Kitab Al Kafi Dan Kedudukannya
Kitab Al Kafi Dan Kedudukannya
Kitab Al Kafi Dan Kedudukannya
Leave a reply
BAB I
PENDAHULUAN
Berangkat dari kebutuhan pusat-pusat keilmuan dan beberapa masalah, yaitu
seperti ketika penyebaran dan pengajaran hadis berlangsung begitu semarak di hauzah,
namun pada saat itu tidak ada sebuah kitab rujukan yang dapat menjawab berbagai
kebutuhan dan tuntutan keilmuan ulama Syiah. Oleh karena itu, para ulama Syiah sejak
awal abad ke-4 H mengambil langkah untuk menyusun kitab-kitab hadis yang lebih lengkap.
Usaha-usaha ini dengan menjadikan hadis-hadis para imam sebagai sumber dan rujukan
telah melahirkan Empat Kitab Utama (Kutub al-Arbaah) dalam tema-tema fikih dan
beberapa kitab berkaitan dengan akidah. Di samping itu, kitab al-Kaf merupakan kumpulan
dari berbagai hadis di bidang fikih dan akidah. Dalam makalah ini akan membahas secara
singkat seputar kitab al-Kaf Al-Kulaini.
BATASAN MASALAH
Adapun yang akan di bahas dalam makalah ini di antaranya:
1. Biografi tentang Al-Kulaini
2. Karya-karya Al-Kulaini
3. Kedudukan al-Kaf
4. Guru-guru dan murid-murid Al-Kulaini
5. Kajian seputar nama kitab
6. Kajian seputar motivasi Kulaini dalam penulisan kitab
7. Sistematika, metode dan isi kitab al-Kaf Al-Kulaini
8. Pandangan dan Kritik Terhadap Kitab al-Kaf al-Kulaini dari Kalangan Syiah dan
Sunni.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A.
Nama lengkapnya adalah Abu Jafar Muhammad bin Yakub bin Ishaq Kulaini Razi,[1] beliau
dilahirkan sekitar tahun 254 H dan atau 260 H di kampung yang bernama al-Kulain,[2] desa
Kulain merupakan kelahiran Kulaini, sebuah desa yang termasuk dalam wilayah kota Ray.
[3]Namun, mengenai kapan tepatnya al-Kulaini lahir, tidak ditemukan data yang jelas, tetapi
beliau wafat pada tahun 329 H di kota Baghdad.[4] Beliau dikebumikan di pintu masuk
Kufah[5] atau di Babul Kufah Baghdad.[6]
Pada tahun-tahun pertama sejak dilahirkan, beliau tetap tinggal di desa tempat lahirnya lalu
pergi ke kota Qom guna belajar ilmu-ilmu agama. Setelah belajar dengan para ulama besar
hauzah Qom, untuk menyempurnakan ilmunya, beliau melakukan berbagai perjalanan, di
antaranya beliau pergi menuju hauzah-hauzah di Kufah, Naisyabur dan Baghdad. Setelah
bertemu dengan para pembesar berbagai hauzah, beliau kembali ke kota Ray.[7]
Kulaini menyusun kitab al-Kaf selama dua puluh tahun dengan melakukan perjalanan
ilmiah untuk mendapatkan hadis-hadis dari berbagai daerah, seperti Irak, Damaskus,
Beaalbak, dan Talfis.[8] Ketika itu ia adalah marja masyarakat Syiah Ray dan tempat
rujukan para pencari ilmu agama. Berkenaan dengan hal itu Najasyi[9] menulis, Pada
dasarnya Kulaini merupakan tokoh dan pemuka Syiah di kota Ray dan di bidang hadis
adalah sosok yang paling dipercaya dan amanah.[10]
Setelah menyelesaikan ensiklopedia hadisnya pada tahun 327 H, Kulaini berangkat menuju
Baghdad dan dalam waktu dua tahun masa akhir hidupnya, beliau membacakan dan
meriwayatkan al-Kaf kepada jumlah terbatas dari para sahabat dan muridnya.[11] Namun
tak satu pun dari kitab-kitab itu yang sampai ke tangan kita.[12]
1. B.
Karya-Karya Al-Kulaini
16.199 hadis. Dari Sayyid Al-Milani sendiri untuk mencapai 16.199 hadis masih kurang 73
hadis, sedangkan dari Syahid Tsani masih kurang 107 hadis.
Suatu hadis jika terdapat dalam al-Kaf maka tidak bisa langsung dikatakan shahih. Hadis
itu harus diteliti sanad dan matannya berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada
Ulama Syiah tentang kedudukan hadis tersebut.
1. D.
Guru-guru al-Kulaini yaitu Ali bin Ibrahim Qommi, Muhammad bin Yahya Aththar, Abu Ali
Asyari, Husin bin Muhammad, Muhammad bin Ismail, Hamid bin Ziyad, Ahmad bin Idris
dan Ali bin Muhammad.[28]Perlu diketahui bahwa selain dari nama yang telah disebutkan,
Kulaini juga masih mempunyai guru-guru ternama lainnya, di antaranya yaitu: Abu Jafar
Muhammad bin Hasan bin Farrukh Shaffar, Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Said
terkenal dengan sebutan Ibnu Uqdah dan Abu Sulaiman Dawud bin Kureh Qommi.[29]
Pendapat lain menyebutkan di antara para guru al-Kulaini yang dikenal sebagai ulama
jenius pada masa mereka adalah sebagai berikut:
a. Ahmad bin Muhammad bin Ashim al-Kufi.
b. Hasan bin Fadhl bin Zaid al-Yamani.
c. Muhammad bin Hasan ash-Shaffr.
d. Sahl bin Ziyad al-Adami ar-Razi.
e. Muhammad bin Hasan ath-Thai.
f. Muhammad bin Ismail an-Naisyaburi.
g. Ahmad bin Mehran.
h. Ahmad bin Idris al-Qomi.
i. Abdullah bin Jafar al-Himyari.[30]
Berkaitan dengan murid-murid al-Kulaini, sangat sedikit informasi tentang mereka.
Sebagaimana dijelaskan Najasyi dan Allamah Hilli yang menyebutkan bahwa Kulaini adalah
guru hadis, marja fatwa dan pemimpin hauzah kota Ray, maka dari keterangan ini dipahami
bahwa seharusnya Kulaini mempunyai banyak murid. Akan tetapi, tidak ditemukan data-
data sejarah yang menjelaskan tentang siapa saja murid-murid beliau di hauzah tersebut.
[31]Namun, di lain pihak ada juga yang menyebutkan bahwa banyak para fuqaha dan
perawi hadis mazhab Syiah yang pernah menimba ilmu dari Syaikh al-Kulaini, di antaranya:
a. Ibn Abi Rafi ash-Shaimuri.
b. Ahmad bin Ahmad al-Katib al-Kufi.
c. Ahmad bin Ali bin Said al-Kufi.
d. Abu Ghalib Ahmad bin Zurari.
e. Jafar bin Muhammad bin Qawlawaeh al-Qomi.
f. Ali bin Muhammad bin Musa ad-Daqqaq.
g.Muhammad bin Ibrahim an-Numani yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Abi Zainab.
h.Muhammad bin Ahmad ash-Shafwani.
i. Muhammad bin Ahmad as-Sinani az-Zahiri yang bermukim di kota Ray.
j. Muhammad bin Ali Jiluyeh.
k. Muhammad bin Muhammad bin Isham al-Kulaini.
l. Harun bin Musa.[32]
E. Kajian seputar Nama Kitab
Mengenai alasan penamaan kitab ini, perlu ditegaskan bahwa sepertinya kitab ini tidak
dinamakan dengan nama al-Kaf oleh penulisnya. Memang terbukti bahwa Kulaini sama
sekali tidak menyinggung nama kitab di dalam khotbah (mukadimah) karya besar ini,
walaupun pada beberapa masa berikutnya, Syekh Thusi[33] dan Najasyi menyebut kitab
Kulaini dengan al-Kaf.[34] Akan tetapi dapat diduga bahwa nama al-Kaf sebetulnya diambil
dari khotbah Kulaini dalam mukadimah kitabnya, yang didalamnya ia menulis: Wa qulta
innaka tuhibbu an yakuna indaka kitabun kafin yujmau fhi min fununi ilmiddin ma yaktaf
bihil mutaallimu wa yarjau ilahil mustarsyidu (dan engkau telah mengatakan bahwa
engkau menginginkan adanya sebuah kitab di sisimu di dalamnya terkumpul semua cabang
ilmu agama yang penuntut ilmu akan merasa cukup dengannya dan dapat menjadi rujukan
orang yang mencari petunjuk).[35]Hingga akhirnya beliau mengatakan: wa qad
yassarallahu wa lahulhamdu talifa ma saalta (dan segala puji bagi Allah, Dia telah
memudahkan penulisan kitab yang engkau minta).
