Makalah Tanaman Jagung
Makalah Tanaman Jagung
Makalah Tanaman Jagung
I. PENDAHULUAN
memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan
Brown, 2008).
Temperatur maksimal dari tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan perkembangan
adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan menyebabkan kematian
pada tanaman jagung. Suhu udara atau temperatur yang baik untuk perkecambahan adalah 12
derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat Celcius. Di daerah Asia Tenggara,
fase kekeringan yang terjadi pada April-Mei akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan
tanaman jagung (Belfield dan Brown, 2008).
Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm perbulan.
Jikakurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman jagung,
namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya hasil
panen (Belfield dan Brown, 2008).
Biji jagung digunakan untuk berbagai macam kebutuhan diseluruh dunia. Jagung digunakan
sebagai makanan pokok bagi beberapa negara didunia. Jagung juga digunakan sebagai tepung
gandum untuk membuat roti (Malti et al., 2011).
Jagung manis (sweet corn) adalah varietas yang secara genetis tinggi aakan gula dan rendah
akan zat tepung dan sering dimakan pada saat kondisinya belum matang. Beberapa varietas
jagung telah dikembangbiakkan menjadi berbagai macam penambahan fase pada
pertumbuhan bunga betina, yang sekarang kita kenal sebagai baby corn. Zat tepung atau
starch dari tanaman jagung juga dapat dibentuk menjadi plastik, bahan perekat, dan berbagai
macam produk kimia lainnya (Malti et al., 2011).
Jagung adalah tanaman yang sensitif terhadap cekaman banjir. Akibat dari banjir, tanaman
jagung tidak dapat dipanen. Ini dikarenakan banjir mengurangi kadar oksigen dalam tanah
dan menggantikannya dengan air. Akibatdari banjir, metabolisme tanaman akan terganggu
dari bersifat aerob menjadi unaerob. Hal ini menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan
tanaman jagung (Souza, 2009).
Untuk mengetahui lebih dalam tentang tanaman jagung, perlu adanya pemahaman morfologi,
anatomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan tanaman jagung, mulai dari kondisi iklim, lahan
tanam, cara penanaman serta pertumbuhannya.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui morfologi tanaman jagung.
2. Mengetahui anatomi tanaman jagung.
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotiledon
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
2.2.4 Akar
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara.
2.2.5 Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan
terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol
jagung.
2.3 Anatomi Tanaman Jagung
2.3.1 Akar
Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermisyang
mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis
tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.
2.3.2 Batang
Pada potongan melintang tanaman jagung terdapat jaringan epidermis, sklerenkim,
parenkim, dan sistem vaskular.
2.3.3 Daun
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup
didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang
memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Pada tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak
memiliki jaringan palisade.
2.3.4 Biji
Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma bersifat
padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi oleh sel-sel
colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan
berbentuk persegi.Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp
(Malti et al., 2011).
III. PEMBAHASAN
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding
sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari hasil
pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji
jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
3.1.2 Daun.
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini
dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang
ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah.
Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas
batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang
menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada ruas
batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan
pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman
jagung menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan
(Belfield dan Brown, 2008).
3.1.3 Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman
jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya
tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat
pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem
bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose
menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
3.1.4 Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30 buah. Akar lateral
yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman
jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara.
Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar
melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman
jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang
berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari
radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting
sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh
pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti
(Belfield dan Brown, 2008).
3.1.5 Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan
terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol
jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu
dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut
yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, 2011).
3.2 Anatomi Tanaman Jagung
3.2.1 Akar
Akar pada tanaman jagung terdiri dari epidermis, ground tissue, endodermisyang
mengelilingi sistem vaskular akar. Sistem vaskular terdiri dari xilem dan floem. Epidermis
tersusun atas sel-sel eliptik dan perhadapan dengan 2 lapis hypodermis.
3.2.2 Batang
Pada potongan melintang, jaringan epidermis berbentuk persegi. Sel epidermal mengandung
bagian kristal yang memanjang. Di dalam setelah jaringan epidermis, terdapat jaringan
sklerenkim yang tebal. Sklerenkim pada batang saling berselang-seling dengan jaringan
klorenkim. Sklerenkim sebagian mengandung kumpulan sistem vaskular yang melingkari
batang. Terdapat 3-5 sistem vaskular yang mengitari batang. Bagian sistem vaskular yang
terluar merupakan yang terkecil. Bagian utama sistem vaskular yangterdiri dari xilem dan
floem menyebar di bagian dalam tengah pada batang. Sistem vaskular yang berada di tengah
tidak seluas sistem vaskular yang berada pada bagian periferal (pinggir). Sistem vaskular
yang terletak pada bagian tengah batang tidak memiliki jaringan sklerenkim. Pada bagian
tengah batang. Sklerenkim digantikan oleh jaringan keran bernama parenkim (Malti et al.,
2011).
3.2.3 Daun
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan rerumputan yang hidup
didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling luar disebut epidermis yang
memiliki kutikula sehingga bersifat kasar. Bentuk selnya adalah batang. Jaringan epidermis
selalu berada di luar. Silika kristal terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda.
Silika kristal bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada
tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade. Setiap sistem
vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis. Sistem vaskular
dikelilingi bundle sheath. Jagung adalah tipe tanaman C4. Tanaman C4 memiliki sel
kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku. Kloroplas terletak didaerah mesofil daun yang
terletak pada bagian tengah jaringan daun. (Malti et al., 2011).
3.2.4 Biji
Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan endosperma bersifat
padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula pada embrio dilindungi oleh sel-sel
colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan
berbentuk persegi. Lapisan pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp
(Malti et al., 2011).
3.3 Struktur Reproduksi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman monoecious dimana setiap individu tanaman memiliki bunga
jantan dan betina. Bunga jantan terletak pada titik tumbuh tanaman jagung. Ketika fase
pertumbuhan terhenti, bentuk untuh dari bunga betina akan terlihat jelas. Bunga betina
terletak pada bagian tengah tanaman. Penyerbukan terjadu pada bagian kelobot yang
kemudian akan berkembang menjadi jagung.
Bunga jantan memiliki central spike dan beberapa cabang lateral. Setiap spike memiliki
banyak bunga. Bunga tersebut disebut spikelet. Spikelet membawa serbuk sari. Serbuk sari
mulai berterbangan selama 2 hari sebelum bunga betina siap untuk menerima. Lepasnya
serbuk sari dari bunga jantan akan terus berlangsung selama 8 hari dimana bunga betina
sudah siap menerimanya.
Bagian bunga betina muncul pada daerah sumbu daun (leaf axis). Tidak semua sumbu daun
dapat mengeluarkan bunga betina, hanya 1 atau 2 sumbu daun yang dapat menjadi tempat
tumbuhnya bunga betina.
Pada tanaman jagung, bunga betina muncul pada bagian tengah batang. Bunga betina mirip
dengan bunga jantan dalam bentuk berambut.
Serbuk sari dari dari bunga jantan tertambat oleh silk atau bagian utama bunga betinayang
b erbentuk seperti rambut. Serbuk sari kemudian membuahi telur.
3.4.1. Perkecambahan
Biji jagung akan tumbuh optimum jika ditanam pada tanah yang berkelembapan 21 derajat
Celcius. Dengan suhu tersebut. Biji akan berkecambah dalam waktu 2-3 hari. Jika temperatur
tanahnya rendah yaitu kurang dari 18 derajat Celcius, tanaman jagung akan sulit untuk
berkecambah. Secara keseluruhan jika suhu tinggi dan kelembapan kurang, dimungkinkan
dapat menghambat atau membunuh biji yang akan ditanam (Belfield dan Brown, 2008).
3.4.2 Pertumbuhan Vegetatif Awal
Akar yang tumbuh awal (akar adventif) akan tumbuh dari ruas batang bertama yang berada di
bawah permukaan tanah,dan akan menjadi akar utama setelah 10 hari setelah muncul. Daun
akan muncul dalam jumlah sedikit dan berbentuk kecil. Dikarenakan titik tumbuhnya masih
berada di bawah tanah, daun yang muncul pada minggu ke 2 dan ke 3 ini masih rentan
terhadap banjir. Pada 3 minggu awal ini, tanaman jagung telah memunculkan lebih dari 5
daun dan mulai nampak bakal tempat bunga jantan dan bakal tempat bunga betina (Belfield
dan Brown, 2008).
3.4.3 Pertumbuhan Vegetatif Lanjutan
Pada minggu ke 5 sampai ke 7, merupakan fase paling kritis pada tanaman jagung. Batang
dan akar tumbuh secara cepat, dengan kebutuhan akan zat hara dan air cukup tinggil. Pada
minggu ke 5, pertumbuhan daun sudah sempurna dan sistem perakaran telah kompleks. Pada
vase ini, bunga jantan mulai berkembang diikuti oleh perkembangan bunga betina. Satu atau
dua bauh bunga betina akan tumbuh. Sikitar minggu ke 7, bunga betina akan berada pada
ukuran penuh. Serangan kekeringan dan hama penyakit akan berdampak besar pada hasil
panen. Pada fase ini, tanaman jagung sangat membutuhkan air untuk tumbuh (Belfield dan
Brown, 2008).
3.4.4 Fase Pembungaan
Fase pembungaan dapat diindikasi apabila daun telah berjumlah lebih dari 20 helai. Fase ini
juga diindikasikan dengan bunga jantan yang berkembang penuh. pada masa ini, tanaman
tidak membutuhkan unsur Kalium, namun masih membutuhkan unsur hara lain serta jumlah
pengairan yang banyak. Jumlah panen yang sedikit sebenarnya dikarenakan pada masa
pembungaan tanaman kekurangan air. Penyerbukan sering terjadi pada sore hari. Hal ini
dikarenakan pada terik matahari yang terlalu panas, dapat merusak serbuk sari yang akan
menuju bunga betina (Belfield dan Brown, 2008).
3.4.5 Fase Pertumbuhan Buah
Biji atau buah jagung akan tumbuh 7 hari setelah pembungaan. Tanaman kini menggunakan
energinya untuk memperbesar buah. Pada masa ini, biji pada buah jagung terasa berair seperti
susu bila ditekan. Pada masa ini unsur hara N dan P sangat dibutuhkan. Pengerasan pada biji
akan terjadi sekitar 20 hari setelah penyerbukan (Belfield dan Brown, 2008).
3.4.6 Fase Pematangan Buah
Sekitar 30 hari setelah penyerbukan, tanaman telah mencapai berat kering maksimum. fase
ini disebut fase kematangan fisiologis. Pada fase ini, biji telah berwarna kuning, dan garis
berwarna putih yang membatasi tiap biji telah tertutup oleh biji jagung yng masak.
Kelembapan kernel (biji) pada masa ini adalah 30%. Masa siap panen ditandai dengan daun
yang telah kering dan kelembapan biji kurang dari 20% (Belfield dan Brown, 2008).
3.5 Penanaman Tanaman Jagung
Jagung tidak tahan dengan cekaman kekeringan, sama halnya dengan wijen
dantanaman panen dataran tinggi lain. Kelembapan tanah yang baik sangat dibutuhkan pada
tanaman jagung. Tanaman jagung minimal membutuhkan sekitar 30cm profil tanah yang
bersifat lembab. Tanah alluvial merupakan tanah yang baikuntuk menanam jagung.
Jagung butuh penanaman yang hati-hati dan akurat akar perkecambahan terjadi. Tempat
penanaman biji sekurang-kurangnya harus bebas dari rerumputan dan gulma dengan
kedalaman tanah 5-7 cm. Agar tempat penamanan (seedbed) baik, pembajakan harus
dilakukan.
Jagung dapat tumbuh subur pada tanah yang tidak diolah khusus untuk pertanian. Sisa-sisa
tumbuhan mati yang tidak dibersihkan akan berfungsi sebagai mulsa alami dan dapat
mengurungi temperatur tanah, sehingga berkorelasi positif terhadap perkecambahan jagung.
Saat penanaman, biji harus ditanam pada kedalaman 3-5 cm untuk memungkinkan air
terserap oleh biji sebagai syarat mutlak perkecambahan. Jika penanaman biji atau benih lebih
dangkal dari yang ditentukan, pasitikan bahwa suhu tidak terlalu tinggi sehingga merusak
fisiologi benih. Jarak penanaman yang ideal adalah dengan panjang 70 cm dan leber 50 cm.
Untuk setiap lubang benih, minimal diberi 2 buah benih.
Jagung merupakan tanaman dengan satu batang. Hal itu berarti tidak dapat toleran terhadap
kondisi yang tidak mendukung, karena batang yang tipis dan pendek tidak akan mampu
menopang daun dan akan terjadi penurunan produksi panen. Maka dari itu, pembagian yang
seimbang antara jumlah biji yang ditanam pada setiap lubang harus menjadi pertimbangan.
3.6 Pupuk dan Nutrisi
Nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan tanaman jagung, sehingga pupuk sering
digunakan untuk menyediakan unsur hara yang tidak dapat diberikan oleh tanah. Kekurangan
unsur hara biasanya dikarenakan oleh sifat kesuburan tanah yang kurang baik atau
penggunaan lahan yang terus menerus di bidang pertanian.
3.6.1 pH Tanah
Tanaman jagung akan tumbuh subur pada kisaran pH 5,5-7,8. Jika tanah terlalu asam, bisa
ditambahkan kapur pada tanah. Namun yang perlu diperhatikan adalah pengaplikasian kapur
sebaiknya dilakukan 3 bulan sebelumnya agar kapur dapat mengubah pH profil tanah secara
lebih merata. Pengolahan tanah juga dapat menambahkan kadar pH tanah menjadi tidak
terlalu asam. Jika tanah terlalu asam, kapur bisa di aplikasikan di setiap 2/3 tanaman.
Jika tanah terlalu basa (pH >7), tanah akan kekurangan unsur mangan (Mn), besi (fe), seng
(Zn), dan boron (B). Namun demikian, tanah basa memiliki kandungan P (fosfor) yang tinggi
karena tanah basa mampu manahan unsur P dengan baik.
3.6.2 Hara Makro
N merupakan hara yang penting bagi tumbuhan, termasuk jagung. Nitrogen berpengaruh
besar pada kuantitas jumlah helaipada tanaman jagung, yang secara tidak langsung
berhubungan dengan kuantitas hasil panen. Dalam 1 hektar, tanaman jagung membutuhkan
115 kg/ha. N dapat diperoleh dari pupuk organik atau urea. Kekurangan N pada jagung
terlihat pada saat fase pertumbuhan awal. Tanaman yang kekurangan unsur tersebut akan
akan bewarna kuning, dan ketika tanaman telah dewasa. Bagian daun yang tidak terkena sinar
matahari akan menguning dan nampak terbakar.
P (phosporus) merupakan unsur hara makro yang penting bagi jagung. Pada tanaman Jagung,
P harus diberkan langsung pada saat penanaman benih ditanah. P merunpakan unsur hara
yang diambil oleh tanaman pada saat muda (pertumbuhan). Hal itu disebabkan oleh P
sangat berperan penting bagi pertumbuhan akar. P dapat ditingkatkan pengambilannya oleh
tanaman jagung secara organik jika terdapat mikoriza pada tanaman jagung. Kekuranan P
diindikasikan dengan akar yang tidak kuat danpendek, serta daunnya melengkung tidak
beraturan.
K adalah unsur yang sangat berperan penting dalam pembungaan tanaman jagung. Sekitar
86% Kalium diserap oleh bunga. Dalam 1 hektar wilayah, jagung membutuhkan 75 kg.
Kekurangan unsur K akan berdampak buruk pada biji jagung yang akan dipanen.
3.6.3 Hara Mikro
Unsur mikro perlu ditambahkan ketika menanam tanaman jagung. Jika tanah terlalu basa,
unsur Mg, Zn, B akan kurang. Maka dari itu, perlu menambahkan unsur hara ini. Namun jika
tanah bersifat asam, unsur Mo (Molibdenum) akan bersifat kurang. Penambahan kapur akan
menambah kadar Mo yang ada dalam tanah dengan durasi waktu yang lama.
3.7 Pemanenan
Masa pemanenan ditandai dengan daun tanaman jagung yang telah menguning dan bonggol
terlihat kering. Jika pemanenan pada saat musim hujan, masa panen dilakukan saat hujan
tidak turun selama 2 hari guna menjaga tanaman agar tetapkering ketika dipanen dan
memudahkan penyimpanan.
IV. KESIMPULAN
Tanaman jagung merupakan tanaman tropis yang bijinya dimanfaatkan sebagai
makanan pokok. Termasuk tanaman C4 dimana bercirikan tidak memiliki jaringan palisade
pada daun. Fase tumbuh dan berkembang kurang lebih selama 120 hari. Termasuk tanaman
yang bunga jantan dan bunga betina berpisah namun masih dalam 1 tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
BUDIDAYA JAGUNG
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia
dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai
bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga
merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus
meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per
tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia.
Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena,
ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas
membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 %.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai
pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak
(hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan
tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa
varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti
padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang
disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga
jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini
daripada bunga betinanya (protandri).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.Nama
binomial
ZeamaysL.
B. SYARAT TUMBUH
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah
lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk
pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 C. Tanaman jagung pacta masa pertumbuhan
membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk
buatan yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk
melindungi dari rumput liar dan serangan hama.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu
optimum antara 23 C 30 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,67,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000 m -1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
BAB II. TEKNIK BUDIDAYA
A. BENIH
1. Selalu mempergunakan benih segar yang berkualitas dengan tingkat berkecambahnya 85
%.
2. Gunakan varietas benih yang telah mengalami perbaikan clan diakui oleh Pemerintah,
belilah benih dari perusahaan benih.
3. Benih harus dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
4. Jumlah benih yang dianjurkan untuk setiap ha adalah 25 kg.
5. Hindari terjadinya kecambah yang jelek, serangan serangga, penyakit, burung dan hewan
pengerat.
Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya
tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar,
abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah
yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.
Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang
dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan
tanaman, 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang
sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman
jagung.
C. JARAK TANAM
1. Jarak antar bedengan 75 -80 cm
2. Jarak antar tanaman pada bedengan 20 -25 cm
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
40100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 2575
cm (1 tanaman/lubang).
G. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat
di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena
akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah
dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda
dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah
maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
1. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang
agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.
1. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab,
tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
G. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan,
bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna
lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan,
warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak
dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan
dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas
gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa
jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam
serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di
dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
E. PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN
1. Pemupukan yang dianjurkan, untuk pupuk organic ( pupuk kandang / kompos ) 20 ton
/ ha. Sedangkan untuk pupuk an organik : Urea 300 kg / ha, TSP 100 kg / ha, KCI 50
kg / ha. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20
ton / ha pupuk organic, 100 kg / ha Urea, 100 kg TSP, daD 50 kg / ha KCl dengan
membuat larikan atau ditugalkan kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan
jarak 10 cm dari garis tanam / lubang tanam. Pupuk susulan diberikan 3 minggu
setelah tanam berupa Urea 100 kg / ha, diteruskan pupuk susulan kedua pada tanaman
berumur 5 minggu sejumlah 100 kg Urea / ha.
2. Penyiangan pertama dilakukan segera setelah rumput / gulma mulai tumbuh dengan
cara pengerjaan tanah secara dangkal pada tanaman berumur 2 minggu. Penyiangan
kedua dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 minggu sekaligus dilakukan
pembumbunan pada barisan tanaman jagung.
1. PENYAKIT
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3
minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi
bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami
gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah
bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan
pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan
musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO.
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi
warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun,
semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan,
kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3)
Prenventif diawal dengan GLIO.
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman
dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta
terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan
memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap
penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae
Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol
sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini
menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur
kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam
dicampur GLIO dan POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah
membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah
kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1)
menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2)
GLIO di awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum
mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida
kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Pengelolaan Air Tanaman Jagung
Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan
agribisnis jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Ditjen
Tanaman Pangan 2005). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa hampir 79% areal
pertanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan kering, dan sisanya 11% dan 10% masingmasing pada lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan (Mink et al . 1987). Data
tahun 2002 menunjukkan adanya peningkatan luas penggunaan lahan untuk tanaman jagung
menjadi 10-15% pada lahan sawah irigasi dan 20-30% pada lahan sawah tadah hujan
(Kasryno 2002). Kegiatan budi daya jagung di Indonesia hingga saat ini masih bergantung
pada air hujan. Menyiasati hal tersebut, pengelolaan air harus diusahakan secara optimal,
yaitu tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien dalam upaya peningkatan
produktivitas maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman. Selain
itu, antisipasi kekeringan tanaman akibat ketidakcukupan pasokan air hujan perlu disiati
dengan berbagai upaya antara lain pompanasi.
Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500
mm (FAO 2001). Namun demikian, budi daya jagung terkendala oleh tidak tersedianya air
dalam jumlah dan waktu yang tepat.Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah,
masih tersisanya lengas tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan
tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman
kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan
teknologi pengelolaan air bagi tanaman jagung. Pengelolaan air perlu disesuaikan dengan
sumber daya fisik alam (tanah, iklim, sumber air) dan biologi dengan memanfaatkan berbagai
disiplin ilmu untuk membawa air ke perakaran tanaman sehingga mampu meningkatkan
produksi (Nobe and Sampath 1986). Sasaran dari pengelolaan air adalah tercapainya empat
tujuan pokok, yaitu: (1) efisiensi penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi, (2)
efisiensi biaya penggunaan air, (3) pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air
yang selalu ada tapi terbatas dan tidak menentu kejadian serta jumlahnya, dan (4) tercapainya
keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air yang hemat lingkungan. Dalam
hubungannya dengan pengelolaan air untuk tanaman jagung yang banyak dibudidayakan di
lahan kering dan tadah hujan, pengelolaan air penting untuk diperhatikan.
