Laporan Referat Vertigo
Laporan Referat Vertigo
Laporan Referat Vertigo
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalam 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien.
Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightadedness, presyncope, dan
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan
dizzness yang dilaporkan pada primary care.
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari
sistem saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari sistem saraf pusat) dan
kondisi lain. 93% pasien pada Iprimary care mengalamai BPPV, acute vestibular
neuronitis, atau menire disease.
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala
mereka, menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah
pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
temuan radiologis akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberi
terapi yang tepat untuk pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
REFERAT VERTIGO
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh berperan dalam proses transduksi, yaitu mengubah
rangsangan menjadi bioelektrokimia, terdiri dari:
- Reseptor mekanis di vestibulum.
- Reseptor cahaya di retina.
- Reseptor mekanis di kulit, otot dan persendian (reseptor propioseptik).
2. Saraf aferen berperan dalam proses transmisi, menghantarkan impuls ke pusat-pusat
keseimbangan di otak, terdiri dari:
- Saraf vestibularis.
- Saraf optikus.
- Saraf spino vestibulo serebelaris.
3. Pusat-pusat
keseimbangan
berperan
dalam
proses
modulasi,
komparasi,
REFERAT VERTIGO
Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari reseptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara
wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm
reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda
kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata
disebut nistagnus.
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke
pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptik, jaras-jaras
yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
REFERAT VERTIGO
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan
kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses
lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam
kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya.
III.
Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa
pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga meng-ganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan
oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut
sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam,
tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti
kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif merupakan ilusi
gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan
sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini lebih jarang
dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem
REFERAT VERTIGO
vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang vertigo
merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit endokrin,
dan sebagainya).
Berbeda dengan vertigo, dizziness atau pusing merupakan suatu keluhan yang umum
terjadi akibat perasaan disorientasi, biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap
lingkungan. Dizziness sendiri mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa
vertigo, presinkop, dan pusing psikofisiologis (lihat tabel di bawah ini).
IV.
Epidemiologi
Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan sampai
dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada anakanak tidak diketahui,tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi anak sekolah di
Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak pernah merasakan sekali serangan
pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar (hampir 50%) diketahui sebagai
paroxysmal vertigo yang disertai dengan gejala-gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan
fotofobia).
V.
Etiologi
Penyakit yang dapat menimbulkan gejala vertigo bermacam-macam yang menurut
Osterveld ada sekitar 80-100 macam penyakit. Beberapa di antaranya dapat dikemukakan
berikut ini:
I. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer
a. Telinga bagian luar: serumen, benda asing
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural
d. Nervus VIII: infeksi, trauma, tumor
REFERAT VERTIGO
III.
hamil-menopause
IV.Kelainan Psikiatri
Depresi, neurosa cemas, sindroma hiperventilasi, fobia
V. Kelainan Mata
Kelainan proprioseptik
VI.
Intoksikasi
VI.
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut
pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan
koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturutturut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan
tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal.
Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang,
TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
Vertigo Perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
REFERAT VERTIGO
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa
detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan
menghilang spontan.
mempunyai
trias
gejala
yaitu
ketajaman
pendengaran
menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan Tandem dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki
lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit
meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada
sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan
timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan)
namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami
gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinan
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih
lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih
basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena
penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
REFERAT VERTIGO
REFERAT VERTIGO
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak.
Pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata
terbuka maupun pada mata tertutup.
b) Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c) Uji Unterberger
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi
lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase
lambat ke arah lesi.
d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke
arah lesi.
e) Uji Babinsky-Weil
ii.
REFERAT VERTIGO
iii.
iv.
v.
vi.
b) Tes kalori.
c) Elektronistagmogram.
Tes fungsi pendengaran
a) Tes garpu tala.
b) Audiometri.
c) Pemeriksaan vestibulospinal.
Fungsi ekstremitas superior: standing tes, past pointing test, writing vertical test.
Fungsi ekstremitas inferior : walking tes, stepping test.
Pemeriksaan lainnya: finger to finger test, finger to nose test, diadokinesis.
VIII.
Penatalaksanaan
Prinsip umum terapi Vertigo
Medikamentosa
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan:
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat
meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin.
Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti kolinergik di
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti- kolinergik ini ada kaitannya dengan
kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah
sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan
dampak yang positif.
- Betahistin
Senyawa betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi
di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek
samping betahistin ialah gangguan di lambung, rasa mual, dan sesekali rash
pada kulit.
Betahistin Mesylate (Merislon)
REFERAT VERTIGO
10
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat
supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
kolinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam
mengatasi vertigo belum diketahui.
-
Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15- 30 mg, 3 kali
sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk, rasa cape,
diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan
kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
-
Promethazine (Phenergan)
REFERAT VERTIGO
11
OBAT SIMPATOMIMETIK
-
Efedrin
Lama aktivitas ialah 4- 6 jam. Dosis dapat diberikan 10- 25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergik bila dikonsumsi dengan obat anti vertigo
lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan
menjadi gelisah.
Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg- 1 mg
Diazepam
Dosis dapat diberikan 2mg- 5mg
Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan
mempunyai khasiat sinergik. Dosis skopolamin ialah 0,3- 0,6 mg, 3- 4 kali
sehari.
REFERAT VERTIGO
12
Terapi Fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan
keseimbangan. Namun kadang- kadang dijumpai beberapa penderita yang
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual
atau proprioseptifnya. Kadang- kadang obat tidak hanya membantu, sehingga perlu
latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Yujuan
latihan ialah:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibirium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan:
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata tertutup
2. Olahraga yang menggerakan kepala( gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring)
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup
5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah)
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng
7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam
Terapi Fisik Brand Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand- Darrof
REFERAT VERTIGO
13
Keterangan gambar:
IX.
duduk
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing- masing
Terapi Spesifik
BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat- obatan. Vertigo dapat membaik
dengan manuver rotasi kepala hal ini akan memindahkan deposit kalsium yang bebas
ke belakang vestibule. Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa manuver apply,
modifikasi manuver apply. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam setelah reposisi
REFERAT VERTIGO
14
Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui
kontrol tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok,
menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang
antikoagulasi (warfarin).
Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum
diobati dengan obat- obatan yang mensupresi vestibular dan meminimalisir
pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika keluhan dapat ditoleransi
obat- obatan harus di tapper off dan latihan rehabilitasi vestibular harus segera
dimulai.
Perdarahan pada cerebellum dan batang otak memberi risiko kompresi
sehingga diperlukan dekompresi melalui neurosurgery.
X.
Pencegahan
o Antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi
asupan garam.
o Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala.
o Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.
a. Neuritis Vestibularis
o Self limiting disease, diduga disebabkan infeksi virus; jika disertai gangguan
pendengaran disebut Labirintitis.
o Sekitar 50% pasien akan sembuh dalam 2 bulan.
o Di awal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat supresan
vestibuler & anti-emetik Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang mekanisme
kompensasi sentral.
1. Terapi Simtomatik
Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya.
Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan
vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk
menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya.
Contoh obat untuk meredakan vertigo:
o Dimenhidrinat 50 mg (antimo, dramamine, dramasine).
o Prometazin 25 mg (avopreg).
o Sinarizin 25 mg (perifas, vertizine).
o Betahistin 8 mg (merislon, mertigo)
REFERAT VERTIGO
15
o Latihan lainnya
- Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata
melirik ke atas, bawah, kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama
makin cepat, lalu diikuti dengan gerakan fleksiekstensi kepala berulang dengan
-
REFERAT VERTIGO
16
Prognosis
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi
sempurna.
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe sentral, prognosis tergantung dari penyakit
yang mendasarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Baehr, M., Frotscher, M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. Jakarta: EGC
Dewanto, G., Suwono Wita, J., et al. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Fife D.T. 2009. Benign Paroxysmal Positional Vertigo, Semin Neurol Journal. Hal. 29-500508
Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI. 1999. Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi
Cetakan Pertama. Malang: Jansen Pharmaceutica
Kupiya Timbul Wahyudi. Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
Teixeira L. J., Pollonio J. N., Machado. 2006. Maneuvers for the treatment of Benign
Positional
Paroxysmal
Vertigo:
systemic
17
review.
Brazilian
Journal
of