Pengujian Dalam Audit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN I

PENGUJIAN DALAM AUDIT


(Pengujian Substantif, Pengujian Pengendalian, Pengujian Analitikal
dan Hubungan Masing-Masing Pengujian)

Oleh :
Kelompok 11
Ida Bagus Agung Adi Prasetya
I Wayan Nico Setiawan
Ni Wayan Putri Adnyani

1306305023
1306305038
1306305054

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2015
PENGUJIAN DALAM AUDIT
1. PENGUJIAN SUBSTANTIF (Primarily substantif approach)
Sebuah pendekatan yang menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap
efektivitas struktur pengendalian intern kurang dapat diandalkan. Metodologi
pemeriksaan yang digunakan auditor dalam pendekatan pengutaman pengujian
substantif atau "primarily substansive approach, "meliputi:

Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman stuktur pengandalian intern.

Menetapkan resiko pengendalian berdasar penguji pengendalian yang dilakukan


dalam menghimpun pemahaman struktur pengendalian inten.

Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap


tingkat resiko pengendalian yang telah ditentukan.

Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh bukti

tambahan mengenai efektivitas operasi.

Melakukan revisi atau menetapkan kembali resiko pengendalian berdasar bukti


tambahan.

Melakukan dokumentasi atas penetapan resiko pengendalian.

Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat resiko pengendalian yang


telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat penguji substansif yang
direncanakan auditor.

Merancang pengujian substantive


Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif


menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:
a.

Sifat pengujian
Sifat pengujian substantive berhubungan dengan jenis dan efektivitas prosedur

audit yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko diteksi yang dapat diterima rendah,
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya lebih mahal.
Apabila tingkat risiko diteksi yang dapat diterima tinggi auditor dapat menggunakan
prosedur yang kurang efektif yang biasanya lebih murah.
Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
a) Prosedur analitis
Prosedur analitis bisa juga digunakan pada tahap pengujian sebagai pengujian
substantive untuk mendapatkan bukti tertentu. Dalam hal hal tertentu, prosedur
analitis hanya digunakan sebagai pelengkap ats pengujian detail, tetapi dalam
situasi yang lain prosedur ini juga bisa menjadi pengujian substantive yang utama.
Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur
ini juga dpat menghemat biaya audit. Hal hal seperti ini bisa nampak pada audit
atas perusahaan perusahaan tertentu seperti perusahaan listrik, air, gas, dan
telepon.
b) Pengujian rinci atau detail transaksi
Pengujian detail transaksi dapat berupa penelusuran dan pencocokan ke dokumen
pendukung. Sebagai contoh detail transaksi bisa ditelusur dari dokumen
pendukung misalnya faktur penjualan dan voucer, ke dalam catatan akuntansi
1

seperti jurnal penjualan dan register voucher.


c) Pengujian rinci atau detail saldo
Pengujian detail atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing masing
pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Sebagai
contoh, auditor dapat bisa meminta bank untuk memberikan konfirmasi saldo kas
dan pelanggan mengkonfirmasi saldo piutang dagang.
b.

Waktu pengujian / Saat Prngujian


Tingkat risiko diteksi yang yang dapat diterima dapat berpengaruh pula pada saat

pengujian substantive. Apabila risiko diteksi tinggi, pengujiaan bisa dilakukan beberapa
bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya apabila risiko diteksi untuk suatu diteksi rendah
maka pengujian substantive biasanya akan dilakukan pada akhir tahun atau mendekati
akhir tahun.
Pengujian Substantif Sebelum tanggal Neraca
Auditor bisa melakukan pengujian substantive atas detail suatu rekening pada
tanggal interm. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca harus
didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat:

Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada pada
saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor. Risiko ini
akan semakin bertambah apabila jarak antara tanggal pengujian interim dengan

tanggal akhir tahun semakin panjang


Mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian substantive pada akhir tahun
guna memenuhi tujuan audit yang direncanakan, sehingga pengujian sebelum
tanggal neraca bisa menjadi lebih murah.

c.

