Laporan Referat Vertigo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalam 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien.
Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightadedness, presyncope, dan
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan
dizzness yang dilaporkan pada primary care.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari
sistem saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari sistem saraf pusat) dan
kondisi lain. 93% pasien pada Iprimary care mengalamai BPPV, acute vestibular
neuronitis, atau menire disease.
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala
mereka, menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah
pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
temuan radiologis akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberi
terapi yang tepat untuk pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Anatomi dan Fisiologi


Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindroma vertigo antara lain adalah:

REFERAT VERTIGO

1. Reseptor alat keseimbangan tubuh berperan dalam proses transduksi, yaitu mengubah
rangsangan menjadi bioelektrokimia, terdiri dari:
- Reseptor mekanis di vestibulum.
- Reseptor cahaya di retina.
- Reseptor mekanis di kulit, otot dan persendian (reseptor propioseptik).
2. Saraf aferen berperan dalam proses transmisi, menghantarkan impuls ke pusat-pusat
keseimbangan di otak, terdiri dari:
- Saraf vestibularis.
- Saraf optikus.
- Saraf spino vestibulo serebelaris.
3. Pusat-pusat
keseimbangan
berperan

dalam

proses

modulasi,

komparasi,

integrasi/koordinasi dan persepsi, terdiri dari:


- Inti vestibularis.
- Serebelum (vestibule serebeli).
- Korteks serebri (termasuk korteks limbik dan prefrontal).
- Hipotalamus, pusat saraf otonom dibatang otak (termasuk pusat muntah).
- Inti okulomotorius.
- Formasio retikularis (termasuk locus coeruleus).
FISIOLOGI
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual dam propioseptik. Dari ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler
yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual
dan yang paling kecil kontribusinya adalah propioseptik.
Arus informasi berlangsung intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari
kepala atau tubuh. Akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin
dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut (hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk
kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga
merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat
keseimbangan tubuh di otak.
Melvil Jones menggambarkan proses transduksi dan transmisi ini sebagai berikut:
Head Acceleration Head Angular Velocity Endolymph Displacement Cupular Angle
Cilia Bending Receptor Cell Potential Synaptic Action Generator Potential
Primary Afferent Action Potentials Central Nervous System Perception Vestibulo
Ocular Reflekx/Posture/Perception.
Impuls yang dibawa saraf aferen tersebut selanjutnya dihantarkan ke inti vestibularis,
selanjutnya ke otak kecil, korteks serebri, hipotalamus dan pusat otonomik di formasio
retikularis.

REFERAT VERTIGO

Meskipun banyak ragamnya neurotransmitter yang menghubungkan pusat-pusat alat


keseimbangan tubuh, namun pada garis besarnya impuls aferen dihantarkan oleh susunan
saraf yang menggunakan neurotransmitter eksitator, misalnya glutamat, aspartat, asetilkolin,
histamin, substan P dan neuropeptida lainnya. Sedang impuls eferen dihantarkan lewat
susunan saraf yang menggunakan neurotransmitter inhibitor, antara lain GABA, glisin,
noradrenalin, dopamin dan serotonin.
Pusat integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vestibularis menerima
impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler. Serebelum selain merupakan pusat
integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung
dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah
dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli. Selain serebelum, informasi tentang
gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri.
II.

Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat

keseimbangan tubuh yang berasal dari reseptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata
disebut nistagnus.
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptik, jaras-jaras
yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

REFERAT VERTIGO

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses
lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam
kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya.
III.

Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering

digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga meng-ganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan
oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut
sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam,
tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti
kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif merupakan ilusi
gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan
sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini lebih jarang
dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem
REFERAT VERTIGO

vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang vertigo
merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit endokrin,
dan sebagainya).
Berbeda dengan vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum
terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa
vertigo, presinkop, dan pusing psikofisiologis (lihat tabel di bawah ini).

IV.

Epidemiologi
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai

dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anakanak tidak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di
Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan
pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui sebagai
paroxysmal vertigo yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan
fotofobia).
V.

Etiologi
Penyakit yang dapat menimbulkan gejala vertigo bermacam-macam yang menurut

Osterveld ada sekitar 80-100 macam penyakit. Beberapa di antaranya dapat dikemukakan
berikut ini:
I. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer
a. Telinga bagian luar: serumen, benda asing
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural
d. Nervus VIII: infeksi, trauma, tumor
REFERAT VERTIGO

e. Inti vestibularis: infeksi trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior


inferior, tumor, sklerosis multipleks
II. Penyakit SSP
a. Hipoksia-iskemia otak: hipertensi kronis, arteriosklerosis, anemia, hipertensi
kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis aorta dan insufisiensi, sindrom
sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung
b. Infeksi: meningitis, ensefalitis, abses, lues
c. Trauma kepala/labirin.
d. Tumor.
e. Migren.
f. Epilepsi.
Kelainan Endokrin
Hipotiroidi, hipoglikemi, hipoparatiroidi, tumor medulla adrenalis, keadaan menstruasi-

III.

hamil-menopause
IV.Kelainan Psikiatri
Depresi, neurosa cemas, sindroma hiperventilasi, fobia
V. Kelainan Mata
Kelainan proprioseptik
VI.
Intoksikasi
VI.

Tanda dan Gejala Vertigo


Mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput

putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut
pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturutturut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.

Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik.

REFERAT VERTIGO

Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa
detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan
menghilang spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.


Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere

mempunyai

trias

gejala

yaitu

ketajaman

pendengaran

menurun

(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan Tandem dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki
lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit
meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada
sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan)
namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami
gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinan
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih
lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih
basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena
penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
REFERAT VERTIGO

Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total


pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vestibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada
penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dannigtamus dapat berubah arah
bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila
kita memfiksasi pandangan kita ke suatu benda, contoh: penyebab vertigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo
pasca trauma.
VII.
Penegakkan Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis khusus dengan vertigonya, diantaranya ditanyakan kepada pasien
mengenai:
- Kekhususan sifat vertigo, keparahan vertigonya.
- Intensitas timbulnya vertigo.
- Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya.
- Pengaruh lingkungan atau situasi.
- Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah.
- Anamnesis keluhan lain seperti misalnya:
o Adanya gangguan penglihatan, disartria, disfonia, gangguan pergerakan, jika
keluhan ini ada, perlu dicurigai kelainan serebrovaskuler.
o Riwayat penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat,
antimalaria yg diketahui ototoksik/vestibulotoksik.
o Riwayat adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru, juga kemungkinan trauma akustik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik generalis.
b. Pemeriksaan mata khususnya pemeriksaan strabismus, diplopia dan nistagmus.
c. Pemeriksaan neurologi rutin.
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
i. Fungsi vestibuler/serebeler
a) Uji Romberg
o Berdiri dengan kedua kaki dirapatkan.
o Mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup.
o Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik.

REFERAT VERTIGO

Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak.
Pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata
terbuka maupun pada mata tertutup.
b) Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c) Uji Unterberger
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi
lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.
d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
e) Uji Babinsky-Weil
ii.

Pemeriksaan khusus oto-neurulogis


a) Uji dix-hallpike.

REFERAT VERTIGO

iii.

iv.
v.
vi.

b) Tes kalori.
c) Elektronistagmogram.
Tes fungsi pendengaran
a) Tes garpu tala.
b) Audiometri.
c) Pemeriksaan vestibulospinal.
Fungsi ekstremitas superior: standing tes, past pointing test, writing vertical test.
Fungsi ekstremitas inferior : walking tes, stepping test.
Pemeriksaan lainnya: finger to finger test, finger to nose test, diadokinesis.

VIII.
Penatalaksanaan
Prinsip umum terapi Vertigo
Medikamentosa
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan:
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti kolinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti- kolinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah
sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan
dampak yang positif.
- Betahistin
Senyawa betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi
di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek
samping betahistin ialah gangguan di lambung, rasa mual, dan sesekali rash
pada kulit.
Betahistin Mesylate (Merislon)
REFERAT VERTIGO

10

Dengan dosis 6 mg (1 tablet)- 12 mg, 3 kali sehari per oral


Betahistin di HCL (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
-

dalam beberapa dosis.


Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4- 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg-

50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.


Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4- 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul)- 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral.
Efek samping mengantuk.

ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat
supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kolinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.
-

Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15- 30 mg, 3 kali
sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk, rasa cape,
diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.

FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan
kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
-

Promethazine (Phenergan)

REFERAT VERTIGO

11

Merupakan golongan fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama


aktivitas obat ini ialah 4- 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg- 25 mg (1
draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena).efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi sedangkan efek
-

samping ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat fenotiazine lainnya.


Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3-4 kali sehari.
Efek samping ialah sedasi.

OBAT SIMPATOMIMETIK
-

Efedrin
Lama aktivitas ialah 4- 6 jam. Dosis dapat diberikan 10- 25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergik bila dikonsumsi dengan obat anti vertigo
lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan
menjadi gelisah.

OBAT PENENANG MINOR


Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang
disertai yang sering menyertai gejala vertigo. Efek samping seperti mulut kering dan
penglihatan menjadi kabur.
-

Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg- 1 mg
Diazepam
Dosis dapat diberikan 2mg- 5mg

OBAT ANTI KOLINERGIK


Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
-

Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan
mempunyai khasiat sinergik. Dosis skopolamin ialah 0,3- 0,6 mg, 3- 4 kali
sehari.