G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen
ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen
jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air
dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari ( 7-8 hari) hingga kadar air 9% -11 % atau
dengan mesin pengering.
Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa
tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan
jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
laporan_praktikum
A.
Pendahuluan
Konstitusi
Genetik
Tanaman
Menyerbuk
Silang
stabil dalam karakter morfologi dan fisiologi, sehingga tidak akan terjadi lagi
kehilangan vigor, dengan demikian dapat dikatakan genotipenya dapat
dipertahankan sampai waktu yang tidak terbatas.
Pembentukan
Inbrida
Inbrida calon hibrida memiliki tingkat homozigositas tinggi. Inbrida jagung biasanya
diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) tetapi bisa juga diperoleh melalui
persilangan antar saudara. Dalam pembentukan inbrida perlu dipertimbangkan
antara kemajuan seleksi dengan pencapaian homozigositas. Persilangan antar
saudara dalam pembentukan inbrida akan memperlambat fiksasi alel yang merusak
dan memberi kesempatan seleksi lebih luas. Keuntungan sendiri untuk membuat
inbrida yang relatif homozigot dapat dilihat dari laju inbriding, yaitu bahwa untuk
memperoleh tingkat inbriding yang sama dengan satu generasi penyerbukan sendiri
diperlukan tiga generasi persilangan sekandung (fullsib) atau enam generasi
persilangan
saudara
tiri
(halfsib).
Inbrida dapat dibentuk melalui varietas bersari bebas atau hibrida dan inbrida lain.
Pembuatan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya berupa
seleksi tanaman dan tongkol selama selfing. Seleksi dilakukan berdasarkan bentuk
tanaman yang baik dan ketahanan terhadap hama dan penyakit utama.
Pembentukan inbrida dari inbrida lain dibuat dengan jalan menyilangkan dua
inbrida dan disebut seleksi kumulatif. Seleksi selama pembentukan galur
berikutnya lebih terbatas, yaitu dalam batas-batas genotip tanaman S0 yang
diserbukkan sendiri (Moentono, 1988). Seleksi selama pembentukan galur sangat
efektif dalam memperbaiki sifat-sifat galur inbrida, dan berfungsi memusnahkan
galur-galur yang sulit diperbanyak serta menghambat pembentukan benih.
F.
Pembentukan
Varietas
Unggul
Jagung
Bersari
Bebas
G.
Pembentukan
Varietas
Unggul
Jagung
Hibrida
Pembentukan
Varietas
Unggul
Jagung
Khusus
(speciality
Corn)
Jagung khusus adalah jagung yang memiliki sifat-sifat khusus seperti jagung yang
memiliki mutu protein tinggi (QPM = Quality Protein Maize), jagung yang berkadar
tepung, minyak dan bioetanol tinggi, jagung manis, jagung pulut, jagung biomas,
dan jagung umur genjah. Jagung dengan sifat khusus tersebut dapat dibentuk
melalui program pemuliaan tanaman yang berulang dan terprogram. Metode
pemuliaan silang balik dapat diterapkan untuk mengintrograsikan gen-gen donor
dari jagung khusus yang yang berproduktivitas rendah ke jagung normal yang
berproduktivitas tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh jagung yang memiliki
sifat
khusus
yang
diinginkan
dengan
produktivitas
tinggi.
Jagung mutu protein tinggi (QPM) merupakan jagung yang memiliki kandungan
protein tinggi, khususnya lisin dan triptofan tinggi. Awal dari perbaikan genetik
terhadap mutu protein dipicu oleh penemuan gen-gen opaque dan floury yang
dilaporkan dapat mengubah kandungan lisin dan triptofan pada endosperma biji
(Zuber, et al., 1975). Dari sejumlah gen yang telah berhasil diidentifikasi, hanya
gen opaque-2 (o2) dan floury2 (fl2) yang sering dimanfaatkan dalam memperbaiki
sifat endosperma jagung (Mertz et al., 1964; Nelson et al., 1965). Pada awalnya,
CIMMYT menggunakan kedua gen tersebut, namun dalam perkembangan berikutnya
lebih memfokuskan kepada pemanfaatan gen o2 (Vasal, 2000).
Jagung pulut (waxy corn) di beberapa daerah sering digunakan sebagai jagung
rebus karena rasanya yang enak dan gurih. Hal ini disebabkan oleh kandungan
amilopektin pada jagung pulut yang hampir mencapai 100%. Endosperm jagung
biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28 % amilosa (Jugenheimer, 1985),
sedangkan menurut Bates et el. (1943) dalam: Alexander dan Creech (1977 )
kandungan endosperm jagung pulut hampir semuanya amilopektin. Pada jagung
pulut terdapat gen resesif wx dalam keadaan homosigot (wxwx) yang
mempengaruhi komposisi kimia pati sehingga menyebabkan rasa yang enak dan
gurih.
Jagung pulut potensi hasilnya rendah hanya mencapai 2-2,5 ton/ha dan secara
umum tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini varietas pulut belum banyak
mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya padahal
permintaan jagung pulut terus meningkat terutama untuk industri jagung marning.
Untuk pembuatan jagung marning dibutuhkan biji jagung pulut yang ukurannya
lebih besar karena kualitasnya lebih bagus, lebih baik dibanding dengan
menggunakan biji kecil. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengintrogresikan gen pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar,
produktivitasnya lebih tinggi dan memiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan
membentuk jagung pulut hibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar.
Jagung manis (sweet corn) sudah umum terdapat di kota-kota besar. Jagung ini
dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan enak. Rasa
manis disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi, bahkan ada beberapa varietas
yang dapat dibuat sirup. Jagung manis mempunyai biji-biji yang berisi endosperm
manis, mengkilap dan tembus pandang ketika belum masak, dan bila kering
berkerut.
Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah perubahan
gula menjadi pati (Purseglove, 1992). Gen yang sudah umum digunakan adalah su2
(standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan gen standar sedangkan
gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat bertahan lebih lama disebut
supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotype maka disebut sugary
supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam: Alexander dan Creech (1977)
kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis,
tergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang dalam lebih banyak
mengandung
gula
dibandingkan
kerutan
yang
dangkal.
I. Metode Seleksi Dalam Pemuliaan Tanaman Jagung
Seleksi Massa (Mass Selection)
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakterkarakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi
berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa tidak
berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi massa
merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani sejak
dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat dijadikan
dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa adalah dasar
pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman menyerbuk silang,
sebelum
dikembangkan
program
perbaikan
tanaman.
Musim
I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang
berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi
tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar
genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil
biji.
Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan dapat
dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada
waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih
menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil tanaman terpilih dicampur
Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji
yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan ukuran
4 x 5 m.
Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 5000 tanaman,
yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri
dari 40 tanaman.
Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut
head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan halfsib selection Bagan
pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan, (1994) di
Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein
yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan
modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny
test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang
didasarkan
atas
keadaan
fenotip
individu
tanaman.
Langkah-langkah
pelaksanaan
seleksi
ear-to-row:
Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi
yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya
dipanen
terpisah.
Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan
keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip
tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris
keturunan.
Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk
ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.
Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang
baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan
adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian
tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih.
Karena kita memilih satu tongkol satu baris, maka kelemahannya adalah
kemungkinan terjadinya inbreeding cukup besar. Karena satu tongkol menjadi satu
baris yang dalam baris itu merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini
mengurangi kemajuan genetik pada proses seleksinya.
Seleksi Pedigri (Pedigree Selection)
Musim
1
Tanam populasi dasar sekitar 3000 5000 tanaman. Pilih 300 400 tanaman yang
mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat silangdiri untuk menghasilkan
galur S1. Panen terpisah tanaman hasil silangdiri yang masih mempunyai karakter
yang
diinginkan.
Musim
2
Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu baris dengan
25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili dan dalam famili (baris)
yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama penyakit dan sebagainya, dan
pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk silangdiri. Panen terpisah masingmasing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol hasil silangdiri tiap baris terpilih dan diperoleh
biji
S2.
Musim
3
Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil silangdiri (S2)
satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi diteruskan antara baris dan
dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih untuk dibuat silangdiri.
Panen
terpisah
masing-masing
tongkol
dan
diperoleh
biji
S3.
Musim
4
Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih tanaman lagi
seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai generasi keenam (S6) untuk
memperoleh
galur
yang
mendekati
homozigot.
Pada pembuatan galur dapat dilakukan seleksi terhadap hama dan penyakit utama
dengan inokulasi/investasi buatan.
Seleksi Curah (Bulk Selection)
Seleksi metode curah adalah prosedur dengan mencampur biji dengan jumlah yang
sama dari tongkol hasil silangdiri. Apabila dilakukan silang diri 300 tanaman ambil
4 biji dari tiap tongkol untuk ditanam lagi. Lakukan silangdiri lagi 300 tanaman
yang dikehendaki dan ambil lagi 4 biji dari tiap tongkol dan pekerjaan ini dilakukan
4 generasi dan galur S4 ini dievaluasi daya gabungnya. Modifikasi dapat dilakukan
dengan mengevaluasi daya gabung pada S1 dan galur terpilih dilanjutkan silangdiri
tetapi biji dari 1-3 tongkol dari hasil silangdiri masing-masing galur terpilih
dicampur dan silangdiri dilanjutkan sampai mencapai homozigot. Seleksi curah
dapat menghemat biaya dan dapat dilakukan dengan banyak populasi sekaligus.
Seleksi Fenotip Berulang (Phenotypic Recurrent Selection)
Seleksi fenotip berulang adalah seleksi dari generasi ke generasi dengan diselingi
oleh persilangan antara tanaman-tanaman terseleksi agar terjadi rekombinasi.
Sparague and Brimhall (1952) telah menggunakan prosedur seleksi ini dalam
menaikkan kadar minyak yang tinggi pada varietas jagung Stiff Stalk Synthetic.
Langkah-langkah
pelaksanaan
seleksi
fenotip
berulang
adalah:
Musim I : Tanam 100 tanaman S0 dan dilakukan persilangan sendiri (selfing)
bijinya
diuji
kandungan
minyaknya.
Musim II : Seleksi 10% tongkol S1 dengan persentase minyak tertinggi ditanam satu
tongkol satu baris dan saling silang (Intercrossing). Biji-biji dengan jumlah yang
sama dari tiap tongkol dicampur untuk diseleksi pada generasi berikutnya.