Luas pengujian substantive


Diperlukan bukti yang lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko diteksi rendah

yang bisa diterima dibandingkan dengan risiko diteksi tinggi. Auditor bisa menentukan
berbagai jumlah bukti yang harus diperoleh dengan mengubah luas pengujian
substantive yang dilakukan. Luas dalam praktik mengandung arti banyaknya hal atau
besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan pengujian atau diterapkannya prosedur
tertentu. Oleh karena itu diperlukan pengujian substantive lebih banyak apabila auditor
mengkonfirmasi 200 piutang dagang dibandingkan dengan bila hanya mengkonfirmasi
2

100 rekening.
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
a) Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas
mereka.
b) Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
c) Menginspeksi dokumen dan catatan.
d) Melakukan penghitungan kembali
e) Konfirmasi
f) Analisis
g) Tracing atau pengusutan
h) Vouching atau penelusuran
2. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilakukan untuk menetapkan
efektifitas perancangan dan/atau pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan perancangan dimaksud
untuk menilai apakah kebijakan atau prosedur telah dirancang dengan baik untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji material pada sebuah asersi laporan keuangan
tertentu. .Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
a. Bagaimana pengendalian diterapkan?
b. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
c. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
A. Pengujian Pengendalian Berbarengan atau bersamaan
Adalah pengujian pengendalian yang dilakukan auditor bersamaan dengan
kegiatan untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intrn klien.
Pengujian pengendaliaan bersamaan terdiri dari prosedur prosedur untuk mendapatkan
pemahaman yang sekaligus juga bisa menjadi bukti tentang keefektifan suatu kebijakan
atau prosedur pengendalian.
Sebagai contoh, auditor mungkin mengajukan pertanyaan tentang ada tidaknya
system anggaran dalam upaya mendapatkan pemahaman.

B. Pengujian

Pengendalian

Tambahan

atau

Pengujian

Pengendalian

Direncanakan
Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang
dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan dan diharapkan akan menghasilkan
bukti tentang ketepatan dan konsistensi penerapan suatu kebijakan adatu prosedur
pengendalian sepanjang tahun yang diperiksa. Apabila berdasarkan hasil pengujian
berbarengan terdapat pertanda baik, maka auditor bisa memutuskan untuk berpindah dari
pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum ke pendekatan tingkat
risiko pengendalian ditetapkkan lebih rendah dan biasanya disebut dengan pengujian
pengendalian tambahan. Apabila pengujian ini dilakukan sebagai bagian dari strategi
awal dengan pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah maka
pengujian ini disebut dengan pengujian pengendalian direncanakan.
C. Perancangan Pengujian Pengendalian
Selain perlu memilih antara pengujian pengendalian bersamaan dan pengujian
pengendalian tambahan atau direncanakan untuk asersi-asersi tertentu, auditor juga perlu
melakukan pemilihan jenis prosedur audit yang akan dilakukan dalam pengujia an
menetapkan saat serta luas pengujian .
a. Jenis Pengendalian
Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai
berikut:
-

Pengajuan pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas personil

perusahaan
Observasi pelaksanaan tugas para personil
Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukan

pelaksanaan pengendalian.
Pengerjaan-ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.

b. Saat Pengujian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:
a. Selama pekerjaan interim
Pengujian tambahan dilaksanakan pada periode interim yang mungkin bisa terjadi
beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diperiksa.
b. Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati akhir
tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode
tahun pembukuan yang diaudit.
4

c. Luas Pengujian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang
harus dihimpun.Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi
juga oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Untuk mengevaluasi relevansi bukti tersebut terhadap bukti tahun berjalan, auditor harus
mempertimbangkan
Signifikan tidaknya asersi terkait
Kebijakan dan prosedur SPI Spesifik yang dievaluasi selama audit yang lalu.
Tingkat Efektivitas dari rancangan dan pengoperasian kebijakan atau prosedur

yang dievaluasi
Hasil pengujian yang digunakan untuk membuat evaluasi

d. Penentuan Risiko Pengendalian


Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
a. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.
b. Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
c. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif.
d. Mengevaluasi bukti yang diperoleh
e. Menentukan risiko pengendalian.
3. PENGUJIAN ANALITIKAL
Menurut SPA 520 Prosedur Analitikal (Pengujian analitis) berarti pengevaluasian
terhadap informasi keuangan yang dilakukan melaui analisis hubungan antara data
keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi
sebagaimanan yang diperluka atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak
konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan
dalam jumlah yang sigifikan. terdapat lima jenis prosedur analitis yaitu:
a) Membandingkan data klien dengan industry
b) Membandingkan data klen dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
c) Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
d) Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor
e) Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data
nonkeuangan
5

