Pengujian Dalam Audit
Pengujian Dalam Audit
Pengujian Dalam Audit
Oleh :
Kelompok 11
Ida Bagus Agung Adi Prasetya
I Wayan Nico Setiawan
Ni Wayan Putri Adnyani
1306305023
1306305038
1306305054
Sifat pengujian
Sifat pengujian substantive berhubungan dengan jenis dan efektivitas prosedur
audit yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko diteksi yang dapat diterima rendah,
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya lebih mahal.
Apabila tingkat risiko diteksi yang dapat diterima tinggi auditor dapat menggunakan
prosedur yang kurang efektif yang biasanya lebih murah.
Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
a) Prosedur analitis
Prosedur analitis bisa juga digunakan pada tahap pengujian sebagai pengujian
substantive untuk mendapatkan bukti tertentu. Dalam hal hal tertentu, prosedur
analitis hanya digunakan sebagai pelengkap ats pengujian detail, tetapi dalam
situasi yang lain prosedur ini juga bisa menjadi pengujian substantive yang utama.
Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur
ini juga dpat menghemat biaya audit. Hal hal seperti ini bisa nampak pada audit
atas perusahaan perusahaan tertentu seperti perusahaan listrik, air, gas, dan
telepon.
b) Pengujian rinci atau detail transaksi
Pengujian detail transaksi dapat berupa penelusuran dan pencocokan ke dokumen
pendukung. Sebagai contoh detail transaksi bisa ditelusur dari dokumen
pendukung misalnya faktur penjualan dan voucer, ke dalam catatan akuntansi
1
pengujian substantive. Apabila risiko diteksi tinggi, pengujiaan bisa dilakukan beberapa
bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya apabila risiko diteksi untuk suatu diteksi rendah
maka pengujian substantive biasanya akan dilakukan pada akhir tahun atau mendekati
akhir tahun.
Pengujian Substantif Sebelum tanggal Neraca
Auditor bisa melakukan pengujian substantive atas detail suatu rekening pada
tanggal interm. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca harus
didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat:
Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada pada
saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor. Risiko ini
akan semakin bertambah apabila jarak antara tanggal pengujian interim dengan
c.
yang bisa diterima dibandingkan dengan risiko diteksi tinggi. Auditor bisa menentukan
berbagai jumlah bukti yang harus diperoleh dengan mengubah luas pengujian
substantive yang dilakukan. Luas dalam praktik mengandung arti banyaknya hal atau
besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan pengujian atau diterapkannya prosedur
tertentu. Oleh karena itu diperlukan pengujian substantive lebih banyak apabila auditor
mengkonfirmasi 200 piutang dagang dibandingkan dengan bila hanya mengkonfirmasi
2
100 rekening.
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
a) Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas
mereka.
b) Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
c) Menginspeksi dokumen dan catatan.
d) Melakukan penghitungan kembali
e) Konfirmasi
f) Analisis
g) Tracing atau pengusutan
h) Vouching atau penelusuran
2. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilakukan untuk menetapkan
efektifitas perancangan dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan perancangan dimaksud
untuk menilai apakah kebijakan atau prosedur telah dirancang dengan baik untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji material pada sebuah asersi laporan keuangan
tertentu. .Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
a. Bagaimana pengendalian diterapkan?
b. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
c. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
A. Pengujian Pengendalian Berbarengan atau bersamaan
Adalah pengujian pengendalian yang dilakukan auditor bersamaan dengan
kegiatan untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intrn klien.
Pengujian pengendaliaan bersamaan terdiri dari prosedur prosedur untuk mendapatkan
pemahaman yang sekaligus juga bisa menjadi bukti tentang keefektifan suatu kebijakan
atau prosedur pengendalian.
Sebagai contoh, auditor mungkin mengajukan pertanyaan tentang ada tidaknya
system anggaran dalam upaya mendapatkan pemahaman.
B. Pengujian
Pengendalian
Tambahan
atau
Pengujian
Pengendalian
Direncanakan
Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang
dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan dan diharapkan akan menghasilkan
bukti tentang ketepatan dan konsistensi penerapan suatu kebijakan adatu prosedur
pengendalian sepanjang tahun yang diperiksa. Apabila berdasarkan hasil pengujian
berbarengan terdapat pertanda baik, maka auditor bisa memutuskan untuk berpindah dari
pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum ke pendekatan tingkat
risiko pengendalian ditetapkkan lebih rendah dan biasanya disebut dengan pengujian
pengendalian tambahan. Apabila pengujian ini dilakukan sebagai bagian dari strategi
awal dengan pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah maka
pengujian ini disebut dengan pengujian pengendalian direncanakan.
C. Perancangan Pengujian Pengendalian
Selain perlu memilih antara pengujian pengendalian bersamaan dan pengujian
pengendalian tambahan atau direncanakan untuk asersi-asersi tertentu, auditor juga perlu
melakukan pemilihan jenis prosedur audit yang akan dilakukan dalam pengujia an
menetapkan saat serta luas pengujian .
a. Jenis Pengendalian
Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai
berikut:
-
perusahaan
Observasi pelaksanaan tugas para personil
Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukan
pelaksanaan pengendalian.
Pengerjaan-ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.
b. Saat Pengujian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:
a. Selama pekerjaan interim
Pengujian tambahan dilaksanakan pada periode interim yang mungkin bisa terjadi
beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diperiksa.
b. Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir
tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode
tahun pembukuan yang diaudit.
4
c. Luas Pengujian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang
harus dihimpun.Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi
juga oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Untuk mengevaluasi relevansi bukti tersebut terhadap bukti tahun berjalan, auditor harus
mempertimbangkan
Signifikan tidaknya asersi terkait
Kebijakan dan prosedur SPI Spesifik yang dievaluasi selama audit yang lalu.
Tingkat Efektivitas dari rancangan dan pengoperasian kebijakan atau prosedur
yang dievaluasi
Hasil pengujian yang digunakan untuk membuat evaluasi
(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref: Para. A20-A21)
Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Memahami bidang usaha klien
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu entitas
c. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
4. HUBUNGAN MASING-MASING PENGUJIAN
A. Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan lebih
baik, sebelumnya kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam
pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan kemingkinan salah saji
memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian
dalam pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan
suatu
salah
saji
dalam
laporan
keuangan.
Pengecualian
dalam
pengujian subtantif untuk audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan
memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan
dan jumlah total ( pengujian subtantif transaksi ) atau dengan menambah ukuran sampel
untuk konfirmasi saldo akun piutang dagang ( pengujian subtantif perincian saldo ).
Meskipun pengendalian tidak berjalan dengan efektif, fakutr tersebut mungkin
tetap benar, khususnya jika orang yang awalnya meyiapkan faktur penjualan tersebut
telah melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan kompeten.
Di sisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak
memiliki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangu pengujian subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo.namun,
beberapa pengerjaan ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap diperlukan
untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan verifikasi tidak
menuliskan inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur pengendalain
atau
melakukkannya
dengan
asal-asalan.Karena
kebutuhan
untuk
REFERENSI
Jusup,Haryono.2010.Auditing (Penguaditan 1).Yogyakarta : STIE YKPN
Anonim.2012.Standar Perikatan Audit SPA520.Dewan Standar Profesi Institut
Akuntan Publik Indonesia