Al-Kulaini sendiri menyatakan, Sesungguhnya Anda ingin mempunyai sebuah kitab yang
lengkap yang terhimpun di dalamnya semua bidang ilmu agama (Islam) yang memadai bagi
seseorang pelajar, yang menjadi rujukan bagi pencari hidayah dan orang yang
menginginkan ilmu agama serta mau beramal dengannya, bisa mengambil daripadanya
melalui riwayat-riwayat yang sahih dari orang-orang yang benar a.s. (Imam-imam Ahl alBait)dan (berisi) sunnah yang diyakini bisa diamalkan serta (dengan athar-athar ini) bisa
dilaksanakan segala kefardhuan yang ditetapkan oleh Allah azza wa jalla dan sunnah nabiNya s.a.w. dan keluarganya. Dan aku katakan: Jika demikian, aku harapkan ia (kitab) ini
menjadi sebab untuk Allah memberikan pertolongan dan taufq-Nya kepada saudarasaudara kita dan penganut ajaran kita serta memberikan petunjuk kepada mereka.(alKulan, Mukaddimah al-Usul min al-Kaf, juz. 1,hal. 8)[36]
1. F.
Penulisan al-Kaf disebabkan karena ada seorang pencinta (Ahlulbait) dan peduli
pada tasyayyumeminta pada Kulaini untuk menulis sebuah ensiklopedia (tentang riwayatriwayat tasyayu) dan Kulaini menerima permintaan saudara seakidahnya itu. Secara pasti
tidak diketahui siapa nama orang tersebut, namun ada kemungkinan bahwa seseorang itu
adalah Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Qadhaah Shafwani atau Muhammad bin
Ibrahim Numani.[37]
Sebagaimana dapat juga dikatakan salah satu motivasi Kulaini dalam menulis alKaf adalah banyaknya riwayat yang saling bertentangan dengan masa itu. Dengan menukil
surat permintaan dari temannya, Kulaini sedikit banyak telah menyinggung masalah ini.
Beliau juga menyebutkan beberapa kriteria untuk membedakan hadis yang shahih dari yang
tidak shahih, yaitu dengan menyesuaikan hadis dengan al-Quran, adanya pertentangan
dengan riwayatammah (selain Syiah) dan berpegang pada hadis-hadis yang disepakati
(ijmaiy). Meskipun demikian, beliau kemudian menjelaskan bahwa dengan menggunakan
beberapa kriteria di atas, tetap tidak dapat membedakan antara riwayat yang shahih dan
yang tidak shahih kecuali hanya sedikit. Karenanya beliau dalam rangka mengetahui riwayat
yang shahih menggunakan kriteria yang lain, yaitu neraca taslim dan ridha[38].[39]
G. Sistematika, Metode dan Isi Kitab al-Kafi al-Kulaini
Al-Kaf merupakan kitab hadis yang menyuguhkan persoalan pokok agama (ushul), cabangcabang (furu)dan taman (rawdhah[40]).[41] Sebagaimana yang di ketahui, kitab al-Kaf di
antara Empat Kitab Utama (Man L Yahdhuruh al-Faqih, karya Syaikh ash-Shaduq, At-
Tahdzb, karya Syaikh ath-Thusi, al-Istibshr, karya Syaikh ath-Thusi dan al-Kaf, karya
Syaikh al-Kulaini).memang lebih unggul dari sisi kandungan masalah-masalah fiqih dan
akidah.[42] Kitab ini di susun dalam jangka waktu yang cukup panjang, selama dua puluh
tahun yang tidak ada bandingannya.[43]
Metode dan gaya penulisan Kulaini dalam hal sanad adalah dengan memuat seluruh sanad
secara lengkap. Namun dalam hal isnad riwayat, terdapat beberapa masalah yang patut
dicatat berikut ini:
1. Keberadaan Sanad dalam Bentuk Muanan[44]
Isnad yang seperti ini biasanya kekuatan (tahammul) para perantara sanad tertutup dan
tidak diketahui. Akan tetapi, berkaitan dengan Kulaini yang dikenal oleh semua pihak
tentangwatsaqah dan amanahnya, penukilan riwayat yang beliau lakukan dengan
cara muanan, semata-mata untuk meringkas sanad.[45]
1. Adanya Irsal dan Taklik pada Sebagian Sanad Riwayat.
Berkenaan dengan beberapa riwayat yang memiliki sanad sama, Kulaini biasanya
menyebutkan riwayat pertama dengan sanad lengkap dan riwayat berikutnya hanya
mencukupkan dengan keterangan: wa bi hadza al-isnad (dan dengan sanad yang sama).
[46]
1. Musytarakat dalam Sanad-Sanad Riwayat
Pada sebagian sanad al-Kaf terdapat beberapa musytarakat (kesamaan nama) yang
sebagian mudah dibedakan dan sebagian yang lain cukup sulit dibedakan. Di
antara musytarakat kitab al-Kaf dapat disebutkan nama-nama: Ahmad bin Muhammad,
Ibnu Sinan, Hamad, Ibnu Mahbub, Ibnu Fadhal dan Muhammad bin Ismail.[47]
1. Adanya Para Perawi Dhaif dalam Sanad
Telaah rijali atas sanad-sanad sebagian riwayat al-Kaf menunjukkan bahwa ada
beberapa rijal al-Kaf yang menurut pandangan ulama rijal seperti Kasyi, Najasyi, dan
Syekh Thusi adalah rijalyang dhaif. Para rijal ini pada umumnya termasuk dalam
kelompok Ghulat[48]. Bahwasanya Kulaini mengikuti metode ulama klasik (qudama) dalam
mengukur kesahihan riwayat.[49]
1. Telaah atas Maksud Iddatun Min Ashhabina dalam Ungkapan Kulaini
Yang dimaksud dari kata iddatun dalam iddatun min ashhabina adalah sekelompok guruguru Kulaini atau masyayikh bi al-ijazah yang bertujuan mempersingkat sanad atau karena
disebut dan tidak disebutnya nama-nama itu tidak berpengaruh pada shahih dan lemahnya
riwayat, maka nama-nama tersebut tidak dimuat secara rinci.[50]
H. Pandangan dan Terhadap Kitab al-Kafi al-Kulaini dari Kalangan Sunni dan Syiah
Sebagian orang dari kalangan Sunni menilai kedudukan al-Kaf di sisi Syiah sama
denganShahih Bukhari di sisi Sunni. Mereka yang mengkritik Syiah ini, telah membawakan
riwayat-riwayat yang ada dalam kitab rujukan Syiah yaitu al-Kaf dalam karya-karya
mereka, seraya mereka berkata Kitab al-Kaf di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di
sisi Sunni.[51]
Kalangan Syiah memang mengakui bahwa al-Kaf, karya al-Kulaini memang menjadi
rujukan Syiah, namun dalam mengambil hadits sebagai rujukan ulamaSyiah akan menilai
kedudukan haditsnya, baru menetapkan fatwa. Mereka mengatakan bahwa al-Kulaini
menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para
Imam Ahlul Bait as.[52]
Sebagian dari kalangan Syiah sendiri terdapat perbedaan pendapat. Sebagian ada yang
mencukupkan atas kitab tersebut tanpa melakukan ijtihad. Misalnya, Abdul Husain
Syafruddin Al-Musawi, dalam kitabnya Al-Murajaat dengan tegas mengatakan bahwa
keempat kitab tersebut menjadi referensi (Syiah) Imamiyah dalam ushul dan furunya, dari
zaman pertama hingga zaman kini. Riwayat keempat kitab tersebut mutawatir dan
kandungannya dipastikan keshahihannya. Dan al-Kaf yang tertua, termulia, terbaik, dan
yang paling teliti.[53]
Sementara sebagian yang lain, mereka tidak mengklaim hadis-hadis dalam kitab mereka
(al-Kaf) sebagai sahih.[54] Menurut mereka tidak ada sedikitpun pernyataan al-Kulaini
bahwa semua hadis yang beliau kumpulkan otentik. Maka, mereka tidak setuju jika ada
orang menilai kedudukan al-Kaf di sisi Syiah sama dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni.
Bahkan mereka menuduh orang yang melakukan hal itu bertujuan untuk mengelabui orang
awam yang tidak tahu-menahu tentang al-Kaf.[55]
Sebagiamana pendapat Al-Sayyid Muhammad al-Mujahid al-Tabatabai (1242H) juga
mengemukakan hujah bahwa tidak semua riwayat al-Kaf sahih. Hal ini diungkapkan oleh
Hasyim Maruf Husyein dalam kitabnya yaitu Dirasat Hadits. (hal.135-136). Hal yang sama
juga dikatakan oleh Ayatullah Husayn `Ali al-Muntazari mengenai ketidaksahihan riwayat
dalam al-Kafi dalam kitabnya Dirasah f Makasib al Muharomah, juz III, hal. 123. Ia
[1]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), h.454.
