Studi Kelayakan Bisnis Mie Level
Studi Kelayakan Bisnis Mie Level
Studi Kelayakan Bisnis Mie Level
Kelompok III
1. Ahmad Sabbil Rabbani
2. Ide Warsono Berutu
3. Sahat ISL Tobing
4. Setia A Sitompul
5. Sony Panjaitan
6. Yosephin Sihombing
PENDAHULUAN
Berdasarkan kebutuhan manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan makan, dan
besarnya minat kaula muda keluar serta nongkrong di tempat makan, membuat usaha kuliner
tumbuh semakin pesat di kota Medan. Usaha kuliner sendiri memiliki dampak positif yakni
meningkatnya tingkat pendapatan warga medan,
Namun dilihat dari segi negatif dengan meningkatnya usaha kuliner, banyak pengusaha kuliner
yang melakukan kecurangan dan ketidakperdulian terhadap apa yang akan mereka jual dan
dampak negatif yang dirasakan oleh konsumen ataupun warga sekitar. Pengusaha juga banyak
yang tidak melakukan pencatatan transaksi mereka untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan
mereka.
Banyak bisnis kuliner berkembang di kota Medan, namun tidak seluruhnya memiliki
kelayakan untuk dijalankan atau dilanjutkan. Untuk itu kami melakukan uji kelayakan bisnis
disalah satu bisnis kuliner di kota Medan. Kami melakukan penelitian studi kelayakan bisnis di
Mie Level Medan. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat usaha tersebut, karena
tempat tersebut banyak menarik peminat untuk mencoba makanannya dengan keunikan ide cita
rasa pedas yang memiliki tingkat - tingkatan, dan memiliki jumlah pengunjung yang banyak
setiap harinya dan terlihat memiliki prospek yang baik untuk kedepannya.
Pengujian kelayakan bisnis usaha Mie Level Medan akan dilihat dari berbagai aspek. Aspekaspek tersebut meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek organisasi
dan manjemen, aspek ekonomi dan keuangan, aspek produksi, aspek hukum, aspek kebersihan,
serta aspek sosial dan relijius.
PEMBAHASAN
II.A. PROFIL USAHA MIE LEVEL MEDAN
Mie Level berdiri di bulan Februari 2012 yang dirintis oleh seorang mahasiswa bernama
Racmadsyah Dana yang akrab disapa Dana. Mengingat kecintaan Dana terhadap rasa pedas,
beliau membuka usaha ini dengan alasan karena tidak adanya ruang untuk pencinta rasa pedas
dalam kuliner yang ada saat itu, dan berpendapat sangat kurangnya rasa pedas dalam setiap
makanan yang disajikan dalam beberapa usaha kuliner.
Diawali dengan minat membuka usaha namun tidak memiliki pengetahuan akan resep
suatu masakan, Dana mengajak kakaknya bernama Nurul Annisa akrab di sapa Anis) untuk
bergabung. Dari seorang Nurul Annisa lah lahir resep Mie Level. Maka, Mie Level dimiliki oleh
dua orang, yakni Dana dan Anis.
Awalnya usaha mie level ini berada di Jalan Mesjid. Mie Level yang berada di Jalan
Mesjid sangat berbeda dengan Mie Level yang kita temui sekarang. Saat di Jalan Mesjid, mereka
berdagang di emperan kios, hanya memiliki bebrapa bangku dan meja, serta hanya buka di
malam hari.
Mie level sendiri memiliki visi Menjadikan lifestyle doyan pedas di kota Medan dan
memiliki misi Menyediakan ruang bagi pecinta pedas di kota Medan. Visi dan misi ini lahir
masih dari kecintaan pemilik terhadap rasa pedas dan merasa kurang pedasnya makanan yang
disajikan tempat-tempat kuliner di kota Medan.
Dalam rangka pengembangan usahanya Dana dan Anis melakukan kerjasama dengan
M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda. Menurut kami, kerjasama ini adalah bentuk kerjasama
yang baik. Dimana Iqbal dan Ricky menyediakan tempat usaha untuk Mie Level, yakni tempat
3
usaha yang kini ditempati Mie Level di Jalan Ismailiyah. Dana dan Anis tidak perlu membayar
uang sewa tempat usaha, namun mengizinkan Iqbal dan Ricky menjadi penjual minuman di Mie
Level. Mie Level pindah dari Jalan Mesjid ke Jalan Ismailiyah pada pertengahan Agustus 2014.
Pembagian manajemen dilakukan mereka dengan Dana sebagai manajer, Nurul Annisa
sebagai pengelola pembelian dan pemasokan bahan baku untuk mie dan sayuran, sementara
M.Iqbal dan Ricky bagian minuman. Mie level memiliki 17 orang karyawan, dengan pembagian
pengidang, waiters, koki, asisten koki, dan pencuci piring.
Di samping adalah logo Mie Level. Kami berpendapat logo tersebut sesuai dengan bisnis
yang dijalankan. Rasa pedas luar biasa yang ditawarkan dan menjadi ciri khas Mie Level
digambarkan dengan warna merah dan ada bentuk seperti tanduk diatasnya.
Komisaris
Nurul Annisa
Kepala Waitress
Kepala Koki
Kepala Bartender
Waitress
Koki
Bartender
TTk
Tk. Cuci Piring
Mengenai perkembangan pasar, pemilik Mie Level sendiri telah memiliki rencana untuk
membangun cabang Mie Level di Medan. Dalam pernyataannya, beliau (bang Dana) mengatakan
ingin ada dua Mie Level di kota Medan, sisanya jika memungkinkan, ingin membangunnya di
luar kota. Dengan niat ini, pemilik berkeliling dan mengamati pasar di Kota Medan, dan
akhirnya pemilik mengaku sejuah ini ingin membangun cabang Mie Level di Krakatau.
Sama seperti bisnis pada umumnya, berhasilnya sebuah bisnis, akan ditiru oleh orang
lain. Begitu pula dengan Mie Level. Di Medan sendiri mulai banyak tumbuh usaha dengan judul
level, yakni memberikan sensasi pedas dengan berlevel atau bertingkat-tingkat. Melihat
masalah ini, pemilik Mie Level mengakui tidak masalah dengan hadirnya pesaing. Beliau hanya
akan terus menjaga kualitas produk agar pelanggan tidak lari ke tempat lain. Dan cara
mengatasinya, Mie Level saat ini tengah mengurus izin usaha dan trademark Mie Level.
Keunggulan dari Mie Level ini adalah konsistennya mereka terhadap kualitas bahan baku
dan kesenangan pelanggan. Pemilik Mie Level sendiri mengakui menutup Mie Level dalam
sehari, apabila dalam hari itu, mereka tidak mendapatkan cabai yang sesuai dengan kualitas yang
mereka inginkan. Bahkan mereka berani menggratiskan makanan pelanggan apabila terdapat
keluhan dari pelanggan tentang makanan, dan pelanggan tersebut enggan untuk membayar
makanan tersebut.
Terlihat ramainya pengunjung Mie Level Medan, yang didominasi kaula muda.
Apabila ada pelanggan yang memesan mie di atas level 5, pihak Mie Level akan
menyajikannya. Namun para pelayan dengan ramah akan menanyakan kesanggupan pelanggan
tersebut untuk memakan pesananya tersebut. Karena mie di Mie Level ini memang pedas luar
biasa. Selain itu, pihak Mie Level telah memasang spanduk dengan isi peringatan bahwa para
pelanggan sebaiknya bijak dan memesan pesanan sesuai kesanggupannya akan rasa pedas.
warga yang membutuhkan untuk memberi makan ternak, sedangkan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh warga, limbah tersebut dikumpulkan dan diambil oleh petugas kebersihan
setiap harinya.
Kemudian dalam aspek teknologi lainnya, mie level menggunakan media sosial untuk
pemasaran, dimana media sosial dimanfaatkan dengan baik sebagai wadah mempromosikan Mie
Level.
dijual di atas 150 mangkuk tersebut. Kemudian punishment dikenakan kepada pekerja yang
terlambat, berupa pemotongan gaji.
10
sehari mereka mengeluarkan biaya bahan baku sebsar Rp 2.000.000,- , dan akan mencapai break
event point dengan penjualan 150 porsi Mie Level.
Mie Level tidak menggunakan jasa akuntan. Mereka melakukan pencatatan secara
sederhana. Namun dalam pencatatan mereka terlihat jelas berapa jumlah penjualan, laba, dan
biaya. Pencatatan laba dan biaya dapat dilihat perhari, perminggu, dan perbulan. Pemilik
menyatakan melakukan klasifikasi harian, mingguan, dan bulanan untuk memudahkan pemilik
melihat naik dan turunnya penjualan secara terperinci sesuai kebutuhan.
Dengan tidak menggunakan jasa akuntan, pemilik sendiri yang melakukan pencatatan,
beliau mengakui tidak mengerti dan tidak tahu pentingnya perhitungan biaya dan akumulasi
penyusutan aktiva tetap. Selain itu, biaya utilities yakni biaya air, listrik dan telepon berkisar
lebih kurang Rp 800.000,-. Dan biaya utilities ini beserta biaya gaji karyawan dibagi dua dengan
M. Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda selaku pemilik tempat dan penjual minum di usaha Mie
Level.
Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa hanya menjual makanan, sedangkan minuman
dijual oleh Ricky Akhiranda dan M.Iqbal Tarigan. Laba dan bon pesanan antara makanan dan
minuman juga dipisahkan untuk emmpermudah perhitungan.
Contoh pencatatan yang dilakukan pemilik Mie Level menggunakan Microsoft office excel.
11
12
13
Mereka hanya ikut bergabung bekerja sama menjual minum di Mie Level dengan memberikan
tempat usaha tanpa uang sewa.
Proses produksi mie level dilakukan dengan kerja sama yang baik. Proses pencucian
piring dilakukan oleh dua orang pekerja. Pencucian sayur juga dilakukan dengan baik. Setalah
dicuci, sayuran dipotong untuk kemudian di bawa ke dapur. Penempatan lokasi pencucian,
pemotongan, penyeluran mie, dan dapur juga memiliki alur yang baik. Cabai yang digunakan
dalam proses pemasakan telah dihaluskan (diblender) terlebih dahulu. Pemilik telah terlebih
dahulu menakar, apabila 10 buah cabai rawit, akan menjadi berapa sendok apabila dihaluskan.
Prinsip takaran ini yang kemudian dijadikan patokan koki dalam memasak. Karena setiap level
mie, menggunakan takaran cabai yang berbeda. Mie level 1 menggunakan 10 cabai rawit, mie
level 2 menggunakan 20 cabai rawit, mie level 3 menggunakan 30 cabai rawit, dan begitu
seterusnya.
Pesanan dimasak oleh koki dengan menggunakan empat kompor. Setiap koki standar nya
memegang 2 bon. Jika keadaan sedang sangat ramai, setiap koki emmegang maksimal 3 bon
pesanan makanan. Untuk minuman sendiri. Dimiliki oleh M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda
yang juga merupakan pemilik tempat lokasi usaha di jalan Ismailiyah.
Berikut bagan proses produksi Mie Level :
Pertama, sayuran dicuci bersih di tempat pencucian. Kemudian sayuran di potong untuk
di bawa ke dapur pemasakan. Di lain sisi, mie diselur untuk kemudian di bawa ke dapur
pemasakan. Sayur yang telah di potong dan mie yang sudah di selur kemudian dimasak sesuai
pesanan pelanggan. Kemudian masuk proses plating, dan terakhir disajikan ke pelanggan.
15
pengecekan
kebersihan
dari
16
PENUTUP
III.A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada usaha Mie Level, dan dilihat dari
berbagai aspek yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa Mie Level
layak untuk dijalankan dan dilanjutkan. Mie level juga memiliki prospek yang bagus karena
minat pengunjung yang cukup tinggi.
Mie level merupakan usaha kuliner yang memiliki keunggulan dalam menciptakan ruang
untuk pecinta pedas. Mie level juga merupakan usaha yang tidak hanya mementingkan aspek
laba yang dihasilkan, namun juga memikirkan bagaimana aspek sosial dijalankan seperti dalam
sebulan sekali mie level melakukan makan bersama anak yatim.
Mie level juga telah melakukan hal yang baik dalam pengelolaan karyawan, yakni
dengan memberikan ruang kepada karyawan melakukan ibadah sholat dan memberikan reward
17
kepada karyawannya. Dalam pengelolaan bahan baku, mie level juga telah melakukan dengan
baik, yakni dengan menjaga kebersihan dalam proses produksi dan memiliki kriteria tertentu
dalam pemilihan bahan baku. Dengan berbagai aspek yang telah dinilai di atas, kami
menyimpulkan bisnis mie level layak untuk dilanjutkan dalam prospek ke depannya.
III.B. SARAN
Setelah melakukan observasi dan menarik kesimpulan kelayakan Mie Level Medan, kami
mengajukan beberapa saran berikut :
a.
Saran kami untuk usaha Mie Level agar melakukan pencatatan keuangan yang lebih jelas,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
menambah jumlah bangku dan kursi, namun juga harus tetap menyediakan lahan parkir.
Sebaiknya pemilik Mie Level membedakan uang bisnis dengan uang pribadi. Yakni tidak
membayar keperluan pribadi dari kas Mie Level. Contohnya pembayaran bpjs atau
h.
sejenisnya.
Sebaiknya Mie Level membuat inovasi dalam kemasan. Seminimalnya dengan
memberikan logo (cap Mie Level) pada kemasan pesanan pelanggan yang di bawa pulang.
18