Seleksi Berulang untuk Daya gabung Umum
(Recurrent Selection for General Combining Ability)
Seleksi ini awalnya disarankan oleh Jenkins dengan anggapan bahwa daya gabung
dapat
ditentukan
sejak
dini.
Prosedur
seleksi
sebagai
berikut:
Musim I
karakter
tersebut
yang
Musim II: Sebagian benih S1 digunakan untuk membuat persilangan antara galur S1
dengan populasi asal. Populasi itu sendiri digunakan sebagai tetua penguji. Sisa
benih
S1
disimpan
untuk
digunakan
dalam
rekombinasi.
Musim III: Evaluasi famili saudara tiri (silang puncak) yang diperoleh pada musim
kedua. Evaluasi dalam rancangan acak kelompok atau rancangan latis umum
(generalized lattice) dengan 2 4 ulangan pada 1 3 lokasi. Berdasarkan evaluasi
ini
pilih
famili
superior.
Musim IV: Rekombinasi famili terpilih dengan menggunakan biji S1 hasil pada
musim pertama dengan cara perbandingan jantan betina untuk membentuk
populasi
baru.
Musim V: Tanam populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dan buat persilangan
sendiri seperti ada musim I untuk daur kedua.
Seleksi Silang Balik (Backcross)
Prosedur seleksi ini digunakan untuk memperbaiki galur yang sudah ada tetapi
perlu ditambah karakter yang lain seperti ketahanan terhadap hama penyakit.
Galur yang hendak diperbaiki yaitu tetua pengulang (recurrent parent) karakterkarakternya tetap dipertahankan kecuali karakter yang hendak diintrogressikan
dari tetua donor. Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan galur donor X,
selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A. Dengan beberapa silang
balik dengan galur A akan diperoleh galur A yang karakternya sama dengan galur
tetapi mengandung gen yang diinginkan yang berasal dari galur X. Dalam silang
balik harus jelas karakter yang diinginkan sehingga dapat diikuti selama proses
seleksi. Pada tanaman F1 mengandung 50% gen-gen galur A, silang balik 1 (BC1)
peluangnya 75%, bc2 meningkat menjadi 87,5%, bc3 peluangnya menjadi 93,75%
dan bc4 meningkat peluangnya menjadi 96,875%. Namun harus diikuti daya
gabungnya jangan sampai berubah dari galur pasangannya dalam pembuatan
hibrida.
Teknik Persilangan
I. PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada acara ini adalah:
a. Mempelajari taknik persilangan pada tanamann menyerbuk sendiri dan tanaman
menyerbuk silang.
b. Menhitung persentasi keberhasilan persilangan.
I.2. Latar Belakang
Salah satu upaya yang perli kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan
penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena
adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia melalui
kegiatan pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu
populasi untuk mendapatkan genotipe tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang
selanjutnya akan dikembangkan dan diperbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun
demikian, kegiatan seleksi tersebut seringkali tidak dapat langsung diterapkan, karena sifatsifat keunggulan yang dimaksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotipe saja, melainkan
terpisah pada genotipe yang lainnya. Misalnya, suatu genotipe mempunyai daya hasil yang
tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan genotipe lainnya memiliki sifat-sifat lainnya
(sebaliknya). Jika seleksi diterapkan secara langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan
selalu terpisah pada genotipe yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotipe yang
baru yang memiliki kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui
rekombinasi gen.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis,
persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman
yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination
crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik
persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya:
*. Stuktur bunga.
*. Waktu berbunga.
*. Saat bunga mekar.
*. Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari).
*. Tipe penyerbukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reproduksi merupakan kemampuan mahluk hidup untuk memperbanyak diri. Reproduksi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (reproduksi melalui peleburan
gamet tetua) dan reproduksi aseksual (reproduksi tanpa peleburan gamet tetua).
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan pembuahan adalah
bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. (Anonim, ). Kriteria klasifikasi yang
dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang.
Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah satu system perbanyakan
tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan. Didalam
group penyerbukan silang jumlah persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia
memepengaruhi dalam kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah
persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah persilangan dari
varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berubah. (R.W.
Allard, 1992)
Penyerbukan dapat dibedan atas dua cara yaitu:
1. Penyerbukan sendiri
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama
atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang
memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada
waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada
kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada
5tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%.
Terjadinya penyerbukan sendiri disababkan oleh :
a. Bunga tidak membuka.
b. Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka.
c. Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bung yang sudah terbuka.
d. Stigma memanjang melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka.
e. Bunga matang serempak.
Penyerbukan diawali oleh pembungaan proses ini disebut anthesis.(Anonim, )
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan persilangan buatan, yaitu:
1. Periode bunga tertua jantan dan betina
Pengaturan waktu tanam yang perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga saat keluarnya
bunga hampir serentak antara kedua tetua yang disilangkan.
2. Waktu emaskulasi dan persilangan. (M. Nasir, 2001)
Metode pemuliaan yang terbukti telah berhasil terhadap species perbanyakan sendiri berada
pada kategori sebagai berikut :
1. Seleksi galur murni
Seleksi ini digunakan untk memilih varietas baru dari varietas yang dahulu telah melewati
petani dari generasi ke generasi. Sebagian besar tanaman diseleksi dari varietas tersebut dan
dapat diharapkan bersifat homozigot dan inilah titik awal dari perkembangan pemuliaan.
2. Seleksi massal
Seleksi ini berbeda dengan seleksi galur murni dalanjumlah tanaman dimana tidak hanya
sebatang yang diseleksi untuk mendapatkan varietas baru. Varietas yang dikembangkan
dengan cara ini mencakup beberapa genotipe yang lebih banyak dibandingkan populasi
induknya.
3. Metode hibridisasi, dengan pemisahan secara :
3a. Metode catatan terhadap galur asal usul
Metode silsilah digunakan secara luas oleh pemuliaan tanaman saat ini. Ia menurunkan
namanya dari catatan yang disimpan oleh pendahulunya. Seleksi ini keungulanya didasarkan
pada keadaan fisik dan sifat yang lain dari individu.
3.b. Metode curah
Metode ini digunakan jika seleksi buatan dilakukan selama perbanyakan massal, pemilihan
iini biasanya didasarkan atas tabiat dari individu tanaman.
3.c. Metode persilangan kembali
Dalam metode ini diulang manjadi induk yang dikehendaki selama seleksi di kerjakan
terhadap sifat karakteristik yang sedangdipindahkan dari dari satu donor induknya.(R.W.
Allard, 1992)
2. Penyerbukan silang
Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda.
Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain.
a. Pinset
b. Gunting
c. Kaca pembesar
d. Kertas label
e. Benang
f. Spidol permanen
g. Kantong kertas 40 x 50
h. Klip
i. Staples
III.2. METODE PELAKSANAAN
A. Tanaman Menyerbuk Sendiri (Kedelai)
A.1. Pelaksanaan Tanam
1. Menyiapkan lahan petakan ukuran 1,6 x 2 m untuk setiap mahasiswa.
2. Memberi pupuk kandang pada lahan sekitar 5 kg untuk setiap petakan
3. Membuat jarak tanam kedelai 40 x 20 cm, sehingga setiap petak terdapat 4 baris, 10
tanaman per baris, 2 baris tanaman ditengah untuk pengamatan keragaman genotipe, 2 baris
tanaman pinggir untuk persilangan.
4. Menugal tanah yang telah disiapkan dengan jkarak tanam tersebut. Benih dimasukkan 2
biji perlubang dan diberi furadan 3 G +/- 10 butir sebelumnya.
5. Lebih kurang 5 cn dari lubang tanam, buat alur pupul urea, SP 36,dan KCl.
6. Memberikan urea 2 gr/tanaman, SP 36 3 gr/tanaman, dan KCl 3 gr/ tanaman, pemupukan
urea diulang pada saat 4 mst dengan dosis 2 gr/ tanaman.
7. Jika ada gejala serangan hama dan penyakit lakukan pengendalian.
8. Melakuakn penyiraman setiap hari, jika tidak turun hujan.
A.2. Pelaksanaan Persilangan
Setelah berumur 4 minggu setelah tanam sudah mulai berbunga, penyilangan dapat
dil;akukan setiap hari pada pukul 07.30 10.00 WIB.
1. Memilih bunga yang diperkirakan mekar esok harinya dengan ciri-ciri kuncup bunga
membengkak dan corolla mulai kelihatan muncul sedikit pada kelopaknya. Kelopak bunga
dibuang dengan pinset. Kemudian buang bunga mahkota dengan cara menarik perlahan
lahan mahkota (sepal). Sampai kelima sepal habis.
2. Membuang seluruh stamen dengan menggunakan pinset sehingga hanya tertinggal kepala
putik.
3. Memilih bunga yang mekar sebagai sumber serbuk sari (pejantan), lalu buka mahkotanya
dan ambil anter yang sudah siap untuk diserbukkan kekepala putik atau stigma.
4. Melakukan pemindahan serbuk sari kekepala putik.
5. Setelah menyilangkan diberi label yang neggantung pada tangkai atau cabang bunga
tersebut dengan menulis tetua yang disilangkan (betina dan jantan), tanggal persilangan,
nama penyilang (pemulia).
6. Apabila kira-kira satu minggu bunga yang disilangkan masih segar dan hijau berarti
hibridisasi berhasil.
penyerbukan yang berbeda-beda, dan kecocokan dalam persilangan, hal ini terlihat ada Ada
kegagalan yang begitu besar dari penyerbukan silang ini, mungkin lebih disebabkan oleh
pengaruh tingkat ketelitian oleh pemulia sendiri, sebab struktur bunga yang begitu kecil dan
kondisi lingkungan yang tidak stabil serta adanya faktor dalam misalnya perbedaan tingkat
persilangan antara varietas yang berbeda.
2. Persilangan pada jagung
Pada tanaman jagung keberhasilan persilangan keseluruhan didapatkan sebesar 66.67% dari 9
kali persilangan yang dilakukan. Yaitu bpada ntanaman jagung bisi 2 yang disilangkan
dengan pioner menghasilkan sekitar 80 % tingkat keberhasilan dari 5 kali persilangan. Dan
pada tanaman pioner yang disilangkan dengan bisi 2 menghasilkan sekitar 66.67% dari 6 kali
persilangan.
Hasil persilangan jagung terlihat jumlah biji yang dihasilkan tidak rata atau tongkol yang
bernas sedikit, hal ini menunjukkan serbuk sari pejantannya sedikit yang berhasil membuahi
putik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pemulia dan faktor lingkungan yang mempengaruhi.
Dan dari yang praktikan ketahui tentang persilangan jagung dengan varietas berbeda maka
biasanya tongkolnya tidak akan berbentuk atau berbiji sempurna Mengapa tongkol yang
disilangkan tidak berbiji sempurna dan mengapa tongkol tumbuh tidak besar dan panjang?
praktikan kira ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap perbedaan tersebut, antara lain:
a. Akibat dari persilangan, artinya akibat adanya persilangan maka tongkol tidak dapat
menghasilkan biji dengan sempurna. Hal ini terjadi karena pada saat penyerbukan belum
semua rambut jagung (stigma) keluar sehingga sewaktu penyerbukan ada stigma yang tidak
kena tepung sari.
b. Pengaruh organisme hidup, hal ini bisa terjadi karena pada saat penyerbukan banyak sekali
semut yang bersarang pada tongkol dan anter yang dibngkus oleh penutup.
c. Pengaruh iklin , sebab pada saat penyerbukan, kondisi cuaca tidak baik (ada hujan dan
angin) sehingga ada kemungkinan tepung sari jatuh dan tidak sampai ke ovule karena tebawa
air atau angin.
d. Kurangnya unsur hara, hal ini terjadi sebab kondisi yang kurang baik, mungkin tanaman
ini kekurangan unsur Phosfor untuk pengisian biji jagung.
V. KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang perlu kami simpulkan disini antara lain:
1. Setiap tumbuhan memiliki tehnik persilangan yang tidak sama.
2. Tehnik persilangan menyerbuk sendiri dilakukan pada tanaman yang dapat melakukan
penyerbukan dalam satu bunga.
3. Tehnik persilangan menyerbuk sendiri dilakukan pada tanaman yang dapat melakukan
penyerbukan pada bunga lain.
4. Banyak hal yang mempengaruhi pada tanaman menyerbuk sendiri antara lain kondisi
lingkungan, stuktur bunga, jenis varietas dan ketelitian si pemulia.
5. Demikian pula pada tanaman yang menyerbuk silang, ada beberapa faktor yang juga
berpengaruh pada persilangannya, antara lain pengaruh organisme hidup, iklim dan
keterampilan pemulia.
6. Persilangan pada tanaman menyerbuk silang lebih mudah dilakukan dari tanaman yang
menyerbuk sendiri.
7. Tingkat keberhasilan pada tanaman yang menyerbuk silang ternyata lebih besar dari
tanaman yang menyerbuk sendiri.
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan,
bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa
daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan
ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung
maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri.
Beberapa di antaranya adalah bioenergi, industri kimia, kosmetika, dan farmasi.
Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik[1][2],
khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini
menjadi objek penelitiangenetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong
tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga
merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di
bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam[3]
Statistik dan Informasi Tahun 2009
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
1
A.
Perkembangan Ekspor Impor Nasional (Volume(ton) dan Nilai (000 US$)) 1.
Perkembangan Ekspor Impor Nasional Komoditi Tanaman Pangan Volume Ekspor Beberapa
Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008
(Ton) No. Komoditas Tahun Pertbhn 2008 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 2007 (%)
1 Beras 904 42,286 959 1,604 865 -46.04 2 Beras Olahan 3,588 2,628 218 2,555 356 -86.06 3
Gandum 13,423 13,406 16,121 73,834 39,549 -46.44 4 Gandum Olahan 563,493 558,647
610,384 551,972 461,147 -16.45 5 Jagung 32,679 54,009 28,074 101,739 107,001 5.17 6
Jagung Olahan 18,800 8,739 1,091 312 1,168 274.47 7 Kacang Tanah Segar 8,118 5,102
2,520 5,363 8,196 52.83 8 Kacang Tanah Olahan 1,932 9,112 9,273 4,324 2,438 -43.61 9
Kedelai Segar 1,300 876 1,732 2,389 1,775 -25.70 10 Kedelai Olahan 17,080 8,276 7,057
7,334 7,239 -1.30 11 Ubi Jalar Segar 11,822 11,113 11,216 8,389 8,443 0.64 12 Ubi Kayu
Segar 234,169 229,789 132,005 209,669 129,696 -38.14 13 Ubi Kayu Olahan 214,427
82,851 7,091 22,897 36,990 61.55 14 Tananam Pangan Lainnya 48,511 96,597 33,477 7,079
7,466 5.47
Jumlah 1,170,247 1,123,431 861,219 999,460 812,330 -18.72
Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit,
tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit
Nilai Ekspor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008
(US$ 000) No. Komoditas Tahun Pert 08 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 07 (%)
1 Beras 457 8,658 531 466 858 84.17 2 Beras Olahan 1,006 430 94 75 77 2.49 3 Gandum
3,294 2,972 3,315 13,730 17,841 29.94 4 Gandum Olahan 163,825 174,923 184,486 190,227
234,132 23.08 5 Jagung 9,074 9,048 4,306 18,503 28,906 56.22 6 Jagung Olahan 4,672 2,846
369 123 419 240.34 7 Kacang Tanah Segar 5,352 3,298 2,579 4,569 8,994 96.84 8 Kacang
Tanah Olahan 2,304 7,494 8,164 4,957 5,077 2.41 9 Kedelai Segar 501 485 2,891 2,466
1,594 -35.37 10 Kedelai Olahan 6,202 6,080 5,515 6,147 6,658 8.32 11 Ubi Jalar Segar 5,209
4,581 6,259 6,197 6,594 6.41 12 Ubi Kayu Segar 20,400 25,441 14,836 6,197 20,770 235.17
13 Ubi Kayu Olahan 36,946 15,588 1,847 7,991 15,101 88.98 14 Tananam Pangan Lainnya
15,256 24,900 28,962 27,401 1,893 -93.09
Jumlah 274,497 286,744 264,155 289,049 348,914 20.71
Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit,
tahun-tahun sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit
2008:Jagung pada 2008 telah tercapai swasembada dengan produksi 16,32 juta ton.
2009: target produksi ditargetkan mencapai 17,04 juta ton.
2010: target produksi menjadi 19,8 juta ton. Total produksi tercapai sebesar 18.327 ribu ton, produktivitas 44,35
ku/ha, dan luas panen 4,13 juta hektar.
2011: Berdasarkan Angka Ramalan III BPS produksi jagung tahun 2011 mencapai 17.230 ribu ton pipilan kering
atau 1.097 ribu ton (5,99%) lebih rendah dari produksi tahun 2010. Produktivitas jagung ratarata nasional
sebesar 44,52 ku/ha. Luas panen 3,87 juta hektar. Luas panen menurun dari tahun 2010.
Lalu, menurut angka ATAP, produksi sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 684,39 ribu ton
(3,73 persen) dibandingkan 2010.
2012: menurut ARAM I diperkirakan produksi tahun 2012 sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau naik sebesar
1,30 juta ton (7,38 persen) dibandingkan 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi karena adanya perkiraan
peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu hektar (3,44 persen) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/hektar
(3,81 persen).
Pada tahun 2011 ini produksi jagung AS diperkirakan hanya 10,8 miliar gantang. Angka ini terendah sejak tahun
2006.Perkiraan baru ini juga turun 17 persen daripada perkiraan bulan lalu sebesar 13 miliar gantang.Menurut
perhitungan USDA, harga jagung akan melonjak hingga 8,90 dollar AS (Rp 84.327) per gantang dari harga Juli
yang sebelumnya hanya diproyeksikan 6,40 dollar AS (Rp 60.640). Satu gantang jagung setara dengan 31,5
kilogram.
Indonesia bukan negara penghasil komoditas jagung terbesar di dunia. Pasar jagung dikuasai
oleh dua negara adikuasa, Amerika Serikat dan China.
Dua negara ini mampu mengekspor jagung setelah berhasil dalam mendorong produksi yang
tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. AS mengolah 79,3 juta hektar lahan
untuk tanaman jagung. China menanam jagung di atas lahan seluas 74,3 juta hektar.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sekitar 60 persen dari total 786 juta ton produksi jagung
dunia dihasilkan oleh AS dan China. Dalam periode yang sama, ekspor jagung AS rata-rata
mencapai 52 juta ton per tahun. Ekspor jagung di AS sudah dimulai tahun 1989-1990. China pun
sudah mengalami ekspor jagung yang tinggi tahun 2002, dengan volume mencapai 15,2 juta ton.
Kedua negara ini mampu memanfaatkan produksi jagung untuk pengembangan
perekonomiannya. AS dan China memanfaatkan paling tidak 6 juta ton produksi jagung mereka
untuk keperluan industri pakan ternak. Sebagian besar sisanya untuk pengembangan bahan
bakar nabati etanol. Tahun lalu, AS dan China merupakan negara yang masuk dalam lima besar
negara produsen terbesar etanol dunia.
Keberhasilan AS dan China mengembangkan komoditas jagung mereka tidak lepas dari catatan
sejarah yang cukup panjang dan alokasi lahan yang luar biasa luas. Kondisi ini sangat berbeda
dengan Indonesia.
Meski produksi jagung Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan ada sedikit
ekspor, kita melakukan impor jagung dalam waktu bersamaan. Data Departemen Pertanian
Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara tahun 2005 dan 2011 Indonesia mengimpor
jagung sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan
pakan ternak.
Pada era 1990-an, produksi jagung Indonesia baru sekitar 8,2 juta ton. Jumlah itu masih terbatas
untuk mencukupi konsumsi langsung di dalam negeri. Baru pada tahun 2000, Indonesia
mengekspor jagung hingga 3 juta ton. Namun, jumlah ekspor itu pun menurun pada tahun-tahun
berikutnya.
Data USDA mencatat, luasan lahan jagung Indonesia dalam lima tahun terakhir sekitar 7,7 juta
hektar. Sempitnya lahan jagung dalam negeri juga diikuti dengan produktivitasnya yang rendah.
China dan AS sudah berbicara produktivitas jagung pada kisaran 8 ton per hektar. Sementara
produktivitas jagung Indonesia hanya sekitar 3,7 ton per hektar.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi penyebab Indonesia tertinggal jauh dari AS dan China
dalam mengembangkan komoditas jagung.
Pertama, komoditas jagung belum menjadi komoditas utama untuk dikembangkan. Sistem pola
tanam jagung bergantian dengan tanaman padi. Petani akan menanam jagung jika mereka
memiliki waktu, biaya, dan tenaga yang lebih setelah mereka menanam padi. Data Badan Pusat
Statistik menunjukkan, separuh dari total areal produksi jagung 3,87 juta hektar di Pulau Jawa
menggunakan pola sistem tanam bergantian ini.
Kedua, sistem manajemen stok jagung kita juga belum tertata. Kemampuan petani dalam
pengadaan sarana produksi juga disertai penerapan teknologi budi daya masih rendah.
Demikian pula dalam penanganan pascapanen yang berpengaruh pada kualitas jagung,
penyimpanan, hingga pemasaran.
Kendala pola tanam, keterbatasan lahan dan produktivitas, hingga lemahnya pengelolaan
pascaproduksi inilah yang berujung pada lemahnya pengembangan komoditas jagung
nasional. (BIMA BASKARA/ Litbang Kompas)
(Sumber: Kompas.com 25 Mei 2012)
Wacana mengenai perubahan iklim merupakan bagian dari isu lingkungan hidup yang menjadi isu
global sejak periode 1980-an. Kecepatan pembangunan ekonomi dan kemajuan teknologi telah
melahirkan lingkungan buatan manusia, seperti kota dan industri. Pertimbangan ekonomi untuk
mengejar kebutuhan manusia yang tumbuh secara eksponential dengan menggunakan bantuan
teknologi dan zat kimia telah menyebabkan perubahan fisik di alam raya, yang dikhawatirkan dapat
mengganggu kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia. Dalam perkembangannya, wacana
mengenai perubahan iklim telah menjadi isu utama melampaui permasalahan lingkungan hidup
lainnya, seperti: penipisan lapisan ozon, hujan asam, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),
serta degradasi keanekaragaman hayati.
Hasil kajian para ilmuwan yang tergabung dalam Inter-governmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa perubahan iklim yang semakin sering terjadi dalam 150 tahun terakhir
bukan hanya disebabkan karena proses alamiah, melainkan karena dipicu oleh pengaruh kegiatan
atau intervensi manusia (anthropogenic intervention), terutama aktivitas produksi dan pemanfaatan
energi dari bahan bakar fosil, serta aktivitas penebangan hutan dan alih guna lahan (land use change
and forestry/LUCF). Kegiatan industri dan transportasi modern yang dimulai sejak akhir abad ke-18
telah menimbulkan emisi gas buang -seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2)
dan klorofluorokarbon (CFC)- yang terakumulasi membentuk selimut gas rumah kaca (GRK) di
atmosfer.
Selimut GRK inilah yang menghalangi energi berupa gelombang sinar infra merah yang akan
dilepaskan kembali oleh bumi ke ruang angkasa. Akibatnya bumi selain tetap menerima radiasi dari
sinar matahari juga mengalami pemanasan dari sinar infra merah yang terperangkap dan tidak dapat
keluar menembus atmosfir bumi. Pertambahan suhu bumi tersebut menyebabkan pencairan es di
kutub dan kenaikan permukaan air laut, yang akhirnya berujung pada variabilitas iklim alamiah dan
perubahan iklim global, sehingga berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia, flora dan
fauna, seperti: kekeringan, kegagalan produksi pangan, kerusakan ekosistem, kelangkaan air bersih,
degradasi aneka ragam hayati, kebakaran hutan, penyebaran hama/penyakit, hingga ancaman pulau
tenggelam.
Wacana perubahan iklim sebagai bagian dari masalah ekonomi semakin menguat dengan kehadiran
laporan Sir Nicholas Herbert Stern yang berjudul The Economics of Climate Change: The Stern
Review (2007). Laporan Stern tersebut memperkirakan bahwa dalam situasi business as usual
(dimana negara maju tidak menurunkan emisi GRK dan negara yang terkena dampak tidak
melakukan upaya adaptasi) maka kerugian akibat perubahan iklim akan mencapai 14% PDB global
pada pertengahan abad ke-21. Laporan Stern juga mengajukan hipotesis bahwa jumlah biaya bagi
pencegahan kerusakan dengan menurunkan emisi GRK (upaya mitigasi) berkisar antara -2%
(surplus) hingga 5% dari PDB global, serta jumlah biaya bagi pengurangan dampak dan penyesuaian
terhadap perubahan iklim (upaya adaptasi) berkisar 0,5% dari PDB negara-negara maju. Dengan
kata lain hipotesa tersebut menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi
perubahan iklim jauh lebih murah dibandingkan biaya kerusakan yang akan ditimbulkan apabila
masing-masing negara tidak melakukan tindakan apa pun.
Untuk itulah maka Stern merekomendasikan agar masing-masing negara menyikapi masalah
perubahan iklim sebagai masalah ekonomi dan mulai mengambil langkah-langkah investasi secara
serius untuk mengurangi tingkat kerugian ekonomi. Namun pertanyaan selanjutnya yang selalu
muncul dan menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan adalah bagaimana menghitung beban
biaya mitigasi dan adaptasi bagi masing-masing negara?
BUMI ADALAH MILIK BERSAMA
Perubahan iklim merupakan proses panjang yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Konsentrasi
emisi GRK naik drastis sejak Revolusi Industri yang diikuti oleh industrialisasi besar-besar di berbagai
negara maju di Eropa dan Amerika. Konsentrasi emisi GRK terutama gas CO2 dalam 50 tahun
terakhir semakin meningkat seiring dengan gelombang industrialisasi di negara berkembang dan
relokasi pabrik manufaktur dari negara maju ke negara berkembang.
Hasil kajian IPCC memperlihatkan bahwa konsentrasi CO2 ketika Revolusi Industri dimulai pada
tahun 1850 baru sebesar 280 parts per million (ppm). Namun konsentrasi CO2 kemudian meningkat
rata-rata 1,4 ppm/tahun dan mencapai 380 ppm pada tahun 2005 dengan suhu bumi turut meningkat
sebesar 0,70 Celcius. Apabila pola produksi, konsumsi, gaya hidup dan pertumbuhan penduduk
dibiarkan seperti sekarang (skenario BAU = business as usual), maka dalam 100 tahun ke depan
diperkirakan konsentrasi CO2 akan menjadi 580 ppm dan suhu global akan meningkat hingga
sebesar 40 Celcius. Untuk mencegah kenaikan suhu global secara ekstrim yang akan
mengakibatkan kerugian ekonomi dan ekologi secara luas, maka United Nation Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC) terus berupaya mendapatkan kesepakatan global untuk
menstabilkan konsentrasi CO2 pada level 450 ppm agar kenaikan suhu global tidak melebihi 20
Celcius.
Upaya mencapai kesepakatan global yang dilaksanakan secara konsisten oleh masing-masing
negara bukanlah merupakan hal yang mudah. Kelompok negara berkembang selalu menuntut agar
negara-negara maju yang sejak lama telah menikmati keuntungan dari industrialisasi agar
bertanggung jawab memberikan kontribusi yang besar dalam mengatasi permasalahan perubahan
iklim. Di sisi lain, kelompok maju berargumen bahwa proses perkembangan industri dan peningkatan
intensitas penggunaan energi berbasis bahan bakar fosil yang sangat pesat di negara berkembang
telah banyak memperburuk keadaan. Bahkan negara-negara berkembang dipersalahkan karena
melakukan kegiatan alih guna lahan dan penebangan hutan yang melepaskan kandungan CO2,
sesuatu aktivitas yang sebelumnya justru telah dilakukan bertahun-tahun lamanya oleh negara maju.
Dari data United Nations Statistic Division mengenai jumlah emisi CO2 yang dihasilkan oleh 231
negara pada tahun 2007, terlihat bahwa China (22,3%) merupakan negara yang paling banyak
menghasilkan emisi CO2 dan telah melampaui negara industri maju seperti AS (19,91%), Rusia
(5,24%), Jepang (4,28%) dan Jerman (2,69%). Sebagaimana terlihat dalam tabel 1, total emisi CO2
dari 40 negara maju yang termasuk kategori Annex 1 dari Protocol Kyoto berjumlah 48,95%,
sedangkan negara non-Annex 1 menghasilkan total emisi sebanyak 51,05%.
Meskipun masih terdapat polemik mengenai siapa harus berbuat apa, namun telah terdapat
kesadaran bahwa atmosfer tempat terkosentrasinya GRK adalah milik bersama secara global (global
common), sehingga urusan pengalokasian beban penanggulangannya tidak dapat ditimpakan
kepada salah satu kelompok negara saja. Sebagai institusi PBB yang khusus menangani mengenai
masalah perubahan iklim, UNFCCC yang terbentuk berdasarkan mandat KTT Bumi (Earth Summit)
di Rio de Janeiro tahun 1992 telah mengadopsi prinsip common but differentiated responsibility and
respected capabilities sebagai cerminan pengakuan bahwa atmosfer adalah milik bersama secara
global dan terdapat perbedaan kemampuan ekonomi antar negara dalam upaya menanggulangi
perubahan iklim. Dalam Conference of the Parties (COP) UNFCCC ke-3 yang diadakan di Kyoto
tahun 1997 telah dihasilkan suatu kesepakatan yang bersifat mengikat bagi negara peserta untuk
meratifikasinya. Kesepakatan yang dikenal sebagai Protokol Kyoto tersebut mengatur kewajiban dan
komitmen negara-negara industri maju yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya
ekonomi (yang dikenal sebagai Kelompok negara Annex 1) untuk mengurangi emisi GRK secara
kolektif paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun 1990, yang harus dicapai hingga periode 2012
melalui 3 instrumen pelaksanaan yang bersifat fleksibel, yaitu: Joint Implementation, Clean
Development Mechanism dan Emission Trading Scheme.
Meskipun tenggat waktu yang diamanatkan oleh Protokol Kyoto hampr mendekati babak akhir,
namun sayangnya kemajuan penurunan emisi GRK global tidaklah seperti yang diharapkan.
Keengganan AS (dan sebelumnya Australia) untuk meratifikasi Protokol Kyoto, kegagalan negaranegara Annex 1 dalam memenuhi kewajiban penurunan emisinya, serta pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan industri manufaktur yang sangat pesat di beberapa negara berkembang (seperti
China, India, Korea Selatan dan Mexico) menyebabkan jumlah emisi GRK global dipercaya justru
bertambah besar.
Fenomena ini pulalah yang menyebabkan perundingan COP UNFCCC ke-15 di Copenhagen,
Denmark pada bulan Desember 2009 tidak dapat menjalankan rekomendasi COP ke-13 Bali (Bali
road map dan Bali action plan) untuk melahirkan suatu kesepakatan global baru yang bersifat
mengikat secara hukum (binding) sebagai pembaharuan dari Protokol Kyoto yang akan berakhir
pada tahun 2012. Dalam COP tersebut setidaknya telah menghasilkan 12 butir catatan kesepakatan
yang dikenal sebagai Copenhagen Accord, yaitu antara lain:
Membatasi kenaikan suhu global menjadi 20C yang akan dikaji ulang pada tahun 2015,
termasuk mempertimbangkan penurunan batas kenaikan menjadi 1,50C sesuai permintaan
kelompok negara-negara kepulauan kecil di Samudera Pacific (alliance of small island
developing states, OASIS).
Negara-negara maju akan memberikan komitmen pendanaan sebesar US$ 30 milliar dalam
periode 2010-2012 bagi kegiatan adaptasi dan mitigasi negara berkembang di bawah
supervisi COP UNFCCC, melalui mekanisme Copenhagen Green Climate Fund.
Bercermin dari hasil COP ke-15 tersebut, dunia tetap berharap dan menggantungkan asa yang tinggi
kepada perundingan berikutnya (COP ke-16) di Cancun, Mexico pada bulan Desember 2010 akan
dapat mengembalikan jalannya perundingan sesuai dengan roadmap yang telah disepakati
sebelumnya dan mencapai konsensus bulat dari semua negara peserta untuk menyempurnakan
tindak lanjut Copenhagen Accord menjadi suatu perjanjian kesepakatan yang terukur dan bersifat
mengikat secara hukum.
TANTANGAN BAGI INDONESIA
Sebagai negara kepulauan yang diapit oleh 2 samudera luas, Indonesia sangat rentan terhadap
dampak perubahan iklim. Peristiwa kenaikan suhu permukaan Samudera Pasific akan membawa
gelombang panas (warm pool) menuju Samudera Hindia sehingga terjadi fenomena El Nino yang
mengakibatkan kemarau panjang dan kekeringan, sebagaimana yang sering terjadi di wilayah Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan sebelah timur Pulau Jawa dan berimplikasi terhadap
ketersediaan air dan ketahanan pangan. Di sisi lain, apabila terjadi penurunan suhu permukaan
Samudera Pacific maka akan menyebabkan fenomena La Nina yang membawa angin kencang dan
awan hujan ke arah selatan, sehingga terjadi curah hujan ekstrim yang akan menimbulkan bencana
banjir dan tanah longsor.
Apabila berbicara mengenai profil emisi GRK di Indonesia, sebagaimana terlihat dalam tabel 2, emisi
GRK terutama disebabkan oleh pelepasan simpanan karbon akibat tingginya penebangan pohon dan
alih guna ruang di sektor kehutanan. Dan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan
penduduk, maka emisi yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi
(terutama pembangkit listrik, industri dan transportasi) telah menunjukkan trend kenaikan yang cukup
signifikan.
Meskipun tidak termasuk dalam kelompok negara Annex 1 yang diwajibkan untuk menurunkan emisi
GRK sesuai Protokol Kyoto, namun Indonesia memiliki komitmen yang besar untuk berkontribusi
dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Komitmen Pemerintah Indonesia berpuncak pada
pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam KTT G-20 di Pittsburgh bulan September
2009 dan disampaikan kembali dalam COP ke-15 UNFCCC di Copenhagen bulan Desember 2009
bahwa Indonesia akan menurunkan emisi GRK sebesar 26% dari prakiraan emisi pada tahun 2020
dengan memanfaatkan sumber daya sendiri, dan siap menurunkan hingga 41% apabila
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari pihak internasional.
Dalam rangka mencapai komitmen penurunan emisi GRK tersebut, Pemerintah Indonesia telah
melakukan identifikasi sektor-sektor dan aktivitas yang berpotensi untuk menyumbangkan penurunan
emisi, yang secara resmi akan diformalkan dalam bentuk Peraturan Presiden mengenai Rencana
Aksi Nasional Penurunan Emisi. Secara garis besar strategi penurunan emisi GRK tersebut akan
dilakukan melalui:
pengurangan emisi dari penanggulangan penebangan dan degradasi hutan (reducing emissions from
deforestation and degradation, REDD) yang kemudian berkembang menjadi REDD+ (ditambah
dengan peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan stok karbon hutan).
Melalui konsep REDD+ ini negara berkembang yang memiliki hutan tropis dimungkinkan untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dari negara industri maju, sebagaimana pelaksanaan rintisan
kerjasama antara Indonesia dengan Norwegia senilai US$ 1 Milyar yang telah ditandatangani pada
bulan Mei 2010, maupun kemungkinan kerjasama serupa dengan negara industri maju lainnya,
seperti: Kanada, AS, Jerman, Inggris dan Australia.
Dalam upaya mempertahankan kelestarian hutan tersebut, Pemerintah bukan hanya dituntut untuk
mempertimbangkan pendanaan yang dibutuhkan dan didapatkan, namun pada saat yang sama juga
harus mempertimbangkan nilai keekonomian dari hutan sebagai pengatur tata air, konservasi
keanekaragaman hayati, kandungan sumber daya alam (mineral dan panas bumi) yang bernilai
tinggi, serta tempat sandaran masyarakat lokal dalam mencari sumber penghidupan. Potensi
kesempatan ekonomi yang hilang haruslah mampu disubsitusi dengan penciptaan lapangan kerja
baru agar masyarakat tetap terjamin kesejahteraannya dan memiliki keperdulian terhadap kelestarian
hutan. Untuk itu maka diperlukan penyusunan perencanaan yang partisipatif dan pelaksanaan yang
inklusif dengan indikator MRV (measurable, reportable, and verifiable) yang jelas dan realistis untuk
dicapai, sehingga kerjasama REDD+ tidak menimbulkan kondisionalitas yang menciptakan
pembatasan terhadap ruang gerak masyarakat di sekitar hutan, maupun aktivitas perekonomian
nasional yang lebih luas.
MENUJU EKONOMI HIJAU
Kesiapan Pemerintah Indonesia untuk memberikan kontribusi yang besar dalam mengatasi
permasalahan perubahan iklim merupakan pengejawantahan dari potensi dan resiko yang dimiliki
oleh negara Indonesia. Sebagai negara yang terus membangun, Indonesia memerlukan
pembangunan yang berkelanjutan untuk membawa seluruh rakyat Indonesia menuju masyarakat
yang sejahtera dalam situasi yang harmonis dan kondisi ekologi yang lestari. Pembangunan yang
berorientasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya terbukti dalam jangka
panjang justru akan menghambat keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri. Untuk itu maka kinerja
pertumbuhan ekonomi tidak hanya selalu diukur bardasarkan nominal Produk Domestik Bruto (PDB),
tetapi juga harus dilihat dari tingkat penurunan emisi karbon dalam mencapai besaran dan
pertumbuhan PDB tersebut (green growth).
Ekonomi Hijau telah menjadi salah satu paradigma penting dalam pembangunan. Paradigma
ekonomi hijau merupakan manifestasi dari konsep Pembangunan Berkelanjutan (sustainable
development) yang bertujuan meninggalkan praktek ekonomi yang hanya mementingkan keuntungan
jangka pendek dan berdampak negatif pada lingkungan, menjadi praktek ekonomi yang ramah
lingkungan dan dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengorbankan
kemampuan generasi mendatang. Pengembangan ekonomi hijau bukan hanya sekedar
mengkonversi energi dan mengurangi emisi karbon, tetapi juga mengektifkan penggunaan sumber
daya, memperluas permintaan pasar dan menciptakan lapangan pertumbuhan ekonomi baru.
Paradigma ekonomi hijau ini akan semakin banyak didiskusikan dan mencapai kulminasi pada saat
pelaksanaan UN Conference on Sustainable Development pada tahun 2012 di Rio de Janeiro, Brasil
(atau dikenal sebagai Rio+20) yang sekaligus merupakan peringatan 20 tahun penyelenggaraan KTT
Bumi/Earth Summit di tempat yang sama tahun 1992.
Dalam menyusun kebijakan ekonomi hijau, setiap negara memiliki fleksibilitas untuk menentukan
langkah menuju pembangunan berkelanjutan berdasarkan kepentingan nasional dan kearifan lokal.
Keperdulian Pemerintah Indonesia akan keseimbangan dalam pembanguan dapat terlihat jelas
dalam 10 direktif Presiden dalam rapat kerja (retreat) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi di
Istana Tampak Siring, Bali bulan April 2010, yaitu:
1. Ahmad, Mubariq (2010) : Ekonomi Perubahan Iklim, Jurnal Prisma vol. 29, April 2010.
2. Hadad, Ismid (2010) : Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Prisma vol.
29, April 2010.
3. Ling, Chee Yoke and Saradha Iyer (2010), The Green Economy Debate Unfolds in the UN,
Third World Network Update on Sustainable Development Conference 2012, http://www.
twnside.org.sg/title2/sdc2012/sdc2012.100502.htm
4. Pelangi Energi Abadi Citra Enviro (PEACE), 2007, Indonesia and Climate Change: Current
Status and Policies.
5. Salim, Emil (2010) : Walk the Talk of Climate Change, bahan presentasi Seminar di Lembaga
Ketahanan Nasional, 6 Oktober 2010.
6. Stern, Nicholas (2006) : What is the Economics of Climate Change?, World Economics, Vol.
7 No. 2, April June 2006.
7. Susandi, Armi (2009) : Emisi Karbon dan Potensi CDM Dari Sektor Energi dan Kehutanan
Indonesia, Prodi Meteorologi, Institut Teknologi Bandung.
8. United Nations (2007) : The International Development Agenda and the Climate Change
Challenge, htpp://www.un.org/esa/policy/devplan/2007%20docs/climate.pdf
Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, serta pembentukan Panitia
Teknis Penanaman Modal pada tahun 1968 yang kemudian berubah menjadi Badan Kordinasi
Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 1973. Selanjutnya serangkaian kebijakan untuk memperbaiki
iklim investasi telah diterapkan, termasuk penerbitan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
Dari nilai nomimal, jumlah realisasi FDI di Indonesia mengalami fluktuasi yang tidak dapat dilepaskan
dari kondisi ekonomi global. Seperti tampak dalam grafik 1, krisis ekonomi dunia yang terjadi pada
era tahun 1997 menyebabkan arus masuk FDI ke Indonesia mengalami penurunan yang kurang
menggembirakan, meskipun kemudian dapat meningkat kembali sehingga mencapai angka US$ 9,8
milyar pada tahun 2000 dan kembali menurun hingga di bawah US$ 4 milyar pada periode tahun
2001-2002. Dalam 3 tahun terakhir terlihat bahwa nilai realisasi FDI selalu berada di atas angka US$
10 milyar, bahkan nilai realisasi tahun 2008 dapat mencapai angka US$ 14,8 milyar.
Lebih lanjut data BPKM menunjukan bahwa sektor usaha transportasi, gudang dan komunikasi
menempati peringkat pertama yang diminati oleh investor asing pada tahun 2009 (US$ 4,1 milyar),
diikuti oleh sektor industri kimia dan farmasi (US$ 1,1 milyar), perdagangan dan reparasi (US$ 706
juta), industri logam, mesin dan elektronika (US$ 654 juta), industri kendaraan bermotor dan
transportasi (US$ 583 juta), industri makanan (US$ 552 juta) dan konstruksi (US$ 349 juta).
Sedangkan negara asal investor asing yang banyak menanamkan modal di Indonesia adalah
berturut-turut: Singapura (189 proyek senilai US$ 4,3 milyar), Belanda (32 proyek senilai US$ 1,1
milyar), Jepang (124 proyek senilai US$ 678 juta), Korea Selatan (186 proyek senilai US$ 624 juta),
Inggris (61 proyek senilai US$ 587 juta), Seychel - Afrika (4 proyek senilai US$ 322 juta), Amerika
Serikat (27 proyek senilai US$ 171 juta) dan Mauritius (6 proyek senilai US$ 159 juta).