[2]http:wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012); Dr. I. K. A. Howard, alKutub al-Arbaah: Empat Kitab Hadis Utama Mazhab ahl al-Bait, Jurnal al-Huda, vol II, no.
4, 2001, hlm. 11.
[3]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 454.
[4]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 454.
[5]http:wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012); Dr. I. K. A. Howard, alKutub al-Arbaah: Empat Kitab Hadis Utama Mazhab ahl al-Bait, Jurnal al-Huda, vol II, no.
4, 2001, hlm. 11.
[6]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012),
456; Rijal Najasyi, nomor 1026; Rijal Syaikh Thusi 495.
[7]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 454.
[8]http://wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012); M. Alfatih
SuryadilagaKitab al-Kaf al-Kulaini, (Yogyakarta: TERAS, 2003), hlm. 307, lihat juga alKulaini Muqaddimah Usul al-kaf al-Kulaini, ditahqiq oleh Ali Akbar al-Giffari, juz I (Teheran:
Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1388), hlm. 310.
[9]Nama lengkap Najasyi adalah Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abbas Najasyi berkunyah
Abul Husain terkenal dengan sebutan Najasyi atau Ibnu Najasyi adalah salah seorang
ulama rijal Syiah. Lihat: Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur
Al-Huda, 2012), 447.
[10]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012),
455; Rijal Najasyi, nomor 1026. Lihat juga keterangan yang seperti ini pada Khulashat alAqwal, hlm. 145.
[11]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 456;
Thusy,Tahdzib al-Ahkam, bagian Musyayyakhah, juz 10, hlm.29.
[12]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 456.
[13]http://www.al-shia.org (27 November 2012)
[14] Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 453.
[38]Taslim dan Ridha maksudnya yaitu dalam menghadapi dua riwayat yang saling
bertentangan dan keduanya shahih dari sisi sanad dan qarinah-qarinah lain, maka dalam
rangka tunduk pada perintah-perintah Allah, diambillah salah satu riwayat dan yang lain
ditinggalkan. Lihat: Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur AlHuda, 2012), 461.
[39]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 460461.
[40]al-Rawdhah (taman) adalah kumpulan hadis yang menguraikan berbagai segi dan minat
keagamaan serta termasuk beberapa surat dan khutbah para imam. Juz ini berisi tentang
pernyataan tentang ahl al-bait, ajaran para imam, adab orang-orang saleh, mutiara hukum
dan ilmu, yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja. Dinamakan al-rawdhah (taman) karena
berisi hal-hal yang bernilai dan berharga, yang identik dengan taman yang menjadi tempat
tumbuh bermacam-macam buah dan bunga.
Lihat: http://wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012); Lihat dalam
Mukadimah al-Rawdhah, hal 9. Dikutip dalam Ali Ahmad al-Salus,Ensiklopedi SunnahSyiah; Studi Perbandingan Hadis & Fiqh, (Jakarta: al-Kausar, 1997), hal. 140.
[41]http://wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012).
[42]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 461.
[43]http://wahyunishifaturrahmah.wordpress.com (24 November 2012); Ayatullah Jafar
Subhani, Menimbang Hadis-hadis Mazhab Syiah; Studi atas Kitab al-Kafi dalam alHuda: Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Islam, diterbitkan oleh Islamic Center, Jakarta, vol II, no 5.
2001, hlm. 36.
[44]Muanan yaitu rangkaian sanad yang diikat dengan lafadz an.
[45]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis,cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 462.
[46]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 463.
[47]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadi,s cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 463.
[48]Ghulat atau dikenal sebagai pelaku dusta, takhlith, lemahnya daya ingat dan beberapa
masalah berkaitan dengan akidah serta akhlak.
[49]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 464.
[50]Dr. Majid Maarif, Sejarah Hadis, cetakan pertama. (Jakarta: Nur Al-Huda, 2012), 464.
[51] http://agil-asshofie.blogspot.com (24 November 2012)
[52]http://Hidayatullah.com (5 November 2012)
[53] http://Hidayatullah.com (5 November 2012); Lihat: al-Musyawi, al-Murajaat, No. 110
hal. 314.
[54] http://syiahali.wordpress.com (24 November 2012)
[55]http://Hidayatullah.com (5 November 2012)
[56]http://Hidayatullah.com (5 November 2012)