REFERAT VERTIGO

12

Terapi Fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang- kadang dijumpai beberapa penderita yang
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual
atau proprioseptifnya. Kadang- kadang obat tidak hanya membantu, sehingga perlu
latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Yujuan
latihan ialah:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibirium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan:
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata tertutup
2. Olahraga yang menggerakan kepala( gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring)
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup
5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah)
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng
7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam
Terapi Fisik Brand Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand- Darrof

REFERAT VERTIGO

13

Keterangan gambar:

IX.

Ambil posisi duduk


Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi

duduk
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing- masing

gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali


Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama main bertambah

Terapi Spesifik
BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat- obatan. Vertigo dapat membaik
dengan manuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan deposit kalsium yang bebas
ke belakang vestibule. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa manuver apply,
modifikasi manuver apply. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi

kanalit untuk mencegah deposit kalsium kembali ke kanalis semisirkularis


Vestibular neuronitis dan Labirynthis
Terapi fokus pada gejala menggunakan terapi obat- obatan yang mensipresi vestibular
yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjadi lebih cepat dan
lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera mungkin

setelah vertigo berkurang dengan obat obatan


Meniere Disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah garam dan
diuretik seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif dalam mengobati
ketulian dan tinnitus. Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompensasi
dengan shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini

resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet


Iskemik vaskular

REFERAT VERTIGO

14

Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui
kontrol tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok,
menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang
antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum
diobati dengan obat- obatan yang mensupresi vestibular dan meminimalisir
pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi
obat- obatan harus di tapper off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera
dimulai.
Perdarahan pada cerebellum dan batang otak memberi risiko kompresi
sehingga diperlukan dekompresi melalui neurosurgery.
X.

Pencegahan
o Antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi
asupan garam.
o Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala.
o Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.

a. Neuritis Vestibularis
o Self limiting disease, diduga disebabkan infeksi virus; jika disertai gangguan
pendengaran disebut Labirintitis.
o Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam 2 bulan.
o Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat supresan
vestibuler & anti-emetik Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang mekanisme
kompensasi sentral.
1. Terapi Simtomatik
Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya.
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan
vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk
menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya.
Contoh obat untuk meredakan vertigo:
o Dimenhidrinat 50 mg (antimo, dramamine, dramasine).
o Prometazin 25 mg (avopreg).
o Sinarizin 25 mg (perifas, vertizine).
o Betahistin 8 mg (merislon, mertigo)

REFERAT VERTIGO

15

Untuk memperbaiki ketidakseimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf;


umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik:
o Dimenhydrinate, nama dagang Dramamine, lama kerja 4-6 jam, dosis dewasa 25-50 mg
4 dd.
o Diphenhydramine, nama dagang Benadryl, lama kerja 4-6 jam, dosis dewasa 25-50 mg
4 dd.
2. Terapi Rehabilitasi
Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat
dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.
o Manuver Brandt Darrof
- Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung.
- Tutup kedua mata pasien dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan
-

selama 30 detik, lalu pasien duduk tegak kembali.


Setelah 30 detik baringkan tubuh pasien dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan

selama 30 detik, lalu pasien duduk tegak kembali.


Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi & petang hari
sampai tidak timbul vertigo lagi.

o Latihan lainnya
- Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata
melirik ke atas, bawah, kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama
makin cepat, lalu diikuti dengan gerakan fleksiekstensi kepala berulang dengan
-

mata tertutup, yang makin lama makin cepat.


Latihan berjalan (Gait Exercise).
1. Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan tertutup bergantian.
2. Berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup bergantian. Lalu jalan tandem
dengan kepala menghadap ke atas.
3. Jalan turun-naik pada lantai miring atau undakan dengan mata terbuka dan
tertutup bergantian.
4. Jalan mengelilingi seseorang sambil melempar bola dengannya.

REFERAT VERTIGO

16

5. Physical conditioning dengan melakukan olahraga bowling, basket, jogging,


rowing.
XI.

Prognosis
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi

sempurna.
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe sentral, prognosis tergantung dari penyakit
yang mendasarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Baehr, M., Frotscher, M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. Jakarta: EGC
Dewanto, G., Suwono Wita, J., et al. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Fife D.T. 2009. Benign Paroxysmal Positional Vertigo, Semin Neurol Journal. Hal. 29-500508
Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI. 1999. Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi
Cetakan Pertama. Malang: Jansen Pharmaceutica
Kupiya Timbul Wahyudi. Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
Teixeira L. J., Pollonio J. N., Machado. 2006. Maneuvers for the treatment of Benign
Positional

Paroxysmal

Vertigo:

systemic

Otorhinolaryngology. 72(1): 130-8


REFERAT VERTIGO

17

review.

Brazilian

Journal

of

Anda mungkin juga menyukai