Prosedur Pengujian Analitis Substantif


Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis substantif, sendiri
atau dalam kombinasi dengan pengujian rinci sebagai prosedur substantif berdasarkan
SPA 330,3 auditor harus: (Ref: Para. A4-A5).
(a) Menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang
tersedia, dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian material yang ditentukan,
dan pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-asersi tersebut; (Ref: Para. A6-A11)
(b) Mengevaluasi keandalan data yang dijadikan dasar oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan memperhitungkan
sumber, komparabilitas, serta stfat dan relevansi informasi yang tersedia, dan
pengendalian atas penyusunannya; (Ref: Para. Al2-A14)
(c) Mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan mengevaluasi
apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk mengidentifikasi kesalahan penyajian
yang, baik secara individu atau ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian
lainnya, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan; dan (Ref: Para. A15)
(d) Menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai yang
diharapkan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi lebih lanjut seperti yang
disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)

Prosedur Analitis yang Membantu Auditor Ketika Membentuk Kesimpulan


Keseluruhan
6. Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis mendekati akhir audit
yang membantu auditor ketika membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah
laporan keuangan telah disajikan konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas.
(Ref: Para. A17-A19)
7. Jika prosedur analitis yang dilakukan berdasarkan SPA ini mengidentifikasi adanya
fluktuasi atau hubungan yang tidak konsisten dengan informasi relevan lainnya atau
yang berbeda secara signifikan dengan nilai yang diharapkan, maka auditor harus
menginvestigasi perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
6

(a) Meminta keterangan kepada manajemen dan memperoleh bukti audit yang tepat dan
relevan dengan respons manajemen; dan
(b) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang diperlukan sesuai dengan kondisinya.
(Ref: Para. A20-A21)
Tujuan utama dari prosedur analitis dalam tahap perencanaan ini adalah :
a. Memahami bidang usaha klien
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu entitas
c. Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci
4. HUBUNGAN MASING-MASING PENGUJIAN
A. Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian subtantif dengan lebih
baik, sebelumnya kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian dalam
pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan kemingkinan salah saji
memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian
dalam pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan
suatu

salah

saji

dalam

laporan

keuangan.

Pengecualian

dalam

pengujian pengendalian dinamakan deviasi ujin pengendalian.


Tingkat kekurangan pengendalian : kekurangan, signnifikan dan kelemahan
material. Auditor sangat mungkin meyakini slaah saji supiah yang material
terjadi dalam laporan keuangan ketika deviasi ujin pengendalian dianggap sebagai
kekurangan signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus
melakukan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk
menentukan apakah salah saji rupiah yang material telah terjadi. Anggaplah
pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen untuk memverifikasi
kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan, yang mana setelahnya
petugas tersebut harus menuliskan inisial dalam salinan faktur penjaualan untuk
menandai verifikasi telah dilakukan. Salah satu prosedur pengujian pengendalian yang
dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel salinan faktur penjualan untuk inisial
orang yang memverifikasi informasi tersebut. jika tidak ada inisial pada sejumlah besar
dokumen, maka auditor harus mempertimbangkan dampaknya terhadap audit
pengendalian internal laporan keuangan dan menindaklanjutinya dengan melakukan
7

pengujian subtantif untuk audit laporan keuangan. Hal itu dapat dilakukan dengan
memperluas pengujian salinan faktur penjualan untuk memasukkan harga, penjumlahan
dan jumlah total ( pengujian subtantif transaksi ) atau dengan menambah ukuran sampel
untuk konfirmasi saldo akun piutang dagang ( pengujian subtantif perincian saldo ).
Meskipun pengendalian tidak berjalan dengan efektif, fakutr tersebut mungkin
tetap benar, khususnya jika orang yang awalnya meyiapkan faktur penjualan tersebut
telah melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan kompeten.
Di sisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak
memiliki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangu pengujian subtantif transaksi dan pengujian terperinci saldo.namun,
beberapa pengerjaan ulang dan perhitungan ulang pengujian subtantif tetap diperlukan
untuk memberikan keyakinan bahwa petugas yang melakukkan verifikasi tidak
menuliskan inisial dalam dokumen tanpa benar-benar melakukan prosedur pengendalain
atau

melakukkannya

dengan

asal-asalan.Karena

kebutuhan

untuk

menyelesaikan beberapa ppengujian poengerjaan ulang dan perhitungan ulang, banyak


auditor yang melakukannnya sebagai bagian dari pengujian atas pengendalian awal.
Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil dari pengujian
pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang di perlukan.
B. Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Fluktuasi
yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau denagn
informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan
terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti langsung atas saji material tersebut.
ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor
harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk
menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan
prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya salah saji itu
kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun dengan saldo yang
kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar dimuka, auditor
sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.

REFERENSI
Jusup,Haryono.2010.Auditing (Penguaditan 1).Yogyakarta : STIE YKPN
Anonim.2012.Standar Perikatan Audit SPA520.Dewan Standar Profesi Institut
Akuntan Publik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai