasangagasan sutradara dapat
dikomunikasikan langsung kepada penonton.

D.
Menyusun
Naskah
Drama
Naskah atau lakon dibuat oleh seorang penulis naskah (sastrawan). Dia
adalah seniman utama, karena dengan karya sastranya dapat
mengilhami para insan teater untuk mewujudkan sebuah karya
pertunjukan. Para sastrawan membuat naskah atau lakon drama
dengan maksud untuk dipentaskan. Oleh karena itu, ada penulis naskah
yang merangkap sebagai sutradara, sebab penulis tersebut lebih tahu
tentang maksud isi naskah atau lakon yang ditulisnya.
Ada pula penulis naskah yang hanya mampu dan bagus dalam
menciptakan naskah, tetapi kurang bagus menyutradarainya dalam
bentuk
pertunjukan. Dengan demikian banyak penulis naskah yang
memasrahkan karyanya untuk dipentaskan kepada calon-calon
sutradara.
Sebaliknya, banyak dramawan yang hebat sebagai sutradara, tetapi
tidak dapat membuat
naskah. Antara penulis naskah dengan sutradara teater memiliki
hubungan timbal-balik.
Kedua insan tersebut dapat saling menguntungkan.

Apa yang terdapat dalam naskah? Di dalam naskah terdapat


gagasangagasan pengarang tentang pengalaman batinnya yang ingin
disampaikan kepada penonton. Gagasan atau dapat juga disebut ide
pengarang apabila dirinci terdiri dari satuan-satuan kecil, yaitu nilainilai kehidupan yang dialami pengarang yang ingin dikomunikasikan
kepada masyarakat.
Nilainilai kehidupan tersebut sangat banyak, karena itu tidak seluruh
nilai dalam kehidupan dapat disajikan dalam satu naskah yang
dibuatnya, hanya beberapa nilai saja. Seperangkat nilai itu bersatu
menjadi sebuah gagasan atau ide.
Gagasan-gagasan atau ide-ide tadi bersatu menjadi sebuah tema.
Dalam sebuah lakon terdiri dari beberapa tema, tetapi ada juga lakon
yang hanya memiliki satu tema, contohnya fragmen (sajian drama
yang ceritanya merupakan penggalan dari cerita utuh).
Apa yang terdapat dalam naskah? Di dalam naskah terdapat
gagasangagasan pengarang tentang pengalaman batinnya yang ingin
disampaikan kepada penonton. Gagasan atau dapat juga disebut ide
pengarang apabila dirinci serdiri dari satuan-satuan kecil, yaitu nilainilai kehidupan yang dialami pengarang yang ingin dikomunikasikan
kepada masyarakat. Nilainilai kehidupan tersebut sangat banyak,
karena itu tidak seluruh nilai dalam kehidupan dapat disajikan dalam
satu naskah yang dibuatnya, hanya seberapa

Seperangkat nilai itu bersatu menjadi sebuah gagasan atau ide.


Gagasan-gagasan atau ide-ide tadi bersatu menjadi sebuah tema.
Dalam sebuah
lakon terdiri dari beberapa tema, tetapi ada juga lakon yang hanya
memiliki
satu tema, contohnya fragmen (sajian drama yang ceritanya
merupakan
penggalan dari cerita utuh).

Cerita
Nilai-nilai
Ide-ide
Tema

Di dalam naskah ada tokoh-tokoh cerita atau peran-peran yang


menghidupkan naskah itu sendiri. Tokoh-tokoh cerita tersebut jika
diklasifikasi menjadi :
1. Peran utama yang disebut protagonis.
2. Peran lawan yaitu antagonis.
3. Peran ketiga yang mendukung protagonis atau antagonis yang
disebut tritagonis.
4. Peran pembantu
Selain ada tema, ide, nilai serta tokoh-tokoh cerita, di dalam naskah
juga terdapat struktur dramatik. Struktur tersebut terdiri dari: bagian
pertama adalah pemaparan (eksposisi), bagian kedua adalah
konflikasi, bagian ketiga koflik, bagian keempat klimaks, bagian
kelima anti klimaks, serta bagian akhir adalah keputusan.
Di dalam naskah terdapat jenis bahasa yang digunakan, yaitu ada
yang puitis (menggunakan bahasa puisi) dan ada pula yang
menggunakan bahasa keseharian.

Naskah hanyalah bahan baku pergelaran teater, selanjutnya mau


ditafsirkan seperti apa? Mau disajikan seperti bagaimana? Semuanya
bergantung pada konsep sutradara. Sekarang giliran kamu untuk
mencoba membuat naskah sendiri atau mengkreasikan naskah yang
sudah ada menjadi karya pertunjukan teater.

E. Analisis Naskah
Drama
Dalam menganalisis sebuah naskah drama yang harus kamu
perhatikan adalah judul naskah, pengarang, temanya, serta dimana
keunikannya?
Naskah atau sastra drama merupakan karya seorang sastrawan yang
memiliki bakat di bidang penulisan naskah drama. Tidak semua
sastrawan mampu membuat atau mencipta sastra drama sehubungan
dengan bakat dan minatnya.
Sastra drama adalah khayalan pengarang tentang kehidupan manusia.
Para penonton drama juga sadar bahwa yang ditontonnya hanyalah
fiksi, bukan realitas yang sebenarnya. Namun kadang-kadang
penonton hanyut dalam jalinan cerita sehingga ikut sedih, gembira,
haru, marah, dan berbagai perasaan lainnya sesuai dengan cerita
yang disajikan. Barangkali di situlah uniknya karya sastra drama.
Nah sekarang kamu coba membuat naskah sendiri untuk mengukur
kemampuan diri. Jika tidak pernah mencoba kamu tidak akan pernah
tahu potensi diri yang sebenarnya.

Hal-hal yang perlu kamu perhatikan manakala akan membuat naskah.


Pertama yang harus kamu perhatikan adalah struktur cerita.
Adegan mana yang akan disimpan di bagian permulaan serta adegan
mana yang akanm disimpan pada bagian akhir. Hal ini harus
dipertimbangkan demi terwujudnya sebuah struktur dramatik yang
menarik.
Kedua adalah karakter, yaitu perwatakan yang terdapat dalam
tokohtokoh
cerita yang kamu buat. Apakah akan menghadirkan tokoh jahat
dengan perangai yang buruk atau sebaliknya. Selain itu, berapa tokoh
yang terdapat dalam cerita atau naskah yang kamu buat. Apakah
dalam naskah yang kamu buat itu hanya ada satu tokoh, sehingga
dimainkan oleh satu orang, atau beberapa tokoh sehingga
memerlukan beberapa orang pemain. Di samping itu, berapa babak
drama yang akan kamu buat.
Apakah hanya satu babak yang terdiri dari beberapa adegan? Atau
lebih dari satu babak yang sudah barang tentu harus disesuaikan
dengan kemampuan kerja tim. Terlalu banyak babak otomatis akan
menyita waktu serta tenaga yang banyak pula.

Ketiga adalah diksi (bahasa). Diksi yang dimaksud dengan di


sini adalah bahasa verbal atau bahasa kata-kata yang diucapkan oleh
pemain sebagai salah satu bahasa ungkap dalam drama. Apakah kamu
akan membuat naskah dengan bahasa puisi? Atau dengan bahasa
keseharian seperti yang kamu gunakan sehari-hari.
Dalam bahasa drama sebenarnya tidak terbatas pada bahasa katakata,
tetapi dapat juga bahasa visual (yang dapat dilihat), bahasa gerak yang
dilakukan oleh pemain, serta bahasa musik yang dimainkan oleh
pemusik atau pemain. Sekarang bagaimana naskah yang akan kamu
buat?
Apakah menggunakan bahasa verbal saja, bahasa visual, bahasa gerak,
atau bahasa musik?
Naskah yang baik adalah naskah yang banyak memberi keleluasaan
kepada sutradara drama untuk menggunakan aneka bahasa ungkap.
Adapunpertunjukan drama yang baik adalah pertunjukan yang memiliki
keseimbangan dalam menggunakan media ungkap. Dengan demikian di
samping tidak menjenuhkan bagi para penonton, juga karya drama
tersebut akan berkesan bervariasi.
Keempat, yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah
drama adalah
ide atau gagasan. Gagasan apa yang ingin disampaikan kepada
penonton?

Kelima, yang harus diperhatikan dalam naskah drama adalah


perlengkapan.
Ada jenis perlengkapan dalam pertunjukan drama, yaitu perlengkapan
yang digunakan oleh para pemain (aktor dan aktris) dan perlengkapan
panggung yang biasanya disimpan di atas panggung sebagai
pelengkap dalam pertunjukan drama.

Perlengkapan yang digunakan oleh pemain lazim disebut handprop,


sedangkan perlengkapan panggung lazim disebut stageprop. Jika akan
mementasakan tema tadi, yaitu tentang murid-murid nakal, maka kirakira apa yang mereka bawa atau mereka pegang sebagai ciri khas
wataknya yang nakal. Begitu juga perlengkapan yang dibawa oleh
anak-anak yang diganggu oleh anak-anak nakal tadi. Perlengkapan
yang terdapat di panggung untuk mendukung permainan drama juga
harus sesuai dengan tema tadi. Oleh karena peristiwanya terjadi di
kelas, maka di panggung itu terdapat barang-barang yang
mengesankan kelas.
Contohnya meja dan kursi belajar, beberapa buah tas serta alat tulis di
atas meja, ada meja guru, ada papan tulis dan sebagainya.
Barang-barang yang akan dihadirkan di atas pentas tadi harus
disesuaikan dengan arah pandang dari mana kalian melihatnya. Jika
dilihat dari belakang kelas, maka papan tulis akan nampak jelas sebagai
latar belakang. Sebaliknya jika dilihat dari depan kelas maka yang akan
nampak adalah jajaran-jajaran meja dan kursi belajar siswa. Jadi ketika
kalian menghayalkan sebuah peristiwa yang terjadi di kelas, jangan
lupa menghayalkan dari arah mana kalian akan melihat peristiwa itu.

Pertunjukan yang terlalu panjang akan membuat penonton bosan. Selain


itu, para penonton juga belum tentu siap untuk tetap bertahan
mengikuti jalannya pertunjukan.

Anda mungkin juga menyukai