Untuk melihat lebih jauh kinerja penyerapan FDI dari suatu negara, salah satu indikator yang sering
dipakai adalah hasil Matrix of Inward FDI Performance and Potential yang dikeluarkan oleh United
Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD). UNCTAD secara periodik telah melakukan
penelitian terhadap kinerja realisasi FDI (yaitu perhitungan share FDI suatu negara terhadap total FDI
global dibandingkan dengan share PDB suatu negara terhadap PDB global) dan potensi untuk
menarik FDI (seperti kualitas infrastruktur dan ketrampilan, kapasitas teknologi, stabilitas ekonomi
dan politik).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 141 negara pada tahun 2006, UNCTAD menempatkan
Indonesia pada peringkat 104 untuk Inward FDI Performance dan peringkat 100 untuk Inward FDI
Potential. Sebagaimana tabel 3 terlihat bahwa untuk negara di kawasan ASEAN yang turut diteliti,
tampak Singapura dan Thailand termasuk dalam kategori front runner (high performance, high
potential), serta Vietnam termasuk dalam kategori above potential (high performance, low potential).
Sedangkan 2 negara lainnya (Brunei Darussalam dan malaysia) termasuk dalam kategori below
potential (low performance, high potential) dan 3 negara (Indonesia, Philipina dan Myammar)
termasuk dalam kategori u
1,555 -5.70 9 Kedelai Segar 1,115,793 1,086,178 1,132,144 1,420,255 1,176,863 -17.14 10 Kedelai
Olahan 1,765,943 1,896,808 2,147,114 20,670 26,172 26.62 11 Ubi Jalar Segar 3 14 75 95 5 -95.03
12 Ubi Kayu Segar 1,812 53 39 44 23 -47.73 13 Ubi Kayu Olahan 56,269 102,994 305,204 306,303
158,077 -48.39 14 Tanaman Pangan Lainnya 247,156 259,875 272,174 4,277 4,352 1.75
Jumlah 9,670,604 8,936,436 11,456,509 9,398,520 7,414,295 -21.11
Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun
sebelumnya menggunakan kode HS 9 digit
Nilai Impor Beberapa Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2004 - 2008
(US$ 000) No. Komoditas Tahun Pert 08 2004 2005 2006 2007 2008 Thd 07 (%)
1 Beras 61,753 51,499 132,621 464,391 123,771 -73.35 2 Beras Olahan 3,195 2,254 1,285 49 12
-76.07 3 Gandum 841,286 802,037 819,032 1,185,165 1,981,757 67.21 4 Gandum Olahan 149,452
192,449 222,355 259,619 389,942 50.20 5 Jagung 177,675 30,850 277,498 151,613 87,395 -42.36 6
Jagung Olahan 11,464 14,784 21,615 22,995 48,464 110.76 7 Kacang Tanah Segar 28,875 39,613
54,161 62,191 99,640 60.22 8 Kacang Tanah Olahan 16,833 4,474 5,366 2,348 2,889 23.05 9 Kedelai
Segar 416,930 308,009 299,578 482,889 698,489 44.65 10 Kedelai Olahan 551,027 493,770 509,477
17,989 34,233 90.30 11 Ubi Jalar Segar 3 16 98 123 7 -94.09 12 Ubi Kayu Segar 398 67 47 49 19
-60.82 13 Ubi Kayu Olahan 10,048 24,565 70,237 77,751 57,929 -25.49 14 Tanaman Pangan Lainnya
154,479 150,751 155,084 1,975 2,413 22.17
Jumlah 2,423,418 2,115,140 2,568,453 2,729,147 3,526,961 29.23
Sumber : BPS diolah Pusdatin Keterangan : Tahun 2007 menggunakan kode HS 10 digit, tahun-tahun
sebelumnya menggunakan kode HS 9 digi
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilTabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
PerlakuanUlanganRataRata123J
a
g
u
n
1
4
6
,
3
4
,
8
4
5
4
6
0
3
J
a
g
g
2
9
0
8
8
9
,
5
9
2
0
5
K
e
e
l
a
i
1
1
3
1
1
7
1
7
e
d
e
l
a
i
2
1
8
,
4
2
5
1
9
,
8
1
8
K
e
d
e
a
i
3
1
8
1
9
8
1
7
1
7
Jumlah Daun
PerlakuanUlanganRataRata123J
a
u
n
g
1
7
6
7
7
J
a
g
u
n
g
2
9
8
8
8
K
d
e
l
a
g
6
,
u
n
9
,
d
9
K
0
9
,
,
l
,
e
i
1
2
2
7
Jumlah Akar
PerlakuanUlanganRataRata123J
a
g
1
2
2
1
a
g
2
1
1
2
e
a
1
2
d
i
2
0
e
a
3
3
1
2
2
4
u
2
1
u
8
1
3
K
n
1
8
n
1
5
d
i
7
9
g
2
J
g
5
K
8
K
1
e
1
6
d
i
8
1
0
9
e
1
K
l
9
3
,
,
a
,
,
2
8
g
1
2
e
9
1
n
5
0
d
,
5
l
3
4
g
,
,
g
,
,
e
5
3
5
6
u
5
3
4
a
2
5
3
4
6
K
l
a
3
2
3
0
Internood
PerlakuanUlanganRataRata123K
e
1
8
e
2
1
d
i
3
8
4.2 [embahasan
grafikjumlahdaun
0123456789100
3
minggu
grafiktinggitanaman
01020304050607080J
K
3
minggu
2
5
,
4
8
3
3
,
e
d
i
7
2
1
5
l
7
K
a
9
i
9
l
9
9
a
8
K
i
1
e
9
1
1
0
4
1
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum sebelumnyadi peroleh
grafik pertumbuhan tanaman kedelai dan jagung yang menunjukan pertumbuhan yang
terus meningkat. Pertumbuhan tinggi tanaman yang palingcepat terjadi pada minggu ke2 dan minggu ke-3. Pada minggu ke-3 menjelang minggu ke-4 pertumbuhan tinggi tanaman
mulai melamban. Pada perkembangan jumlah dau yang paling cepat terjadi pada minggu ke-2 dan ke3.D a r i t a b e l j u m l a h a k a r p a d a t a n a m a n K 2 m e m i l k i j u m l a h a k a r
y a n g ban yak dan subur dari pada tana man ya n g lain pada tiap-tiap polibag
y a i t u dengan rata-rata 18,6. Dibandingkan dengan panjang akar J1 memiliki rataratayang paling tinggi dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Internodid
yang paling banyak adalah K2 dengan rata-rata 6. Jadi Dari hasil yang di dapat
grafik pertumbuhan tanaman kedelai dan jagung mengalami pertumbuhan yang
terusmeningkat yaitu dari proses penanam hingga tumbuh daun,akar, dan batang.
Yaitud i k a r e n a k a n k a r e n a d e n g a n a d a n y a p e r a w a t a n d a n p e m b e r i a n p u p u k
m a k a pertumbuhan tanaman kedelai dan menjadi baik.Dari pengamatan yang telah dilakukan
pada tanaman jagung dan kedelaitanaman yang paling cocok dan layak di aplikasikan kelahan
atau kesawah adalahtanaman kedelai. Pada lahan sawah, kedelai bisa ditanam setelah
tanaman padi pada pola tanam padi-padi-palawija atau padi-palawija-palawija. Tanaman
kedelaiyang ditanam langsung setelah padi bisa mendapatkan manfaat dari residu
harad a r i p e m u p u k a n p a d i . O l e h k a r e n a n y a , k e d e l a i y a n g d i t a n a m
s e t e l a h p a d i memerlukan lebih sedikit pupuk dibandingkan ditanam setelah palawija
lainnya.Dosis pemupukan NPK spesifik lokasi ditetapkan berdasarkan hasil uji tanah
dilaboratorium atau uji cepat menggunakan PUTS (perangkat uji tanah sawah).Tanaman kedelai dapat
diusahakan di dataran rendah mulai dari 0 500 md.p.l. dengan curah hujan relatif rendah
(suhu tinggi), tetapi membutuhkan air y a n g c u k u p u n t u k p e r t u m b u h a n
t a n a ma n n ya . S e b a g a i b a r o m e t e r u n t u k mengetahui apakah
k e a d a a n i k l i m d i s u a t u d a e r a h , c o c o k a t a u t i d a k u n t u k tanaman kedelai,
dapat dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh diaderah tersebut.Apabila
tanaman jagung dapat tumbuh baik dan hasilnya juga b a i k , b e r a r t i i k l i m d i d a e r a h
sesuai untuk tana man kedelai. Na mun kedelai
mempunyai daya tahan yang lebih baik daripada jagung.Dalam hal pemupukan,sebagian
besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif.Tidak menggunakan
pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Dari datayang diperoleh pemupukan
yang paling baik adalah pemupukan yang dilakukan pada tanaman K2 dan J1 dengan
komposisi sebagai berikut:Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim.
Zona iklimmerupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut
yangterjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya
jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Kaitan pertumbuhan saat ini yaitu awal b u l a n
basah, Potensi lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai, baik
untuk program peningkatan produktivitas maupun perluasan areal. Namun
untuk penge mbangan tana man kedelai ma sih ban ya k kendalan ya antara lain
n i l a i komparatif dan kompetitif kedelai paling rendah di antara komoditas
lainnya.P e n g e m b a n g a n a r e a l t a n a m k e d e l a i d a p a t d i l a k u k a n p a d a l a h a n s a w a h ,
lahank e r i n g ( t e g a l a n ) , l a h a n b u k a a n b a r u d a n l a h a n p a s a n g
s u r u t y a n g t e l a h direklamasi. Secara rinci peluang penambahan areal panen dapat
dilakukan padalahan. Lahan sawah MK II (Juli Oktober) yang biasanya diberokan seperti:
jalur p a n t u r a J a w a B a r a t , J a w a Te n g a h , J a w a T i m u r , S u l a w e s i S e l a t a n ,
L a m p u n g , Sumatera Utara, NTB, dan Kalimantan Selatan. Lahan sawah tadah hujan
(MK IMaret Juni) awal musim hujan sebelum ditanami padi sawah seperti Jawa
dan N T B . D a n k e a d a a n i k l i m u n t u k t a n a m a n k e d e l a i y a i t u K l a s i f i k a s i i k l i m
y a n g dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh
tanaman,t e r u t a m a p a d a t a n a m a n p a d i . P a d a p r a k t i k u m y a n g
d i l a k u k a n p a d a s a a t penana ma n benih ikli m sesuai ya ng dibtuhkan oleh
t a n a m a n k e d e l a i u n t u k mengoptimalkan pertumbuhannya.